OLEH:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT penguasa alam semesta yang telah
memberikan taufiq, rahmat, hidayahnya serta inayahnya sehingga kami dapat
beraktifitas untuk menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Rpjmk,
Rtpk, dan Perencanaan Kesehatan Tingkat Puskesmas” ini walaupun banyak isi dari
rangkuman yang kami kutip dari sumbernya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER........................................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujaun ............................................................................................................................................. 2
A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 16
B. Saran ............................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSATAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan kesehatan merupakan suatu proses yang merumuskan
masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan
dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok
dan menyusun langkah- langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Dengan demikian, proses perencanaan. dilakukan dengan menguji
berbagai arah pencapaian serta mengkaji berbagai ketidakpastian yang ada,
mengukur kemampuan (kapasitas) kita untuk mencapainya kemudian memilih
arah-arah dan langkah-langkah terbaik untuk mencapainy (Muhammad Tahir et
all (2022).
Sesuai RPJMK, Indikator Kinerja Daerah (IKD) terbagi berdasarkan
aspek kesejahteraan masyarakat dan aspek pelayanan umum yang termasuk
dalam layanan urusan wajib dasar. IPM merupakan indikator penting untuk
mengukur keberhasilan dalam upaya pembangunan kualitas hidup manusia.
IPM juga menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan untuk memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan
sebagainya (Irwan Safwadi et all, 2021).
IPM di bentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu unit panjang dan hidup
sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup
layak (decent standard of living). Umur panjang digambarkan oleh Umur
Harapan Hidup saat lahir (UHH) yaitu jumlah tahun yang di harapkan dapat
dicapai oleh bayi yang baru lahir unutuk hidup, dengan asumsi bahwa pola
angka kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi.
Pengetahuan di ukur dengan indikator rata-rata lama sekolah dan harapan lama
sekolah (Irwan Safwadi et all, 2021).
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kesehatan
(RPJMK)?
2. Bagaimana Rencana Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)?
3. Bagaimana Perencanaan Kesehatan Tingkat Puskesmas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Kesehatan (RPJMK).
2. Untuk mengetahui bagaimana Rencana Tahunan Pembangunan Kesehatan
(RTPK).
3. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan kesehatan tingkat puskesmas.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
Peran penting ini salah satunya dimiliki oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Kabupaten (DPRK) Nagan Raya sebagai bagian dari menjalankan fungsinya
dalam perencanaan pembangunan. Dalam proses penyusunan sebuah Program
khususnya program pembangunan daerah. Tentunya sering ditemui
permasalahan-permasalahan yang bisa menyebabkan kegagalan atau tidak
efektif. Permasalahan tersebut di antaranya: pertama masih ada ego sektoral
antara para aparat pemerintahan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan.
Kedua, kurang terpadunya antara Program dan Anggaran. Ketiga, belum
optimal nya peran serta masyarakat dalam proses penyususna program untuk
membangun daerah sehingga kebanyakan program yang disusun masih bersifat
top own planing. Terdapat berbagai faktor lingkungan, faktor jumlah dan
kompetensi program, faktor sistem yang digunakan, faktor ilmu pengetahuan
dan teknologi serta faktor anggaran (Riyadi dan Brutakusuma, 2004).
Salah satu perencanaan pembangunan daerah yang strategis adalah
rencana pembangunan jangka menengah (RPJMK). Dalam proses penyusunan
RPJMK terdiri dari 5 tahapan:
1). Penyusunan rancangan awal RPJMK.
2). Penyusunan rancangan selanjutnya RPJMK.
3). Pelaksanaan RPJMK.
4). Penyusunan rancangan akhir RPJMK.
5). Penetapan perda RPJMK.
Kelima tahapan tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat siklis
dalam sebuah system perencanaan pembangunan daerah. Setiap tahapan harus
dilalui untuk memperoleh dokumen RPMJK yang aplikatif dan implementatif.
Dinamika pembangunan ekonomi daerah, salah satu aspek yang perlu
diperhitungkan adalah kemampuan untuk memanfaatkan atau menggunakan
sumberdaya-sumberdaya baik manusia maupun sumberdaya alam yang efektif
dan efisien. Kemampuan dalam mengalokasian dan memanfaatkan
sumberdaya tersebut akan sangat di tentukan oleh kapasitas dan ketersediaan
sumberdaya dimaksud dengan kata lain, persediaan (dalam aspek kuantitatif )
dan dimensi penggunaannya harus dirumuskan dalam suatu kerangka
5
hamil. Selain itu, terjadi disparitas masalah gizi yang cukup tinggi khususnya
di wilayah Indonesia Timur.
3. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Indonesia masih menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit
menular dan penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular pada tahun 2013
telah menyumbang 69 persen dari seluruh penyebab kematian di Indonesia.
Sementara penyakit menular masih menjadi masalah walaupun sedikit demi
sedikit dapat dikurangi, diantaranya penurunan prevalensi DBD, diare,
malaria, TB, dan AIDS.
4. Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan yang Berkualitas
Akses terhadap pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier
diprioritaskan pada daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK). Data
dari Supply Side Readiness Health Sector Review (Bappenas, 2015)
menunjukkan rata-rata indeks kesiapan pelayanan umum untuk seluruh
kategori puskesmas baru mencapai 71 dari maksimum 100. Indeks kesiapan
yang paling tinggi adalah peralatan dasar 84 persen dan yang paling rendah
adalah kapasitas diagnosis 61 persen. Faktor penyebab diantaranya kendala
geografis, disparitas pembangunan antar daerah, dan DTPK.
5. Pemenuhan Ketersediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Pengawasan Obat dan
Makanan
Permasalahan pada bidang farmalkes dan pengawasannya cukup
kompleks dimana masalah tidak saja pada produksi, distribusi dan
penggunaannya, tetapi juga pada tingkat perencanaan dan sistem informasinya.
Ketersediaan obat dan vaksin secara umum telah cukup baik yaitu mencapai
96,93% pada tahun 2013 tetapi ketersediaan di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar masih belum memadai. Begitu juga dengan penggunaan obat generik di
sarana kesehatan terus meningkat tetapi penggunaan obat rasional di sarana
pelayanan kesehatan dasar pemerintah baru mencapai 61,9%.
6. Pemenuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan
7
kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup
(Muhammad Tahir et all (2022).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000
kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup. Meskipun
demikian, angka kematian neonatus, bayi, dan balita diharapkan akan terus
mengalami penurunan. Intervensi-intervensi yang dapat mendukung
kelangsungan hidup anak ditujukan untuk dapat menurunkan AKN menjadi 10
per 1000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup di
tahun 2024 sedangkan angka kematian ibu secara umum terjadi penurunan
selama periode 1991- 2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka kematian ibu, namun tidak
berhasil mencapai target MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Data tahun 2015 memperlihatkan
angka kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan target MDGs (Kemenkes,
2020) (Muhammad Tahir et all (2022).
Angka mortalitas yang masih tinggi menjadi masalah kesehatan yang
harus ditangani secara serius, mulai proses perencana sampai evaluasi,
kesalahan dalam menyusun perencana kesehatan akan berdampak pada
peningkatan angka kematian, sehingga untuk menekan angka kematian ibu,
neonatus dan balita maka harus dimulai dari proses perencanaan kesehatan
yang baik.Puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat
harus mampu menyusun rencana kegiatan untuk menyelesaikan permasalahan
kesehatan. Untuk menyusun perencanaan kesehatan yang tepat sasaran, maka
tim perencanaan tingkat puskesmas harus dibekali kemampuan dalam
menyusun perencanaan kesehatan (Muhammad Tahir et all (2022).
Berdasarkan data tersebut, maka dimelaksanakan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat dengan pelatihan dan pendampingan penyusunan
perencanaan Puskesmas. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
14
A. Kesimpulan
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang Kesehatan merupakan
dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat program-program
pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan dan menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan tahuman.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program
Indonesia sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didnkung dengan perlindungan finansial dan pemeratan
pelayanan kesehatan.
2. Rencana strategi kementerian kesehatan 2020-2024 dirancang untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan dasar berupa kesehatan bagi masyarakat
Indonesia. Pemenuhan pelayanan dasar itu tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Dalam
rakernas tahun 2020 ada 5 fokus masalah kesehatan yang menjadi pokok
pembahasan. Kelima focus tersebut adalah terkait dengan angka kematian
ibu dan anak, pengendalian stunting, pencagahan dan pengendalian
penyakit, Gerakan masyarakat sehat (GERMAS),dan tata kelola system
kesehatan.
3. Perencanaan pada hakikatnya merupakan suatu bentuk rancangan
pemecahan masalah. Oleh sebab itu langkah awal dalam perencanaan
kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan. Masalah
adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam menemukan
masalah kesehatan perlu dilakukan pengukuran derajat kesehatan.
Pengukuran derajat kesehatan meliputi indikator Mortalitas (kematian),
Morbiditas (kesakitan), dan Status Gizi.
16
17
B. Saran
Reformasi bidang kesehatan dan gizi masyarakat terutama di fokuskan
pada penguatan upaya kesehatan dasar yang berkualitas terutama melalui
peningkatan jaminan kesehatan dan peningkatan akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem
kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan. Pada perencanaan tingkat
puskesmas disarankan untuk terus meningkatkan pemahaman dan kemampuan
dalam menyusun perencanaan puskesmas sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Irwan Safwadi, Saifuddin, Riki Musriandi & Usman. (2021). Evaluasi Capaian
Pembangunan Daerah Berdasarkan Indikator Kinerja Utama Dan Indikator
Kinerja Daerah. Jurnal Humaniora Vol. 5, No. 2. Page. 104-118.
Pungkas Bahjuri Ali, STP, MS PhD. Ardhiantie, SKM, MPH. M. Dzulfikar Arifi,
SKM. Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., PhD. Dr. dr. Dwi Handono,
M.Kes. Muhamad Faozi Kurniawan, SE. Ak, MPH. Budi Eko Siswoyo,
SKM., MPH. Madelina Ariani, SKM, MPH. Emmy Nirmalasari, SKep.,
MPH (2017). Modul Sinkronisasi RPJMD-RPJMN bidang Kesehatan dan
Gizi Masyarakat.