DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah mata kuliah ”BEHAVIOR BASED SAFETY”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : Ice Irawati,
Dalam penyusunan Makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan dan banyak
kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya. Oleh karena itu, dengen
penuh kerendahan hati penulis mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi
kebaikan Makalah ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, dengan
segala keterbatasan yang ada, mudah-mudahan Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Aamiin.
PENULIS
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
diderita tidak hanya berupa kerugian materi, namun lebih dari itu adalah
yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak
dan kompensansi
(2013) tercatat lebih dari 2,34 juta orang di dunia meninggal dunia
akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar 321.000 akibat
kecelakaan kerja dan sekitar 2,02 juta akibat penyakit akibat kerja (ILO,
2013).
sementara total kecelakaan kerja pada tahun yang sama 103.000 kasus.
perusahaan (Anonim, 2013). Teori Bird menyatakan bahwa near miss yang terus
berulang dan kebanyakan disebabkan karena unsafe act atau unsafe behavior
dapat meningkatkan risiko kecelakaan kerja yang lebih serius. Hal ini
didukung oleh hasil riset dari National Safety Council (NSC) (2011)
adanya unsafe behavior, 10% karena unsafe condition dan 2% tidak diketahui
1.3 Tujuan
ditafsirkan secara berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Perilaku juga sering
diartikan sebagai tindakan atau kegiatan yang ditampilkan seseorang dalam hubungannya
dengan orang lain dan lingkungan disekitarnya, atau bagaimana manusia beradaptasi
terhadap lingkungannya. Perilaku, pada hakekatnya adalah aktifitas atau kegiatan nyata
yang ditampikan seseorang yang dapat teramati secara langsung maupun tidak langsung.
Perilaku keselamatan adalah tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan faktor-
Menurut Zhou et al., (2007) ada empat faktor yang paling efektif untuk
dan pengalaman kerja untuk meningkatkan perilaku keselamatan secara maksimal guna
Rundmo dan Hale (2003) melakukan studi terhadap sikap (attitude) manajemen
bahwa perilaku dipengaruhi oleh sikap. Sikap yang ideal untuk manajemen adalah:
Komitmen yang tinggi.
Kefatalan rendah.
Tunakuasa rendah.
Salah satu program yang paling banyak digunakan untuk memperbaiki perilaku pekerja
BBS adalah suatu pendekatan yang bersifat proaktif dalam meningkatkan kinerja K3, dan
sistem ini juga memberikan peringatan dini terhadap potensi bahaya kecelakaan serta dapat
mengukur perilaku aman dan tidak aman di tempat kerja. Sistem ini juga memberikan
kesempatan kepada setiap individu untuk berbagi informasi mengenai kinerja K3 dan umpan
balik terhadap rekan-rekan kerja mereka, mendorong keterlibatan pekerja dalam semua
aktifitas K3, meningkatkan kesadaran pribadi akan K3, memperbaiki presepsi terhadap resiko
Program BBS adalah merupakan program perbaikan kontinu yang melibatkan manajemen
dan pekerja. Ada lima program yang harus dijalan secara kontinu dalam BBS, yaitu :
1. Observasi, diskusi dan umpan balik dari pekerja di lingkungan kerja. Program ini
Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak diharapkan oleh semua orang karena
dapat menimbulkan berbagai kerugian mulai dari kerugian materi hingga kematian. Pada
umumnya kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh dua hal yaitu, perilaku tidak aman dan
kondisi tidak aman. Data statistik di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 85% dari kecelakaan
pada proyek konstruksi disebabkan karena perilaku yang tidak aman (unsafe acts) dan 15% dari
kecelakaan proyek konstruksi disebabkan oleh kondisi yang tidak aman (unsafe conditions).
Salah satu perilaku tidak aman adalah mengabaikan peraturan yang telah ditetapkan oleh
organisasi seperti: tidak menggunakan alat pelindung diri, tidak mengikuti standar operasional
prosedur kerja, atau tidak memperhatikan rambu-rambu bahaya. Tindakan tidak aman yang
dilakukan pekerja tersebut dapat semakin meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan kerja.
Perilaku yang tidak aman yang dilakukan oleh tenaga kerja disebabkan karena kurangnya
Untuk meningkatkan kesadaran pekerja mengenai K3, perlu ditanamkan adanya budaya
keselamatan. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penerapan budaya keselamatan
adalah Behaviour Based Safety (BBS). Behaviour Based Safety (BBS) adalah proses pendekatan
untuk meningkatkan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan dengan jalan mendorong
(K3).
kerja (K3).
Menurut Cooper (1999) mengidentifikasi adanya tujuh kriteria yang sangat penting bagi
menyeluruh dan adanya komitmen, ownership seluruh pekerja terhadap program safety
sejarah kecelakaan kerja yang berhubungan dengan perilaku tersebut. Memberi reward
tertentu pada individu yang mengidentifikasi unsafe behaviour, mengidentifikasikan
kekurangan sistem manajemen yang berhubungan agar cepat ditangani sehingga tidak
meningkat.
Hasil observasi atas perilaku kerja dirangkum dalam data prosentase jumlah safety
behaviour. Berdasarkan data tersebut bisa dilihat letak hambatan yang dihadapi. Data ini
menjadi umpan balik yang bisa menjadi reinforcement positif bagi karyawan yang telah
Keunikan sistem behavioural safety adalah adanya jadwal intervensi yang terencana.
Dimulai dengan briefing pada seluruh departemen atau lingkungan kerja yang dilibatkan,
karyawan diminta untuk menjadi relawan yang bertugas sebagai observer yang tergabung
dalam sebuah project team. Observer ditraining agar dapat menjalankan tugas mereka.
ditunjukkan pada para pekerja untuk mendapat persetujuan. Setelah disetujui, observer
melakukan observasi pada periode waktu tertentu, untuk menentukan baseline. Setelah itu
oleh karyawan sendiri. Observer terus melakukan observasi. Data hasil observasi
kemudian dianalisis untuk mendapatkan feedback bagi para karyawan. Team project juga
bertugas memonitor data secara berkala, sehingga perbaikan dan koreksi terhadap
Dalam sistem behavioural safety, umpan balik dapat berbentuk seperti : umpan balik
verbal yang langsung diberikan pada karyawan sewaktu observasi; umpan balik dalam
bentuk data (grafik) yang ditempatkan dalam tempat-tempat yang strategis dalam
lingkungan kerja; dan umpan balik berupa briefing dalam periode tertentu dimana data
hasil observasi dianalis untuk mendapatkan umpan balik yang mendetail tantang perilaku
yang spesifik.
tindakan yang harus segera dilakukan, membantu menyusun dan menjalankan umpan
balik, dan meningkatkan inisiatif untuk melakukan safety behaviour dalam setiap
2.3 Metode DO IT
DO IT adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan
menerapkan BBS, tentu saja tujuannya adalah untuk merubah perilaku pekerja yang
tidak aman (unsafe act) menjadi perilaku pekerja yang aman (safe act). Secara
sederhana penulis lebih cenderung mendefinisikan perilaku dalam K3 adalah segala
aktifitas atau tindakan yang dapat dilihat atau diamati orang lain. Contoh, pekerja yang
Dalam program BBS tentu saja yang menjadi target adalah perilaku-perilaku tidak aman
yang harus diubah. Misalnya naik tangga tanpa memegang hand rail, menyebrang
disembarang tempat, berjalan dijalur forklift, posisi duduk yang tidak ergonomis,
memotong jalur proses produksi, bekerja tidak sesuai SOP, dsb. Didalam buku psikologi
safety yang ditulis oleh E.Scott Geller dijelaskan bahwa salah satu metoda yang dapat
D = DEFINE
O = OBSERVE
I = INTERVENE
T = TEST
menjadi prioritas adalah perilaku tidak aman, namun dapat juga ditentukan perilaku-
perilaku aman yang harus dipertahankan atau ditingkatkan. Dalam menentukan target
perilaku yang akan dimasukkan kedalam program BBS. Bagaimana cara menentukan
perilaku mana yang akan menjadi target? Ada beberapa metode yang dapat dilakukan
tidak aman yang dilakukan oleh pekerja dengan cara menuliskan diatas potongan
Grup diskusi dengan beberapa orang yang mewakili setiap departemen atau
bagian.
Bisa saja ditemukan atau diperoleh banyak sekali perilaku tidak aman dari proses tersebut diatas,
namun pihak manajemen harus menentukan perilaku beresiko mana yang akan menjadi
perioritas utama untuk masuk program BBS. Ruang lingkup program BBS juga harus ditentukan
agar program BBS bisa menjadi lebih fokus dan efektif. Sebagai contoh:
Program 1: Perilaku yang menjadi target adalah cara mengemudi forklif yang tidak sesuai SOP.
Ruang lingkupnya adalah semua pengemudi forklift dan jalur forklift di area pabrik.
Program 2: Perilaku penggunaan APD di area produksi. Ruang lingkup semua operator atau
2) Observe
Setelah ditentukan perilaku beresiko yang akan dijadikan target dalam program BBS,
diarea atau bagian yang sudah ditentukan. Pengamatan dapat dilakukan dengan dua cara,
saja metode ini seringkali akan mendapatkan hasil yang bias karena pekerja yang merasa
diamati akan bekerja secara lebih hati-hati. Meskipun demikian pekerja yang sudah
terbiasa berperilaku tidak aman akan tetap memunculkan perilaku tidak amanya.
diketahui oleh pekerja yang diamati. Hal ini bisa dilakukan oleh pihak ke tiga atau
pekerja didalam grup yang sama yang diminta secara khusus melakukan pengamatan
sambil bekerja. Sangat tidak disarankan pengamatan dilakukan oleh atasan atau manajer,
karena para pekerja yang diamati oleh atasan akan berusaha menghilangkan perilaku
pengarahan dan penjelasan tentang apa yang harus diamati dan berapa lama pengamatan
perilaku tersebut harus teramati dan tidak boleh berasumsi, sehingga bisa diukur atau
Dalam melakukan pengamatan juga harus disiapkan checklist aktifitas untuk setiap kegiatan
yang dilakukan, sehingga pengamat tinggal hanya memberi tanda apakah kegiatan atau aktifitas
3) Intervene
Setelah dilakukan pengamatan dan semua data-data observasi diolah, maka selanjutnya
dilakukan intervensi untuk memperbaiki perilaku berisiko yang ditemukan dari hasil observasi.
Dalam membuat program intervensi sebaiknya melibatkan pekerja diarea-area yang akan di
intervensi. Masukan dari pekerja yang sehari-harinya melakukan aktifitas tersebut akan sangat
penting dalam merancang program intervensi yang efektif. Dalam membuat program intervensi
juga harus ditentukan berapa lama intervensi akan dilakukan agar terjadi perubahan yang
diharapkan. Merubah perilaku bukanlah hal yang mudah, biasanya membutuhkan waktu dan
kesabaran. Salah satu teknik intervensi dalam BBS adalah model intervensi ABC, yaitu
intervensi melalui Activator, intervensi melalui Behavior dan intervensi melalui Consequency.
Contoh:
Activator: memasang safety sign, membuat garis atau jalur pejalan kaki, dsb.
Program intervensi harus spesifik dan dijelaskan kepada semua pekerja yang terlibat didalamnya.
Program intervensi juga harus didukung penuh oleh manajemen puncak agar dapat berjalan
efektif.
4) Test
Yang dimaksud test disini adalah mengukur dampak dari intervensi yang dilakukan dengan cara
terus melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap perilaku berisiko selama proses intervensi
dilakukan. Tahapan ini dapat dilakukan secara paralel dengan tahapan intervensi, jika terlihat
bahwa intervensi yang dilakukan tidak efektif maka dapat dilakukan intervensi baru atau strategi
baru. Tujuan tahapan ini adalah untuk melihat efektifitas dari program intervensi yang dibuat,
namun jangan terburu-buru untuk memutuskan bahwa satu program intervensi tidak efektif,
seperti yang penulis sampaikan sebelumnya bahwa untuk merubah perilaku diperlukan waktu
yang mungkin lama dari yang diperkirakan. Bisa juga ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi
perilaku berisko pekerja sehingga program intervensi menjadi kurang efektif. Jika demikian
halnya, maka yang perlu dilakukan adalah menambah bentuk intervensi lain untuk memperkuat
3.1 Kesimpulan
Untuk meningkatkan kesadaran pekerja mengenai K3, perlu ditanamkan adanya budaya
DO IT adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan
BBS, tentu saja tujuannya adalah untuk merubah perilaku pekerja yang tidak aman
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA