TEKNOLOGI PENGELASAN
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Ini.
Tugas Makalah Teknologi Pengelasan ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
Tugas Besar ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Tugas Makalah Teknologi Pengelasan ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
ADRIANSYAH
3 Untuk mengetahui bagian bagian yang berkerja dari setiap teknologi pengelasan
Proses fusion welding menggunakan panas untuk mencairkan benda kerja. Pada
beberapa fusion welding, bahan tambah (filler) diberikan pada cairan las untuk
memfasilitasi proses pengelasan dan memberikan kekuatan pada sambungan las. Di sisi
lain, ada fusion welding yang tidak menggunakan bahan tambah. Fusion welding tanpa
bahan tambah tersebut dikenal sebagai las autogen (autogenous weld). Fusion welding
dibagi menjadi lima kelompok: Arc Welding (AW), Resistance Welding (RW), Oxyfuel
gas Welding (OFW), Beam Welding dan, Other fusion welding processes.
A. Arc Welding (AW)
Arc welding (AW) adalah proses Fusion Welding di mana peleburan logam
dicapai oleh panas busur listrik antara elektroda dan batang logam. Beberapa arc
welding juga diikuti oleh penekanan selama proses dan umumnya membutuhkan logam
pengisi.
Busur listrik adalah pelepasan arus listrik melintasi celah di sirkuit. Hal ini
didukung oleh adanya kolom gas terionisasi termal (disebut plasma) melalui arus yang
mengalir. Untuk menyalakan busur dalam proses AW, elektroda dihubungkan dengan
batang logam dan kemudian dengan cepat dipisahkan dengan jarak tertentu. Energi
listrik dari busur yang terbentuk menghasilkan suhu 5500 0C (10.000 0F) atau lebih
tinggi, cukup panas untuk melelehkan logam apa pun.
Jenis-Jenis Arc Welding dibagi menjadi dua bagian yaitu: Consumable Electrodss
Arc Welding dan Nonconsumable Electrode Arc Welding.
- Consumable Electrodes Arc Welding
Yang termasuk golongan Consumable Electrodes Arc Welding adalah:
a. Shielded Metal Arc Welding (SMAW)
SMAW adalah singkatan dari shielded metal arc welding. Pengelasan jenis ini
menggunakan stick logam (filler) yang dilapisi dengan flux. Stick logam berlapis flux
tersebut dikenal dengan istilah elektroda. Prinsip kerja SMAW yaitu elektroda yang
teraliri listrik digesekkan atau disentuhkan sesaat pada benda kerja. Gesekan sesaat
menimbulkan nyala busur yang digunakan untuk mencairkan benda kerja. Pada proses
ini menggunakan elektoda (stick) dengan panjang 9–18 inch (230 460 mm) dan
diameter 3/32–3/8 inch (2,5–9,5 mm). Logam pengisi yang digunakan dalam batang
harus sesuai dengan logam yang akan dilas, komposisi biasanya sangat dekat dengan
logam dasar. Lapisan ini terdiri dari bubuk selulosa (yaitu, kapas dan bubuk kayu) yang
dicampur dengan oksida, karbonat, dan bahan lainnya, yang disatukan oleh pengikat
silika. Serbuk logam juga kadang-kadang termasuk dalam lapisan untuk meningkatkan
jumlah logam pengisi dan menambah elemen paduan. Arus biasanya digunakan dalam
rentang SMAW antara 30 dan 300 A pada tegangan dari 15 hingga 45 V. Pemilihan
parameter daya yang tepat tergantung pada logam yang dilas, jenis dan panjang
elektroda, dan kedalaman penetrasi las yang diperlukan. Aplikasi umum dari SMAW
adalah pada konstruksi, jaringan pipa, struktur permesinan, pembuatan kapal, fabrikasi
bengkel, dan perbaikan.
Gambar 18. Oxyacetylene Welding (OAW). (a) Nyala Api Netral. (b) Nyala Api
Oksidasi. (c) Nyala Api Karburasi. (d) Prinsip OAW
a. Nyala api netral menggunakan perbandingan acetylene dan oksigen sebesar
1:1. Nyala api ini digunakan untuk mengelas baja.
b. Nyala api oksidasi menggunakan oksigen yang lebih banyak/dominan
daripada acetylene. Nyala api ini digunakan untuk mengelas tembaga dan
tembaga paduan.
c. Nyala api karburasi menggunakan acetylene yang lebih banyak/dominan
daripada oksigen. Nyala api ini digunakan untuk brazing,
soldering, dan flame-hardening.
d. Pressure Gas Welding (PGW)
Pressure gas welding (PGW) merupakan jenis pengelasan nyala api oxy fuel yang
spesial. Hal yang membuat pengelasan ini spesial adalah proses pengelasannya tanpa
menggunakan logam filler seperti pada jenis pengelasan nyala api lainnya. Pressure gas
welding melakukan penggabungan dengan memanaskan kedua permukaan benda kerja
yang ingin disambung. Setelah panas, benda kerja disatukan dengan menerapkan
tekanan (pressure) yang cukup. Bahan bakar gas yang digunakan pada PGW biasanya
adalah acetylene.
Cold welding (CW) adalah proses pengelasan solid-state yang dilakukan dengan
memberikan tekanan tinggi diantara dua permukaan benda kerja yang saling kontak
(yang akan disambung). Tekanan tinggi proses CW dilakukan pada suhu ruang. Kedua
permukaan benda kerja yang akan ditempelkan juga harus bersih. Ketika tekanan
diberikan, tekanan tersebut mereduksi ketebalan benda kerja hingga 50%. Di samping
itu, tekanan tersebut juga menyebabkan deformasi plastis lokal. Deformasi dapat
meningkatkan suhu benda kerja dan menghasilkan sambungan pada permukaan
kontak. Pada cold welding, salah satu benda kerja yang akan disambung harus bersifat
sangat ductile dan dapat di-hardening. Meskipun cukup salah satu saja benda kerja
yang bersifat ductile, tapi pada praktiknya kedua benda kerja dengan sifat ductile lebih
disukai. Logam yang dapat disambung dengan cold welding antara lain seperti
aluminium lunak dan tembaga lunak.
Roll welding
Roll welding (ROW) adalah salah satu jenis pengelasan solid-state di mana
tekanan yang digunakan untuk penggabungan berasal dari dua buah roll atau lebih.
Ketika benda kerja di-roll, anda bisa menggunakan panas dari luar maupun tidak
menggunakan panas dari luar. Jika tidak ada panas dari luar yang diberikan, prosesnya
disebut cold-roll welding. Sedangkan bila panas diberikan, prosesnya disebut hot-roll
welding. Oleh karena itu roll welding merupakan variasi dari forge welding maupun cold
welding. Roll welding dapat digunakan untuk menyaluti stainless steel pada baja lunak,
menyaluti stainless steel pada baja paduan rendah (untuk mencegah karat), membuat
bimetal untuk mengukur suhu, dan lain-lain.
1.1 Kesimpulan
Proses pengelasan cukup penting dalam dunia industri, terutama industri manufaktur.
Melihat kebutuhan industri yang sangat penting terhadap pengetahuan seorang welder
akan teknologi pengelasan, seorang insinyur dan welder dituntut mengetahui berbagai
macam teknologi pengelasan tersebut. Teknologi pengelasan yang digunakan untuk
mengelas dua atau lebih benda kerja sangat beragam tergantung pada aplikasi dari
masing-masing teknologi pengelasan. Teknologi pengelasan yang sudah disebutkan
merupakan metode yang efektif sesuai literatur. Proses dan metode pengelasan
menjadi penting saat pengerjaan karena berpengaruh terhadap kualitas produk,
efesiensi waktu, biaya, dan keselamatan, kesehatan kerja (K3) seorang welder.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang teknologi dalam proses pengelasan perlu
ditingkatkan agar tercipta waktu kerja yang efektif, dan efisien demi meningkatkan
produktivitas kerja perusahaan. Selain itu, pengetahuan tentang teknologi dalam proses
pengelasan mampu memberi gambaran kepada seorang welder untuk melakukan
proses pengerjaan pengelasan secara aman untuk diri sendiri dan orang lain.
1.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebihfokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas. Maka dari itu
penulis sangatmengaharpkan saran tentang bagaimana menyempurnakan makalah di
atas dan juga kritik agar penulis mampu memperbaiki kesalahan supaya kedepannya
penulis mampu menulis dengan hasilyang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Manufaktur, Teknologi, Welding,
http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.co.id/search/label/Welding, diakses 27 Mei 2018
Dwi Djamiko, Riswan, 2008, Modul Teori Pengelasan Logam, Yogyakarta: Jurusan
Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta