DOSEN PENGAMPUH :
MAKOMULAMIN, SKM,M.Kes
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6:
Sisi Fransiska Awananda (17011009)
Aprilia Adha (17011001)
Feni Nurlela (17011049)
Gilang Novarisandy (17011007)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa karena atas berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dalam tepat waktu. Dalam laporan ini
kami menjelaskan mengenai penilaian risiko dan metode yang digunakan sehingga makalah ini
kami berijudul “Laporan Penilaian Risiko Ergonomi Pada Penjahit”.Laporan ini dibuat dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Ergonomi.
Harapan kami semoga penulisan ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Kami menyadari, bahwa dalam penulisan ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang
kami miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan
menyediakan dokumen atau sumber informasi, dan memberikan masukan pemikiran. Oleh
karena itu kami sebagai penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam makalah ini, serta
kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini di waktu
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Pekanbaru, 22 Desember 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Perubahan besar memaksa sector industry untuk terus berkembang dalam peningkatan
produksi dan menjadikan peran serta aspek kesehatan dan keselamatan kerja menjadi penilaian
prioritas utama dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Pekerja cenderung akan
mengalami kondisi buruk ketika tuntutan pekerjaan melebihi kapasitas kemampuan sehingga
perlu diciptakan keadaan aman dan nyaman di lingkungan kerja guna mencegah keluhan akibat
kerja serta risiko ergonomi terhadap postur tubuh saat bekerja. Setiap pekerjaan memiliki risiko
menyebabkan kelelahan, yang dikenal dengan kelelahan kerja. Kelelahan kerja dapat
mengakibatkan prestasi kerja menurun, badan tidak enak, serta menurunnya semangat kerja
hingga berpengaruh pada produktivitas (Fitrihana, 2008). Kesehatan dan keselamatankerja (K3)
adalah kondisi atau faktor yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan pekerja atau pekerja lain (termasuk pekerja sementara dan kontraktor), pengunjung,
atau setiap orang di tempat kerja (Ramli, 2013). MenurutTarwaka (2015) kelelahan yang
disebabkan karena kerja statis akan berbeda dengan kerja dinamis. Pada ototstatis, dengan
pengerahan tenaga 50% dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit,
sedangkan pada pengerahan tenaga< 20% kerja fisik dapat berlangsung lebih lama. Pengerahan
tenaga otot statis sebesar 15–20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan
berlangsung sepanjang hari.
Penelitian ini akan mengambil subjek penelitian subjektif pada penjahit di Industri bantal
House Sleep. Industri House Sleep merupakan salah satu home industry bantal yang terdapat di
daerah Pekanbaru. Pekerja di Industri bantal House Sleep ini bekerja selama 8 jam, istirahat 1
jam dan 6 hariselamaseminggu. Proses produksibantal, industriini memerlukan peran manusia
terutama dalam segi fisik, khususnya menjahit. Penjahit merupakan salah satu pekerjaan yang
ditekuni oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia, baik secara individu maupun pekerja
industri. Kelompok pekerja tersebut sering kali mengalami keadaan posturkerja yang kaku dan
beban otot yang statis akibat pekerjaan yang berulang-ulang dilakukan dengan kecepatan tinggi
dan produksi yang besar.
Pekerjaan menjahit adalah bekerja dengan aktivitas kedua tangan yang selalu berada diatas
meja mesin jahit untuk memegang obyek jahitan dan kedua kaki menekan sadel penggerak
dinamo, dengan leher cenderung miring kedepan. Jika hal tersebut terjadi untuk waktu yang
cukup lama, maka pekerjaan ini dapat menimbulkan keluhan sakit otot pada daerah bahu, kaku
leher, dan sakit pinggang. Bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang
meliputi otot bahu, leher, lengan tangan, jari punggung, pinggang dan otot- otot bagian bawah.
Faktor pekerjaan yang dapat yang dapat menyebabkan kelelahan pada penjahit adalah pekerjaan
yang monoton, postur duduk yang cenderung membungkuk kearah mesin jahit/ postur janggal
dan kebutuhan visual. Faktor risiko tersebut disebabkan oleh postur pekerjaanya sendiri,
pergerakan yang berulang sebagai tuntutan dari pekerjaan dan desain tempat duduk yang tidak
memadai, tinggi meja yang tidak sesuai, kurangnya pencahayaan, penempatan pedal yang
membuat postur kaki dan lutut menjadi salah, dan ukuran mesin yang tidak sesuai (Kaergaard&
Andersen, 2000).
Metode REBA, OWAS dan NBM merupakan suatu metode dengan menggunakan target
postur tubuh untuk mengestimasi terjadinya risiko gangguan otot skeletal. Penerapan dari metode
ini dapat meningkatkan kenyamanan kerja, sebagai peningkatan kualitas produksi, setelah
dilakukannya perbaikan sikap kerja (Tarwaka, 2010). Penelitian ini dilakukan pengamatan dan
penelitian terhadap Faktor pekerjaan (sikapkerja) yang menyebabkan karakteristik pekerja
mengalami kejadian kelelahan kerja serta pengukuran kelelahan secara subjektif. Menyikapi hal
tersebut, mengacu pada peraturan K3, maka semua pihak yang terkait dengan proses produksi
untuk meningkatkan kesadaran dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatankerja di setiap
tempat kerja dan program membudayakan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi
tanggungjawab semua pihak yang terkait dengan proses produksi (Lettyzia, 2015).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan member manfaat kepada pihak-pihak yang terkait.
Adapun manfaat yang diharapkan antara lain:
a. Dengan adanya penilaian ini maka metode kerja diharapakan dapat lebih baik.
b. Dapat digunakan untuk meningkatkan kuantitas produksi dan kualitas pekerja dalam
bekerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ergonomi
1. Pengertian Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan.Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomic ialah penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar
tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan
kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomic ditujukan
untuk “fitting the Job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu
terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan
kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan
produktivitasnya”.
B. Penjahit
1. PengertianPenjahit.
Penjahit adalah seseorang yang melakukan pekerjaan menjahit. Menurut
pengertiannya menjahit adalah pekerjaan untuk menghasilkan produk sandang dengan
menyambungkain atau bahan-bahan lain menggunakan jarum jahit dan benang.
Kegiatan menjahit dapat dilakukan dengan cara manual menggunakan tangan
memakai jarum tangan atau dengan memanfaatkan mesin jahit. Produk sandang yang
dihasilkandari proses menjahit dapat berupa baju, celana, tirai, tas, seprai, dan lain
sebagainya (Jones, 2005). Penjahit merupakan proses penyambungankain atau bahan-
bahan pelatihan/pendidikan karena menjadi seorangpenjahit yang handal bukanlah hal
yang mudah, ada tata cara untuk membuat design, membuat pola dan ada tata cara
untuk memotong kain yang baik dan benar. Pendidikan menjahit dapat diperoleh di
kursus menjahit atau sekolah mode. Orang bekerja mejahit pakaian disebut penjahit.
Penjahit pakaian pria disebut tailor, sedangkan pakaian wanita disebut modiste. Dapat
disimpulakan bahwa menjahit merupakan sebuah pekerjaan menyambung kain dan
bahan-bahan lain yang bisa di lakukan dengan memakai jarum tangan maupun
dengan mesin jahit. Tidak semua orang bias menjahit, karena menjahit perlu bakat
atau keahlian yang sangat tinggi dan kreatif. Menjahit juga perlu pelatihan untuk
membuat pola dan memotong kain agar menjadi sebuah pakaian yang bisa di pakai
seseorang (Fajarsari, 2016).
Karakteristik posisi kerja saat menjahit adalah duduk statis, forward head posture (kepala
sedikit membungkuk), posisi siku dan lutut menekuk. Terdapat gerakan mengulang secara
simultan pada tangan dan kaki saat menggunakan mesin jahit. Sikap tersebut dipertahankan
dengan mata sebagai control penglihatan dalam menjahit, tangan sebagai pengarah bahan
yang dijahit dan kaki mengontrol kecepatan menjahit (Chandra, et al. 2014 dalam Rusni,
2017). Posisi control mesin yang tepat. Pegangan mesin dapat mengalami sakit punggung
jika control mesin, seperti pedal kaki dan bantalan penyangga lutut atau penyangga kaki
berada pada posisi yang salah. Untuk kenyamanan yang maksimal, pedal sebaiknya
diletakkan pada pertengahan antara bench mesin bagian depan, kursi harus digeser
kebelakang yang menyebabkan penggunaan mesin tidak dapat bersandar pada sandaran kursi
ketika menjahit. Bantalan penyangga lutut sebaiknya diletakkan dengan baik sehingga dapat
dioprasikan dengan lutut bukan dengan paha yang akan menyebabkan kaki bergerak tarlalu
banyak sehingga cepat lelah. Jika mesin di sesuaikan dengan penyangga kaki dan
bukanpenyanggalutut, makamesinharusdiletakkansekedarmungkindengan pedal dan benar.
C. Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan musculoskeletal adalah gangguan yang terjadi pada bagian otot skeletal
yang disebabkan karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus
dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan pada sendi, ligamen dan
tendon, (Sutopo, 2009). Keluhan pada bagian-bagian otot skeletal dapat dirasakan mulai
dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis
secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa
kerusakan pada sendi, ligament, dan tendon.
a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan, dan
b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut (Tarwaka et al, 2004 dalam Nurhikmah, 2011).
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang terlalu berlebihan akibat
pembebanan kerja yang terlalu panjang dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya,
keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot berkisar antara 15-20% dari
kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20% maka peredaran darah ke
otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang
diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolism karbohidrat terhambat dan
sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeriotot
(Suma‟mur 1996 dalam Zulfiqor 2010).
Menurut Kromer (1989 dalam Nurhikmah 2011) mengungkapkan gejala yang akan
menunjukkan tingkat keparahan Musculoskeletal Disorders dapat dilihat dari:
a. Tahap 1: Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini biasanya
menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak berpengaruh pada performa
kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat.
b. Tahap 2: Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah bekerja. Tidur
mungkin terganggu, kadang-kadang menyebabkan berkurangnya performa kerja.
c. Tahap 3: Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika bergerak
secara repetitif. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan pekerjaan, kadang-kadang
tidak sesuai kapasitas kerja.
Peter Vi (2000 dalam Wulandari 2011) menjelaskan bahwa, terdapat beberapafaktor yang
dapat menyebabkan terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal antara lain sebagai berikut:
Tarwaka (2010 dalam Wulandari 2011) menyebutkan adapun factor penyebab sekunder antara
lain:
a. Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, saat tangan
memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung
dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeriotot
yang menetap.
b. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggiakan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi
statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat
dan timbul rasa nyeri otot.
c. Mikrolimat
Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak
dan kekuatan otot menurun. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Perbedaan
suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi
yang ada dalam tubuh akan dimanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan
lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energy yang cukup,
maka akan terjadi kekurangan suplai oksigen ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah
menjadi kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolism karbohidrat
terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan nyeri otot.
REBA (Rapid Entire Body Assessment) merupakan salah satu metode yang bias
digunakan dalam analisa postur kerja. REBA dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr.
Lynn Mc Atamney yang merupakan ergonom dari universitas di Nottingham (University
of Nottingham’s Institute of Occuptaional Ergonomic). Metode REBA dalam bidang
ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung, lengan,
pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja. REBA lebih umum, dalam penjumlahan
salah satu system baru dalam analisis yang didalamnya termasuk faktor-faktor dinamis
dan statis bentuk pembebanan interaksi pembebanan perorangan, dan konsep baru
berhubungan dengan pertimbangan dengan sebutan “The Gravity Attended”untuk
mengutamakan posisi dari yang paling unggul. (Wisanggeni, 2010). Metode REBA telah
mengikuti karakteristik, yang telah dikembangkan untuk memberikanjawaban untuk
keperluan mendapatkan peralatan yang biasa digunakan untuk mengukur pada aspek
pembebanan fisik para pekerja. Analisa dapat dibuat sebelum atau setelah sebuah
interferensi untuk mendemonstrasikan resiko yang telahdihentikan dari sebuah cedera
yang timbul. Hal ini memberikan sebuah kecepatan pada penilaian sistematis dari risiko
sikap tubuh dari seluruh tubuh yang bisa pekerja dapat kandari pekerjaannya.
5. Untuk memberikan sebuah tingkatan dari aksi melalui nilai akhir dengan
indikasi dalam keadaan terpaksa.
Metode REBA juga dilengkapi dengan faktor coupling, beban eksternal aktivitas
kerja. Dalam metode ini, segmen-segmen tubuh dibagi menjadi dua group, yaitu group A
dan group B. Group A terdiri dari punggung (batang tubuh), leher, dan kaki. Sedangkan
group B terdiri dari lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Penilaian postur
kerja pada masing- masing group tersebut didasarkan pada postur-postur pada table
berikut:
GAMBAR 1. Penilaian Postur Reba
1. Leher
2. Bahu
4. Siku
6. Pergelangan tangan/tangan
7. Pinggang/pantat
8. Lutut
9. Tumit/kaki
Dalam Tarwaka (2004) dengan melihat dan menganalisis peta tubuh (NBM)
seperti pada gambar 2.8, maka dapat di estimasi jenis dan tingkat keluhanotot skeletal
yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena
mengandung subjektivitas yang tinggi. Untuk menekan biasa yang mungkinterjadi,
maka sebaiknya pengukuran di lakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
maka sebaiknya pengukuran di lakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
kerja (pre and post test).
Gambar 2. Kuesioner NBM
Hasil dari analisa metode OWAS diberi penilaian kedalam 4 kategori skala sikap kerja yaitu :
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Usaha Produksi Bantal House Sleep Jalan Srikandi Komplek
Wadya Graha 3 Blok D20, KecamatanTampan, Pekanbaru, Riau.
Waktu Penelitian ini dilakukan padaPukul 08.00 WIB. Padahari Sabtu, 14 Desember
2019.
B.Sasaran
Sasaran dalam penelitian ini adalah beberapa pekerja yang bekerja di Produksi bantal
House Sleep sebagai Penjahit.
6 Sakit di punggung 7 4
7 Sakit lengan atas kanan 3 8
8 Sakit pada pinggang 10 1
9 Sakit pada pinggul 9 2
10 Sakit pada pantat 11 0
11 Sakit pada siku kiri 0 11
12 Sakit pada siku kanan 0 11
13 Sakit lengan bawah kiri 4 7
14 Sakit lengan bawah kanan 7 4
15 Sakit pada pergelangan tangan kiri 10 1
16 Sakit pada pergelangan tangan kanan 10 1
17 Sakit pada tangan kiri 5 6
18 Sakit pada tangan kanan 5 6
19 Sakit pada paha kiri 0 11
20 Sakit pada paha kanan 0 11
21 Sakit pada lutut kiri 0 11
22 Sakit pada lutut kanan 3 8
23 Sakit pada betis kiri 5 6
24 Sakit pada betis kanan 3 8
25 Sakit pada pergelangan kaki kiri 11 0
26 Sakit pada pergelangan kaki kanan 11 0
27 Sakit pada kaki kiri 11 0
28 Sakit pada kaki kanan 10 1
Berdasarkan kode sikap OWAS yang diperoleh, nilai katagori jatuh pada kode 4.
Nilai katagori 4 memiliki arti aksi katagori perlu dilakukan perbaikan sekarang juga
terhadap postur kerja. Jika perbaikan tidak dilakukan segera mungkin, sangat berpeluang
besar bagi welder menderita MSDs.
d. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlaku. Dokumentasi ini berbentuk foto. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
D. Kendala
Kendala nya tidak banyak hanya saja tempat rumah produksi lumayan jauh dari kota dan
sedikit mengganggu waktu para pekerja tersebut ketika melakukan sesi wawancara dan mengisi
kuesioner.
BAB IV
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan para pekerja,
umumnya mereka belum mengetahui denga baik dan benar terkait masalah ergonomic. Karena
dapat dilihat dari hasil pengolahan data, yang mana hasil yang di dapat menunjukkan
diperlukannya tindakan segera yang perlu diambil.
Setelah diberikan penyuluhan kepada pekerja tersebut terlihat para pekerja telah mengerti dengan
materi yang disampaikan.
B. SARAN
Diharapkan kepada pemilik usaha agar melakukan upaya keelamatan dan kesehatan kerja dengan
cara melakukan penyuluhan seperti memasang poster-poster mengenai posisi kerja yang
ergonomis, dapat memberikan informasi mengenai risiko bagi kesehatan pekerja