Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MAKALAH

TEKNOLOGI PENGELASAN

Disusun Oleh : ADRIANSYAH


Stambuk : F33118128

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2021/2022
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Ini.
Tugas Makalah Teknologi Pengelasan ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
Tugas Besar ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Tugas Makalah Teknologi Pengelasan ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palu, 17 Januari 2022

Penulis

ADRIANSYAH

Stambuk. F331 18 128


BAB I
PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

 Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan keterbukaan
yang menuntut setiap individu untuk ikut serta didalamnya, sehingga sumber daya
manusia harus menguasai IPTEK serta mampu mengaplikasikannya dalam setiap
kehidupan. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari perkembangan IPTEK.
Pada era sekarang ini teknologi dalam proses pengelasan semakin berkembang dengan
munculnya berbagai teknologi pengelasan yang telah banyak dipergunakan secara luas
pada penyambungan batang-batang pada konstruksi bangunan dan konstruksi mesin.
Luasnya perkembangan teknologi ini disebabkan konstruksi bangunan atau
mesin yang dibuat memerlukan teknologi pengelasan yang berbeda-beda. Selain itu,
biaya produksi yang murah, teknik yang lebih sederhana, dan hasil yang lebih kuat
menjadi penyebab perkembangan dari teknologi dalam proses pengelasan.
Seiring dengan perkembangan teknologi ini, maka pengetahuan akan teknologi
pengelasan juga semakin banyak. Ketidaktahuan seorang welder akan perkembangan
teknologi ini akan menyebabkan kesalahan teknik yang akan digunakan untuk mengelas
konstruksi bangunan atau mesin yang memerlukan teknologi pengelasan tertentu. Jika
terjadi kesalahan pemilihan teknologi pengelasan akan menyebabkan cacat produksi,
pekerjaan pengelasan tidak efisien, terjadinya kecelakaan kerja, dan kerugian pada
biaya produksi. Oleh karena itu, seorang welder perlu memiliki pengetahuan berbagai
teknologi pengelasan sehingga memudahkan dalam memilih teknologi pengelasan yang
akan digunakan untuk mengelas konstruksi bangunan atau mesin.
Pengetahuan tentang teknologi pengelasan sangat penting untuk seorang
welder, karena berdampak pada jalannya suatu pekerjaan pengelasan. Pengetahuan ini
harus diperhatikan agar seorang welder tidak salah dalam memilih teknik yang akan
digunakan untuk melakukan pengerjaan pengelasan.
1.2 Tujuan

Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah adalah :

1 Untuk mengetahui pengertian dari setiap teknologi pengelasan

2 Untuk mengetahui setiap prinsip kerja dari setiap teknologi pengelasan

3 Untuk mengetahui bagian bagian yang berkerja dari setiap teknologi pengelasan

4 Unyuk mengetahui aplikasi dari setiap teknologi pengelasan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teknologi dalam proses pengelasan

Pengelasan merupakan penyambungan dua logam atau lebih yang didasarkan


pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang
disambung. Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat menahan
kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya, serta cukup ekonomis. Namun
kelemahan yang paling utama adalah terjadinya perubahan struktur mikro bahan yang
dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun mekanis dari bahan yang dilas.
Perkembangan teknologi pengelasan logam memberikan kemudahan dalam
menyambung berbagai jenis logam. Saat ini kemajuan ilmu pengethuan di bidang
elektronik melalui penelitian yang melihat karakteristik atom, mempunyai kontribusi
yang sangat besar terhadap penemuan material baru dan sekaligus bagaimanakah
menyambungnya. Oleh karena itu, pengertian dari teknologi dalam proses pengelasan
adalah berbagai macam cara untuk menyambung dua logam atau lebih yang
didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian bahan
yang disambung.

2.2 Klasifikasi teknologi dalam proses pengelasan

Sekitar 50 jenis teknologi pengelasan yang berbeda telah dikategorikan oleh


American Welding Society. Masing-masing menggunakan berbagai jenis atau kombinasi
energi untuk menyediakan daya yang dibutuhkan. Kita dapat membagi teknologi dalam
proses pengelasan menjadi dua kelompok besar: Fusion Welding dan Solid State
Welding.

2.2.1 Fusion welding

Proses fusion welding menggunakan panas untuk mencairkan benda kerja. Pada
beberapa fusion welding, bahan tambah (filler) diberikan pada cairan las untuk
memfasilitasi proses pengelasan dan memberikan kekuatan pada sambungan las. Di sisi
lain, ada fusion welding yang tidak menggunakan bahan tambah. Fusion welding tanpa
bahan tambah tersebut dikenal sebagai las autogen (autogenous weld). Fusion welding
dibagi menjadi lima kelompok: Arc Welding (AW), Resistance Welding (RW), Oxyfuel
gas Welding (OFW), Beam Welding dan, Other fusion welding processes.
A. Arc Welding (AW)
Arc welding (AW) adalah proses Fusion Welding di mana peleburan logam
dicapai oleh panas busur listrik antara elektroda dan batang logam. Beberapa arc
welding juga diikuti oleh penekanan selama proses dan umumnya membutuhkan logam
pengisi.
Busur listrik adalah pelepasan arus listrik melintasi celah di sirkuit. Hal ini
didukung oleh adanya kolom gas terionisasi termal (disebut plasma) melalui arus yang
mengalir. Untuk menyalakan busur dalam proses AW, elektroda dihubungkan dengan
batang logam dan kemudian dengan cepat dipisahkan dengan jarak tertentu. Energi
listrik dari busur yang terbentuk menghasilkan suhu 5500 0C (10.000 0F) atau lebih
tinggi, cukup panas untuk melelehkan logam apa pun.

Gambar 1. Dasar-dasar susunan dan rangkaian listrik Arc Welding

Jenis-Jenis Arc Welding dibagi menjadi dua bagian yaitu: Consumable Electrodss
Arc Welding dan Nonconsumable Electrode Arc Welding.
- Consumable Electrodes Arc Welding
Yang termasuk golongan Consumable Electrodes Arc Welding adalah:
a. Shielded Metal Arc Welding (SMAW)
SMAW adalah singkatan dari shielded metal arc welding. Pengelasan jenis ini
menggunakan stick logam (filler) yang dilapisi dengan flux. Stick logam berlapis flux
tersebut dikenal dengan istilah elektroda. Prinsip kerja SMAW yaitu elektroda yang
teraliri listrik digesekkan atau disentuhkan sesaat pada benda kerja. Gesekan sesaat
menimbulkan nyala busur yang digunakan untuk mencairkan benda kerja. Pada proses
ini menggunakan elektoda (stick) dengan panjang 9–18 inch (230 460 mm) dan
diameter 3/32–3/8 inch (2,5–9,5 mm). Logam pengisi yang digunakan dalam batang
harus sesuai dengan logam yang akan dilas, komposisi biasanya sangat dekat dengan
logam dasar. Lapisan ini terdiri dari bubuk selulosa (yaitu, kapas dan bubuk kayu) yang
dicampur dengan oksida, karbonat, dan bahan lainnya, yang disatukan oleh pengikat
silika. Serbuk logam juga kadang-kadang termasuk dalam lapisan untuk meningkatkan
jumlah logam pengisi dan menambah elemen paduan. Arus biasanya digunakan dalam
rentang SMAW antara 30 dan 300 A pada tegangan dari 15 hingga 45 V. Pemilihan
parameter daya yang tepat tergantung pada logam yang dilas, jenis dan panjang
elektroda, dan kedalaman penetrasi las yang diperlukan. Aplikasi umum dari SMAW
adalah pada konstruksi, jaringan pipa, struktur permesinan, pembuatan kapal, fabrikasi
bengkel, dan perbaikan.

Gambar 2. Shielded metal arc welding (SMAW)


a. Gas Metal Arc Welding (GMAW)
Gas metal arc welding merupakan jenis pengelasan yang menggunakan gas
sebagai pelindung cairan logam las. Selain itu, GMAW juga termasuk dalam jenis
pengelasan dengan elektroda yang dikonsumsi. Diameter kawat mulai dari 0,8 hingga
6,5 mm (1 / 32–1 / 4 inci) digunakan dalam GMAW, ukuran tergantung pada ketebalan
bagian yang disambung dan tingkat deposisi yang diinginkan. Gas yang digunakan
untuk melindungi termasuk gas inert seperti argon dan helium, dan gas aktif seperti
karbon dioksida. Pemilihan gas (dan campuran gas) tergantung pada logam yang dilas,
serta faktor lainnya. Gas inert digunakan untuk pengelasan paduan aluminium dan baja
tahan karat, sedangkan CO2 umumnya digunakan untuk pengelasan baja karbon
rendah dan menengah. Proses GMAW ideal untuk membuat beberapa pengelasan pada
sambungan yang sama. GMAW banyak digunakan dalam operasi fabrikasi di pabrik-
pabrik untuk pengelasan berbagai logam besi dan nonferrous.

Gambar 3. Gas metal arc welding (GMAW)


a. Flux-Cored Arc Welding (FCAW)
FCAW merupakan pengelasan di mana elektroda yang digunakan adalah
elektroda yang dikonsumsi. Elektroda tersebut berbentuk seperti pipa di mana rongga
elektroda itu berisi flux dan campuran lainnya. Campuran lain yang digunakan bisa
berupa deoxidizers dan elemen paduan. Elektroda pada FCAW bersifat kontinu karena
disuplai dari lilitan elektroda (mirip dengan GMAW). FCAW terdiri dari dua versi,
yaitu self shielded dan gas shielded. Versi pertama self shielded yaitu pengelasan
dengan pelindung las yang berasal dari flux pada inti elektroda, sehingga diberi
nama self shielded flux-cored arc welding . Inti dari elektroda tersebut bukan hanya flux
tetapi juga campuran lain yang menghasilkan gas pelindung las. Versi pertama ini mirip
dengan SMAW. Selanjutnya versi kedua yaitu gas shielded. Gas shielded merupakan
pengelasan yang secara primer digunakan untuk mengelas baja. Pelindung las yang
digunakan pada versi ini yaitu gas yang disuplai dari luar. Oleh karena itu, versi kedua
paling mirip dengan GMAW. Versi kedua dapat disebut dengan gas shielded flux-cored
arc welding. Gas pelindung yang biasanya digunakan adalah karbon dioksida untuk baja
ringan atau campuran argon dan karbon dioksida untuk baja tahan karat. FCAW
memiliki kelebihan yang mirip dengan GMAW, karena pemberian elektroda secara terus
menerus. Hal ini digunakan terutama untuk pengelasan baja dan baja tahan karat atas
berbagai ketebalan stok yang luas. Hal ini dicatat karena kemampuannya untuk
menghasilkan sambungan las berkualitas tinggi yang halus dan seragam.

Gambar 4. Flux-cored arc welding (FCAW)


b. Electrogas Welding (EGW)
Electrogas welding (EGW) adalah proses pengelasan busur yang menggunakan
elektroda terkonsumsi kontinu dan menggunakan molding shoes untuk menahan cairan
las. EGW secara primer digunakan untuk mengelas sambungan butt (butt joint) dalam
satu kali jalan (single pass) secara vertikal. Selain tergolong dalam pengelasan busur
dengan elektroda terkonsumsi, EGW juga dapat digolongkan dalam proses pengelasan
dengan mesin. Hal itu karena EGW memerlukan peralatan khusus dan bersifat otomatis.
Electrogas welding menggunakan kawat elektroda dengan inti flux (seperti FCAW) atau
bisa juga menggunakan kawat elektroda tanpa flux namun dengan suplai gas pelindung
(seperti GMAW). EGW juga menggunakan molding shoes yang mencegah cairan las lari
keluar. Molding shoes berperan mirip sebagai rongga cetakan. Molding shoes dilengkapi
dengan penggerak mekanis supaya dapat berpindah mengikuti pergerakan las. Di
samping itu molding shoes juga dilengkapi dengan air pendingin untuk mencegah
molding tersebut menempel pada las. Aplikasi utama pengelasan elektrogas adalah baja
(karbon rendah dan menengah, alloy rendah, dan baja tahan karat tertentu) dalam
pembangunan tangki penyimpanan besar dan dalam pembuatan kapal. Ketebalan stok
dari 12 hingga 75 mm (0,5-3,0 in) berada dalam kapasitas EGW.

Gambar 5. Electrogas welding (EGW)


c. Submerged Arc Welding (SAW)
Submerged arc welding (SAW) adalah proses pengelasan yang menggunakan
elektroda terkonsumsi secara kontinu dan menggunakan pelindung las yang disediakan
oleh butir-butir flux. Proses otomatis terjadi pada pemakanan elektroda yang disuplai
oleh lilitan elektroda. Pada proses ini flux dijatuhkan ke area pengelasan menggunakan
bantuan hopper dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Selanjutnya flux tersebut
tertimbun secara menyeluruh sehingga mencegah percikan las, spatter, dan radiasi
yang berbahaya. Flux di dekat busur kemudian cair dan tercampur dengan cairan logam
untuk menghilangkan kotoran serta memadat pada bagian atas sambungan las. Flux
yang memadat di atas las tersebut membentuk slag yang mirip menyerupai kaca. Slag
dan sisa flux yang tidak tercampur melindungi logam las dari atmosfer dengan sangat
baik. Selain itu slag dan flux tersebut juga mengisolasi panas dari area las. Panas yang
terisolasi menyebabkan pendinginan relatif lambat sehingga diperoleh kualitas
sambungan las yang baik (tough dan ductile). Sisa-sisa flux yang tidak tercampur tadi
selanjutnya disedot kembali ke penampungan flux dan dapat dimanfaatkan kembali.
Submerged arc welding secara meluas digunakan pada fabrikasi baja bentuk-bentuk
struktur (seperti I-beam yang dilas); menyambung pipa, tangki, dan bejana
berdiameter besar (baik sambungan longitudinal maupun circumferential); dan
mengelas komponen mesin-mesin besar. Ketebalan plat yang dapat dilas sebesar lebih
dari 25 mm. Material yang dapat dilas menggunakan SAW antara lain: baja karbon
rendah, baja paduan rendah, dan stainless steel.

Gambar 6. Submerged arc welding (SAW)


- Nonconsumable Electrode Arc Welding
Yang termasuk golongan Nonconsumable Electrodes Arc Welding adalah:
a. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)
Gas tungsten arc welding  merupakan salah satu jenis pengelasan arc dengan
elektroda tidak dikonsumsi. Proses GTAW menggunakan elektroda tungsten untuk
memanaskan benda kerja dan bahan tambah. Bahan tambah atau filler dibutuhkan,
tentu saja karena elektroda yang digunakan tidak dikonsumsi. GTAW menggunakan gas
pelindung yang tidak aktif ( inert). Gas pelindung yang biasa digunakan yaitu argon dan
helium. Karena menggunakan gas inert, GTAW juga dapat disebut sebagai tungsten
inert gas  (TIG) welding. Prinsip kerja GTAW bisa dibilang sama dengan prinsip kerja
OAW. Di mana benda kerja dipanaskan terlebih dahulu menggunakan torch.
Selanjutnya apabila dibutuhkan, kita dapat menambahkan bahan tambah
atau filler pada cairan las. Gas tungsten arc welding digunakan untuk mengelas material
seperti titanium, aluminium, dan magnesium.

Gambar 7. Gas tungsten arc welding (GTAW)


b. Plasma Arc Welding (PAW)
Plasma arc welding (PAW) adalah bentuk khusus dari gas tungsten arc welding
(GTAW) di mana busur plasma yang dirapatkan akan diarahkan pada area las. Dalam
PAW, elektroda berbahan tungsten terpasang pada nozzle khusus yang dirancang
supaya dapat memfokuskan aliran kecepatan tinggi dari gas inert ke dalam wilayah
busur agar membentuk aliran busur plasma yang sangat panas serta berkecepatan
tinggi. Gas inert yang digunakan sebagai pelindung busur las antara lain argon,
campuran argon hidrogen, dan helium. Berdasarkan elektrodanya, PAW tergolong
dalam pengelasan dengan elektroda yang tidak dikonsumsi.
Plasma adalah sebuah gas panas terionisasi yang terdiri dari elektron dan ion.
Suhu pada proses plasma arc welding sangatlah tinggi. Suhunya bisa lebih dari
17.000°C. Alasan mengapa suhu PAW tinggi (lebih tinggi dari GTAW) berasal dari busur
yang sangat rapat. Walaupun tingkat energi yang digunakan PAW di bawah GTAW,
tingkat energi tersebut sudah sangat pekat untuk memproduksi sebuah plasma jet
berdiameter kecil dan memiliki kerapatan energi yang sangat tinggi. Aplikasi dari PAW
adalah sub-rakitan mobil, lemari besi, bingkai pintu dan jendela, dan peralatan rumah
tangga.

Gambar 8. Plasma arc welding (PAW)


c. Carbon Arc Welding (CAW)
Carbon arc welding (CAW) merupakan proses arc welding yang menggunakan elektroda
karbon (graphite) tak dikonsumsi. CAW merupakan proses arc welding pertama yang
dikembangkan. Akan tetapi saat ini proses CAW sudah tidak digunakan lagi. Busur
karbon dulu digunakan sebagai sumber panas untuk brazing dan perbaikan besi tuang.
Busur karbon juga digunakan untuk menanamkan bahan pencegah aus pada
permukaan benda kerja. Saat ini, elektroda graphite untuk mengelas telah digantikan
oleh tungsten.

Gambar 9. Twin-carbon Arc Welding


a. Stud Welding (SW)
Stud welding (SW) adalah proses las busur yang khusus untuk
menggabungkan stud atau komponen mirip lain dengan benda dasar. Pelindung las
pada stud welding adalah ceramic ferrule. Stud sendiri dicekam pada gun khusus yang
memiliki kontrol waktu otomatis dan parameter daya pada tiap-tiap tahap. Anda hanya
perlu memosisikan gun pada lokasi yang benar terhadap benda dasar di mana stud
akan dipasang dan selanjutnya tarik pelatuk gun tersebut. Stud welding digunakan
untuk memasang pengikat ulir pada pegangan alat masak, memasang sirip pada mesin,
dan perakitan-perakitan mirip lainnya.

Gambar 10. Stud Welding (SW)


A. Resistance welding (RW)
Resistance welding (RW) adalah kelompok proses pengelasan yang
menggunakan sebuah kombinasi panas dan tekanan untuk menggabungkan benda
kerja. Panas tersebut dihasilkan dari hambatan listrik pada daerah pertemuan yang
akan dilas. Yang termasuk golongan RW adalah:

Gambar 11. Resistance Welding (RW)


a. Resistance spot welding (RSW)
Resistance spot welding (RSW) adalah proses resistance welding di mana
penyambungan benda kerjanya menggunakan jenis sambungan lap joint dengan las
berupa titik. Las berupa titik tersebut dihasilkan dari dua buah elektroda yang saling
berlawanan. Ujung elektroda pada RSW memengaruhi ukuran dan bentuk titik las.
Bentuk elektroda yang paling sering dijumpai adalah lingkaran. Namun ada pula
beberapa bentuk yang dapat digunakan seperti segi enam, segi empat, dll. Material
elektroda yang digunakan pada RSW dibagi dalam dua kelompok yaitu: (1) paduan
tembaga dan (2) kombinasi logam tahan panas seperti tembaga dengan tungsten.
Resistance spot welding digunakan untuk menyambung benda kerja dengan ketebalan
3 mm atau lebih tipis lagi. Resistance spot welding sering dijumpai pada industri
pembuatan mobil.

Gambar 12. Resistance spot welding (RSW)


b. Resistance Seam Welding (RSEW)
Resistance seam welding adalah pengelasan dengan elektroda berbentuk roda
yang berputar sehingga menghasilkan las yang panjang, sepanjang sambungan pada
benda kerja. Jenis sambungan yang digunakan pada proses RSEW adalah lap joint.
Secara teknis RSEW mirip dengan resistance spot welding (resistance spot welding
menggunakan elektroda berbentuk stick).
Pengelasan dengan RSEW memerlukan pengikatan/penguncian benda kerja pada
posisinya supaya mengurangi distorsi. Pada resistance seam welding terdapat dua jenis
metode pengelasan. Berikut kedua metode pengelasan tersebut:
 Metode pengelasan dengan gerakan kontinu, metode ini dilakukan dengan
putaran roda elektroda yang kontinu dan berkecepatan konstan. Selama roda
elektroda bergerak, arus listrik dialirkan pada roda tersebut. Variasi pemberian
aliran arus listrik yang diberikan terbagi dalam tiga jenis yaitu: pemberian arus
listrik dengan frekuensi pemberhentian normal, pemberian arus listrik dengan
frekuensi pemberhentian agak lama, dan pemberian arus listrik secara kontinu
serta konstan (tanpa pemberhentian). Variasi aliran arus listrik tersebut
menghasilkan sambungan yang berbeda-beda. Frekuensi pemberhentian normal
menghasilkan overlapping weld spot (dikenal dengan sambungan konvensional).
Frekuensi pemberhentian agak lama menghasilkan las titik yang individual
(prosesnya dikenal dengan istilah roll spot welding). Dan pemberian arus listrik
secara kontinu serta konstan menghasilkan sambungan yang kontinu.
 Metode pengelasan dengan gerakan intermiten, metode ini dilakukan dengan
putaran roda elektroda yang secara periodik berhenti untuk membuat las titik.
Resistance seam welding mampu memproduksi sambungan yang kedap udara.
Oleh karena itu di dunia industri RSEW sering digunakan untuk membuat tangki bahan
bakar dan kontainer dari sheet metal.
Gambar 13. Resistance Seam Welding (RSEW)

Gambar 14. Jenis-jenis sambungan yang dihasilkan RSEW


c. Resistance Projection Welding (RPW)
Resistance projection welding merupakan proses pengelasan di mana
penggabungan terjadi pada satu atau lebih titik kontak kecil yang berada pada
komponen atau benda kerja. Titik kontak tersebut diperoleh dari rancangan benda kerja
yang akan dilas dan bisa terdiri dari tonjolan (projection), timbulan, atau perpotongan
lokal pada benda kerja. Konsep pengelasan ini termasuk murah. Ada beberapa variasi
dari resistance projection welding. Salah satu variasi tersebut adalah cross-wire
welding. Cross-wire welding biasanya digunakan untuk membuat pagar kawat, jaring-
jaring kawat, dan alat pemanggang.

Gambar 15. Resistance projection welding (RPW)


d. Flash Welding (FW)
Flash welding merupakan proses pengelasan di mana benda kerja disambung secara
butt joint. Kedua permukaan benda kerja yang akan disambung didekatkan (belum
sampai menempel), selanjutnya arus listrik diberikan kepada kedua benda kerja
tersebut. Karena masih ada celah antara kedua benda kerja, maka terjadi hambatan
pada aliran arus listrik tersebut. Aliran arus listrik yang terhambat akan meningkatkan
suhu benda kerja hingga titik cair.
Selanjutnya kedua permukaan benda kerja yang panas/cair tersebut
ditempelkan dan ditekan bersamaan sehingga terjadi penyambungan. Proses ini
bernama flash welding karena pada saat terjadi pemanasan akibat hambatan arus
listrik, beberapa busur (arc) terbentuk. Terbentuknya busur disebut sebagai flashing.
Karena terjadi busur, terkadang flash welding juga diklasifikasikan ke dalam kelompok
arc welding. Flash welding digunakan antara lain untuk menyambung baja strip pada
proses rolling-mill, menyambung kawat pada proses drawing, dan menyambung benda-
benda berbentuk pipa.

Gambar 16. Flash Welding (FW)


e. High-Frequency Resistance Welding (HFRW)
High-frequency resistance welding (HFRW) adalah proses resistance welding
yang menggunakan arus listrik berfrekuensi tinggi untuk memanaskan benda kerja.
Pemanasan benda kerja diikuti dengan gaya penekanan untuk menggabungkan benda
kerja.
Frekuensi yang digunakan antara 10 hingga 500 kHz. High-frequency resistance
welding biasanya digunakan untuk menyambung pipa secara longitudinal.
Gambar 17. High-frequency resistance welding (HFRW)
B. Oxyfuel Gas Welding (OFW)
Merupakan kelompok pengelasan yang menggunakan bahan bakar gas untuk
membuat nyala api. Nyala api tersebut digunakan untuk mencairkan benda kerja dan
bahan tambah. Ada dua jenis teknologi OFW yaitu:
a. Oxyacetylene Welding (OAW)
Las oxyacetylene merupakan proses pengelasan dengan nyala api temperatur
tinggi dari pembakaran gas acetylene dan oksigen. Nyala api diarahkan pada benda
kerja menggunakan torch. Setelah benda kerja mulai cair, dapat dilakukan penambahan
material dengan bahan tambah (filler). Pemberian bahan tambah cukup dilakukan
sesuai kebutuhan. OAW menggunakan tiga macam nyala api. Tiga macam nyala api
tersebut antara lain, nyala api netral, nyala api oksidasi, dan nyala api karburasi
(reduksi).

Gambar 18. Oxyacetylene Welding (OAW). (a) Nyala Api Netral. (b) Nyala Api
Oksidasi. (c) Nyala Api Karburasi. (d) Prinsip OAW
a. Nyala api netral menggunakan perbandingan acetylene dan oksigen sebesar
1:1. Nyala api ini digunakan untuk mengelas baja.
b. Nyala api oksidasi menggunakan oksigen yang lebih banyak/dominan
daripada acetylene. Nyala api ini digunakan untuk mengelas tembaga dan
tembaga paduan.
c. Nyala api karburasi menggunakan acetylene yang lebih banyak/dominan
daripada oksigen. Nyala api ini digunakan untuk brazing,
soldering, dan flame-hardening.
d. Pressure Gas Welding (PGW)
Pressure gas welding (PGW) merupakan jenis pengelasan nyala api oxy fuel yang
spesial. Hal yang membuat pengelasan ini spesial adalah proses pengelasannya tanpa
menggunakan logam filler seperti pada jenis pengelasan nyala api lainnya. Pressure gas
welding melakukan penggabungan dengan memanaskan kedua permukaan benda kerja
yang ingin disambung. Setelah panas, benda kerja disatukan dengan menerapkan
tekanan (pressure) yang cukup. Bahan bakar gas yang digunakan pada PGW biasanya
adalah acetylene.

Gambar 19. Pressure gas welding (PGW)


A. Beam Welding
Merupakan kelompok pengelasan yang menggunakan sinar untuk mencairkan
benda kerja. Beam welding terdiri dari dua jenis, yaitu: electron beam welding (EBW)
dan laser beam welding (LBW).
a. Electron Beam Welding (EBW)
Electron beam welding adalah proses pengelasan di mana panas untuk mengelas
dihasilkan dari electron berintensitas tinggi yang difokuskan dan diarahkan pada benda
kerja. Electron beam gun bekerja pada tegangan tinggi untuk mengakselerasikan
electron dan menggunakan arus beam yang rendah. Daya yang digunakan pada EBW
tidak besar, tetapi memiliki kerapatan yang tinggi. Kerapatan tinggi tersebut diperoleh
dari pemfokusan electron beam menjadi luasan sangat kecil pada permukaan benda
kerja.

Gambar 20. Electron Beam Welding


Pada awal pengembangannya electron beam welding dilakukan pada ruang
hampa. Akan tetapi saat ini EBW telah dikembangkan untuk proses pengerjaan di ruang
yang tidak hampa. Sehingga EBW dapat dibedakan menjadi:
 High-vacuum welding (EBW-HV), di mana pengelasan dilakukan pada ruang
hampa dengan tingkat hampa yang sama seperti pada ruang pembangkitan
beam (pengelasan dilakukan satu ruang dengan pembangkitan beam).
 Medium-vacuum welding (EBW-MV), di mana pengerjaan dilakukan pada
ruang yang terpisah dengan ruang pembangkitan beam dan memiliki tingkat
hampa yang sedang.
 Non-vacuum welding (EBW-NV), di mana pengelasan dilakukan pada
tekanan atmosfer atau mendekati tekanan atmosfer.
Electron beam welding dapat digunakan untuk mengelas banyak logam, bahkan
logam-logam keras yang susah dilas dengan arc welding. Ukuran benda kerja yang
dapat dilas dengan EBW berkisar antara benda setipis kertas hingga plat yang tebal.
EBW banyak diterapkan di bidang otomotif, aerospace, dan industri nuklir.
b. Laser beam welding (LBW)
Laser beam welding (LBW) adalah proses pengelasan di mana penggabungan diperoleh
dari energi yang terkonsentrasi tinggi, sorotan cahaya sederap difokuskan pada
sambungan benda kerja. Istilah laser merupakan akronim dari light amplification by
stimulated emission of radiation. Laser beam welding umumnya dioperasikan dengan
gas pelindung untuk mencegah oksidasi. Gas pelindung yang digunakan contohnya
adalah helium, argon, nitrogen, dan karbon dioksida. Pada LBW bahan tambah atau
filler biasanya tidak diberikan. Mirip dengan electron beam welding, laser beam welding
menghasilkan las berkualitas baik, memiliki penetrasi yang baik, dan
menghasilkan heat-affected zone yang sempit.
Selain memiliki kelebihan yang sama dengan electron beam welding, laser beam
welding memiliki kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh electron beam welding.
Kelebihan laser beam welding tersebut antara lain: tidak memerlukan ruang hampa,
tidak memancarkan x-ray, dan dapat difokuskan serta diarahkan dengan lensa optik
dan cermin. Meskipun sama-sama memiliki penetrasi yang baik, penetrasi laser beam
welding kurang begitu dalam dibanding electron beam welding. Kedalaman yang dapat
dicapai oleh laser beam welding sekitar 19 mm, sedangkan pada electron beam welding
sekitar 50 mm. Laser beam welding digunakan untuk mengelas komponen-komponen
yang kecil.

Gambar 21. Laser Beam Welding


C. Other fusion welding processes
Merupakan kelompok pengelasan yang memiliki teknologi yang unik (lain dengan
empat kelompok di atas). Kelompok ini terdiri dari dua jenis pengelasan,
yaitu: electroslag welding (ESW) dan thermit welding (TW).
a. Electroslag welding (ESW)
Electroslag welding (ESW) secara prinsip dan aplikasi mirip dengan electrogas
welding (EGW), di mana pengelasan dilakukan secara vertikal ke atas dengan satu kali
jalan (single pass). Sama halnya dengan EGW, ESW digunakan untuk mengelas
sambungan butt secara otomatis dengan bantuan mesin. Perbedaan utama ESW
dengan EGW yaitu proses ESW diawali dengan pembentukan busur (arc) antara ujung
elektroda dan bagian bawah benda kerja yang akan dilas. Setelah busur terbentuk, flux
ditambahkan dan mencair akibat panas dari busur. Setelah cairan slag mencapai ujung
dari elektroda, busur tadi menjadi padam. Selanjutnya panas secara kontinu diproduksi
oleh hambatan listrik dari cairan slag. Pada electroslag welding, busur hanya digunakan
ketika awal pengelasan saja (setelah itu padam). Karena busur yang padam, ESW pada
hakikatnya bukan merupakan proses pengelasan busur (arc welding).
Electroslag welding mampu digunakan untuk mengelas benda kerja dengan
ketebalan 50 mm sampai lebih dari 900 mm dalam satu kali jalan. Arus listrik yang
digunakan sekitar 600 A. Semakin tebal benda kerja yang ingin dilas, maka semakin
besar arus listrik yang digunakan. ESW dapat anda jumpai pada proses pengelasan
struktur baja berpenampang besar seperti jembatan, kapal, tabung reaktor nuklir,
tangki minyak, dan mesin-mesin berat.

Gambar 22. Electroslag welding (ESW)


a. Thermit Welding (TW)
Thermit welding (TW) adalah proses pengelasan di mana panas untuk
penggabungan dihasilkan dari logam cair yang berasal dari reaksi kimia Thermit.
Thermit merupakan merk dagang dari thermite, yakni sebuah campuran serbuk
aluminium dan besi oksida yang bisa menghasilkan reaksi exothermic ketika dibakar.
Bahan tambah atau filler pada pengelasan ini berupa logam cair. Logam cair tersebut
dituang pada sambungan yang telah dilengkapi dengan cetakan. Proses penggabungan
ini lebih mirip dengan pengecoran. Thermit welding digunakan untuk menyambung rel
kereta dan memperbaiki keretakan pada baja tuang berukuran besar.

Gambar 23. Thermit Welding (TW)

2. 2. 1 Solid State Welding


Solid state welding merupakan proses pengelasan di mana penggabungan
diperoleh dari penerapan tekanan pada benda kerja atau kombinasi antara penerapan
panas dan tekanan pada benda kerja. Jika panas digunakan untuk mengelas, suhu yang
digunakan di bawah suhu cair logam yang akan dilas. Solid state welding tidak
menggunakan bahan tambah. Pengelasan ini dibagi dalam beberapa jenis:
 Forge Welding
Forge welding adalah proses pengelasan di mana benda kerja yang akan
disambung dipanaskan menuju temperatur kerja lalu ditempa bersamaan dengan
menggunakan palu. Keterampilan yang baik sangat dibutuhkan oleh pandai besi supaya
bisa memperoleh las yang baik sesuai standar yang ada sekarang. Saat ini penggunaan
forge welding sangatlah kecil dan kurang berarti dibandingkan dengan proses solid-
state welding lainnya.
Gambar 24. Forge Welding
 Cold welding (CW)

Cold welding (CW) adalah proses pengelasan solid-state yang dilakukan dengan
memberikan tekanan tinggi diantara dua permukaan benda kerja yang saling kontak
(yang akan disambung). Tekanan tinggi proses CW dilakukan pada suhu ruang. Kedua
permukaan benda kerja yang akan ditempelkan juga harus bersih. Ketika tekanan
diberikan, tekanan tersebut mereduksi ketebalan benda kerja hingga 50%. Di samping
itu, tekanan tersebut juga menyebabkan deformasi plastis lokal. Deformasi dapat
meningkatkan suhu benda kerja dan menghasilkan sambungan pada permukaan
kontak. Pada cold welding, salah satu benda kerja yang akan disambung harus bersifat
sangat ductile dan dapat di-hardening. Meskipun cukup salah satu saja benda kerja
yang bersifat ductile, tapi pada praktiknya kedua benda kerja dengan sifat ductile lebih
disukai. Logam yang dapat disambung dengan cold welding antara lain seperti
aluminium lunak dan tembaga lunak.
 Roll welding

Roll welding (ROW) adalah salah satu jenis pengelasan solid-state di mana
tekanan yang digunakan untuk penggabungan berasal dari dua buah roll atau lebih.
Ketika benda kerja di-roll, anda bisa menggunakan panas dari luar maupun tidak
menggunakan panas dari luar. Jika tidak ada panas dari luar yang diberikan, prosesnya
disebut cold-roll welding. Sedangkan bila panas diberikan, prosesnya disebut hot-roll
welding. Oleh karena itu roll welding merupakan variasi dari forge welding maupun cold
welding. Roll welding dapat digunakan untuk menyaluti stainless steel pada baja lunak,
menyaluti stainless steel pada baja paduan rendah (untuk mencegah karat), membuat
bimetal untuk mengukur suhu, dan lain-lain.

Gambar 26. Roll welding (ROW)


 Hot Pressure Welding (HPW)
Hot pressure welding merupakan variasi lain dari forge welding. Pada hot
pressure welding, penggabungan terjadi karena pemberian panas dan tekanan yang
pas sehingga terjadi deformasi yang sesuai pada benda kerja. Deformasi itu akan
mengganggu lapisan oksida sehingga membiarkan logam bersih untuk membuat
sebuah sambungan yang baik antara dua benda kerja. Proses hot pressure welding
biasanya dilakukan dalam sebuah ruang vakum. Hot pressure welding secara prinsip
digunakan di bidang aerospace.

Gambar 27. Proses Hot Pressure Welding


 Diffusion Welding (DFW)
Diffusion welding (DFW) adalah proses pengelasan solid-state yang dihasilkan
dari pemberian panas dan tekanan supaya terjadi difusi serta penggabungan. Proses
tersebut biasanya dilakukan dengan atmosfer yang terkontrol dan waktu yang tepat
untuk membiarkan difusi serta penggabungan terjadi. Temperatur yang digunakan
sebaiknya di bawah titik cair dari logam benda kerja dan deformasi plastis yang terjadi
pada permukaan benda kerja sebaiknya minimal.
Mekanisme penggabungan pada diffusion welding terjadi dalam bentuk padat, di
mana atom berpindah dan saling menyeberang di antara dua permukaan benda kerja
yang saling kontak. Pengelasan ini terkadang menggunakan lapisan bahan tambah
yang diletakkan di antara dua benda kerja yang akan disambung (seperti roti isi).
Diffusion welding digunakan untuk menggabungkan logam-logam berkekuatan tinggi
dan tahan api di industri pesawat terbang dan nuklir. Pada beberapa aplikasi, proses
pengelasannya atau difusinya dapat berlangsung lama (lebih dari satu jam).

Gambar 28. Diffusion Welding


 Explossion Welding (EXW)

Explosion welding (EXW) adalah jenis pengelasan solid-state di mana terjadi


penggabungan cepat pada dua permukaan logam yang disebabkan oleh energi ledakan
bahan peledak. EXW tidak menggunakan bahan tambah (filler metal). Proses EXW tidak
menggunakan panas dari luar. Pada proses ini, tidak ada difusi yang terjadi. Waktu
penggabungan terlalu pendek untuk terjadi difusi. Ikatan yang terjadi pada EXW berupa
ikatan secara metalurgi. Dalam banyak kasus, explosion welding juga dikombinasikan
dengan sambungan mekanis yang dihasilkan dari permukaan benda kerja yang
bergelombang. Explosion welding secara umum digunakan untuk menyambung dua
buah logam yang berbeda. Sebagai contoh untuk melapisi logam induk dengan logam
tahan karat. Explosion welding biasanya digunakan di industri kimia dan migas.

Gambar 29. Explosion Welding


 Friction Welding (FRW)
Friction welding adalah proses pengelasan solid-state di mana penggabungan
diperoleh dari kombinasi panas akibat gesekan dan tekanan. Gesekan biasanya terjadi
pada dua permukaan benda kerja yang berputar relatif satu dengan yang lain untuk
meningkatkan suhu kedua permukaan benda kerja tersebut. Suhu yang dicapai
biasanya berkisar antara suhu pengerjaan panas. Kedua benda kerja selanjutnya
didekatkan dengan gaya yang pas untuk membentuk ikatan secara metalurgi. Friction
welding normalnya tidak menggunakan bahan tambah (filler). Pengelasan ini juga tidak
memerlukan flux. Selain itu FRW juga tidak menggunakan gas pelindung (shielding gas)
serta tidak terjadi pencairan benda kerja. Karena memerlukan putaran untuk
menghasilkan panas, mesin friction welding didesain mirip dengan mesin bubut.
Mesin friction welding memerlukan spindle yang bertenaga untuk memutar salah
satu benda kerja pada kecepatan tinggi. Mesin ini juga harus bisa menggeser benda
kerja secara aksial baik pada chuck yang berputar maupun pada chuck yang tidak
berputar. Friction welding biasanya digunakan untuk mengelas bermacam-macam poros
dan komponen tubular. Friction welding dapat dijumpai di bidang otomotif, pesawat
terbang, peralatan pertanian, dan migas.

Gambar 30. Friction Welding (FRW)


 Friction Stir Welding (FSW)
Friction stir welding (FSW) adalah proses pengelasan solid-state di mana sebuah tool
yang berputar dimakankan sepanjang garis sambungan antara dua benda kerja. Tool
yang berputar dan dimakankan pada garis sambungan tersebut menghasilkan panas
serta secara mekanis menggerakkan (stirring; bentuk dasar: stir, sehingga diberi nama
friction stir welding) logam untuk membentuk sambungan las. Perbedaan friction stir
welding dengan friction welding adalah pada friction stir welding panas gesekan
dihasilkan oleh tool tahan aus, sedangkan pada friction welding berasal dari benda kerja
yang akan disambung itu sendiri Shoulder dan probe merupakan komponen atau bagian
dari tool. Shoulder berfungsi untuk menggesek benda kerja supaya menjadi panas dan
memaksa logam yang sudah menjadi plastis untuk mengalir di sekitar probe.
Probe dirancang dengan bentuk yang khusus. Probe digunakan untuk mengaduk
logam secara mekanis sepanjang permukaan ujung ( butt). Friction stir welding
digunakan di bidang aerospace, otomotif, kereta, dan perkapalan. Jenis sambungan
yang digunakan adalah butt joint. Logam yang dapat dilas dengan FSW antara lain:
aluminium, baja (steel), titanium, dan tembaga. Selain logam ada material lain yang
dapat dilas dengan FSW yakni polimer dan komposit.

Gambar 31. Friction stir welding (FSW)


 Ultrasonic Welding (USW)
Ultrasonic welding (USW) adalah jenis pengelasan solid-state di mana dua benda
kerja ditahan/dijepit bersamaan dan diberi getaran berfrekuensi ultrasonic supaya
terjadi penggabungan. Gerak dari getaran melewati celah antara dua benda kerja yang
dijepit secara lap joint. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya kontak dan ikatan
metalurgi yang kuat antara kedua permukaan benda kerja. Panas pada proses USW
dihasilkan dari gesekan antar permukaan benda kerja dan deformasi plastis. Suhu
panas tersebut berada di bawah titik cair benda kerja. Ultrasonic welding tidak
memerlukan bahan tambah (filler). Flux juga tidak digunakan pada USW. Proses
pengelasan ini juga tidak memerlukan gas pelindung. Proses ultrasonic welding secara
khas menggunakan sambungan lap (lap joint). Frekuensi yang digunakan adalah 15
sampai 75 kHz, dengan amplitudo 0,018 sampai 0,13 mm. Ultrasonic welding secara
umum digunakan untuk logam-logam lunak seperti tembaga dan aluminium. Ultrasonic
welding sering digunakan untuk merakit lembaran aluminium dan pekerjaan perakitan
kecil lainnya.

Gambar 32. Ultrasonic welding (USW)


BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Proses pengelasan cukup penting dalam dunia industri, terutama industri manufaktur.
Melihat kebutuhan industri yang sangat penting terhadap pengetahuan seorang welder
akan teknologi pengelasan, seorang insinyur dan welder dituntut mengetahui berbagai
macam teknologi pengelasan tersebut. Teknologi pengelasan yang digunakan untuk
mengelas dua atau lebih benda kerja sangat beragam tergantung pada aplikasi dari
masing-masing teknologi pengelasan. Teknologi pengelasan yang sudah disebutkan
merupakan metode yang efektif sesuai literatur. Proses dan metode pengelasan
menjadi penting saat pengerjaan karena berpengaruh terhadap kualitas produk,
efesiensi waktu, biaya, dan keselamatan, kesehatan kerja (K3) seorang welder.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang teknologi dalam proses pengelasan perlu
ditingkatkan agar tercipta waktu kerja yang efektif, dan efisien demi meningkatkan
produktivitas kerja perusahaan. Selain itu, pengetahuan tentang teknologi dalam proses
pengelasan mampu memberi gambaran kepada seorang welder untuk melakukan
proses pengerjaan pengelasan secara aman untuk diri sendiri dan orang lain.

1.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebihfokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas. Maka dari itu
penulis sangatmengaharpkan saran tentang bagaimana menyempurnakan makalah di
atas dan juga kritik agar penulis mampu memperbaiki kesalahan supaya kedepannya
penulis mampu menulis dengan hasilyang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Manufaktur, Teknologi, Welding,
http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.co.id/search/label/Welding, diakses 27 Mei 2018

Groover, Mikell P., 2010, Fundamentals of modern manufacturing: materials, processes


and systems, 4th edition, Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.

Dwi Djamiko, Riswan, 2008, Modul Teori Pengelasan Logam, Yogyakarta: Jurusan
Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai