Kelompok 7
1. Imelda Yunia Salsabila (22104020)
2 .Jihaan Firyaal Hasan (22104022)
3. Kristiana Ningsih (22104023)
4 .Lala Ameyla (22104025)
5. Mirlinda Cindy P (22104027)
6. Nadia Meilinda (22104030)
7 .Neta Aurina Widyadhani (19050033)
UNIVERSITAS dr.SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-NYA. Sehingga kelompok kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul "PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
TRAUMA". Pada kesempatan ini tak lupa juga kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar besarnya kepada dosen pengajar pada mata kuliah psikologi dalam praktik
kebidanan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu kami sangat berharap pembaca memberikan saran dan kritik agar tugas makalah
selanjutnya jauh lebih baik. Walaupun isi makalah ini tidak sepenuhnya benar, disisi
lain kami berharap bahwa makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya. Demikian
saya ucapkan terimakasih yang sebesar besarnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui factor resiko yang dihubungkan dengan trauma dalam
proses kelahiran
2. Untuk tata laksana pemeriksaan fisik, laboratorium, dan konseling
3. Untuk mengetahui tujuan ANC diberlakukannya memantau kehamilan
4. Untuk mengetahui pecegahan trauma secara psikologis dan psikososial
5. Untuk mengetahui diberlakukannya perawatan terapeutik
6. Untuk mengetahui diberlakukannya farmakoterapi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor apa saja yang Dihubungkan dengan Trauma dalam Proses
kelahiran?
Trauma selama proses kelahiran (Birth Trauma) disebabkan oleh trauma mekanik
pada saat kontraksi, putaran dan tarikan. Faktor resiko yang dihubungkan dengan
trauma dalam proses kelahiran menurut Widiyati (2004) yaitu:
1. Faktor ibu,
yaitu faktor yang berkaitan dengan kekakuan jalan lahir (primipara, multipara,
malformasi, dan panggul sempit)
2. Faktor bayi,
yaitu faktor yang berkaitan dengan diskrepansi antara besar serta posisi bayi
dengan jalan lahir (makrosomia, makrosefalia, anomali fetus,, disproporsi
sefalopelvik, distosia bahu, presentasi abnormal seperti bokong, muka, dahi,
dan letak lintang; partus presipitatus;)
3. Faktor luar,
4. yaitu faktor yang berupa tindakan persalinan (pemakaian forceps, vakum,
tindakan versi-ekstraksi)
2.4 Apa Saja Usaha Untuk Pencegaham Trauma secara Psikologis dan
Psikososial?
Usaha-usaha pencegahan trauma secara psikologi dan psikososial menurut Ayers
(2017) yaitu:
1. Deteksi dini depresi antenatal dan postnatal, kecemasan dan resiko psikososial
melalui skrining, rujukan dan pengobatan yang lebih baik untuk ibu hamil
dan ibu baru.
Gejala trauma terkait kelahiran dapat diperburuk masalah lain seperti konflik
dalam hubungan, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual
sebelumnya, dan riwayat pelecehan pada masa anak-anak yang tidak
ditanggulangi dapat berdampak buruk pada kemampuan perempuan untuk
mengatasinya selama kehamilan dan persalinan (Slade, 2006). Kehadiran
tenaga profesional tidak lagi hanya untuk membantu proses persalinan namun
juga perlu memberikan layanan mental segera kepada ibu setelah melahirkan.
Hal ini bertujuan untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya trauma
secara psikis kepada ibu.
Penyedia layanan kesehatan untuk persalinan perlu membangun hubungan
terapeutik dengan ibu di awal kehamilan seperti:
a. Melakukan penilaian risiko psikososial dan kesehatan mental
b. Menanggapi perubahan kebutuhan wanita selama periode perinatal
c. Menugaskan bidan perempuan untuk seseorang yang ‘dikenal’ memiliki
potensi untuk meminimalkan trauma persalinan. Sebagai contoh, kebidanan
Caseload secara rutin mengintegrasikan pemeriksaan kesehatan mental dan
resiko psikososial, dan dukungan untuk wanita dan keluarga selama
kehamilan, persalinan, kelahiran, dan pasca persalinan (Sandall J, et al, 2016)
2. Meningkatkan emosi positif ibu, penguasaan/kontrol, tindakan koping yang
aktif dan mengingatkan akan tujuan atau makna kehamilan selama masa
kehamilan, kelahiran, dan postpartum.
3. Faktor genetik dan lingkungan
Kemampuan seseorang untuk mencegah dan menghadapi trauma ditentukan
oleh genetik, epigenetik dan lingkungan yang dapat memberikan dukungan
dan memungkinkan seorang ibu dapat memiliki kemampuan untuk melakukan
koping, memiliki harapan, mengelola emosi positif yang lebih besar dan
memiliki tujuan dan makna hidup.
2.5 Mengapa Diberlakukannya Perawatan Terapeutik?
Pendekatan psikoterapi dapat digunakan untuk menghadapi tahap awal trauma.
Pembekalan psikologis adalah intervensi yang diberikan segera setelah terjadinya
peristiwa traumatis. Tujuannya adalah untuk mencegah perkembangan selanjutnya
dari efek psikologis yang negatif.
Beberapa tindakan perawatan orang dengan gangguan stres pasca trauma yang
berhasil memberikan kesembuhan yaitu dengan cara:
1. Pendekatan perilaku kognitif
2. Inhibitor serotonin
3. Psikodinamik psikoterapi
4. Hipnoterapi
5. Desensitisasi gerakan mata
6. Pemrosesan ulang
Penyembuhan juga dapat dilakukan dengan melakukan kombinasi tindakan
perawatan psikoterapi dan penggunaan obat. Psikoterapi perilaku kognitif meliputi
banyak sekali pendekatan (yaitu desensitisasi sistematis, pelatihan relaksasi,
biofeedback, terapi pemrosesan kognitif, pelatihan inokulasi stress, pelatihan
asertivitas, terapi paparan, kombinasi pelatihan inokulasi stres dan terapi paparan,
terapi paparan gabungan dan pelatihan relaksasi serta terapi kognitif (Bradley, et. al.,
2005; Foa, et. al., 2000))
Ada pertimbangan lain yang mempengaruhi kesesuaian pengobatan yaitu:
1. Tipe trauma yang menyebabkan gangguan stress pasca trauma
2. Kronisitas gangguan stress pasca trauma
3. Jenis kelamin, berapa kali terpapar trauma dan usia
Tabel 3.1 Pendekatan terapeutik untuk perempuan beresiko untuk pengalaman
kelahiran yang traumatis
Hal-hal seperti gangguan reproduksi seperti keguguran, aborsi, kelahiran mati,
dan sebagainya dapat membuat seorang ibu merasa gagal dan bahkan traumatis.
Riwayat stres pasca trauma ini terkait pemerkosaan atau pelecehan seksual, mimpi
buruk dan keadaan traumatis sebelumnya merupakan faktor resiko terjadinya
gangguan stres pasca trauma (Elhai, et. al., 2003).
Dua hal penting yang dapat diperhatikan selama persalinan adalah komunikasi
yang baik yang memungkinkan perempuan untuk mengendalikan situasi dan
menghilangkan rasa sakit yang luar biasa. Karena rasa sakit adalah faktor penyebab
terbesar trauma, menghilangkan rasa sakit dan menghargai keinginan beberapa
perempuan untuk menghindari minum obat, adalah strategi pencegahan dan
penanganan yang penting. Penanganan gangguan psikologi pasca bersalin sangat
penting untuk mencegah depresi pasca persalinan (Beckham, et. al., 1997)