Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

“PENGENDALIAN KEBISINGAN, VENTILASI, DAN


GETARAN”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

Ruhilmi Nisa (1711211007) Finy Marsyah (1711213003)

Syerlina Narkotopa (1711211023) Stella Aprilenia E. (1711213023)

Egi Adelweisa F. (1711211037) Ulfa Hasanah (1711213031)

Ditya Ayunda S. (1711211044) Siti Hadist Nabilla (1711213035)

Khairunisa Yuza (1711212003) Muhammad Fahrezi (1711213043)

Indah Syafira (1711212043)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Pengendalian Kebisingan, Ventilasi, Dan

Getaran”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah

ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca

agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan

manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi

terhadap pembaca.

                                                                                    Padang,  17 April 2018

    

                                                                                 

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Pengertian kebisingan.........................................................................................3
2.2 Jenis Kebisingan.................................................................................................3
2.3 Sumber Kebisingan............................................................................................3
2.4 Apa pengaruh kebisingan bagi tenaga kerja.......................................................4
2.5 Pengertian Ventilasi.........................................................................................14
2.6 Tujuan Ventilasi...............................................................................................15
2.7 Prinsip Sistem Ventilasi...................................................................................17
2.8 Jenis-Jenis Ventilasi........................................................................................18
2.8.1 Ventilasi Umum.......................................................................................18
2.8.2 Ventilasi Buatan (Mekanis)......................................................................22
2.8.3 Ventilasi Lokal.........................................................................................23
2.8.4 Ventilasi Pengendalian Suhu Udara..........................................................24
2.9 Pengertian Getaran...........................................................................................26
2.10 Jenis-Jenis Getaran Tempat Kerja....................................................................27
2.10.1 Getaran Umum (Whole body vibration )..................................................27
2.10.2 Getaran Setempat   ( Hand arm vibration )...............................................27
2.11 Pengaruh Getaran Terhadap Tenaga Kerja.......................................................27
2.11.1 Getaran Umum ( wbv ).............................................................................27
2.11.2 Getaran Setempat ( Hav ).........................................................................29
2.12 Nilai Ambang Batas Getaran............................................................................30
2.13 Cara Pengendalian Getaran Di Tempat Kerja...................................................30
2.13.1 Pengendalian secara teknis.......................................................................30

iii
2.13.2 Pengendalian Secara Administrative........................................................31
2.13.3 Pengendalian Secara Medis......................................................................31
2.13.4 Pemakaian Alat Pelindung Diri (Apd)......................................................31
2.14 Efek getaran terhadap tubuh.............................................................................31
2.15 Dampak Getaran Bagi Kesehatan Dan Lingkungan.........................................32
2.16 Getaran Tanah..................................................................................................33
2.17 Alasan mengontrol getaran tanah.....................................................................35
2.18 Batasan getaran tanah.......................................................................................35
BAB III PENUTUP.........................................................................................................37
3.1 Kesimpulan......................................................................................................37
3.2 Saran................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................38

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga

peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan

pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang

penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis

pekerjaan. Kemudian, ventilasi dan getaran pada tempat kerja juga harus

diperhatikan, karena di sisi lain akan menimbulkan dampak negative bila

kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.

Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi berbagai risiko yang

memengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai risiko tersebut adalah

kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan

dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebabkan

kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak

dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan

kerja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kebisingan?

2. Apa saja sumber kebisingan pada tempat kerja?

3. Apa pengaruh kebisingan bagi tenaga kerja?

4. Apa saja alat-alat untuk pemantauan kebisingan?

5. Apa yang dimaksud dengan ventilasi?

1
6. Apa saja tujuan dari ventilasi?

7. Apa saja jenis-jenis pada ventilasi?

8. Apa yang dimaksud dengan getaran?

9. Apa yang dimaksud dengan getaran tanah?

10. Mengapa mengontrol getaran tanah harus dilakukan?

11. Apa saja batasan-batasan pada getaran tanah?

1.3 Manfaat Penulisan


1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari kebisingan

2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan di


tempat kerja

3. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh dari kebisingan bagi


tenaga kerja

4. Mahasiswa mampu mengetahui alat-alat yang berfungsi untuk


pemantau kebisingan

5. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari ventilasi

6. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan dari ventilasi

7. Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis dari ventilasi

8. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari getaran

9. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari getaran tanah

10. Mahasiswa mampu mengetahui alasan-alasan mengontrol getaran


tanah

11. Mahasiswa mampu mengetahuibatasan-batasan pada getaran tanah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kebisingan

Masalah kebisingan tidak hanya merupakan masalah di tempat

kerja saja, teapi juga di sekitar kita seperti suara pesawat terbang, suara

senapan, dll.

Pengertian kebisingan adalah bunyi atau suara yang timbul yang

tidak dikehendaki yang sifatnya mengganngu dan menurunkan daya

dengar seseorang (WHS, 1993).

2.2 Jenis Kebisingan

1. Bising kontinu (terus menerus) seperti suara mesin, kipas angin, dll.

2. Bising intermitten (terputus putus) yang terjadi tidak terus menerus

seperti suara lalu lintas, suara pesawat terbang.

3. Bising Impulsif yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40

dB dalam waktu yang cepat sehingga mengejutkan pendengarnya

seperti suara senapan, mercon, dll.

4. Bising impulsif berulang yang terjadi secara berulang-ulang pada

periode yang sama seperti suara mesin tempa.

2.3 Sumber Kebisingan

Gambar di bawah adalah ilustrasi sumber kebisingan

3
2.4 Apa pengaruh kebisingan bagi tenaga kerja

Pengaruh Kebisingan terhadap tenaga kerja adalah sebagai berikut:

1. Gangguan fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, nadi dan dapat

menyebabkan pucat dan gangguan sensoris

2. Gangguan psikologis

Gannguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, kurang

konsentrasi, emosi dll.

3. Gangguan komunikasi

Gangguan komunikasi dapat menyebabkan terganggunya

pekerjaan, bahkan bisa berakibat kepada kecelakaan karena tidak dapat

mendengar isyarat ataupun tanda bahaya.

4
1. Gangguan pada pendengaran (Ketulian)

Merupakan gangguan yang paling serius karena pengaruhnya dapat

menyebabkan berkurangnya fungsi pendengaran. Gannguan pendengaran

ini bersifat progresif tapi apabila tidak dilakendalikan dapat menyebabkan

ketulian permanen.

Batasan tingkat kebisingan yang dapat menyebabkan gangguan

pendengaran

Batasan tingkat kebisingan dibagi menjadi 2, yaitu untuk lingkungan

dengan waktu pajanan 24 jam yang kita kenal dengan Baku Mutu

Lingkungan dan untuk tempat kerja dengan waktu pajanan 8 jam kerja

atau Nilai Ambang Batas (NAB).

Tabel dibawah ini adalah baku mutu lingkungan sesuai Kepmen

LH No. 48 tahun 1996

Gangguan Pendengaran Akibat Bising/GPAB (Noise Induced hearing

Loss/NIHL)

Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) adalah penurunan

pendengaran sensorineural yang pada awalnya tidak disadari, karena

5
belum mengganggu percakapan sehari-hari. Penurunan pendengaran

sensorineural tipe koklea pada kedua telinga. Faktor lama pajanan,

intensitas kebisingan, umur serta faktor lain akan berpengaruh terhadap

penurunan pendengaran tersebut. Faktor yang mempercepat GPAB/NIHL

adalah pajanan intensitas kebisingan melebihi NAB (>85 dbA selama 8

jam).

GPAB tidak dapat disembuhkan namun bisa dicegah, oleh karena

itu tempat kerja yang melebihi NAB harus menerapkan Program

Konservasi Pendengaran / Hearing Conservation Program (HCP).

Program Konservasi Pendengaran meliputi :

1. Pemantauan Kebisingan

2. Audiometri Test

3. Pengendalian Kebisingan

4. Alat Pelindung Diri

5. Training Motivasi

6. Pemeliharaan Catatan / record

1. Pemantauan Kebisingan :

Alat ukur untuk pengukuran kebisingan di tempat kerja adalah Sound Level

Meter (SLM) dan untuk personal monitoring digunakan Noise Dosimeter.

6
Gambar di atas adalah Sound Level Meter (SLM)

Gambar diatas adalah Noise Dosimeter yang digunakan untuk personal

monitoring kebisingan.

Sebelum melakukan pengukuran yang pertama harus dilakukan

adalah identifikasi bahaya apakah di area kerja terdapat sumber bahaya

dari mesin atau aktifitas pekerjaan yang dapat menimbulkan kebisingan,

7
bisa juga dengan melakukan Work Through Survey yaitu survey ke tempat

kerja dan melakukan identifikasi bahaya.

Langkah selanjutnya melakukan pengukuran kebisingan dengan

SLM, perlu diketahui bahwa noise adalah menggunakan fungsi logaritma,

karena rentang pendengaran manusia sangat lebar dengan satuan desible

(db).Lakukan pengukuran secara periodik baik tempat kerja maupun

personal monitoring, bandingkan data pengukuran dengan Nilai Ambang

Batas.

2. Test Audiometri / Pendengaran

Apabila hasil pengukuran di tempat kerja menunjukkan intensitas

kebisingan melebihi NAB maka lakukan audiometri test kepada karyawan

minimal 1 tahun sekali.

Audiometri test juga harus dilakukan pada karyawan baru / rotasi /

mutasi sebelum di tugaskan ke area dengan intensitas kebisingan yang

tinggi. Target dari audiometri test adalah pemeriksaan gangguan

pendengaran persepsi, konduksi atau campuran.

3. Pengendalian Kebisingan

Pengendalian kebisingan mutlak diperlukan untuk memperkecil

pengaruhnya pada kesehatan kita. Usaha pengendalian kebisingan harus

dimulai dengan melihat komponen kebisingan, yaitu Sumber radiasi, Jalur

tempuh radiasi, serta Penerima (telinga). Antisipasi kebisingan dapat

dilakukan dengan intervensi terhadap ketiga komponen ini.

8
Secara garis besar, ada dua jenis pengendalian kebisingan, yaitu

pengendalian bising aktif (active noise control) dan pengendalian bising

pasif (passive noise control).

Pada Active Noise Control dapat dilakukan dengan Kontrol pada

Sumber. Pengontrolan kebisingan pada sumber dapat dilakukan dengan

modifikasi sumber, yaitu penggantian komponen atau mendisain ulang alat

atau mesin supaya kebisingan yang ditimbulkan bisa dikurangi. 

Program maintenance yang baik supaya mesin tetap terpelihara,

dan penggantian proses. Misalnya mengurangi faktor gesekan dan

kebocoran suara, memperkecil dan mengisolasi elemen getar, melengkapi

peredam pada mesin, serta pemeliharaan rutin terhadap mesin. Tetapi cara

ini memerlukan penelitian intensif dan umumnya juga butuh biaya yang

sangat tinggi (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003). Beberapa upaya

untuk mengurangi kebisingan di sumber antara lain (Tambunan, 2005):

Mengganti mesin-mesin lama dengan mesin baru dengan  tingkat

kebisingan yang lebih rendah

Mengganti “jenis proses” mesin (dengan tingkat kebisingan yang

lebih rendah) dengan fungsi proses yang sama, contohnya pengelasan

digunakan sbg penggantian proses riveting.

Modifikasi “tempat” mesin, seperti pemberian dudukan mesin

dengan material-material yang memiliki koefisien redaman getaran lebih

tinggi.

9
Pemasangan peredam akustik (acoustic barrier) dalam ruang kerja

Antisipasi kebisingan dengan kontrol sumber ternyata 10 kali lebih

murah (unit harga terhadap reduksi dB) daripada antisipasi pada propagasi

atau kontrol lingkungan. 

Jika kita berada pada lingkungan kerja dengan kebisingan > 100

dB A, maka usaha kontrol pada sumber kebisingan harus dilakukan.

Menurut Standard Basic Requirement OSHA, rekayasa mesin harus

dilakukan pada kondisi ini, dengan beberapa teknik berikut :

Cladding, adalah teknik untuk mengurangi pancaran bising dari

pipa akibat aliran fluida di dalamnya. Cladding terdiri atas lapisan

penyerap suara dan bahan impermeable. Lapisan ini ada berbagai jenis

dengan tingkat atenuasi yang bervariasi.

Silencer, Attenuator, Muffler. digunakan untuk mereduksi bising

fluida dengan meletakkannya di daerah atau jalur aliran fluida.

Secara praktis di lapangan, pengendalian bising

pada sumber dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan

cara pemeliharaan mesin-mesin secara kontinu, penempatan mesin-mesin

pada ruangan khusus dan jauh dari kegiatan masyarakat atau karyawan,

serta melengkapi mesin-mesin dengan penutup mesin sehingga dapat

mengurangi kebisingan. 

Metode lain untuk meredam bising seperti penggunaan alat

peredam bising “silencer” yang diletakkan pada ventgas. Silencer dapat

10
digunakan untuk mengurangi kebisingan dengan frekuensi tinggi,

kompresor, blower, dan pompa vakum. Alat ini didisain sedemikian rupa

sehingga aliran udara melewati tabung akustik berlubang yang dikelilingi

oleh lapisan tebal dari material penyerap suara yang akan menurunkan

kebisingan dengan rangefrekuensi tinggi dengan penurunan tekanan

minimum.

Silencer terbuat dari konstruksi baja dimana permukaan luar

dilapisi dengan baik. Alat ini didisain untuk menangani udara kering

dengan temperatur di bawah 93oC. Untuk temperatur tinggi digunakan

kemasanfiberglass.

Selain pengendalian dengan melakukan kontrol pada sumber

bising, pengendalian kebisingan juga dapat dilakukan dengan

pengendalian pada medium perambatan. Usaha ini bertujuan untuk

menghalangi perambatan suara dari sumber suara yang menuju ke telinga

manusia. Untuk menghalangi perambatan, ditempatkanlah sound

barrier antara sumber suara dan telingan. Pemblokiran rambatan ini hanya

akan berhasil jika sound barrier tidak ikut bergetar (resonansi) saat

tertimpa gelombang yang merambat, hal ini sangat tergantung pada bahan

dimensi. 

Pengendalian kebisingan pada medium propagasi (medium rambat)

sangat dipengaruhi oleh beberapa hal antra lain usaha untuk melakukan

pemisahan ruangan dengan sekat atau pembatas akustik; Penggunaan

material yang memiliki daya serap suara; Pembuatan Barrier  yang

berfungsi untuk menghalangi paparan bising dari sumber ke penerima dan

11
dibangun di jalur propagasi antara sumber dan penerima. Usaha lain dapat

dilakukan misal dengan memasang panel dan penghalang, serta

memperluas jarak antar sumber dan melakukan pemagaran.

Salah satu usaha untuk mereduksi kebisingan pada daerah

permukiman, dilakukan dengan Green Barrier yang membatasi daerah

sumber kebisingan dengan daerah pemukiman masyarakat. Juga dapat

dilakukan dengan memasang dinding pemisah antara sumber-sumber

bising dengan ruangan tempat kerja (kedap suara).

Usaha terakhir untuk mengendalikan kebisingan dengan

melakukan usaha proteksi secara personal. Proteksi personal yang bisa

diterapkan adalah penggunaan earplugs dan earmuffs. Pemilihan antara

kedua proteksi ini disesuaikan dengan kondisi. Secara umum,

penggunaan earmuffs bisa mengurangi desibel yang masuk ke telinga lebih

besar dari earplugs. Namun juga harus diingat bahwa proteksi yang

berlebihan sangat dimungkinkan dapat mengurangi efektifitas proses.

Berikut beberapa penjelasan yang terkait dengan Earmuffs dan

Earplugs.

Earmuffs, terbuat dari karet dan plastik. Earmuffs bisa digunakan

untuk intensitas tinggi (>95 dB), bisa melindungi seluruh telinga,

ukurannya bisa disesuaikan untuk berbagai ukran telinga, mudah diawasi

dan walaupun terjadi infeksi pada telinga alat tetap dapat dipakai.

Kekurangannya, penggunaan earmuffsmenimbulkan ketidaknyamanan,

12
rasa panas dan pusing, harga relatif lebih mahal, sukar dipasang pada

kacamata dan helm, membatasi gerakan kepala dan kurang praktis karena

ukurannya besar. Earmuffs lebih protektif daripada earplugs jika

digunakan dengan tepat, tapi kurang efektif jika penggunaannya kurang

pas dan pekerja menggunakan kaca mata.

Earplugs, digunakan untuk tingkat kebisingan sedang (80-95 dB),

dengan waktu paparan 8 jam. Terdapat berbagai macam earplugs, baik

bentuk padat maupun berongga. Bahannya terbuat dari karet lunak, karet

keras, lilin, plastik atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut.

Penguunaan ear plug mempunyai beberapa keuntungan, selain

mudah dibawa karena bentuknya yang kecil, tidak membatasi gerakan

kepala, lebih nyaman digunakan pada tempat panas, juga lebih murah

(dibandingkan ear muff), Ear Plug juga lebih mudah dipakai bersama

dengan kacamata dan helm. Sedangkan kekurangan ear plug

atenuasi lebih kecil, sukar mengontrol atau diawasi, resiko infeksi pada

saluran telinga.

Pengendalian pada penerima kebisingan dapat dilakukan dengan

pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta melengkapi

karyawan dengan alat pelindung diri (ear muff dan ear plug).

Berikut ini cara mengendalikan kebisingan tersebut:

1. Pengurangan kebisingan pada sumbernya

13
Hal ini bisa dilakukan dengan menempelkan alat peredam suara

pada alat yang bersangkutan. Pada waktu sekarang penelitian dan

perencanaan yang disertai teknologi modern, mesin-mesin baru yang

mutakhir tidak lagi banyak menimbulkan kebisingan. Suara yang

ditimbulkan juga suda tidak lagi mengganggu dan membahayakan

lingkungan.

2. Penembatan penghalang pada jalan transmisi

usaha ini dilakukan dengan jalan mengadakan isolasi ruangan atau

alat-alat penyebab kebisingan dengan jalan menempatkan bahan-bahan

yang mampu menyerap suara sehingga suaara-suara yang keluar tidak lagi

merupakan gangguan bagi ligkungan.

3. Pemakaian sumbat atau tutup telinga

Cara ini terutama dianjurkan kepaa orang yang berada di sekitar

sumber kebisingan yang tidak dapat dikendalikan, seperti ledakan. Alat

penyumbat telinga ini bisa mengurangi intensitas kebisingan kurang lebih

24 dB.

Selain itu, bagi orang yang bekerja di ruangan dengan kebisingan

di atas 100 dB diharuskan memakai tutup telinga

2.5 Pengertian Ventilasi

Ventilasi adalah tempat pertukaran udara yang digunakan untuk

memelihara dan  menciptakan udara sesuai dengan kebutuhan atau

kenyamanan. Ventilasi ini juga digunakan untuk menurunkan kadar suatu

kontaminan di udara tempat kerja melalui bukaan atau lubang seperti

14
jendela, pintu, lubang angin atau dibantu peralatan kipas angin (fan) atau

dengan ventilasi lokal dan ventilasi sistempengendali suhu dan

kelembaban udara (air conditioning)sampai batas yang tidak

membahayakan bagi keselamatan dan kesehatan kerja.

Ventilasi merupakan proses untuk mencatu udara segar ke dalam

bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Definisi lain

menyebutkan bahwan ventilasi adalah pergerakan udara masuk ke dan

keluar dari ruang tertutup. Selain itu, Ventilasi adalah teknik engineering

control yang penting untuk meningkatkan dan memelihara kualitas udara

ditempat kerja. Alasan perlunya ventilasi antara lain adalah:

1.      Memanaskan atau mendinginkan udara dalam ruangan

2.      Mengeluarkan kontaminan

3.      Mengencerkan konsentrasi kontaminan dalam udara

4.      Pertukaran udara untuk  penyegaran

5.      Mencegah terjadinya kebakaran atau peledakan

2.6 Tujuan Ventilasi

Tujuan ventilasi umum antara lain:

1.   Meningkatkan dan mempertahankan kondisi udara agar tetap segar dan

nyaman

2.   Menurunkan kadar kontaminan di udara sampai kebatas yang tidak

membahayakan pekerja

15
3.   Menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan

oleh keringat dansebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang

ditimbulkan oleh pernafasan danproses-proses pembakaran.

4.   Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan

sebagainya.

5.   Menghilangkan kalor yang berlebihan.

6.   Membantu mendapatkan kenyamanan termal.

2.6.1 Ventilasi Ruangan

Suatu ruangan yang layak ditempati, misalkan kantor, pertokoan,

pabrik, ruang kerja, kamarmandi, binatu dan ruangan lainnya untuk tujuan

tertentu, harus dilengkapi dengan:

1.   Ventilasi alami yang memenuhi butir 4.3 ; atau

2.   Ventilasi mekanis atau sistem pengkondisian udara yang

memenuhi

                                                

2.6.2 Ventilasi Alami.

Ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar

suatu bangunangedung yang disebabkan oleh angin dan karena adanya

perbedaan temperatur, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam

saluran ventilasi.

Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan

permanen, jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan:

16
1.   Jumlah bukaan ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai

ruangan yangmembutuhkan ventilasi; dan

2.   arah yang menghadap ke:

a.  Halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, atau daerah yang

terbukakeatas.

b.  Teras terbuka, pelataran parkir, atau sejenis; atau

c. Ruang yang bersebelahan

2.6.3 Ventilasi Industri

Pengendalian udara dalam lingkungan kerja industri diperlukan

untuk menjaga agar kualitas udara memenuhi standar kualitas yang

ditetapkan bagikesehatan pekerja, dan memenuhi syarat kondisi udara

yang sesuai bagi proses produksi, lingkungan kerja mesin-mesin atau

peralatan yang digunakan dan penyimpanan barang atau hasil

produksi. Salah satu cara pengendalian udara dalam ruang adalah ventilasi,

yaitu pemasukan dan pengeluaran udara kedalam ruang melalui bukaan

atau lubang yang ada untuk mendapatkan udara yang memenuhi standard

kualitas kesehatan dan proses produksi industri.

2.7 Prinsip Sistem Ventilasi

Prinsip sistem ventilasi yang digunakan dalam suatu industri

adalah membuat suatu proses pertukaran udara di dalam ruang kerja.

Pertukaran udara dicapai dengan cara memindahkan udara dari tempat

17
kerja dan mengganti dengan udara segar yang dilakukan secara bersama-

sama. Pertukaran udara secara mekanik dilakukan dengan cara

memasang sistem pengeluaran udara (exhaustsystem) dan pemasukan

udara (supply system) dengan menggunakan fan. Exhaust

system dipasang untuk mengeluarkan udara, beserta kontaminan yang ada

di sekitar ruang kerja, biasanya ditempatkan di sekitar ruang kerja atau

dekat dengan sumber kontaminan dikeluarkan. Supply system dipasang

untuk memasukkan udara ke dalam ruangan, umumnya digunakan untuk

menurunkan tingkat konsentrasi kontaminan di dalam lingkungan kerja.

2.8 Jenis-Jenis Ventilasi

Jenis-jenis ventilasi diantarannya adalah:

2.8.1 Ventilasi Umum

Dari suatu ruang kerja dikeluarkan melalui bukaan atau lubang

pada dinding dan memasukkan udara segar melalui bukaan pada dinding

lain. Ventilasi umum dapat juga diartikan dengan pengenceran, yaitu

penurunan konsentrasi kontaminan udara dalam ruang kerja sampai pada

tingkat yang tidak membahayakan kesehatan (NAB) dan keselamatan

tenaga kerja.

Ventilasi umum dapat berlangsung dengan baik bila:

1.      Kadar kontaminan udara dalam ruang tidak terlalu tinggi agar

volume udara pengencer tidak terlalu besar.

18
2.      Pekerja berada cukup jauh dari sumber pengencer agar tidak

terpengaruh pencemaran, kadar kontaminan udara masih dibawah

nilai ambang batas.

3.      Toksisitas kontaminan masih rendah

4.      Pencemaran terjadi merata.

Pemasukan dan pengeluaran udara dalam ruang terjadi

disebabkan adanya perbedaan tekanan udara luar dan dalam. Udara

akan mengalir dari udara  bertekanan tinggi ke udara bertekanan

rendah. Perbedaan tekanan dapat terjadi karena adanya perbedaan

suhu udara dan mengakibatkan terjadinya perbedaan kerapatan udara atau

berat jenis udara. Udara panas dengan berat jenis rendah mengalir keatas,

sedang udara dingin dengan berat jenis tinggi akan mengalir kebawah.

Pada ventilasi alamiah udara mengalir secara alamiah. Ventilasi umum

terlaksana dengan dua cara:

2.8.1.1 Ventilasi Horisontal (ventilasi silang)

Arus angin datang dari luar ruang secara horizontal, dapat terjadi

bila terdapat perbedaan suhu udara luar dan dalam ruang atau antar ruang

dalam bangunan.Ventilasi silang berfungsi dengan baik, maka pada

dinding harus ada bukaan atau lubang seperti pintu, jendela, atau lubang

angin.Aliran udara masuk kedalam ruangan tidak terlalu kuat dan tidak

terhambat, dan harus diarahkan ke bagian-bagian ruang yang ditempati

atau dipakai. Kemungkinan penempatan lubang ventilasi Penempatan

19
lubang ventilasi adalah penting untuk pengarahan aliran udara dari lubang

masuk (inlet) ke lubang keluar (outlet).

Keadaan 1

Tidak ada lubang keluar tidak ada aliran udara keluar, ventilasi tidak

efektif, menimbulkan ketidaknyamanan.

Keadaan 2

Pada dinding yang berhadapan terdapat masing-masing satu lubang masuk

dan satu lubang keluar yang sama luasnya. Lubang masuk letaknya keluar,

terletak dalam batas daerah hunian atau kerja (living zone) : 0,30m –

1,80m diatas lantai. Luas lubang keluar lebih besar dari lubang masuk

adalah lebih baik.

Keadaan 3

Lubang masuk terletak tinggi, lubang keluar rendah.Terjadi kantung udara

dibawah lubang masuk, tidak ada aliran udara dalam daerah

hunian.Ventilasi kurang efektif.

Keadaan 4

Lubang masuk dan keluar sama tinggi dan sama luas ventilasi baik

sekali. Pemasangan kisi-kisi, jalusi, sungkup (kanopi) pada lubang

masukan dapat memperbaiki pola aliran udara masuk kedalam

ruang.Penempatan lubang keluar hampir tidak merubah pola aliran udara

dalam ruang.Aliran udara dalam ruang hanya tergantung pada ukuran,

bentuk dan letak lubang angin masuk. Ventilasi lebih baik lagi bila

dibuat dua lubang masuk dengan lubang besar pada bagian bawah

dna lubang kecil atau jalusi dibagian atas.Kecepatan aliran udara

20
masuk dapat diperbesar bila lubang keluar dibuat lebih

besar.Perbandingan ukuran lubang keluar dengan lubang masuk

mempengaruhi kecepatan aliran udara dalam ruang.Makin besar

perbandingan lubang, makin tinggi kecepatan aliran udara.Dalam gambar

ditunjukkan besar kecepatan aliran udara dalam ruang dinyatakan dalam

persen kecepatan udara luar.

2.8.1.2 Ventilasi vertikal

Aliran udara terjadi karena perbedaan berat jenis lapisan-lapisan

udara luar dan dalam bangunan.Berat jenis kecil udara mengalir keatas,

berat jenis besar udara mengalir kebawah (efek cerobong).

Kesimpulan:

a.       Lubang-lubang ventilasi ditempatkan pada dinding-dinging yang

saling berhadapan agar terjadi aliran udara yang baik dalam ruang.

b.      Lubang-lubang ventilasi ditempatkan tidak sama tinggi dari lantai

agar terjadi aliran udara yang baik dalam ruang.

c.       Cerobong udara keluar dibuat setinggi mungkin agar terjadi aliran

udarayang baik dalam ruang (efek cerobong).

d.      Tinggi letak lubang ventilasi masuk sedemikian sehingga aliran

udaramasuk mengenai daerah hunian (living zone) pada batas

ketinggian       0,30 m-1,80m diatas lantai.

e.       Lubang-lubang ventilasi sebaiknya dibuat dengan kombinasi

ventilasi horizontal dan vertikal.

21
f.        Untuk kenyamanan ruang, kecepatan aliran udara dibuat berkisar

antara0,10-0,15 m/detik. Untuk kesehatan tidak melebihi 0,5 m/det,

atau kurangdari 0,10 m/det

Suhu udara yang mengalir mempengaruhi kenyamanan, udara yang

mengalir dengan kecepatan 0,6 m/det pada suhu 30˚C tidak terasa jelek,

tetapi aliran udara dengan kecepatan 0,15 m/det. Pada suhu 12˚C terasa

tidak enak. Udara yang mengalir diatas lantai yang dingin terasa tidak

enak. Udara yang mengalir dengan kecepatan 0,10 m/det didaerah

pegunungan terasa sangat dingin pada kaki.

Pada tempat-tempat dengan kecepatan udara tinggi, dikendalikan

dengan memasang penahan atau pembelok arah angin (deflektor) pada

bukaan, yang dapat digerakkan untuk mengatur arah angin, dan kecepatan

angin masuk.

2.8.2 Ventilasi Buatan (Mekanis)

Penggantian udara terjadi dengan bantuan alat mekanik

seperti kipas angin (fan), penyedot udara (blower),exhauster. Cara ini

digunakan bila cara alamiah tidak mencukupi, misalnya ukuran ruang luas.

Ada dua jenis kipas angin yaitu sistem baling-baling dan sistem sedot

pompa sertrifugal. Kipas angin yang digunakan garis tengah besar dengan

putar per menit sekecil mungkin untuk memberikan kenyamanan.Aliran

udara dibuat merata dalam seluruh ruang, diletakkan dekat sumber

kontaminan.Bila sumber kontaminan dekat dinding kipas angin berfungsi

sebagai pengisap kontaminan keluar (exhauster).Bila berat jenis

22
kontaminan lebih besar dari berat jenis udara, maka kipas dipasang dekat

lantai. Bila dipasang pada langit-langit, tinggi ruang harus lebih dari 3 m.

Kapasitas kipas ditentukan oleh volume ruang, jumlah pergantian udara

dalam ruang yang diperlukan.

 Persyaratan Teknik ventilasi mekanik

1.   Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang

memenuhi syarat tidak memadai.

2.   Penempatan fan harus memungkinkan pelepasan udara secara

maksimal dan juga memungkinkan masuknya udara segar atau

sebaliknya.

3.   Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut

dihuni.

4.   Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi

mekanis untuk membuang udara kotor dari dalam dan minimal 2/3

volume udara ruang harus terdapat pada ketinggian maksimal 0,6

meter dari lantai.

5.   Ruang parkir pada ruang bawah tanah (besmen) yang terdiri dari lebih

satu lantai, gas buang mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu

udara bersih pada lantai lainnya.

6.   Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi

ruangan harus sesuai ketentuan yang berlaku lihat Tabel 2.2

Kebutuhan ventilasi Mekanis.

23
2.8.3 Ventilasi Lokal

Pembuangan udara dilakukan langsung dari sumber kontaminan

melalui corong (hood) pengisap yang dipasang dan ditempatkan dekat

sumber kontaminan. Dari corong pengisap kontaminan disalurkan dalam

pipa (duct)menggunakan penyedot udara (blower) kemudian kontaminan

dipisahkan oleh sistem pembersih udara.Udara bersih selanjutnya dibuang

ke atmosfir.

Tipe-tipe sistem ventilasi lokal

a.       Ventilasi lokal menggunakan sistem pembersih kontaminan. Corong

penghisap dipasang tepat diatas sumber kontaminan. Kontaminan

disalurkan melalui sistem perpipaan ke sistem pembersih udara

menggunakan alat penyedot (blower) dan  cara bersih dipisahkan

dari kontaminan selanjutnya dibuang ke atmosfir, sedang sisanya

berupa kontaminan dapat dimanfaatkan selanjutnya.

b.      Ventilasi lokal menggunakan corong pengeluaran setempat tepat

diatas sumber kontaminan.Dengan cara ini udara terkontaminasi

tidak tersebar dalam ruang. Operator terhindar dari pengaruh

kontaminan. Operator tidak diperkenankan membungkuk diatas bak

kerja.

c.       Ventilasi lokal menggunakan corong celah (slot), dipasang disisi

sumber kontaminan. Gas buangan diisap melalui saluran samping.

Operator dapat bekerja dengan membungkuk diatas sumber

kontaminan/bak kerja.

24
d.      Ventilasi lokal menggunakan sistem tiup dan bisa (push and pull

exhauster).

Sumber kontaminan diberi udara yang ditiupkan dari saluran tiup

memakaiexhauster, udara kontaminan ditiup dan dibuang melalui

salurang buang memakai exhauster yang dipasang disebelahnya.

e.       Ventilasi lokal untuk pengeluaran kontaminan pada pabrik

penyepuhan logam (galvanisasi).

2.8.4 Ventilasi Pengendalian Suhu Udara

Pengendalian suhu bertujuan untuk penyegaran udara dalam

lingkungan kerja, dilaksanakan dengan menurunkan panas dengan cara

mengalirkan udara segar dan dingin menggantikan udara panas dalam

ruang kerja. Dapat dilaksanakan dengan cara-cara:

1.      Ventilasi alamiah, dengan mengadakan lubang/bukaan seperti pintu,

jendela, lobang angin sehingga terjadi pengaliran udara secara alami.

2.      Ventilasi mekanis, menggunakan peralatan bantu mekanis seperti :

a.       Kipas angin, blower, untuk mengalirkan udara segar dan

mengganti udara panas serta menaikkan kecepatan liner udara

dalam ruang.

b.      Alat pendingin udara (air conditioning), untuk menurunkan

suhu udara dan kelembaban ruang. Udara panas dalam ruang

diisap dan panasnya diserap untuk pendinginan dan

pengembunan dan kemudian diembuskan kembali masuk

dalam ruang.

25
Pendinginan udara bertujuan untuk:

1.      Penyegaran udara bagi karyawan

2.      Penyegaran udara yang diperlukan untuk proses produksi,

penyimpanan, lingkungan kerja mesin dan lain-lain.

Sistem pendingin ruang terdiri dari:

1.      Sistem langsung (direct cooling), udara didinginkan langsung

oleh zat pendingin (refrigerant) menggunakan mesin sistem

paket (package air conditioner).

2.      Sistem tidak langsung (indirect cooling), menggunakan

media air es, mesin pengolah udara (air handling unit AHU).

2.9 Pengertian Getaran

Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan

arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan (KEP-

51/MEN/1999). Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan

motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis (Sugeng

Budiono,2003:35). Getaran ialah gerakan ossilasi disekitar titik (J.M.

Harrington, 1996:187). Vibrasiadalah gerakan, dapat disebabkan oleh

getaran udara atau getaran mekanis, misalnya mesinatau alat-alat mekanis

lainnya (J.F.Gabriel, 1996:96). Geteran merupakan efek suatu

sumber yang memakai satuan ukuran hertz(Depkes, 2003:21). Getaran

adalah suatu factor fisik yangmenjalar ke tubuh manusia, mulai dari

tangan sampai keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran

26
peralatan mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja (Emil Salim,

2002:253).

Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan

arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran terjadi saat

mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat

mekanis. Getaran mekanis dibedakan berdasarkan jenis pajanannya.

Terdapat 2 bentuk yaitu:

1. Getaran seluruh badan (whole body vibration) Akibat goncangan

dari mesin, kendaraan atau traktor.

2. Getaran alat-lengan (tool-hand vibration) atau getaran pada

tangan dan lengan (hand and arm vibration).

2.10 Jenis-Jenis Getaran Tempat Kerja

2.10.1 Getaran Umum (Whole body vibration )

Getaran ini berpengaruh terhadap seluruh tubuh, dihantarkan

melalui bagian tubuh tenaga kerja yang menopang seluruh tubuh.

Misalnya : kaki saat berdiri, pantat pada saat duduk, punggung  saat

bersandar, lengan saat bersandar. Getaran ini mempunyai frekwensi 5 – 20

Hz.

2.10.2 Getaran Setempat   ( Hand arm vibration )

Getaran yang merambat melalui tangan atau lengan dari operator

atal yang bergetar. Getaran ini mempunyai frekwensi 20 – 500 Hz.

27
2.11 Pengaruh Getaran Terhadap Tenaga Kerja

2.11.1 Getaran Umum ( wbv )

Sesusai dengan tingkatnya dapat dibagi menjadi 3 macam :

 Mengganggu kenyamanan kerja

 Mempercepat timbulnya kelelahan kerja

 Menimbulkan gangguan kesehatan tenaga kerja

Penentuan ke 3 macam tersebut berdasarkan 2 faktor yaitu :

a.       Tingkat Accelerasi / percepatan getaran

b.      Frekwensi getaran

a.1. Tingkat Accelerasi / percepatan getaran

 Mengganggu kenyamanan : 0,01 – 0,1 m/d t 2

 Mempercepat timbulnya kelelahan : 0,1 – 1,1 m/d t 2

 Gangguan kesehatan ; 1 – 10 m/d t 2

Tingkat percepatan ini diperbolehkan dengan batas waktu tertentu

misalnya :

 1    –  1,5 m/dt2         :  4 jam

 1,5 –  3 m/dt2                        :  2,5 jam

 3    –  5 m/dt2                        :  1 jam

 5    –  6 m/dt2                        :  25 menit

 6,3 –  10 m/dt2                        :  1 menit

 diatas 10 m/dt2 sama sekali tidak diperkenankan

28
b.1. Frekwensi getaran : berpengaruh terhadap tubuh yaitu :

 Sumbu Z : arah kaki kepala atau sebaliknya yaitu 4 – 8 Hz

 Sumbu X : arah depan  kebelakang atau sebaliknya

 Sumbu Y : arah kanan kekiri atau sebaliknya

 Sumbu X  dan sumbu Y yaitu : 1 – 2 Hz

Gangguan kesehatan yang ditimbulkan Wbv  yaitu :

 Gangguan aliran darah

 Gangguan syaraf pusat menyebabkan kelemahan

degeneratif syaraf.

 Gangguan metabolisme/ pencernaan / pertukaran oxygen

dalam paru-paru

 Gangguan pada otot atau persendian

Gejala yang timbul yaitu pusing, ngantuk, sakit perut, mual, pegal-

pegal, kaki kesemutan. Mesin-mesin yang menghasilkan Wbv biasanya

berkisar antara 1 – 20 Hz Efek terhadap gangguan kesehatan berlangsung

jangka panjang.

Pada Stadium I

 Terjadi gangguan perut : kembung, mual, kolik usus

 Gangguan penglihatan : mata berkunang – kunang

 Gangguan syaraf          : insomnia, gangguan keseimbangan

Pada Stadium II

 Terjadi gangguan         :  pada otot / sendi

29
2.11.2 Getaran Setempat ( Hav )

1. Sensitivitas maximum pada frekwensi 12 – 16 Hz.

2. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan adalah WFS ( white fingers

syndrome )

3. Gangguan dapat berupa penyempiten pembuluh darah, gangguan

syaraf perifer, gangguan tulang sendi dan otot. Gejala yang timbul

berupa jari-jari pucat dan kaku, mati rasa terhadap suhu / sentuhan.

Terjadinya gejala tersebut memerlukan jangka waktu 3 – 6 tahun

dengan melalui beberapa stadium yaitu :

 Stadium I        : Ujung jari pucat,rasa kaku pada waktu dingin atau

bangun tidur.

 Stadium II       : Perluasan jari pucat, kesemutan, rasa kaku.

 Stadium III     : Gejala semakin luas disertai rasa sakit yang hebat

2.12 Nilai Ambang Batas Getaran

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-

51/MEN/1999 tentang  Nilai Ambang Batas  Faktor Fisika di tempat

Kerja, untuk Getaran adalah :

Lama Pemaparan Acceleration 

( m/dtk2 )
4-8 Jam 4
2-4 Jam 6
1-2 Jam 8
< 1 Jam 12

30
2.13 Cara Pengendalian Getaran Di Tempat Kerja

2.13.1 Pengendalian secara teknis

1. Menggunakan peralatan kerja yang rendah intensitasnya(dilengkapi

dengan damping/peredam).

2. Menambah/menyisipkan damping diantara tangan dan alat, misalnya

membalut pegangan alat dengan karet.

3. Memelihara/merawat peralatan dengan baik

Dengan mengganti bagian-bagian yang aus atau memberi pelumasan.

4. Meletakkan peralatan dengan teratur.

Alat yang diletakkan di atas meja yang tidak stabil dan kuat dapat

menimbulkan getaran di sekelilingnya.

5. Menggunakan remote control.

Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran, karena dikendalikan dari

jauh.

2.13.2 Pengendalian Secara Administrative

Yaitu dengan Cara mengatur waktu kerja, misalnya:

1. Merotasi pekerjaan. Apabila terdapat suatu pekerjaan yang dilakukan

oleh 3 orang, maka dengan mengacu pada NAB yang ada, paparan

getaran tidak sepenuhnya mengenai salah seorang, tetapi bergantian.

2. Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku.

31
2.13.3 Pengendalian Secara Medis

Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5 tahun

sekali. Sedangakan untuk kasus yang berlanjut, maka interval yang

diambil adalah 2-3 tahun sekali.

2.13.4 Pemakaian Alat Pelindung Diri (Apd)

Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan menggunakan

sarung tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa).

2.14 Efek getaran terhadap tubuh

Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi

yang mengenai tubuh:

1. 3-9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.

2. 6-10Hz : Dengan  intensitas 0,6 gram,  tekanan darah, denyut 

jantung, pemakaian O2 dan  volume  perdenyut  sedikit  berubah. 

Pada  intensitas  1,2  gram  terlihat  banyak  perubahan sistem

peredaran darah.

3. 10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan

beresonansi.

4. 13-15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.

5. < 20 Hz  : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis  ini otot

menjadi  lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.

32
Beberapa jenis getaran dan akibatnya pada kesehatan, antara lain

meliputi getaran pada seluruh tubuh dan getaran pada lengan. Getaran

seluruh tubuh biasanya dialami pengemudi kendaraan dengan akibat yang

timbul tergantung kepada jaringan manusia, seperti pada getaran 3 — 6 Hz

untuk bagian thorax (dada dan perut), pada getaran 20-30 Hz untuk bagian

kepala, dan pada getaran 100-150 Hz untuk rahang. Selain berakibat pada

rasa tidak nyaman efek getaran pada organ tubuh yang berlangsung lama,

menurut beberapa penelitian dapat menyebabkan orteoartritis tulang

belakang. Getaran tangan-lengan, dapat menyebabkan antara lain

timbulnya kelainan pada peredaran darah dan persyarafan,serta kerusakan

pada persendian dan tulang-tulang.

2.15 Dampak Getaran Bagi Kesehatan Dan Lingkungan

Dampak getaran yang berasal dari industri berat ataupun bangunan

bertingkat dengan pancang tiang, yang cukup jauh dan dalam menusuk

perut bumi, bagi kesehatan manusia memang tak secara langsung, namun

bila kita cermati fenomena yang saat ini terjadi adanya penurunan

permukaan tanah pada area prumahan perkotaan, tanpa disadari jalan dan

bangunan rumah bisa terjadi keretakan, terjadi proses keretakan akibat

getaran dari atas bumi terus berjalan dan ini akan merusak berbagai

bangunan yang ada, dan secara tak langsung akan mengganggu lingkungan

yang ada dan akhirnya  kesehatan manusia juga yang akan terancam.

Sementara getaran mekanis secara langsung bisa dirasakan oleh

individu atau pekerja pada lokasi industri, yaitu melalui getaran mesin-

33
mesin yang bekerja lalu terjadi perambatan pada individu melalui kaki

pada tanah, ataupun kontak langsung melalui tangan ( misal sebagai

operator teknis dalam industri tsersebut), dan bagi pekerja yang demikian

bila terjadi secara kontinu akan berpengaruh pada peradangan kulit,

gangguan syaraf dan gangguan persendian pada tulang.

2.16 Getaran Tanah

Getaran disebarkan melalui tanah dapat menyebabkan kerusakan

pada struktur dan elemen arsitektur atau ketidaknyamanan bagi

penghuninya. Tingkat getaran di mana orang merasa terganggu berada

jauh di bawah tingkat di mana kerusakan terjadi. Kemungkinan kerusakan

atau ketidaknyamanan tersebut dapat dipastikan dengan mengukur getaran

dari ledakan dekat yang dengan lokasi yang dimaksud, seperti bangunan

atau struktur lainnya.

Getaran tanah dari peledakan adalah pemancaran energi mekanik

dalam massa batuan atau tanah. Getaran ini terdiri dari berbagai tahapan

getaran yang berpindah pada kecepatan yang berbeda-beda. Fase ini

terpantul, terbias, teredam, dan tersebar di dalam massa batuan atau tanah,

sehingga akibat dari getaran tanah yang dihasilkan di setiap lokasi tertentu

itu akan memiliki sifat yang rumit yang berisi beberapa puncak dan

frekuensi yang berbeda. Biasanya, frekuensi yang lebih tinggi diredam

dengan cepat, ini artinya adalah di jarak yang dekat dengan sumber

frekuensi tersebut akan hadir dalam proporsi yang lebih besar dari pada

sumbernya

34
Besarnya getaran tanah, bersama-sama dengan frekuensi getaran

tanah, umum digunakan untuk mendefinisikan kriteria kerusakan.

Pemilihan kriteria kerusakan yang tepat mungkin memerlukan

pertimbangan frekuensi yang timbul dari ledakan. Studi dan pengalaman

menunjukkan bahwa ledakan yang dirancang dan dikendalikan dengan

baik tidak akan menciptakan getaran tanah dengan kekuatan yang

menyebabkan kerusakan. Struktur tertentu seperti gedung yang tinggi, atau

kondisi tanah yang tidak normal, tanah yang memperangkap air, harus

dipertimbangkan dalam studi spesialis.

Celah dalam bangunan mungkin disebabkan penyebab lain selain

getaran tanah, termasuk gerakan tanah atau pondasi (penurunan dan

pembesaran) yang terkait dengan reaksi tanah liat selama periode cuaca

kering atau basah berkepanjangan. Peristiwa seismik kegiatan tambang

bawah tanah jarang memengaruhi struktur permukaan. Jika pun ada kasus

kerusakan, kasus ini dikaitkan dengan beberapa operasi pembuatan celah

ruang atau runtuhnya pilar seiring dengan kondisi geologi yang tidak

biasa. Biasanya ada lapisan material bahan yang kuat dan rapuh yang

bertindak mengumpulkan dan mengirimkan getaran ke beberapa zona di

mana lapisan yang keras tersingkap atau muncul di dekat permukaan.

2.17 Alasan mengontrol getaran tanah

Operasi peledakan yang berlebihan dapat menyebabkan dampak

kebisingan dan getaran yang berlebihan terhadap masyarakat. Tingkat

getaran struktural berlebihan yang disebabkan oleh getaran tanah karena

35
peledakan bisa mengakibatkan kerusakan, atau kegagalan, pada struktur.

Orang dapat mendeteksi getaran pada tingkat yang jauh lebih rendah dari

yang dibutuhkan untuk menyebabkan kerusakan dangkal pada struktur

yang paling rentan sekalipun.

Kriteria yang ditetapkan dalam buku pegangan ini membantu

meminimalkan gangguan, ketidaknyamanan, dan kerusakan yang mungkin

disebabkan oleh peledakan pada kegiatan seperti pertambangan,

penggalian, konstruksi dan operasi lainnya yang melibatkan penggunaan

bahan peledak untuk memecahkan batuan. Pengelolaan praktek kerja

unggulan lingkungan akan meminimalkan kemungkinan efek merugikan

yang disebabkan oleh dampak dari getaran tanah di tempat-tempat yang

sensitif terhadap kebisingan di antara orang-orang yang tinggal di atau

memanfaatkan area sekitarnya.

2.18 Batasan getaran tanah

Batas yang tergantung pada frekuensi memiliki kapasitas untuk

menangani bahaya yang terjadi karena getaran tanah secara tepat dilihat

sebagai dasar untuk praktik terbaik peledakan. Kriteria yang tergantung

pada frekuensi tertentu harus dilaporkan dengan pengukuran. Semua batas

yang diberikan dalam bagian ini adalah kecepatan partikel komponen

puncak, sebagaimana yang digunakan dalam standar dan pedoman luar

negeri. Klasifikasi jenis struktur mungkin sulit, jika ragu, batas yang lebih

konservatif dari deskripsi terdekat dalam tabel kerusakan struktural harus

diterapkan.

36
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang timbul yang tidak

dikehendaki yang sifatnya mengganngu dan menurunkan daya dengar

seseorang. Ventilasi adalah tempat pertukaran udara yang digunakan untuk

memelihara dan  menciptakan udara sesuai dengan kebutuhan atau

kenyamanan. Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media

dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran terjadi

saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya

bersifat mekanis. Di tempat kerja seringkali kita tidak dapat menghindari

ketiga hal ini. Namun kita dapat melakukan pengendalian terhadap tiga hal

tersebut.

3.2 Saran
Sebagai tenaga kerja kita harus senantias meningkatkan

pengendalian terhadap kebisingan, ventilasi, dan getaran di tempat kerja

agar dapat meminimalisir resiko penyakit yang diakibatkan oleh hal

tersebut.

37
DAFTAR PUSTAKA

Australia Goverment. 2009. Pencemar Udara, Kebisingan, Dan Getaran.


Commonwealth Australia: Australia Government.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/ MEMKES/SK/I/1998 tentang Persyaratan


kesehatan Lingkungan Kerja, Departemen Kesehatan RI, Jakarata,
Indonesia.

SNI 03-6572-2001 Tentang tata cara perancangan sistem ventilasi dan


pengondisian udara pada bangunan gedung, Badan Standarisasi Nasional,
Jakarata, Indonesia.

Suhardi, B. 2008. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri Jilid 1 untuk


SMK. Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

-. “Kebisingan dan Pencegahannya” diakses tanggal 10 April 2018. Dalam


https://nuruddinmh.wordpress.com/2012/11/18/kebisingan-dan-
pencegahannya/

-. “Pengendalian Kebisingan diakses tanggal 11 April 2018. Dalam


https://inspeksisanitasi.blogspot.co.id/2010/06/pengendalian-
kebisingan.html

-. “Permasalahan vemtilasi di Industri” diakses tanggal 10 April 2011. dalam


http://gurumuda.com/bse/permasalahan-ventilasi-di-industri.

38

Anda mungkin juga menyukai