Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6
2.2 Pengelasan.................................................................................................9
BAB III..................................................................................................................26
METODE PENELITIAN.......................................................................................26
2
3.1 Metode Penelitian....................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
3
BAB I
PENDAHULUAN
Las adalah salah satu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan
mencairkannya melalui pemanasan (Widharto, 2001). Faktor yang
mempengaruhi hasil pengelasan adalah prosedur pengelasan yaitu cara
pembuatan konstruksi las yang sesuai rencana dan spesifikasi dengan
menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Proses
produksi pengelasan yang dimaksud adalah proses pembuatan, alat dan bahan
yang diperlukan, urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan (meliputi:
pemilihan mesin las, penunjukan juru las, pemilihan elektroda, penggunaan
jenis kampuh) (Wiryosumarto, 2000).
4
tidak terjaminnya kekuatan sambungan las, adalah perlu melibatkan berbagai
pihak yang relevan secara berkesinambungan, dan perlu adanya kesamaan
pendapat serta pengertian agar saling memberikan masukan dan pengawasan
yang positif.
2. Berapa besar kekuatan tarik sambungan las pipa baja pada posisi
pengelasan 5G dan 6G mengggunakan elektroda LB-52U E-7016?
5
dua posisi, yaitu posisi pipa vertikal tetap dan posisi pipa horizontal tetap,
karena kedua posisi ini bisa mencakup posisi lainnya antara kedudukan 0
derajat sampai 90 derajat. Arus yang digunakan ada tiga variasi yaitu 80
Ampere, 90 Ampere, dan 100 Ampere dengan menggunakan sambungan
Double Butt Joint ( V Groove ).
1. Mengetahui cara melakukan pengelasan yang benar pada pipa baja pada
posisi 5G dan 6G.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian (Sam and Nugraha 2015), yang berjudul “Kekuatan Tarik dan
Bending Sambungan Las Pada Material Baja SM 490 Dengan Metode
Pengelasan SMAW dan SAW”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kekuatan sambungan las baja SM 490. Proses pengelasan SAW menggunakan
arus pengelasan 100 – 125 Ampere dan SMAW 300 Ampere. Elektroda yang
digunakan dalam metode pengelasan ini adalah E 7018 (SMAW) dan
F7A4EM12K (SAW). Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan
Kekuatan tarik sambungan las tertinggi terjadi pada metode pengelasan
SMAW dengan nilai rata–rata tegangan tarik sebesar 666,05 MPa
dibandingkan dengan metode pengelasan SAW sebesar 621,78 Mpa dan raw
material sebesar 608,28 MPa. Kekuatan bending pada sambungan las metode
pengelasan SMAW sebesar 109,46 MPa lebih besar dibandingkan dengan
nilai kekuatan bending pada metode SAW sebesar 76,68 MPa, dan raw
material atau tanpa pengelasan sebesar 68,28 MPa.
7
adanya pengaruh posisi pengelasan pipa 5G dan 6G yang dilakukan pada
pengelasan sambungan pipa terhadap kekuatan tariknya. Kegagalan atau
putusnya spesimen uji pada pengujian tarik yang dilakukan berada pada
daerah logam induk (base metal). Kondisi ini menunjukkan bahwa kekuatan
sambungan las lebih baik dibandingkan bahan pipa tersebut dan ini lebih
dipengaruhi pada penggunaan elektroda E-7018. Pengelasan dengan posisi
5G, Heat Affected Zone (HAZ) lebih merata yang disebabkan posisi
pengelasan pipa. Karena aliran metal cair akibat pengaruh gravitasi pada
sambungan lasnya merata dibandingkan pengelasan pada posisi 6G.
8
kekuatan hasil pengelasan sambungan pipa A335 grade P11, kekuatan tarik,
kekuatan luluh dan regangan tertinggi didapat pada arus 110 A.
2.2 Pengelasan
Pengelasan (welding) merupakan salah salah satu teknik penyambungan
logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi
dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan
menghasilkan sambungan yang kontinyu. Definisi las menurut DIN (Deutche
Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada logam atau logam paduan
yang dilaksanakan dalam keadaan cair atau lumer. Jadi pengelasan dapat
diartikan dengan suatu proses menyambung logam dengan menggunakan
energi panas, dalam keadaan cair dengan menggunakan bahan tambah atau
tanpa bahan tambah (Hamid 2016). Mengelas menurut Alip (1989) adalah
suatu aktifitas menyambung dua bagian benda atau lebih dengan cara
memanaskan atau menekan atau gabungan dari keduanya sedemikian rupa
9
sehingga menyatu seperti benda utuh. Penyambungan bisa dengan atau tanpa
bahan tambah (filler metal) yang sama atau berbeda titik cair maupun
strukturnya.
10
Sifat mampu las adalah kemarnpuan suatu logam yang dikerjakan dengan
proses pengelasan untuk menyatu tanpa terjadi cacat, retak, perubahan bentuk,
dan dapat digunakan baik menurut desain. Klasifikasi dari baja karbon dapat
dilihat dalam Tabel 1.
Baja karbon rendah yang disebut juga baja lunak, banyak sekali digunakan
untuk konsumsi umum. Baja karbon ini dibagi lagi dalam baja kil, baja semi
kil, dan baja rim, dimana penamaanya didasarkan atas persyaratan deoksidasi,
cara pembekuan dan distribusi rongga atau lubang halus di dalam ingot.
Klasifikasi baja menurut tingkat deoksidasi dapat dilihat dalam Tabel 2.
Pengelasan yang banyak digunakan untuk baja paduan rendah adalah las
busur elektroda terbungkus, las busur rendam dan las MIG (las logam gas
mulia). Perubahan struktur daerah las selama pengelasan, karena danya
pemanasan dan pendinginan yang cepat menyebabkan daerah HAZ (Heat
Effected Zone) menjadi keras. Kekerasan yang tertinggi terdapat pada daerah
HAZ.
12
2.4 Las SMAW (Shield Metal Arc Welding)
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) adalah proses pengelasan manual
dimana busur listrik terciptadiantara benda kerja dan elektroda termakan
yang dibungkus terak. Proses ini menggunakan dekomposisi terak guna
menciptakan gas pelindung dan menyediakan elemen terak untuk melindungi
lelehan logam lasan. (Prayitno, Hutagalung, & Aji, 2018)
Dalam proses pengelasan jenis las SMAW, logam induk dalam pengelasan
ini mengalami pencairan akibat pemanasan dari busur listrik yang timbul
antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja. Busur listrik dibangkitkan
dari suatu mesin las. Elektroda yang digunakan bsrupa kawat yang dibungkus
pelindung berupa fluks. Elektroda ini selama pengelasan akan mengalami
pencairan bersama dengan logam induk dan membeku bersama menjadi
bagian kampuh las. Proses pemindahan logarn elektroda terjadi pada saat
ujung elektroda mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa arus busur
listrik yang terjadi. Bila digunakan arus listrik besar maka butiran logam cair
yang terbawa menjadi halus dan sebaliknya bila arus kecil maka butirannya
menjadi besar. (Irzal et al. 2011)
13
Penelitian sebelumnya telah melakukan penelitian mengenai pengelasan
metode SMAW, FCAW, dan SAW pada material mild steel (ST.42). Metode
SMAW kawat las yang digunakan AWS A5.1 E6013 dia. 3,2 mm dan dia. 4
mm. Metode SAW digunakan kawal las AWS A5-17 EM 12K dia. 4 mm
dengan pelindung fluks. Hasil penelitiannya menunjukkan, pengelasan
metode SAW mempunyai kekuatan tarik lebih baik dari metode SMAW.
Sedangkan hasil pengujian tegangan lentur (bending), menunjukkan bahwa
pengelasan dengan metode SMAW mempunyai tegangan lentur atau
kekuatan bending lebih baik. (Hadi 2012)
Pola pemindahan logam cair sangat mempengaruhi sifat mampu las dari
logam. Logam mempunyai sifat mampu las yang tinggi bila pemindahan
terjadi dengan butiran yang halus. Pola pemindahan cairan dipengaruhi oleh
besar kecilnya arus dan komposisi dari bahan, fluks yang digunakan. Bahan
fluks yang digunakan untuk membungkus elektroda selama pengelasan
mencair dan membentuk terak yang menutupi logam cair yang terkumpul di
tempat sambungan dan bekerja sebagai penghalang oksidasi (Gambar 1).
Saat terjadi proses pengelasan, logam induk akan menerima panas, dengan
adanya panas ini akan menyebabkan temperatur logam naik, oleh sebab itu di
sekitar daerah lasan akan mengalami siklus termal cepat sehingga terjadi
perubahan struktur mikro yang rumit, deformasi, dan tegangan termal yang
berhubungan dengan sifat mekanik, cacat, retak dari logam induk.
14
Siklus Thermal Daerah Las
Logam las adalah bagian dari logam yang pada waktu pengelasan mencair
dan kemudian membeku. Daerah pengaruh panas atau daerah HAZ adalah
logam dasar yang bersebelahan dengan logam las yang selama proses
pengelasan mengalami siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat.
Logam induk tak terpengaruhi adalah bagian logam dasar dimana panas
dan suhu pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
struktur dan sifat. Disamping ketiga pembagian utama tersebut masih
terdapat daerah khusus yang membagi logam las dan daerah terpengaruh
panas yang disebut Batas Las.
15
Selain perubahan sifat metalurgi pada logam induknya disekitar daerah
pengelasan, tegangan sisa juga akan timbul karena pengaruh dari penjepitan,
karena adanya urutan proses pengerasan. Tetapi tegangan sisa biasanya tidak
terlalu besar pengaruhnya, dalam beberapa hal suatu perlakuan panas yang
ringan pada suatu pengelasan dapat memperkecil tegangan tersebut. Bila
bagian-bagian yang akan di las tebal maka perlu diberikan pemanasan awal
sebelum proses pengelasan.
16
Gambar 3. Elektroda terbungkus (Arifin, 1997)
17
Tabel 3. Spesifikasi Elektroda Terbungkus dari Baja Lunak (Wiryosumarto,
2004).
18
2.6 Pengelasan Pada Pipa
Saluran pipa adalah suatu alat transportasi untuk memindahkan cairan atau
gas seperti minyak, air, gas alam dan lain-lainnya. Saluran pipa dibagi dalanm
dua macam yaitu saluran hantar dan saluran pembagi. Sistem saluran pipa di
dalam pabrik, karena syarat instalasi yang berbeda biasanya dimasukan dalam
kelompok saluran pipa. Pengelasan saluran pipa merupakan pengelasan
penyambungan yang dilakukan di lapangan. Karena itu pengelasan selama
proses pembuatan pipanya sendiri tidak termasuk dalam klasifikasi ini. Karena
kekhususannya tersebut maka dalam pengelasan saluran pipa ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan seperti dijelaskan berikut ini. Pertama, pengelasan
hanya dilakukan satu pihak saja yaitu pihak luar, maka mutu dari las harus
diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Kedua, karena bila ada kerusakan
akan mengganggu seluruh sistem maka kekuatan dan mutunya harus terjamin.
Pipa dari bahan baja karbon banyak digunakan sebagai pipa minyak dan
gas. Dalam sistem perpipaan sering menggunakan sistem penyambungan las.
Kriteria dan klasifikasi cara pengelasan serta elektroda las yang digunakan
pada pengelasan pipa disesuaikan dengan kebutuhan. Banyaknya cara
pengelasan antara lain karena banyaknya jenis logam yang harus di las. Pada
dasamya posisi pengelasan ada empat yaitu Posisi datar, Posisi tegak, Posisi
horizontal, Posisi atas kepala. Karena pipa berbentuk bulat maka keempat
posisi pengelasan tersebut tidak rata tetapi berubah sedikit demi sedikit dari
satu posisi ke posisi pengelasan yang lain. Menurut standard ASME posisi
pengelasan seperti yang diperlihatkan pada (Gambar 3). Pada Gambar 3 dapat
dilihat berbagai posisi pengelasan dari 1G sampai 6G hanya saja dapat
dibedakan dari posisi pengelasan 3G, 5G, dan 6G untuk pelat pipa dan dapat
dilakukan untuk arah naik dan turun. (Irzal et al. 2011)
19
Gambar 3. Berbagai posisi pengelasan menurut ASME
Keterangan :
Pipa-pipa yang tebal dengan bahan pipa baja paduan yang tinggi, biasanya
digunakan pengelasan dengan arah naik. Pengelasan arah naik serta kecepatan
arah naik kecepatannya lebih rendah jika dibandingkan pengelasan arah turun,
sehingga masukan panas yang diberikan tiap satuan luas lebih banyak.
Kerugian panas karena konduksi juga lebih besar daripada pipa tipis karena
massanya lebih besar. Persiapan sambungan pipa merupakan dasar dari
keberhasilan pengelasan pipa. Juru las harus memahami benar bentuk-bentuk
sambungan las yang akan dipakai yang disesuaikan dengan ukuran dimensi,
jenis las dan posisi pengelasan yang akan dilakukan. Bentuk sambungan las
tumpul berkampuh merupakan sambungan yang sering dipakai pada
sambungan las pipa dengan pipa atau pipa dengan sambungan fitting. Bentuk
sambungan pipa dapat dilihat pada (Gambar 4) untuk posisi pengelasan 5G
pada pipa dengan ring pengisi. (Irzal et al. 2011)
20
Gambar 4. Sambungan pipa pengelasan kombinasi las busur listrik
21
Gambar 6. Kampuh las untuk sambungan pipa T
b. Arus las
c. Kecepatan Pengelasan
d. Polaritas Listrik
22
Polaritas listrik mempengaruhi penetrasi pada logam induk.
Polaritas lurus (elektroda negatif) penetrasinya dalam, polaritas
sebaliknya penetrasinya dangkal.
e. Besarnya Penetrasi
Secara garis besarnya pengujian ini dapat dibagi dua kategori yaitu
pengujian merusak (destructive test) dan pengujian tidak merusak (non
destruktive test). Pengujian merusak (destructive test) merupakan pengujian
model konstruksi atau batang uji hasil las diuji sampai terjadi kerusakan pada
model atau batang uji. Yang termasuk jenis pengujian ini adalah pengujian
mekanik seperti uji tarik, uji pukul takik, uji lelah (fatik), atau metalografi
(struktur) dan lainnya. Sedangkan pengujian tak merusak merupakan
pengujian dengan tidak merusak model atau batang uji. Yang termasuk jenis
pengujian ini adalah uji radiografi, ultra sonic, uji serbuk magnit, uji cairan
tembus, uji elektromagnet dan pancaran suara. Pemeriksaan hasil las yaitu
dengan melakukan pemeriksaan cacat las. (Irzal et al. 2011)
23
2.9 Kekuatan Tarik
Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dan
perubahan-perubahannya dari suatu logam terhadap pembebanan tarik seperti
tegangan, regangan, dan modulus elastisitas. Pengujian tarik dilakukan karena
mampu memberikan informasi perilaku mekanis material. Pengujian ini
umumnya diperuntukan bagi pengujian beban - beban statik. Beban tarik
tersebut dimulai dari nol dan berhenti pada beban atau tegangan patah tarik
(Ultimate Strenght) dari logam yang bersangkutan. Beban uji yang telah
dinormalisasikan ukurannya dipasang pada mesin tarik, kemudian diberi
beban (gaya tarik) secara perlahan-lahan dari nol hingga maksimum.
Pengujian tarik dilakukan dengan mesin uji tarik atau dengan universal testing
machine. (Syahrani et al. 2013)
24
F
σu=
Ao
Dimana:
ΔL l ₁−l ˳
ℇ= =
L l˳
A ˳− Af
Q= (100 % )
A˳
Dimana:
σ =Ḕ . ℇ
BAB III
METODE PENELITIAN
26
Variabel bebas atau independent variable adalah variabel yang
mempengaruhi, atau yang menjadi sebab perubahan dari adanya suatu
variabel dependen (terikat). Variabel bebas biasanya dinotasikan dengan
X. Dalam penelitian ini variabel bebas nya yaitu, jenis pipa baja, jenis
elektroda, variasi tegangan, variasi posisi pengelasan, dan variasi jenis
sambungan las.
B. Variabel Terikat
C. Variabel Terkontrol
2. Bahan
Gambar 11. Geometri dan Dimensi Spesimen Uji Tarik ASTM E8-M
29
3.6 Flow Chart Penelitian
Mulai
Persiapan Alat
dan Bahan
Pengumpulan
Parameter Pengujian
Pengambilan
Data
Tidak
Data Keluar
dan Sesuai
Ya
Pengolahan Data
Kesimpulan
30
Selesai
DAFTAR PUSTAKA
Alip, M., (1989). Teori dan Praktik Las, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
ASME Sections IX, 2002, Qualification Standard for Welding and Brazing
Procedures, Welders, Brazers, and Welding and Brazing Operators,
Andeda
Arifin, S., (1997). Las Listrik dan Otogen, Qhalia Indonesia, Jakarta.
31
Sri Widharto. (2007). Inspeksi Teknik Edisi Ketujuh. Jakarta:
Syahrani, A., Sam, A., Chairulnass. 2013. Variasi Arus Terhadap Kekuatan Tarik
dan Bending pada Hasil Pengelasan SM 490. Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No.
2: Juli 2013: 393 - 402
Tarkono, Siahaan, P., G., Zulhanif. 2012. Studi Penggunaan Jenis Elektroda yang
Berbeda Terhadap Sifat mekanik Pengelasan Baja AISI 1045. Jurnal
Mechanical. Volume 3. Nomor 2. 51-62.
Irzal, Hendri Nurdin. 2014. Analisis Kekuatan Tarik Sambungan Las Pada Pipa
Baja Karbon Menggunakan Elektroda E-7018 Dengan Posisi Pengelasan
5G. Prosiding Konvensi Nasional APTEKINDO VII dan Temu Karya
XVIII FPTK/FT-JPTK Se-Indonesia. Bagian III. Hal 374 – 579.
32
Universitas IBA, Jurnal Ilmiah “TEKNIKA” Vol. 5 No. 2 (ISSN: 2355-
3553).
Prayitno, D., Hutagalung, H. D., & Aji, D. P. B. (2018). Pengaruh kuat arus listrik
pengelasan terhadap kekerasan lapisan lasan pada baja ASTM A316,
7590.
33