DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : IV.ASN
1. ASNIAR AS (A1A222037)
2. SUWANTI (A1A222039)
3. SRI ZULFYARNI ASTUTY (A1A222040)
4. NURULWAHYU MUTMAINNAH (A1A222041)
5. ESI ISMALA NENGSI (A1A222042)
6. IRIYANTI YUNUS BABA (A1A222043)
7. AINNAYA MATORANG (A1A222044)
8. IRDAYANTI ISMAIL (A1A222048)
9. YUSRAWAHYUNI (A1A222049)
10. ERNI YUSUF (A1A222212)
i
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tentang Dampak Kehamilan,Persalinan Dan Nifas
Terhadap Status Kesehatan Mental Perempuan Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah“ FISIOLOGI DALAM KEBIDANAN”.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, atas bantuannya kami ucapkan banyak terima kasih.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah Dampak Kehamilan,Persalinan Dan Nifas Terhadap Status
Kesehatan Mental Perempuan.Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Amin.
Terima kasih.
Makassar, 23 November 2022
Penulis
ii
COVER
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB 1.......................................................................................................................................vii
PENDAHULUAN....................................................................................................................vii
A. Latar Belakang...............................................................................................................vii
1.2.Perumusan Masalah.......................................................................................................viii
BAB II.......................................................................................................................................ix
PEMBAHASAN........................................................................................................................ix
BAB III..................................................................................................................................xxvi
PENUTUP..............................................................................................................................xxvi
A. Kesimpulan.................................................................................................................xxvi
B. Saran...........................................................................................................................xxvii
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................xxviii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan mental adalah kondisi individu yang
memiliki kesadaran akan kemampuan diri, dapat menghadapi tekanan
hidup, dapat hidup dengan produktif serta mampu berkontribusi dalam
komunitas (World Health Organization, 2005). Kondisi ini merupakan
kondisi yang perlu dijaga di setiap siklus kehidupan, termasuk saat
seorang wanita mengalami kehamilan. Masalah kesehatan mental
selama kehamilan merupakan masalah kesehatan masyarakat utama
yang perlu ditangani dengan serius.
iv
2. Bagaimana dampak persalinan terhadap Kesehatan mental perempuan
3. Bagaimana dampak persalinan terhadap Kesehatan mental perempuan
v
BAB II
PEMBAHASAN
dan depresi pada ibu hamil memiliki resiko tinggi terjadinya aborsi bahkan
bunuh diri pada ibu hamil. Kecemasan merupakan perasaan bingung atau
kawatir terhadap sesuatu yang akan terjadi namun penyebabnya tidak jelas
2014). Data WHO terkini menunjukkan, bahwa sekitar 10% wanita hamil
dan 13% wanita yang baru saja melahirkan mengalami gangguan mental,
lebih tinggi yaitu 15,6% selama kehamilan dan 19,8% setelah kelahiran
ibu tidak dapat menyusui, karena ASI tidak keluar (Gelaye et al., 2016).
vi
menunjukkan bahwa 25% wanita hamil mengalami depresi. Selama ini
berat badan dan pemantauan asupan gizi ibu hamil. Pemeriksaan kesehatan
kesehatan ibu dan anak (KIA), selama ini masih menemukan kendala
dalam mengetahui secara pasti status kesehatan mental wanita hamil. Saat
kecemasan, stress dan depresi belum diketahui dengan baik. Pada saat
mimik bicara dan kemampuan komunikasi ibu hamil yang sulit (Misri,
mental hanya berdasarkan sikap, raut muka dan mimik ibu hamil ketika
tidak. Hal ini, karena penyedia layanan kesehatan berfokus utama pada
vii
2016). Selain hal tersebut, ibu hamil sering tidak menyadari dirinya
dan gejala yang dialami, karena keluhan yang dirasakan sebagian besar
terkait perubahan fisik kehamilan. Hal ini, perlu dilakukan upaya menggali
viii
self esteem dan self efficacy adalah aspek penting dalam menjaga
Kesehatan mental ibu selama kehamilan. Oleh karena itu tenaga
kesehatan harus memberikan pendidikan kesehatan/edukasi tentang
psikososial pada wanita hamil (Sukhato et al., 2015).
ix
mental emosional, sedangkan gangguan depresi pasca melahirkan
dialami oleh sekitar 18,6% ibu bersalin (Idaiani, Kusumawardani, &
Isfandari, 2018). Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Lail
(2020) menyebutkan bahwa masalah kesehatan mental di Kabupaten
Bogor sebesar 38,5%. Dibandingkan dengan Kabupaten/Kota di
sekitarnya, yaitu Kota Jakarta Pusat, angka depresi pada ibu hamil di
Kabupaten Bogor 2,5 kali lebih tinggi. (Anindyajati, Ismail, Diatr and
Elvira (2017) melaporkan bahwa di Kecamatan Matraman, Jakarta
Pusat sebanyak 15% ibu hamil mengalami depresi saat hamil.
Program penanganan masalah kesehatan ibu dan anak seperti Model
Pelayanan Kehamilan Terpadu dan Menjadi Ibu Tangguh dan
Optimis/MITO sudah tersedia.
x
kesehatan dan tidak dilakukannya tindak lanjut atas masalah tersebut
(Bayrampour et al., 2018). Masalah kesehatan mental ibu selama
kehamilan memberikan dampak buruk terhadap ibu dan anak yang
akan dilahirkan. Terhadap anak yang akan dilahirkan antara lain
persalinan prematur, berat lahir rendah dan komplikasi neonatal dini
(Franks et al., 2017), perkembangan masa kanak-kanak terganggu
serta berdampak pada masalah kesehatan mental anak ketika sudah
menjadi remaja (Pawlby, Hay, Sharp, Waters, & O'Keane, 2009;
Talge et al., 2007). Selain dampak potensial pada anak-anaknya,
kondisi mental seorang ibu selama kehamilan juga terkait erat dengan
risiko masalah kesehatan mental yang berkelanjutan setelah
melahirkan. Lebih jauh disebutkan bahwa depresi dan kecemasan
selama kehamilan membawa biaya jangka panjang yang signifikan
bagi masyarakat (keseluruhan) terkait dengan dampak buruk pada
perilaku anak dan hasil perkembangan serta kualitas hidup ibu di masa
yang akan datang (Bauer et al., 2014). Bidan sebagai petugas pertama
yang menjadi tempat periksa awal ibu hamil memiliki tanggung jawab
atas penurunan angka kematian Ibu dan tentu saja kehamilan yang
sehat. Dari hasil kajian bahwa di Jawa Barat sebesar 86.1% ibu hamil
periksa kepada Bidan, dilihat dari proporsi fasiltas pelayanan
kesehatan tempat pertama mengalami kompliksi kehamilan 64,3%
datang ke Praktik Tenaga Kesehatan salah satunya Bidan (Kemenkes,
2018) sehingga bidan harus mampu memberdayakan dan membuat ibu
hamil menjadi mandiri (Trihono, 2016).
xi
menyebutkan tentang pentingnya peran bidan dalam mempromosikan
kesehatan mental yang baik dan telah memberikan rekomendasi
praktik kebidanan terbaik pula (Marks, 2017).
xii
penting yang menjadi stressor dalam kehidupan (World Health
Organization, 2005).
xiii
wanita yang sedang menghadapi persalinan membutuhkan selain
kematangan fisik, mereka juga membutuhkan kesiapan secara psikologis.
Buruknya kematangan psikologis ( kesehatan mental ) seorang wanita juga
akan memperngaruhi proses persalinannya. Anggapan-anggapan bahwa
persalinan itu sakit selalu membayangi si calon ibu. Nah, anggpapan inilah
yang menyebabkan sistem syaraf simpatetik seperti sistem saraf endokrin
dimana kebanyakan akan membuat ibu hamil yang sedang menuju proses
persalinan lebih mudah marah atau tersinggung, sering melamun dan
gelisah. Berikut adalah faktor psikologis terhadap persalinan.
xiv
keluarga) benar-benar dibutuhkan. Cara menghilangkan kecemasan
ini efektif. Mendengar pengalaman yang menenangkan akan lebih
baik, sebab bagaimana pun juga seringkali ibu yang akan melahirkan
justru terpapar oleh informasiinformasi yang semakin membuatnya
khawatir.
b. Ketakutan
Ketakutan berbeda dengan kecemasan. Kecemasan merupakan suatu
bentuk kekhawatiran pada objek yang tidak jelas (hanya ada di
pikiran dan tidak jelas bentuknya seperti apa). Sementara itu,
ketakutan merupakan bentuk kekhawatiran pada sesuatu yang jelas
objeknya. Dalam masa persalinan, seorang wanita bisa saja menjadi
takut pada proses persalinan normal. Ia membayangkan apakah janin
yang akan dilahirkannya selamat atau tidak. Atau kesakitan yang ada
pada saat bersalinan apakah ia sanggup jalani atau tidak. Untuk
mengatasi ketakutan, maka seorang wanita perlu ditenangkan
terlebih dahulu. Mendengarkan apa yang menjadi keluhannya adalah
hal yang baik yang bisa dilakukan. Sikap menggurui atau
memintanya berhenti takut justru tidak akan membantu mengurangi
ketakutannya.
c. Sikap Pasif
Sikap pasif timbul manakala seorang wanita hamil memiliki
keengganan pada saat akan melahirkan. Ini juga didorong dengan
dukungan yang lemah dari lingkungan sekitar. Perhatian suami dan
keluarga yang kurang akan menimbulkan sikap yang pasif dari
seorang wanita hamil. Oleh karenanya, penting untuk memberikan
dukungan kepadanya. Untuk mengatasi sikap pasif ini, kita bisa
memberikan sistem dukungan yang baik berupa bentuk perhatian
dan kasih sayang kepadanya. Bagaimana pun juga, hal ini akan
sangat berpengaruh pada kelancaran proses persalinannya nanti.
d. Hipermaskulin
xv
Kondisi hipermaskulin menggambarkan bagaimana seorang calon
ibu merasa goyah keinginannya antara ingin atau tidak punya anak.
Padahal, ia sudah berada di saat-saat menjelang persalinannya.
Akibatnya, emosinya menjadi tidak stabil. Ini biasanya terjadi pada
wanita yang memang berkarir. Pikirannya menjadi buyar karena ia
ingin mempertahankan cara dia bekerja, tetapi di sisi lain juga
merindukan kehadiran anak. Gangguan psikologi pada masa
reproduksi bisa menjadi salah satu penyebabnya. Lagi, untuk
mengatasi hal ini maka kita bisa memberikan sistem dukungan yang
baik. Mendengarkan keluhannya dan sama-sama mencari
penyelesaian bersama adalah hal yang tepat untuk dilakukan
e. Hiperaktif
Menjelang persalinan, seorang wanita juga bisa menjadi lebih
hiperaktif karena ia ingin segera melaksanakan proses persalinan.
Oleh karenanya, ia menjadi lebih banyak beraktivitas demi proses
persalinan yang berlangsung sesegera mungkin. Menenangkan ibu
hamil dengan cara memberikan pengertianpengertian tentang proses
persalinan adalah hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi
permasalahan ini. Psikologi konseling juga bisa dilakukan agar
wanita menjadi lebih siap.
f. Kompleks maskulin
Kompleks maskulin adalah bentuk dari hiperaktif yang tidak
tertangani. Pada saat persalinan, seorang wanita menjadi lebih
agresif lagi. Sikapnya menunjukkan bahwa proses persalinan yang ia
alami harus segera selesai dan tidak ingin membuang-buang waktu.
Sikapnya menjadi lebih pengatur pada orang-orang di sekitarnya.
Untuk mengatasi gangguan psikologi pada masa persalinan ini, maka
ada baiknya tenaga medis yang membantu persalinan menghadirkan
orang paling terdekatnya (suami)
g. Halusinasi hipnagogik
xvi
Halusinasi hipnagogik adalah halusinasi yang terjadi saat orang
sedang terlelap. Sensasi seperti suara, visual, rasa, hingga aroma
terasa nyata meskipun sebenarnya tidak ada.
Pada saat akan bersalin, seorang wanita pasti akan mengalami
kontraksi-kontraksi. Ada fase istirahat selama kontraksi tersebut.
Seorang ibu bisa mengalami kondisi tidur semu. Di sinilah terjadi
kondisi halusinasi hipnagonik. Ia akan menjadi tidak tenang karena
muncul pikiran-pikiran yang tidak-tidak. Bahkan, kadang bisa juga
muncul gangguan psikosomatis. Untuk mengatasinya, maka kita bisa
tetap mempertahankan interaksi pada ibu menjelang persalinan.
1. Postpartum Blues
Postpartum blues dapat terjadi begitu selesai proses kelahiran dan
biasanya akan hilang setelah beberapa hari sampai seminggu setelah
melahirkan. Seseorang yang baru melahirkan dapat terkena perubahan
mood secara tiba-tiba/ tak terduga, merasa sedih, menangis tak henti
tanpa sebab, kehilangan nafsu makan, tak tenang, gundah dan
kesepian. (Sujiyatini dkk, 2010 : 192). Tidak ada perawatan khusus
untuk postpartum blues jika tidak ada gejala yang signifikan. Empati
dan dukungan keluarga serta staf kesehatan diperlukan. Jika gejala
tetap ada lebih dari dua minggu diperlukan bantuan professional.
(Bahiyatun, 2009 : 65). Namun apabila postpartum blues ini tidak
kunjung reda, keadaan ini dapat berkembang menjadi depresi pasca
xvii
melahirkan atau postpartum depression, itulah kenapa akan membantu
bila kita tidak menganggapnya sebagai kejadian yang tidak penting.
Bentuk paling hebat dari depresi postpartum yang tidak tetangani
dengan baik akan mengakibatkan postpartum psikosis (Marshall :
2004 :25-26)
2. Postpartum depression
Sekitar 10% wanita setelah melahirkan mengalami post natal
depression atau postpartum depression. Gejala dari postpartum depresi
ini yaitu merasa letih, mudah putus asa, depresi, serangan panik, tidak
tertarik untuk melakukan hubungan seksual, sulit tidur walaupun
sangat lelah, tegang, pikiran obsesif dan tidak terkontrol, mempunyai
rasa bersalah yang berlebihan terhadap sesuatu. (Jhaquin, 2010 : 39).
Penyebab kelainan ini juga belum diketahui secara pasti, tetaapi
seorang wanita akan lebih mungkin mengalami depresi postpartum
jika secara social dan emosional ia terisolasi atau mengalami peristiwa
kehidupan yang penuh dengan setres terhadap kondisi jiwanya ,
terutama selama masa-masa kehamilan dan menjelang persalinan.
(Hendrik, 2006 : 144). Postpartum depression ini dapat terjadi
kapanpun di dalam jangka waktu satu tahun setelah melahirkan.
Postpartum depression ini memerlukan perawatan dokter melalui
konsultasi, group support dan pengobatan. (Sujiyatini, 2010 : 193
3. Postpartum psikosis
Gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab organik
atau fungsional/ emosional dan menunjukan gangguan kemampuan
berpikir, bereaksi secara emosional meningkat, berkomunikasi,
menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan.
Psikosis merupakan gangguan kepribadian yang menyebabkan
ketidakmampuan menilai realita dengan fantasi dirinya. (Rukiyah,
2010 : 383) Postpsrtum psikosis merupakan keadaan dimana wanita
mengalami tekanan jiwa yang sangat hebat yang bisa menetap sampai
setahun. Gangguan kejiwaan ini juga bisa selalu kambuh setiap pasca
xviii
melahirkan. (W. Benedicta, 2010 : 104). Postpartum psikosis
merupakan gangguan mental berat pasca melahirkan yang memiliki
gejala-gejala yang mirip dengan postpstum depression ditambah
penderita sering berkhayal, berhalusinasi dan bingung hingga muncul
pikiran ingin melukai bayinya dan dirinya sendiri, tanpa menyadari
bahwa pikiran-pikiran itu tidak masuk akal. Jadi resiko untuk bunuh
diri atau membunuh bayinya lebih besar dari pada postpartum
depression. (H. Budhyastuti, 2011 : 322).
xix
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan, persalinan dan kelahiran bayi pada umumnya
memberikan arti emosional yang besar pada setiap wanita, dan juga
pada kedua orang tuanya. Wanita-wanita hamil pada umumnya
dihinggapi keinginan-keinginan dan kebiasaan yang aneh-aneh serta
irrasional, yang disebut sebagai peristiwa "mengidam". Peristiwa ini
biasanya disertai emosi-emosi yang kuat, oleh sebab itu wanita yang
bersangkutan jadi sangat perasa, sehingga mudah terganggu
keseimbangan mentalnya (Kartono, 2007)
Persalinan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu, dimana
proses melahirkan layaknya sebuah pertaruhan hidup dan mati seorang
ibu, terutama pada ibu primipara, dimana mereka belum memiliki
pengalaman melahirkan. Rasa cemas, panik, dan takut yang melanda
ibu dengan semua ketidakpastian serta rasa sakit yang luar biasa yang
dirasakan ibu dapat mengganggu proses persalinan dan
mengakibatkan lamanya proses persalinan. Rasa cemas dapat timbul
akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya
dan bayinya.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peran
penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu
tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami
suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya
xx
bisa memberikan dampak positif maupun negative bagi ibu pada saat
proses persalinan maupun pasca bersalin.
B. Saran
Dalam proses menghadapi persalinan dan nifas, untuk
menghindari terjadinya gangguan psikologi maka diperlukan
dukungan keluarga atau suami untuk memberikan sentuhan kasih
sayang, meyakinkan ibu bahwa persalinan dan nifas dapat berjalan
lancar, mengikutsertakan keluarga untuk memberikan dorongan moril,
cepat tanggap terhadap keluhan ibu/ keluarga serta memberikan
bimbingan untuk berdoa sesuai agama dan keyakinan.
xxi
DAFTAR PUSTAKA
xxii
Larasati, I. P., & Wibowo, A. (2012). Pengaruh Keikutsertaan Senam
Hamil
terhadap Kecemasan Primigravida Trimester Ketiga dalam
Menghadapi Persalinan. Jurnal biometrika dan kependudukan, 1,
2631.
xxiii