Anda di halaman 1dari 21

Tugas Makalah Kelompok 11

(PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN)


RPJMK, RTPK, DAN PERENCANAAN KESEHATAN TINGKAT
PUSKESMAS

OLEH:

1. RIKA ASTRIKA RESKI (J1A121183)


2. SESTIKA MUNAWAR DINA (J1A121195)
3. SUNDARI TRI AMANDA (J1A121208)
4. WA ODE NUR SILMI (J1A121222)

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penguasa alam semesta yang telah
memberikan taufiq, rahmat, hidayahnya serta inayahnya sehingga kami dapat
beraktifitas untuk menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Rpjmk,
Rtpk, dan Perencanaan Kesehatan Tingkat Puskesmas” ini walaupun banyak isi dari
rangkuman yang kami kutip dari sumbernya.

Makalah ini berisi tentang “Rpjmk, Rtpk, dan Perencanaan Kesehatan


Tingkat Puskesmas”. Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Rpjmk, Rtpk, dan
Perencanaan Kesehatan Tingkat Puskesmas. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Kendari, 01 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

COVER........................................................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang.............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujaun ............................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3

A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kesehatan (RPJMK) ............ 3


B. Rencana Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK) ..................................... 11
C. Perencanaan Kesehatan Tingkat Puskesmas ........................................................ 12

BAB III PENUTUP................................................................................................................................. 16

A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 16
B. Saran ............................................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSATAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perencanaan kesehatan merupakan suatu proses yang merumuskan
masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan
dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok
dan menyusun langkah- langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Dengan demikian, proses perencanaan. dilakukan dengan menguji
berbagai arah pencapaian serta mengkaji berbagai ketidakpastian yang ada,
mengukur kemampuan (kapasitas) kita untuk mencapainya kemudian memilih
arah-arah dan langkah-langkah terbaik untuk mencapainy (Muhammad Tahir et
all (2022).
Sesuai RPJMK, Indikator Kinerja Daerah (IKD) terbagi berdasarkan
aspek kesejahteraan masyarakat dan aspek pelayanan umum yang termasuk
dalam layanan urusan wajib dasar. IPM merupakan indikator penting untuk
mengukur keberhasilan dalam upaya pembangunan kualitas hidup manusia.
IPM juga menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan untuk memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan
sebagainya (Irwan Safwadi et all, 2021).
IPM di bentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu unit panjang dan hidup
sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup
layak (decent standard of living). Umur panjang digambarkan oleh Umur
Harapan Hidup saat lahir (UHH) yaitu jumlah tahun yang di harapkan dapat
dicapai oleh bayi yang baru lahir unutuk hidup, dengan asumsi bahwa pola
angka kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi.
Pengetahuan di ukur dengan indikator rata-rata lama sekolah dan harapan lama
sekolah (Irwan Safwadi et all, 2021).

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kesehatan
(RPJMK)?
2. Bagaimana Rencana Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)?
3. Bagaimana Perencanaan Kesehatan Tingkat Puskesmas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Kesehatan (RPJMK).
2. Untuk mengetahui bagaimana Rencana Tahunan Pembangunan Kesehatan
(RTPK).
3. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan kesehatan tingkat puskesmas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kesehatan (RPJMK)


Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat Keschatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan umber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomis.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang Kesehatan
merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat program-
program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan dan menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan tahuman.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia
sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didnkung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan
kesehatan.
Indonesia sebagai negara yang menganut sistem negara kesatuan,
aktivitas pemerintah tidak hanya di level pusat, tetapi juga di daerah sebagai
konsekuensi dari desentralisasi. Desentralisasi akan melahirkan otonomi
daerah. Salah satu nya perwujudan dari pelaksanaan otonomi daerah adalah
membuat rencana pembangunan daerah. Pada umumnya negara-negara sedang
berkembang proses perencanaan pembangunan mengacu pada kondisi
ekonomi, daftar usulan-usulan pengeluaran publik, proyeksi kondisi ekonomi
makro terhadap perekonomian dan review kebijakan-kebijakan pemerintah
(Lewis, 2005).

3
4

Peran penting ini salah satunya dimiliki oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Kabupaten (DPRK) Nagan Raya sebagai bagian dari menjalankan fungsinya
dalam perencanaan pembangunan. Dalam proses penyusunan sebuah Program
khususnya program pembangunan daerah. Tentunya sering ditemui
permasalahan-permasalahan yang bisa menyebabkan kegagalan atau tidak
efektif. Permasalahan tersebut di antaranya: pertama masih ada ego sektoral
antara para aparat pemerintahan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan.
Kedua, kurang terpadunya antara Program dan Anggaran. Ketiga, belum
optimal nya peran serta masyarakat dalam proses penyususna program untuk
membangun daerah sehingga kebanyakan program yang disusun masih bersifat
top own planing. Terdapat berbagai faktor lingkungan, faktor jumlah dan
kompetensi program, faktor sistem yang digunakan, faktor ilmu pengetahuan
dan teknologi serta faktor anggaran (Riyadi dan Brutakusuma, 2004).
Salah satu perencanaan pembangunan daerah yang strategis adalah
rencana pembangunan jangka menengah (RPJMK). Dalam proses penyusunan
RPJMK terdiri dari 5 tahapan:
1). Penyusunan rancangan awal RPJMK.
2). Penyusunan rancangan selanjutnya RPJMK.
3). Pelaksanaan RPJMK.
4). Penyusunan rancangan akhir RPJMK.
5). Penetapan perda RPJMK.
Kelima tahapan tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat siklis
dalam sebuah system perencanaan pembangunan daerah. Setiap tahapan harus
dilalui untuk memperoleh dokumen RPMJK yang aplikatif dan implementatif.
Dinamika pembangunan ekonomi daerah, salah satu aspek yang perlu
diperhitungkan adalah kemampuan untuk memanfaatkan atau menggunakan
sumberdaya-sumberdaya baik manusia maupun sumberdaya alam yang efektif
dan efisien. Kemampuan dalam mengalokasian dan memanfaatkan
sumberdaya tersebut akan sangat di tentukan oleh kapasitas dan ketersediaan
sumberdaya dimaksud dengan kata lain, persediaan (dalam aspek kuantitatif )
dan dimensi penggunaannya harus dirumuskan dalam suatu kerangka
5

kebijakan pembangunan ekonomi daerah yang bermutu, adil, berwawasan


lingkungan dan berkelanjutan.
Isu strategis yang dihadapi oleh bidang kesehatan dan gizi masyarakat
dapat diringkas pada 7 (tujuh) poin berikut. (Pungkas Bahjuri Ali et all, 2017):
1. Peningkatan Kesehatan Ibu, anak, Remaja dan Lansia
Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi walaupun dalam
beberapa dekade terakhir AKI telah mengalami penurunan. Menurut SDKI
1994, AKI di Indonesia sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup kemudian
menurun menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Kemudian
naik kembali berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP 2010), AKI di Indonesia
sebesar 346 per 100.000 kelahiran hidup, sementara berdasarkan hasil survei
SDKI tahun 2012 sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Masalah lainnya adalah standar kualitas pelayanan kesehatan dasar
masih belum sepenuhnya mendukung kesehatan ibu dan anak, contohnya lebih
dari separuh puskesmas PONED belum memiliki tenaga terlatih dan sebagian
besar puskesmas belum dilengkapi dengan peralatan dan obat-obatan yang
memadai. Kesehatan ibu dan anak sangat terkait dengan kesehatan remaja
putri, sedangkan hampir sepertiga dari remaja putri tergolong pendek. Begitu
juga dengan prediksi meningkatnya penduduk lansia yang menuntut harus
disiapkannya pelayanan kesehatan lansia. Disparitas status kesehatan pada
kelompok penduduk miskin lebih tinggi dari kelompok penduduk kaya.
Kematian bayi dan kekurangan gizi di pedesaan jauh lebih tinggi dibanding
dengan perkotaan.
2. Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat
Beban ganda permasalahan gizi di Indonesia saat ini adalah pada waktu
yang bersamaan Indonesia menghadapi masalah gizi kurang dan gizi lebih.
Saat ini keadaan stunting balita di Indonesia mencapai 37,2 persen, begitu juga
dengan kejadian anemia yang terjadi pada anak balita, remaja putri, dan ibu
6

hamil. Selain itu, terjadi disparitas masalah gizi yang cukup tinggi khususnya
di wilayah Indonesia Timur.
3. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Indonesia masih menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit
menular dan penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular pada tahun 2013
telah menyumbang 69 persen dari seluruh penyebab kematian di Indonesia.
Sementara penyakit menular masih menjadi masalah walaupun sedikit demi
sedikit dapat dikurangi, diantaranya penurunan prevalensi DBD, diare,
malaria, TB, dan AIDS.
4. Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan yang Berkualitas
Akses terhadap pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier
diprioritaskan pada daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK). Data
dari Supply Side Readiness Health Sector Review (Bappenas, 2015)
menunjukkan rata-rata indeks kesiapan pelayanan umum untuk seluruh
kategori puskesmas baru mencapai 71 dari maksimum 100. Indeks kesiapan
yang paling tinggi adalah peralatan dasar 84 persen dan yang paling rendah
adalah kapasitas diagnosis 61 persen. Faktor penyebab diantaranya kendala
geografis, disparitas pembangunan antar daerah, dan DTPK.
5. Pemenuhan Ketersediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Pengawasan Obat dan
Makanan
Permasalahan pada bidang farmalkes dan pengawasannya cukup
kompleks dimana masalah tidak saja pada produksi, distribusi dan
penggunaannya, tetapi juga pada tingkat perencanaan dan sistem informasinya.
Ketersediaan obat dan vaksin secara umum telah cukup baik yaitu mencapai
96,93% pada tahun 2013 tetapi ketersediaan di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar masih belum memadai. Begitu juga dengan penggunaan obat generik di
sarana kesehatan terus meningkat tetapi penggunaan obat rasional di sarana
pelayanan kesehatan dasar pemerintah baru mencapai 61,9%.
6. Pemenuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan
7

WHO merekomendasikan rasio ketersediaan dokter 10 per


10.000 penduduk, di Indonesia ketersedian dokter masih 2 per 10.000
penduduk. Hal ini juga diiringi dengan jenis tenaga kesehatan lainnya.
Kekurangan tenaga kesehatan tidak saja terjadi di fasilitas pelayanan primer
tetapi juga di tingkat rujukan.
Saat ini jumlah perguruan tinggi kesehatan semakin meningkat hal ini
menjadi tantangan tersendiri untuk dapat menjamin kualitas dan
kompetensinya. Tidak meratanya sebaran tenaga kesehatan, selain dipengaruhi
oleh kondisi geografis Indonesia yang sulit juga terjadi akibat sistem rekrutmen
dan formasi tenaga yang tidak sama antardaerah. Begitu juga dengan
penempatan tenaga kesehatan di DTPK belum sepenuhnya didukung dengan
regulasi di tingkat daerah, dukungan finansial, dan fasilitas non finansial yang
memadai.
7. Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Upaya peningkatan promosi kesehatan erat kaitanya dengan
ketersediaan tenaga kesehatan dengan keahlian promosi kesehatan, wawasan
promosi kesehatan dari tenaga kesehatan lain, serta lingkungan strategis diluar
kesehatan untuk mendukung kebijakan berwawasan kesehatan yang masih
terbatas. Tantangan utama dalam promosi kesehatan adalah keberlanjutan
pembangunan kesehatan dan sektor-sektor lain sehingga peran serta sektor lain
dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat juga meningkat.
Reformasi bidang kesehatan dan gizi masyarakat terutama difokuskan
pada penguatan upaya kesehatan dasar yang berkualitas terutama melalui
peningkatan jaminan kesehatan dan peningkatan akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem
kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan. Arah kebijakan yang
tertuang pada RPJMN 2015-2019 didasarkan pada masalah, tantangan, dan
sasaran pokok yang telah disebutkan diatas, yakni:
8

1. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja dan


lanjut usia yang berkualitas, diantaranya melalui peningkatan akses dan
mutu layanan kesehatan berkelanjutan, peningkatan pelayan an kesehatan
reproduksi remaja, dan peningkatan peran upaya kesehatan berbasis
masyarakat.
2. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat, diantaranya melalui peningkatan
surveilans gizi dan pemantauan tumbuh kembang anak, peningkatan promosi
perilaku masyarakat tentang kesehatan, gizi, sanitasi, dan pengasuhan serta
penguatan lintas sektor dalam intervensi sensitif dan spesifik.
3. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan,
diantaranya melalui peningkatan surveilan epidemiologi faktor risiko dan
penyakit, pencegahan dan pengendalian kejadian luar biasa/wabah, serta
peningkatan kesehatan lingkungan dan akses terhadap air bersih.
4. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas,
diantaranya melalui pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan dasar sesuai
standar mulai dari fasilitas layanan primer hingga rujukan, pengembangan
kesehatan tradisional dan komplementer serta pengembangan inovasi
pelayanan kesehatan dasar melalui pelayanan kesehatan bergerak hingga
kunjungan rumah dan pelayanan kesehatan masyarakat.
5. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas,
diantaranya melalui pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
terutama rumah sakit rujukan nasional, rumah sakit rujukan regional, rumah
sakit di setiap kabupaten/kota, dan pengembangan inovasi pelayanan kesehatan
melalui rumah sakit pratama, telemedicine, dan pelayanan kesehatan
tradisional, alternatif dan komplementer.
6. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas
farmasi dan alat kesehatan, diantaranya melalui peningkatan ketersediaan
dan keterjangkauan obat, peningkatan pengendalian monitoring dan evaluasi
harga obat, dan meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.
9

7. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan, diantaranya melalui


penguatan sistem pengawasan obat dan makanan berbasis risiko dan penguatan
kapasitas dan kapabilitas pengujian obat dan makanan.
8. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran, dan mutu sumber daya
manusia kesehatan, diantaranya melalui pemenuhan kebutuhan tenaga
kesehatan di DTPK dan peningkatan mutu tenaga kesehatan
melalui peningkatan kompetensi pendidikan, dan pelatihan seluruh jenis
tenaga kesehatan.
9. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat,
diantaranya melalui peningkatan advokasi kebijakan pembangunan
berwawasan kesehatan dan pengembangan metode dan teknologi promosi
kesehatan.
10. Menguatkan manajemen, penelitian dan pengembangan, dan sistem
informasi kesehatan, diantaranya melalui peningkatan kemampuan teknis dan
pengelolaan program kesehatan serta peningkatan transparansi tata kelola
pemerintahan.
11. Memantapkan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
bidang kesehatan, diantaranya melalui peningkatan cakupan kepesertaan
melalui Kartu Indonesia Sehat dan peningkatan pelayanan kesehatan termasuk
penguatankerjasama pemerintah dan swasta.
12. Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan,
diantaranya melalui peningkatan pembiayaan kesehatan publik dan
peningkatan pembiayaan dalam rangka mendukung pencapaian universal
health coverage (UHC).
Kerangka pendanaan diupayakan berasal dari peningkatan upaya
dukungan dana publik (pemerintah), termasuk upaya peningkatan tanggung
jawab pemerintah daerah, peningkatan dana yang bersumber dari tarif atau
pajak khusus, dan peningkatan peran dukungan masyarakat dan dunia usaha
melalui public private partnership (PPP) dan CSR. Sementara itu, efektivitas
10

pengelolaannya dilakukan dengan cara pembagian peran dan tanggung jawab


antar pemerintah pusat dan daerah, sinergitas perencanaan di tingkat pusat dan
daerah, serta pemanfaatan dana alokasi khusus bidang kesehatan yang tepat
sasaran dan tepat guna.
Dalam mendukung pembangunan kesehatan 2015-2019,
diperlukan kerangka regulasi sebagai berikut: (1) karantina kesehatan, wabah
penyakit menular, senjata biologis, farmasi, pembagian urusan dan
kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten kota;
(2)pelaksanaan dan pengelolaan JKN termasuk kepesertaan, pengelolaan,
pembayaran penyedia layanan dan kesiapan pelayanan kesehatan serta
pemantauan dan evaluasinya; (3)pengembangan sumber daya manusia
kesehatan termasuk jenis, sertifikasi, kompetensi, dan kualifikasi tenaga
kesehatan serta pemenuhan tenaga kesehatan di DTPK; (4)penyusunan dan
sinkronisasi sebagai turunan dari undang-undang yang mengatur pembangunan
kesehatan; (5)penguatan peraturan perundangan yang terkait sistem kesehatan,
rekam medis, dan kerjasama puskesmas dengan unit transfusi darah; dan (6)
pelaksanaan PPP dan CSR dalam pembangunan kesehatan dan gizi
masyarakat. Sebagian besar kebutuhan regulasi sudah tertuang dalam RKP
sesuai prioritas.
Selain itu, penguatan kelembagaan dalam pelaksanaan pembangunan
kesehatan 2015-2019 dilakukan melalui:(1) Sinkronisasi nomen
klatur kelembagaan pusat dan daerah dalam rangka peningkatan sinergitas
kebijakan perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan pembangunan
kesehatan di pusat dan daerah dan pengarusutamaan pembangunan
berwawasan kesehatan; (2) Penguatan pemantauan, pengendalian,
pengawasan, dan evaluasi termasuk melalui pengembangan riset implementasi
dan sistem data base untuk pemantauan dan evaluasi pembangunan. Selain itu
studi efektivitas, studi dampak dan pengembangan mekanisme penguatan
sistem informasi menyeluruh dan terpadu mulai dari fasilitas pelayanan,
11

kabupaten/kota, provinsi, dan pusat juga diperlukan; (3)Penguatan


kelembagaan balai pengawasan obat dan makanan, peningkatan sinergi
kelembagaan dalam penanganan program lintas sektor/lintas bidang untuk
pembangunan kesehatan termasuk pangan dan gizi dan penanggulangan
HIV/AIDS; dan (4)Pelembagaan penilaian teknologi kesehatan (health
technology assessment/HTA) dan pertimbangan klinik (clinical advisory).

B. Rencana Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)


Pembangunan kesehatan Nasional adalah upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat Indonesiayang dilakukan secara berkelanjutan
berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan sumber daya yang
ada serta dengan memperhatikan tantangan global maupun lokal spesifik. Untuk
mendukung terwujudnya upaya yang berkesinambungan tersebut harus
mengacu pada undang-undang 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan
Pembangunan Nasional.
Sejalan dengan visi dan misi Presiden Republik Indonesia tahun 2020-
2024 yaitu terwujudnya Indonesia Maju yang berdaulat, Mandiri, dan
berkepribadian Berlandaskan gotong royong, dimana peningkatan kualitas
manusia Indonesia menjadi perioritas utama dengan dukungan pembangunan
kesehatan yang terarah, terukur, merata dan berkeadilan. Pembangunan
kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Tahun 2020 merupakan tahun pertama pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024 dan juga
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024. Dan
periode tahun 2020-2024 juga merupakan tahapan terakhir dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang sangat penting dan strategis.
RPJMN 2020-2024 akan mempengaruhi pencapaian target pembangunan
dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai tingkat
12

kesejahteraan setara dengan Negara-negara berpenghasilan menengah atas yang


memiliki kondisi infrasstruktur, kualitas sumber daya manusia, pelayanan
publik serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
Rencana strategi kementerian kesehatan 2020-2024 dirancang untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan dasar berupa kesehatan bagi masyarakat
Indonesia. Pemenuhan pelayanan dasar itu tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Dalam
rakernas tahun 2020 ada 5 fokus masalah kesehatan yang menjadi pokok
pembahasan. Kelima focus tersebut adalah terkait dengan angka kematian ibu
dan anak, pengendalian stunting, pencagahan dan pengendalian penyakit,
Gerakan masyarakat sehat (GERMAS),dan tata kelola system kesehatan.
Rencana Kerja Tahunan (RKT) merupakan dokumen perencanaan
tahunan yang digunakan sebagai acuan dasar pelaksanaan program dan kegiatan
yang akan dilaksanakan. Penyusunan RKT 2021 dilaksanakan setelah
ditetapkannya Daftar Isisan Pelaksanaan Anggaran (DIPA) 2021. RKT menjadi
acuan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi cegah tangkal penyakit
Public Healt Emergency of International Concern (PHEIC) yang mungkin
masuk dari Negara atau daerah tanpa menghambat perjalanan dan perdagangan
melalui pelabuhan maupun bandara.

C. Perencanaan Kesehatan Tingkat Puskesmas


Perencanaan pada hakikatnya merupakan suatu bentuk rancangan
pemecahan masalah. Oleh sebab itu langkah awal dalam perencanaan
kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan. Masalah
adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam menemukan masalah
kesehatan perlu dilakukan pengukuran derajat kesehatan. Pengukuran derajat
kesehatan meliputi indikator Mortalitas (kematian), Morbiditas (kesakitan),
dan Status Gizi. Angka mortalitas dapat dilihat dari Angka Kematian Bayi
(AKB) per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000
13

kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup
(Muhammad Tahir et all (2022).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000
kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup. Meskipun
demikian, angka kematian neonatus, bayi, dan balita diharapkan akan terus
mengalami penurunan. Intervensi-intervensi yang dapat mendukung
kelangsungan hidup anak ditujukan untuk dapat menurunkan AKN menjadi 10
per 1000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup di
tahun 2024 sedangkan angka kematian ibu secara umum terjadi penurunan
selama periode 1991- 2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka kematian ibu, namun tidak
berhasil mencapai target MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Data tahun 2015 memperlihatkan
angka kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan target MDGs (Kemenkes,
2020) (Muhammad Tahir et all (2022).
Angka mortalitas yang masih tinggi menjadi masalah kesehatan yang
harus ditangani secara serius, mulai proses perencana sampai evaluasi,
kesalahan dalam menyusun perencana kesehatan akan berdampak pada
peningkatan angka kematian, sehingga untuk menekan angka kematian ibu,
neonatus dan balita maka harus dimulai dari proses perencanaan kesehatan
yang baik.Puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat
harus mampu menyusun rencana kegiatan untuk menyelesaikan permasalahan
kesehatan. Untuk menyusun perencanaan kesehatan yang tepat sasaran, maka
tim perencanaan tingkat puskesmas harus dibekali kemampuan dalam
menyusun perencanaan kesehatan (Muhammad Tahir et all (2022).
Berdasarkan data tersebut, maka dimelaksanakan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat dengan pelatihan dan pendampingan penyusunan
perencanaan Puskesmas. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
14

pemahaman proses perencanaan dan mampu menyusun perencanaan tingkat


puskesmas yang tepat sasaran (Muhammad Tahir et all (2022).
Kegiatan pendampingan penyusunan perencaaan puskesmas meliputi
penyusunan rencana usulan kegiatan dan penyusunan rencana pelaksanaan
kegiatan yang mengacu pada pedoman manajemen puskesmas (Permenkes,
2016), pada kegiatan ini dimulai dengan membuat analisis situasi berupa
pengumpulan data kinerja Puskesmas dan analisis data. Analisis masalah dari
sisi pandang masyarakat, yang dilakukan melalui Survey Mawas
Diri/Community Self Survey (SMD/CSS) (Muhammad Tahir et all (2022).
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) merupakan hasil analisis
masalah yang diformulasikan bersama dengan lintas sektor terkait dan
didampingi oleh dinas kesehatan kabupaten. Penyusunan RUK terintegrasi
kedalam sistem perencanaan daerah dan dalam tataran target pencapaian akses,
target kualitas pelayanan, target pencapaian output dan outcome, serta
menghilangkan kondisi yang dapat menyebabkan kehilangan peluang dari
sasaran program untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang seharusnya
dapat dilaksanakan secara terintegrasi dalam satu pelaksanaan (missed
opportunity) (Muhammad Tahir et all (2022).
Pada proses pendampingan penyusunan RUK, tim pendamping
membantu pengelola program dalam melakukan analisis masalah, dan
melakukan diskusi dalam mengisi formular rencana usulan tersebut, kemudian
RUK tersebut diserahkan ke bagian Tim Perencanaan Tingkat Puskesmas
untuk dibahas menjadi Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Penyusunan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) dilaksanakan melalui pendekatan
keterpaduan lintas program dan lintas sector. Keterpaduan penting untuk
dilaksanakan mengingat adanya keterbatasan sumber daya di Puskesmas.
Dengan keterpaduan tidak akan terjadi missed opportunity, kegiatan
Puskesmas dapat terselenggara secara efisien, efektif, bermutu, dan target
prioritas yang ditetapkan pada perencanaan lima tahunan dapat tercapai.
15

Tahapan penyusunan RPK dilakukan dengan mempelajari alokasi kegiatan dan


biaya yang sudah disetujui, membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui
dengan RUK yang diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK, menyusun
rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan serta
sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasipelaksanaan, mengadakan
Lokakarya Mini Bulanan Pertama untuk membahas kesepakatan RPK,
Membuat RPK tahunan yang telah disusun dalam bentuk matriks, RPK dirinci
menjadi RPK bulanan bersama dengan target pencapaiannya, dan direncanakan
kegiatan pengawasan dan pengendaliannya, RPK dimungkinkan untuk
dirubah/disesuaikan dengan kebutuhan apabila dalam hasil analisis
pengawasan dan pengendalian kegiatan bulanan dijumpai kondisi tertentu
(bencana alam, konflik, Kejadian Luar Biasa, perubahan kebijakan mendesak,
dll) yang harus dituangkan kedalam RPK. Perubahan RPK dilakukan dengan
pendampingan dinas kesehatan, dan tidak mengubah pagu anggaran yang ada,
untuk ibusemua kegiatan yang akan dilaksanakan, agar dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik, perlu didukung dokumen yang relevan
(Muhammad Tahir et all (2022).

Pada proses pendampingan penyusunan RPK, tim pendamping


membantu Tim Perencana Tingkat Puskesmas untuk melakukan tahapan
penyusunan RPK, termasuk pada proses pelaksanaan lokakarya mini
puskesmas, baik bulanan maupun tribulanan (Muhammad Tahir et all (2022).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang Kesehatan merupakan
dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat program-program
pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan dan menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan tahuman.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program
Indonesia sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didnkung dengan perlindungan finansial dan pemeratan
pelayanan kesehatan.
2. Rencana strategi kementerian kesehatan 2020-2024 dirancang untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan dasar berupa kesehatan bagi masyarakat
Indonesia. Pemenuhan pelayanan dasar itu tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Dalam
rakernas tahun 2020 ada 5 fokus masalah kesehatan yang menjadi pokok
pembahasan. Kelima focus tersebut adalah terkait dengan angka kematian
ibu dan anak, pengendalian stunting, pencagahan dan pengendalian
penyakit, Gerakan masyarakat sehat (GERMAS),dan tata kelola system
kesehatan.
3. Perencanaan pada hakikatnya merupakan suatu bentuk rancangan
pemecahan masalah. Oleh sebab itu langkah awal dalam perencanaan
kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan. Masalah
adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam menemukan
masalah kesehatan perlu dilakukan pengukuran derajat kesehatan.
Pengukuran derajat kesehatan meliputi indikator Mortalitas (kematian),
Morbiditas (kesakitan), dan Status Gizi.

16
17

B. Saran
Reformasi bidang kesehatan dan gizi masyarakat terutama di fokuskan
pada penguatan upaya kesehatan dasar yang berkualitas terutama melalui
peningkatan jaminan kesehatan dan peningkatan akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem
kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan. Pada perencanaan tingkat
puskesmas disarankan untuk terus meningkatkan pemahaman dan kemampuan
dalam menyusun perencanaan puskesmas sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Tahir, Asmah Sukarta & Kassaming. (2022). Pelatihan dan


Pendampingan Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas. Journal of
Community Engagement in Health Vol. 5 No 2. Page. 226-230.

Irwan Safwadi, Saifuddin, Riki Musriandi & Usman. (2021). Evaluasi Capaian
Pembangunan Daerah Berdasarkan Indikator Kinerja Utama Dan Indikator
Kinerja Daerah. Jurnal Humaniora Vol. 5, No. 2. Page. 104-118.

Pungkas Bahjuri Ali, STP, MS PhD. Ardhiantie, SKM, MPH. M. Dzulfikar Arifi,
SKM. Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., PhD. Dr. dr. Dwi Handono,
M.Kes. Muhamad Faozi Kurniawan, SE. Ak, MPH. Budi Eko Siswoyo,
SKM., MPH. Madelina Ariani, SKM, MPH. Emmy Nirmalasari, SKep.,
MPH (2017). Modul Sinkronisasi RPJMD-RPJMN bidang Kesehatan dan
Gizi Masyarakat.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional.

Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan


Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan


Pembangunan Nasional. (2014). Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2015-2019: Buku II Agenda Pembangunan Bidang.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan


Pembangunan Nasional. (2014). Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2015-2019: Buku III Agenda Pembangunan Wilayah.

Anda mungkin juga menyukai