Anda di halaman 1dari 17

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan perkembangan revolusi industri 4.0 yang mana dianggap mampu
untuk menambah pengetahuan. Selain itu, Ketersediaan akan perlengkapan
pendukung dalam proses pengelasan juga masih kurang memadai, untuk itu
diperlukannya penambahan perlengkapan pengelasan yang cukup memadai agar
kiranya seluruh rangkaian dari kegiatanpara pekerja maupun pengguna las bisa
mempraktekan proses pengelasan itu secara optimal. Namun, ada beragam
masalah yang dapat timbul dari pengelolaan mesin las ini. Beberapa masalah
paling umum yang terjadi, dimana pada saat proses pengelasan seperti tidak
termonitornya penggunaan akanmesin-mesin las yang ada di lapangan serta
penyalahgunaan mesin-mesin las (untuk pekerjaan lain), sehingga hal ini dapat
mengakibatkan kerusakan yang kemungkinan tidak diketahui apa penyebabnya.
Kondisi seperti ini tentunya akan berujung pada kerugian.
Proses pengelasan ini termasuk kegiatan penyambungan dua bagian batang
logam atau lebih dengan menggunakan energi panas yang bersumber dari energi
listrik ataupun dari proses pemanasan. Pembuatan pada mesin serta alat-alat
pertanian yang menggunakan material berbahan logam, memerlukan salah satu
kegiatan penting yang perlu dilakukan yaitu proses pengelasan. Proses pengelasan
ini juga sangat memerlukan mesin-mesin las dalam proses pengerjaannya, dimana
mesin las itu sendiri terdiri dari mesin las AC dan DC, di mana kedua mesin las
ini dapat menghasilkan serta menyediakan tegangan dan arus listrik yang cukup
dengan kebutuhan untuk melakukan proses pengelasan.
Proses pengelasan perlu dilakukan dengan sangat hati-hati, bahkan bagi orang
mahir sekalipun. Penggunaan akanalat keselamatan kerja juga sangat dianjurkan
dan harus selalu digunakan saat proses pengerjaan berlangsung. Penggunaan alat
keselamatan kerja ini bertujuan agar bisa mencegah kemungkinan-kemungkinan
besar terjadinya kecelakaan pada saat proses pengelasan di dalam bengkel.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka dilakukannya praktikum Pengelasan
ini agar kita mengetahui teknik pengelasan yang baik dan benar serta mampu
mengetahui jenis-jenis bahan logam yang digunakan saat proses pengelasan.

96
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya praktikum Pengelasan yaitu agar mahasiswa mampu


mengetahui bagaimana teknik mengelas dengan berbagai metode pada bahan
logam untuk menyambung, memotong dan mengisi bahan dan agar mampu
mengetahui jenis-jenis logam.
Adapun kegunaan dari praktikum Pengelasan yaitu mahasiswa mampu
melakukan pengelasan pada benda kerja dengan teknik atau metode pengelasan
yang baik dan benar dengan menggunakan beberapa jenis las sesuai kebutuhan
dan dapat mengaplikasikannya pada bidang pertanian.

97
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelasan

Prosees pengelasan merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam


teknologi industri. Hampir semua dari penyambungan bahan logam untuk segala
macam jenis dapat dibuat dengan proses teknik pengelasan. Teknik pengelasanini
sendiri sudah ditemukan pada kisaran waktu antara 4000 sampai 3000 SM. Secara
sederhana, pengelasan merupakan salah satu kegiatan atau proses penyambungan
dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas yang bersumber
dari energi listrik ataupun dari proses pemanasan. Logam induk dalam proses
pengelasan ini juga bisa mengalami pencairan akibat yang ditimbulkan antara
ujung elektroda dengan permukaan pada benda kerja (Alan, 2020).
Sesudah energi listrik ini digunakan dengan mudah, perkembangan teknologi
akan teknik pengelasan kini maju dengan sangat cepatnya dan pesat, sehingga
halini bisa menjadi salah satu cara penyambungan yang mutakhir atau cara terbaru
yang bisa digunakan. Asal mula dari pengelasan tahanan listrik (resistance
welding) ini sendiri, dimulai pada tahun 1877 yang dimana pada saat Prof. Elihu
Thompson memulai suatu percobaan pembalikan polaritas pada gulungan
transformator, dia mendapatkan hak paten pertamanya pada tahun 1885 dan mesin
las tumpul tahan listrik (resistance butt welding) pertama yang diperagakan di
American Institute Fair pada tahun 1887. Sehingga, teknik pengelasan sekarang
ini sudah sangat banyak digunakan oleh para pekerja bangunan, di dalam bengkel
serta pada masyarakat-masyarakat lainnya (Alan, 2020).
Sesuai dengan perkembangan revolusi industri 4.0 yang mana dalam hal ini
dianggap mampu untuk menambah pengetahuan. Selain itu, ketersediaan akan
perlengkapan pendukung dalam proses pengelasan juga masih kurang memadai,
untuk itu dalam hal ini diperlukanlah penambahan perlengkapan pengelasan yang
cukup memadai agar kiranya seluruh rangkaian dari kegiatan para pekerja maupun
pengguna las bisa mempraktekan proses pengelasansecara optimal dan juga
sebagai penunjang keberhasilan dalam setiap kegiatan pengelasan yang dilakukan.
Penggunaan akan teknik pengelasanini juga memiliki keuntungan, dimana dapat
menghasilkan sambungan yang sifatnya permanen serta bisa memberikan lapisan

98
kekerasan pada logam (penambalan), sehingga logam bisa tahan akan gesekan
yang terjadi. Namun, adapun kekurangan dari teknik pengelasan ini
sendiriyangdimana hasil dari lasnya agak sulit untuk dibongkar, karena sifatnya
yang permanen sehingga sulit untuk dilakukan proses penggantian kontruksi atau
bahkan bahan logam yang telah di las tersebut harus dirusak jika memungkinkan
dalam penggantian kontruksi. Teknik pengelasan ini juga dapat diklasifikasikan
kedalam tiga kelas utama berdasarkan dari cara kerjanya, yaitu: pengelasan cair,
pengelasan tekan dan pematrian (Mulyadi dan Iswanto, 2020).
Setiap prosedur ataupun tahapan dalam pengelasan kelihatannya sangatlah
sederhana dan mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan
bahwa dalam pelaksanaannya ada saja masalah yang tidak diduga terjadi dan hal
tersebut harus segera diatasi dengan cara yang tepat dan benar, yang dimana
dalam pemecahan masalahnya itu sendiri pastinya memerlukan berbagai macam
pengetahuan yang cukup baik. Spesifikasi dari prosedur pengelasan ini sendiri
dapat dimuat dalam hal-hal seperti proses pengelasan dan tipe-tipe pengelasannya,
desain dari tahap penyambungan, material dasardari pengelasan, logam pengisi,
posisi pada saat pengelasan, gas pelindung, elektrikal karakteristik dari pengelasan
serta arus yang digunakan dalam proses pengelasan. Proses perpindahan logam
pada elektroda tersebut terjadi saat ujung dari elektroda mencair dan membentuk
butir-butir yang terbawa arus oleh busur listrik. Jika arus listrik yang digunakan
itu cukup besar maka butiran dari logam cair yang terbawa akan menjadi halus,
sebaliknya jika arus listrik yang digunakan itu kecil maka butiran dari logamakan
menjadi besar (Saifuddin dkk., 2017).

2.2 Mesin Las dan Elektroda

Penggunaan akan mesin-mesin lasini sangatlah diperlukan dalam proses kegiatan


pengelasan. Mesin las itu sendiri terdiri dari mesin las AC dan DC, dimana kedua
dari mesin las ini dapat menghasilkan serta menyediakan tegangan dan arus listrik
yang cukup bagi kebutuhan untuk kelanjutan dari proses pengelasan. Mesin las
yang digunakan pun bermacam-macam, tetapi bila ditinjau dari jenis arus yang
dikeluarkandapat digolongkan menjadi: mesin las arus bolak-balik (AC), mesin
las arus searah (DC), mesin las arus bolak-balik dan searah (AC-DC) yang dimana

99
ini merupakan gabungan dari mesin AC dan mesin DC. Macam-macam mesin las
ini seperti Transformator las, pembangkit listrik motor diesel atau motor bensin.
Transformator las yang kebanyakan digunakan di industri-industri mempunyai
kapasitas 200 sampai 500 amper. Mesin las ini sangat banyak dipakai karena
biaya operasinya yang rendah dan harganya yang relatif murah.Voltase keluar dari
mesin transformator ini antara 38 sampai 70 volt. Semakin besar kuat arus listrik
yang diberikan, maka akan semakin besar pula panas yang akan dihasilkan dalam
pencairan logam dasar. Begitupun sebaliknya, jika semakin kecil kuat arus yang
diberikan maka akan semakin kecil pula panas yang dihasilkan dalam pencairan
logam induk dan logam penyambung. Tipe dari mesin-mesin las itu sendiri dapat
diklasifikasikan dan diukur berdasarkan pada besar arus yang dihasilkannya pada
suatu besaran tegangan yang digunakan (Mokhtar dkk., 2020).
Salah satu contoh mesin las yaitu mesin las MIG. Mesin las MIG ini
merupakan salah satu jenis mesin lasyang menggunakan arus DC, yang dimana
umumnya mesin las ini berkemampuan berkisaran hingga 250 amper. Mesin las
ini juga dilengkapi dengan sistem kontrol, penggulung kawat gas pelindung,
sistem pendingin serta rangkaian-rangkaian pendukung lainnya. Tenaga yang
dikeluarkan dari mesin las ini sendiri dapat berubah-ubah dengan sendirinya,
sesuai dengan panjang busur yang digunakan atau jarak antara ujung elektroda
terhadap benda kerja. Panjang busur yang digunakan itu juga bisa distel sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan yang diperlukan. Jika busur berubah menjadi
lebih pendek daripada setelan awal, maka arusnya akan bertambah sedangkan
kecepatan kawatnya akan berkurang, sehingga panjang busur akan kembali seperti
semula. Sebaliknya, jika busur berubah menjadi lebih panjang dari semula, maka
arusnyaakan berkurang sedangkan kecepatan kawat pada elektroda akan
bertambah. Kelebihan dari penggunaan sistem otomatis sepertiini, yaitu mesin
yang berpengaturan sendiri, maka panjang busurnya akan tetap konstan dan hasil
dari pengelasannya sendiri pun akan tetap baik (Mulyadi dan Iswanto, 2020).
Kabel las itu sendiri terbuat dari bahan tembaga terpilih yang kemudian
dibungkus dangan karet isolasi. Kabel las ini ada tiga macamnya, yaitu: kabel las
elektroda, kabel las massa dan kabel las tenaga. Kabel las elektroda merupakan
kabel yang menghubungkan antara travo las atau mesin las ke alat pemegang

100
elektroda. Pemegang elektroda seperti pada bagian ujung yang tidak berselaput
berfungsi untuk menjepit elektroda. Pemegang elektroda itu sendiri terdiri dari
mulut penjepit dan juga pegangan yang mana itu dibungkus oleh bahan penyekat.
Kabel las massa merupakan kabel yang menghubungkan antara massa dari mesin
lasmenuju ke benda kerja. Sedangkan pada kabel las tenaga merupakan kabel
yang menghubungkan antara mesin las ke generator atau ke PLN. Kabel ini
biasanya terdapat pada pesawat las AC atau AC-DC (Mokhtar dkk., 2020).
Jenis selaput elektroda Rutil Kalium dan pengelasan dengan arus AC atau
DC+ dan DC-.Elektroda E 6010 dan E 6011, jenis ini merupakan elektroda
selaput selulosa yang dapat dipakai untuk pengelesan dengan penembusan yang
dalam. Pengelasan dapat pada segala posisi dan terak atau sisa pengelasan yang
tipis dapat dengan mudah untuk dibersihkan. Elektroda E 6012 dan E 6013, kedua
jenis elektroda ini masuk ke dalam jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan
penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan pada segala
posisi, tetapi kebanyakan elektroda jenis E 6013 ini sangat baik untuk posisi
pengelesan tegak arah ke arah bawah. Elektroda E 6020, jenis ini bisa
menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya mudah untuk dilepas dari
bagian lapisan las.Selaput dari elektroda terutama ini mengandung oksida besi dan
mangan. Cairan terak yang dihasilkan itu terlalu cair dan mudah untuk mengalir,
sehingga dapat menyulitkan pada saat proses pengelasan dengan posisi lain
dibanding pada posisi bawah tangan atau datar pada las sudut (Mokhtar dkk.,
2020).

2.3 Metode dan Tahap Pada Pengelasan

Proses pengelasan haruslah dilakukan dengan cara yang tepat dan benar. Tidak
menutup kemungkinan bahwa mesin yang digunakan saat pengelasan bisa saja
berbahaya bagi penggunanya apabila tidak digunakan dengan cara yang benar,
bahkan jika memungkinkan perlulah dilakukan kegiatan pelatihan terlebih dahulu,
semacam pengenalan pada tahap-tahap proses pengelasan.Sebelum melangkah
melakukan pengelasan, perlulah untuk diketahui jenis-jenis logam yang akan
diberikan perlakuan agar bisa menggunakan arus yang sesuai dengan jenis logam
yang akan digunakan. Besarnya arus saat proses pengelasan yang diperlukan
tergantung pada diameter elektrodanya, tebal bahan yang akan dilas, jenis

101
elektroda yang digunakan, geometri sambungan dan juga pada posisi pengelasan.
Daerah las mempunyai kapasitas panas yang tinggi, sehingga diperlukan arus
yang tinggi pula.Arus las ini sendiri merupakan parameter las yang secara
langsung dapat mempengaruhi kecepatan penembusan dan pencairan pada induk
logam.Semakin tinggi arus las yang digunakan, maka semakin besar pula
kecepatan penembusan dan pencairannya. Besar arus pada pengelasan juga dapat
mempengaruhi hasil dari pengelasan, yang dimana jika arusnya terlalu rendah
maka akan sangat sulit perpindahan cairan dari ujung elektroda serta busur listrik
yang terjadi juga tidaklah stabil. Jika arus yang digunakan terlalu besar, maka itu
akan menghasilkan manik yang melebar, butiran percikan-percikan kecil,
penetrasi dalam dan juga peguatan matrik las tinggi (Kolo dkk., 2017).

2.4 Keselamatan Kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan bagian yang sangat amat
penting bagi para pekerja, baik itu dalam sebuah perusahaan, bidang industri dan
juga di dalam bengkel. Penerapan dari K3 di dalam bengkel sangatlah
berpengaruh dalam meningkatkan kualitas dari bengkel itu sendiri. Namun
terkadang penerapan dari K3 di dalam bengkel terhalang oleh beberapa hambatan,
misalnya pengetahuan dari para pekerja tentang K3 ini masih snagat minim atau
bisa saja terbatasnya anggaran bengkel dalam penerapan K3 ini. Pemakaian APD
dalam pekerjaan sehari-sehari juga dapat dimasukkan dalam penyuluhan tentang
kegiatan K3 dalam melakukan setiap kegiatan, terutama dalam melakukan proses
kegiatan pengelasan di dalam bengkel (Yusmita dkk., 2020).
Melakukan proses pengelasan juga sangat perlu untuk memperhatikan
kelesamatan dalam kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja ini merupakan salah
satu aspek yang sangat penting pada perlindungan tenaga kerja yang dimana
bertujuan agar tenaga kerja dapat melaksanakan pekerjaannya dengan nyaman,
sehat dan aman, sehingga tercapainya peningkatan produktifitas kerja yang baik
dan optimal. Itu sebabnya, tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari
berbagai masalah di tempat kerja yang kemungkinan bisa saja menimbulkan
penyakit akibat dalam bekerjaserta kemungkinan-kemungkinan kecelakaan
lainnya saat bekerja. Jika dalam kegiatan pengelasan kurangnya kehatian-hatian,
cara penanganan alat yang tidak tepat, cara pemakaian alat yang tidak tepat,

102
memaksimalkan alat pelindung diri yang tidak benar dan lain sebagainya, hal
inilah yang bisa menjadi faktor dari kecelakaan kerja. Komponen yang paling
penting dalam keselamatan dan kesehatan kerja adalah kepemimpinan, dukungan
serta pengarahan yang baik dan benar. Pihak manajemen juga harus jelas dan
obyektif serta menunjukan komitmen dalam masalah keselamatan dan kesehatan
kerja bagi para pekerjanya dengan cara memberikan dukungan ataupun
memberikan pelatihan untuk keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Perawatan
serta pemeliharaan juga sangat penting untuk dilakukan guna menghindari
kecelakaan, seperti halnya pada pandangan yang kadang terhalang oleh kacamata
las dan pekerja lain yang lewat juga harus menghindar dari percikan dansinar las
yang dihasilkan saat pengelasan. Keterbatasan pandangan para pekerja juga bisa
menjadi faktor kemungkinan terpeleset akibat dari benda atau kotoran-kotoran
yang ada di lantai, dimana dalam hal seperti ini para petugas kebersihan haruslah
selalu siap sedia untuk selalu membersihkan lantai kerja dari kotoran-kotoran
ataupundari benda-benda yang mengganggu proses berlangsunganya pengelasan
karena itu bisa saja menyebabakan terjadinya bahaya (Jumartika dkk., 2021).

103
3. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Pengelasan dilaksanakan pada hari Selasa 29 Maret 2022 pukul 07.30
WITA sampai selesai di Laboratorium Teknik Bengkel, Program Studi Teknik
Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Pengelasan adalah las listrik, alat
keselamatn kerja pengelasan (helm las, sarung tangan, sepatu, baju bengkel dan
kacamata), alat tulis dan kamera handphone.
Bahan yang digunakan pada praktikum Pengelasan adalah elektroda dan besi.

3.3. Prosedur Kerja

Adapun Prosedur kerja dalam praktikum Pengelasan adalah:


1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Memastikan mesin las telah terhubung dengan sumber arus listrik.
3. Memasang elektroda pada kutub positif atau katoda.
4. Memasang kutub negatif atau anoda pada objek yang akan dilas.
5. Menyalakan mesin las.
6. Menyentuhkan elektroda pada logam yang akan di las.
7. Memastikan las benar-benar bekerja dengan memukul hasil pengelasan
dengan palu las.
8. Membersihkan sisa karbon dan merapikan hasil pengelasan.
9. Mendokumentasikan praktikum.

104
1. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil

Tabel 6-1.Jenis-jenis Las


N
Jenis Las Kelebihan Kekurangan
o
1 Las listrik a. Digunakan untuk suatu a. Tidak bisa menangani
(dua alat menyambungkan bahan tipis.
phase) berbagai jenis logam b. Temperatur yang terlalu
dengan ketebalan min 2 tinggi bisa melelehkan
mm. bahan yang akan dilas
b. Lebih kuat dari pada las dan operator harus
karbit. berhenti mengganti
c. Pengelasan dapat elektroda.
dilakukan pada berbagai
posisi.
2. Las argon a. Pengurangan penyebaran a. Harus menekan tombol
(tiga panas yang berlebihan yang ada pada
phaase) pada benda kerja. pegangan sehingga
b. Tidak ada cacat las. elekroda tetap keluar.
c. Asap las relatif rendah.
d. Lebih cepat dari las biasa.
e. Elektroda tidak habis
sekali pakai.
3. Las a. Dapat menyambungkan a. Memerlukan nyala api
Karbit dua logam untuk dapat digunakan.
b. Dapat memotong logam
dengan ketebalan yang
besar.

105
Tabel 6-2. Bagian-bagian Las dan Fungsinya
No Keterangan dan
Jenis Las Gambar
. Fungsinya
1. Las listrik (dua 1. Knop digunakan
phase) untuk menentukan
tegangan yang
digunakan.
2 1 2. Tombol power
fungsinya
3 4 digunakan
menyalakan dan
mematikan las
listrik.
3. Kabel digunakan
untuk penghantar
arus listrik.
4. Skala digunakan
untuk pembacaan
tegangan yang
digunakan.
2. Las argon (tiga 1. Tombol power
phase) untuk
1 mengaktifkan dan
2
menonaktifkan
mesin las.
4 2. Pengatur arus
3
berfungsi mengatur
kuata atau tidaknya
arus pada las.
3. Anoda berfungsi

106
untuk menyatukan
mesin las dengan
benda kerja.
4. Selang gas untuk
mengalirkan gas
yang keluar dari
tabung ke torch
(ujung pembakar).
3. Las karbit 1. Regulator
1 digunakan sebagai

2 pengatur besaran
4 tekanan gas yang
3 digunakan.
2. Tabung oksigen
5 digunakan sebagai
6
tempat
menyimpan gas.
3. Tangki air
digunakan sebagai
tempat
menyimpan air.
4. Corong digunakan
untuk
mengeluarkan gas
asetilen.
5. Kran saluran gas
asetilen digunakan
untuk membuka
dan menutup
saluran gas
asetilen.
6. Tabung asetilen

107
untuk menyimpan
asetilen.

Tabel 6-3.Hasil Pengelasan


No
Jenis Las Hasil Pengelasan
.
1. Las listrik
(dua phase)

4.2 Pembahasan

Berdasarkan pada praktikum Pengelasan yang telah dilakukan, maka diperoleh


hasil yaitu secara sederhana proses pengelasan merupakan salah satu proses
penyambungan dari beberapa batang logam dengan cara menggunakan energi
panas yang bersumber dari energi listrik sebagai sumber utama dari tahap proses
pemanasan. Proses pengelasan ini juga dapat dilakukan dengan beberapa metode
tergantung pada jenis las yang akan digunakan, baik itu dengan las satuphase
maupun dengan las tiga phase. Proses pengelasan yang menggunakan las listrik
atau menggunakan sumber energi listrik membutuhkan bahan elektroda yang
dimana itu berfungsi sebagai bahan utama yang dapat merekatkan material logam
pada saat melakukan proses penyambungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Saputra dkk., (2017), yang menyatakan bahwa dalam melakukan proses pengelasan
yang menggunakan las listrik membutuhkan elektroda sebagai pembangkit listrik
yang dilapisi oleh lapisan yang terbuat dari campuran zat kimia.
Proses pengelasan terdapat beberapa teknik yang harus dilakukan dan
diperhatikan saat pengelasan, agar mendapatkan hasil yang maksimal. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengerahui hasil dari pengelasan yaitu pada
kinerja alat, elektroda dan arus listrik yang digunakan dapat menghasilkan butiran

108
elektroda yang besar saat pengelasan dan apabila arus listrik besar maka butiran
elektroda saat melakukan pengelasan semakin halus. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Jalil dkk.(2017), yang menyatakan bahwa jika menggunakan arus
kecil maka butirannya akan menjadi besar, sebaliknya jika arus listrik yang
digunakan besar, maka hasil butiran logam yang terbawa akan menjadi halus.

109
5. PENUTUP

Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa dalam melakukan proses pengelasan terdapat berbagai teknik, metode dan
tahapan yang perlu dilakukan dan diperhatikan dalam hal ini seperti pada tahap
pemilihan bahan, penyesuaian arus listrik ataupun besar tenaga yang akan
digunakan, pemilihan bahan pengelasan baik itu gas maupun pada elektoda.
Selain itu, dalam proses pengelasan, jenis bahan logam juga harus diperhatikan
agar dapat melakukan penyesuaian terhadap besar arus listrik atau gas pada las
yang digunakan agar tidak merusak bahan logam yang diolah.

110
DAFTAR PUSTAKA

Alan, N, U. 2020. Perbandingan Gerakan Elektroda Zig-Zag dengan Spiral pada


Pengelasan SMAW Terhadap Kekuatan Tarik Baja Karbon Rendah.
Universitas Sriwijaya. Skripsi Teknik Mesin.
Jalil, AS., Zulkifli, dan Tri R. 2017. Analisa Kekuatan Impak pada
Penyambungan Pengelasan SMAW Material ASSAB 705 dengan Variasi
Arus Pengelasan. Jurnal POLIMESIN, Vol15(2): 58-63.
Jumartika, S. Gafur, A dan Rahman. 2021. Analisis Risiko pada Pekerja
Pengelasan di Pt. Industri Kapal Indonesia (Persero) Kota Makassar.
Window of Public Health Journal.Vol. 1(6): 766-776.
Kolo, J, M. Nugraha, N. P dan Widyana, G. 2017. Pengaruh Variasi Arus
Terhadap Kekuatan Impact dan Kekerasan Material St 37 Menggunakan
Proses Pengelasn Gas Tungsten Arc Welding (Gtaw). Jurnal Jurusan
Pendidikan Teknik Mesin. Vol. 8 (2): 1-10.
Mokhtar, A. Andinusa R. Murjito dan Mohammad, J. 2020. Teknologi Pengelasan
untuk Peningkatan Sumber Daya Manusia Karang Taruna Tlogomas.
Jurnal Teknik, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang.
Vol. 8 (3): 35-42
Mulyadi dan Iswanto. 2020. Buku Ajar Teknologi Pengelasa. UMSIDA Press.
Jawa Timur.
Saifuddin, A, J. Zulkifli dan Tri R. 2017.Analisa Kekuatan Impak pada
Penyambungan Pengelasan SMAW Material ASSAB 705 dengan Variasi
Arus Pengelasan. Jurnal Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri
Lhokseumawe. Vol. 15 (2): 58-63.
Saputra, H., Ahmad S., dan Yassir M. 2017. Analisis Pengaruh Media Pendingin
Terhadap Kekuatan Tarik Baja St37 Pasca Pengelasan Menggunakan Las
Listrik. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam.Vol3(2): 91–98.
Yusmita, Y. Hasanah, H, Guspita, R. Armanda, D, dan Azzikri, M. F. 2020.
Penerapan Ergonomi K3 dalam Proses Pengelasan. Jurnal Teknik
Industri Terintegrasi. Vol. 3 (2): 19-22.

111
LAMPIRAN

Dokumentasi 6-1 Praktikum Pengelasan

Gambar 6-11 Dokumantasi Proses Pengelasan.

112

Anda mungkin juga menyukai