Anda di halaman 1dari 14

PENYULUHAN, PENGGAIRAHAN DAN LATIHAN DALAM

KESELAMATAN KERJA

TUGAS MATA KULIAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Dosen Pembimbing: Ibu Lathifa Putri Afisna, S.Pd., M.Eng

Disusun Oleh :

1. Adinda Virguinia Ayu P M 14115036


2. Muhammad Dzikry Azhari 17117010

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan tugas ini sangat penting bagi
penulis sebagai tempat untuk menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Melalui
makalah ini, penulis juga berlatih menjadi insan yang baik dimasa depan. Penulis
juga mengucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Lathifa Putri Afisna, S.Pd., M.Eng selaku dosen pengampu mata kuliah
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
2. Teman-teman mahasiswa/i yang mengambil mata kuliah K3.
3. Keluarga terutama kedua orang tua yang selalu mendoakan dan memberikan
dukungan dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir
kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca makalah ini.

Lampung Selatan, 2 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

1.3 Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Pengertian Penyuluhan, Penggairahan dan Latihan dalam K3 ........................ 3

2.2 Bentuk Pelaksanaan Penyuluhan K3 ................................................................ 7

2.3 Pengaruh Pemberian Penyuluhan K3 Terhadap Kedisiplinan ......................... 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 10

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 10

3.2. Saran ............................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah perusahaan menginginkan keberhasilan dalam produksi maupun


layanan, untuk menunjang hal tersebut maka diperlukan tempat kerja yang
sehat dan aman sehingga menghindari terjadinya kecelakaan ataupun penyakit
akibat kerja yang menyebabkan penurunan hasil produksi dan buruknya
pelayanan kepada kosumen (Sumbang, 2000). Untuk meningkatkan
keamanan pekerja maka dibutuhkan K3 dalam bekerja. Pelakasanaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Hal ini dikarenakan setiap tempat kerja selalu
mengandung berbagai faktor bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan
tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.

Berdasarkan survei pada sebuah perusahaan didapatkan hasil 50% pekerja


tidak menggunakan APD lengkap (Santoso, 2016). Hal tersebut dapat terjadi
kemungkinan karena pengaruh tingkat pengetahuan pekerja bagian produksi
tentang K3 yang masih rendah terutama dalam hal proteksi diri. Hal lain yang
mempengaruhi ialah sosialisasi maupun pengawasan terhadap kewajiban
penggunaan APD yang kurang maksimal. Untuk itu penting dilakukan
penyuluhan K3 sebagai upaya untuk mengajak masyarakat atau pekerja agar
menghentikan perilaku berisiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku
yang aman. Supaya lebih efektif, maka program harus di rancang berdasarkan
realitas sehari-hari masyarakat sasaran setempat (Notoadmodjo, 2005).

Undang-Undang (UU) No.1/1970 tentang Keselamatan Kerja mengatur


kewajiban manajemen perusahaan, kewajiban dan hak tenaga kerja serta
pengawasan dan pembinaan pemerintah akan keselamatan kerja. Adanya
undang-undang tersebut tidak mengartikan bahwa kecelakaan di tempat kerja

1
tidak ada lagi. Hal ini dikarenakan adanya faktor manusia yang menjadi salah
satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dalam industry
biasanya diakibatkan oleh 2 hal yakni perilaku kerja yang berbahaya (unsafe
human act) dan kondisi berbahaya (unsafe conditions) (Suma’mur, 2009).

Pentingnya penyuluhan, penggairahan dan latihan dalam K3 juga didukung


dengan adanya riset oleh ILO yang menyatakan bahwa setiap hari rata-rata
6000 orang meninggal akibat kecelakaan kerja. Berbagai program K3 perlu
untuk dilakukan oleh perusahaan sebagaimana diatur dalam Permenaker No.
05/MEN/1996 dengan tujuan untuk mengurangi kecelakaan kerja dan bukan
hanya untuk memenuhi persyaratan K3 agar dapat bermanfaat sebagai
pembelajaran bagi tenaga kerja. Inovasi dalam penyuluhan K3 juga
dibutuhkan untuk pemberdayaan tenaga kerja sebagai subjek pelaku kegiatan
K3 dan bukan hanya sekedar sebagai objek kegiatan K3.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyuluhan, penggairahan dan latihan dalam


keselamatan kerja?
2. Bagaimana bentuk pelaksanaan penyuluhan dan latihan dalam keselamatan
kerja?
3. Apakah ada pengaruh dari pemberian penyuluhan K3 terhadap
kedisiplinan kerja?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami pengertian tentang pentingnya penyuluhan,


penggairahan dan laithan dalam keselamatan kerja.
2. Untuk mengetahui cara pelaksanaan penyuluhan dalam keselamatan kerja.
3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan K3 terhadap
kedisplinan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyuluhan, Penggairahan dan Latihan dalam K3

Penyuluhan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya mempengaruhi


masyarakat atau pekerja agar menghentikan perilaku berisiko tinggi dan
menggantikannya dengan perilaku yang aman atau berisiko rendah.
Penggairahan ialah salah satu bentuk pencegahan kecelakaan akibat kerja
yang memiliki arti yaitu pengunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan
lain untuk menimbulkan sikap selamat. Sementara itu pelatihan dalam K3
bertujuan untuk memberikan bekal kepada peserta untuk dapat menerapkan
prinsip K3 di tempat kerja atau laboratorium dan menghasilkan Asesor K3
bersertifikat BNSP yang kompeten (Erwandi, 2018). Pelakasanaan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Hal ini dikarenakan setiap tempat kerja selalu
mengandung berbagai faktor bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan
tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.

1. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu metode pendidikan kesehatan yang
sederhana. Selain itu, metode penyuluhan juga efektif dalam upaya
penyampaian informasi secara cepat kepada kelompok sasaran
berpendidikan rendah. Penyuluhan K3 adalah bentuk usaha yang
dilakukan untuk mendorong dan menguatkan kesadaran dan perilaku
pekerja tentang K3 sehingga dapat melindungi pekerja, properti dan
lingkungan. Untuk menunjang penyuluhan biasanya pemateri
menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.

3
A. Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan


jumlah sasaran yang dapat dicapai yaitu metode berdasarkan
pendekatan perseorangan. Dalam metode ini, penyuluh berhubungan
dengan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran
secara perorangan, kedua metode berdasarkan pendekatan kelompok.
Dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan sekelompok orang
untuk menyampaikan pesannya, dan yang terakhir adalah metode
berdasarkan pendekatan massal. Metode ini dapat menjangkau sasaran
yang lebih luas (massa).

B. Teknik Penyuluhan
Teknik komunikasi yang bisa dilakukan pada umumnya ada tiga yaitu
teknik komunikasi informasi adalah proses penyampaian pesan yang
sifatnya “memberi tahu” atau memberikan penjelasan kepada orang
lain. Komunikasi ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis,
misalnya melalui papan pengumuman, pertemuan-pertemuan
kelompok juga media massa, kedua yaitu teknik komunikasi persuasi,
istilah “persuasi” atau dalam bahasa Inggris “persuation” berasal dari
kata latin persuasion, yang secara harfiah berarti hal membujuk atau
meyakinkan, dan yang ketiga adalah teknik komunikasi coersive
(koersif) adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada
orang lain dengan cara yang mengandung paksaan agar melakukan
suatu tindakan atau kegiatan tertentu.

C. Alat Bantu Penyuluhan


Alat bantu penyuluhan dapat membantu dalam proses penyuluhan
karena dengan adanya alat bantu akan memperlancar proses
penyuluhan. Dalam penyuluhan pertanian terdapat dua macam alat
bantu penyuluhan yaitu alat bantu yang berhubungan dengan tempat
(kursi, tikar, penerangan dan lain-lain). Selain itu alat bantu yang

4
berhubungan dengan penyajian pelajaran seperti visual, audio,
audiovisual dan lain-lain.
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau sarana penyuluhan yang
diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar proses
penyuluhan. Ragam alat bantu yang dibutuhkan penyuluh yaitu,
lembar persiapan penyuluh berupa lembar persiapan penyuluh, lembar
persiapan pelatihan, dan lembar persiapan kerja, kedua yaitu
kurikulum yang memuat pernyataan tertulis tentang perencanaan
pendidikan , ketiga yaitu papan tulis, keempat yaitu alat tulis, kelima
yaitu sarana ruangan seperti pengeras suara, penata cahaya dan penata
udara, dan yang terakhir adalah alat bantu proyektor.

D. Alat Peraga Penyuluhan


Alat Peraga Penyuluhan adalah sebagai alat atau benda yang dapat
diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indra manusia. Fungsi
alat tersebut sebagai alat untuk memperagakan dan atau menjelaskan
uraian yang disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membentuk
proses belajar mengajar sasaran penyuluhan. Hal itu diharapkan agar
materi penyuluhan lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran
penyuluhan yang bersangkutan, contohnya seperti folder dan poster.
Alat peraga penyuluhan adalah suatu alat yang berfungsi untuk
memeragakan dan menjelaskan uraian tentang informasi yang akan
disuluhkan. Terdiri dari Leaflet atau folder, pamflet, brosur, booklet,
placard, poster, flipchart atau peta singkat yang dibedakan menjadi
dua bagian yaitu foto dan flanelgraph, dan yang lebih modern lagi
adalah video, TV, slide film, movie, dan lain-lain.
Alat peraga digunakan untuk menarik perhatian dari sasaran
penyuluhan, untuk memperjelas pengertian tentang segala sesuatu
yang disampaikan, membuat penyuluhan lebih efektif dan memberi
kesan yang lebih mendalam.Penggunaan alat peraga tidak
mempengaruhi suatu proses penyuluhan. Dalam penggunaan alat
peraga di dalam penyuluhan harus diperhatikan pemilihan alat peraga

5
yang paling efektif dan efisien untuk tujuan perubahan perilaku
penerima manfaat yang diinginkan penyuluhnya.

E. Alternatif Metode dan Teknik Penyuluhan


1. Metode pendekatan perorangan
Metode ini biasanya berguna dalam tahap mencoba hingga
menerapkan. Metode ini akan mampu menjangkau sasaran agar lebih
aktif serta dapa sebagai ajang pendampingan untuk penerapan inovasi
maupun sekedar pemantauan pengelolaan lahan usahatani, namun
untuk metode ini kurang dalam mengefisiensikan waktu karena harus
door to door dalam pelaksanaanya.

2. Teknik Penyuluhan Kunjungan


Teknik kunjungan adalah dimana sasaran diajak untuk mengunjungi
suatu wilayah yyang dirasa mampu untuk memberika pengaruh dalam
usahatani, biasanya berupa kelompok tani yang sudah maju atau
pengelolaan suatu daerah yang sudah maju, kelemahan dari teknik
penyuluhan kunjungan ini adalah biaya yang tidak sedikit dan dalam
pengumpulan sasaran yang masih susah serta pemilihan tujuan
kunjungan tempat yang sesuai.

2. Latihan dalam Keselamatan Kerja

Pelatihan K3 adalah pelatihan yang diselenggarakan untuk membekali,


meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pekerja mengenai K3,
biasanya tentang prosedur pelaksanaan pekerjaan dan pengetahuan tentang
bahaya-bahaya yang ada disekitar mereka dan cara pencegahannya.

A. Manfaat pelatihan
- Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pekerja
- Membantu pekerja melaksanakan pekerjaannya dengan aman tanpa
menimbulkan risiko bagi kesehatannya

6
- Mengurangi kecelakaan kerja
- Mengurangi absensi dan penggantian kerja
- Mengurangi biaya kompensasi akibat kecelakaan kerja dan PAK
- Mengurangi biaya pemeliharaan mesin dan kerusakaan alat kerja
- Meningkatkan kepuasan kerja
- Meningkatkan produktivitas kerja
- Membangun komunikasi menjadi lebih baik
- Menciptakan kerja sama yang baik
- Mengembangkan budaya K3 yang positif dalam lingkungan kerja yang
aman dan sehat
- Memenuhi kewajiban hokum bagi pengusaha untuk melindungi kesehatan
dan keselamatan pekerja

2.2 Bentuk Pelaksanaan Penyuluhan K3

Pelaksanaan penyuluhan K3 dilakukan dalam beberapa cara, yakni secara


langsung oleh trainer, orang yang berkompeten dalam memberikan pelatihan
K3, serta secara tidak langsung, dengan menggunakan perangkat/ perantara
(semisal : buku saku K3). Rata-rata perusahaan dalam melakukan penyuluhan
K3 menggunakan kedua metode tersebut sekaligus, terkhusus bagi para
pekerja yang ada di lapangan. Materi dari penyuluhan tersebut yakni meliputi ;

1. Pengenalan Pentingnya K3

Pekerja diberikan pemahaman terlebih dahulu secara teoritis tentang


pentingnya kesehatan dalam bekerja, menjaga keselamatan, menghindari
resiko terjadinya kecelakaan, serta dampak yang akan ditimbulkan ketika
terjadi kecelakaan kerja. Biasanya poin pertama ini lebih ditekankan sesuai
dengan bidang pekerjaan masing-masing pegawai.

2. Peraturan Tata Tertib

Karyawan diberikan informasi terkait tata tertib yang ada di perusahaan,


serta dihubungkan dengan situasi K3 yang ada. Pada bagian ini, karyawan
lebih diberikan pemahaman terkait sanksi yang dilakukan apabila

7
melakukan tindak pelanggaran dalam tata tertib khususnya dalam K3.
(Misalnya; terpergoki tidak menggunakan APD saat bekerja, diberikan
sanksi berupa skorsing /dll)

3. Lokasi Pekerjaan

Selanjutnya, karyawan diberikan pengetahuan tentang pentingnya


memahami lokasi pekerjaan, seperti mengetahui apa saja yang ada di
lokasi perkerjaan, jalan-jalan mana saja yang harus dilalui dan dapat
dilalui terkhusus pada keadaan darurat, serta resiko apa saja yang akan
terjadi di lokasi (misalnya lokasi berada di bukit yang memungkinkan
terjadi longsor, dsb.)

4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Setelah diberikan pengenalan terkait pentingnya K3, tata tertib serta lokasi
pekerjaan, maka selanjutnya karyawan dibekali dengan materi K3 secara
umum, serta secara khusus sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing.
Dalam bagian ini juga, karyawan lebih diberikan pemahaman terkait hak
dan kewajiban perusahaan dan karyawan terkait penyediaan K3, serta
aturan-aturan perusahaan terkait penyuluhan K3.

5. Lingkungan Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan juga harus menjadi perhatian bagi setiap karyawan,


terlebih untuk mengenal lebih jauh kondisi social di sekitar. Hal ini
biasanya sangat berkaitan dengan aturan perusahaan. Misalnya karyawan
tidak boleh membuang sampah sembarangan, merusak/ memakan buah-
buahan yang ada disekitar (misalnya lokasi pekerjaan terletak di dekat
perkebunan), membuang bahan kimia sembarangan atau bahkan terkadang
ada aturan seperti karyawan tidak boleh melakukan tindakan-tindakan
yang menurut masyarakat setempat dinilai kurang baik, dll.

6. Keamanan

Keamanan pada perusahaan tentunya sangat penting dan pasti ada di tiap-
tiap perusahaan. Oleh karenanya, setiap perusahaan juga memberikan

8
sarana bagi karyawannya untuk memahami komponen-komponen
keamanan yang dapat menunjang terlaksananya K3.

7. Akomodasi Lapangan dan Aturan Areal Kerja

Tentunya setiap pekerja diberikan akomodasi di masing-masing tempat


kerjanya dan kewajiban pekerja/ karyawan adalah menjaga serta merawat
akomodasi yang diberikan perusahaan dengan sebaik-baiknya agar tidak
terjadi kerusakan yang akan mengakibatkan kecelakaan kerja. Selain itu,
aturan areal kerja juga menjadi hal yang sangat pokok untuk dijadikan
focus perhatian. Areal kerja tentunya harus steril dari orang-orang yang
tidak memiliki izin untuk memasuki areal tersebut. Walaupun keluarga
sekalipun, jikalau tidak ada izin & tidak menggunakan APD untuk
memasuki areal kerja, maka tidak diizinkan untuk masuk.

2.3 Pengaruh Pemberian Penyuluhan K3 Terhadap Kedisiplinan

Tentunya, dengan dibekali pengetahuan serta praktik tentang pentingnya


pengaplikasian K3 di tempat kerja, tingkat kedisiplinan pekerja akan lebih
meningkat. Sebagaimana yang tertulis pada jurnal yang berjudul “Pengaruh
Pemberian Penyuluhan K3 Terhadap Tingkat Kedisiplinan Pekerja Dalam
Pemakaian Alat Pelindung Diri (Apd) Di Pt. Djitoe Indonesian Tobacco”
karya Tri Susilo Joyo (Prodi Kesehatan Masyarakat UMY), Beliau
menyebutkan bahwa berdasarkan hasil uji statistic, hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian penyuluhan K3 terhadap
tingkat kedisiplinan pekerja dalam menggunakan APD yaitu sebelum
penyuluhan diketahui kedisiplinan dengan kategori rendah ada 10 orang
(45,45%) dan tinggi ada 12 orang (54,55%) dan kedisiplinan sesudah
penyuluhan dengan kategori rendah ada 1 orang (4,55%) dan tinggi ada 21
orang (95,45%). Hal tersebut tentunya dapat menjadi dasar bawa peranan
penyuluhan K3 memberikan pengaruh pada tingkat kedisiplinan para pekerja.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan kajian secara teoritis di atas, dapat disimpulkan bahwa :


1. Penyuluhan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya
mempengaruhi masyarakat atau pekerja agar menghentikan perilaku
berisiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang aman atau
berisiko rendah. Penyuluhan K3 sangat penting untuk dilakukan karena
karyawan harus bisa memahami terkait pentingnya K3 di Perusahaannya.
2. Bentuk pelaksanaan penyuluhan K3 dapat dilakukan dengan dua cara,
yakni langsung (oleh trainer) dan tidak langsung (menggunakan buku
panduan)
3. Penyuluhan K3 sangat berpengaruh terhadap tingkat kedisiplinan para
karyawan / pekerja.

3.2.Saran

Sebaiknya setelah diberikan penyuluhan tentang pentingnya K3, tiap-tiap


karyawan lebih diawasi lagi dalam pekerjaannya, karena sampai saat ini,
masih banyak karyawan yang sudah mengetahui tentang pentingnya menjaga
K3 dalam areal kerjanya, namun enggan mengikuti aturan yang ada, seperti
APD dan lain sebagainya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sumbang, J. 2000. Studi tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan Alat


Pelindung Diri di bagian dryer dan gudang pabrik kayu lapis PT. Jati
Dharma Indah Batu Gong Kota Ambon tahun 2000. Tesis Program
Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Santoso, B. 2016. Kedisplinan Pemakaian APD Pada Karyawan Yang Mendapat


Penyuluhan K3 Bagian Produksi di PT. Iskandar Indah Printing Textile.
Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Erwandi. 2018. “Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)”,


https://www.ristekdikti.go.id/info-iptek-dikti/pelatiahan-keselamatan-dan-
kesehatan-kerja-k3/,

diakses pada 2 Desember 2019 pukul 15.00 WIB.

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Sagung


Seto: Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai