PROPOSAL SKRIPSI
ALFIANNOR
1810816210001
FAKULTAS TEKNIK
2023
LEMBAR KONSULTASI
Nama : Alfiannor
NIM : 1810816210001
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak
dapat dipisahkan dari pengelasan karena mempunyai peranan penting dalam
rekayasa dan reparasi logam. Pembangunan konstruksi dengan logam pada masa
sekarang ini banyak melibatkan unsur pengelasan khususnya bidang rancang
bangun karena sambungan las merupakan salah satu pembuatan sambungan
yang secara teknis memerlukan ketrampilan yang tinggi bagi pengelasnya agar
diperoleh sambungan dengan kualitas baik. Lingkup penggunaan teknik
pengelasan dalam konstruksi sangat luas meliputi perkapalan, jembatan, rangka
baja, bejana tekan, sarana transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.
Faktor yang mempengaruhi las adalah prosedur pengelasan yaitu suatu
perencanaan untuk pelaksanaan penelitian yang meliputi cara pembuatan
konstruksi las yang sesuai rencana dan spesifikasi dengan menentukan semua
hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Faktor produksi pengelasan
adalah jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat dan bahan yang diperlukan,
urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan (meliputi: pemilihan mesin las,
penunjukan juru las, pemilihan elektroda, penggunaan jenis kampuh)
(Wiryosumarto, 2000).
Pengelasan berdasarkan klasifikasi cara kerja dapat dibagi dalam tiga
kelompok yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian. Pengelasan
cair adalah suatu cara pengelasan dimana benda yang akan disambung
dipanaskan sampai mencair dengan sumber energi panas. Cara pengelasan yang
paling banyak digunakan adalah pengelasan cair dengan busur (las busur listrik)
dan gas. Jenis dari las busur listrik ada 4 yaitu las busur dengan elektroda
terbungkus, las busur gas (TIG, MIG, las busur CO2), las busur tanpa gas, las
busur rendam. Jenis dari las busur elektroda terbungkus salah satunya adalah las
SMAW (Shielding Metal Arc Welding).
Mesin las SMAW menurut arusnya dibedakan menjadi tiga macam yaitu
mesin las arus searah atau Direct Current (DC), mesin las arus bolakbalik atau
Alternating Current (AC) dan mesin las arus ganda yang merupakan mesin las
yang dapat digunakan untuk pengelasan dengan arus searah (DC) dan pengelasan
dengan arus bolak-balik (AC). Mesin Las arus DC dapat digunakan dengan dua
cara yaitu polaritas lurus dan polaritas terbalik. Mesin las DC polaritas lurus
(DC-) digunakan bila titik cair bahan induk tinggi dan kapasitas besar, untuk
pemegang elektrodanya dihubungkan dengan kutub negatif dan logam induk
dihubungkan dengan kutub positif, sedangkan untuk mesin las DC polaritas
terbalik (DC+) digunakan bila titik cair bahan induk rendah dan kapasitas kecil,
untuk pemegang elektrodanya dihubungkan dengan kutub positif dan logam
induk dihubungkan dengan kutub negatif. Pilihan ketika menggunakan DC
polaritas negatif atau positif adalah terutama ditentukan elektroda yang
digunakan. Beberapa elektroda SMAW didisain untuk digunakan hanya DC-
atau DC+. Elektroda lain dapat menggunakan keduanya DC- dan DC+.
Elektroda E?018 dapat digunakan pada DC polaritas terbalik (DC+). Pengelasan
ini menggunakan elektroda E?018 dengan diameter 3,2 mm, maka arus yang
digunakan berkisar antara 115-165 Amper. Dengan interval arus tersebut,
pengelasan yang dihasilkan akan berbeda-beda (Soetardjo, 199?).
Tidak semua logam memiliki sifat mampu las yang baik. Bahan yang
mempunyai sifat mampu las yang baik diantaranya adalah baja paduan rendah.
Baja ini dapat dilas dengan las busur elektroda terbungkus, las busur rendam dan
las MIG (las logam gas mulia). Baja paduan rendah biasa digunakan untuk pelat-
pelat tipis dan konstruksi umum (Wiryosumarto, 2000).
Penyetelan kuat arus pengelasan akan mempengaruhi hasil las. Bila arus
yang diguanakan terlalu rendah akan menyebabkan sukarnya penyalaan
busur listrik. Busur listrik yang terjadi menjadi tidak stabil. Panas yang terjadi
tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga hasilnya
merupakan rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan kurang
dalam. Sebaliknya bila arus terlalu tinggi maka elektroda akan mencair terlalu
cepat dan akan menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan
penembusan yang dalam sehingga menghasilkan kekuatan tarik yang
rendah dan menambah kerapuhan dari hasil pengelasan (Arifin, 199?).
Hasil dari skripsi ini dengan pengujian Penetran Test karekteristik cacat
las yang terjadi pada sambungan Buut join yaitu Sparter, Lack Of Fussion,
Undercut dan Cluster Porosity pada uji Ultrasonic Test karekteristik cacat las
yaitu Crack dan Lack of Fusoin. Pada arus 70 A merupakan sambungan las yang
banyak mengalami cacat las, sedangkan arus 90 A dan 110 A merupakan
parameter las dengan hasil lasan yang baik ada posisi pengelasan 1G dengan
ketebalan plat 6 mm (Ardiyansyah, R.T. dkk. (2017)).
1. Mengetahui pengaruh arus pengelasan 80A, 90A dan 100A serta diameter
dengan elektroda RB 26 dengan diameter 2,6 mm terhadap kekuatan
Tarik baja ST60
2. Menganalisis pengaruh arus pengelasan 80A, 90A dan 100A serta diameter
dengan elektroda RB 26 dengan diameter 2,6 mm terhadap kecacatan
permukaan ST60
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Dalam berbagai penelitian tentang analisis pengaruh arus pengelasan.
Maka berbagai kajian pustaka tentang penelitian ini telah banyak dibuat
penelitian terdahulu.
Adapun kajian pustaka yang diambil dari penelitian tersebut adalah
sebagai berikut :
Berdasarkan International Code The American Society of Mechanical
Engineers (ASME) section IX t a h u n 2015, Variasi elektroda dan ampere
mempengaruhi nilai bending dengan nilai maksimum 35,52 Mpa yang
menggunakan elektroda E6013 dan pada variasi ampere 90. Hasil Pengelasan
tidak mengalami cacat yang harus reject dengan Penetrant Test (ASME Code
Section V ꟷ Article 6 dan ASME Code Section VIII Div 1) dan Bending Test.
Menurut Fenoria Putri, oktober 2010 dapat di tarik kesimpulan dari
penelitian ini adalah : Untuk pengujian kekuatan tarik didapat kekuatan tarik
maksimum tertinggi terdapat pada pengujian dengan arus 110 ampere dengan
jarak kampuh 1 mm sebesar 50?,33 N/mm2. (Volume 3 Nomor 1 April 2018
Hal 1-6) maka dapat disimpulkan bahwa: penambahan material stellite 6
dengan menggunakan metode pengelasan SMAW mampu meningkatkan
kekerasan permukaan material plug. Peningkatan arus pengelasan dari 120 A
ke 140 A mampu meningkatkan kekerasan dari 465 H ke 514.7 HV.
Penambahan arus pengelasan dari 140 A ke 160 A akan menurunkan
kekerasan dari 51.47 HV ke 423 HV, dan 4) Kekerasan tidak berubah dengan
meningkatkan arus pengelasan dari 120 A ke 160 A.
(Jurnal teknik mesin, tahun 23, no. 1, april 2015) Variasi kuat arus
pengelasan memberikan pengaruh terhadap nilai kekuatan tarik sambungan
las. Kekuatan tarik sambungan las raw material 36,711 kgf/mm2. nilai
kekuatan tarik dengan kuat arus pengelasan 100 Ampere mengalami
penurunan yaitu 31,863 kg/mm2. Sedangkan dengan kuat arus pengelasan 125
Ampere mengalami kenaikan 40,827 kg/mm2. Pada kuat arus pengelasan 150
Ampere mengalami kenaikan 48,503 kg/mm2.(Otopro Volume 16 No.1 Nov
2020) Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh arus
pengelasan SS 304 menggunakan shielded metal arc welding (smaw) terhadap
kekuatan mekanisnya maka dapat disimpulkan : Dari variasi arus pengelasan
SMAW pada SS 304 dengan arus pengelasan 90 ampere, 100 ampere, dan
110 ampere didapat masukan panas (heat input) tertinggi pada arus 110
ampere sebesar 9?6,06? J/mm, sedangkan nilai masukan panas terendah pada
arus 90 ampere sebesar 942 J/mm.
Penilitian serupa pernah dilakukan oleh Didik Setiawan, dkk (2019)
dengan judul Analisa Cacat Las Pada Pengelasan Smaw Butt Joint Dengan
Variasi Arus. pada arus 110 A terdapat 5 indikasi cacat didapati adanya
indikasi cacat las. Maka dari itu arus 70 A dan 110 A dengan ketebalan 6 mm
merupakan arus yang optimum. Sambungan las yang banyak mengalami cacat
las terjadi pada arus kecil yaitu 70 A, karena arus yang rendah tidak mampu
melebur pada logam induk yang tebal menjadikan banyak cacat las pada
permukaan logam. Cacat las pada posisi pengelasan 1G (down hand) plat
dengan ketebalan 6 mm pada pengujian Penetran Tets yaitu lack of fusion,
sparter, undercut dan cluster porosity pada pengujian Ultrasonic Test Planar.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Las
SMAW adalah proses las busur manual dimana panas dari pengelasan
dihasilkan oleh busur listrik antara elektroda terumpan berpelindung flux
dengan benda kerja. Bagian ujung elektroda, busur, cairan logam las dan
daerah daerah yang berdekatan dengan benda kerja, dilindungi dari
pengaruh atmosfer oleh gas pelindung yang terbentukdari hasil pembakaran
lapisan pembungkus elektroda. Perlindungan tambahan untuk cairan logam
las diberikan oleh cairan logamflux atau slag yang terbentuk. Filler metal atau
logam tambahan disuplai oleh inti kawat elektroda terumpan atau pada
elektroda elektroda tertentu juga berasal dari serbuk besi yang di campur
dengan lapisan pembungkus elektroda.
Logam induk dalam pengelasan ini mengalami pencairan akibat
pemanasan dari busur listrik yang timbul antara ujung elektroda dan
permukaan benda kerja. Busur listrik dibangkitkan dari suatu mesin las.
Elektroda yang digunakan berupa kawat yang dibungkus pelindung berupa
fluks. Elektroda ini selama pengelasan akan mengalami pencairan
bersama dengan logam induk dan membeku bersama menjadi bagian
kampuh las.
Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung
elektroda mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa arus busur
listrik yang terjadi. Bila digunakan arus listrik besar maka butiran logam
cair yang terbawa menjadi halus dan sebaliknya bila arus kecil maka
butirannya menjadi besar.
Pola pemindahan logam cair sangat mempengaruhi sifat mampu
las dari logam. Logam mempunyai sifat mampu las yang tinggi bila
pemindahan terjadi dengan butiran yang halus. Pola pemindahan cairan
dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan komposisi dari bahan fluks yang
digunakan. Bahan fluks yang digunakan untuk membungkus elektroda
selama pengelasan mencair dan membentuk terak yang menutupi logam cair
yang terkumpul di tempat sambungan dan bekerja sebagai penghalang
oksidasi.
Gambar 2.1 Las SMAW (Wiryosumarto, 2000)
2.2.3 Prinsip Kerja Pengelasan SMAW
Keuntungan SMAW
• Dapat di pakai dimana saja
• Dapat mengelas berbagai macam tipe dari meterial
• Set-up yang cepat dan sangat mudah untuk diatur
• Dapat dipakai mengelas semua posisi
• Elektroda mudah di dapat dalam banyak ukuran dan diameter.
Kerugian SMAW
• Pengelasan terbatas hanya sampai sepanjang elektroda dan harus
melakukan penyambungan
• Setiap akan melakukan pengelasan berikutnya slag harus dibersihkan
• Tidak dapat digunakan untuk mengelas bahan baja non-ferrous
• Mudah terjadi oksidasi akibat perlindungan logam lair hanya busur las
dari fluks
• Diameter elektroda tergantung dari plat dan posisi pengelasan
Jenis kampuh las adalah salah satu bagian dari penyebab yang
mempengaruhi kekuatan dari sambungan las. Untuk menghasilkan hasil las
listrik yang mempunyai kualitas baik, sudah seharusnya teknisi
memperhatikan beberapa hal terkait las listrik diantaranya yang
berpengaruh dalam pengelasan SMAW adalah kampuh las. Kampuh las ini
berfungsi sebagai wadah menampung bahan pengisi agar merekat dengan
sempurna di benda kerja. Jenis-jenis kampuh las adalah sebagai berikut :
1. Kampuh I terbuka, pada kampuh las ini terdapat celah diantara plat
yang akan dilas. Kampuh ini kurang kuat disbanding dengan kampuh
tertutup.
2. Kampuh V tunggal, kampuh ini lebih kuat disbanding kampuh
persegi serta dapat dipakai untuk menerima gaya tekan besar, juga
lebih tahan terhadap kondisi beban statis.
3. Kampuh V ganda, kampuh ini lebih kuat dari kampuh V tunggal dan
sangat baik untuk kondisi beban statis ataupun dinamis serta dapat
menjaga perubahan bentuk kelengkungan sekecil apapun.
4. Kampuh V miring tunggal dan ganda, kampuh ini digunakan untuk
beban tekan yang besar. Kampuh ini lebih baik dari dari las persegi
akan tetapi tidak lebih baik dari sambungan V.
2.2 Baja ST 60
2.3 Elektroda
Elektroda adalah konduktor yang mana aliran listrik keluar masuk larutan
atau sarana lainnya pada instrument listrik misalnya adalah baterai, tabung
electron atau sel ic elektrolit. Elektroda juga merupakan sebuah kawat
logam yang dilapisi dengan salutan atau fluks yang fungsinya sebagai
menyalakan busur listrik pada las SMAW. Salutan yang ada di elektroda juga
berfungsi sebagai pelindung logam hasil pengelasan dari paparan lingkungan
sekitar.
Adapun jenis elektroda yang ada saat ini sangat banyak jenis dan macam
kode pada elektroda. Pemilihan jenis dan kode elektroda hendaknya
menyesuaikan dengan material yang akan di las. Adapun jenis elektroda yang
digunakan pada penelitian ini menggunakan elektroda E7016.
E7016 elektroda baja karbon dengan hidrogen rendah kalium jenis
coating. Weld Metal memiliki sifat mekanik yang unggul dan properti retak
tahan tinggi, dapat dilas pada arus AC dan DC. Pengelasan dapat dilakukan
pada semua posisi. Saat pengelasan di arus AC, stabilitas lebih rendah dari
pada saat arus DC yang digunakan. Komposisi kimia saat mencair metal (%)
dari elektroda E?016 ini antara lain : C < 0.12, Mn < 1.6, Si < 0.75, S < 0.035,
P < 0.040.
METODOLOGI PENELITIAN
1.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Plat Baja ST 60.
2. Persiapan Alat-alat
a . Mesin gergaji beserta kelengkapannya
b. Mesin skrap
c. Peralatan pengelasan
d. Mesin las SMAW DC
e. Penggaris
f. Kikir
g. Mesin Uji Tarik Hydrolic Servo Pulser
b. Pembuatan Kampuh V terbuka
Pembuatan kampuh setengah V dengan mesin gerinda yang telah
disediakan. Bahan yang telah dipersipakan dipotong dengan mesin
gerinda dengan ukuran panjang 100 mm dan lebar 50 mm sebanyak 9
buah. Setelah dipotong kemudian permukaan digambar dengan spidol ,
tepi permukaannya diukur sedalam 5 mm dengan sudut 30o .
Baja ST60
Uji
komposisi
Pengelasan
Pembuatan Spesimen
Analisis Data
Kesimpulan
Pembuatan dan
Konsultasi Proposal
Penelitian
Seminar Proposal
Penelitian dan
Analisa Data
Pembuatan dan
Konsultasi Laporan
Hasil
Seminar Akhir
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi (2019) , macam macam cacat las dan penyebabnya dan cara mengatasi nya
Achmadi (2019) ,pengertian las SMAW Achmadi (2020), sambungan las
Alip, M, 1989. Teori dan Praktik Las. Departemen. Pendidikan dan Kebudayaan
Arifin, jaenal ,dkk. (2017) Pengaruh Jenis Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil
Pengelasan Smaw Baja Astm A36. Universitas Wahid Hasyim .Semarang
Arifin, S. 199?. Las Listrik dan Otogen. Jakarta: Ghalia Indonesia. Soetardjo. (199?).
Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: Rineka Cipta.
Handoyo, yopi. (2013). Perancangan alat uji impak metode charpy kapasitas 100
joule. Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam 45. Bekasi
Iqbal, maulana ,dkk. (2019) Analisa pengaruh variasi kampuh las terhadap
ketangguhan material baja A/S/ 1050. Politeknik Negeri Lhokseumawe
Kosasih Poniman, Deny,dkk. (2014) Analisa Perbandingan Pengaruh Welding
Repair Pada Pengelasan SMAW Dengan Menggunakan Elektroda RB -20
Kobe Steel dan RD-200 Nikko Steel Terhadap Nilai Kekerasan Baja Karbon
Rendah. Fakultas Teknik, Universitas Subang. Jawa Barat.
MS , Nursyahid. (2020) , Tentang Elektroda Dan Jenis-jenis Kawat Las SMAW
muhazir, Azwinur (2019), jurnal Pengaruh Jenis Elektroda Pengelasan Smaw
Terhadap Sifat Mekanik Material Ss400.
Omaryadi (2007), modul pengelasan, pematrian, pemotongan dengan panas dan
pemanasan,
Pamungkas, ibnu I ,dkk. (2019) Pengaruh Variasi Arus Pengelasan Smaw
Terhadap Kekuatan Tarik Baja Karbon Ss400. Universitas Tidar.
Santoso, andri,dkk. (2018) Analisis Kekuatan Tarik, Kekerasan Dan Struktur Mikro
Pada Pengelasan Smaw Yang Menggunakan Elektrod. Teknik Mesin,
Universitas Tadulako. Sulawesi Tengah
Shobry, Muhammad. (2019).Pengaruh Arus Pengelasan Terhadap Kekuatan Las
SMAW Elektroda E6013.Jurusan Teknik Perkapalan Politeknik Negeri.
Bengkalis.
Wiryosumarto, H dan Okumura, T. (2000) Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta, PT.
Pradya Paramita
Wiryosumarto, H. dan Okumura, T. Teknologi Pengelasan Logam. 2000. Jakarta,
PT. Pradya Paramita.