M. FATAHILLAH RAHMAWAN
NRP. 10211500000093
Dosen Pembimbing
Ir. Subowo, M.Sc.
NIP. 19581004 198701 1 001
M. FATAHILLAH RAHMAWAN
NRP. 102115000000093
Dosen Pembimbing
Ir. Subowo, M.Sc.
NIP. 19581004 198701 1 001
M. FATAHILLAH RAHMAWAN
NRP. 10211500000093
Consellor Lecture
Ir. Subowo, M.Sc.
NIP. 19581004 198701 1 001
iv
“PENGARUH VARIASI GROOVE PADA
PENGELASAN BAK TRUCK MENGGUNAKAN
FILLER ER70S-6 DAN BAJA SA-36 DENGAN
METODE PENGELASAN MAG”
Nama : M. Fatahillah Rahmawan
NRP : 10211500000093
Jurusan : Teknik Mesin Industri FV-ITS
Dosen : Ir. Subowo, M.Sc.
Abstrak
Pengelasan adalah suatu proses penggabungan logam dimana
logam menjadi satu akibat panas las dengan atau tanpa pengaruh tekanan,
dan dengan atau tanpa logam pengisi. Teknologi dalam pengelasan
semakin berkembang dengan pesat dimana untuk memperbaiki hasil
pengelasan yang bertujuan untuk mengurangi nilai perubahan bentuk /
distorsi akibat dari proses pengelasan. Material yang yaitu SA-36 yang
memang diperuntukkan untuk bejana tekan dan mempunyai nilai
keamanan yang tinggi.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen untuk
mengetahui perbedaan pengelasan dengan variasi groove terhadap hasil
lasan. Pengujian dilakukan di Workshop Jurusan Teknik Mesin Industri
FV-ITS Surabaya. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah uji
kekerasan, uji metalografi, dan uji tarik sesuai standard.
Dari penelitian ini didapatkan hasil pengujian tarik yaitu square
groove putus di logam las karena mengalami cacat IP sehingga didapat
UTS sebesar 205.079 MPa dengan kekerasan tertinggi di logam las
sebesar 86.6 HRb dan V-groove putus di HAZ sehumgga didapat UTS
sebesar 329.424 MPa dengan kekerasan tertinggi di HAZ sebesar 87.8
HRb.
Kata kunci: Pengelasan, SA-36, Square groove, V-groove,
Kekerasan.
v
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
vi
“EFFECT OF GROOVE VARIATION IN
WELDING BAK TRUCK USING FILLER
ER70S-6 AND SA-36 STEEL WITH MAG
WELDING METHOD”
Name : M. Fatahillah Rahmawan
NRP : 10211500000093
Departement : Teknik Mesin Industri FV-ITS
Consellor Lecture : Ir. Subowo, M.Sc.
Abstract
Welding is a process of combining metals in which the
metal becomes one due to weld heat with or without pressure effect,
and with or without filler metal. Technology in welding is growing
rapidly where to improve the welding results that aims to reduce
the value of shape changes / distortions resulting from the welding
process. The material that is SA-36 which is intended for pressure
vessel and has a high security value.
This research uses experimental method to know the
difference of welding with variation of groove to weld result. The
test was conducted in Workshop of Industrial Engineering
Department of FV-ITS Surabaya. The parameters observed in this
research are hardness test, metallographic test, and standard
tensile test.
From this research, the result of tensile testing is square
groove broken in welding metal due to IP disability so that UTS
obtained 205.079 MPa with the highest hardness in welding metal
of 86.6 HRb and V-groove broken at HAZ so obtained UTS of
329.424 MPa with the highest hardness at HAZ of 87.8 HRb.
vii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
viii
KATA PENGANTAR
ix
5. Ibu Dr. Atria Pradityana, S.T., M.T selaku dosen wali.
6. Orang tua tercinta Bapak dan Ibu serta adik yang selalu
memberikan semangat, doa, serta dukungan dalam bentuk
apapun.
7. Segenap Bapak/Ibu Dosen Pengajar dan Karyawan di
Departemen Teknik Mesin Industri FV-ITS, yang telah
memberikan banyak ilmu dan pengetahuan selama penulis
menuntut ilmu di kampus ITS.
8. Partner Tugas Akhir yaitu Ely Stya Arga, terima kasih atas
telah memberi semangat dan bantuan dari awal
mengerjakan sampai Tugas Akhir ini selesai.
9. Teman – teman angkatan 2015, terima kasih atas
kebersamaan dan kerjasamanya selama ini, yang telah
memberi bantuan, dukungan, motivasi, dan doa kepada
penulis selama pengerjaan Tugas Akhir ini.
10. Serta berbagai pihak yang belum tertulis, terima kasih atas
kerjasamnaya dan bantuan yang telah diberikan sehingga
Tugas Akhir ini bisa terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini
masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengembangkan Tugas
Akhir ini menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini
bermanfaat bagi pembaca dan mahasiswa, khususnya mahasiswa
Program Studi Departemen Teknik Mesin Industri FV-ITS.
Surabaya, 9 Juli 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………..……..……………………i
TITLE PAGE……………………………………...……………ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................iii
Abstrak ......................................................................................... v
Abstract .......................................................................................vii
KATA PENGANTAR ................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................. xv
DAFTAR TABEL ....................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................... 1
1.3 Batasan Masalah ............................................................ 2
1.4 Tujuan Penelitian........................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian......................................................... 2
1.6 Medologi Penelitian ...................................................... 2
1.7 Sistematika Penulisan .................................................... 3
xii
4.1.1 Hasil Pengujian Kekerasan .................................. 51
4.1.2 Hasil Pengujian Tarik .......................................... 54
4.2 Pembahasan Hasil Uji Tarik ........................................ 59
xiii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
Gambar 3.10 Spesimen Uji Tarik……………………………45
Gambar 3.11 Alat Uji Kekerasan Rockwell…………………46
Gambar 3.12 Garis Bantu Menghitung Presentase Tiap
Struktur Mikro………………………………...49
Gambar 4.1 Letak Pengujian Rockwell Square Groove……51
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Kekerasan Spesimen Square
Groove………………………………………...52
Gambar 4.3 Letak Pengujian Rockwell Variasi V-groove....52
Gambar 4.4 Hasil Pengujian Kekerasan Spesimen V-
groove…………………………………………52
Gambar 4.5 Grafik Hasil Rata-rata Pengujian Kekerasan….54
Gambar 4.6 Spesimen Hasil Pengujian Tarik………………56
Gambar 4.7 Grafik Tegangan Tarik………………………...58
Gambar 4.8 Grafik Regangan………………………………59
Gambar 4.9 Cacat IP (Incompelete Penetration)…………...60
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xx
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Material yang digunakan adalah baja SA-36.
2. Proses pengelasan menggunakan GMAW (MAG).
3. Tebal plat yang digunakan 6 mm.
4. Variasi pengelasan menggunakan variasi V-groove.
5. Posisi pengelasan 1G dengan gas pelindung 100% CO2
2
dan uji tarik atau karya ilmiah yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi.
3
• BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada Bab III ini menjelaskan metodologi penelitian,
diagram langkah penelitian, spesifikasi, dan langkah
proses pengujian-pengujian yang dilakukan.
• DAFTAR PUSTAKA
• LAMPIRAN
• BIODATA PENULIS
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengelasan
Definisi pengelasan menurut AWS (American Welding
Soecity) adalah proses penggabungan yang menghasilkan
peleburan material dengan cara memanaskan material tersebut
hingga temperature pengelasan, dengan atau tanpa tekanan atau
hanya menggunakan tekanan, dan dengan atau tanpa menggunakan
logam pengisi. Dari definisi tersebut perlu ditinjau lebih lanjut
mengenai bagian yang penting sebagai berikut.
1. Yang dimaksud dengan peleburan material adalah tidak
adanya gangguan fisik dalam penyatuan bagian yang
disambung, bukan seperti pemasangan yang menggunakan
baut atau keeling yang pasti menyisakan celah.
2. Temperature pengelasan adalah suhu yang diperlukan
untuk proses penyambungan, tidak selalu diartikan
temperature leleh (melting point) dari material yang
disambung. Temperature yang digunakan menyesuaikan
dengan jenis yang akan dilakukan, dan berkaitan dengan
perlu atau tidaknya tekanan pada proses pengelasan
tersebut.
3. Perlu atau tidaknya tekanan tergantung dari jenis
pengelasan yang akan digunakan dan temperature
penyambungan pada proses pengelasan. Secara umum
proses pengelasan dapat dilakukan dalam jangkauan yang
luas mulai dari tanpa tekanan dengan temperature leleh
material, hingga tekanan yang besar sehingga mampu
menyebabkan deformasi plastis tanpa perlu memanaskan
material sampai temperature lelehnya.
4. Perlu atau tidaknya penggunaan logam pengisi tergantung
dari jenis pengelasan. Apabila menggunakan logam
5
pengisi, sebaiknya digunakan logam pengisi dari jenis
yang sama dengan material yang sama.
6
Selama proses las MAG, elektroda akan meleleh kemudian
menjadi deposit logam las dan membentuk butiran las. Gas
pelindung digunakan untuk mencegah terjadinya oksidasi dan
melindungi hasil las selama pembekuan. Proses pengelasan
MAG beroperasi menggunakan arus searah DC biasanya
menggunakan elektroda kawat positif. Ini dikenal sebagai
polaritas terbalik (reserse polarity). Polaritas searah sangat
jarang digunakan karena transfer logam yang kurang baik dari
elektroda kawat ke benda kerja. Hal nu karena polaritas searah,
panas terletak pada elekroda. Adapun proses las dapat dilihat
pada gambar berikut ini:
7
kontaminasi selama pengelasan, terutama dari atmosfir dan
pengotoran daerah las. Fungi utama gas pelindung adalah
untuk membentuk sekeliling daerah pengelasan dengan media
pelindung yang tidak bereaksi dengan daerah las tersebut.
Sedangkan fungsi utama dari gas lindung adalah mengusir
udara disekitar busur dan kolam las agar tidak bersinggungan
dengan cairan metal untuk mencegah terjadinya proses
oksidasi metal tersebut oleh oksigen dalam udara. Jenis gas
pelindung yang digunakan untuk mengelas baja karbon dan
baja paduan adalah sebagai berikut:
a. Gas Argon
Argon adalah jenis gas pelindung yang
digunakan secara sendiri atau dicampur dengan gas
lainnya untuk mencapai karakteristik busur yang
diinginkan pada proses pengelasan logam fero
maupun non fero. Hampir semua proses pengelasan
GMAW dapat menggunakan gas argon atau
campuran gas argon untuk mendapatkan mampu las,
property mekanik, karakteristik busur dan
produktifitas yang baik. Gas argon digunakan secara
sendiri tanpa campuran untuk proses pengelasan
logam non fero, sepeti aluminium, paduan nikel,
paduan tembaga, dan lainnya. Gas argon dapat
menghasilkan stabilitas busur yang baik pada
pengelasan busur spray, dan menghasilkan penetrasi
serta bentuk bead weld yang baik. Ketika
menggunakan logam fero, gas argon biasanya
dicampur dengan gas lainnya seperti oksigen, dan
helium.
b. Gas Helium
Helium adalah gas pelindung yang digunakan
untuk proses pengelasan yang membutuhkan
masukan panas (heat input) yang lebih besar untuk
8
meningkatkan bead weld, penetrasi yang lebih
dalam dan kecepatan pengelasan yang lebih cepat.
c. Karbon Dioksida
Gas karbon dioksida umumnya digunakan untuk
proses pengelasan logam fero. Kelebihan dari gas
pelindung karbon dioksida adalah kecepatan
pengelasan yang cepat dan penetrasi yang lebih
dalam. Gas karbon dioksida juga dapat dicampur
dengan gas pelindung lainnya untuk menambah
karakteristik kimia gas tersebut.
9
Tabel 2.1 Ketentuan Umum Penyetelan Besaran Arus dan
Besaran Tegangan Bedasarkan Diameter Filler
b. Elektroda Ekstensi
Ekstensi elektroda atau biasa disebut degan
stick-out adalah jarak anatara titik terujung dari
kontak listrik, biasanya ujung dari pipa kontak,
dengan ujung dari elektroda. Jarak tersebut akan
mempengaruhi besarnya arus listrik yang
dibutuhkan untuk melelehkan elektroda.
10
c. Tegangan Las
Tegangan busur las adalah tegangan diantara
ujung elektroda dan benda kerja. Tegangan listrik
pada pengelasan memegang peranan penting pada
jenis transfer logam yang diinginkan. Transfer
logam arus pendek membutuhkan tegangan yang
rendah, sementara transfer logam spray
membutuhkan tegangan yang lebih tinggi lagi. Jika
arus listrik dinaikkan, maka tegangan las juga harus
dinaikkan untuk menghasilkan kaestabilan.
d. Kecepatan Pengelasan
Kecepatan pengelasan berbanding secara linier
dengan pergerakan busur las sepajang benda kerja.
Parameter ini biasanya dinyatakan dalam meter per
menit. Pernyataan yang berhubungan dengan
kecepatan pengelasan yaitu:
1. Dengan meningkatnya ketebalan material,
kecepatan las harus diturunkan.
2. Dengan material dan jenis penyambungan yang
sama, jika srus listrik meningkat maka
kecepatan pengelasan juga harus ditingkatkan.
3. Kecepatan pengelasan yang lebih tinggi dapat
menggunakan teknik pengelasan maju
(forehand technique).
11
(Alternating Current/AC Welding Machine) dan
Mesin las arus searah (Direct Current/DC Welding
Machine). Namun sesuai dengan tuntutan pekerjaan
dan jenis bahan yang di las, maka secara luas proses
pengelasan dengan MAG (Metal Active Gas) adalah
menggunakan mesin las DC.
Mesin las MAG menggunakan mesin las DC,
umumnya berkemampuan sampai 250 ampere.
Dilengkapi dengan sistem kontrol, penggulung
kawat gas pelindung, sistem pendingin dan
rangkaian lain. Sumber tenaga untuk las MAG
(Metal Active Gas) merupakan mesin las
bertegangan konstan. Tenaga yang dikeluarkan
dapat berubah-ubah sendiri sesuai dengan panjang
busur. Panjang busur adalah jarak antara ujung
elektroda ke benda kerja. Panjang busur ini bisa di
atur. Bila busur berubah menjadi lebih pendek dari
setelan semula, maka arus bertambah dan kecepatan
kawat berkurang. Sehingga panjang busur kembali
semula.
Sebaliknya bila busur berubah menjadi lebih
panjang, arus berkurang, kecepatan kawat elektroda
bertambah. Dengan sistem otomatis seperti ini,
mesin akan mengatur sendiri, maka panjang busur
menjadi konstan dan hasil pengelasan akan tetap
baik.
12
Gambar 2.4 Mesin Las MAG
13
bagian panas memanaskan elektroda sedangkan
2/3 bagian memanaskan benda kerja.
b. Pengkutuban Terbalik (Direct Current Reverce
Polarity/DCRP/DCEP)
Pada pengkutuban terbalik, kutub negative
(-) mesin las dihubungkan dengan benda kerja,
dan kutub positif (+) dihubungkan dengan
elektroda. Pada hubungan semacam ini panas
pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas
memanaskan benda kerja dan 2/3 bagian
memanaskan elektroda.
2. Unit Pengontrol Kawat Elektroda (Wire Feeder)
Alat pengontrol kawat elektroda (wire feeder)
adalah alat atau perlengkapan utama pada
pengelasan dengan MAG (Metal Active Gas). Alat
ini biasanya tidak menyatu dengan mesin las, tapi
merupakan bagian yang terpisah dan ditempatkan
berdekatan dengan pengelasan.
14
Fungsinya adalah sebagai berikut:
a. Menempatkan rol kawat elektroda.
b. Menempatkan kabel las termasuk welding gun
dan nozzle.
c. Mengatur pemakaian kawat elekroda (sebagaian
tipe mesin unit pengontrolnya terpisah dengan
wire feeder).
d. Mempermudah proses pengelasan, dimana wire
feeder tersebut dapat dipindah-pindah sesuai
kebutuhan.
Pada dasarnya terdapat tiga jenis feeder yaitu:
jenis dorong, jenis tarik, dan jenis dorong tarik.
Perbedaanya adah dari cara menggerakkan elektroda
dari spool ke tourch. Kecepatan dari wire feeder
dapat diatur mulai 1 hingga 22 m/menit pada mesin las
MIG performa tinggi, kecepatannya dapat mencapai
30 m/menit. Untuk jenis rolnya, wire feeder dibagi
menjadi dua jenis yaitu sistem dua rol dan sistem
empat rol. Sedangakan menurut bidang kontaknya
rol dari wire feeder dapat dibagi menjadi jenis
trapezium halus, jenis setengah lingkaran halus, dan
jenis setengah lingkaran kasar.
3. Welding Gun
Pemegang elektroda untuk proses GMAW ini
disebut juga “gun”, karena banyak diantaranya
berbentuk seperti pistol, seperti pada penggunaan
dalam proses GMAW sering disebut “torch”.
Pemegang elektroda proses GMAW lebih kompleks
bila dibandingkan dengan yang digunakan pada
proses SMAW. Pertama, selain dipegang elektroda
harus maju secara teratur, kedua, pemegang harus
15
dirancang untuk pengaliran listrik secara teratur.
selain dua hal pokok diatas, untuk pemegang
elektroda semi otomatis harus mempunyai sakelar
untuk mengontrol pangumpan kawat dan aliran gas,
dan sistem untuk pendinginan dengan air atau udara.
Pemegang elektroda ini dirancang untuk pemakaian
secara manual yaitu untuk pengelasan semi otomatis
atau secara otomatis.
16
dari satu kabel, sambungannya harus baik dengan
menggunakan lock-type cable connectors.
Sambungan kabel minimal 10 kaki menjahui
perator.
17
Gambar 2.8 Klem Massa
18
7. Pipa Kontak
Pipa pengarah elektroda biasa juga disebut pipa
kontak. Pipa kontak terbuat dari tembaga, dan
berfungsi untuk membawa arus listrik ke elektroda
yang bergerak dan mengarahkan elektroda tersebut
ke daerah kerja pengelasan. Torch dihubungkan
dengan sumber listrik pada mesin las dengan
menggunakan kabel. Karena elektroda harus dapat
bergerak dengan bebas dan melakukan kontak listrik
dengan baik, maka besarnya diameter lubang dari
pipa kontak sangat berpengaruh.
19
listrik yang tinggi sedangkan nozzle yang lebih kecil
akan digunakan untuk pengelasan yang lebih kecil.
20
f.Proses pengelasan MAG sangat cocok untuk
pekerjaan kontruksi.
g. Membutuhkan sedikit pembersihan post weld
setelah pengelasan.
2. Kelemahan Las MAG
a. Kawat pengumpan (wire feeder) yang
memerlukan pengontrolan yang continue.
b. Sewaktu-waktu dapat terjadi pembakaran
kembali (burn back)
c. Cacat las porosity sering terjadi akibat
penggunaan kualitas gas pelindung yang kurang
baik.
d. Busur yang tidak stabil, akibat penggunaan
kualitas gas akibat keterampilan operator yang
kurang baik.
e. Pada awalnya set-up pengelasan merupakan
permulaan yang sulit.
21
1. Baja karbon rendah (Low Carbon Steel)
Baja karbon rendah adalah baja yang mengandung
karbon kurang dari 0,3% C. Baja karbon rendah
merupakan baja yang paling murah diproduksi diantara
semua karbon, mudah di machining dan dilas, serta
keuletan dan ketangguhannya sangat tinggi tetapi
kekerasannya rendah dan tahan aus. Sehingga pada
penggunaannya, baja jenis ini dapat digunakan sebagai
bahan baku untuk pembuatan komponen bodi mobil,
struktur bangunan, pipa gedung, jembatan, kaleng, pagar
dan lain-lain.
2. Baja karbon menengah (Medium Carbon Steel)
Baja karbon menengah adalah baja yang mengandung
karbon 0,3% - 0,6% C. Baja karbon menengah memiliki
kelebihan jika dibandingkan dengan baja karbon rendah
yaitu kekerasannya lebih tinggi daripada baja karbon
rendah, kekuatan tarik dan batas renggang yang tinggi,
tidak mudah dibentuk oleh mesin, lebih sulit dilakukan
untuk pengelasan, dan dapat dikeraskan (quenching)
dengan baik. Baja karbon rendah dapat digunakan untuk
poros, rel kereta api, roda gigi, pegas, baut komponen
mesin yang membutuhkan kekuatan tinggi dan lain-lain.
3. Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel)
Baja karbon tinggi adalah baja yang mengandung
kandungan karbon 0,6% - 2,0% C dan memiliki tahan
panas yang tinggi, namun keuletannya lebih rendah. Baja
karbon tinggi mempunyai kuat tarik yang paling tinggi dan
banyak digunakan untuk material tools. Salah satu aplikasi
dari baja ini adalah dalam pembuatan kawat baja dan kabel
baja. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung didalam
baja maka baja karbon ini banyak digunakan dalam
pembuatan pegas dan alat-alat perkakas seperti palu,
gergaji dan lain-lain.
22
Tabel 2.2 Klasifikasi Baja Karbon
Kandungan
Jenis Penggunaan utama
karbon
23
Gambar 2.12 Hubungan Antara Kandungan Karbon dan Sifat
Mekanis
Umumnya
Paling besar
kandungan
pengaruhnya pada
karbon 0,2%
Karbon C sifat baja.
atau lebih
Menambah
rendah
kekuatan tarik,
menjamin sifat
kekerasan tetapi
mampu las
24
mengurangi yang lebih
kemuluran. baik.
Baja dengan Penambahan
kandungan silikon silikon 0,6%
tinggi sukar atau lebih
diroll. Sehingga rendah tidak
kandungan silikon mengganggu
tidak boleh lebih sifat mampu
Silikon Si
dari 0,3%. las.
Penambahan
sekitar 0,3%
silikon menaikkan
sedikit kekuatan
dan kekerasan.
Menaikkan Penambahan
kekuatan dan mangan
kekerasan baja. menjamin sifat
Normalnya, baja mampu las
Mangan Mn
mengandung yang baik bila
0,2% - 0,8% kandungannya
mangan. tidak lebih dari
1,5%.
25
lebih dari
0,04%.
Untuk baja, Karena
belerang adalah penambahan
pengotor, belerang
membuat baja mengganggu
rapuh, sifat mampu
menyebabkan las,
retak panas. kandungannya
tidak boleh
lebih dari
0,04%.
Belerang S
Kandungan
belerang yang
lebih tinggi
juga
menyebabkan
pembentukan
ikatan
belerang yang
menyebabkan
baja retak.
26
Tabel 2.4 Nilai Chemical Composition dalam Persen
C Si Mn P S Nb Cu Cr Ni
12 23 74 13 8 1 2 0 2
2.4 Elektroda
Hasil maksimal akan dapat dicapai apabilan jenis kawat
elektroda yang digunakan sama dengan jenis logam yang dilas.
Bentuk kawat elektroda yang digunakan pada MAG (Metal Active
Gas) secara umum adalah solid wire dan flux core wire. Dimana
penggunaan kedua tipe tersebut sangat tergantung pada jenis
pekerjaan. Solid wire digunakan secara luas untuk mengelas
kontruksi ringan sampai sedang dan dioperasikan pada ruangan
yang relative tertutup sehingga gas pelindungnya tidak tertiup oleh
angin. Sedangkan flux core wire lebih banyak dipakai untuk
27
pengelasan kontruksi sedang sampai berat dan tempat
pengelasannya memungkinkan lebih terbuka (ada sedikit tiupan
angin). Untuk menjaga agar kawat elektroda tidak rusak atau
berkarat. Terutama dalam penyimpanan, maka perlu dikemas.
Kemasan/pengepakan yang banyak dijumpai dalam perdagangan
adalah berupa gulungan/rol dimana berat gulungan kawat yang
banyak digunakan adalah 15 kg, 17 kg, dan 30 kg.
28
polaritasnya juga harus ditentukan untuk menentukan sumber
arus listrik apa dan polaritas yang mana yang dipakai perlu
diperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
29
Gambar 2.13 Posisi pada Pengelasan
30
sambungan kampuh melebar, dan sambungan
silang.
B. Sambungan Tumpul
Sambungan tumpul adalah jenis sambungan las
yang paling efisien, sambungan ini terbagi menjadi
sambungan penetrasi penuh dan sambungan
penetrasi sebagian. Sambungan penetrasi penuh
terbagi lagi menjadi sambungan tanpa plat pembantu
dan sambungan plat pembantu. Bentuk alur dalam
sambungan tumpul sangat mempengaruhi efisiensi
pekerjaan dan jaminan sambungan.
31
Gambar 2.15 Sambungan Tumpul
32
𝐸𝑥𝑡
Masukan panas: 𝐻𝐼 =
𝑣
Dimana:
HI = Masukan panas atau energi (J/mm)
I = Arus (A)
E = Voltase (volt)
V = Jarak/waktu (mm/s)
Dari persamaan diatas itu dapat dijelaskan beberapa
pengertian antara lain, jika kita menginginkan masukan panas
yang tinggi maka parameter yang dapat diukur yaitu arus las
dapat diperbesar atau kecepatan las diperlambat. Besar
kecilnya arus las dapat diukur langsung pada mesin las.
Tegangan las umumnya tidak dapat diatur secara langsung
pada mesin las, tetapi pengaruhnya terhadap masukan panas
tetap ada.
2.4.6 Daerah Pengaruh Panas HAZ (Heat Affected Zone)
Pengelasan logam akan menghasilkan konfigurasi logam
lasan dengan tiga daerah pengelasan yaitu pertama daerah
logam induk merupakan daerah yang tidak mengalami
perubahan mikrostruktur, kedua adalah daerah pengaruh panas
atau disebut dengan heat affected zone (HAZ) merupakan
daerah terjadunya pencairan logam induk yang mengalami
perubahan karena pengaruh panas saat pengelasan dan
pendinginan setelah pengelasan, daerah ketiga adalah daerah
las merupakan daerah terjadinya pencairan logam dengan
cepat kemudian mengalami pembekuan.
2.5 Pengujian
Seluruh specimen yang selesai dilakukan pengelasan akan
dipotong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan untuk melakukan
pengujian sifat mekanik melalui uji tarik, uji kekerasan, dan
pengamatan mikrostruktur.
33
2.5.1 Pengujian Tarik
Uji tarik adalah salah satu uji strees-strain mekanik yang
bertujuan untuk mengetahui kekuatan bahan terhadap gaya
tarik. Pengujian tarik untuk mengetahui berapa besar nilai
kekuatannya dan dimanakah letak putusnya suatu sambungan
lsa. Pembebanan tarik adalah pembebanan yang diberikan pada
benda dengan memberikan gaya tarik pada arah yang
berlawanan arah pada salah satu ujung benda. Penarikan gaya
terhadap beban akan mengakibatkan terjadinya deformasi pada
bahan tersebut. Proses terjadinya deformasi pada bahan uji
adalah proses pergeseran butiran kristal logam yang
mengakibatkan lemahnya gaya elektromagnetik setiap atom
logam hingga terlepas ikatan tersebut oleh penarikan gaya
maksimum. Pada pengujian tarik beban diberikan secara
continue dan pelan-pelan bertambah besar, bersamaan dengan
itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjangan yang
dialami benda uji dan dihasilkan kurva tegangan dan regangan.
34
Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan
tarik dari logam induk setelah mengalami proses pengelasan.
Pengujian tarik dilakukan dengan cara memberikan beban tarik
pada batang uji secara perlahan-lahan sampai benda uji putus
atau patah. Peralatan yang digunakan unutk pengujian tarik
adalah alat uji tarik dan jangka sorong.
35
10. Setelah benda kerja putus data akan terlihat paada monitor.
11. Lakukan hal yang sama pad specimen lain.
36
5. Putar handle landasan sampai jarum minor (jarum kecil)
ketitik merah dan jarum mayor (jarum besar) keposisi nol.
6. Tarik handle beban sampai jarum indicator berubah.
7. Tarik handle indicator.
8. Kembalikan handle indicator kemudian data dapat dibaca
pengujian ini dilakukan sebanyak 12 penekanan pada
daerah lasan, daerah HAZ, dan daerah logam induk.
37
b. Setelah itu permukaan yang telah selesai dihaluskan dan
diratakan kemudian dietsa menggunakan HF (hydrofluoric
acid), HCI (hydrogenchloride) dan HNO3 (nitric acid)
benda di celupkan selama kurang lebih sepuluh detik
kemudian dibilas menggunakan air dan keringkan.
c. Benda uji yang telah dietsa diletakkan diatas landasan
(anvil) tegak lurus dengan lensa mikroskop.
d. Pembesaran yang dipakai 500X dan 1000X.
e. Menaikkan landasan anvil atau digeser sampai benda kerja
uji terfokus ke lensa dan mendapatkan hasil gambar yang
bagus, setelah focus kemudian dilakukan pemotretan.
f. Pengambilan gambar dilakukan pada tiga lokasi yang
berbeda pada satu permukaan saja yaitu daerah logam
induk, HAZ, dan daerah lasan.
g. Setelah selesai pemotretan benda dilepas dari landasan.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
39
3.2 Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen untuk
mengetahui perbandingan antara pengelasan square groove dan V-
groove terhadap sifat mekanik dan mikrostruktur pada daerah
pengelasan. Pengujian ini akan dilakukan di Workshop
Departemen Teknik Mesin Industri ITS Surabaya.
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Kekuatan tarik sambungan las pada pengelasan sudut
groove di uji dengan uji tarik sesuai standard.
2. Kekerasan pada logam las, HAZ, logam induk dengan di
uji kekerasan sesuai standard.
3. Mikrostruktur yang diamati terutama di bagian sambungan
las.
3.2.1 Persiapan Bahan dan Alat
Bahan yang perlu disiapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Material baja SA-36
2. Filler AWS ER70S-6
Alat yang perlu disiapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Jangka sorong, mistar, dan stopwatch. Alat ini
digunakan sebagai alat bantu pengukuran dimensi
specimen, dan mengukur kecepatan pengelasan.
2. Ragum, gerinda tangan, gerinda potong. Alat ini
digunakan untuk memotong specimen, membentuk
specimen siap uji
3. Spidol kertas gosok, dan alcohol. Alat ini digunakan
untuk penomoran specimen dan menghaluskan
permukaan specimen untuk persiapan pengamatan
mikrostruktur.
4. Mesin las GMAW, digunakan untuk pengelasan
bahan.
40
5. Mikroskop digital, mesin identasi dan mesin uji
tarik. Alat ini digunakan untuk pengamatan
mikrostuktur, uji kekerasan, dan pengujian tarik.
3.2.2 Persiapan Spesimen
Plat baja SA-36 dibentuk dimensinya menjadi 300mm
x 150mm x 6mm
150mm
6mm
300mm
41
Gambar 3.3 Pembuatan Square Groove
42
Gambar 3.5 Hasil Las Square Groove
43
3.5 Pembagian Spesimen
Setelah plat di las kemudian dipotong sesuai dengan ukuran
spesimen yang akan digunakan untuk pengujian dan ukuran
tersebut mengacu pada ukuran standard pengujian yang telah
ditentukan.
3.5.1 Spesimen Uji Metalografi dan Foto Mikro
44
3.5.2 Spesimen Uji Tarik
45
3.6 Pengujian
Pada tahap ini spesimen yang telah dipotong sesuai dengan
ukuran akan dilakukan pengujian sebagai berikut:
3.6.1 Uji Kekerasan
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan
menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan
material terhadap indentor berupa bola baja ataupun kerucut
intan yang ditekankan pada permukaan benda kerja. Pengujian
kekerasan dilakukan 11 titik yaitu pada daerah weld metal,
HAZ, dan base metal setiap sample benda.
46
Tabel 3.1 Etching Reagent Untuk Melihat Macrostructure
Nama Komposisi Durasi Material
1-3 menit
Hidrochloric H2O 50 ml Carbon
Pada suhu
acid HCl 50 ml Steel
75oC
HNO3 20 ml 1-3
Nital Alkohol 95% 98 ml menit Carbon Steel
47
spesimen tidak panas sehingga mengubah struktur
mikronya.
3. Polishing
Penggosokan diatas piringan kain wool yang berputar,
disertai taburan bubuk polishing, sampai goresan-goresan
akibat proses grinding hilang sehingga permukaan
spesimen uji mengkilat.
4. Etching
Etching atau proses etsa dilakukan dengan
menggunakan larutan etsa (etsa reagent) natal dengan
HNO3 20 ml. dengan waktu perendaman selama 1 menit,
setelah itu benda dibilas dengan alcohol 98% dan di
keringkan menggunakan hair dryer.
5. Pemotretan
Pemotretan dilakukan dibawah mikroskop dengan
menggunakan lensa objektif 10x, sedangkan lensa okuler
10x, 20x, 50x, dan 100x sehingga dapat menghasilkan
pembesaran 100x, 200x, 500x dan 1000x.
Setelah melakukan tahap-tahap prosedur pengujian
mikrostruktur lalu langkah selanjutnya yaitu:
48
❖ Menghitung Presentase Tiap Microstructur
Keterangan:
PMs () : Presentase Microstruktur terterntu (%)
QMs () : Jumlah titik Microstruktur tertentu
Qo : Jumlah titik total
49
3.6.3 Pengujian Tarik
Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan
tarik dari logam induk setelah mengalami proses pengelasan.
Pengujian tarik dilakukan dengan cara memberikan beban tarik
pada batang uji secara perlahan-lahan sampai benda uji
terputus atau patah. Peralatan yang digunakan untuk pengujian
tarik adalah alat uji tarik dan jangka sorong. Mesin yang
digunakan dalam pengujian ini adalah mesin uji tarik merk
GOTECH buatan Taiwan.
Langkah-langkah pengujian tarik adalah sebagai berikut:
1. Menandai benda kerja las MAG.
2. Menentukan beban yang digunakan yaitu 10000 N,
kemudian menentukan panjang total dan lebar benda.
3. Nyalakan saklar power utama sehingga lampu indikator
menyala.
4. Pastikan handle load control pada posisi stop.
5. Letakkan alat bantu pada permukaan alat uji dan plat
penahan.
6. Pastikan jarum penunjuk pada posisi nol.
7. Pastikan pencekam pada lower crosshead dan naikkan
lower crosshead dengan menekan tombol up crosshead
sehingga dapat mencekam benda uji tarik dengan baik.
8. Atur kecepatan pembebanan.
9. Jarum indicator beban akan bergerak terus hingga
mencapai titik max load dari benda uji yang diuji
kemudian mengalami penurunan dan putusnya benda
kerja.
10. Catat pembebanan dan pertambahan panjang.
11. Kemudian lepaskan benda uji dari tempat pencekam.
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
51
Cacat IP Garis batas HAZ dan base metal
52
Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Kekerasan
Nilai Kekerasan (HV) Rata-
Groove Daerah Titik
Benda 1 Benda 2 Benda 3 rata
1 87 86,6 87 86.6
2 85 84,2 85 84.7
Logam
3 86,5 87 84.8 86.1
Las
4 86 85,4 85 85.4
5 86,5 84 78 82.3
Square
6 87 78 78.8 81.2
Groove HAZ
7 74 82,4 80 78.8
8 84 79 83 82
9 74 72 73,2 73
Logam 10 83 75 77 78
Induk 11 76 76,4 74.6 75.2
12 79 77 73 77.4
1 87.6 86 85 86.2
Logam 2 88.3 87.6 84 86.6
las 3 88.9 86 84.2 86.9
4 87 83.5 88 86.1
5 89.6 88 86 87.8
V- 6 83.8 83.8 86 84.5
HAZ
groove 7 82.5 81 84 82.5
8 84 86.5 85 85.1
9 78.5 76 78 77.5
Logam 10 76.6 78 74.6 76.4
Induk 11 81 80 78 79.6
12 75 74 77 75.3
53
SQUARE GROOVE V-GROOVE
Poly. (SQUARE GROOVE) Poly. (V-GROOVE)
90
85
HRB
80
75
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
TITIK UJI
Gambar 4.5 Grafik Hasil Rata-rata Pengujian Kekerasan
• Regangan
Δ𝐿
𝜀= 𝑥 100%
𝐿𝑜
Dimana:
𝜀 = Regangan (%)
ΔL = Perpanjangan (mm)
Lo = Panjang asal (mm)
54
• Ultimate Tensile Strength
Max Load
𝑈𝑇𝑆 =
𝐴𝑜
Dimana:
𝑈𝑇𝑆 = Ultimate Tensile Strength
𝑀𝑎𝑥 𝐿𝑜𝑎𝑑 = Beban Maksimum (kgf)
𝐴𝑜 = Luas Penampang Awal (mm2)
55
ℓ
56
Tabel 4.3 Perhitungan A0 dan UTS dalam satuan kgf/mm2
ℓ w A0 Max Load UTS
Groove Patah
(mm) (mm) (mm2) (kgf) (kgf/mm2)
17.1 5.92 101.232 2127.688 21.017 WM
Square
17.2 5.96 102.512 2647.765 25.828 WM
Groove
17.1 5.95 101.745 1554.444 15.277 WM
17.6 5.96 104.896 3850.017 36.703 HAZ
V-groove 17.2 5.95 102.340 3107.153 30.361 HAZ
17.2 5.96 102.512 3455.964 33.712 HAZ
Ket :
• WM = Weld Metal
• HAZ = Heat Affected Zone
• BM = Base Metal
• Standard Benda SA-36 = 400-550 MPa
= 40.788-56.084 kgf/mm2
(minimimum di ijinkan 90% dari nilai terkecil = 360
MPa & 36.709 kgf/mm2)
Max Load
𝑈𝑇𝑆 =
𝐴𝑜
57
Tabel 4.4 Hasil Regangan dan UTS dalam satuan MPa
Benda Regangan UTS UTS rata-rata UTS
Groove Regangan
Uji Rata-rata (MPa) (MPa) SA-36
1 1.11% 206.106
Square
2 1.18% 1.15% 259.317 205.079
Groove
3 1.16% 149.816 400-550
4 1.20% 359.933 MPa
V-groove 5 1.21% 1.19% 297.739 329.424
6 1.16% 330.601
300
250
205.079
(MPa)
200
150
100 Cacat
50
0
Tegangan Tarik
Square Groove V-groove
58
Regangan
1.2
1.19
1.19
Regangan Rata-rata (%)
1.18
1.17
1.16
1.15
1.15
1.14 Cacat IP
1.13
59
Berbeda dengan pengelasan variasi V-groove. Hasil lasan
terlihat tembusan yang rata tanpa ada cacat IP (Incompelete
Penetration). Pengelasan V-groove ini memerlukan pengisian
logam las yang lama sehingga base metal benar-benar mencair dan
menghasilkan hasil lasan tanpa cacat. Ketika di uji tarik patahan
terjadi di daerah HAZ, hal ini menunjukkan pengelasan yang
berhasil.
Cacat IP
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan analisa yang telah dilakukan, dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
• Hasil pengujian pengelasan existing karoseri SKA dengan
square groove mengalami cacat IP sehingga mengalami
putus di area logam las dengan kekuatan tarik sebesar
205.079 MPa dan memiliki tingkat kekerasan tertinggi
pada logam las sebesar 86.6 HRb.
• Hasil pengujian pengelasan variasi V-groove mengalami
putus di area HAZ dengan kekuatan tarik sebesar sebesar
329.424 MPa dan memiliki tingkat kekerasan tertinggi
pada daerah HAZ sebesar 87.8 HRb.
5.2 Saran
Untuk memperbaiki keterbatasan Tugas Akhir ini kedepannya,
bedasarkan pengalaman dari penulis maka dapat diberi saran
sebagai berikut:
• Dalam menyiapkan material harus disertai dengan
sertifikat material dari produsen.
• Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan
lebih banyak variasi bentuk groove sehingga lebih
meyakinkan bahwa bentuk groove memiliki pengaruh
terhadap kekerasan, kekuatan, dan struktur mikro yang
terbentuk.
• Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya lebih teliti
menganalisa hasil pengelasan terdapat cacat atau tidak.
61
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
62
DAFTAR PUSTAKA
63
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
64
Lampiran 1
Hasil Pengujian Tarik Square Groove 1
65
Lampiran 2
Hasil Pengujian Tarik Square Groove 2
66
Lampiran 3
Hasil Pengujian Tarik Square Groove 3
67
Lampiran 4
Hasil Pengujian Tarik V-groove 1
68
Lampiran 5
Hasil Pengujian Tarik V-groove 2
69
Lampiran 6
Hasil Pengujian Tarik V-groove 3
70
Lampiran 7
Spesifikasi Filler 1
71
Lampiran 8
Spesifikasi Filler 2
72
Lampiran 9
Spesifikasi Baja SA-36
73
Lampiran 10
Foto Mikrostruktur Base Metal pada Pengelasan Square Groove
74
Lampiran 11
Foto Mikrostruktur HAZ pada Pengelasan Square Groove
75
Lampiran 12
Foto Mikrostruktur Weld Metal pada Pengelasan Square Groove
76
Lampiran 13
Foto Mikrostruktur Base Metal pada Pengelasan V-groove
77
Lampiran 14
Foto Mikrostruktur HAZ pada Pengelasan V-groove
78
Lampiran 15
Foto Mikrostruktur Weld Metal pada Pengelasan V-groove
79
Lampiran 16
Macam-macam Struktur Mikro
80
BIODATA PENULIS