PROSES MANUFAKTUR
Oleh:
Kelompok 4 Kelas 3D
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikanlaporan praktek pengelasan
dan mesin bubut.
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah Praktikum Proses
Manufaktur di Program Studi Teknik Mesin - Universitas Nusantara PGRI Kediri. Penulis
juga berterima kasih atas semua pihak yang telah membantu dalam laporan praktikum ini ,
baik secara langsung maupun tidak langsung terutama Bapak Mohammad Muslimin Ilham,
ST.,MT. selaku dosen pengampu.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR HALAMAN..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Tujuan dan Manfaat.....................................................................................................1
BAB II DASAR TEORI........................................................................................................2
A. Pengelasan Metode Manual Metal Arc.......................................................................2
B. Pembubutan.................................................................................................................6
BAB III LANGKAH KERJA................................................................................................9
A. Praktikum 1 Pengelasan..................................................................................................... 9
B. Praktikum 2 Pembuatan Kursi Bar............................................................................10
C. Praktikum 3 Pembubutan..........................................................................................11
BAB IV HASIL DAN ANALISA13
BAB V KESIMPULAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin lama dunia industri manufaktur semakin berkembang. Dalam dunia industri
manufaktur dibutuhkan beberapa faktor dan tenaga kerja yang professional untuk
mendukungproses produksi industry agar lebih efisien Untuk menghasilkan sebuah
produk, tentunya selain ilmu bahan, salah satu ilmuyang paling banyak digunakan
dalam dunia industri dan proses produksi adalah ilmu manufaktur yang mempelajari
cara pemakaian dan pembuatan suatu produk daribarang mentah, setengah jadi
sampai barang jadi. Oleh karena itu, perlu dipelajari suatu proses manufaktur dengan
berbagai media permesinan yang ada demimencapai suatu tingkat efisiensi yang
tinggi dalam pembuatan suatu produk.Proses permesinan yang digunakan pada dunia
industry tergantungkebutuhannya. Pada praktikum ini dibutuhkan proses permesinan
yang dapat menyambung dua material dengan cara pengelasan dan mengurangi
ketebalan/diameter spesimen , membuat ketirusan , champer dan drilling
menggunakan pembubutan.
1
BAB II
DASAR TEORI
Proses pengelasan adalah proses penyambungan antara metal atau non-metal yang
menghasilkan satu bagian yang menyatu, dengan memanaskan material yang akan
disambung sampai pada suhu pengelasan tertentu, dengan atau tanpa penekanan, dan
dengan atau tanpa logam pengisi. Meskipun dalam metode proses pengelasan tidak
hanya berupa proses penyambungan, tetapi juga bisa berupa proses pemotongan dan
brazing. Terdapat beberapa jenis pengelasan, salah satunya adalah SMAW (Shielded
Metal Arc Welding) atau lebih dikenal sebagai MMA (Manual Metal Arc). MMA
atau las busur listrik adalah salah satu proses pengelasan yang umum digunakan,
utamanya pada pengelasan singkat dalam produksi, pemeliharaan dan perbaikan,
dan untuk bidang konstruksi.
MMA merupakan pekerjaan manual dengan peralatan meliputi power source, kabel
elektroda (electrode cable) , kabel kerja (work cable), electrode holder, work clamp,
dan elektroda. Elektroda dan sistem kerja adalah bagian dari rangkaian listrik. Salah
satu dari dua kabel dari sumber listrik terpasang ke bekerja, selebihnya melekat pada
pemegang elektroda.
2
Gambar 2 Bagian-bagian Dalam Satu Set Alat Las MMA
Prinsip dari MMA adalah menggunakan panas dari busur untuk mencairkan logam
dasar dan ujung sebuah consumable elektroda tertutup dengan tegangan listrik yang
dipakai 23-45 Volt, dan untuk pencairan digunakan arus listrik hingga 500 ampere
yang umum digunakan berkisar antara 80-200 Ampere. Dalam proses MMA dapat
terjadi oksidasi, hal ini perlu dicegah karena oksidasi metal merupakan senyawa
yang tidak mempunyai kekuatan mekanis. Adapun untuk mencegah hal tersebut
maka bahan penambah las dilindungi dengan selapis zat pelindung yang disebut flux
atau slag yang ikut mencair ketika pengelasan. Tetapi karena berat jenisnya lebih
ringan dari bahan metal yang dicairkan, cairan flux akan mengapung di atas cairan
metal, sekaligus mengisolasi metal tersebut sehingga tidak beroksidasi dengan udara
luar.
Proses pengelasan dimulai saat sebuah busur listrik dipukul dengan membuat kontak
antara ujung elektroda dan sistem kerja. Panas intens busur mencairkan ujung
elektroda dan permukaan kerja dekat dengan busur. Gelembung-gelembung kecil
logam cair dengan cepat terbentuk di ujung elektroda, kemudian ditransfer melalui
sungai busur ke dalam kolam las cair. Dengan cara ini, logam pengisi disimpan
sebagai elektroda yang dikonsumsi. Busur digerakan sesuai dengan panjang sistem
kerja dan kecepatan perjalanan, titik lebur dan sekering sebagian logam dasar dan
terus menambahkan logam pengisi. Saat busur menjadi sumber panas dengan suhu di
atas 9000 ° F (5000 ° C), pencairan logam dasar terjadi hampir seketika. Jika
pengelasan dilakukan baik dalam posisi datar atau horizontal, transfer logam
3
disebabkan oleh gaya gravitasi, ekspansi gas, listrik dan kekuatan elektromagnetik,
dan tegangan permukaan. Sedangkan pada posisi las yang lain, gravitasi bekerja
terhadap kekuatan lain.
Selanjutnya untuk DCEN (Straight Polarity), material dasar atau material yang akan
dilas disambungkan dengan kutub positif (+) dan elektrodenya disambungkan dengan
kutub negatif (-) pada mesin las DC. Dengan cara ini busur listrik bergerak dari
elektrode ke material dasar sehingga tumbukan elektron berada di material dasar
yang berakibat 2/3 panas berada di material dasar dan 1/3 panas berada di elektroda.
Cara ini akan menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak dibanding
elektrodenya sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga baik
digunakan pada pengelasan yang lambat, wilayah yang sempit dan untuk pelat yang
tebal.
Pada DCEP (Reversed Polarity), material dasar disambungkan dengan kutub negatif
(-) dan elektrodenya disambungkan dengan kutub positif (+) dari mesin las DC,
sehingga busur listrik bergerak dari material dasar ke elektrode dan tumbukan
elektron berada di elektrode yang berakibat 2/3 panas berada di elektroda dan 1/3
panas berada di material dasar. Cara ini akan menghasilkan pencairan elektrode
lebih banyak sehingga hasil las mempunyai penetrasi dangkal, serta baik digunakan
pada pengelasan pelat tipis dengan manik las yang lebar.
Perlu diketahui juga klasifikasi AWS dari elektroda MMA dilambangkan dengan
susunan kode EXXX dengan keterangan bahwa:
E : menyatakan elektroda
4
XX : diisi kode yang menunjukkan daya rentang bahan (strength)
X : diisi kode yang menunjukkan selulosa – tipe dari arus dan lapisan
5
Gambar 4 Kuat Arus Listrik yang Dibutuhkan Elektroda
B. Pembubutan
Pembubutan adalah salah satu proses pemotongan yang yang melibatkan mesin
perkakas untuk memproduksi benda berbentuk silindris, pengeboran, bisa digunakan
untuk membuat ulir, meratakan benda putar dengan cara memotong benda kerja yang
berputar pada spindel dengan pemotong (pahat) yang memiliki tingkat kekasaran
lebih tinggi dari pada benda kerja. Proses pembubutan memiliki gerakan utama
berputar yang mempunyai fungsi untuk merubah bentuk dan ukuran benda kerja.
Benda kerja dicekam dan berputar disumbunya, sedangkan alat pemotong (cutting
tool) bergerak memotong sepanjang benda kerja sehingga terjadi penyayatan atau
pemotongan oleh pahat.
jumlah pemakanan
∑ Pemakanan= kemampuan pemakanan mesin
Waktu pemakanan(t )=
∑ Pemakanan x L
putaran mesin x kec . feeding
6
1. Spindel yaitu bagian yang berputar (terpasang pada headstock) untuk memutar
chuck pencekaman benda kerja).
2. Headstock yaitu bagian transmisi penggerak benda.
3. Tailstock yaitu bagian yang berfungsi untuk mengatur center atau pusat atau titik
tengah yang dapat diatur untuk proses bubut parallel maupun taper.
4. Carriage (sadel) yaitu bagian yang berfungsi menghantarkan cutting tool (yang
terpasang pada tool post) bergerak sepanjang meja bubut saat operasi
pembubutan berlangsung.
5. Bed yaitu meja dimana headstock, tailstock, dan bagian lainnya terpasang.
Dalam proses pembubutan, digunakan benda pemotong yang dinamakan pahat. Pahat
memiliki banyak jenis sesuai hasil pemotongan yang diinginkan seperti pada Gambar
6.
7
Gambar 6 Jenis-jenis Pahat Bubut
8
BAB III
LANGKAH KERJA
A. Praktikum 1 Pengelasan
1. Peralatan
2. Langkah Kerja
e) Meletakkan benda kerja pada meja las dan menghubungkan klem massa las
pada meja las;
9
f) Menyalakan mesin las dan mengatur besar arus listrik pada mesin las sesuai
dengan ukuran elektroda. Pada praktikum ini digunakan arus listrik antara
40 – 80 A;
g) Pada saat elektroda masih baru, perlu digesekkan terlebih dahulu dengan
meja dengan agak ditekan sehingga elektroda yang terbungkus dapat
terbuka bagian ujungnya dan siap digunakan;
h) Mengambil las dan mendekatkan elektrode dengan plat baja yang telah
tersusun rapat tadi;
i) Menyentuhkan las elektrode dengan benda kerja sehingga fluks mencair dan
membaur dengan benda kerja, sambil mengerakkan las pada alur las yang
telah disiapkan tadi hingga selesai;
j) Mematikan las dengan cara mengangkat atau menjauhkan las dari benda
kerja;
1. Peralatan
10
h) Mesin gerinda,
i) Welding goggle,
j) Sarung tangan kulit,
k) Benda kerja berupa plat baja.
2. Langkah Kerja
f) Menyalakan mesin las dan mengatur besar arus listrik pada mesin las
sesuai dengan ukuran elektroda. Pada praktikum ini digunakan arus listrik
antara 40 – 80 A;
g) Pada saat elektroda masih baru, perlu digesekkan terlebih dahulu dengan
meja dengan agak ditekan sehingga elektroda yang terbungkus dapat
terbuka bagian ujungnya dan siap digunakan;
h) Mengambil las dan mendekatkan elektrode dengan plat baja yang telah
tersusun rapat tadi;
11
i) Menyentuhkan las elektrode dengan benda kerja sehingga fluks mencair
dan membaur dengan benda kerja, sambil mengerakkan las pada alur las
yang telah disiapkan tadi hingga selesai;
j) Mematikan las dengan cara mengangkat atau menjauhkan las dari benda
kerja;
C. Praktikum 3 Pembubutan
1. Peralatan
2. Langkah Kerja
12
h) Menghidupkan mesin bubut hingga spidel berputar. Kemudian
menyentuhkan pahat bubut ke benda kerja, sehingga terjadi proses
pembubutan.
i) Untuk proses pembubutan pada ukuran diameter berikutnya ikuti langkah (i)
sampai dengan (viii).
j) Membersihkan sisa pembubutan (geram). Merapikan mesin bubut pada
posisi semula.
13
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
A. Praktikum 1 Pengelasan
14
2) Faris Prasetya F. / NPM 2013010113
15
3) New Dwi Mahanani / NPM. 2013010105
16
4) Monicha S / NPM 2113010107
17
5) Moch. Fajar Wahyu / NPM. 2013010104
18
6) Ahmad Nur Faizin / NPM. 2013010216
Hal ini disebabkan karena penggunaan arus listrik yang tidak sesuai. Saat arus listrik
terlalu besar akan mengakibatkan:
1) Elektroda terlalu panas, dapat merusak kestabilan fluks
19
2) Lebar cairan las terlalu besar
3) Perlindungan cairan las tidak maksimal, dapat mengakibatkan logam pengelasan
berpori (porosity)
4) Besar kemungkinannya terjadi undercut
5) Terak (slag) sukar dibersihkan
Kursi bar dibuat dalam beberapa tahap. Pertama adalah pemotongan material untuk
dudukan dan kaki-kaki kursi. Setelah itu dilakukan pengelasan untuk membentuk
dudukan kursi. Setelah dudukan kursi terbentuk, dilakukan pengelasan untuk
menyambung keempat kaki kursi. Perakitan kaki-kaki kursi dilakukan dengan cermat
agar bentuk kursi simetris sesuai rancangan. Setelah semua tersambung, dilakukan
pengecekan berupa pengamatan visual dan uji fungsi. Secara visual masih terdapat
20
ketidakrapian pada hasil pengelasan. Saat diuji, kursi dapat berdiri cukup kokoh
dalam menopang beban meski terdapat sedikit selisih ukuran pada kaki-kakinya yang
diakibatkan oleh kurang presisi saat dilakukan pemotongan material.
Ketidakpresisian ini mengakibatkan tingkat kedataran kursi berkurang.
C. Praktikum 3 Pembubutan
21
kedalaman 2 mm sepanjang 30 mm dari ujung benda kerja. Pembubutan dilakukan
bertahap untuk memastikan ukuran diameter yang dihasilkan presisi dengan gambar
teknik rancangan. Jadi saat akan memakan kedalaman 2 mm, dilakukan sedikit demi
sedikit dan dilakukan pengukuran menggunakan jangka sorong setiap selesai
pemakanan. Dengan demikian akan dihasilkan ukuran yang cukup presisi. Selain itu,
sudut pahat juga diatur agar dihasilkan permukaan pembubutan yang halus.
22
BAB V
KESIMPULAN
1) MMA adalah las busur listrik dengan menggunakan elektroda berselaput (fluks).
Fungsi fluks pada pengelasan ini adalah membentuk slag diatas hasil lasan yang
berfungsi sebagai pelindung hasil pengelasan dari udara (oksigen, hidrogen,dsb)
selama proses las berlangsung. Karena menggunakan arus listrik, maka di
samping keterampilan hasil pengelasan sangat dipengaruhi oleh penggunaan
arus listrik, tegangan pengelasan, kecepatan pengelasan, diameter elektroda,
tebal lapisan fluks pada elektroda, dan arus listrik yang sesuai;
2) Dalam membuat sebuah produk, diperlukan tingkat ketelitian dalam pengukuran,
pemotongan dan penyambungan yang baik agar hasil produk sesuai dengan
rencana awal dan fungsinya;
3) Dalam membubut benda kerja secara manual perlu dilakukan sedikit demi
sedikit (bertahap) agar didapatkan hasil yang baik. Seperti yang dilakukan dalam
praktikum, pembubutan dilakukan secara bertahap dengan kedalaman
maksimum 1 mm. Saat dilakukan pembubutan dengan kedalaman sampai 2 mm,
hasilnya memang lebih cepat, tetapi permukaan specimen yang dihasilkan lebih
kasar dibandingkan dengan pembubutan dengan kedalaman maksimum 1 mm.
23