Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

MANUFAKTUR PEMBENTUKAN DAN PENYAMBUNGAN


MEC 2202 P

Disusun Oleh :

Nama : Dany Andriyanto


NIM : 20200130201

PROGRAM STUDY S-1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
MANUFAKTUR PEMBENTUKAN DAN PENYAMBUNGAN

Penyusun Laporan Praktikum

DANY ANDRIYANTO
NIM. 20200130201

Tanggal pengesahan

….. NOVEMBER 2021

Dosen Pengampu Mata Kuliah Asisten Mahasiswa

Dr. Ir. Totok Suwanda, S.T., M.T. Yongki Aris S.K.


NIP. 196903041996031230 NIM. 20190130057
LAPORAN PRAKTIKUM
MANUFAKTUR PEMBENTUKAN DAN PENYAMBUNGAN

Disusun Oleh :

Nama : Dany Andriyanto


NIM : 20200130201
Hari Tanggal : Senin, 25 Oktober 2021
Asisten Praktikum : Yongki Aris S. K.

PROGRAM STUDY S-1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Manufaktur
Pembentukan dan Penyambungan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Manufaktur Pembentukan dan Penyambungan. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana cara pengelasan dan
pembentukan plat besi yang baik dan benar dikehidupan sehari – hari bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Totok Suwanda, S. T., M.
T. selaku Dosen Manufaktur Pembentukan dan Penyambungan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni saat ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
melancarkan tugas Praktikum Manufaktur Pembentukan dan Penyambungan
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
DAFTAR ISI

SAMPUL LAPORAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL

BAB I TEORI
1.1 Pengelasan
1.1.1 Penjelasan Umum Pengelasan
1.1.2 Jenis – jenis Pengelasan
1.1.2.1 Pengelasan SMAW
 Prinsip Kerja
 Gambar Alat Peralatan dan Penjelasan
 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat
1.1.2.2 Pengelasan GMAW
 Prinsip Kerja
 Gambar Alat Peralatan dan Penjelasan
 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat
1.1.2.3 Pengelasa GTAW
 Prinsip Kerja
 Gambar Alat Peralatan dan Penjelasan
 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat
1.1.2.4 Pengelasan Gas (Oksigen dan Asetilen)
 Prinsip Kerja
 Jenis Nyala Api
 Gambar Alat Peralatan dan Penjelasan
 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat
1.1.2.5 Pengelasa Titik / Spot Welding
 Prinsip Kerja
 Gambar Alat Peralatan dan Penjelasan
 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat
1.1.3 Posisi Pengelasan
1.1.4 Sambungan Pengelasan
1.1.5 Cacat Pengelasan dan Penyebabnya
1.1.6 Alat Pelindung Diri (APD) Pengelasan

1.2 Pembentukan (Bending)


1.2.1 Penjelasan Umum Pembentukan
1.2.2 Mesin – mesin Bending
1.2.3 Penjelasan Spring Back

BAB II ANALISA DAN PEMBAHASAN

2.1 Analisa Hasil Pengelasan SMAW

2.2 Analisa Hasil Pengelasan GMAW

2.3 Analisa Hasil Pembentukan Bending

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1........................................................................................................................5
Gambar 1. 2........................................................................................................................7
Gambar 1. 3........................................................................................................................9
Gambar 1. 4......................................................................................................................10
Gambar 1. 5......................................................................................................................11
Gambar 1. 6......................................................................................................................13
Gambar 1. 7......................................................................................................................17
Gambar 1. 8......................................................................................................................20
Gambar 1. 9......................................................................................................................21
Gambar 1. 10....................................................................................................................21
Gambar 1. 11....................................................................................................................22
Gambar 1. 12....................................................................................................................22
Gambar 1. 13....................................................................................................................23
Gambar 1. 14....................................................................................................................24
Gambar 1. 15....................................................................................................................25
Gambar 1. 16....................................................................................................................25
Gambar 1. 17....................................................................................................................26
Gambar 1. 18....................................................................................................................27
Gambar 1. 19....................................................................................................................27
Gambar 1. 20....................................................................................................................28
Gambar 1. 21....................................................................................................................28
Gambar 1. 22....................................................................................................................29
DAFTAR TABEL

TABEL 1............................................................................................................................12
BAB I

TEORI

1.1 Pengelasan

Dewasa ini jenis pengelasan semakin banyak dengan adanya kemajuan


teknologi, baik proses pengelasan yang menggunakan bahan tambah atau filler
maupun yang tanpa menggunakan bahan tambah. Yang terbaru adalah proses
pengelasan yang menggunakan energi putaran yang nantinya akan terjadi
gesekan dan menimbulkan panas yang tinggi dan dapat digunakan untuk
proses pengelasan yang biasanya disebut dengan proses las friction welding.

1.1.1. Penjelasan Umum Pengelasan


Pengelasan adalah Sebuah ikatan karena adanya proses metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan cair. Dari
pengertian tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa pengertian las
adalah sebuah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas baik sumbernya dari panas aliran listrik
maupun api dari pembakaran gas.
1.1.2. Jenis – Jenis Pengelasan
Untuk macam - macam pengelasan secara umum berikut ini daftarnya.
1. OAW.
Oxy Acetylene Welding adalah proses pengelasan yang sumber
panasnya dihasilkan dari campuran gas oksigen dan asetilen.
2. SMAW.
Shielded Metal Arc Welding adalah pengelasan busur listrik, sumber
energi panas yang dihasilkan dari energi listrik dirubah menjadi energi
panas untuk melelehkan elektroda dan benda kerja.
3. GTAW.
Gas Tungsten Arc Welding ialah jenis pengelasan elektroda tidak
terumpan, artinya elektroda hanya sebagai penghasil busur dan tidak
ikut mencair. Untuk jenis elektrodanya adalah wolfram atau tungsten,
sebagai pelindung lasannya menggunakan gas Argon, Helium dan
campuran keduanya.
4. SAW.
Submerged Arc Welding adalah las busur terendam, saat proses
pengelasan berlangsung busur las tertutupi oleh flux yang berbentuk
seperti pasir. Hal tersebut yang membuat jenis pengelasan ini
dinamakan las busur terendam.
5. FCAW.
Flux Core Arc Welding merupakan jenis pengelasan dengan dua jenis
pelindung yaitu flux yang berada di dalam kawat las dan tambahan
pelindung gas, dapat berupa gas CO2 campuran argon.
6. GMAW.
Gas Metal Arc Welding yaitu pengelasan busur listrik yang
menggunakan pelindung berupa gas. Jenis pengelasan ini terbagi
menjadi 2 yaitu MIG (Metal Inert Gas) dan MAG (Metal Active Gas).
Untuk MIG menggunakan jenis gas muliah sebagai pelindung yaitu
Argon, Helium dan campuran keduanya, sedangkan untuk MAG
menggunakan gas CO.
7. FSW.
Friction Stir Welding merupakan jenis pengelasan yang menggunakan
mesin frais untuk proses pengelasan. Sistem kerjanya dua plat dicekam
kemudian bagian yang disambung akan dikenakan dengan tool yang
diputar oleh mesin frais sehingga terjadi gesekan dan timbul panas
yang melelehkan material sehingga timbul proses pengelasan yang
membuat kedua material tersebut tersambung.
8. Spot Welding.
Merupakan las titik yang cara kerjanya dua benda ditekan dengan dua
elektroda yang dilancipkan. Jadi proses penyambungannya tidak
kontinyu melainkan berupa titik sesuai dengan lokasi yang dilas.
Aplikasinya biasanya untuk pelat pelat tipis pada dunia otomotif atau
kerangka body.
9. Seam Welding.
Sejenis dengan spot welding, yang membedakannya pengelasan ini
sambungannya secara kontinyu atau memanjang.
10. Stud Welding.
SW adalah proses pengelasan yang relatif mudah dikerjakan. Proses
las jenis ini digunakan untuk memasang insulation pins dan refractory
anchors. Proses las SW menggunakan welding gun khusus dan
pengatur waktu otomatis. Panas pengelasan terbentuk karena tarikan
busur antara welding stud dengan base metal. Segera setelah ujung
stud dan permukaan base metal di bawah stud meleleh, stud dipaksa
melawan base metal karena tekanan, dan terjadi pembekuan. Dengan
demikian dihasilkan penyatuan las berkekuatan penuh dengan hasil
pengelasan dan daerah HAZ yang sempit.
11. Plasma Arc Welding.
PAW adalah bentuk khusus dari gas tungsten arc welding (GTAW) di
mana busur (arc) plasma yang dirapatkan akan diarahkan pada area las.
Dalam PAW, elektroda berbahan tungsten terpasang pada nozzle
khusus yang dirancang supaya dapat memfokuskan aliran kecepatan
tinggi dari gas inert ke dalam wilayah arc agar membentuk aliran
plasma yang sangat panas serta berkecepatan tinggi. Gas inert yang
digunakan sebagai pelindung arc las antara lain argon, campuran argon
hidrogen, dan helium. Berdasarkan elektrodanya, PAW tergolong
dalam pengelasan dengan elektroda yang tidak dikonsumsi.

1.1.2.1. Pengelasan SMAW


 Prinsip Kerja.
Proses SMAW menggunakan rangkaian listrik untuk menghasilkan busur
pengelasan dengan cara merubah daya listrik menjadi energi panas. Panas
yang dibangkitkan oleh busur sangat kuat dan sangat terkonsentrasi
sehingga segera melelehkan sebagian benda kerja dan ujung elektroda.
Juru las menjaga panjang busur dengan cara mengatur jarak atau gap
antara elektroda dan kolam lasan pada benda kerja secara konsisten.
Ketika busur dihilangkan, cairan menyatu dan membeku menjadi padatan
berbentuk logam yang kontinyu.
 Gambar Alat Peralatan dan Penjelasan.

Gambar 1. 1

Sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.1 di atas, sumber daya terhubung


dalam satu rangkaian secara seri dengan elektroda dan benda kerja.
Sumber daya tersebut memiliki dua output terminal yang berbeda, salah
satu terminal dihubungkan dengan benda kerja, dan terminal yang lain
terhubung dengan elektroda. Sepanjang elektroda SMAW dijauhkan dari
benda kerja, maka rangkain masih terbuka (open circuit) dan terdapat beda
tegangan antara penyangga elektroda dan benda kerja.
Arus dalam busur dibawa oleh plasma, yang merupakan keadaan
terionisasi dari sebuah gas. Dalam terminologi kelistrikan, arus mengalir
keluar dari terminal positif busur (anoda) menuju terminal negatif
(katoda), sedangkan elektron mengalir ke arah yang berlawanan. Jika
rangkaian mesin las disetting ke arus searah elektroda positif (DCEP),
maka katoda berada pada benda kerja dan anoda berada pada ujung
elektroda SMAW.
Semua elektroda SMAW memiliki penutup dengan komposisi yang
memfasilitasi proses pengelasan dan menambahkan elemen paduan untuk
memberikan sifat yang berguna pada pengelasan. Tanpa penutup, busur
akan sangat sulit dipertahankan, deposit las akan rapuh dengan oksigen
dan nitrogen terlarut, manik las akan tumpul dan berbentuk tidak teratur,
dan benda kerja akan mengalami cacat berupa undercut.
 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat.
A. Kelebihan Las SMAW
 Dapat dipakai dimana saja, diluar, bengkel maupun di dalam air.
 Dapat mengolah berbagai macam tipe dari material.
 Set-up yang cepat dan mudah untuk di atur.
 Dapat dipakai disemua posisi.
 Elektroda mudah didapat dalam banyak ukuran dan diameter.
 Penggunaan yang sederhana, murah dan mudah dibawa.
 Kebisingan rendah (rectifier).
B. Kekurangan Las SMAW
 Pengelasan dengan menggunakan elektroda terbatas, hanya sampai
sepanjang elektroda dan harus diganti dengan elektroda yang baru.
 Setiap akan melakukan pengelasan berikutnya slag harus
dibersihkan.
 Tidak dapat digunakan untuk mengelas bahan baja non-ferrous.
 Mudah terjadi oksidasi akibat perlindungan logam cair hanya busur
las dari fluk.
 Diameter elektroda terkandung dari debat dan posisi pengelasan

1.1.2.2. Pengelasan GMAW


 Prinsip Kerja
Pada proses Las GMAW ini menggunakan kawat las yang digulung dalam
suatu roll dan menggunakan gas sebagai pelindung logam las yang
mencair saat proses pengelasan berlangsung.
Proses pengelasan GMAW ini terjadi karena adanya perpindahan ion
anoda dan katoda pada base metal dan logam pengisi sehingga
menyebabkan timbulnya energi panas yang menyebabkan logam induk
dan filler metal mencair.
 Gambar Alat Peralatan dan Penjelasan

Gambar 1. 2

Komponen las GMAW


1. Mesin las. Mesin utama yang digunakan untuk proses pengelasan
GMAW, terdapat banyak komponen listrik yang berguna untuk
mengkonfersi energi listrik menjadi panas serta banyak lagi fungsi
lainnya.
2. Tabung Gas. Berfungsi sebagai tempat penampung dari gas pelindung
(CO2, Ar, He).
3. Welding Gun. Alat keluarnya gas dan kawat las untuk mengelas, jika
ditekan dan didekatkan pada benda kerja maka busur las akan menyala.
4. Gulungan kawat las. Tempat kawat las digulung, biasanya gulungan
ini dimasukkan ke dalam alat yang bernama wire feeder. Untuk
diameter kawat las GMAW antara 0,6 sampai 1,6 mm. Yang umum
digunakan biasanya 1,2 mm.
5. Wire Feeder. Wire feeder terdapat pengatur motor penarik, ampere dan
voltase yang berfungsi untuk mengatur kecepatan keluarnya kawat las.
6. Kabel Kawat Las. Tempat keluarnya atau jalannya kawat las dari wire
feeder ke ujung welding Gun.
 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat
A. Kelebihan Las GMAW
 Pengelasan GMAW mempunyai efisiensi pengelasan yang tinggi,
karena tidak perlu sering mengganti kawat las.
 Dapat digunakan untuk semua jenis material dan posisi pengelasan.
 Tidak menghasilkan kerak atau slag sehingga tidak perlu proses
pembersihan yang banyak.
B. Kekurangan Las GMAW
 Sering terjadi burnback saat pengelasan berlangsung.
 Jika gas pelindung tidak keluar sempurna maka dapat terjadi cacat
porosity.
 Set up pengelasan yang harus lebih detail agar hasil pengelasan
maksimal.
 Busur tidak stabil.

1.1.2.3. Pengelasan GTAW


 Prinsip Kerja
Pengelasan GTAW merupakan jenis las Elektroda tak terumpan atau
elektroda hanya sebagai sumber busur bukan sebagai logam pengisi.
Untuk logam pengisinya menggunakan bahan tambah (filler metal). Untuk
jenis pelindungnya berupa gas inert (gas Argon dan Helium atau mixing
keduanya).
Untuk langkah kerjanya pastikan mesin menyala dan aliran gas sudah
sesuai, atur ampere sesuai dengan prosedur pengelasan. Nyalakan switch
di Welding Torch dan sentuhkan ujung tungsten ke benda kerja, setelah
busur nyala lelehkan benda kerja kemudian filler metal dekatkan dengan
busur setelah itu keduanya akan menyala dan leleh. Untuk mendapatkan
hasil yang bagus lakukan ayunan secara konstan.
 Gambar Alat Peralatan dan Penjelasan

Gambar 1. 3

1. Mesin Las GTAW


Mesin las gas GTAW ini mempunyai dua jenis arus yaitu AC dan DC.
Namun yang paling sering digunakan untuk mengelas adalah arus DC.
Dalam mesin las Arus DC juga terdapat dua jenis polaritas yaitu
Polaritas DCEN (Direct Current Elektroda Negatif) dan DCEP (Direct
Current Elektroda Positif).
Untuk penggunaannya biasanya DCEN digunakan untuk pengelasan
yang membutuhkan penetrasi dalam seperti root pada sambungan V
Joint.

2. Welding Torch
Welding Torch adalah alat yang digunakan sebagai pegangan saat
proses pengelasan, dalam welding torch terdapat beberapa komponen
seperti ceramic cup yang berfungsi sebagai tempat keluarnya gas
pelindung. Kemudian tempat tungsten, penghantar arus listrik, slang
gas pelindung. Untuk detail gambarnya silahkan lihat gambar 1.4 di
halaman berikutnya.

Gambar 1. 4

3. Tabung Gas TIG


Tabung gas pada pengelasan GTAW ini berfungsi sebagai penyimpang
gas pelindung yang digunakan untuk proses pengelasan GTAW.
Pada pengelasan TIG ini digunakan gas pelindung Argon, Helium atau
Argon mix dengan Helium. Saat proses pengelasan tabung gas dibuka
beserta regulatornya kemudian gas akan disalurkan melalui selang ke
welding torch.
4. Kawat Las GTAW (Welding Rod)
Kawat las atau bahan tambah yang digunakan untuk pengelasan
GTAW ini bermacam macam, ada tipe ER 70 S, ER 308 L – 16, ER
309 Mo L, ER 309 Mo L- 16/17, ER 316 L – 16, ER 312 – 16.
Semua jenis Welding rod tersebut dapat diaplikasikan pada pengelasan
baja maupun jenis material yang tahan korosi.
5. Tungsten Elektroda GTAW
Dalam pemilihan tungsten elektroda GTAW juga bermacam macam,
pemilihan tersebut disesuaikan dengan jeni material yang digunakan.
Oleh karena itu tidak boleh sembarangan dalam memilih tungsten agar
hasil lasan yang dihasilkan dapat maksimal dan sesuai dengan standar
pengelasan.
Berikut ini spesifikasi dalam pemilihan Tungsten Elektroda GTAW.

TABEL 1

Gambar 1. 5

 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan alat


A. Kelebihan Las GTAW
 Hasil pengelasan tidak perlu dibersihkan karena tidak
menghasilkan slag.
 Aliran gas menjadikan daerah disekitar cairan logam tidak
mengandung udara sehingga mencegah pengotoran oleh
nitrogen dan oksigen,yang dapat menyebabkan oksidasi.
 Hasil lasan lebih kuat karena dapat penetrasi yang dalam dan
ketahanan korosi lebih tinggi.
 Hasil pengelasan sangat bersih.
 Proses pengelasan dapat diamati dengan mudah, asap yang
timbul tidak banyak.
 Jarang terjadi deformasi karena pusat panas sangat kecil.
 Tidak menghasilkan spater atau percikan las sehingga lasan
lebih bersih.
B. Kekurangan Las GTAW
 Untuk efisiensi kecepatan las GTAW rendah.
 Saat proses pengelasan berlangsung dapat terjadi burnback.
 Cacat las porositas atau lubang-lubang kecil sering terjadi jika
gas pelindung permukaan pengelasan tidak dapat melindungi
secara maksimal.
 Dapat terjadi tungsten inclusion.

1.1.2.4. Pengelasan Gas (Oksigen dan Asetilen)


 Prinsip Kerja
Dalam pengelasan ini biasanya digunakan hanya untuk plat plat tipis, hal
ini dikarenakan sambungan las Oxigen Acetyline ini mempunyai kekuatan
yang rendah dibandingkan las busur listrik.
Las ini juga dapat digunakan untuk pemanasan atau pemotongan, namun
alat yang digunakan berbeda. Untuk pemotongan menggunakan torch yang
ada katub gas potong, sedangkan untuk pengelasan atau pemanasan
menggunakan welding gun tanpa katub gas potong.
 Gambar Alat Peralatan dan Penjelasan
Gambar 1. 6

Peralatan Mesin Las OAW (Oxygen Acetylene Welding) adalah :

1. Peralatan Las OAW.


 Tabung gas Oksigen.
 Tabung gas Asetilen.
 Regulator Oksigen.
 Regulator Asetilen.
 Slang Gas.
 Welding Torch (Brander Las).
 Welding Nozzle.
 Welding Rod (Bahan tambah).
2. Tabung Gas Oksigen.
Tabung oksigen adalah tempat menyimpan gas oksigen, pada
tabung ini akan diisi gas oksigen yang digunakan untuk proses
pengelasan yang kemudian akan disambung dengan regulator dan
slang yang menuju ke Welding Torch. Untuk tabung gas Oksigen
ini berwarna biru atau hijau.
3. Tabung Gas Asetilen.
Tabung Gas Asetilen adalah tempat menyimpan gas asetilen, saat
proses pengelasan regulator dibuka. Setelah itu gas akan otomatis
keluar melalui slang gas yang terhubung ke welding torch. Tabung
gas Asetilen ini mempunyai warna merah atau orange.
4. Regulator Gas Oksigen.
Regulator tabuing gas oksigen adalah alat yang digunakan untuk
mengontrol tekanan keluarnya gas oksigen yang ada pada slang
gas ke welding torch. Selain itu regulator juga digunakan untuk
melihat isi gas pada tabung gas oksigen. Sama dengan warna
tabung gas oksigen, regulator oksigen juga berwarna biru atau
hijau.
5. Regulator Gas Asetilen.
Regulator Asetilen adalah alat yang digunakan untuk melihat
tekanan isi dan tekanan kerja atau keluarnya gas asetilen yang ada
dalam slang ketika digunakan untuk mengelas. Fungsinya sama
dengan regulator oksigen, namun yang membedakan hanya
penggunaan pada gasnya. Untuk warna regulator asetilen ini
mempunyai warna merah atau orange sama dengan tabungnya.
6. Slang Gas OAW.
Slang gas OAW adalah slang yang digunakan untuk mengalirkan
gas dari tabuing gas ke welding torch saat proses pengelasan.
Warna slang gas ini juga sesuai dengan warna tabung gasnya.
7. Welding Torch (Brander Las).
Welding Torch adalah tempat untuk mencampur gas oksigen dan
asetilen pada saat proses pengelasan, pada welding torch ini
terdapat katub atau pengatur keluarnya gas oksigen dan asetilen.
Sedangkan untuk torch yang pemotongan mempunyai tambahan
untuk katub gas pemotongan.
8. Welding Nozzle.
Welding Nozzle adalah ujung dari bagian welding torch yang
mempunyai lubang sebagai tempat keluarnya percampuran antara
gas oksigen dan asetilen. Welding nozzle ini dapat diganti jika
ingin dirubah diameter lubangnya sesuai dengan kebutuhan.
9. Welding Rod (Filler metal).
Welding Rod adalah bahan tambah yang digunakan untuk proses
pengelasan OAW, bahan dari filler metal ini disesuaikan dengan
jenis material yang akan dilas. Biasanya welding rod berbentuk
kawat yang digulung, namun jika akan digunakan untuk
pengelasan dipotong sepanjang 1 meter biar lebih mudah.

 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat


A. Kelebihan Las OAW (Oxygen Acetylene Welding)
 Jika ada pengelasan yang salah dapat dicairkan kembali dengan
nyala Api Oksigen Asetilen.
 Dapat digunakan pada plat tipis.
 Peralatan tidak terlalu banyak.
B. Kekurangan Las OAW (Oxygen Acetylene Welding)
 Jika digunakan plat tebal kekuatannya kurang maksimal.
 Pengelasan manual sehingga efisiensi dan kecepatan las
kurang.
 Sangat jarang digunakan untuk pengelasan non logam atau baja
tahan karat.

1.1.2.5. Pengelasan Titik / Spot Welding


 Prinsip Kerja
Cara kerja untuk mesin Las Titik adalah paduan antara Waktu pengelasan,
besarnya Ampere dan Tekanan (Pessure).

1. SETTING WAKTU PENGELASAN :


 SEQUENCE adalah satu siklus pengelasan dari Squeeze sampai
program end.
 SQUEEZE adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk turunya
Electrode upper ketemu Electrode Lower dan ditambah waktu
untuk nunggu antara 3~5 cycle sebelum waktu pengelasan ON.
 UP-SLOPE adalah waktu untuk pengurangan arus welding
sehingga arus yang keluar tidak langsung besar sehingga arus yang
keluar jadi merambat naik, nilainya antara 1~3 cycle.
 WELD TIME 1 adalah waktu yang dibutuhkan untuk lamanya
pengelasan ke 1
 COOL TIME 1 adalah waktu untuk jeda antara Weld 1 dengan
Weld 2. (Note : jika diperlukan)
 WELD TIME 2 adalah waktu yang dibutuhkan untuk lamanya
pengelasan ke 2. (Note : jika diperlukan).
 DOWN-SLOP adalah kebalikan dari UP-SLOPE, jadi arus
ampernya merambat turun (tidak sekaligus turun).
 TIME adalah waktu yang dibutuhkan untuk memegang plat setelah
di cairkan supaya tidak berubah posisinya.
 OFF TIME adalah waktu jeda yang dibutuhkan untuk pengulangan
SEQUENCE, seperti proses menjahit jika Start Button di tekan
terus maka mesin las akan mengelas kembali secara berulang
ulang. (Note: jika diperlukan)

2. SETTING AMPERE UNTUK PENGELASAN :


 WELD CUR 1 adalah besarnya arus Ampere yang dibutuhkan
untuk mencairkan material yang akan di las ke. 1.
 WELD CUR 2 adalah besarnya arus Ampere yang dibutuhkan
untuk mencairkan material yang akan di las ke. 2. (Note: Jika
dibutuhkan).
 WELD TIME 2 dan WELD CUR 2 ini biasanya digunakan
sewaktu mengelas plat dengan besi AS full atau mengelas Plat
yang ada coatingan. Sehingga dalam prosesnya perlu pengelupasan
coating sebelum proses pengelasan yang sebenarnya.
3. TEKANAN (PRESSURE) UNTUK PENGELASAN :
 AIR PRESSURE adalah besarnya tekanan angin yang
butuhkan untuk terjadinya pengelasan dan biasanya
besarnya tekanan antara 3 kgf/cm2 (0.3 MPa) sampai 4
kgf/cm2 (0.4 MPa), nilainya bisa berbeda beda tergantung
dari hasil Trial atau Standard setting (SOP).

 Gambar Alat Peralatan dan Penjelasan


Gambar 1. 7

Stationary Spot Welding (SSW) adalah jenis Mesin Las yang termasuk
dalam kelompok RESISTANCE WELDING, bentuknya berdiri dan tidak
bisa digeser - geser tetapi operator yang memegang material yang akan di
las (lihat gambar 1.7), berbeda halnya dengan Portable Spot Welding
(PSW) yaitu alat yang dipegang dan digerakan sesuai keinginan Operator.
Mesin untuk Las Titik dibagi menjadi dua type yaitu Mesin Las Titik
dengan arus AC (arus bolak balik) dan Mesin Las Titik dengan arus DC
(arus searah). Untuk penggunaan mesin Las Titik AC dan mesin Las Titik
DC itu berbeda fungsinya dan tergantung dari bahan material yang akan di
Las, contohnya Mesin Las Titik AC digunakan untuk mengelas dengan
material plat dari bahan Besi (Mild Steel), Stainless Steel (SUS) dan
Mesin Las Titik DC digunakan untuk mengelas material plat dari bahan
Aluminium (ALU), Cooper.

 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat


1. Kelebihan las Titik / Spot Welding
 Spot welding cepat dan mudah.
 Tidak perlu menggunakan fluks atau logam pengisi apa pun
untuk membuat sambungan las spot.
 Tidak ada nyala api terbuka yang berbahaya. Pengelasan
spot dapat dilakukan tanpa keahlian khusus.
 Mesin otomatis dapat melihat lasan di pabrik untuk
mempercepat produksi.
 Spot welding dapat digunakan untuk menggabungkan
banyak logam yang berbeda, dan dapat menggabungkan
berbagai jenis satu sama lain.
 Lembar setipis 1/4 inci dapat dilas spot, dan beberapa
lembar dapat bergabung bersama pada saat yang sama.
2. Kekurangan las Titik / Spot Welding
 Elektroda harus dapat mencapai kedua sisi potongan logam
yang disatukan.
 Mesin pengelasan spot tertentu hanya dapat menampung
ketebalan logam tertentu - biasanya 5 hingga 50 inci - dan
meskipun posisi elektroda dapat disesuaikan, hanya akan
ada gerakan dalam jumlah terbatas pada sebagian besar
pemegang elektroda.
 Ukuran dan bentuk elektroda akan menentukan ukuran dan
kekuatan lasan.
 Bengkok dan kehilangan kekuatan kelelahan dapat terjadi
di sekitar titik di mana logam telah dilas.

1.1.3. Posisi Pengelasan


1. Pengelasan Posisi di bawah tangan / Down hand
Pengelasan posisi di bawah tangan (downhand) yang mengacu pada
standar ASME disebut juga dengan posisi 1, Sedangkan menurut
standar ISO dinamakan PA.
Posisi dibawah tangan banyak digunakan di industri pengelasan
disektor proyek konstruksi baja, struktur jembatan, dan bangunan.
Termasuk juga untuk posisi pengelasan pelat tipis hingga tebal, hanya
besar diameter elektrode nya saja yang berbeda tetapi posisi lasnya
tetap sama.
Untuk melakukan pengelasan posisi 1, sudut kemiringan elektroda
harus dijaga kurang lebih 80 – 70 derajat terhadap garis vertikal
supaya memudahkan welder untuk melihat cairan dan menjaga
kecepatan pengelasan.
Dibawah ini adalah gambar posisi pengelasan dibawah tangan :

Gambar 1. 8

2. Posisi Pengelasan Mendatar / Horizontal


Menurut kode standart ASME, pengelasan posisi mendatar/horizontal
ditulis dengan kode nomor 2. Sedangkan penulisan menurut standart
ISO ada 2 macam yaitu PB untuk sambungan fillet dan PC untuk
sambungan butt joint. Untuk membuat joint atau sambungan
pengelasan posisi horizontal menggunakan mesin las arc welding,
setting dari parameter harus diperhatikan. Karena jika busur listrik
terlalu panas maka cairan akan meleleh turun mengikuti gaya gravitasi.
Tidak hanya pengelasan SMAW saja, disemua jenis pengelasan juga
harus memperhatikan jenis ayunan, ayunan atau dalam istilah
pengelasan disebut weaving ini berguna untuk mengatur cairan yang
meleleh agar tidak longsor mengikuti gravitasi.
Dibawah ini adalah gambar posisi pengelasan Mendatar / Horizontal :

Gambar 1. 9

3. Posisi Pengelasan Vertikal


Pengelasan posisi vertikal menurut standar ASME dikenal dengan
kode 3. Ini mencakup untuk semua sambungan las mulai dari
sambungan sudut, sambungan fillet dan butt joint.
Ada sedikit perbedaan dengan standar ISO, perbedaannya adalah pada
arah pergerakan pengelasannya. Jika arah las dari bawah ke atas
dinamakan PF. Sedangkan jika arah pengelasannya dari atas ke bawah
dinamakan PG.
Dibawah ini adalah gambar dan penjelasan posisi pengelasan vertikal:
Gambar 1. 10

4. Posisi Pengelasan di atas kepala / Overhead


Pengelasan posisi di atas kepala dikenal dengan pengelasan posisi 4
pada standart kode ASME. Untuk standar ISO jika yang dilakukan
adalah pengelasan Fillet 4F maka disebut posisi PD. Sedangkan jika
yang dilakukan itu pengelasan butt joint 4G maka disebut PE.
Berikut adalah gambar dan posisi tegak di atas kepala :

Gambar 1. 11

Dibawah ini adalah gambar dan penjelasan posisi las pipa sesuai kode
ASME dan ISO.
Gambar 1. 12

1.1.4. Sambungan Pengelasan


Sambungan Pengelasan adalah tipe sambungan material atau plat yang
digunakan untuk proses pengelasan dengan tujuan untuk mendapatkan
penetrasi dan hasil sambungan yang maksimal.
Jenis sambungan las mempunyai beberapa macam yang menjadi jenis
sambungan utama yaitu Butt Joint, Fillet (T) Joint, Corner Joint, Lap
Joint dan paralel Joint (sebelumnya adalah edge joint).
Sambungan Las ini dapat diaplikasikan pada semua jenis proses las
baik SMAW, FCAW, GMAW, SAW, GTAW atau OAW, namun yang
perlu diperhatikan adalah parameter yang digunakan dan tebal
material.
Karena tebal material sangat berpengaruh terhadap arus dan pemilihan
jenis kampuh las.
Fungsi Sambungan Las :
Sambungan las berfungsi untuk mengikat dua material logam dengan
kekuatan minimal sama dengan material logam yang dilakukan
pengelasan. Untuk memudahkan proses penyambungan maka dibuat
sebuah bentuk sambungan dan kampuh las agar hasilnya maksimal.
Sambungan las menurut AWS A3.0 terbagi menjadi 5 jenis
sambungan, berikut ini penjelasannya :
1. Butt Joint
Sambungan butt joint adalah jenis sambungan tumpul, dalam
aplikasinya jenis sambungan ini terdapat berbagai macam jenis
kampuh atau groove yaitu V groove (kampuh V), single bevel, J
groove, U Groove, Square Groove untuk melihat macam macam
kampuh las lebih detail silahkan lihat gambar berikut ini.

Gambar 1. 13

2. Tee Joint (Sambungan T).


T Joint adalah jenis sambungan yang berbentuk seperti huruf T, tipe
sambungan ini banyak diaplikasikan untuk pembutan kontruksi atap,
konveyor dan jenis konstruksi lainnya. Untuk tipe groove juga
terkadang digunakan untuk sambungan fillet adalah double bevel,
namun hal tersebut sangat jarang kecuali pelat atau materialnya sangat
tebal. Di bawah adalah gambar sambungan T pada pengelasan.
Gambar 1. 14

3. Corner Joint.
Corner Joint mempunyai desain sambungan yang hampir sama dengan
T Joint, namun yang membedakannya adalah letak dari materialnya.
Pada sambungan ini materialnya yang disambung adalah bagian ujung
dengan ujung.
Ada dua jenis corner joint, yaitu close dan open. Sambungan Close
corner adalah jika material 1 ditumpuk pada atas material 2, sedangkan
open corner adalah sambungan plat yang saling bertemu pada bagian
ujung. Untuk detailnya silahkan lihat pada gambar berikut.

Gambar 1. 15

4. Lap Joint (Sambungan Tumpang).


Tipe sambungan las yang sering digunakan untuk pengelasan spot atau
seam. Karena material ini disusun sehingga sering digunakan untuk
aplikasi pada bagian body kereta dan cenderung untuk plat tipis. Jika
menggunakan proses las SMAW, GMAW atau FCAW pengelasannya
sama dengan pengelasan fillet. Berikut adalah contoh gambar Lap
Joint.

Gambar 1. 16

5. Paralel Joint.
Paralel Joint merupakan jenis sambungan pengelasan yang pada edisi
sebelumnya disebut dengan Edge Joint. Namun, pada edisi yang
terbaru berubah menjadi Paralel. Untuk bagian yang dilas adalah
bagian permukaan dari ketebalan material, bisa juga dibentuk groove
atau becel disetiap bagian. Dapat Anda lihat pada gambar edge joint di
bawah ini tidak ada perubahan bentuk dengan paralel joint, hanya saja
namanya yang berubah.
Gambar 1. 17

1.1.5. Cacat Pengelasan dan Penyebabnya


Weld Defect atau cacat pada las adalah hasil pengelasan yang tidak
memenuhi syarat pengelasan yang sudah dituliskan di standart (ASME IX,
AWS, API, ASTM). Penyebab cacat las karena adanya prosedur
pengelasan yang salah, persiapan yang kurang dan juga dapat disebabkan
oleh peralatan yang tidak memenuhi standar pengelasan.
Ada beberapa tipe cacat pada proses pengelasan yaitu cacat las internal
(berada di dalam hasil lasan) dan cacat las visual (dapat dilihat dengan
mata). Jika ingin mengetahui defect atau cacat pengelasan internal maka
memerlukan alat uji seperti Ultrasonic Test dan Radiography Test untuk
pengujian las yang tidak merusak, sedangkan untuk uji merusak dapat
menggunakan uji bending atau makro. Untuk jenis-jenis cacat pengelasan
visual atau surface dapat menggunakan pengujian Penetrant Test,
Magnetic Test atau kaca pembesar.
Berbagai Jenis Cacat Las dan Penyebabnya.
1. Cacat Las UndercutUndercut adalah jenis cacat las yang berada pada
bagian permukaan atau akar, bentuk cacat ini seperti cekungan yang
terjadi pada benda kerja. Jenis cacat pengelasan ini dapat terjadi pada
semua sambungan las, baik fillet, butt, lap, corner dan edge joint.
Gambar 1. 18

2. Porosity
Cacat porosity adalah sebuah cacat pada benda kerja pengelasan yang
berupa sebuah lubang–lubang kecil, dapat berada pada permukaan
maupun di dalam benda kerja tersebut. Porosity sendiri memiliki
beberapa tipe yaitu cluster porosity, blow hole dan gas pore.

Gambar 1. 19

3. Slag Inclusion
Welding Defect Slag Inclusion adalah cacat yang terjadi pada bagian
dalam hasil lasan. Cacat ini berupa slag (flux yang mencair) yang
berada dalam lasan, yang sering terjadi pada bagian stop and run (awal
dan berhentinya proses pengelasan). Untuk melihat cacat ini kita harus
melakukan pengujian radiografi atau dengan menggunakan bending.
Gambar 1. 20

4. Tungsten Inclusion
Cacat las Tungsten Inclusion adalah cacat pengelasan yang diakibatkan
oleh mencairnya tungsten pada saat proses pengelasan yang kemudian
melebur menjadi satu dengan weld metal, cacat ini hampir sama
dengan slag inclusion namun saat diuji radiografi tungsten inclusion
berwarna sangat terang (karena berat jenisnya lebih besar dibanding
logam lasnya). Jenis cacat las ini hanya terjadi pada proses pengelasan
GTAW.

Gambar 1. 21

5. Incomplete Penetration
Incomplete Penetration (IP) adalah sebuah cacat pengelasan yang
terjadi pada daerah root atau akar las, sebuah pengelasan dikatakan IP
jika pengelasan pada daerah root tidak tembus atau reinforcemen pada
akar las berbentuk cekung.

Gambar 1. 22

1.1.6. Alat Pelindung Diri APD Pengelasan


Alat Pelindung Diri K3 Las OAW dan Listrik Beserta Fungsinya:
1. Pakaian Kerja Las atau Apron.
Pakaian kerja las adalah pakaian yang dapat melindungi seluruh bagian
tubuh dari panas dan percikan las. Selain itu terdapat Apron sebagai
tambahan, apron dada dan apron lengan ini terbuat dari bahan kulit.
2. Sarung Tangan Las atau welding gloves.
Welding gloves atau sarung tangan las adalah sarung tangan yang
memang khusus dibuat untuk proses pekerjaan las, bahan sarung
tangan las terbuat dari kulit atau bahan sejenis asbes dengan kelenturan
yang baik. Welding gloves berfungsi untuk melindungi kedua tangan
dari percikan las atau spater dan panas material dari proses pengelasan.
3. Sepatu las atau safety shoes.
Sepatu las adalah sepatu yang terbuat dari kulit dan bagian depan
sepatu terdapat sebuah plat baja yang berfungsi untuk melindungi kaki
dari kejatuhan bendan yang berat dan benda yang tajam. Sepatu ini
juga melindungi dari bahaya sengatan listrik karena bersifat isolator.
4. Helm Las atau Topeng las.
Helm las adalah alat yang mempunyai fungsi melindungi bagian wajah
dari percikan las, panas pengelasan dan sinar las ke bagian mata.
Topeng las ini terbuat dari bahan plastik yang tahan panas, selain itu
terdapat tiga kaca (bening, hitam, bening) yang berfungsi untuk
melindungi mata dari bahaya sinar tampak dan ultraviolet saat
melakukan pekerjaan pengelasan. Kaca las listrik mempunyai
pengkodean nomor, yaitu nomor 6, 7, 8, 10, 11, 12 dan 14. Semakin
besar ukurannya maka densitas atau kegelapan kaca tersebut juga
semakin tinggi.
5. Masker Las.
Masker berfungsi sebagai alat perlindung pernafasan dari bahaya asap
las, karena asap las berbeda dengan asap biasa. Asap las ini merupakan
hasil pembakaran dari bahan kimia untuk perlindungan lasan dan juga
pembakaran atau pelelehan dari material lasan.

1.2. Pembentukan Bending


Bending merupakan pengerjaan dengan cara memberi tekanan pada bagian
tertentu sehingga terjadi deformasi plastis pada bagian yang diberi tekanan.
Sedangkan proses bending merupakan proses penekukan atau
pembengkokan menggunakan alat bending manual maupun menggunakan
mesin bending. Pengerjan bending biasana dilakukan pada bahan plat baja
karbon rendah untuk menghasilkan suatu produk dari baha plat.

1.2.1. Penjelasan Umum Pembentukan Bending


Proses bending adalah suatu proses yang termudah dari sekian banyak
proses pembentukan pada sheet metal, dan dapat juga dilakukan dengan
peralatan yang cukup sederhana. Proses bending merupakan salah satu
proses di dalam group proses forming.

1.2.2. Mesin - mesin Bending


Berikut adalah beberapa jenis mesin bending :
1. Mesin Bending Manual
Menggunakan tenaga manusia dengan bandul pemberat. Tidak ada
satupun daya listrik yang membantu mesin bending manual.
2. Mesin Bending Hidrolik
Menggunakan system hidrolik sebagai sumber tenaga penekuknya.
Oleh karena itu, mesin membutuhkan tenaga listrik yang lebih efisien
untuk menggerakkan pompa hidrolik. Mesin ini juga menggunakan
fluida dalam system hidrolik berupa oli hidrolik.
3. Mesin Bending Menikal
Mesin ini menggunakan tenaga motor listrik yang dibantu dengan roda
gila sebagai pengumpul tenaga. Kelebihan mesin ini adalah mampu
bergerak dengan kecepatan tinggi dan bertenaga besar.

1.2.3. Penjelasan Spring Back


Spring back merupakan gaya balik yang ditimbulkan akibat pengaruh
elastisitas bahan pelat yang mengalami proses pembentukan. Besarnya
gaya balik ini ditentukan oleh harga Modulus Elastisitas bahan. Dalam
proses pembengkokan ini harus diperhatikan gaya balik atau spring back
ini. Biasanya akibat spring back terjadi penyimpangan terhadap sudut
pembengkokan yang dibentuk.
Besarnya perubahan dimensi pada hasil pembentukan setelah tekanan
pembentukan ditiadakan merupakan sifat bahan logam yang mempunyai
elastisitas tersendiri. Perubahan ini terjadi akibat dari perubahan regangan
yang dihasilkan oleh pemilihan elastik. Jika beban dihilangkan regangan
total akan berkurang disebabkan oleh terjadinya pemulihan elastik.
Pemuluhan elastik berarti pula balikan pegas, akan mungkin besar jika
tegangan luluh semakin tinggi, atau modulus elastik lebih rendah dan
regangan plastiknya makin besar.

DAFTAR PUSTAKA
Ritachiaw, 2017,
https://batamcivilengineeringscope.blogspot.com/2017/09/proses-pengelasan-
stud-welding-brazing.html

D. H. Phillips, 2016, Welding Engineering: an Introduction.

S. Kalpakjian, S. R. Schmid, dan H. Musa, 2009, Manufacturing Engineering and


Technology, edisi 6.

Achmadi, 2021, https://www.pengelasan.net/las-gmaw/.

American Welding Society. 2004. Welding Handbook- Welding Process Part 1.


Edisi 9. Volume 2. Miami, FL.

Hobart Institute of Welding Technology. 2012. Shielded Metal Arc Welding –


Technical Guide. Ohio, USA.

Achmadi, 2020, https://www.pengelasan.net/las-gtaw/

Achmadi, 2021, https://www.pengelasan.net/sambungan-las/

Achmadi, 2020, https://www.pengelasan.net/alat-keselamatan-kerja-las/

Sulistyo Aris, 2014, Makalah Bending Teknik Mesin S1

https://id.scribd.com/doc/249390215/DEFINISI-SPRINGBACK
Lampiran

1. Hasil las SMAW


Spesimen Rigi – rigi Lurus Spesimen Butt Joint
Spesimen T – Joint

2. Hasil las GMAW


Rigi – rigi Lurus

3. Hasil Bending

Spesimen sudut 30º


Spesimen sudut 60º

Spesimen sudut 90º


GRAFIK PERBANDINGAN BENDING
90
f(x) = 27.5 x − 3.33 80
80
SUDUT AKTUAL BENDING (0)

70
60
50
50
40
30 25
20
10
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
SUDUT BENDING (0)

Anda mungkin juga menyukai