Anda di halaman 1dari 18

GIZI PADA BAYI DAN BALITA

“Pentingnya Perencanaan Gizi, Azas-Azas Perencanaan, Tahap Dasar


Perencanaan, Serta Kriteria Penilaian Efektivitas Perencanaan”

KELOMPOK 1

Riska Yuliana Asis (A1A222001)


Hariana (A1A222002)
Andi Erwina Ardan (A1A222003)
Ummi Kalsum Al Mawa’dah (A1A222004)
Andini Udayana Sya’diah (A1A222005)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas berkat dan karunia Allah SWT atas
terselesainya makalah ini. Rasa terima kasih yang dalam penulis sampaikan pada
semua pihak dan sumber bacaan baik yang berasal dari media buku maupun
internet yang telah banyak membantu dari segi referensi dalam penyusunan
makalah Gizi pada Bayi dan Balita ini. Makalah ini hadir sebagai upaya untuk
melengkapi materi kuliah tentang Pentingnya Perencanaan Gizi, Azaz-Azaz
Perencanaan, Tahap Dasar Perencanaan, Serta Kriteria Penilaian Efektivitas
Perencanaan, di universitas MegaRezky dan sebagai bahan bacaan dibidang
kesehatan, hal ini mengingat masih minimnya makalah yang membahas tentang
Pentingnya Perencanaan Gizi, Azaz-Azaz Perencanaan, Tahap Dasar
Perencanaan, Serta Kriteria Penilaian Efektivitas Perencanaan sehingga
diharapkan dapat menjadi acuan dan sumber referensi dalam pembelajaran baik
bagi mahasiswa, dosen, maupun para akademisi lain yang membutuhkan.
Akhir kata penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik pada para pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca sehingga pembaca dapat mengimplementasikannya
sebagai wujud pelayanan kepada masyarakat.

Makassar, 25 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................

BAB 1............................................................................................................................

PENDAHULUAN.........................................................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................................

B. Rumusan Masalah...............................................................................................

C. Tujuan Penulisan................................................................................................

BAB II...........................................................................................................................

PEMBAHASAN............................................................................................................

A. Pentingnya Perencanaan Gizi.............................................................................

B. Azas-Azas Perencanaan....................................................................................

C. Tahap Dasar Perencanaan.................................................................................

D. Kriteria Penilaian Efektivitas Perencanaan......................................................

BAB III........................................................................................................................

PENUTUP...................................................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................................

B. Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
2005-2025 menjelaskan bahwa gizi merupakan salah satu indikator penilaian
keberhasilan sebuah negara membangun kesehatan dalam mewujudkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas (Depkes RI, 2009). Sampai
saat ini, permasalahan gizi yang menjadi masalah utama di dunia adalah
malnutrisi. Malnutrisi dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak dan
meningkatkan kerentanan anak terhadap penyakit (Katz dkk, 2006).
1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) adalah masa emas tumbuh
kembang seorang anak. 1000 HPK dihitung mulai dalam masa kandungan
hingga anak usia 2 tahun. Dalam periode emas ini, pertumbuhan dan
perkembangan berjalan sangat pesat dan begitu menentukan. Karena, tumbuh
kembang dimasa datang ditentukan berdasarkan status gizi pada masa 1000
HPK. Saat ini, Indonesia masih memiliki permasalahan gizi yang cukup
serius. Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi usia di bawah dua
tahun merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius. Hal ini
disebabkan usia bayi dibawah dua tahun merupakan masa yang amat penting
sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang anak baik secara fisik
maupun kecerdasan. Selain itu, usia 6 bulan sampai dengan 24 bulan
merupakan masa rawan pertumbuhan bagi bayi dan anak. Data Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menyebutkan bahwa Indonesia memliki
prevalensi balita dengan status gizi kurus sebesar 12,1% dan balita dengan
status gizi stunting sebesar 37,2%. Hasil survey Pemantauan Status Gizi
(PSG) tahun 2016 menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada balita
sebesar 27,5%, balita kurus 8,0%, balita sangat kurus 3,1%, dan balita risiko
kurus 22,8%.
Makanan bergizi sangat penting diberikan kepada bayi sejak masih
dalam kandungan. Selanjutnya, masa bayi dan balita merupakan momentum

3
paling penting dalam melahirkan generasi pintar dan sehat. Jika usia ini tidak
dikelola dengan baik, apalagi kondisi gizinya buruk dikemudian hari akan
sulit terjadi perbaikan kulaitas bangsa (Widjaja, 2019).
Di bidang kesehatan perencanaan adalah sebagai suatu proses untuk
merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menentukan tujuan program yang
paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan tersebut. Diharapkan dengan dibuatnya suatu perencanaan
kita dapat mengetahui tujuan dan cara mencapainya, sarana dan prasarana
yang dibutuhkan, seberapa besar personil yang dibutuhkan, serta bentuk dan
standar pengawasan yang akan dilakukan.
Oleh karena itu pentingnya perencanaan gizi pada bayi dan balita
sehingga bagaimana mengurangi angka kekurangan gizi pada bayi dan balita
di Indonesia. Kita seorang tenaga kesehatan khususnya bidan perlu
memahami bagaimana mendeteksi secara dini pertumbuhan dan perkembagan
bayi dan balita benar-benar sesuai dengan standar.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Perencanaan Gizi?
2. Apa yang Dimaksud Azas-Azas Perencanaan?
3. Bagaimanakah Tahap Dasar Perencanaan?
4. Bagaimanakah Kriteria Penilaian Efektivitas Perencanaan?
5.
C. Tujuan
Dapat Mengetahui Pentingnya Perencanaan Gizi, Azas-Azas
Perencanaan, Tahap Dasar Perencanaan, Serta Kriteria Penilaian Efektivitas
Perencanaan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pentingnya Perencanaan Gizi


Perencanaan (planning) adalah fungsi dasar (fundamental)
manajemen, organizing, staffing, directing, dan controlling, harus lebih
dahulu direncanakan. Perencanaan ini adalah dinamis, perencanaan ini
ditujukan pada masa depan yang tidak pasti karena adanya perencanaan
kondisi dan situasi. Hasil perencanaan baru akan diketahui pada masa depan,
agar risiko ditanggung itu relatif kecil. Hendaknya semua kegiatan, tindakan,
dan kebijakan direncanakan terlebih dahulu. Perencanaan ini masalah
“memilih”, artinya memilih tujuan, dan cara terbaik untuk mencapai tujuan
tersebut dan beberapa alternatif yang ada. Perencanaan merupakan kumpulan
dan beberapa keputusan.
Pembuatan perencanaan sangatlah penting dalam bidang gizi agar
mampu mengontrol masalah- masalah gizi. Wanita yang mengalami gizi
kurang jika tidak mendapatkan asupan yang baik, layanan kesehatan yang
optimal dan mengalami infeksi maka dapat menyebabkan janin kekurangan
gizi (Angkasa, 2019).
1. Pengetahuan dan Keahlian yang Harus Dimiliki Seorang Ahli Gizi
Saat ini perhatian gizi kesehatan masyarakat adalah magnitude
besar atau prevalensi besar contoh stunting, anemia, KEP, KVA, GAKI,
BBLR, diabetes, kanker, osteoporosis, jantung coroner, dan obesitas.
Selain itu, dengan meningkatnya umur harapan hidup maka masalah gizi
pada masalah lansia pun mulai jadi perhatian. Seorang ahli gizi harus
mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam kesehatan masyarakat
seperti:
a. Kebijakan, perencanaan dan administrasi

5
Mengetahui struktur politik masyarakat, menggunakan keterampilan
dalam perencanaan, organisasi, manajemen dan evaluasi system
pelayanan gizi masyarakat.
b. Biostasistik
Mempunyai keterampilan dalam pengumpulan, menyusun,
menganalisis, dan membuat laporan demografi, kesehatan dan data
konsumsi pangan.
c. Epidemologi
Mengetahui tentang kesehatan pola penyebaran penyakit dan
populasi.
d. Ilmu lingkungan.
Mengetahui faktor biologi dan kimia yang mempengaruhi kualitas
dan keamanan udara, air, ketersediaan pangan.
2. Langkah-Langkah Perencanaan Program/Projek
Langkah-langkah perencanaan mengacu pada logical framework
analysis. Ada 4 langkah utama dalam LFA yaitu analis situasi, analisis
masalah, matrix perencanaan projek, rencana pelaksanaan.
a. Data subjektif
Data ini penting dikumpulkan dan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu dengan :
1) Mempelajari media massa
Dapat dilkakukan dengan memcara koran lokal, menfegarkan
siaran radio lokal, menonton TV lokal. Hal ini dilakukan untuk
melihat issue yang sedang berkembang saat ini terutama yang
berhubungan dengan masalah kesehatan.
2) Mempelajari geografis daerah
Orang yang tinggal digunung dan pesisir karakteristik yang
berbeda. Biasanya orang yang tinggal di daerah pesisir lebih
terbuka karena banyak berintraksi dengan orang lain.
3) Petugas kesehatan dapat berasal dari pendatang/orang asli

6
Petugas kesehatan yang ada di daerah secara priodik
mengunjungi daerah, mendengarkan masyarakat, mengamati
keadaan lingkungan.
4) Mengunjungi berbagai tipe pasar, rumah makan
Hal ini dilakukan untuk melihat kesediaan bahan pangan,
konsumsi masyarakat, serta daya beli.
5) Mengadakan FGD (focus group discussion) dengan masyarakat
Diskusi mengenai topik tertentu sehingga tim projek mengetahui
bagaimana tanggapan masyarakat terhadap masalah yang
dihadapi. Dari FGD juga dapat diketahui apa saja hambatan.
Kekuatan, kesempatan, dan ancaman dalam perencanaan
program. Selain itu, data mengenai pihak apa saja yang mesti
terlibat dapat diketahui juga.
b. Data objeketif
1) Data demografi : total populasi, tingkat pertumbuhan, distribusi
geografis/ tempat tinggal kepadatan penduduk, rasio usia dan
jenis kelamin, umur harapan hidup, indikator vital (tingkat
kelahiran, tingkat kematian, akibat kasus tertentu.
2) Faktor sosial ekonomi : etnik, pendidikan, komunikasi dan
transfortasi.
3) Faktor lingkungan : ketersediaan air, tempat pembuangan
sampah, sampah industri, tempat makan yang berizin.
4) Sumber daya kesehatan : komponen sektor kesehatan, hubungan
antar sektor/pihak , fasilitas kesehatan, jumlah dan kualias
tenaga kerja. Dana ksehatan, data mengenai projek-projek
kesehatan yang pernah ada.
5) Status kesehatan : penyebab kesakitan, kematian bayi dan ibu,
pengunaan rumah sakit konsultasi kesehatan, dan status gizi.
Khusus status gizi, dapat dilakukan penilaian dengan cara
pengukuran antropometri dilakukan untuk mengukur berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan lain-lain. Untuk

7
mengetahui apakah penduduk tersebut mengalami gizi kurang
atau tidak.
c. Analisis masalah
Tidak semua temuan data menjadi masalah sehingga tim
projek harus memiliki pertimbangan tersendiri. Analisis/penentuan
masalah dapat dilakukan sesuai data yang dimiliki. Untuk data
subjektif pada kasus tertentu hasil penilaian subjektif dapat dijadikan
masalah utama yang ditangani. Tim projek bisa saja pada mulanya
menduga penyediaan suatu barang/alat akan meningkatakan status
kesehatan masayarakat membutuhkan program lain. Untuk data
objektif penentuan masalah ialah dengan membandingkan tingkat
maslalah dengan standar ternetu. Misal, untuk data demografi berupa
kependudukan, bandingkan anatara tingkat pertumbuhan penduduk
dengan tingkat pertumbuhan yang diinginkan; data berupa distribusi
geografi bandingkan dengan wilayah lain yang demografinya lebih
baik. Biasanya distribusi distribusi geografi yang tidak merata akan
menyulitkan akses terhadap layanan kesehatan.
Data status kesehatan dapat dibandingkan dengan rataan status
kesehatan nasional atau public health significant WHO. Bisa juga
dengan melihat kecenderungan kesakitan/kematian pada kelompok
tertentu, apa saja faktor utama dalam penyebab kematian kematian
berdasarkan kondisi geografis. Data sumber daya kesehatan dapat
dinilai dengan melihat masalah hubungan anatar sektor misal tidak
optimalnya kerja sama puskesmas dengan sektor ekonomi di
masyarakat tersebut atau dengan pemerintah. Bisa juga dengan
melihat seberapa besar cakupan sebuah program, efesiensi
penggunaan sumber daya.
1) Klasifikasi masalah
Masalah kesehatan hasil analisis dapat dikategorikan menjadi
dua yaitu masalah status kesehatan dan masalah layanan
kesehatan. Masalah status kesehatan berupa apa saja penyebab

8
kesakitan dan kematian serta jenis penyakit yang mempengaruhi
masyarakat. Masalah pada layanan kesehatan berupa hal-hal
yang mempengaruhi penyampaian layanan keehatan dan
biasanya terkait dengan manajemen provider kesehatan.

2) Prioritas masalah
Dalam analisis masalah akan ditemukan banyak permasalahan
dalam berbagai data. Tim projek dapat memilih suatu masalah
terntentu dengan menggunakan krteria-kriteria. Beberapa
metode seperti metode delbecq, hanlon dapat juga digunakan
dalam penentuan prioritas masalah. Apa saja kriteria yang dapat
digunakan bagi tim projek, sebagai berikut:
a) Prevalensi/persentase masalah, semakin besar persentasenya
akan memiliki skor yang tinggi.
b) Kemudahan untuk memperbaiki masalah dengan
menggunakan teknologi, semakin mudah diintervensi
semakin tinggi skor.
c) Ketersediaan program atau kebijakan, adanya program akan
menunjukkan ketersediaan dukungan teknis dan berbagai
sumber daya.
d) Dampak terhadap masyarakat, berapa banyak masyarakat
yang kerkena dampak masalah. Skor tinggi diberikan pada
masalah yang lebih mudah menyebar, menyebabkan
kecatatan dan megeluarakan banyak biaya jika terkena
masalah.
e) Dukungan administratif, adanya dukungan pihak
pemerintah akan mendapat skor yang tinggi.
f) Kebutuhan masyarakat, semakin besar perhatian masyarakat
(pemimpin atau sebagian besar kelompok) terhadap suatu
masalah, maka masalah tersebut akan mendapat skor tinggi.
3) Analisis stakeholder

9
Analisis ini bertujuan mengidentifikasi orang, organisasi, dan
isntitusi yang mungkin tertarik, dapat terlibat, dan dapat terkena
akibat dari projek. Penting sekali mengidentifikasi sasaran yang
akan medapatkan manfaat dari projek, dapat berkontribusi
langsung karena berkaitan dengan berkelanjutan program,
pemerintah yang dapat secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi jalannya projek. Begitu pun organisasi yang
dapat diajak sinergi dalam projek. Banyaknya stakeholder dapat
dianalisis dengan kriteria keterlibatannya dalam projek, apa visi
misinya yang sesuai dengan projek, dan kekhawatirannya
terhadap projek. Selain itu, kita pun dapat membuat kufarat
untuk mengelompokkan stakeholder berdasarkan pengaruh dan
dampak yang diberikannya sehingga kita dapat
mengidentifikasinya sebagai tempat dialog, konsultasi, atau
pemberi informasi.
4) Analisis konteks dan risiko
Analisis konteks uraian kondisi eksternal yang mungkin
menyebabkan projek disetujui atau tujuan projek tidak tercapai.
Keadaan politik, stabilitas ekonomi, keadaan sosial dan budaya
yang duliar kendali tim projek. Beberapa projek tidak dapat
berjalan atau berlanjut ketika tidak ada kepastian
politik/kebijakan.
5) Perangkat untuk analisis masalah
a) Problem free
Jika sudah mendapatkan masalah prioritas maka tim projek
dapat menggunakan beberapa perangkat seperti ishikwah
diagram dan problem tree. Gambaran dampak lebih lanjut
suatu masalah.
Tahap pertama dalam membangun pohon masalah masalah
ialah menentukan masalah prioritas. Tahap kedua,
sebutkan/tulis sebanyak-banyaknya peyebab yang mungkin

10
terjadi. Tahap ketiga, sebutkan/tulis dampak yang mungkin
terjadi. Tahap keempat, mulai susun penyebab dan dampak
secara urutan logis. Tahap akhir cek kembali kelengkapan
pohon masalah.
b) Analisis tujuan
Tahap selanjutnya dalam analisis masalah ialah mencari
solusi. Biasanya masalah dalam pernyataan negative maka
solusi ialah mencari solusi dibuat dengan cara membuat
pernyataan menjadi positif. Analisis ini dimulai dengan
menjadikan masalah prioritas dalam pernayataan postif lalu
diikuti dengan penyebab dan dampaknya.
c) Analisis tujuan altenatif
Pada tahap ini yang perlu dilakukan ialah memilih solusi
yang dapat diambil karena tidak semua solusi dapat diatasi
oleh tim projek. Pemilihan solusi ini berdasarkan tim projek
dan stakeholder.
d) Pembuatan matrik perencanaan projek
Matriks ini dibuat untuk memudahkan ‘memonitor’ tiap
komponen dengan jelas.

B. Azas-Azas Perencanaan
1. Priciple Of Contribution To Objective
Setiap perencanaan dan perubahan yang dilakukan harus berorientasi
pada pencapaian tujuan.
2. Principle Of Efficiency Of Planning
Suatu perencanaan dikatakan efisien jika perencanaan dalam
pelaksanaanya dapat mencapai tujuan dengan biaya yang sekecil-
kecilnya.
3. Principle of primacy of planning (Asas pengutamaan perencanaan)
Perencanaan adalah keperluan utama para pemimpin dan fungsi-fungsi
lainnya, “organizing, staffing, directing, dan controlling”, seorang

11
pemimpin tidak akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
lainnya tanpa mengetahui tujuan dan dan pedoman dalam melaksanakan
kebijaksanaan.
4. Principle of pervasiveness of planning (Asas pemerataan
perencanaan) Asas pemerataan perencanaan memegang peranan
penting, setiap pemimpin/manajer memiliki tanggung jawab yang
besar dalam mengerjakan perencanaan dan keberhasilan rencana
tersebut.
5. Principle of planning premise (Asas patokan perencanaan)
Dalam perencanaan diperlukan patokan -patokan yang dapat digunakan
sebagai ramalan, sehingga dalam perencanaannya dapat menunjukan
kejadian-kejadian yang akan datang.
6. Principle of policy frame work (Asas kebijaksanaan pola kerja)
Kebijaksanaan ini mewujudkan pola kerja, prosedur kerja dan program
kerja yang tersusun dan sistematis
7. Principle of timing (Asas waktu)
Diperlukan perencanaan waktu yang tepat agar dalam
pelaksanaannya waktu yang diperlukan relatif singkat dan tepat
8. Principle of planning communication (Asas tata hubungan perencanaan).
Perencanaan dapat disusun dan dikoordinasi dengan baik, jika setiap
orang bertanggungjawab terhadap pekerjaannya dan memperoleh
penjelasan yang memadai mengenai bidang yang akan dilaksanakannya
9. Principle of alternative (Asas alternatif)
Pada setiap rangkaian kerja terdapat rencana alternatif yang dalam
perencanaannya meliputi pemilihan rangkaian alternatif dalam
pelaksanaan pekerjaan, sehingga sehingga tercapai tujuan yang telah
ditetapkan.
10. Principle of limiting faktor (Asas pembatasan faktor)
Dalam pemilihan alternatif-alternatif, pertama-tama harus ditujukan pada
faktor-faktor yang strategis dan dan dapat membantu pemecahan

12
masalah. Asas alternatif dan asas pembatasan faktor merupakan syarat
mutlak dalam penetapan keputusan.
11. The commitment principle (Asas keterikatan)
Perencanaan harus memperhitungkan jangka waktu keterikatan yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
12. The principle of plexibility (Asas fleksibilitas)
Perencanaan yang efektif memerlukan fleksibelitas, tetapi tidak berarti
mengubah tujuan.
13. The principle of navigation change (Asas ketetapan arah)
Perencanaan yang efektif memerlukan pengamatan yang terus menerus
terhadap kejadian-kejadian yang timbul dalam pelaksanaannya untuk
mempertahankan tujuan.
14. Principle of strategic planning (Asas perencanaan strategis)
Dalam kondisi tertentu manager harus memilh tindakan yang diperlukan
untuk menjamin pelaksanaan perencanaan agar tujuan tercapi dengan
efektif.

C. Tahap Dasar Perencanaan


Pada setiap tahap perencanaan setidak-tidaknya terdapat empat
langkah pokok yang harus dilalui, yaitu:
1. Penilaian Situasi Kini
Pada langkah ini harus dilakukan upaya untuk mengetahui atau menilai
situasi atau masalah yang sedang dihadapi. Pengamatan situasi kini dapat
dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan atau dengan
mengumpulkan data atau informasi dari laporan-laporan atau publikasi
yang ada.
2. Penetapan Tujuan dan Sasaran
Sesuatu yang ingin dituju atau tujuan (obyek) mencerminkan suatu
kebutuhan dasar (basic goal) yang hendak dicapai atau diangan-
angankan untuk dicapai.
3. Penyusunan Strategi Program

13
Untuk dapat mencapai dan sasaran-sasaran yang diharapkan diperlukan
cara-cara atau strategi yang kemudian harus dituangkan dalam program-
program.
4. Penahapan Pelaksanaan
Langkah ini merupakan rencana implementasi program-program atau
proyek-proyek yang telah disusun, menjadi tahap-tahap yang harus
dilalui oleh progam dan proyek, sehingga merupakan suatu tata waktu
atau jadwal kegiatan.

D. Kriteria Penilaian Efektivitas Perencanaan


Beberapa kriteria dapat digunakan untuk menilai efektivitas
perencanaan yaitu mencakup:
1. Kegunaan
Agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-
fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil,
berkesinambungan, dan sederhana. Fleksibilitas adalah esensi bagi
kesuksesan perencanaan strategik. Rencana juga memerlukan stabilitas,
karena bila rencana terlalu sering berubah para manajer tidak menjadi
terbiasa dengan rencana tersebut sebagai suatu peralatan pengoperasian
dan menjadi tidak efektif. Di samping itu, perencanaan perlu mempunyai
kontinuitas agar perencanaan dapat berkesinambungan. Akhirnya,
semakin besar dan kompleks suatu organisasi dan lingkungan nya,
diperlukan rencan-rencana yang lebih kompleks. Tetapi, kadang-kadang
rencana menjadi terlalu kompleks dibanding yang dibutuhkan
seharusnya. Padahal semakin kompleks rencana, semakin sulit
disampaikan dan diimplementasikan. Jadi, rencana yang sederhana perlu
untuk memberikan cara pencapain tujuan dengan sedikit mungkin faktor-
faktor, kekuatan-kekuatan dan pengaruh-pengaruh dalam situasi, serta
hubungan-hubungan antara mereka.
2. Ketepatan dan Obyektivitas

14
Rencana-rencana harus dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas,
ringkas, nyata dan akurat. Berbagai keputusan dan kegiatan manajemen
lainnya hanya efektif bila didasarkan atas informasi yang tepat.
Perencanaan juga harus lebih didasarkan atas pemikiran yang realistik
dan fakta-fakta yang sebenarnya tentang persyaratan-persyaratan yang
dibutuhkan untuk mencapai sasaran dibanding sasaran pribadi pembuat
rencana. Agar tercapai perencanaan tersebut, proses penyusunannya
harus didasarkan atas pemikiran yang obyektif.
3. Ruang Lingkup
Perencanaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan
(comprehensiveness), kepaduan (unity) dan konsistensi. Berapa luas
cakupan rencana? Menyangkut kegiatan-kegiatan apa saja? Bagaiman
kerangka hubungan antar kegiatan? Satuan-satuan kerja atau departemen-
departemen mana yang terlihat?
4. Efektivitas Biaya
Efektivitas biaya perencanaan dalam hal ini adalah menyangkut
waktu, usaha dan aliran emosional. Salah satu pedoman penting dalam
perencanaan : Jangan lakukan perencanaan bila hasil-hasil meningkatkan
penghasilan atau mengurangi biaya lebih kecil daripada biaya
perencanaan implementasinya.
5. Akuntabilitas
Ada dua aspek akuntabilitas perencanaan : 1) Tanggung jawab atas
pelaksanaan perencanaan dan 2) Tanggung jawab atas implementasi
rencana. Suatu rencana harus mencakup keduanya.
6. Ketepatan Waktu
Para perencana harus membuat berbagai perencanaan. Berbagai
perubahan yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan rencana
tidak tepat atau sesuai untuk berbagai perbedaan waktu.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perencanaan (planning) adalah fungsi dasar (fundamental)
manajemen, organizing, staffing, directing, dan controlling, harus lebih
dahulu direncanakan. Pembuatan perencanaan sangatlah penting dalam
bidang gizi agar mampu mengontrol masalah- masalah gizi. Wanita yang
mengalami gizi kurang jika tidak mendapatkan asupan yang baik, layanan
kesehatan yang optimal dan mengalami infeksi maka dapat menyebabkan
janin kekurangan gizi (Angkasa, 2019).

B. Saran
Dengan adanya materi ini harapan kedepannya pembaca lebih
mendalami teori tentang pentingnya perencanaan gizi, azas-azas perencanaan,
tahap dasar perencanaan, serta kriteria penilaian efektivitas perencanaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Angkasa, D. (2019) ‘Perencanaan program gizi’.

Baiq Fitria Rahmiati (2019) ‘Upaya Perbaikan Status Gizi Balita Melalui
Sosialisasi Menu Mp-Asi Sesuai Usia Balita Di Kecamatan Gunungsari’,
JPMB : Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Berkarakter, 2(2), pp. 138–
145. doi: 10.36765/jpmb.v2i2.8.

Kementerian Kesehatan. 2014. Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta:


Kementerian Kesehatan

Kementerian Kesehatan. 2015. Buku Saku Asuhan Gizi di Puskesmas. Jakarta:


Kementerian Kesehatan

Sunita Almatsier. 2010. PRINSIP DASAR ILMU GIZI. Jakarta: Gramedia Pustaka

UtamaKEMENKES RI. 2014. PEDOMAN GIZI SEIMBANG

Widjaja (2019) ‘gizi tepat untuk perkembangan otak kesehatan balita’, in.
Available at:
https://www.google.co.id/books/edition/Gizi_Tepat_utk_Perkembangan_
Otak_Kesehat/yiP7WhGBOxcC?
hl=id&gbpv=1&dq=perencanaan+gizi+pada+bayi&pg=PR7&printsec=fr
ontcover.

17

Anda mungkin juga menyukai