Anda di halaman 1dari 14

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ruang Lingkup Pengelasan Listrik


Pada saat ini teknik pengelasan telah digunakan langsung yang
dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Luasnya penggunaan teknologi las
disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan mempergunakan
teknik pengelasan dalam konstruksi sangat luas melipuati perkapalan, jembatan,
rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran, kendaraan rel dan sebagainya.
Disamping itu pembuatan las, proses las dapat juga dipergunakan untuk
reprasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang coran, membuat lapisan kertas
pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan macam-macam
reprasi lainnya. Pengelassan bukan tujuan utama dari konstruksi tetapi hanya
merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena
itu rancangan dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan kesesuaian
antara sifat-sifat las dengan kegunaan konstruksi serta keadaan sekitarnya.

2.2 Pengertian Pengelasan Listrik


Menurut Duetch Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam atau paduan yang dilaksanakan pada keadaan lumer, las
merupakan sambungan setempat dan untuk mendapatkan keadaan lumer atau cair
dipergunakan energi panas (Daryanto, 2013). Secara umum pengelasan
menyatukan dua benda logam dengan cara mencairkan melalui pemanasan,
pencairan itu dilakukan dengan kawat las sebagai pengisi.
Pada kontruksi yang menggunakan bahan baku logam, hampir sebagian
besar sambungan-sambungannya dikerjakan dengan cara pengelasan. Hal itu
disebabkan dengan cara pengelasan dapat diperoleh sambungan yang lebih kuat
dan lebih ringan dibanding dengan proses keeling. Selain itu, proses
pembuatannya lebih sederhana (Umaryadi, 2007).

4
5

2.2.1 Proses Pengelasan Listrik


Adapun proses pengelasan listrik adalah sebagai berikut:
1. Pastikan mesin las sudah dalam kondisi siap pakai dan gunakan alat
pelindung keselamatan kerja.
2. Pada umumnya untuk latihan digunakan elektroda E 6013 dengan diameter
3,25 mm.
3. Jepit ujung elektroda yang tidak berselaput pada tang penjepit elektroda.
4. Jika sudah dijepit maka elektroda sudah dialiri arus listrik, hati-hatilah
terhadap sentuhan elektroda dengan meja kerja, karena. bisa terjadi
penyalaan.
5. Berdirilah pada posisi yang nyaman untuk dapat mengikuti gerakan
elektroda. jangan memegang pemegang elektroda terlalu kuat atau kakau.
Dengan erakan yang rilek akan lebih memudahkan dalam penyalaan dan
penarikan busur.
6. Arahkan ujung elektroda ke benda kerja dengan sudut elektroda kurang
lebih 70 derajat terhadap permukaan benda kerja. Turunkan ujung
elektroda yang akan dinyalakan sehingga mencapai 30 mm di atas
permukaan benda kerja. Sekarang turunkan pelindung muka (helm las).
7. Nyalakan busur dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan
benda kerja seperti mnggoresakan korek api atau menyentuhkannya pada
permukaan benda kerja. ketika sudah mulai nampak busur, tarik elektroda
hingga kurang lebih 6 mm, kembalikan elektroda ke posisi penyalaan
kemudian kurangi tinggi busur sampai jaraknya sebesar diameter kawat
inti elektrode (muka dan mata harus selalu dilindungi oleh helm las).
8. Ulangi latihan ini sampai menghasilkan penyalaan busur yang baik dan
tinggi busur yang tetap.
9. Untuk mematikan busur, elektroda harus diangkat dengan cepat, ini
dimaksudkan untuk mencegah menempelnya ujung elektroda pada
permukaan benda kerja.
10. Bila elektroda menempel secara kuat pada benda kerja, maka mesin las
segera dimatikan kemudian elektroda dapat dilepas.
6

2.2.2 Variabel Pengelasan Listrik


Penyambungan logam dengan proses pengelasan tidak dapat dilakukan
sembarangan, banyak variabel yang harus diperhatikan agar kualitas sambungan
sesuai standar yang dipersyaratkan oleh suatu lembaga internasional yang
berkaitan dengan pekerjaan las. Variabel tersebut adalah bahan, proses, metode,
keselamatan dan kesehatan kerja, peralatan, sumber daya manusia, lingkungan,
serta pemeriksaan kualitas sambungan las. Kedua ujung logam yang akan
disambung dibuat lumer atau dilelehkan dengan busur nyala atau dengan logam
itu sendiri sehingga kedua ujung atau bidang logam merupakan bidang masa yang
kuat tidak mudah dipisahkan.
Metode pengelasan logam yang meliputi prosedur pengelasan, prosedur
perlakuan panas, desain sambungan, serta teknik pengelasan disesuaikan dengan
jenis bahan, peralatan, serta posisi pengelasan saat sambungan las dibuat. Aspek
efektifitas, efisiensi proses, dan pertimbangan ekonomis berkaitan erat dengan
pemilihan peralatan las. Pengelasan logam stainless steel akan berkualitas bagus
jika menggunakan las TIG, namun akan lebih murah bila dilas dengan las listrik,
sehingga pemilihan mesin dan peralatan las sebaiknya disesuaikan dengan tujuan
pengelasan serta biaya operasionalnya.
Dalam pelaksanaan pekerjaan las dibutuhkan Sumber daya manusia yang
memenuhi kualifikasi sesuai standar yang ada. Kualifikasi harus mengikuti
standar- standar internasional seperti International Institut of Welding (IIW),
American Welding Society (AWS), dan masih banyak lembaga-lembaga
international di bidang pengelasan logam yang lain.
Berdasarkan standar International Institut of Welding (IIW), profesi bagian
pada las yang terdiri dari Welding Engineer (WE), WeldingTechnologist(WT),
WeldingPractitioneer(WP),sertaWelder(W).Profesi Welding Engineer mempunyai
sebuah tugas untuk menentukan prosedur pengelasan dan prosedur pengujian.
Seorang Welding Technologist bertugas untuk menterjemahkan prosedur-prosedur
tersebut kepada profesi las yang mempunyai level di bawahnya. Untuk melatih
juru las (Welder) dibutuhkan seorang Welding Practititoneer dan yang melakukan
pengelasan adalah Welder (juru las) (Kusuma, 2012).
7

Sambungan las yang telah dibuat harus diperiksa agar dapat diketahui
kualitasnya. Sambungan las harus dibongkar jika terjadi cacat-cacat yang
melampaui pada batas yang sudah dipersyaratkan. Pemeriksaan dilakukan oleh
seorang Welding Inspector (WI).Pemeriksaan las menggunakan uji visual, sinar-X,
Ultrasonic, serta masih banyak metode lainnya.

2.2.3 Persiapan Bentuk Sambungan


Penyambungan logam adalah suatu proses yang dilakukan untuk
menyambung 2 (dua) bagian logam atau lebih baik logam yang sejenis maupun
tidak sejenis. Penyambungan bagian– bagian logam ini dapat dilakukan dengan
berbagai macam metoda sesuai dengan kondisi dan bahan yang digunakan. Setiap
metoda penyambungan yang digunakan mempunyai kelebihan dan kekurangan
tersendiri dibandingkan dengan metoda lainnya, sebab metoda penyambungan
yang digunakan pada suatu konstruksi sambungan harus disesuaikan dengan
kondisi yang ada, hal ini mengingat efisiensi sambungan.
Pemilihan metode penyambungan yang tepat dalam suatu konstruksi harus
dipertimbangkan efisiensi sambungannya, beberapa faktor diantaranya adalah
jenis logam yang disambung, faktor proses pengerjaan sambungan, kekuatan
sambungan yang diharapkan, kerapatan sambungan, penggunaan konstruksi
sambungan dan faktor ekonomis.
Adapun dua jenis sambungan pengelasan adalah sebagai berikut:
1. Sambungan Non Permanen
Sambungan non permanen adalah jenis sambungan dimana bagian logam
yang disambung dapat dilepas kembali tanpa merusak bagian yang disambung
tersebut. Termasuk dalam sambungan non permanen adalah : screw, snap dan
shrink. Penyambungan dengan mur dan baut adalah yang paling banyak
digunakan, misalnya sambungan pada konstruksi dan alat permesinan. Bagian
terpenting dari mur dan baut adalah ulir. Ulir adalah suatu yang diputar
disekeliling silinder dengan sudut kemiringan tertentu. Dalam pemakaiannya ulir
selalu bekerja dalam pasangan antara ulir luar (baut) dan ulir dalam (mur).
8

2. Permanen
Sambungan permanen adalah jenis sambungan dimana bagian logam yang
disambung tidak dapat dilepas kembali dan apabila dilakukan pelepasan
sambungan akan mengakibatkan kerusakan bagian logam yang disambung
tersebut.
Pengerjaan sambungan permanen ini dapat dilakukan dengan 4 (empat)
metode, yaitu sebagai berikut :
a. Mechanical
b. Solid State
c. Liquid State (Fusion)
d. Liquid-Solid

2.2.4 Keuntungan dan Kerugian Pengelasan Listrik


Adapun keuntungan dan kerugian pengelasan listrik adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan Pengelasan Listrik
Adapun keuntungan dari pengelasan listrik adalah sebagai berikut:
a. Biaya awal investasi rendah.
b. Biaya material pengisi rendah.
c. Pada semua material dapat memakai peralatan yang sama.
d. Dapat dikerjakan pada ketebalan berapapun.
e. Dapat dikerjakan pada semua posisi pengelasan.
2. Kerugian Pengelasan Listrik
Adapun kerugian dari pengealsan listrik adalah seabagai berikut:
a. Lambat dalam pengambilan elektoda.
b. Terdapat slag yang harus dihilangkan.
c. Pada low hydrogen perlu penyimpanan khusus.
d. Efisiensi rendah.

2.3 Penggunaan dan Pengembangan Teknologi Las


2.3.1 Penggunaan Teknologi Las
Pengelasan merupakan salah satu jenis penyambungan diantara
penyambungan yang lain seperti baut dan keling. Berbeda antara keduanya bahwa
9

pengelasan membutuhkan perhatian yang khusus diantaranya adalah jenis


pengelasan, klasifikasi pengelasan, dan karakteristiknya (Rudi Siswanto, 2018).
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam
dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau
tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan
sambungan yang kontinu. Bab ini bertujuan membahas permasalahan pengelasan
yang paling mendasar yaitu deskripsi umum tentang las, sejarahnya, klasifikasi
las, serta beberapa hal yang terkait dengan cara pengoperasian dan perlengkapan
las.
Menurut Deutsche Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi
pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadan cair.dari definisi
tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa las adalah suatu proses dimana bahan
dengan jenis yang sama digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu
sambungan melalui ikatan kimia yang dihasilkan dari pemakaian panas dan
tekanan.
Asal mula las untuk menyambung logam berada jauh di abad perunggu
dan sulit dilacak kapan istilah las mulai dipakai. Pada tahun 3000 SM, bangsa
Mesopotamia telah menerapkan proses solder lunak.tanduk rusa disolderkan
sebagai relief hiasan. Dua ratus, solder perak kemudian dipakai dalam pembuatan
vas bunga di Entemene.
Beberapa ahli sependapat bahwa 4000 tahun yang lal bangsa Mesir telah
mengenal cara menyambung logam dengan proses pemanasan dan penekanan.
Salah satu bukti ditemukan di Lembah daerah kerajaan pada tahun 1922 yang
mengisyaratkan bahwa peti jenazah Raja Tutankhamen diperkirakan dibuat sekitar
tahun 1360 SM dengan melibatkan proses pengelasan. Proses yang dilakukan
pada saat itu adalah proses las tempa.

2.3.2 Pengembangan Teknologi Las


Adapun pengembangan teknologi las adalah sebagai berikut:
1. Las Busur Listrik
Selama berabad-abad las tempat dipakai sebagai proses pertama untuk
menyambungkan logam. Pada awal abad ke-19 ditemukan cara baru yaitu
10

las busur nyala listrik. Pada pengembangan selanjutnya rasistene welding


juga ditemukan. Pada pengembangan selanjutnya las hermill
diperkenalkan berdasarkan proses kimiawi pada akhir abad ke-19
ditemukan las oxy acetylane.
2. Las Gesek
Pada akhir tahun 1950 Al Chukrdou menggunakan pengamatan tentang
teori energi mekanik yang bisa diubah menjadi energi panas, terjadi
akibatnya gesekan pada saat mengelas dan berhasil.
3. Las Plasma
Proses plasma merupakan penyempurnaan daripada las fungsten, las
plasma ternyata lebih baik daripada las fungsten, pada las plasma busur
nyala listrik yang muncul lebih stabil.
4. Las Suara
Awal tahun 1960 ditandai dengan penemuan baru, las yang menggunakan
suara frekuensi tinggi. Pada las suara ini menggunakan suara frekuensi
tinggi. Pada las suara ini menggunaakn suara berkisar 10.000-17.000 Hz
5. Las Explosive
Las Explosive dikembangkan dan pengamatan dimasa perang dunia
pertama, adanya pecahan bom dimana merekat kuat pada logam sehingga
terjadi kontak antar logam dan kedua benda menghasilkan bahwa pecahan
bom menempel karena efek jet saat terjadi tumbukan.
6. Las Laser
Sinar Laser diterapkan pada las sejak tahun 1970, laser dapat dipakai
untuk mengelas benda-benda dengan ketebalan 0,13 mm sampai ketebalan
29 mm pada kecepatan geser sekitar 21 mm/dt sampai 1,2 mm/dt.

2.4 Klasifikasi Metode Pengelasan


Sampai pada saat ini banyak sekali cara-cara yang digunakan bidang las,
hal ini disebabkan karena adanya kesepakatan akan hal tersebut. Secara
konvesional untuk pengklasifikasian tersebut dapat dibagi dalam dua cara yaitu
membagi las dalam kelompok cair dan dalam bagian las listrik, las kimia, dan
las mekanik.
11

Berdasarkan dari klasifikasi ini pengelasan dibagi tiga kelas utama yaitu
pengelasan cair, penggunaan tekan dan pengelasan pemantrian.
1. Pengelasan cair.
Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan
sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api
yang terbakar.
2. Pengelasan tekan.
Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan
dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. Pematrian.
Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan
dengan menggunakan paduan logam yang menggunakan paduan logam
yang mempunyai titik cair rendah. Dalam cara ini logam induk tidak turut
mencair.

2.5 Fungsi Alat Dalam Pengelasan


Adapun fungsi alat dalam pengelasan adalah sebagai berikut:
1. Kebel Massa
Kabel massa berfungsi untuk menghubungkan (mengalirkan arus listrik)
dari mesin las ke benda kerja atau logam induk.

Gambar 2.1 Kabel Massa Las


2. Kabel Elektroda
Kabel yang berfungsi menghantarkan listrik dari mesin las ke holder atau
ke elektroda yang akan membuat nyala busur listrik jika disentuhkan ke
benda kerja. Untuk Kabel las (Elektroda dan kabel Massa) ini harus
mempunyai
12

sifat yang fleksibel dan didalamnya terdapat beberapa bagian seperti lead,
lapisan karet dan kawat tembaga.

Gambar 2.2 Kabel Elektroda


3. Pemegang Kawat Las atau Holder
Holder berfungsi sebagai pemegang kawat las saat digunakan welder untuk
mengelas sebuah produk. Holder harus terbuat dari bahan yang
mempunyai ketahanan panas yang tinggi, karena posisinya berdekatan
dengan kawat las yang mencair (temperature hingga 2000 derajat Celcius).
Selain itu didalam holder ini terdapat pegas yang berfungsi untuk
mengunci atau menjepit elektroda agar tidak lepas atau bergerak saat
digunakan mengelas. Untuk menjaga agar holder tetap awet, maka setelah
selesai mengelas Anda dapat membersihkan daerah penjepit dari percikan
las atau kotoran yang menyebabkan penjepit tidak maksimal.

Gambar 2.3 Pemegang Kawat Las atau Holder


4. Klem Massa
Digunakan sebagai alat penghubung kabel massa ke logam induk, alat ini
biasanya terbuat dari tembaga atau logam lain yang mempunyai sifat
penghantar listrik yang baik. Selain itu klem massa juga terdapat pegas
yang
13

berfungsi untuk menjepit benda kerja dengan baik agar tidak mudah
terlepas.

Gambar 2.4 Klem Massa


5. Palu Las
Digunakan untuk membersihkan hasil pengelasan dari Slag (kerak las)
untuk proses las yang jenis pelindungnya menggunakan flux dan Spatter
(percikan las), caranya dengan memukulkannya atau menggoreskan pada
bagian yang terdapat slag dan spatter. Untuk bentuknya biasanya pada
ujungnya berbentuk bulat dan tipis lancip.

Gambar 2.5 Palu Las

6. Sikat Baja
Digunakan untuk membersihkan permukaan benda yang akan dilas dari zat
pengotor seperti karat, oli, dan pengotor lainnya. Selain itu digunakan juga
untuk membersihkan hasil lasan dari debu dan slag.
14

Gambar 2.6 Sikat Baja

7. Penjepit
Penjepit berfungsi untuk memudahkan benda kerja yang masih panas agar
tidak kepanasan saat memegang besi dalam melanjutkan pengolahan.

Gambar 2.7 Penjepit


8. Helm
Helm berfungsi melindungi muka dari abu dan panas las yang mengenai
wajah saat melakukan pengelasan.

Gambar 2.8 Helm Pelindung


15

9. Baju APD Bengkel


Baju APD berfungsi sebagai kostum pelindung dalam pengelasan dari
percikan bunga api.

Gambar 2.9 Baju APD Bengkel


10. Sarung Tangan
Sarung tangan berfungsi sebagai pelindung tangan saat pengelasan dan
pemotongan pada besi ataupun kayu agar terhindar dari kecelakaan kerja
yang ada dilokasi produksi.

Gambar 2.10 Sarung Tangan

2.6 Pengelasan Besi


Pengelasan besi merupakan suatu teknik sambung besi yang menggunakan
paduan logam elektroda yang sudah dipanaskan lalu diletakkan dipermukaan besi
yang hendak disambungkan.
Proses pengelasan berkaitan dengan lempengan baja yang dibuat dari
kristal besi dan karbon sesuai struktur mikronya, dengan bentuk dan arah tertentu,
lalu sebahagian dari lempengan logam tersebut dipanaskan hingga meleleh. Kalau
tepi lempengan logam itu disatukan terbentuklah sambungannya. Umumnya pada
16

proses pengelasan juga ditambahkan dengan bahan penyambung seperti kawat dan
batang las. Jika campuran tersebut sudah dingin, molekul kawat las yang semula
merupakan bagian lain kini menyatu.

2.7 Mesin Gerinda


Mesin gerinda merupakan mesin yang berfungsi untuk menggerinda
benda kerja. Awalnya mesin gerinda hanya ditujukan untuk benda kerja berupa
logam yang keras seperti besi ( Souleh Sj, 2012). Menggerinda dapat bertujuan
untuk mengasah benda kerja seperti pisau dan pahat. Berdasarkan prinsip
penggerindaan mesin gerinda dibagi menjadi dua yaitu:
1. Surface Grinding Semi Otomatis
Yaitu pemotongan diatur dan dilakukan secara manual dan otomatis.
2. Surface Grinding Otomatis
Yaitu proses pemotongan diatur melalui dalam sebuah program.
Selain itu mesin gerinda memiliki kelebihan dan kekurangan, maka dari itu
adapun kelebihan dan kekurangan pada mesin gerinda antara lain sebagai berikut:
1. Kelebihan Mesin Gerinda
a. Dapat mengerjakan benda kerja yang dikeraskan.
b. Dapat menghasilkan permukaan yang halus.
c. Dapat mengerjakan benda kerja dengan ukuran yang lebih baik.
2. Kekurangan Mesin Gerinda
a. Skala pemakaian kecil.
b. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakannya lama.
c. Biaya yang diperlukan untuk pengerjaan cukup mahal.
Mesin gerinda tersendiri memiliki fungsi utama, maka fungsi utama mesin
gerinda antara lain sebagai berikut:
1. Memotong benda kerja yang tebal.
2. Menghaluskan dan meratakan benda kerja.
3. Mengasah dan mengikis sisa logam dan pengelasan.
4. Mengerus benda kerja untuk kebutuhan tertentu.
17

2.8 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pengelasan


Keselamatan dan kesehatan kerja adalah bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja disebuah
instansi maupun lokasi proyek (Tarwaka, 2004).
Adapun sumber-sumber kecelakaan kerja adalah sebagai berikut:
1. Cahaya dan Sinar Berbahaya
Selama proses pengelasan akan timbul cahaya pada las yang dapat
membahayakan pekerja. Sinar tersebut adalah sinar ultraviolet dan
inframerah yang dapat membuat mata sakit.
2. Kecelakaan Karena Listrik
Banyak sekali kecelakaan yang ditimbulkan listrik yang berakibatkan
sampai kematian. Salah satu diantaranya adalah kabel tipis dan terbuka
serta arus pendek listrik.
3. Debu dan Gas Pengelasan
Butir-butir debu dan asap las dapat mengakibatkan hal yang buruk pada
pernafasan seperti asma. Apabila terhirup ke paru-paru maka akan
membuat paru-paru kotor.
4. Bahaya Gerinda
Gerinda adalah alat yang diputar dengan dinamo pada kecepatan kurang
lebih 60 mm/dt. Dalam penggunaannya harus hati-hati karena dapat
membuat terluka saat lepas dari tangan dikarenakan lalai.

2.9 Finisihing
Finisihing adalah proses pekerjaan tahap akhir suatu proses pembuatan
produk. Idealnya akan nampak sebuah produk yang indah dan siap untuk
dipasarkan namun tidak selalu setelah dilakukan finishing produk akan terlihat
semakin indah. Hal ini tergantung dari beberapa hal dibawah ini sebagai berikut
ini:
1. Kerapian pada pengelasan besi.
2. Kerapihan pada penggerindaan besi.
3. Kerapian pada pendempulan titik-titik las dan pendempulan pada triplek.
4. Kerapian pada pengecatan dan pada pengeboran baut.

Anda mungkin juga menyukai