Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
KELAS A3
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat berhasil
menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Tidak lupa juga kami ucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang sudah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik berupa pikiran maupun materinya. Kami berharap
semoga laporan ini bisa menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembacanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................iv
BAB I.................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan Masalah...............................................................................3
BAB II................................................................................................................4
LANDASAN TEORI.........................................................................................4
2.1 Pengertian Ergonomi......................................................................4
2.2 Tujuan Ergonomi.............................................................................4
2.3 Faktor Risiko Ergonomi.................................................................4
2.4 Postur kerja......................................................................................5
2.5 Musculoskeletal Disorders (MSDs).................................................7
2.6 Nordic Body Map............................................................................9
2.7 Rapid Upper Limb Assessment (RULA)......................................10
BAB III.............................................................................................................17
METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................17
3.1 Metode Pengumpulan Data...........................................................17
3.2 Pengolahan Data............................................................................18
3.2.1 Pengolahan Data NBM..................................................................18
3.2.2 Pengolahan Data Rula...................................................................20
3.2 Analisis Data..................................................................................23
BAB IV.............................................................................................................24
KESIMPULAN................................................................................................24
4.1 Kesimpulan....................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................25
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Postur yang kurang baik saat bekerja dapat menimbulkan terjadinya
gangguan pada rangka tubuh dan sistem otot, yang disebut dengan
musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan cidera yang meliputi kerusakan
pada otot, saraf, tendon, ligamen dan pembuluh darah. MSDs seringkali
melibatkan keseleo dan tegangan pada punggung bagian bawah, bahu dan tubuh
bagian atas. Gangguan ini menyebabkan rasa sakit dan kelelahan jangkapanjang
(NIOSH, 2007).
Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam
menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu
bentuk peranan manusia adalah aktivitas pemindahan material secara manual
(Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila dibandingkan dengan
penanganan material menggunakan alat bantu adalah pada fleksibilitas gerakan
yang dapat dilakukan untuk beban-beban ringan. Akan tetapi aktifitas MMH
dalam pekerjaan-pekerjaan industri banyak diidentifikasi beresiko besar sebagai
penyebab penyakit tulang belakang (low back pain) akibat dari penanganan
material secara manual yang cukup berat dan posisi tubuh yang salah dalam
bekerja.
Didalam proses pembangunan insfratuktur ataupun bangunan lainnya,
tentu tidak terlepas dari para pekerja kasar contohnya kuli bangunan. Pekerja
tersebut tentu tidak terlepas dari postur kerja saat melakukan kerja dan disini
bagian dari pekerja kuli bangunan yang dibahas dalam pengukuran postur kerja
yaitu penyekop pasir. Adapaun metode pengukuran yang digunakan adalah RULA
(Rapid Upper Limb Assessment )
2
1.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah yang ada dalam pengukuran postur tubuh
penyekop pasir adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode RULA pada
pengukuran postur kerja.
2. Untuk mengetahui hasil penilaian postur kerja penyekop pasir dengan
menggunakan metode RULA.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
Pekerja yang melakukan aktivitas mengangkat beban berat memiliki risiko
delapan kali lebih besar untuk mengalami low back pain dibandingkan
pekerja yang bekerja statis.
Menurut (Elza, 2012), risiko cidera punggung akan meningkat jika beban
yang ditangani lebih dari 16 kg pada posisi berdiri dan lebih dari 4,5 kg
pada posisi duduk.Seorang pekerja tidak diperbolehkan mengangkat,
menurunkan atau membawa beban lebih dari 55 kg.
2. Frekuensi
Frekuensi didefinisikan sebagai jumlah beberapa kali objek ditangani
dalam periode waktu tertentu. Aktivitas yang berulang, pergerakan yang
cepat, dan membawa beban yang berat dapat menstimulasikan saraf
reseptor mengalami sakit.
3. Postur Janggal
Postur didefinisikan sebagai orientasi rata-rata satu bagian tubuh terhadap
bagian lainnya. Postur dan pergerakan memegang peranan penting dalam
ergonomi. Postur janggal adalah posisi bagian tubuh yang menyimpang
dari posisi normalnya. Postur janggal berhubungan dengan deviasi tulang
sendi dari posisi netralnya yang menyebabkan posisi tubuh menjadi tidak
simetris sehingga membebani sistem otot rangka sebagai penyangga
tubuh.
4. Durasi
Durasi merupakan jangka waktu seorang pekerja terpapar faktor risiko
secara terus-menerus. Pekerjaan yang memerlukan penggunaan otot yang
sama atau gerakan dalam waktu yang cukup lama dapat meningkatkan
kemungkinan kelelahan. Secara umum, semakin lama waktu bekerjayang
terus menerus maka akan memerlukan waktu istirahat yang semakin lama.
Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko adalah bila postur tersebut
dipertahankan lebih dari 10 detik.
5
dirancang agar terjadi alamiyah sehingga dapat mengurangi timbulnya cedera
muscoluskeletal (Masitoh, 2016).
Ketika bekerja hal yang sangat penting untuk selalu diperhatikan adalah
postur tubuh. Dalam melakukan setiap pekerjaan ada beberapa faktor yang
sangat mempengaruhi postur. Postur bekerja seorang pekerja dipengaruhi oleh
kebutuhan tugas atau pekerjaan, desain dari tempat kerja dan faktor
personal.Postur tubuh dalam bekerja umumnya terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Berdiri (standing)
Posisi kerja sambil berdiri merupakan metode yang sering digunakan
dalam berbagai aktivitas di bidang industri. Hal ini karena posisi kerja
sambil berdiri dianggap lebih efektif baik dari segi pembiayaan maupun
tempat atau luas area kerja. Meskipun dianggap menguntungkan, posisi
berdiri dapat menyebabkan timbulnya ketidaknyamanan jika waktu
istirahat yang disediakan tidak memadai atau beban kerja yang berat. Ada
beberapa keuntungan dalam kondisi berdiri, antara lain:
a. Area jangkauan lebih luas
b. Berat beban untuk menahan beban
c. Membutuhkan ruang yang lebih kecil untuk mengakomodasi kaki
d. Kaki sangat efektif dalam meredam getaran
e. Tekanan pada lumbar disc lebih rendah
f. Posisi berdiri dapat bertahan dengan sedikit aktivitas otot
g. Kekuatan otot badan dua kali lebih besar ketika berdiri
2. Duduk (Sitting)
Secara umum, posisi bekerja sambil duduk memberikan rasa nyaman lebih
daripada bekerja sambil berdiri. Ketika duduk, pekerja dapat
memindahkan berat tubuh dari kaki, memberikan stabilitas yang lebih
besar dan dapat mengurangi pengeluaran energi. Namun sebagian orang
cenderung mengalami ketidaknyamanan ketika bekerja dalam posisi
duduk, seperti mencondongkan badan ke depan. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan pencernaan dan pernafasan Untuk mencegah
postur janggal pada posisi duduk, kursi meja harus dirancang sesuai
dengan kriteria berikut ini:
6
a. Stabilisasi kursi
Kursi yang stabil memiliki empat atau lima kaki dan dirancang dengan
posisi kaki berada pada bagian luar proyeksi tubuh.
b. Kekuatan kursi
Kursi kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga kuat untuk
menahan beban seorang pekerja laki-laki.
c. Adjustable
Ketinggian kursi kerja sebaiknya mudah diatur saat bekerja tanpa harus
meninggalkan kursi untuk mengatur ketinggiannya.
d. Sandarang punggung
Sandaran punggung berfungsi untuk menahan beban punggung ke arah
belakang (lumbar spine)sehingga harus fleksible.
e. Fungsional
Rancangan kursi yang baik tidak menyebabkan terhambatnya pekerja
saat ingin mengubah postur duduk.
f. Bahan
Dudukan dan sandaran kursi harus dilapisi dengan bahan yang lunak.
g. Keandalan kursi
Kedalaman kursi (depan-belakang) harus sesuai dengan dimensi
panjang antara lipatan lutut dan pantat (buttock).
h. Lebar kursi
Lebar kursi minimal adalah sama dengan lebar pinggul wanita 5
persentil populasi.
i. Lebar sandaran punggung
Standar untuk lebar sandaran punggung adalah sama dengan lebar
punggung wanita 5 persentil populasi. Jika terlalu lebar, sandaran
punggung dapat mengganggu kebebasan gerak pada siku.
7
disorders (MSDs) yang sering terjadi pada pekerja industri adalah nyeri
pergelangan tangan, nyeri leher, nyeri pada punggung serta nyeri pada siku dan
kaki. Jika otot pada bagian tubuh tersebut menerima beban statis secara terus
menerus dan berulang dalam waktu yang sangat lama akan menimbulkan keluhan
berupa kerusakan pada tendon, ligamen dan sendi
Keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) jika tidak segera diatasi atau
dilakukan penanganan segera akan mengganggu konsentrasi dalam bekerja,
menyebabkan kelelahan dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas.
Dampak yang diakibatkan oleh musculoskeletal disorders (MSDs) pada aspek
produksi yaitu berkurangnya output, kerusakan material produk yang hasil
akhirnya mengakibatkan tidak terpenuhinya deadline produksi serta pelayanan
yang tidak memuaskan. Selain itu, biaya yang ditimbulkan akibat absensi atau
tidak masuknya pekerja akan menimbulkan penurunan keuntungan. Hal ini
disebabkan oleh pengeluaran biaya pelatihan karyawan baru untuk menggantikan
karyawan lama yang sakit serta biaya untuk menyewa jasa konsultan dan agen
lainnya (Bukhori, 2010).
Musculoskeletal system disusun oleh otot, tulang, dan jaringan
penghubung.Dalam tubuh terdapat 206 tulang yang membentuk sebuah bentuk
menjadi struktur manusia. Jika tidak ada tulang dalam tubuh, maka hanya akan
ada sebuah daging. Otot adalah salah satu syarat utama dari aktivitas manusia.
Otot tersusun dari kumpulan serat otot. Otot yang lebih besar akan memberikan
gaya yang lebih besar untuk digunakan menyatakan bahwa musculoskeletal
disorders (MSDS) merupakan cedera yang meliputi kerusakan pada otot, tendon,
ligamen, saraf, dan pembuluh darah. MSDS seringkali melibatkan tegangan dan
keseleo pada punggung bagian bawah, bahu dan tubuh bagian atas.
Gangguan ini menyebabkan rasa sakit dan kelelahan jangka panjang.
Musculoskeletal disorders mempengaruhi tulang dan otot pada tubuh dan jaringan
yang menghubungkan antara bagian tubuh.
Jenis-jenis penyakit MSDs menurut (Astuti, 2009) adalah sebagai berikut:
1. Carpal Tunnel Syndrome adalah gangguan tekanan/pemampatan pada
syaraf yang mempengaruhi syaraf yang mempengaruhi syaraf tengah, salah
satu dari tiga syaraf yang menyuplai tangan dengan kemampuan sensorik
8
dan motorik. CTS pada pergelangan tangan merupakan terowongan yang
terbentuk oleh carpal tulang pada tiga sisi dan ligamen yang melintanginya.
2. Hand-Arm Vibration Syndrome (HAVS)
HAVS adalah gangguan pembuluh darah dan syaraf pada jari yang
disebabkan oleh getaran alat atau bagian/permukaan benda yang bergetar
dan menyebar langsung ke tangan.Dikenal juga sebagai getaran yang
menyebabkan white finger, traumatic vasospastic diseases atau fenomena
Rayndaud’s kedua.
3. Low Back Pain (LBP)
Low Back Pain merupakan bentuk umum dari sebagian besar kondisi
patologis yang mempengaruhi tulang, tendon, syaraf, ligamen,
intervertebral disc dari lumbar spine (tulang belakang).
4. Peripheral Nerve Entrapment Syndromes
Peripheral Nerve Entrapment Syndromes merupakan pemampatan atau
penjepitan syaraf pada tangan atau kaki (syaraf sensorik, motoric dan
autonomik).
5. Peripheral Neuropathy
Peripheral Neuropathy merupakan gejala permulaan yang tersembunyi
dan membahayakan dari dysesthesias dan ketidakmampuan dalam
menerima sensasi.
6. Tendinitis dan tenosynovitis
Tendinitis merupakan peradangan pada tendon, adanya struktur ikatan
yang melekat pada masing-masing bagian ujung dari otot ke
tulang.Tenosynovitis merupakan peradangan tendon yang melibatkan
synovium (perlindungan tendon dan pelumasnya).
9
menilai tingkat keparahan gangguan pada sistem musculoskeletal dan mempunyai
validitas dan reabilitas yang cukup (Tarwaka, 2011).
NBM merupakan salah satu pengukuran subjektif untuk megukur rasa
sakit otot para pekerja. Nordic Body Map membuat format standar
untukPengumpulan data mengenai masalah musculoskeletal.Data hasil NBM
hanya dapat mengestimasi jenis dan tingkat keluhan, kelelahan, dan kesakitan
(dari rasa tidak nyaman sampai dengan sangat sakit) pada bagian-bagian otot
yang dirasakan pekerja,dengan melihat dan menganalisis peta tubuh yang diambil
dari pengisian daftar kuesioner NBM. Dari data yang ada digunakan untuk
menunjukkan bagian spesifik yang tidak nyaman dari tubuh dengan menggunakan
body map yang telah dibagi menjadi beberapa segmen.Pembagian peta tubuh
berdasarkan NBM dapat dilihat pada gambar 2.1
1
Ergonomics tahun 1993. Metode ini mengevaluasi penggunaan postur, beban dan
aktivitas otot dapat berkontribusi mengakibatkan repetitive strain injuries (RSIs)
(Rahman, 2014) RULA digunakan untuk menilai postur, beban, pergerakan yang
ada pada pekerjaan menetap (static work). Pekerjaan yang termasuk kategori ini
antara lain pekerjaan dengan computer, manufaktur, atau pekerjaan kecil lainnya
dimana pekerja beraktifitas sambil duduk atau berdiri tanpa melakukan
pergerakan/perpindahan yang berarti.
1
Prosedur penggunaan metode rapid upper limb assessment (RULA) dibagi
menjadi 3 tahap, yaitu:
1
Gambar 2.2 Postur Lengan Bawah
b. Postur lengan atas
Berdasarkan postur lengan atas, dapat ditentukan nilai pada proses
penilaian. Nilai pada lengan atas merupakan nilai s eperti yang
ditujukkan pada gambar 2. 3
1
c. Postur pergelangan tangan
Berdasarkan postur pergelangan tangan, dapat ditentukan nilai pada
proses penilaian. Nilai pada pergelangan tangan merupakan nilai
seperti yang ditujukkan pada gambar 2.4
d. Postur leher
Berdasarkan postur leher, dapat ditentukan nilai pada proses penilaian.
Nilai pada postur leher merupakan nilai seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.5
1
e. Posisi tulang belakang
Berdasarkan postur tulang belakang, dapat ditentukan nilai pada
proses penilaian. Nilai pada tulang belakang merupakan nilai seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2.6
1
Gambar 2.7 Postur Kaki
g. Penggunaan otot
Berdasarkan penggunaan otot, dapat ditentukan nilai pada proses
penilaian.
Tambahkan:
• Nilai +1 apabila otot menahan beban secara statis atau melakukan
gerakan repetitive.
h. Beban otot
Berdasarkan beban otot, dapat ditentukan nilai pada proses penilaian.
Tambahkan:
• Nilai +0 bila beban yang ditanggung dalam periode yang singkat
kurang dari atau sama dengan 2 kg.
• Nilai +1 bila beban yang ditanggung dalam periode yang singkat
berada pada kisaran 2 kg hingga 10 kg.
• Nilai +2 bila beban yang ditanggung dan ditahan berada pada
kisaran 2 kg hingga 10 kg
• Nilai +3 bila beban yang ditanggung dan ditahan lebih besar dari
10 kg atau menerima shock force.
1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1
Langkah-langkah dalam melakukan analisis postur kerja menggunakan metode
Rapid upper limb assessment (RULA) adalah sebagai berikut :
a. Membagi pengamatan postur tubuh menjadi dua grup, grup A
memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan bawah,
pergelangan tangan, dan grup B terdiri dari Leher, punggung dan kaki.
Selain itu juga ada pengukuran beban dan skor aktivitas.
b. Menilai setiap postur kerja operstor menggunakan form RULA ke dalam
skor A dan B.
c. Menentukan skor akhir RULA dari hasil kombinasi perhitungan skor A
dan skor B.
d. Menentukan action level dari postur kerja operator.
3.2 Pengolahan Data
3.2.1 Pengolahan Data NBM
Adapun rekapitulasi data dari Postur kerja melalui NBM Quistioner adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rekapitulasi Kuisioneir Nordic Body Map
Tingkat Keluhan
NO Jenis Keluhan Operator 1 Operator 2
TS AS S SS TS AS S SS
0 Sakit/kaku di leher bagian atas 2 2
1 Sakit/kaku dileher bagian bawah 3 2
2 Sakit di bahu kiri 4 4
3 Sakit di bahu kanan 4 4
4 Sakit pada lengan atas kiri 4 4
5 Sakit di punggung 3 3
6 Sakit pada lengan atas kanan 4 4
7 Sakit pada pinggang 4 4
8 Sakit pada bokong 1 1
9 Sakit pada pantat 1 1
10 Sakit pada siku kiri 3 2
11 Sakit pada siku kanan 4 4
12 Sakit lengan bawah kiri 2 3
13 Sakit lengan bawah kanan 3 4
14 Sakit pada pergelangan tangan 3 4
kiri
15 Sakit pada pergelangan tangan 4 4
kanan
16 Sakit pada tangan kiri 3 3
17 Sakit pada tangan kanan 4 4
1
Tabel 3.1 Rekapitulasi Kuisioneir Nordic Body Map
Tingkat Keluhan
NO Jenis Keluhan Operator 1 Operator 2
TS AS S SS TS AS S SS
18 Sakit pada paha kiri 3 3
19 Sakit pada paha kanan 4 4
20 Sakit pada lutut kiri 3 2
21 Sakit pada lutut kanan 3 3
22 Sakit pada betis kiri 3 2
23 Sakit pada betis kanan 3 2
24 Sakit pada pergelangan kaki 2 2
kiri
25 Sakit pada pergelangan kaki 2 2
kanan
26 Sakit pada kaki kiri 2 3
27 Sakit pada kaki kanan 3 3
Jumlah 81 83
Berdasarkan hasil dari data yang telah diolah dapat diketahui bahwa
tingkat keluhan yang memiliki resiko terjadinya cidera pada otot yaitu bagian
bahu kiri, lengan atas kiri, lengan atas kanan, pergelangan tangan kiri,
pergelangan tangan kanan, Sakit pada pinggang, sakit pada siku kanan, sakit pada
pergelangan tangan, sakit pada tangan kanan, dan sakit pada paha kanan. Bagian
otot ini dapat dilihat pada tabel 3.1 yang telah di isi oleh operator satu dan
operator dua yang dimana again otot tersebut berskala empat (sangat sakit).
Kemudian setelah mengetahu bagian otot yang beresiko mengalami cidera
dilakukannya scoring terhadap individu operator, yang dimana hal ini dilakukan
agar dapat mengetahui langkah yang akan diambil selanjutnya.
Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Resiko Berdasarkan Total Skor Individu
Skala Total skor individu Tingkat Resiko Tingkat Perbaikan
Likert
1 28-49 Rendah Belum Diperlukan tindakan
perbaikan
2 50-70 Sedang Mungkin diperlukan
tindakan dikemudian hari
3 71-90 Tinggi Diperlukan tindakan segera
4 92-12 Sangat Tinggi Diperlukan tindakan
menyeluruh segera
1
Dari hasil scoring yang telah dilakukan di dapatkan hasil scoring sebersar 81
untuk operator satu dan 83 untuk operator 2, yang dimana artinya pada skala
tersebut tingkat resiko yang akan terjadi dalam kategori “Tinggi” yang artinya
tindakan perbaikan mungkin akan dilakukan tindakan dikemudian hari.
Bekerja dalam keadaan berdiri untuk jangka waktu panjang secara terus
menerus dapa menyebab kan kaki sakit, pembekakan pada kaki, varises,
kelelahan otot, nyeri pada pinggang serta kekakuan pada leher dan bahu. Hal
tersebut diakibatkan oleh tubuh dipengaruhi pengaturan daerah kerja yang tidak
ergonomis sehingga posisi-posisi tubuh pekerja dalam beraktivitas merasa
dibatasi. Sehingga menimbulkan masalah-masalah pada tubuh seperti tubuh
pekerja terlalu membungkuk mengakibatkan nyeri pada punggung pekerja.
Berdiri yang terlalu lama membuat otot-otot menadi kaku sehingga dapat
mengurangi suplai darah le otot-otot. Hal ini mengakibatkan aliran darah yang
seharusnya diterima oleh otot berkurang dan menimbulkan kelelahan yang sagat
cepat dan merasa nyeri pada bagian-bagian tubuh tertentu.
Dapat dijelaskan penyebab sakit yang dirasakan oleh kedua operator seperti
sakit pada bagian bahu terasa sakit akibat proses mulai menyekop pasir bahu akan
bergerak sesuai dengan arah pergelangan tangan kemudian bagian lengan atas
terasa pegal akibat gerakan yang berulang-ulang dalam proses penyekopan pasir,
dan yang terakhir yitu bagian pergelangan tangan yang terasa pegal akibat
menjadi tumpuan beban pada saat operator melakukan mengangkat pasir.
2
Gambar 3.2 Operator
2
Skor grup A berdasarkan tabel 3.3 adalah 2
Skor Aktifitas (penggunaan otot): aktivitas berulang skornya adalah 1
Skor beban : beban < 4,4 kg skor nya adalah 0
Total Skor untuk grup A = 2+ 1 + 0 = 3
Setelah didapatkan skor grup A dan grup B, maka diperlukan skor akhir dari
kedua skor grup tersebut. Skor akhir ini dapat ditentukan menggunakan tabel
untuk menghitung skor akhir,
Tabel 3.5 Skor Akhir Grup A dan Grup B
Leher, Punggung, Kaki Score
1 2 3 4 5 6 7+
pergelangan 1 1 2 3 3 4 5 5
tangan dan 2 2 2 3 4 4 5 5
lengan 3 3 3 3 4 4 5 6
Score 4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8 5 5 6 7 7 7 7
2
Skor akhir untuk aktifitas operator berdasarkan tabel 3.5 adalah 4.
Berdasarkan skor tersebut maka kegiatan atau pekerjaan yang dijalani operator
level resiko rendah namun diperlukan perubahan.
2
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari postur kerja model RULA sebagai berikut:
1. Postur Tubuh Grup A
Postur lengan atas membentuk sudut 10º, diberi skor 1. Postur lengan
bawah membentuk sudut 22°+, maka diberi skor 2 .Skor grup A
berdasarkan tabel 3.3 adalah 2. Skor Aktifitas (penggunaan otot): aktivitas
berulang skornya adalah 1. Skor beban : beban < 4,4 kg skor nya adalah 0.
Total Skor untuk grup A = 2+ 1 + 0 = 3.
2. Postur Tubuh Grup B
Postur tubuh bagian leher membentuk sudut 16°, diberi skor 2. Postur
Kaki tidak tertopang membentuk sudut 25° diberi skor 2. Skor grup B
berdasarkan tabel 3.4 adalah 3. Skor Aktifitas (Penggunaan otot): aktivitas
berulang skornya adalah 1. Skor beban : beban < 4,4 kg skor nya adalah 0.
Total Skor untuk grup B = 3 + 1 + 0 = 4
3. Setelah didapatkan skor grup A dan grup B, maka diperlukan skor akhir
dari kedua skor grup tersebut. Skor akhir ini dapat ditentukan
menggunakan tabel untuk menghitung skor akhir. Skor akhir untuk
aktifitas operator berdasarkan tabel 3.5 adalah 4. Berdasarkan skor
tersebut maka kegiatan atau pekerjaan yang dijalani operator level resiko
rendah namun diperlukan perubahan.
2
DAFTAR PUSTAKA