Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TRAUMA


Dosen Pengampu :

Kelompok 7
1. Imelda Yunia Salsabila (22104020)
2 .Jihaan Firyaal Hasan (22104022)
3. Kristiana Ningsih (22104023)
4 .Lala Ameyla (22104025)
5. Mirlinda Cindy P (22104027)
6. Nadia Meilinda (22104030)
7 .Neta Aurina Widyadhani (19050033)
UNIVERSITAS dr.SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
2023/2024

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-NYA. Sehingga kelompok kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul "PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
TRAUMA". Pada kesempatan ini tak lupa juga kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar besarnya kepada dosen pengajar pada mata kuliah psikologi dalam praktik
kebidanan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu kami sangat berharap pembaca memberikan saran dan kritik agar tugas makalah
selanjutnya jauh lebih baik. Walaupun isi makalah ini tidak sepenuhnya benar, disisi
lain kami berharap bahwa makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya. Demikian
saya ucapkan terimakasih yang sebesar besarnya.

Jember,24 oktober 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trauma adalah respon terhadap satu atau serangkaian peristiwa yang melampaui
kemampuan seseorang untuk mengatasinya dan akibat dari suatu keadaan berbahaya
atau mengancam jiwa dan memiliki efek buruk yang berlangsung lama pada
kesehatan tidak hanya pada fungsi tubuh secara fisik namun juga pada mental, sosial,
emosional, atau spiritual.
Trauma dapat terjadi selama masa prenatal, kehamilan, dan pasca kelahiran pada
ibu. Trauma yang terjadi selama kehamilan berhubungan dengan peningkatan resiko
terjadinya abortus spontan, persalinan preterm, dan solusio plasenta.
Ibu dengan depresi postpartum akan mengalami susan berkontraksi, perasaan
bersalah dan tak berharga. Depresi postpartum yang tidak segera ditangani dapat
mengakibatkan postpartum psikosis yang dimana penderita dapat mengalami
perubahan mood secara drastis dan timbul keinginan untuk membahayakan dirinya
sendiri maupun anaknya (Mulyawati, et. al., 2014). Selain itu, dalam pengasuhan
anak, ibu dengan depresi postpartum akan mengalami gangguan bonding dan
kesulitan dalam mengasuh bayinya maupun anaknya yang lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Faktor resiko apa saja yang dihubungkan dengan trauma dalam proses
kelahiran?
2. Pemeriksaan fisik, laboratorium, dan konseling apa saja yang dilakukan?
3. Apa tujuan ANC untuk memantau kehamilan?
4. Apa saja usaha untuk pencegahan trauma secara psikologis dan psikososial?
5. Mengapa diberlakukannya perawatan terapeutik?
6. Mengapa diberlakukannya farmakoterapi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui factor resiko yang dihubungkan dengan trauma dalam
proses kelahiran
2. Untuk tata laksana pemeriksaan fisik, laboratorium, dan konseling
3. Untuk mengetahui tujuan ANC diberlakukannya memantau kehamilan
4. Untuk mengetahui pecegahan trauma secara psikologis dan psikososial
5. Untuk mengetahui diberlakukannya perawatan terapeutik
6. Untuk mengetahui diberlakukannya farmakoterapi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor apa saja yang Dihubungkan dengan Trauma dalam Proses
kelahiran?
Trauma selama proses kelahiran (Birth Trauma) disebabkan oleh trauma mekanik
pada saat kontraksi, putaran dan tarikan. Faktor resiko yang dihubungkan dengan
trauma dalam proses kelahiran menurut Widiyati (2004) yaitu:
1. Faktor ibu,
yaitu faktor yang berkaitan dengan kekakuan jalan lahir (primipara, multipara,
malformasi, dan panggul sempit)
2. Faktor bayi,
yaitu faktor yang berkaitan dengan diskrepansi antara besar serta posisi bayi
dengan jalan lahir (makrosomia, makrosefalia, anomali fetus,, disproporsi
sefalopelvik, distosia bahu, presentasi abnormal seperti bokong, muka, dahi,
dan letak lintang; partus presipitatus;)
3. Faktor luar,
4. yaitu faktor yang berupa tindakan persalinan (pemakaian forceps, vakum,
tindakan versi-ekstraksi)

2.2 Pemeriksaan Fisik, Laboratorium, dan Konseling apa saja yang


Dilakukan?
Berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2019, pada ANC dilakukan pemeriksaan fisik, laboratorium dan konseling, yang
meliputi:
1. Pengukuran berat badan
2. Pengukuran tekanan darah
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
5. Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
6. Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi
7. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet
8. Tes Laboratorium
9. Tatalaksana/penangan kasus
10. Temu wicara (konseling)

2.3 Apa Tujuan ANC Untuk Memantau Kehamilan?


ANC bertujuan untuk memantau kehamilan untuk:
1. Memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu
dan bayi
3. Mengidentifikasi secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum
umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan menghilangkan atau meminimalkan resiko trauma

2.4 Apa Saja Usaha Untuk Pencegaham Trauma secara Psikologis dan
Psikososial?
Usaha-usaha pencegahan trauma secara psikologi dan psikososial menurut Ayers
(2017) yaitu:
1. Deteksi dini depresi antenatal dan postnatal, kecemasan dan resiko psikososial
melalui skrining, rujukan dan pengobatan yang lebih baik untuk ibu hamil
dan ibu baru.
Gejala trauma terkait kelahiran dapat diperburuk masalah lain seperti konflik
dalam hubungan, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual
sebelumnya, dan riwayat pelecehan pada masa anak-anak yang tidak
ditanggulangi dapat berdampak buruk pada kemampuan perempuan untuk
mengatasinya selama kehamilan dan persalinan (Slade, 2006). Kehadiran
tenaga profesional tidak lagi hanya untuk membantu proses persalinan namun
juga perlu memberikan layanan mental segera kepada ibu setelah melahirkan.
Hal ini bertujuan untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya trauma
secara psikis kepada ibu.
Penyedia layanan kesehatan untuk persalinan perlu membangun hubungan
terapeutik dengan ibu di awal kehamilan seperti:
a. Melakukan penilaian risiko psikososial dan kesehatan mental
b. Menanggapi perubahan kebutuhan wanita selama periode perinatal
c. Menugaskan bidan perempuan untuk seseorang yang ‘dikenal’ memiliki
potensi untuk meminimalkan trauma persalinan. Sebagai contoh, kebidanan
Caseload secara rutin mengintegrasikan pemeriksaan kesehatan mental dan
resiko psikososial, dan dukungan untuk wanita dan keluarga selama
kehamilan, persalinan, kelahiran, dan pasca persalinan (Sandall J, et al, 2016)
2. Meningkatkan emosi positif ibu, penguasaan/kontrol, tindakan koping yang
aktif dan mengingatkan akan tujuan atau makna kehamilan selama masa
kehamilan, kelahiran, dan postpartum.
3. Faktor genetik dan lingkungan
Kemampuan seseorang untuk mencegah dan menghadapi trauma ditentukan
oleh genetik, epigenetik dan lingkungan yang dapat memberikan dukungan
dan memungkinkan seorang ibu dapat memiliki kemampuan untuk melakukan
koping, memiliki harapan, mengelola emosi positif yang lebih besar dan
memiliki tujuan dan makna hidup.
2.5 Mengapa Diberlakukannya Perawatan Terapeutik?
Pendekatan psikoterapi dapat digunakan untuk menghadapi tahap awal trauma.
Pembekalan psikologis adalah intervensi yang diberikan segera setelah terjadinya
peristiwa traumatis. Tujuannya adalah untuk mencegah perkembangan selanjutnya
dari efek psikologis yang negatif.
Beberapa tindakan perawatan orang dengan gangguan stres pasca trauma yang
berhasil memberikan kesembuhan yaitu dengan cara:
1. Pendekatan perilaku kognitif
2. Inhibitor serotonin
3. Psikodinamik psikoterapi
4. Hipnoterapi
5. Desensitisasi gerakan mata
6. Pemrosesan ulang
Penyembuhan juga dapat dilakukan dengan melakukan kombinasi tindakan
perawatan psikoterapi dan penggunaan obat. Psikoterapi perilaku kognitif meliputi
banyak sekali pendekatan (yaitu desensitisasi sistematis, pelatihan relaksasi,
biofeedback, terapi pemrosesan kognitif, pelatihan inokulasi stress, pelatihan
asertivitas, terapi paparan, kombinasi pelatihan inokulasi stres dan terapi paparan,
terapi paparan gabungan dan pelatihan relaksasi serta terapi kognitif (Bradley, et. al.,
2005; Foa, et. al., 2000))
Ada pertimbangan lain yang mempengaruhi kesesuaian pengobatan yaitu:
1. Tipe trauma yang menyebabkan gangguan stress pasca trauma
2. Kronisitas gangguan stress pasca trauma
3. Jenis kelamin, berapa kali terpapar trauma dan usia
Tabel 3.1 Pendekatan terapeutik untuk perempuan beresiko untuk pengalaman
kelahiran yang traumatis
Hal-hal seperti gangguan reproduksi seperti keguguran, aborsi, kelahiran mati,
dan sebagainya dapat membuat seorang ibu merasa gagal dan bahkan traumatis.
Riwayat stres pasca trauma ini terkait pemerkosaan atau pelecehan seksual, mimpi
buruk dan keadaan traumatis sebelumnya merupakan faktor resiko terjadinya
gangguan stres pasca trauma (Elhai, et. al., 2003).
Dua hal penting yang dapat diperhatikan selama persalinan adalah komunikasi
yang baik yang memungkinkan perempuan untuk mengendalikan situasi dan
menghilangkan rasa sakit yang luar biasa. Karena rasa sakit adalah faktor penyebab
terbesar trauma, menghilangkan rasa sakit dan menghargai keinginan beberapa
perempuan untuk menghindari minum obat, adalah strategi pencegahan dan
penanganan yang penting. Penanganan gangguan psikologi pasca bersalin sangat
penting untuk mencegah depresi pasca persalinan (Beckham, et. al., 1997)

2.6 Mengapa Diberlakukannya Farmakoterapi?


Farmakoterapi adalah pendekatan lain yang digunakan untuk menangani
gangguan stress pasca trauma. Jenis pengobatan tergantung pada kormobiditas.
Sertraline telah ditemukan efektif untuk mengurangi gejala gangguan stres pasca
trauma. Sertraline dan fluoxetine digunakan untuk perbaikan kondisi secara uji klinis
acak. Paroxetine juga biasa digunakan untuk mengobati gangguan stres pasca trauma
yang kronis. Selain itu. Olanzapine dan fluphenazine dapat mengurangi gejala
psikotik (Brady, et, al., 2000; Davidson, et, al., 1997; Stein, et, al., 2000).
Metode yang ketat dan terkontrol dengan baik diperlukan untuk melakukan studi
tentang kemanjuran pengobatan gangguan stress pasca trauma. Studi terkontrol
dengan baik ditandai dengan karakteristik berikut:
1. Gejala yang jelas, serta kriteria inklusi/pengecualian
2. Langkah-langkah yang digunakan dapat diandalkan dan valid, dengan sifat
psikometrik yang solid
3. Penggunaan blind evaluators untuk meminimalkan bias
4. Memberikan pelatihan kepada evaluator untuk memastikan tingkat
kepercayaan dan validitas
5. Program intervensi yang dipilih bersifat spesifik, dapat direplikasi dan manual
untuk memaksimalkan pemberian intervensi yang konsisten
6. Tidak ada bias pada perawatan; membantu memaksimalkan setiap perbedaan
atau kesamaan yang terdeteksi yang disebabkan oleh teknik perawatan dan
bukan karena penyebab lain
7. Penggunaan peringkat kepatuhan pengobatan untuk memastikan apakah
parameter intervensi dipatuhi (Foa, et, al., 2000).

Anda mungkin juga menyukai