DISUSUN OLEH :
Penulis menyadari ada kekurangan pada laporan ini. Oleh sebab itu, saran dan
kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap
semoga laporan ini mampu memberikan pengetahuan tentang Las dengan
shielded metal arc welding.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan......................................................................................1
1.3 Batasan Masalah........................................................................................2
1.4 Sistematika Laporan..................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
2.1 Teori Dasar Las.........................................................................................3
2.1.1 Elektroda Pada Pengelasan................................................................4
2.1.2 Posisi Pengelasan...............................................................................5
2.1.3 Parameter Yang Perlu Diperhatikan Saat Pengelasan........................5
2.2 Las Busur Listrik/ Shielded Metal Arc Welding........................................6
2.3 Las Titik / Spot Welding............................................................................7
BAB III....................................................................................................................9
3.1 Peralatan....................................................................................................9
3.1.1 Las SMAW (Shielded Metal Arc Welding)........................................9
3.1.2 Las Titik/ Spot Welding.....................................................................9
3.2 Prosedur Praktikum...................................................................................9
3.2.1 Las SMAW (Shielded Metal Arc Welding)........................................9
3.2.2 Las titik / Spot Welding....................................................................10
BAB IV..................................................................................................................12
4.1 Analisis Las Listrik.................................................................................12
4.2 Analisis Las Titik/Spot Welding..............................................................13
BAB V....................................................................................................................14
5.1 Kesimpulan..............................................................................................14
5.2 Saran........................................................................................................14
PERTANYAAN....................................................................................................15
LAMPIRAN..........................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dunia industri dan kehidupan sehari-hari, banyak kejadian yang
membutuhkan penyambungan antara baja satu dengan lainnya dan pemotongan.
Penyambungan antar baja memiliki berbagai metode seperti las, adhesive
bonding, dan mechanical fastening.
Metode dengan cara mengelas termasuk kedalam ilmu manufaktur sebagai
proses non-koenvesional. Berbagai macam cara penyambungan dengan las yaitu
seperti Oxyfuel gas thermic, shielded metal arc welding, submerged arc welding,
gas metal arc welding, flux cored arc welding, electrogas welding, gas tungsten
arc welding, plasma arc welding, dan cara penyambungan lainnya. Penyambungan
dengan las yang mudah, yaitu shielded metal arc welding. Penyambungan dengan
las yang cukup kuat dan mudah yaitu spot welding.
Dengan demikian, laporan ini diharapkan dapat membantu praktikan untuk
mengerti ilmu manufaktur salah satunya pada proses non konvensional. Proses
non konvensional sampai saat ini masih sering digunakan untuk membantu
manufaktur dalam dunia industry maupun keseharian. Maka dari itu oenting untuk
praktikan mengerti dan dapat dipraktikan dalam keseharian yang membutuhkan
proses tersebut.
1
dan permasalahan yang didapat pada kegiatan kuliah. Selain itu, laporan ini
membahas tentang proses yang telah praktikan lakukan yaitu las listrik/SMAW
(Shielded Metal Arc Welding)
1.
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Teori Dasar Las
Menurut Wiryosumarto, pengelasan merupakan suatu proses penyambungan
antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas.
Sedangakan berdasarkan definisi dari American Welding Society (AWS), las
adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Singkatnya, pengelasan adalah suatu
aktivitas menyambung dua bagian benda atau lebih dengan cara memanaskan atau
menekan atau gabungan dari keduanya sehingga menyatu seperti benda utuh.
Penyambungan bisa dengan atau tanpa bahan tambah (filler metal) yang sama
atau berbeda titik cair maupun strukturnya.
Berdasarkan masukan panas (heat input) utama yang diberikan kepada logam
dasar, proses pengelasan dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu :
1. Pengelasan dengan menggunakan energi panas yang berasal dari fusion (nyala
api las), contohnya: las busur (arc welding), las gas (gas welding), las sinar
elektron (electron discharge welding), dan lain-lain.
2. Pengelasan dengan menggunakan energi panas yang tidak berasal dari nyala
api las (non fusion), contohnya: friction stirr welding (proses pengelasan
dengan gesekan), las tempa, dan lain-lain.
Secara konvensional cara pengklasifikasian dapat dibagi dalam dua golongan
yaitu: klasifikasi berdasarkan cara kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang
digunakan. Klasifikasi berdasarkan cara kerja lebih banyak digunakan.
Berdasarkan klasifikasi ini, pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu
Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai
mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang
terbakar. Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan
dan kemudian ditekan hingga menjadi satu. Pematrian adalah cara pengelasan
dimana sambungan diikat dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang
mempunyai titik cair rendah. Dalam cara ini logam induk tidak turut mencair.
Berikut merupakan gambar dari proses pengelasan berdasarkan cara kerjanya :
3
Gambar 2.1 Klasifikasi berdasarkan cara kerja pengelasan
4
pengelasan, Posisi pengelasan, Bentuk kampuh benda kerja.
2.1.2 Posisi Pengelasan
Posisi-posisi dalam pengelasan terdiri dari posisi dibawah tangan (down hand
position), posisi pengelasan mendatar (horizontal position), posisi tegak (vertical
position), dan posisi pegelasan di atas kepala (over head position). Berikut
penjelasan posisi dalam pengelasan :
1. Posisi dibawah tangan (down hand posisition). Posisi ini dilakukan untuk
pengelasan pada permukaan datar atau permukaaan agak miring, yaitu
letak elektroda berada diatas benda kerja.
2. Posisi mendatar ( horizontal posisition) Pengelasan posisi mendatar adalah
pengelasan yang posisi arahnya mengikuti arah garis mendatar/horizontal.
Posisi mendatar ini kemiringan dan arah ayunan elektroda harus
diperhatikan, karena akan sangat mempengaruhi hasil pengelasan. Posisi
benda kerja biasanya berdiri tegak atau agak miring sedikit dari arah
elektroda las.
3. Posisi tegak (vertical position) Pengelasan tegak merupakan pengelasan
yang arah mengikuti garis tegak/vertikal. Benda kerja berdiri tegak agak
miring sedikit searah dengan gerak dari elektroda las yaitu naik atau turun.
4. Posisi di atas kepala (over head position). Posisi pengelasan ini dilakukan
untuk pengelasan pada permukaan datar atau miring, tetapi posisi berada
diatas kepala, yaitu letak elektroda berada dibawah benda kerja.
5
dan bahan induk kapilaritas. Ada 2 macam polaritas yaitu secara langsung dan
terbalik
4. Besarnya penembusan dan penetrasi yaitu untuk mendapatkan sambungan las
yang tinggi dapat memperhatikan penetrasi dan penembusan yang cukup pada
dasarnya.
5. Kondisi standar pada setiap pengelasan seperti tebal plat, jensi elektorda,
diameter inti elektroda dan lainnya.
6. Kecepatan pengelasan yaitu laju dari elektroda pada waktu proses pengelasan.
kecepatan pengelasan tergantung pada jenis elektroda, diameter elektroda,
bahan yang di las dan laiinya.
6
Gambar 2.2 Skema las SMAW
7
dengan Electrode sehingga ada tekanan (Pressure) dibagian Electrode upper
dan Lower sewaktu terjadi pengelasan.
3. Coolant atau air pendingin berfungsi sebagai pendingin elektrode di Area Las
Titik, untuk mendinginkan Transformer dan untuk Pendinginan Thyristor.
Berikut merupakan gambar mesin las titik.
8
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan
3.1.1 Las SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
Peralatan yang digunakan pada praktikum las busur listrik atau shielded
metal arc welding sebagai berikut.
1. Benda kerja : Besi strip ukuran 120 mm x 22 mm x 4 mm
2. Shielded (teropong)
3. Sarung tangan kulit
4. Apron pelindung badan
5. Palu las
6. Tang jepit
7. Sikat baja
8. Elektroda Tipe E6013
9. Mesin las SMAW
10. Meja kerja
9
2. Menggunakan alat Keselamatan kerja untuk perlindungan diri
3. Benda kerja dibersihkan menggunakan sikat baja dan diletakkan di meja
las listrik
4. Trafo las listrik di switch on. Menentukan besar arus listrik (ampere) pada
trafo listrik, yang disesuakkan dengan diameter elekroda, dalam praktikum
ini menggunakan 90-150 Ampere
5. Menjepit elektroda pada holder las listrik
6. Memasang clamp las listrik pada meja kerja yang telah terhubung dengan
benda kerja
7. Menyalakan elektroda dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : jobbing
starting atau match starting
8. Pengelasan dimulai dengan melakukan penguncian benda kerja pada ujing
ujing plat
9. Pengelasan benda kerja, dimulai dari ujung benda kerja sebelah kiri ke
arah kanan
10. Jika sudah selesei melakukan pengelasan, maka letakkan holder ditempat
semula dan matikan trafo lisrik
11. Ambil benda kerja menggunakan tang dan masukkan kedalam air
12. Bersihkan benda kerja dari kerak kotoran yang menutupi dengan sikat baja
dan palu las
13. Bersihkan meja kerja dan dokumentasi
10
kerja.
5. Menghidupkan Mesin las titik, dengan melihat lampu power sudah
menyala atau belum
6. Tempatkan benda kerja/plat yang akan dilas diantara kedua elektroda.
7. Tekan pelat dengan cara menginjak pedal ke bawah
8. Tunggu beberapa saat sesuai dengan waktu yang diberikan
9. Lepas pelat diantara elektroda dengan melepas injakan pedal
10. Plat sudah tersambung dengan cara las titik
11
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Las Listrik
12
diukur kurang lebih sejauh diameter elektroda.
13
4.2 Analisis Las Titik/Spot Welding
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini sebagai berikut.
1. Untuk kelengkapan dari las listrik yaitu : Benda kerja, Shielded (teropong),
Sarung tangan kulit, Apron pelindung badan, Palu las, Tang jepit, Sikat baja,
Elektroda Tipe E6013, Mesin las SMAW, Meja kerja. Sedangkan untuk las titik
yaitu Benda kerja : Besi strip ukuran 120 mm x 22 mm x 4 mm, Sarung tangan
kulit, Apron pelindung badan, Tang jepit, Mesin las Titik.
2. Pada hasil dari las dengan metode SMAW (Shielded Metal Arc Welding). Pada
proses las tersebut menyambungkan 2 strip 120 mm x 22 mm x 4 mm dengan
posisi pengelasan dibawah tangan, jenis pengelasan AC, dan menggunakan
jenis sambungan kampuh I (Bult Joint). Faktor yang memperngaruhi las
SMAW yaitu kecepatan pengelasan, elektroda yang digunakan, ampere yang
digunakan, keteletian pengelas. Untuk las titik, Pada proses las tersebut
menyambungkan 2 strip 120 mm x 22 mm x 4 mm dengan menggunakan waktu
3,3 detik lama waktu pengelasan dan menggunakan sambungan lap joint.
Faktor yang memperngaruhi las tersebut yaitu waktu pengelasan, ampere yang
diberikan, tekanan yang digunakan dan elektroda yang digunakan terhadap
benda kerja dan materian benda kerja.
5.2 Saran
Saran dari praktikum ini yaitu Sebaiknya praktikan membaca dengan teliti agar
hasil dati praktikum dapat sesuai dengan arahan modul praktikum dan mendapat
informasi yang lebih lengkap
15
PERTANYAAN
1. Dengan Pertimbangan kwalitas pekerjaan pengelasan, langkah apa
yang perlu dilakukan?
Agar mendapatkan kualitas pengerjaan las yang baik maka langkah yang perlu
dilakukan yaitu: dalam proses pengelasan harus mengatur panjang busur
nyala, mengatur kecepatan pengelasan, Kuat arus listrik yang dibutuhkan
dan pemakanan elektroda (feeding) secara konstan. Kemudian juga harus
memperhatikan kebersihan las. selanjutnya kedua benda kerja harus di kunci
terlebih dahulu agar menghindari celah saat proses sehingga tidak
menghasilkan lubang ketika proses pengelasan.
2. Kenapa dalam pengelasan benda kerja anda, menggunakan kampuh I?
Jelaskan !
Untuk praktikum ini digunakan kampuh I dikarenakan beberapa sebab yaitu
ketebalan benda kerja yang tipis dengan ketebalan 4 mm. kemudian jenis
benda kerja berupa strip tipis. Kampuh las berguna untuk memperluas
daerah pengelasan agar lebih banyak yang merekat ke benda kerja. Dengan
demikian kekuatan las akan lebih kuat. Pemilihan kampuh las sendiri
tergantung pada Ketebalan benda kerja, material benda kerja, Kekuatan
yang diinginkan dan posisi pengelasan.
3. Dengan efesiensi pemakaian elektroda 90%, berapa jumlah elektroda
yang digunakan untuk latihan pengelasan? dan berapa buah elektroda
untuk pengelasan benda kerja?
4. Dengan efesiensi elektroda 90%, maka elektroda yang digunakan
membutuhkan satu elektroda.
5. Jelaskan apa yang terjadi jika kecepatan pengelasan tidak konstan!
Pada pengelasan yang dilakukan dengan kecepatan yang tidak
konstan maka akan terdapat hasil bentuk pengelasan yang berbeda pada
setiap titik. Selain itu, aka nada crack dan lubang yang terbentuk karena
tidak beraturan elektroda yang menempel pada benda kerja.
6. Bagaimana cara mengatasi agar busur listrik tidak mudah
mati/padam?
16
Cara mengatasi agar busur listrik tidak mudah mati adalah dengan menjaga
ketinggian atau jarak antara ujung elektroda yang terbakar dengan
permukaan benda kerja. Karena pada saat elektroda terbakar atau menyala
terjadi pengurangan panjang elektroda, sehingga elekroda secepat mungkin
untuk langsung digunakan untuk mengelas. Jarak antara ujung elektroda
dengan permukaan benda kerja yang optimal adalah kurang lebih sebesar
diameter elektroda. Jika terlalu dekat dan terlalu jauh akan terjadi perubahan
percikan api.
7. Jelaskan efeknya bila ada kotoran atau kerak terperangkap pada
kampuh las!
Efek bila terdapat kotoran atau kerak terperangkap pada kampuh las maka
hasil dari proses pengelasan akan menjadi tidak rata dan dapat membuat
percikan padam hal tersebut dapat terjadi karena adanya kemungkinan
bahwa kotoran tersebut tidak bersifat konduktor. Selain itu, jika campuran
leburan benda kerja tidak murni atau kotor dapat menyebabkan penurunan
kekuatan material dan arus listrik akan terhalangi oleh kotoran.
8. Jelaskan apa yang terjadi pada hasil jika kecepatan terlalu cepat atau
terlalu lambat!
Apabila pengelasan dilakukan terlalu cepat yang terjadi adalah benda kerja
tidak sepenuhnya tersambung, karena benda kerja dan filler belum melebur
secara sempurna dan penetrasi dari proses pengelasan kurang dalam,
akibatnya kekuatan sambungan benda kerja akan menjadi kurang baik.
Sedangkan ketika pengelasan dilakukan terlalu lambat, maka sambungan las
akan menggumpal, tidak rata permukaan pengelasannya dan benda kerja
akan menjadi terlalu panas yang bisa saja menyebabkan terjadinya
deformasi atau benda kerja menjadi berlubang.
9. Jelaskan apa yang terjadi bila arus terlalu kecil atau terlalu besar!
Arus yang terlalu besar dapat menyebabkan kawat inti elektrode las
mengalami kelebihan panas selama proses pemanasan, dan bahan fluks akan
dapat memburuk. Sebaliknya, arus las yang terlalu kecil dapat menyebabkan
penumpukan, terjadinya cacat-cacat las, dan membutuhkan waktu lama agar
17
elektroda menjadi panas misalnya seperti kurang penembusan dan
pemasukan terak.
10. Tunjukkan cacat-cacat hasil lasan dan Analisa penyebabnya!
Cacat Las Undercut
Undercut adalah sebuah cacat las yang berada di bagian permukaan atau akar,
bentuk cacat ini seperti cerukan yang terjadi pada base metal atau logam
induk. Penyebabnya yaitu Arus pengelasan yang digunakan terlalu besar,
Travel speed / kecepatan las terlalu tinggi, Panjang busur las terlalu tinggi,
Posisi elektroda kurang tepat, Ayunan tangan kurang merata, waktu ayunan
pada saat disamping terlalu cepat.
Gambar 2. Porosity
Slag Insclusion
Cacat slag insclusion berupa slag (flux yang mencair) yang berada dalam lasan,
18
yang sering terjadi pada daerah stop and run (awal dan berhentinya proses
pengelasan). Penyebabnya yaitu Proses pembersihan Slag kurang sehingga
tertumpuk oleh lasan, Ampere terlalu rendah, Busur las terlalu jauh, Sudut
pengelasan salah, Sudut kampuh terlalu kecil.
19
LAMPIRAN
20