Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES MANUFAKTUR

Oleh:

Kelompok 4 Kelas 3D

1. Ahmad Nur Faizin / NPM. 2013010216


2. Faris Prasetya F. / NPM 2013010113
3. New Dwi Mahanani / NPM. 2013010105
4. Dimas Setyawan / NPM. 2013010117
5. Moch. Fajar Wahyu / NPM. 2013010104
6. Monicha S. / NPM. 2113010107

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikanlaporan praktek pengelasan
dan mesin bubut.

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah Praktikum Proses
Manufaktur di Program Studi Teknik Mesin - Universitas Nusantara PGRI Kediri. Penulis
juga berterima kasih atas semua pihak yang telah membantu dalam laporan praktikum ini ,
baik secara langsung maupun tidak langsung terutama Bapak Mohammad Muslimin Ilham,
ST.,MT. selaku dosen pengampu.

Kediri, 17 Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR HALAMAN..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Tujuan dan Manfaat.....................................................................................................1
BAB II DASAR TEORI........................................................................................................2
A. Pengelasan Metode Manual Metal Arc.......................................................................2
B. Pembubutan.................................................................................................................6
BAB III LANGKAH KERJA................................................................................................9
A. Praktikum 1 Pengelasan..................................................................................................... 9
B. Praktikum 2 Pembuatan Kursi Bar............................................................................10
C. Praktikum 3 Pembubutan..........................................................................................11
BAB IV HASIL DAN ANALISA13
BAB V KESIMPULAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin lama dunia industri manufaktur semakin berkembang. Dalam dunia industri
manufaktur dibutuhkan beberapa faktor dan tenaga kerja yang professional untuk
mendukungproses produksi industry agar lebih efisien Untuk menghasilkan sebuah
produk, tentunya selain ilmu bahan, salah satu ilmuyang paling banyak digunakan
dalam dunia industri dan proses produksi adalah ilmu manufaktur yang mempelajari
cara pemakaian dan pembuatan suatu produk daribarang mentah, setengah jadi
sampai barang jadi. Oleh karena itu, perlu dipelajari suatu proses manufaktur dengan
berbagai media permesinan yang ada demimencapai suatu tingkat efisiensi yang
tinggi dalam pembuatan suatu produk.Proses permesinan yang digunakan pada dunia
industry tergantungkebutuhannya. Pada praktikum ini dibutuhkan proses permesinan
yang dapat menyambung dua material dengan cara pengelasan dan mengurangi
ketebalan/diameter spesimen , membuat ketirusan , champer dan drilling
menggunakan pembubutan.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat praktikum Proses Manufaktur ini adalah:

1. mahasiswa dapat mengetahui prosedur dan teknik pengelasan yang baik


dalam membuat suatu bentuk produk;
2. mahasiswa dapat membuat produk berupa kursi bar berdasarkan rancangan
yang sudah ada dengan menggunakan metode pengelasan dan pemotongan.
3. mahasiswa mampu mengoperasikan mesin bubut dan melakukan proses
pembubutan poros bertingkat secara presisi dengan baik dan benar.

1
BAB II
DASAR TEORI

A. Pengelasan Metode Manual Metal Arc

Proses pengelasan adalah proses penyambungan antara metal atau non-metal yang
menghasilkan satu bagian yang menyatu, dengan memanaskan material yang akan
disambung sampai pada suhu pengelasan tertentu, dengan atau tanpa penekanan, dan
dengan atau tanpa logam pengisi. Meskipun dalam metode proses pengelasan tidak
hanya berupa proses penyambungan, tetapi juga bisa berupa proses pemotongan dan
brazing. Terdapat beberapa jenis pengelasan, salah satunya adalah SMAW (Shielded
Metal Arc Welding) atau lebih dikenal sebagai MMA (Manual Metal Arc). MMA
atau las busur listrik adalah salah satu proses pengelasan yang umum digunakan,
utamanya pada pengelasan singkat dalam produksi, pemeliharaan dan perbaikan,
dan untuk bidang konstruksi.

MMA merupakan proses pengelasan dengan mencairkan material dasar yang


menggunakan panas dari listrik antara penutup metal (elektroda). Proses pengelasan
ditunjukkan oleh Gambar 1.

Gambar 1 Proses Pengelasan Metode MMA

MMA merupakan pekerjaan manual dengan peralatan meliputi power source, kabel
elektroda (electrode cable) , kabel kerja (work cable), electrode holder, work clamp,
dan elektroda. Elektroda dan sistem kerja adalah bagian dari rangkaian listrik. Salah
satu dari dua kabel dari sumber listrik terpasang ke bekerja, selebihnya melekat pada
pemegang elektroda.

2
Gambar 2 Bagian-bagian Dalam Satu Set Alat Las MMA

Prinsip dari MMA adalah menggunakan panas dari busur untuk mencairkan logam
dasar dan ujung sebuah consumable elektroda tertutup dengan tegangan listrik yang
dipakai 23-45 Volt, dan untuk pencairan digunakan arus listrik hingga 500 ampere
yang umum digunakan berkisar antara 80-200 Ampere. Dalam proses MMA dapat
terjadi oksidasi, hal ini perlu dicegah karena oksidasi metal merupakan senyawa
yang tidak mempunyai kekuatan mekanis. Adapun untuk mencegah hal tersebut
maka bahan penambah las dilindungi dengan selapis zat pelindung yang disebut flux
atau slag yang ikut mencair ketika pengelasan. Tetapi karena berat jenisnya lebih
ringan dari bahan metal yang dicairkan, cairan flux akan mengapung di atas cairan
metal, sekaligus mengisolasi metal tersebut sehingga tidak beroksidasi dengan udara
luar.

Proses pengelasan dimulai saat sebuah busur listrik dipukul dengan membuat kontak
antara ujung elektroda dan sistem kerja. Panas intens busur mencairkan ujung
elektroda dan permukaan kerja dekat dengan busur. Gelembung-gelembung kecil
logam cair dengan cepat terbentuk di ujung elektroda, kemudian ditransfer melalui
sungai busur ke dalam kolam las cair. Dengan cara ini, logam pengisi disimpan
sebagai elektroda yang dikonsumsi. Busur digerakan sesuai dengan panjang sistem
kerja dan kecepatan perjalanan, titik lebur dan sekering sebagian logam dasar dan
terus menambahkan logam pengisi. Saat busur menjadi sumber panas dengan suhu di
atas 9000 ° F (5000 ° C), pencairan logam dasar terjadi hampir seketika. Jika
pengelasan dilakukan baik dalam posisi datar atau horizontal, transfer logam

3
disebabkan oleh gaya gravitasi, ekspansi gas, listrik dan kekuatan elektromagnetik,
dan tegangan permukaan. Sedangkan pada posisi las yang lain, gravitasi bekerja
terhadap kekuatan lain.

Proses pengelasan dengan metode MMA dibedakan berdasarkan jenis arusnya


meliputi arus AC dan DC, dimana arus DC dibedakan atas DCEN (straight polarity-
polaritas langsung) dan DCEP (reverse polarity-polaritas terbalik). Untuk arus AC
(Alternating Current), pada voltage drop panjang kabel tidak banyak pengaruhnya,
kurang cocok untuk arus yang lemah, tidak semua jenis elektroda dapat dipakai, arc
starting lebih sulit untuk diameter kecil Sedangkan pada arus DC (Direct Current),
voltage drop sensitif terhadap panjang kabel sependek mungkin, dapat dipakai untuk
arus kecil dengan diameter elektroda kecil, semua jenis elektrode dapat dipakai, arc
starting lebih mudah terutama untuk arus kecil, pole dapat dipertukarkan, arc bow
sensitif pada bagian ujung, sudut atau bagian yang banyak lekukanya.

Selanjutnya untuk DCEN (Straight Polarity), material dasar atau material yang akan
dilas disambungkan dengan kutub positif (+) dan elektrodenya disambungkan dengan
kutub negatif (-) pada mesin las DC. Dengan cara ini busur listrik bergerak dari
elektrode ke material dasar sehingga tumbukan elektron berada di material dasar
yang berakibat 2/3 panas berada di material dasar dan 1/3 panas berada di elektroda.
Cara ini akan menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak dibanding
elektrodenya sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga baik
digunakan pada pengelasan yang lambat, wilayah yang sempit dan untuk pelat yang
tebal.

Pada DCEP (Reversed Polarity), material dasar disambungkan dengan kutub negatif
(-) dan elektrodenya disambungkan dengan kutub positif (+) dari mesin las DC,
sehingga busur listrik bergerak dari material dasar ke elektrode dan tumbukan
elektron berada di elektrode yang berakibat 2/3 panas berada di elektroda dan 1/3
panas berada di material dasar. Cara ini akan menghasilkan pencairan elektrode
lebih banyak sehingga hasil las mempunyai penetrasi dangkal, serta baik digunakan
pada pengelasan pelat tipis dengan manik las yang lebar.

Perlu diketahui juga klasifikasi AWS dari elektroda MMA dilambangkan dengan
susunan kode EXXX dengan keterangan bahwa:

E : menyatakan elektroda

4
XX : diisi kode yang menunjukkan daya rentang bahan (strength)

X : diisi kode yang menunjukkan posisi dari pengelasan

X : diisi kode yang menunjukkan selulosa – tipe dari arus dan lapisan

Gambar 3 Jenis Elektroda

5
Gambar 4 Kuat Arus Listrik yang Dibutuhkan Elektroda

B. Pembubutan

Pembubutan adalah salah satu proses pemotongan yang yang melibatkan mesin
perkakas untuk memproduksi benda berbentuk silindris, pengeboran, bisa digunakan
untuk membuat ulir, meratakan benda putar dengan cara memotong benda kerja yang
berputar pada spindel dengan pemotong (pahat) yang memiliki tingkat kekasaran
lebih tinggi dari pada benda kerja. Proses pembubutan memiliki gerakan utama
berputar yang mempunyai fungsi untuk merubah bentuk dan ukuran benda kerja.
Benda kerja dicekam dan berputar disumbunya, sedangkan alat pemotong (cutting
tool) bergerak memotong sepanjang benda kerja sehingga terjadi penyayatan atau
pemotongan oleh pahat.

Proses pembubutan memiliki berbagai macam faktor pembubutan atau pemotongan


yang akan mempengaruhi hasil dari pembubutan. Faktor yang dimaksud, yaitu
kecepatan pemotongan, waktu pemotongan, ketajaman pisau pemotong dalam proses
pembuatannya, kedalaman pemotongan, sudut potong dan lain sebagainya. Hasil
komponen proses pembubutan terutama kekasaran permukaan sangat dipengaruhi
oleh sudut potong pahat, kecepatan makan (feeding), kecepatan potong (cutting
speed), kedalaman pemotongan (depth of cut) dan lain-lain.
Rumus yang digunakan untuk mengukur jumlah pemakanan:

jumlah pemakanan
∑ Pemakanan= kemampuan pemakanan mesin

Rumus yang digunakan untuk mengukur waktu pemakanan:

Waktu pemakanan(t )=
∑ Pemakanan x L
putaran mesin x kec . feeding

Berikut ini merupakan bagian utama dari mesin bubut:

6
1. Spindel yaitu bagian yang berputar (terpasang pada headstock) untuk memutar
chuck pencekaman benda kerja).
2. Headstock yaitu bagian transmisi penggerak benda.
3. Tailstock yaitu bagian yang berfungsi untuk mengatur center atau pusat atau titik
tengah yang dapat diatur untuk proses bubut parallel maupun taper.
4. Carriage (sadel) yaitu bagian yang berfungsi menghantarkan cutting tool (yang
terpasang pada tool post) bergerak sepanjang meja bubut saat operasi
pembubutan berlangsung.
5. Bed yaitu meja dimana headstock, tailstock, dan bagian lainnya terpasang.

Gambar 5 Bagian-bagian Mesin Bubut

Dalam proses pembubutan, digunakan benda pemotong yang dinamakan pahat. Pahat
memiliki banyak jenis sesuai hasil pemotongan yang diinginkan seperti pada Gambar
6.

7
Gambar 6 Jenis-jenis Pahat Bubut

a) Pahat Sisi Kanan (AR)

b) Pahat Pinggul/Champer Kanan (BR)

c) Pahat Sisi/Permukaan Kanan (FR)

d) Pahat Sisi/Permukaan Kanan/Lebih Besar (GR)

e) Pahat Ulir Segitiga Kanan (ER)

f) Pahat Alur (CT)

g) Pahat Alur Segitiga/Kanan Kiri (D)

h) Paht Ulir Segitiga Kiri (E)

i) Pahat Sisi Kiri (TSA)

j) Pahat Pinggul Kiri (TSC)

k) Pahat Alur Lebar (C)

8
BAB III
LANGKAH KERJA

A. Praktikum 1 Pengelasan

1. Peralatan

a) Mesin las listrik MMA,


b) Elektroda las ukuran RB 26,
c) Magnetic clamps,
d) Tang jepit,
e) Sikat kawat,
f) Palu las,
g) Mesin pemotong logam,
h) Mesin gerinda,
i) Welding goggle,
j) Sarung tangan kulit,
k) Benda kerja berupa plat baja.

2. Langkah Kerja

a) Menyiapkan benda kerja dengan cara memotong-motong baja dengan


ukuran ........ sebanyak 4 potong dan merapikan hasil potongan
menggunakan mesin gerinda;

b) Membersihkan benda kerja hingga bebas minyak dan karat pada


permukaannya;

c) Menyiapkan peralatan las dan memastikan perlengkapan keselamatan kerja


sudah dipakai seperti welding goggle, sarung tangan kulit, dan sepatu anti
statis;

d) Memasang elektroda las pada electrode holder;

e) Meletakkan benda kerja pada meja las dan menghubungkan klem massa las
pada meja las;

9
f) Menyalakan mesin las dan mengatur besar arus listrik pada mesin las sesuai
dengan ukuran elektroda. Pada praktikum ini digunakan arus listrik antara
40 – 80 A;

g) Pada saat elektroda masih baru, perlu digesekkan terlebih dahulu dengan
meja dengan agak ditekan sehingga elektroda yang terbungkus dapat
terbuka bagian ujungnya dan siap digunakan;

h) Mengambil las dan mendekatkan elektrode dengan plat baja yang telah
tersusun rapat tadi;

i) Menyentuhkan las elektrode dengan benda kerja sehingga fluks mencair dan
membaur dengan benda kerja, sambil mengerakkan las pada alur las yang
telah disiapkan tadi hingga selesai;

j) Mematikan las dengan cara mengangkat atau menjauhkan las dari benda
kerja;

k) Menghilangkan slag dengan cara memukul lapisan fluks;

l) Mengulangi proses pengelasan benda kerja dengan berbagai model sesuai


dengan gambar kerja;

m)membersihkan hasil pengelasan menggunakan sikat kawat untuk


menghilangkan sisa-sisa slag yang masih menempel.

B. Praktikum 2 Pembuatan Kursi Bar

1. Peralatan

a) Mesin las listrik MMA,


b) Elektroda las ukuran RB 26,
c) Clamps,
d) Tang jepit,
e) Sikat kawat,
f) Palu las,
g) Mesin pemotong logam,

10
h) Mesin gerinda,
i) Welding goggle,
j) Sarung tangan kulit,
k) Benda kerja berupa plat baja.

2. Langkah Kerja

a) Menyiapkan benda kerja dengan cara memotong-motong baja dengan


ukuran sesuai desain dan merapikan hasil potongan menggunakan mesin
gerinda;

b) Membersihkan benda kerja hingga bebas minyak dan karat pada


permukaannya;

c) Menyiapkan peralatan las dan memastikan perlengkapan keselamatan


kerja sudah dipakai seperti welding goggle, sarung tangan kulit, dan sepatu
anti statis;

d) Memasang elektroda las pada electrode holder;

e) menyusun bagian dudukan kursi terlebih dahulu dan menghubungkan klem


massa las pada benda kerja;

f) Menyalakan mesin las dan mengatur besar arus listrik pada mesin las
sesuai dengan ukuran elektroda. Pada praktikum ini digunakan arus listrik
antara 40 – 80 A;

g) Pada saat elektroda masih baru, perlu digesekkan terlebih dahulu dengan
meja dengan agak ditekan sehingga elektroda yang terbungkus dapat
terbuka bagian ujungnya dan siap digunakan;

h) Mengambil las dan mendekatkan elektrode dengan plat baja yang telah
tersusun rapat tadi;

11
i) Menyentuhkan las elektrode dengan benda kerja sehingga fluks mencair
dan membaur dengan benda kerja, sambil mengerakkan las pada alur las
yang telah disiapkan tadi hingga selesai;

j) Mematikan las dengan cara mengangkat atau menjauhkan las dari benda
kerja;

k) Menghilangkan slag dengan cara memukul lapisan fluks;

l) Mengulangi proses pengelasan untuk menyambung bagian kaki-kaki kursi;

m) membersihkan hasil pengelasan menggunakan sikat kawat untuk


menghilangkan sisa-sisa slag yang masih menempel.

C. Praktikum 3 Pembubutan

1. Peralatan

a) Mesin bubut beserta pahat,


b) Cairan coolant,
c) Benda kerja berupa silinder baja lunak,
d) Jangka sorong.

2. Langkah Kerja

a) Menyiapkan mesin bubut dan bahan shaft


b) Memilih pahat bubut sesuai dengan kebutuhan jenis pekerjaan pembubutan.
c) Memasang pahat bubut ke toolpost kemudian mengencangkan baut penjepit
pahat.
d) Memasang bahan shaft ke chuck kemudian mengencangkan chuck untuk
mengunci posisi bahan.
e) Menggeser tail stock/kepala lepas kearah benda kemudian menarik tuas
pada kepala lepas untuk mengunci posisinya. Hal tersebut dilakukan agar
posisi shaft tidak bergeser atau tetap center.
f) Menentukan putaran spindel (rpm).
g) Memposisikan pahat bubut pada posisi awal proses pembubutan sesuai
dengan desain.

12
h) Menghidupkan mesin bubut hingga spidel berputar. Kemudian
menyentuhkan pahat bubut ke benda kerja, sehingga terjadi proses
pembubutan.
i) Untuk proses pembubutan pada ukuran diameter berikutnya ikuti langkah (i)
sampai dengan (viii).
j) Membersihkan sisa pembubutan (geram). Merapikan mesin bubut pada
posisi semula.

13
BAB IV
HASIL DAN ANALISA

A. Praktikum 1 Pengelasan

1) Dimas Setyawan / NPM. 2013010117

14
2) Faris Prasetya F. / NPM 2013010113

15
3) New Dwi Mahanani / NPM. 2013010105

16
4) Monicha S / NPM 2113010107

17
5) Moch. Fajar Wahyu / NPM. 2013010104

18
6) Ahmad Nur Faizin / NPM. 2013010216

Berdasarkan pengamatan visual, dapat dilihat terjadi beberapa ketidaksempurnaan


atau cacat pada hasil pengelasan masing-masing anggota kelompok. Cacat
pengelasan yang terjadi adalah sebagai berikut:
- Crack : adanya keretakan las akibat dari tegangan bahan diantara bahan dasar
dengan tepi las
- Slag : Adanya terak las yang terperangkap didalam endapan las, akibat
pembersihan yang tidak sempurna pada waktu pengelasan

- Porosity : Terdapat pori-pori di dalam las atau pada permukaan las

- Undercut : Takik-takik las yang terjadi ke arah memanjang las

Hal ini disebabkan karena penggunaan arus listrik yang tidak sesuai. Saat arus listrik
terlalu besar akan mengakibatkan:
1) Elektroda terlalu panas, dapat merusak kestabilan fluks

19
2) Lebar cairan las terlalu besar
3) Perlindungan cairan las tidak maksimal, dapat mengakibatkan logam pengelasan
berpori (porosity)
4) Besar kemungkinannya terjadi undercut
5) Terak (slag) sukar dibersihkan

Sementara arus listrik yang terlalu kecil dapat mengakibatkan:

1) Penyalaan busur sulit dan lengket-lengket


2) Peleburan terputus-putus akibat dari busur yang tidak stabil.
3) Peleburan base metal dan elektrode jelek dan terjadi slag incluision

B. Praktikum 2 Pembuatan Kursi Bar

Gambar 7 Hasil Pembuatan Kursi Bar

Kursi bar dibuat dalam beberapa tahap. Pertama adalah pemotongan material untuk
dudukan dan kaki-kaki kursi. Setelah itu dilakukan pengelasan untuk membentuk
dudukan kursi. Setelah dudukan kursi terbentuk, dilakukan pengelasan untuk
menyambung keempat kaki kursi. Perakitan kaki-kaki kursi dilakukan dengan cermat
agar bentuk kursi simetris sesuai rancangan. Setelah semua tersambung, dilakukan
pengecekan berupa pengamatan visual dan uji fungsi. Secara visual masih terdapat

20
ketidakrapian pada hasil pengelasan. Saat diuji, kursi dapat berdiri cukup kokoh
dalam menopang beban meski terdapat sedikit selisih ukuran pada kaki-kakinya yang
diakibatkan oleh kurang presisi saat dilakukan pemotongan material.
Ketidakpresisian ini mengakibatkan tingkat kedataran kursi berkurang.

C. Praktikum 3 Pembubutan

Gambar 8 Ukuran Pembubutan Benda Kerja

Gambar 9 Hasil Pembubutan Bertingkat pada Benda Kerja

Dalam proses pengerjaannya, pembubutan bertingkat memerlukan beberapa tahapan


pemakanan diameter secara bertahap sesuai gambar rancangan pada Gambar 8.
Pertama, benda kerja dibubut dengan kedalaman sebesar 2 mm sepanjang 60 mm
dari ujung benda kerja. Setelah itu dilakukan pembubutan kembali dengan

21
kedalaman 2 mm sepanjang 30 mm dari ujung benda kerja. Pembubutan dilakukan
bertahap untuk memastikan ukuran diameter yang dihasilkan presisi dengan gambar
teknik rancangan. Jadi saat akan memakan kedalaman 2 mm, dilakukan sedikit demi
sedikit dan dilakukan pengukuran menggunakan jangka sorong setiap selesai
pemakanan. Dengan demikian akan dihasilkan ukuran yang cukup presisi. Selain itu,
sudut pahat juga diatur agar dihasilkan permukaan pembubutan yang halus.

22
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1) MMA adalah las busur listrik dengan menggunakan elektroda berselaput (fluks).
Fungsi fluks pada pengelasan ini adalah membentuk slag diatas hasil lasan yang
berfungsi sebagai pelindung hasil pengelasan dari udara (oksigen, hidrogen,dsb)
selama proses las berlangsung. Karena menggunakan arus listrik, maka di
samping keterampilan hasil pengelasan sangat dipengaruhi oleh penggunaan
arus listrik, tegangan pengelasan, kecepatan pengelasan, diameter elektroda,
tebal lapisan fluks pada elektroda, dan arus listrik yang sesuai;
2) Dalam membuat sebuah produk, diperlukan tingkat ketelitian dalam pengukuran,
pemotongan dan penyambungan yang baik agar hasil produk sesuai dengan
rencana awal dan fungsinya;
3) Dalam membubut benda kerja secara manual perlu dilakukan sedikit demi
sedikit (bertahap) agar didapatkan hasil yang baik. Seperti yang dilakukan dalam
praktikum, pembubutan dilakukan secara bertahap dengan kedalaman
maksimum 1 mm. Saat dilakukan pembubutan dengan kedalaman sampai 2 mm,
hasilnya memang lebih cepat, tetapi permukaan specimen yang dihasilkan lebih
kasar dibandingkan dengan pembubutan dengan kedalaman maksimum 1 mm.

23

Anda mungkin juga menyukai