Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR KESEHATAN MASYARAKAT

PRAKTIKUM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


“KEBISINGAN”

OLEH:
KELAS REGULER D 2021
KELOMPOK 2
RANGGA HARDIANTO J1A121181
SANIYAH DWIYANTI AMIN J1A121189
SASMITA WULAN DARI J1A121192
SERLINA KAMBAN J1A121194
SILVIA ANASTASYA KIA J1A121196
SRI MULIATI SANI J1A121201
SUN JUNIAR MARNO J1A121207
TALITAH AL FITRAH J1A121210
UMMI ARINA DEWI J1A121213
WA ODE AMEITHA LADIAZ J1A121215
WA ODE MUTMAINNAH J1A121219
WA ODE NUR INSAAN SAKINAH LOGO J1A121221
WA ODE NURSILMI J1A121222
WA ODE SALEHA J1A121224
WADE FARIANA J1A121225
WAODE DHIVA RAFIDAH PALAIDO J1A121227
WERLIN MANGAGO J1A121228

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan Praktikum ........................................................................................ 3
C. Prinsip Alat .................................................................................................. 3
D. Manfaat Praktikum ...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
A. Definisi Kebisingan ..................................................................................... 4
B. Alat Pengukuran Kebisingan ....................................................................... 5
C. Baku Mutu Tingkat Kebisingan .................................................................. 6
D. Nilai Ambang Batas .................................................................................... 7
E. Sumber Kebisingan ..................................................................................... 9
BAB III METODE PEERCOBAAN ................................................................. 11
A. Alat ............................................................................................................ 11
B. Bahan ......................................................................................................... 12
C. Prosedur Kerja ........................................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 15
A. Hasil .......................................................................................................... 15
B. Analisis Data ............................................................................................. 19
C. Pembahasan ............................................................................................... 22
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 25
A. Kesimpulan................................................................................................ 25
B. Saran .......................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28
LAMPIRAN ......................................................................................................... 29

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat dan hidayahnya, terutama nikmat kesempatan dan kesehatan
sehingga kami bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Kesehatan dan
Keselamatan Kerja mengenai “Kebisingan”. Laporan Praktikum ini disusun
guna memperluas pengetahuan dan meningkatkan kemampuan dalam melakukan
pengukuran pencahayaan dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Meskipun dalam penyusunan laporan ini penulis banyak menemukan
hambatan dan kesulitan, tetapi karena motivasi dan dorongan dari berbagai pihak
laporan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada Dosen Pembimbing Praktikum
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Halu Oleo, serta kepada asisten laboratorium.
Penyusun menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan di dalam penulisan
laporan ini, maka dari itu penyusun mengharapkan sebuah kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kendari, 3 Maret 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sound Level Meter SL-4001 ........................................................ 12


Gambar 2. Stopwatch ..................................................................................... 12
Gambar 3. Alat Tulis ...................................................................................... 13
Gambar 4. Kalkulator ..................................................................................... 13

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Baku Mutu Tingkat Kebisingan ....................................................... 7


Tabel 2. Nilai Ambang Batas Kebisingan ...................................................... 9
Tabel 3. Hasil Pengukuran L1 di Parkiran FKM UHO .................................. 17
Tabel 4. Hasil Pengukuran L2 di Parkiran FKM UHO .................................. 17
Tabel 5. Hasil Pengukuran L3 di Parkiran FKM UHO .................................. 18
Tabel 6. Hasil Pengukuran L1 di Jalanan Depan FKM UHO ........................ 18
Tabel 7. Hasil Pengukuran L2 di Jalanan Depan FKM UHO ........................ 19
Tabel 8. Hasil Pengukuran L3 di Jalanan Depan FKM UHO ........................ 19
Tabel 9. Hasil Pengukuran L1 di Ruang Kelas FKM UHO ........................... 20
Tabel 10. Hasil Pengukuran L2 di Ruang Kelas FKM UHO ......................... 20
Tabel 11. Hasil Pengukuran L3 di Ruang Kelas FKM UHO ......................... 20

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap pekerjaan memiliki potensi bahaya (hazard) yang dapat
menimbulkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Salah satu potensi bahaya
yang terdapat di lingkungan kerja adalah kebisingan. Kebisingan merupakan
polusi ketiga tertinggi di kota-kota besar. Setiap hari terdapat 4 juta pekerja
dalam bahaya kebisingan, sedangkan setiap tahunnya 22 juta pekerja
berpotensi terpapar bahaya kebisingan. Industri di Amerika Serikat membayar
denda lebih dari 1,5 juta dolar akibat tidak melindungi para pekerja dari
kebisingan. WHO juga melaporkan bahwa kebisingan menyebabkan kerugian
kesehatan sebesar 4 juta dolar setiap harinya dan menempatkan pekerja pada
risiko kesehatan yang tinggi (Amin, 2019).
Perkembangan pembangunan industri di Indonesia telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Dalam pembangunan di Indonesia, industri akan
terus berkembang sampai tingkat industri maju. Seperti diketahui bahwa
hampir semua jenis industri mempergunakan mesin-mesin yang dapat
menjadikan sumber kebisingan. Selanjutnya dapat dimengerti bahwa dengan
berkembangnya industri di Indonesia, maka akan semakin besarlah jumlah
tenaga kerja dalam pekerjanya yang selalu terpapar pada intensitas bising yang
tinggi dan berlangsung lama. Oleh karena itu, sebaiknya kesehatan kerja
mendapatkan perhatian lebih banyak bagi kalangan kesehatan. Perlindungan
tenaga kerja meliputi aspek yang cukup luas yaitu perlindungan keselamatan,
kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat dan moral bangsa (Amin, 2019).
Kebisingan dalam kesehatan kerja dapat diartikan sebagai suara yang
dapat menurunkan pendengaran, baik secara kuantitatif (peningkatan ambang
pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran)
yang berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola (Amin,
2019).

1
2

Paparan kebisingan tidak hanya menyebabkan gangguan yang bersifat


pendengaran (auditory) namun juga menyebabkan gangguan yang bersifat
non-pendengaran (non-auditory). Gangguan yang bersifat pendengaran adalah
tinnitus atau telinga berdengung, kesulitan membedakan kata dengan frekuensi
tinggi dan dampak yang paling serius yang dapat terjadi adalah ketulian atau
NIHL (Noise Induced Hearing Loss) pada pekerja yang terpapar kebisingan
level tinggi. Sementara gangguan non-auditory yang dapat terjadi akibat
paparan kebisingan adalah gangguan tidur, gangguan system kardiovaskular,
dan penurunan daya kognitif anak. Salah satu hasil penelitian melaporkan
kebisingan merupakan penyebab ketiga dari serangan jantung pada penduduk
di Berlin setelah rokok dan polusi udara (Amin, 2019).
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13/Men/2011, Nilai
Ambang Batas (NAB) kebisingan adalah sebesar 85 dB dengan waktu pajanan
tidak boleh bekerja lebih dari 8 jam sehari. Kebisingan menimbulkan beberapa
dampak kesehatan. Selain berdampak terhadap gangguan pendengaran
intensitas bising yang tinggi juga dapat mengakibatkan hilangnya konsentrasi,
hilangnya keseimbangan dan disorientasi, kelelahan, gangguan komunikasi,
gangguan tidur, gangguan pelaksanaan tugas, gangguan faal tubuh, serta
adanya efek visual, seperti perubahan frekuensi jantung/peningkatan denyut
nadi, perubahan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat (Amin, 2019).
Kebisingan merupakan stressor yang berhubungan dengan sistem
hormon dan respon kardiovaskular yang dalam jangka panjang dapat
menyebabkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular. Penyakit pada sistem
kardiovaskular merupakan salah satu penyebab utama kematian. Salah satu
penyakit pada sistem kardiovaskular adalah hipertensi atau terjadinya
peningkatan tekanan darah. Secara global angka kejadian hipertensi
diperkirakan mencapai 30% dari total populasi dan merupakan penyebab
kematian sebesar 7,1 juta jiwa per tahun (Amin, 2019).
3

B. Tujuan Praktikum
Adapun yang menjadi tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut
(Pratiwi, 2023):
1. Mahasiswa terampil dalam melaksanakan pengukuran tingkat kebisingan.
2. Mahasiswa mampu melakukan analisis dari hasil pengukuran yang
diperoleh.
3. Mahasiswa mampu melakukan penilaian dari hasil data yang diperoleh.
C. Prinsip Alat
Prinsip kerja Sound Level Meter ialah didasarkan pada getaran yang
terjadi. Apabila ada objek atau benda yang bergetar, maka akan menimbulkan
terjadinya sebuah perubahan pada tekanan udara yang kemudian akan
ditangkap oleh sistem peralatan, lalu selanjutnya jarum analog akan
menunjukkan angka jumlah dari tingkat kebisingan yang dinyatakan dengan
nilai desibel (dB) (Pratiwi, 2023).
Pada umumnya, Sound Level Meter (SLM) akan diarahkan ke sumber
suara, setinggi telinga agar bisa menangkap kebisingan yang telah tercipta.
Untuk keperluan mengukur nilai kebisingan pada suatu ruangan kerja,
pencatatan dilaksanakan satu shift kerja penuh dengan beberapa kali pencatatan
dari Sound Level Meter (SLM) (Pratiwi, 2023).
D. Manfaat Praktikum
Adapun yang menjadi manfaat praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa terampil dalam melaksanakan pengukuran tingkat
kebisingan.
2. Agar mahasiswa mampu melakukan analisis dari hasil pengukuran yang
diperoleh.
3. Agar mahasiswa mampu melakukan penilaian dari hasil data yang
diperoleh.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kebisingan
Definisi lain tentang kebisingan menurut para ahli: Denis, kebisingan
adalah suara yang timbul dari getaran – getaran yang tidak teratur dan periodik;
Spooner, kebisingan adalah suara yang tidak mengandung kualitas musik;
Hiers and Ward, kebisingan adalah suara yang kompleks dimana mempunyai
sedikit/tidak punya periodik dan bentuk gelombang yang tidak beraturan dalam
waktu tertentu; Born and Littler, kebisingan adalah suara yang tidak
dikehendaki oleh pendengar; dan Wall, kebisingan adalah suara yang
mengganggu. Ada beberapa perbedaan mengenai definisi bising, diantaranya
yang paling sederhana adalah bising atau kebisingan merupakan sesuatu hal
yang tidak diinginkan yang dipengaruhi oleh frekuensi dan intensitas suara.
Berikut adalah jenis - jenis bising menurut Soeripto, 2009 (Hendrawan, 2020):
1. Kebisingan yang kontinu dengan frekuensi spektrum luas (steady state,
wide band noise), misalnya mesin dan alat elektronik.
2. Kebisingan yang kontinu dengan frekuensi spektrum sempit (steady state,
narrow band noise), misalnya gergaji. Kebisingan dengan frekuensi
terputus – putus (intermitten), misalnya lalu lintas dan pesawat.
3. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), seperti pukulan, meriam
atau tembakan, ledakan, dan kebisingan impulsive berulang, misalnya
mesin – mesin yang ada di perusahaan.
Kebisingan (noise) telah menjadi aspek yang berpengaruh di lingkungan
kerja dan komunitas kehidupan yang sering kita sebut sebagai polusi suara dan
sering kali dapat menjadi bahaya bagi Kesehatan. Menurut Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. KEP 48/MENLH/11/1996 definisi bising
adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan
waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan
lingkungan. Bising adalah bunyi yang ditimbulkan oleh gelombang suara
dengan intensitas dan frekuensi yang tidak menentu Jenis kebisingan

4
5

berdasarkan mekanisme penyebaran dan perambatan energi bunyi adalah


(Hendrawan, 2020).
1. Struktur-Borne Noise, yaitu kebisingan yang dihasilkan oleh perambatan
getaran struktur komponen dari suatu system struktur atau bagian yang
bergetar tersebutakan meradiasikan atau merambatkan energi akustik
dalam bentuk gelombang longitudinal. Sumber energy tersebut diperoleh
dari adanya kerusakan atau tidak seimbangnya bagian serta gerakan bolak-
balik dari suatu system.
2. Liquid-Borne Noise, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh adanya
perambatan Fluktuasi tekanan fluida, sehingga terjadi getaran kolom
fluida, pusaran fluida, bunyi aliran dan kavitasi.
3. Air-borne Noise, yaitu kebisingan yang merambat melalui fluktuasi
tekanan yang timbul di udara Perambatan kebisingan melalui dua media
seperti ini akan saling berkaitan. Dimana jika terjadi suatu suatu
perambatan bunyi yang bersumber dari struktur, maka getaran struktur
akan dapat menggetarkanudara disekelilingnya. Pada saat yang sama udara
yang bergetar tersebut akan menggetarkan struktur kembali.
B. Alat Pengukuran Kebisingan
Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain
sound survey meter, sound level meter, octave band analyzer, narrow band
analyzer, dan lain-lain. Untuk permasalahan bising kebanyakan sound level
meter dan octave band analyzer sudah cukup banyak memberikan informasi
(Pratiwi, 2023):
1. Sound Level Meter (SLM)
Adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran
kebisingan. Sound Level Meter terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit
elektronik termasuk attenuator, 3 jaringan perespon frekuensi, skala
indikator dan amplifier. Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar
Sound Level Meter. Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan yang
terbaik dalam pengukuran tingkat kebisingan total. Respon manusia
terhadap suara bermacam-macam sesuai dengan frekuensi dan
6

intensitasnya. Telinga kurang sensitif terhadap frekuensi lemah maupun


tinggi pada intensitas yang rendah. Pada tingkat kebisingan yang tinggi,
ada perbedaan respon manusia terhadap berbagai frekuensi. Tiga
pembobotan tersebut berfungsi untuk mengkompensasi perbedaan respon
manusia (Pratiwi, 2023).
2. Octave Band Analyzer (OBA)
Saat bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri atas tone yang
berbeda-beda, oktaf yang berbeda-beda, maka nilai yang dihasilkan di
Sound Level Meter tetap berupa nilai tunggal. Hal ini tentu saja tidak
representatif. Untuk kondisi pengukuran yang rumit berdasarkan
frekuensi, maka alat yang digunakan adalah Octave Band Analyzer.
Pengukuran dapat dilakukan dalam satu oktaf dengan satu Octave Band
Analyzer. Untuk pengukuran lebih dari satu oktaf, dapat digunakan Octave
Band Analyzer dengan tipe lain. Oktaf standar yang ada adalah 37,5–75,
75-150, 300-600, 600-1200, 1200-2400, 2400-4800, 4800- 9600 Hz
(hertz) (Pratiwi, 2023).
C. Baku Mutu Tingkat Kebisingan
Baku mutu kebisingan adalah batas maksimal tingkat Baku mutu
kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan
sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan (Kep.Men LH No.48 Tahun 1996). Tingkat kebisingan adalah
ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
KEP.48/MENLH/11/1996, tanggal 25 November 1996 tentang baku tingkat
kebisingan Peruntukan Kawasan atau Lingkungan Kegiatan (Meylinda
Balirante, 2020).
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no 48 tahun
1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan yang terdapat dalam pasal 1 ayat 1, 2,
dan 3 (Meylinda Balirante, 2020)..
7

1. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
2. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam
satuan desibel yang disingkat dB.
3. Baku Tingkat Kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga
tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan.
Adapun untuk Standar Kebisingan yang sesuai dengan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996, baku mutu tingkat kebisingan
bisa dilihat pada gambar berikut (Pratiwi, 2023)
Tabel 1. Baku Mutu Tingkat Kebisingan
Pembentukan Tingkat Kebisingan dB(A)
Kawasan/Lingkungan Kesehatan
A. Perumtukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdangangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industry 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus:
a. Bandar Udara 60
b. Stasiun Kereta Api 70
c. Pelabuhan Laut
d. Cagar Budaya
B. Lingkungan Kegiatan 55
1. Rumah Sakit atau Sejenisnya 55
2. Sekolah atau Sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah atau Sejenisnya
Sumber: Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996
D. Nilai Ambang Batas
Nilai batas ambang kebisingan adalah 85 dB yang dianggap aman untuk
sebagaian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai
ambang batas untuk kebisingan ditempat kerja adalah intensitas tertinggi dan
8

merupakan rata-rata yang masih dapat diterima tenega kerja tanpa


mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus
tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya (Hendrawan, 2020).
Suara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda, contohnya jika kita
berteriak suara kita lebih kuat daripada berbisik, sehingga teriakan itu memiliki
energi lebih besar untuk mencapai jarak yang lebih jauh. Unit untuk mengukur
intensitas bunyi adalah desibel (dB). Skala desibel merupakan skala yang
bersifat logaritmik. Penambahan tingkat desibel berarti kenaikan tingkat
kebisingan yang cukup besar. Contoh, jika bunyi bertambah 3 dB (decibel),
volume suara sebenarnya meningkat 2 kali lipat laku (Pratiwi, 2023).
Kebisingan bisa menggangu karena frekuensi dan volumenya. Sebagai
contoh, suara berfrekuensi tinggi lebih menggangu dari suara berfrekuensi
rendah. Untuk menentukan tingkat bahaya dari kebisingan, maka perlu
dilakukan monitoring dengan bantuan alat (Pratiwi, 2023):
1. Noise Level Meter dan Noise Analyzer (untuk mengidentifikasi paparan).
2. Peralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama paparan
dan untuk menganalisis dampak paparan pada pekerja.
Setelah pengukuran kebisingan dilakukan, maka perlu dianalisis apakah
kebisingan tersebut dapat diterima oleh telinga. Berikut ini standar atau kriteria
kebisingan yang ditetapkan oleh berbagai pihak.
a. Keputusan Menteri Negara Tenaga Kerja No.KEP-51/MEN/1999 tentang
nilai ambang batas kebisingan.
b. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi No.SE
01/MEN/1978 (Pratiwi, 2023)
Nilai Ambang Batas yang disingkat NAB untuk kebisingan di tempat
kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap
untuk waktu kerja yang terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam
seminggu “NAB untuk kebisingan di tempat kerja ditetapkan 85 dB (A)”. Nilai
Ambang Kebisingan NAB Kebisingan sesuai Permenaker No. 13/Men/X/2011
adalah sebagai berikut di bawah ini (Pratiwi, 2023):
9

Tabel 2. Nilai Ambang Batas Kebisingan


Intensitas Kebisingan
Waktu Pemajanan Per Hari
(dB)
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94

30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112

28,12 Detik 115


14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Sumber: NAB Kebisingan sesuai Permenaker No. 13/Men/X/2011
E. Sumber Kebisingan
Sumber kebisingan diperoleh dari industri- industri oleh aktifitas mesin
mesin yang beroperasi Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya
dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak
bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri,
perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan
kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan
menjadi 3 macam, yaitu : (Muslih Nasution, 2019)
1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin-mesin industri
maupun pabrik.
2. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan
akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin.
10

Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan
lain-lain.
3. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan
cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur
cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Alat
1. Sound Level Meter SL-4001
Alat pengukuran kebisingan yaitu Sound Level Meter SL-4001
yang berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk mengukur intensitas
kebisingan.

Gambar 1. Sound Level Meter SL-4001


2. Stopwach
Stopwatch merupakan alat yang digunakan untuk melakukan
pengukuran durasi waktu yang diperlukan pada saat pengukuran
kebisingan.

Gambar 2. Stopwach

11
12

3. Alat Tulis
Alat tulis merupakan alat yang berfungsi untuk mencatat hasil
pengukuran yang dilakukan selama praktikum.

Gambar 3. Alat Tulis


4. Kalkulator
Dalam praktikum ini, kalkulator digunakan sebagai alat hitung
nilai rata-rata dalam pengukuran.

Gambar 4. Kalkulator
B. Bahan
Pada pengukuran kebisingan pada tiga titik yaitu ruang kelas, fakultas
Kesehatan masyarakat, jalan raya depan fakultas Kesehatan masyarakat dan
parkiran fakultas Kesehatan masyarakat.
C. Prosedur Kerja
1. Penggunaan Alat
Cara pakai alat Sound Level Meter SL-4001 (Pratiwi, 2023):
13

a. Pindahkan tombol Off/On ke posisi On.


b. Pilih range pada range A atau C (jika ingin mengukur respon
pendengaran manusia atau kebisingan lingkungan, pilih A; jika
ingin mengetahui kebisingan mesin yang sifatnya datar/tetap, pilih
C).
c. Untuk Time weighting berada di posisi fast.
d. Tahan "Sensor" dengan tangan dan hadapkan ke arah tempat yang
akan diukur tingkat kebisingannya.
2. Metode Pengukuran
Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara
(Pratiwi, 2023):
a. Cara Sederhana
Dengan sebuah Sound Level Meter biasa diukur tingkat
tekanan bunyi dB (A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap
pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik.
b. Cara Langsung
Dengan sebuah integrating Sound Level Meter yang
mempunyai fasilitas pengukuran LTMS yaitu Leg dengan waktu
ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 menit. Waktu
pengukuran dilakukan selama aktivitas 24 jam (LSM) dengan cara
pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam
(L), pada selang waktu 06.00 – 22.00 dan aktifitas dalam hari
selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 – 06.00. Setiap pengukuran
harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan
paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan malam hari
paling sedikit 3 waktu pengukuran.
3. Metode Perhitungan
Ls dihitung sebagai berikut:
LS = 10 log 1/16 {TL 100.1 L1 + … +T4.100.1L4} dB (A)
LM dihitung sebagai berikut:
LM = 10 log 1/8 {TS 100.1 L5 L5 +T7.100.1L7} dB (A)
14

Untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan sudah melampaui


baku tingkat kebisingan maka perlu dicari LSM dihitung dari rumus:
LSM = 10 log 1/24 {16.100.1 LS L5 +8.100.1(LM+5)} dB (A)
(Pratiwi, 2023).
4. Metode Evaluasi
Nilai LSM yang dihitung dibandingkan dengan nilai baku tingkat
kebisingan yang ditetapkan dengan toleransi + 3 dB (A) (Pratiwi, 2023).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Kelas FKM UHO
Pengukuran tingkat kebisingan yang dilakukan di ruang kelas FKM
UHO dalam tiga waktu, yaitu pengukuran L1 diambil pada jam 07.00 yang
mewakili jam 06.00-09.00, pengukuran L2 diambil pada jam 10.00 yang
mewakili jam 09.00-11.00, dan pengukuran L3 diambil pada jam 16.00
yang mewakili jam 14.00-17.00.
a. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L1) di Ruang Kelas FKM UHO
Tabel 3. Hasil Pengukuran (L1) di Ruang Kelas FKM UHO
47,2 51,7 49,4 48,3 48,8 48,9 55,4 45,5 45,9 47,3
46,3 46,9 53,9 50,3 51,5 53,4 51,2 47,4 47,1 47,9
51,0 46,1 50,7 49,9 45,8 51,6 50,4 45,8 52,2 48,0
46,9 50,3 52,6 52,4 46,9 50,4 48,2 44,8 47,5 49,5
46,6 51,4 48,0 52,1 48,8 52,6 48,3 47,4 46,6 50,1
47,6 54,7 48,2 49,7 45,7 47,3 48,7 46,1 48,3 49,8
54,7 46,5 48,8 52,0 47,4 47,4 56,3 45,3 47,3 50,1
58,7 47,2 50,1 47,6 48,7 48,6 47,9 46,5 47,6 47,8
51,4 49,9 48,6 47,9 52,2 48,9 46,8 50,4 47,7 48,2
56,9 48,8 49,7 48,4 53,5 49,5 46,5 45,6 47,2 48,4
51,3 54,9 49,8 48,3 48,0 53,5 51,5 47,0 51,5 45,5
55,7 52,2 49,1 49,2 49,5 47,5 50,3 45,0 47,4 46,0
Jumlah: 5.909,5
Sumber: Data Primer, 2023
b. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L2) di Ruang Kelas FKM UHO
Tabel 4. Hasil Pengukuran (L2) di Ruang Kelas FKM UHO
55,1 48,5 48,9 46,5 48,5 48,2 66,8 55,3 45,5 49,3
53,9 47,0 50,6 48,0 50,9 50,3 50,4 51,7 48,2 51,2
50,3 48,2 46,9 51,2 45,0 48,6 51,2 54,4 46,9 46,9
49,3 49,2 48,1 52,9 47,5 47,1 48,4 48,8 48,8 46,5
51,5 47,0 48,6 50,5 45,7 47,0 50,4 60,9 46,0 51,1
50,5 50,9 50,8 48,3 46,9 47,6 50,4 56,1 45,0 46,7
50,8 49,1 47,6 49,9 48,9 48,4 61,4 47,5 44,8 46,4
54,9 51,1 48,2 47,7 46,2 46,6 58,9 46,9 46,1 46,3
50,4 63,5 56,3 50,8 45,6 47,8 53,2 47,3 46,7 46,0
48,9 51,8 50,5 49,8 45,5 48,0 48,5 52,1 46,0 44,8
51,4 50,7 44,2 50,5 44,4 60,9 46,7 59,3 45,7 48,2

15
16

49,0 51,6 47,6 47,7 46,9 53,1 52,5 46,7 47,1 46,2
Jumlah: 5.955,3
Sumber: Data Primer, 2023
c. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L3) di Ruang Kelas FKM UHO
Tabel 5. Hasil Pengukuran (L3) di Ruang Kelas FKM UHO
51,6 47,4 50,8 54,1 49,3 56,8 56,1 51,0 53,0 53,3
47,3 51,4 52,5 51,4 49,6 53,6 52,1 53,1 49,0 54,6
48,5 50,2 52,9 50,2 50,0 52,1 53,7 53,0 50,6 53,5
49,2 51,2 54,7 49,4 52,0 51,2 52,5 49,2 53,6 53,4
47,9 52,0 54,3 52,1 54,0 52,0 52,4 48,9 52,9 54,0
49,3 49,7 54,7 49,8 51,7 54,5 50,3 50,4 53,4 55,7
49,0 49,3 52,6 50,6 49,9 53,1 50,1 49,0 54,7 56,7
49,3 48,5 51,1 53,3 50,6 50,8 48,9 48,8 50,0 64,1
51,8 53,1 53,4 50,0 54,1 51,8 49,9 50,0 52,1 59,5
48,8 55,2 51,9 55,3 51,5 50,7 51,3 51,7 55,8 58,2
50,1 52,8 51,3 51,4 53,0 50,1 59,4 51,6 56,6 59,9
50,1 50,4 52,2 49,2 54,3 50,9 60,4 50,1 55,9 60,6
Jumlah: 6.265,8
Sumber: Data Primer, 2023
2. Pengukuran Intensitas Kebisingan Di Parkiran FKM UHO
Pengukuran tingkat kebisingan yang dilakukan di parkiran FKM
UHO dalam tiga waktu, yaitu pengukuran L1 diambil pada jam 07.00
yang mewakili jam 06.00-09.00, pengukuran L2 diambil pada jam
10.00 yang mewakili jam 09.00-11.00, dan pengukuran L3 diambil
pada jam 16.00 yang mewakili jam 14.00-17.00.
a. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L1) di Parkiran FKM UHO
Tabel 6. Hasil Pengukuran L1 di Parkiran FKM UHO
58,2 54,0 50,3 49,9 67,0 63,6 54,0 52,6 55,8 53,4
57,0 52,2 48,9 49,2 61,9 56,3 53,7 54,7 53,7 52,7
56,8 48,5 54,0 53,4 55,9 59,1 53,2 51,0 53,1 55,1
53,6 50,4 54,2 51,3 56,3 74,2 53,0 51,2 51,5 53,0
50,0 52,2 52,8 51,7 58,3 57,3 53,2 48,8 52,0 52,5
51,5 51,5 53,0 55,3 57,6 61,3 53,1 53,3 53,3 54,7
52,6 49,8 57,8 53,1 58,4 61,0 59,9 51,0 53,7 51,2
55,7 54,4 57,0 52,6 57,1 62,3 59,0 55,8 53,0 50,4
62,3 54,0 53,2 56,7 57,4 64,1 54,2 51,8 53,0 52,1
64,0 54,1 52,7 54,7 59,4 64,3 58,7 53,6 53,3 52,1
55,5 51,3 52,8 73,4 58,1 53,2 57,1 55,7 53,2 50,4
17

54,6 49,6 51,4 62,0 57,7 55,2 54,4 55,0 58,4 54,2
Jumlah: 6.605,5
Sumber: Data Primer, 2023
b. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L2) di Parkiran FKM UHO
Tabel 7. Hasil Pengukuran (L2) di Parkiran FKM UHO
48,7 48,9 51,8 48,6 51,5 68,4 51,7 47,4 51,0 51,2
48,5 57,4 50,0 51,6 48,4 57,8 51,4 48,1 53,3 53,0
49,6 52,6 50,0 52,5 51,6 61,3 51,3 49,4 49,0 49,3
47,0 64,3 50,2 58,0 51,7 52,8 56,7 49,9 51,6 47,2
50,6 54,3 50,5 51,5 51,5 58,4 55,8 47,3 51,5 53,9
54,3 51,9 49,7 57,7 59,6 52,0 51,9 47,6 53,9 52,0
48,5 58,8 49,2 56,7 59,4 51,1 51,4 49,0 52,5 58,0
48,2 52,9 54,2 50,2 59,1 50,7 51,3 58,5 48,2 70,1
50,7 52,6 55,1 50,5 62,5 48,1 46,2 46,1 49,4 65,2
53,1 50,1 53,9 54,8 58,4 48,9 47,3 46,9 47,7 65,5
54,6 52,0 51,4 52,0 57,6 51,3 49,9 50,7 48,5 50,4
54,8 50,9 53,8 54,3 67,7 55,3 46,5 51,5 48,2 54,4
Jumlah: 6.283,3
Sumber: Data Primer, 2023
c. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L3) di Parkiran FKM UHO
Tabel 8. Hasil Pengukuran (L3) di Parkiran FKM UHO
55,7 59,2 55,3 63,4 63,5 71,6 59,0 61,7 60,0 57,6
60,3 56,4 60,2 53,1 69,9 59,6 59,3 63,8 60,8 52,6
59,4 53,3 52,3 58,5 58,7 63,0 65,3 60,5 58,9 56,1
55,2 70,0 59,6 58,5 61,0 61,7 60,5 59,4 56,0 67,0
58,5 57,8 53,7 60,0 69,9 50,8 60,9 52,6 61,3 66,9
63,5 53,2 58,8 73,1 58,2 60,7 59,8 77,1 58,0 56,9
67,1 64,1 57,5 55,9 59,7 60,2 65,9 53,7 64,6 59,1
67,3 54,6 55,0 54,1 67,1 61,5 54,1 56,6 61,5 59,2
57,1 63,7 65,4 57,7 61,9 54,2 62,9 62,9 57,6 61,4
57,7 58,6 56,4 69,3 61,5 56,0 55,0 57,1 64,3 58,7
60,1 60,3 52,6 65,2 60,0 56,7 63,4 62,5 58,8 57,8
58,7 53,0 56,9 58,0 61,5 62,9 60,9 52,0 56,4 68,7
Jumlah : 7.184,2
Sumber: Data Primer, 2023
3. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Jalan Raya Depan FKM UHO
Pengukuran tingkat kebisingan yang dilakukan di jalanan depan
FKM UHO dalam tiga waktu, yaitu pengukuran L1 diambil pada jam
07.00 yang mewakili jam 06.00-09.00, pengukuran L2 diambil pada
18

jam 10.00 yang mewakili jam 09.00-11.00, dan pengukuran L3 diambil


pada jam 16.00 yang mewakili jam 14.00-17.00
a. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L1) di Jalan Raya Depan FKM
UHO
Tabel 9. Hasil Pengukuran (L1) di Jalan Raya Depan FKM UHO
54,8 67,9 84,2 64,3 66,0 61,6 63,7 67,0 64,7 63,2
66,2 62,8 60,0 65,4 58,5 57,4 65,9 64,8 59,0 61,9
63,0 60,9 65,2 67,3 66,1 60,7 56,1 55,2 60,4 61,7
53,4 57,7 58,2 63,2 62,9 65,8 67,1 67,9 63,1 58,5
68,1 60,8 66,3 66,6 63,0 75,1 67,8 63,3 59,0 68,7
68,6 60,5 67,5 68,7 70,1 59,2 63,9 61,9 65,1 67,9
67,0 68,0 64,1 70,2 67,6 86,5 72,9 59,9 65,8 69,2
61,9 58,4 63,1 64,9 64,5 60,6 61,1 65,3 64,2 65,6
68,1 55,8 63,9 64,1 58,1 52,0 59,2 60,8 62,2 60,9
66,1 58,7 68,0 57,5 65,1 67,8 56,9 68,9 57,2 56,2
65,9 68,4 63,9 55,8 56,2 57,3 62,7 58,4 53,2 56,2
57,4 68,3 66,6 57,7 68,0 59,1 64,4 69,9 61,1 63,2
Jumlah: 7.607,3
Sumber: Data Primer, 2023
b. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L2) di Jalan Raya Depan FKM
UHO
Tabel 10. Hasil Pengukuran (L2) di Jalan Raya Depan FKM UHO
59,0 69,8 90,1 65,4 66,1 64,1 67,5 63,8 65,4 68,4
66,7 63,7 76,2 62,2 62,5 60,3 68,0 55,2 55,5 63,2
67,4 60,3 62,7 64,3 61,2 53,6 60,4 64,3 73,1 80,4
67,3 69,6 62,7 59,4 56,7 58,8 67,1 64,8 65,4 61,3
58,3 61,1 61,6 56,9 55,3 55,8 69,1 61,6 61,1 56,3
62,4 64,8 67,4 60,0 60,8 63,0 59,5 61,4 66,0 60,6
70,0 67,1 61,1 69,8 57,4 60,9 58,7 63,3 66,4 53,8
56,1 56,5 64,6 61,3 59,8 63,8 68,9 57,0 56,5 55,8
60,8 58,9 62,0 50,6 67,4 54,8 60,1 49,0 59,5 59,3
60,2 56,4 64,5 57,8 51,5 51,5 53,8 56,2 62,2 53,8
45,9 68,7 62,2 56,8 64,5 60,9 60,3 62,5 57,9 64,0
66,5 60,1 55,2 60,8 62,4 52,5 58,7 53,3 53,2 57,2
Jumlah: 7.319,1
Sumber: Data Primer, 2023
c. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L3) di Jalan Raya Depan FKM
UHO
Tabel 11. Hasil Pengukuran (L3) di Jalan Raya FKM UHO
51,7 59,8 63,7 59,9 55,4 50,4 53,4 57,3 61,5 58,2
19

60,7 55,5 57,2 62,7 75,2 58,6 60,4 57,0 58,3 60,5
54,0 57,9 61,3 62,6 59,9 65,8 61,0 67,2 68,3 65,9
61,0 57,8 61,7 55,9 64,9 61,2 55,4 65,1 55,9 63,6
67,2 60,7 64,1 66,0 57,1 67,6 63,0 55,0 62,3 61,3
54,5 53,8 61,4 67,5 65,4 61,0 63,0 65,3 60,4 54,7
58,1 67,2 58,1 63,0 56,0 56,5 60,0 67,6 52,0 63,1
58,7 58,5 60,9 57,0 58,1 61,3 67,6 60,2 66,6 67,0
70,6 58,6 58,8 56,4 56,1 65,0 63,1 57,4 62.0 61,7
55,1 61,6 60,2 57,6 53,1 50,1 54,2 61,2 63,0 66,2
63,1 62,7 59,1 60,1 64,1 60,3 59,1 63,0 60,8 65,4
59,0 74,9 62,5 55,9 58,1 57,2 57,4 57,4 58,1 66,7
Jumlah: 7.269,4
Sumber: Data Primer, 2023
B. Analisis Data
1. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Kelas FKM UHO
a. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L1) di Ruang Kelas FKM UHO
Jumlah Total Kebisingan
Rata -rata =
Jumlah Data
5.909,5
=
120
= 49,25 dB
b. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L2) di Ruang Kelas FKM UHO
Jumlah Total Kebisingan
Rata -rata =
Jumlah Data
5.955,3
=
120

= 49,63 dB

c. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L3) di Ruang Kelas FKM UHO


Jumlah Total Kebisingan
Rata -rata =
Jumlah Data
6.265,8
=
120
= 52,22 dB
d. Hasil Perhitungan Ls (Leq siang) di Ruang Kelas FKM UHO
Diketahui : L1 = 49,25 dB
L2 = 49,63 dB
L3 = 52,22 dB
20

Ditanyakan : LS = …?
Penyelesaian:
Ls = 10 log 1/11 {TL 100,1 L1 + TL2 100,1 L2 +TL3100,1L3}
= 10 log 1/11 {4×100,1×49,25 + 3×100,1× 49,63+ 4 ×100,1× 52,22}
= 10 log 1/11 {4×104,925 + 3×104,963+ 4 ×105,222}
=10 log 1/11 {1.278.956,72066}
=10×5,06546
=50,65 dB
2. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Parkiran FKM UHO
a. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L1) di Parkiran FKM UHO
Jumlah Total Kebisingan
Rata -rata =
Jumlah Data
6.605,5
=
120
= 55,04 dB
b. Pengukuraan Intensitas Kebisingan (L2) di Parkiran FKM UHO
Jumlah Total Kebisingan
Rata -rata =
Jumlah Data
6.283,3
=
120

= 52,37 dB

c. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L3) di Parkiran FKM UHO


Jumlah Total Kebisingan
Rata -rata =
Jumlah Data
7.184,2
=
120
= 59,87 dB
d. Hasil Perhitungan Ls (Leq siang) di Parkiran FKM UHO
Diketahui : L1 = 55,04 dB
L2 = 52,37 dB
L3 = 59,87 dB
Ditanyakan : LS = …?
Penyelesaian:
21

Ls = 10 log 1/11 {TL 100,1 L1 + TL2 100,1 L2 +TL3100,1L3}


= 10 log 1/11 {4×100,1×55,04 + 3×100,1×52,37 + 4 ×100,1×59,87}
= 10 l0g 1/11 {4×105,504 +3×105,237+4×105,987}
= 10 log 1/11 {5.676.406,4}
= 10×5,713
= 57,13 dB
3. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Jalan Raya Depan FKM UHO
a. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L1) Jalan Raya Depan FKM UHO
Jumlah Total Kebisingan
Rata -rata =
Jumlah Data
7.607,3
=
120

= 63,40 dB

b. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L2) Jalan Raya Depan FKM UHO


Jumlah Total Kebisingan
Rata -rata =
Jumlah Data
7.319,1
=
120

= 60,99 dB
c. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L3 Jalan Raya Depan FKM UHO
Jumlah Total Kebisingan
Rata -rata =
Jumlah Data
7.269,4
=
120

= 60,58 dB

d. Hasil Perhitungan Ls (Leq siang) Jalan Raya Depan FKM UHO


Diketahui: L1 = 63,40 dB
L2 = 60,99 dB
L3 = 60,58 dB
Ditanyakan: LS = …?
Penyelesaian:
Ls = 10 log 1/11 {TL 100,1 L1 + TL2 100,1 L2 +TL3100,1L3}
= 10 log 1/11 {4×100,1×63,40 + 3×100,1×60,99 + 4×100,1×60,58}
22

= 10 log 1/11{4×106,34 + 3×106,099 + 4×106,58}


=10 log {17.090.649,726041924}
=10 × 7,232
= 72,32 dB
C. Pembahasan
1. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Kelas FKM UHO
Dari pelaksanaan praktikum kebisingan yang dilaksanakan pada
tanggal 2 Maret 2023 pada pukul 07.30-17.10 WITA. Dilakukan di tiga
tempat pengukuran yaitu pelataran parkiran, ruang kelas dan jalanan
depan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo, serta
dilakukan di tiga waktu pengukuran, yaitu pengukuran L1 diambil pada
jam 07.00 yang mewakili jam 06.00-09.00, pengukuran L2 diambil pada
jam 10.00 yang mewakili jam 09.00-11.00, dan pengukuran L3 diambil
pada jam 15.00 yang mewakili jam 15.00-17.00. Intensitas kebisingan
yang dilakukan di tiga waktu yang berbeda diperoleh hasil dimana L1
diperoleh rata-rata sebesar 49,25 dB, L2 sebesar 49,63 dB, dan L3 sebesar
52,22 dB.
Kemudian diperoleh total intensitas rata-rata kebisingan dengan Ls
sebesar 50,65 dB. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan,
intensitas kebisingan yang diperoleh tidak melampaui baku mutu
kebisingan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No. 48 tahun 1996 pada fasilitas umum yaitu senilai 60 dB. Intensitas
kebisingan yang telah melampaui nilai baku mutu secara fisiologi dapat
menyebabkan gangguan pada pendengaran, naiknya tekanan darah serta
dapat menyebabkan gangguan sensoris (Mahawati, 2021).
2. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Parkiran FKM UHO
Pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan di tiga waktu yang
berbeda diperoleh hasil dimana L1 diperoleh rata-rata sebesar 55,04 dB,
L2 sebesar 52,63 dB, dan L3 sebesar 59,87 dB. Kemudian diperoleh total
intensitas rata-rata kebisingan dengan Ls sebesar 57,13 dB. Berdasarkan
hasil pengukuran yang dilakukan, intensitas kebisingan yang diperoleh
23

telah melampaui baku mutu kebisingan yang tercantum dalam Keputusan


Menteri Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996 pada ruang terbuka yaitu
senilai 50 dB. Intensitas kebisingan yang telah melampaui nilai baku mutu
secara fisiologi dapat menyebabkan gangguan pada pendengaran, naiknya
tekanan darah serta dapat menyebabkan gangguan sensoris (Mahawati,
2021)
3. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Jalan Raya Depan FKM UHO
Pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan di tiga waktu yang
berbeda diperoleh hasil dimana L1 diperoleh rata-rata sebesar 63,40 dB,
L2 sebesar 60,99 dB, dan L3 sebesar 60,58 dB. Kemudian diperoleh total
intensitas rata-rata kebisingan dengan Ls sebesar 72,32 dB.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan, intensitas
kebisingan yang diperoleh tidak melampaui baku mutu kebisingan yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 tahun
1996 pada sekolah dan sejenisnya yaitu senilai 55 dB. Intensitas
kebisingan melampaui nilai baku mutu secara fisiologi dapat
menyebabkan gangguan pada pendengaran, naiknya tekanan darah serta
dapat menyebabkan gangguan sensoris (Mahawati, 2021).
Kebisingan yang melebihi baku mutu dapat menimbulkan efek
pendengaran (auditory effect) yaitu gangguan pendengaran. Tingkat kebisingan
dalam rentang 65 sampai 80 dBA (desibel) dapat menyebabkan kerusakan
organ pendengaran apabila memapar dalam waktu yang lama. Suara yang lebih
dari 85 dBA (desibel) dikategorikan berbahaya bagi manusia. Gangguan
pendengaran akibat bising atau biasa diistilahkan dengan Noise Induced
Hearing Loss merupakan jenis tuli sensorineural koklea pada kedua sisi telinga.
Gangguan pendengaran jenis sensorineural terjadi apabila ada kerusakan pada
telinga dalam maupun pada saraf pendengaran yang menuju otak. Gangguan
pendengaran akibat kebisingan berkembang secara bertahap dari waktu ke
waktu akibat paparan kebisingan yang bersifat kontinyu maupun terputus-
putus (Krisnanti, 2020).
24

Kebisingan juga berisiko menimbulkan efek selain pendengaran (non-


auditor effect) seperti annoyance, sleep disturbance, cognitive impairment, dan
cardiovascular diseases. Persepsi terhadap kebisingan kereta api berhubungan
dengan gangguan non-pendengaran seperti gangguan tidur, gangguan
komunikasi, dan gangguan psikologis. Beberapa studi observasional dan
eksperimental menunjukkan bahwa paparan bising dapat meningkatkan
kejadian hipertensi dan penyakit kardiovaskular. Kebisingan juga dapat
mengganggu seseorang dalam menangkap dan memahami percakapan
(Krisnanti, 2020).
Risiko kerusakan pendengaran dapat diakibatkan oleh paparan tingkat
bising yang tinggi dan waktu kumulatif yang melabihi batas. Suatu penelitian
menemukan bahwa masyarakat yang rentan mengalami gangguan pendengaran
adalah masyarakat yang menetap di kawasan dengan tingkat kebisingan
melebihi baku mutu 55 dBA (desibel). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
masyarakat yang tinggal di kawasan terpapar bising lebih dari baku mutu lebih
rawan mengalami masalah kesehatan berupa gangguan pendengaran
(Krisnanti, 2020).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Dari pelaksanaan praktikum kebisingan yang dilaksanakan pada tanggal 2
Maret 2023 pada pukul 07.30-17.10 WITA. Dilakukan di tiga tempat
pengukuran yaitu pelataran parkiran, ruang kelas dan jalanan depan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo, serta dilakukan di tiga waktu
pengukuran, yaitu pengukuran L1 diambil pada jam 07.00 yang mewakili
jam 06.00-09.00, pengukuran L2 diambil pada jam 10.00 yang mewakili
jam 09.00-11.00, dan pengukuran L3 diambil pada jam 15.00 yang mewakili
jam 15.00-17.00
2. Adapun hasil pengukuran intensitas tingkat kebisingan adalah sebagai
berikut:
a. Hasil pengukuran tingkat kebisingan di pelataran Parkiran Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Dilakukan pengukuran
tingkat kebisingan tiap 5 detik selama 10 menit, diperoleh rata-rata L1
sebesar 55,04 dB, L2 sebesar 52,63 dB, dan L3 sebesar 59,87 dB. Dari
rata-rata tersebut telah didapatkan hasil perhitungan Intensitas
Kebisingan (Ls) yakni 57,13 dB .Dimana berdasarkan dalam Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996, tentang baku mutu
tingkat kebisingan di pelataran Parkiran Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo, yang termasuk pada Kawasan pemerintah dan
fasilitas umum dari hasil data yang diperoleh telah melampaui standar
baku mutu yaitu 60 dB.
b. Hasil pengukuran tingkat kebisingan di Jalanan Depan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Dilakukan pengukuran
tingkat kebisingan tiap 5 detik selama 10 menit, diperoleh rata-rata L1
sebesar 63,40 dB, L2 sebesar 60,99 dB, dan L3 sebesar 60,58 dB. Dari
rata-rata tersebut telah didapatkan hasil perhitungan Intensitas.

25
26

Kebisingan (Ls) yakni 72,32 dB. Dimana berdasarkan dalam Keputusan


Menteri Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996, tentang baku mutu
tingkat kebisingan di Jalanan Depan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo, yang termasuk pada Kawasan pemerintah dan
fasilitas umum dari hasil data yang diperoleh telah melampaui standar
baku mutu yaitu 60 dB.
c. Hasil pengukuran tingkat kebisingan di Ruang Kelas Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Dilakukan pengukuran
tingkat kebisingan tiap 5 detik selama 10 menit, diperoleh rata-rata L1
sebesar 49,25 dB, L2 sebesar 49,63 dB, dan L3 sebesar 52,22 dB. Dari
rata-rata tersebut didapatkan hasil perhitungan Intensitas Kebisingan
(Ls) yakni 50,65 dB. Dimana berdasarkan dalam Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996, tentang baku mutu tingkat
kebisingan di Ruang Kelas Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Halu Oleo, yang termasuk pada Lingkungan Sekolah atau sejenisnya
dengan nilai tingkat kebisingan yaitu 55 dB.
3. Dampak Kebisingan
Kebisingan yang melebihi baku mutu dapat menimbulkan efek
pendengaran (auditory effect) yaitu gangguan pendengaran. Tingkat
kebisingan dalam rentang 65 sampai 80 dBA (desibel) dapat menyebabkan
kerusakan organ pendengaran apabila memapar dalam waktu yang lama.
Suara yang lebih dari 85 dBA (desibel) dikategorikan berbahaya bagi
manusia. Gangguan pendengaran akibat bising atau biasa diistilahkan
dengan Noise Induced Hearing Loss merupakan jenis tuli sensorineural
koklea pada kedua sisi telinga. Gangguan pendengaran jenis sensorineural
terjadi apabila ada kerusakan pada telinga dalam maupun pada saraf
pendengaran yang menuju otak. Gangguan pendengaran akibat kebisingan
berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu akibat paparan kebisingan
yang bersifat kontinyu maupun terputus-putus (Krisnanti, 2020).
27

B. Saran
1. Universitas
Setelah mengikuti praktikum kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
mengenai pengukuran kebisingan pada 3 area yaitu tempat parkir FKM
UHO, jalanan FKM UHO dan ruang kelas FKM UHO, ada beberapa hal
dapat menjadi saran yaitu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
dampak kebisingan pada Indra pendengaran manusia atau kualitas
lingkungan yaitu dengan memberikan penghalang atau rintangan (pagar)
yang tak terputus, padat dan tak berlubang antara sumber bising dan
penerima akan mereduksi bising tergantung pada sudut bayangan bising.
2. Fakultas
Setelah mengikuti praktikum kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di
fakultas kesenatan masyarakat, saran yang dapat kami berikan adalah alat-
alat yang digunakan dalam praktikum kebisingan, yaitu sound level meter
SL-4001 dapat dijaga dengan baik sehingga tersimpan dengan aman untuk
meminimalisir adanya kehilangan atau kerusakan pada alat. Selain itu,
upaya untuk menambah alat ukur kebisingan, yaitu sound level meter SL-
4001 sehingga semua kelompok dapat melaksanakan praktikum dengan
efektif dan efisien.
3. Praktikan
Adapun saran untuk kita sebagai praktikan yaitu melakukan
pengukuran kebisingan sesuai tata cara penggunaan alat sound level meter
SL-4001 dengan baik dan benar, kemudian para praktikan lainnya
diharapkan fokus dalam mengikuti praktikum kebisingan ini, agar
mendapatkan hasil pengukuran yang benar dan akurat, serta sebaiknya
penggunaan alat kebisingan dilakukan secara bergiliran, agar praktikan
lainnya dapat mengetahui cara mengukur dan penggunaan alat sound level
meter SL-4001.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (2019). Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Pekerja Kopi
Terpajan Kebisingan di Penggilingan Padi. Journal of Telenursing
(JOTING), 27-33.
Hendrawan, A. H. (2020). Analisa Kebisingan di Bengkel Kerja Akademi Maritim
Nusantara. Jurnal Saintara Vol.5 No.1S, 2.
Krisnanti, K. E. (2020). Potensi Risiko Gangguan Pendengaran Pada Ibu Rumah
Tangga Yang Terpapar Kebisingan: Observasi di Kawasan Rel Kereta Api
Kelurahan Sukosari Madiun. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 11-20.
Mahawati, E. (2021). Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan Industri.
Medan: Yayasan Kita Menulis.
Muslih Nasution. (2019). Ambang Batas Kebisingan Lingkungan Kerja Agar Tetap
Sehat Dan Semangat Dalam Bekerja. 87-90.
Meylinda Balirante, L. I. (2020). Analisa Tingkat Kebisingan Lalu Lintas di Jalan
Raya Ditinjau Dari Tingkat Baku Mutu Kebisingan. Jurnal Sipil Statik Vol.8
No.2, 251.
Pratiwi, A. D. (2022). Panduan Praktikum Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Kendari.

28
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengukuran Tingkat Kebisingan di Tempat Parkir FKM UHO

Pengukuran L1 di Tempat Parkir FKM UHO

Pengukuran L 2 di Tempat Parkir FKM UHO

Pengukuran L 3 di Tempat Parkir FKM UHO


Lampiran 2. Pengukuran Tingkat Kebisingan di Jalanan FKM UHO

Pengukuran L 1 di Jalanan FKM UHO 1

Pengukuran L 2 di Jalanan FKM UHO 2

Pengukuran L 3 di Jalanan FKM UHO 3


Lampiran 3. Pengukuran Tingkat Kebisingan di Ruang Kelas FKM UHO

Pengukuran L 1 di Ruang Kelas FKM UHO 1

Pengukuran L 2 di Ruang Kelas FKM UHO 2

Pengukuran L 3 di Ruang Kelas FKM UHO 3

Anda mungkin juga menyukai