Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PROMOSI K3

“BEHAVIOR BASED SAFETY”

Pembimbing:
MAKOMULAMIN,SKM,M.Kes
NIP:

DISUSUN OLEH:

APRILIA ADHA (17011001)


Peminatan K3,Semester 6

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


STIKes HANG TUAH
PEKANBARU
2020
KATA PENGATAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan yang mmenurut saya
dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mengetahui tentang “Bahavior Based
Safety”.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Pekanbaru, 5 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ 2
DAFTAR TABEL.................................................................................................................. 4
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................. 5
BAB I ISI PEMBAHASAN
A. Hubungan antara Behavior Based Safety dengan Safety Culture................................ 6
B. Analisis tentang Curve Dupont Baradley................................................................ 6-10
C. Contoh ditempat kerja (RS,Puskesmes,Industri) terkait perubahan prilaku Safety
dengan penerapan teori ABC (Antecedent,Behavior,Consequency)....................... 10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 11
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil DuPont Safety Perception Survey...................................................................................8


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Porsi Penyebab Kecelakaan.....................................................................................7


Gambar 2. kurva DuPont..................................................................................................9
BAB I
PEMBAHASAN ISI

A. Hubungan antara Behavior Based Safety dengan Safety Culture


Behavior Based Safety adalah sistem yang digunakan perusahaan untuk
mengubah perilaku dan sikap karyawan yang tidak aman. Menurut Straub (2005:32)
dalam Saodah (2015:28), behavior based safety mendidik karyawan untuk mencari
akar penyebab perilaku rawan kecelakaan. Hal ini menyadarkan kecenderungan
perilaku karyawan yang menyebabkan tingginya risiko kecelakaan kerja. Perilaku
yang diamati didokumentasikan dan dibahas dalam rapat, sehingga setiap orang dapat
memiliki lingkungan yang lebih aman.
Budaya K3 (safety culture) didefinisikan sebagai nilai-nilai dan kepercayaan
bersama yang berinteraksi dengan struktur organisasi dan system pengendalian untuk
menghasilkan norma-norma perilaku. Setiap anggota organisasi berperilaku selaras
dengan sasaran untuk menghindarikan terjadinya cidera pada manusia, meningkatkan
komitmen manajemen, meningkatkan kepuasan bekerja, dan mengurangi keluhan
fisik (Somad, 2013:142).
Jadi hubungan Behavior Based Safety dengan Safety Culture adalah berguna
bagi para pekerja sangat penting yaitu untuk membentuk value dan attitude postitif
dari individu,terhadap prilaku aman dalam kehidupan atau pada saat bekerja.

B. Analisis tentang Curve Dupont Baradley


Perilaku manusia memainkan peranan mayoritas pada terjadinya kecelakaaan
kerja. Menurut Heinrich (1931), sang penemu Teori Domino, 88% kecelakaan terjadi
karena perilaku tidak aman (unsafe acts). Sementara itu, kondisi tidak aman (Unsafe
condition) hanya memiliki porsi 10% dalam terjadinya kecelakaan dan sisanya,
sebanyak 2%, murni disebabkan oleh kehendak Tuhan.
Gambar 1. Porsi Penyebab Kecelakaan
Besarnya porsi kecelakaan yang diakibatkan oleh perilaku tidak aman
membuat para profesional mengembangkan berbagai macam alat (tools) untuk
menangani masalah perilaku tidak aman tersebut. Salah satu alat yang dikembangkan
oleh para professional adalah konsep Budaya k3. Menurut DuPont, Budaya k3 adalah
sebuah hasil dari nilai-nilai, persepsi, perhatian, kompetensi dan pola-pola perilaku
individu dan grup yang menunjukkan komitmen, cara, dan kemampuan dari sebuah
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dari sebuah organisasi. Singkatnya,
budaya k3 ini mencerminkan tingkat keselamatan kerja seseorang ketika tidak ada
orang yang mengawasi.
Budaya k3 dari suatu perusahaan pastinya memiliki perbedaan dengan
perusahaan lain. Untuk mengamati tingkat budaya k3 dalam setiap perusahaan yang
berbeda, DuPont melakukan sebuah penelitian dengan menggunakan safety
perception survey yang terdiri dari 24 pertanyaan dengan pilihan berganda.
Survey Budaya k3 dari DuPont ini disebarkan kepada 88.000 responden pada 21
perusahaan dengan lebih dari 1000 lokasi. Lebih dari 25.000 survey dilakukan di utara
Amerika sementara 5000 dari Kanada. Survey tersebut dilakukan dari 2002 sampai
2008. Industri-industri yang disurvey meliputi industri Pembuatan Pesawat terbang,
proses kimia, listrik, rekayasa konstruksi, makanan, tambang, pemurnian oli, kertas,
baja, dan transportasi. 88.000 responden survey mewakili sepertiga dari total jumlah
Survey yang sebenarnya dilakukan oleh DuPont Safety Perception Survey. Jumlah
yang hanya sepertiga ini dikarenakan oleh tidaknya adanya data pembanding dalam
OSHA Total Recordable Injury Rates dan banyak perusahaan di luar Amerika Serikat
tidak mencatat ukuruan ini. OSHA Total Recordable Injury Rates (TRIR) adalah
jumlah kejadian kecelakaan kerja yang masuk dalam definisi dari OSHA
(Occupational Safety & Health Agency).
Hasil dari survey tersebut adalah Tingkat Budaya K3 relatif (Overall Relative
Culture Strength) dari masing-masing tempat kerja. Tingkat tersebut kemudian
dibandingkan dengan TRIR selama 3 tahun dan hasilnya bisa dilihat dalam tabel dan
grafik di bawah ini:

Tabel 1. Hasil DuPont Safety Perception Survey

Dalam gambar-gambar di atas, kita bisa melihat bahwa semakin tinggi nilai
dari Tingkat budaya K3 relatif (Overall Relative Culture Strength) maka semakin
rendah angka TRIR dalam 3 tahun. Semakin rendah tingkat budaya relatif maka akan
semakin tinggi nilai kecelakaan. Nilai budaya k3 adalah berbanding terbalik dengan
jumlah kecelakaan yang terjadi di tempat kerja.
Untuk memudahkan kita dalam memahami konsep Budaya K3, DuPont telah
membuat DuPont Bradley Curve.
Gambar 2 kurva DuPont

Dalam kurva tersebut, DuPont telah membagi tingkatan Budaya K3 ke dalam


4 tahap yang meliputi:
1. Reactive. Perusahaan ini menangani Isu K3 hanya bermodalkan “insting alam”
saja.Mereka hanya berfokus kepada kepatuhan (compliance) daripada budaya K3
yangkuat. Tanggung jawab dari K3 hanya berfokus kepada Manager K3 dan
mereka memiliki komitmen yang sangat rendah mengenai isu K3.
2. Dependen. Ketika sudah ada komitmen manajemen dari perusahaan, supervisor
umumnya akan bertanggung jawab untuk menetapkan tujuan dan mengawasi
penerapan K3 terhadap masing-masing dari bawahannya. Perhatian kepada K3
telah dikondisikan kepada karyawannya tetapi lebih dengan menekankan
ketakutan dan disiplin terhadap peraturan dan prosedur. Perusahaan-
perusahaan tersebut sudah memberikan karyawannya pelatihan terkait dengan
K3.
3. Independen. Perusahaan dalam tahap ini sudah menekankan pengetahuan
individu terkait dengan Isu K3, metode K3, komitmen K3 serta standar K3.
Manajemen K3 ditekankan dan diinternalisasi melalui nilai-nilai personal serta
peduli terhadap diri sendiri. Perusahaan dalam tahap ini akan terlibat aktif dalam
penerapan, pembiasaan, pengakuan terhadap K3 dari masing-masing individu.
4. Interdependen. Perusahaan dalam tahap ini terlibat aktif dalam membantu orang
lain untuk melaksanakan K3. Lebih cocoknya, mereka menjadi “Penjaga Orang
Lain” (Others keepers) karena mereka telah bisa menjaga diri sendiri. Mereka
berkontribusi kepada jaringan K3 dan memiliki kebanggaan kuat terhadap usaha
K3 yang mereka lakukan.

Sebagai Profesional K3, konsep Budaya K3 ini sangat penting untuk dipahami
karena dengan konsep ini kita bisa menaikkan level K3 kita. Dari sebelumnya
mungkin semua pekerjaan K3 hanya ada di Departemen K3, dengan adanya kurva ini,
kita bisa mencoba untuk menjadikan K3 sebagai kebanggaan bersama. K3 tidak hanya
sebatas emblem di baju, slogan, atau hanya sebagai alat untuk menaikkan
kesejahteraan kita saja, lebih jauh daripada itu, K3 bisa menjadi sebab keluarga kita
tetap lengkap karena kepala keluarganya bekerja dengan aman dan sehat.

C. Contoh ditempat kerja (RS,Puskesmes,Industri) terkait perubahan prilaku


Safety dengan penerapan teori ABC (Antecedent,Behavior,Consequency)
Contohnya pada Industri yaitu PT. X adalah sebuah perusahaan yang bergerak
di bidang konstruksi struktur baja dan tiang fabricator. Dalam Workshop perusahaan
tersebut terdapat proses bending, shearing, dan cutting. Penyebab dasar kecelakaan
kerja adalah perilaku tidak aman dan kondisi tidak aman. Penelitian ini dilakukan
untuk menganalisis perilaku aman pada pekerja konstruksi dengan pendekatan
Behavior-Based Safety pada tahapan define dan observe dalam The DO IT Process
dengan model ABC (Activator, Behavior, dan Consequence).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan rancangan
cross-sectional. Responden dalam penelitian ini adalah 30 pekerja konstruksi di
Workshop PT. X. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh pekerja konstruksi
memiliki kesadaran baik; 93,3% pekerja konstruksi memiliki pengetahuan baik;
93,1% pekerja konstruksi memiliki persepsi baik; 92,7% pekerja memiliki motivasi
baik; 93,3% pekerja konstruksi menyatakan bahwa kebutuhan selamat telah terpenuhi;
93,3% pekerja konstruksi menyatakan bahwa peraturan K3 berlaku di perusahaan;
90% pekerja konstruksi menyatakan bahwa pernah mendapatkan positive
reinforcement; 85,7% pekerja konstruksi menyatakan bahwa pernah mendapatkan
hukuman; pekerja konstruksi menyatakan bahwa terdapat pelatihan K3 dan peran
manajemen yang berlaku di perusahaan.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja konstruksi
telah berperilaku aman dalam bekerja. Untuk meningkatkan perilaku aman,
perusahaan perlu memberikan pelatihan untuk seluruh pekerja konstruksi, penerapan
SOP secara konsisten, evaluasi dan monitoring perilaku pekerja konstruksi, dan
penerapan program Behavior-Based Safety (The DO IT Process).
DAFTAR PUSTAKA

1. Chintia Mokalira, Togar W.S. Panjaitan. 2015. Peningkatan Perilaku


Aman di PT. XXX dengan Pendekatan Behavior Based Safety.
2. GAMBARAN BEHAVIOR BASED SAFETY SEBAGAI UPAYA
PENURUNAN UNSAFE ACTION PEKERJA BAGIAN
STAMPING PERUSAHAAN OBAT NYAMUK “X” SEMARANG
FACTORY (Skripsi)
3. https://www.linkedin.com/pulse/identifikasi-tingkat-budaya-k3-
menggunakan-kurva-agung-supriyadi
4. Jurnal ANALISIS PERILAKU AMAN PADA PEKERJA
KONSTRUKSI DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR-BASED
SAFETY (STUDI DI WORKSHOP PT. X JAWA BARAT)
Fransisca Anggiyostiana Sirait dan Indriati Paskarini Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai