Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEKUATAN BAHAN

DI SUSUN OLEH:

Firman adinda putra

2031240026/1D

DOSEN PENGAMPU:

Hiding Cahyono

FAKULTAS TEKNIK

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan
memberi petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga makalah “Kekuatan
Bahan” ini dapat di selesaikan.

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan


penghargaan yang setinggi- tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, dorongan, bimbingan dan arahan kepada penyusun.

Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu segala saran dan kritik guna memperbaiki dan kesempurnaan sangat kami
nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
para pembaca pada umumnya.

Kediri, 26 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................3

C. Tujuan Penulisan....................................................................................................3

BAB II KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4

A. Persiapan pengelasan.................................................................................................4

B. PERENCANAAN KONTRUKSI LAS.....................................................................6

C. Klasifikasi Berdasarkan Cara Pengelasan..................................................................9

BAB III PENUTUP.........................................................................................................12

A. Kesimpulan..........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana sebelumnya dijelaskan, statika adalah ilmu yang 


mempelajari gaya dan sistem gaya yang bekerja pada benda kaku yang
diam.  Kekuatan material (strength of materials) dapat disebut sebagai ilmu
yang  mempelajari hubungan antara gaya luar yang bekerja pada benda
elastik dan  tegangan – regangan dalam yang disebabkan oleh gaya-gaya
yang bekerja.  Berdasarkan pada prinsip-prinsip kekuatan material,
dinyatakan bahwa ada benda  elastis terhadap kondisi internal jika
mengalami kondisi pembebanan yang  bervariasi. 
Pada kajian statika, perubahan dimensional benda diabaikan (benda 
dianggap kaku). Pada kajian kekuatan material, benda tidak selalu dianggap
kaku.  Deformasi dan perubahan dimensional akan menjadi perhatian
penting. Kita akan  memperhatikan mesin dan elemen struktural yang
memiliki penerapan dalam  berbagai bidang teknologi keteknikan dengan
analisis dan desain (pemilihan) dari  elemen-elemen tersebut dengan
melibatkan terjadinya deformasi dan perubahan  dimensional. Pendekatan
dilakukan secara rasional dan analitis berdasarkan  prinsip-prinsip kekuatan
material.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja persiapan pengelasan?
2. Apa saja jenis sambungan las?
3. Apa saja Tanda Tanda Gambar Dalam Pengelasan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui persiapan pengelasan
2. Untuk mengetahui saja jenis sambungan las
3. Untuk mengetahui Tanda Tanda Gambar Dalam Pengelasa

1
BAB II

KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA

A. Persiapan pengelasan

Mutu dari hasil pengelasan tergantung dari pengerjaan las nya itu sendiri
juga sangat tergantung dari persiapanya sebelum pelaksaanan pengelasan, Karena
itu persiapan pengelasan harus mendapatkan perhatian dan pengawasan yang
sama dengan pelaksanaan pengelasan, Persiapan umum dalam pengelasan
meliputi penyediaan bahan, pemilihan mesin las, penunjukan juru las, penentuan
alat perakit dan beberapa hal lainya lagi.

Dalam menentukan alat alat, disamping menentukan lasnya itu sendiri hal
yang juga tdak kalah pentingnya adalah penentuan alat perait atau alat bantu. Alat
perakit ini adalah alat alat khusus yang dapat memegang dengan kuat bagian
bagian yang akan dilas sehingga hasil pengelasan mempunyai bentuk yang tepat.
Jadi pemilihan alat bantu yang tepat akan menentukan ketelitian bentuk akhir dan
akan mengurangi waktu pengelasan. Alat perakit dalam pengelasan dapat dibagi
dalam dua kelompok yaitu kelompok yang memegang bagian-bagian yang akan
dilas pada tempatnya sehingga memudahkan pengelasan dan yang kedua adalah
pemegang yang dapat menahan perubahan dari bentuk konstruksi

 Persiapan bagian yang akan dilas

 Persiapan sisi lasØ

Setelah penentuan proses pengelasan maka geometri sambungan harus ditentukan


dengan memperhatikan tigkatan teknik dari begian pembuatan, sifat keampuan

2
pengerjaan nya dan kemungkinan penghematan yang akhirnya tertuju pada bentuk
alur.

 Posisi pengelasan dan alat pemegangØ

Posisi pengelasan yang terbaik dilihat dari sudut kwalitas sambungan dan efisiensi
pengelasan adalah pasisi datar, Karena itu dalam manentukan urutan perakitan,
landasan perakitan alat perakit harus mengusahakan sejauh mungkin
menggunakan posisi datar.

 Las ikat dan perakitanØ

Dalam penyetelan ini sering sekali bagian bagian harus dihubungkan satu sama
lain dengan lasan pendek-pendek pada tempat tempat tertentu yang dinamakan las
ikat

 Pemeriksaan dan perbaikan alurØ

Bentuk dan ukuran alur turut menentukan mutu lasan, karena itu pemeriksaan
terhadap ketelitian bentuk dan ukuran nya harus juga dilakukan pada saat sebelum
pengelasan.

 Pembersihan alurØ

Kotoran-kotoran seperti karat, terak, minyak, air dan lain sebagainya bila
tercampur dengan logam las dapat menimbulkan cacat las seperti retak, lubang
halus dan lain sebagainya yang dapat mambahayakan kontruksi, karena itu
kotoran-kotoran itu harus dibersihkan sebelum pelaksanaan pengelasan.
Pembersihanya yaitu dengan cara mekanik atau cara kimia WPS yg baik selalu
didukung pula dgn PQR (Procedure Qualification Record). PQR adl dokumen
data pengelasan pada sample pengujian dimana tdp hasil tes. Pada umumnya
parameter2 aktual yg digunakan akan lbh sedikit saat dilakukannya proses

3
pengelasan lapangan. PQR yg baik akan memberikan parameter penting termasuk
parameter tambahan yg dipersyaratkan pada proses pengelasan. Sedangkan
variable/parameter lainnya dapat pula digunakan sbg pilihan. Salah satu contoh
variabel penting adl kuat tarik dari kawat las sedang yg variabel lain spt
pembersihan metal dgn sikat/brush.

Faktor2 penting yg ada dalam prosedur pengelasan (Welding procedure):


1. Jenis Join/sambungan
2. Jenis logam dasar
3. Logam pengisi
4. Elektroda/fluks
5. Panas
6. Posisi

Contoh suatu kawat las dgn kelas E 7016; berarti 70 ksi, angka 1 berarti untuk
semua posisi pengelasan, angka 6 berarti kadar hidrogen rendah. Perlu diingat
bahwa setiap WPS yg tlh dibuat akan mengacu pada standar klien dmn diterapkan
di lapangan sebagaimana pada tes las yg tlh dilakukan. Pada kasus tertentu,
prosedur ini dpt digunakan pd tmpt lain selama kontraktor dpt menunjukkan
sistem akan sama. Berikut adalah jenis2 pengelasan:
1. SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
2. SAW (Submerged Arc Welding)
3. GMAW (Gas Metal Arc Welding)
4. FCAW (Flux Cored Arc Welding)
5. GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)

B. PERENCANAAN KONTRUKSI LAS

Dalam bab ini akan dibahas klasifikasi sambungan las dan bentuk alur ampuh las.
Contoh-cotoh yang dipakai untuk hal ini diambil dari J,I,S yang sedikit banyak
yang berhubungan erat dengan standar dari A.W.S. disamping klasifikasi juga
akan dibahas secara singkattentang kekuatan sambungan las, mekanisme patah

4
perubahan bentuk atau deformasi las dan tegangan sisa dalam lasan. Bab ini akan
lebih mudah dimengerti bila mempelajarinya dikaitkan dengan pemilihan bahan
dan penghindaran cacat las juga dibahas dan dihubungkan dengan prosedur dan
perencanaan pengelasan. Untuk melengkapi akhir dari bukun ini ditambahkan
standar bentuk alur kampuh dari JSSC (Japan Society of Steel Contruction).

 Klasifikasi sambungan las

 Klasifikasi Berdasarkan Jenis Sambungan Dan Bentuk Alur.

(1) Sambungan Las Dasar

sambungan las dalam kontruksi baja pada dasarnya dibagi dalam sambungan
tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan sambungan tumpang, sambungan
dengan penguat dan smabungan sisi seperti yang ditunjukan dalam gbr.
Pembagian lebih lanjut dari sambungan ini dapat dilihat, dalam gbr.

(2) Sambungan Tumpul

Sambungan tumpul adalah jenis sambunganyang paling efesien, sambungan ini


dibagi lagi dalam dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi
menjadi sambungan tanpa pelat pembantu yang masih dibagi lagi dalam pelat
pembantu yang turut menjadi bagian dari kontruksi dan pelat pembantu yang
hanya sebagai penolong pada waktu proses pengelasan saja.

Bentuk alur dalam sambungan tumpul mempengaruhi efesiensi pengerjaan,


efesiensi Sambungan dan jaminan sambungan. Karena itu pemilihan bentuk alur
sangat penting, bentuk dan ukuran alur sambungan datar ini sudah banyak
distandarkan dalam standar AWS, BS, DIN, GOST, JSSC dan lain-lainnya. Pada
dasarnya dalam memilih bentuk alur harus menuju kepada penurunan logam las

5
Sampai kepada harga yang terendah tidak menurunkan mutu sambungan. Karena
hal ini maka dalam pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan dan penglaman
yang luas. Bentuk-bentuk yang telah distandarkan pada umumnya hanya meliputi
pelaksanaan pengelasan yang sering dilakukan sehingga dalam pengelasan khusus
bentuk alur harus ditentukan sendiri berdasarkan penglaman yang dapat
dipercaya.

(3) Sambungan bentuk T dan silang;

Pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu jenis las
dengan alur dan jenis las sudut, hal-hal yang dijelaskan untuk sambungan tumpul
diatas juga berlaku untuk sambungan jenis ini, dalam pelaksanaan pengelasan
mungkin sekali ada bagian batang yang menghalngi yang dalam hal ini dapat
diatasi dengan memperbesar sudut alur.

(4) Sambungan sudut ;

Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusunan dalam arah tebal pelat yang dapat
menyebabkan terjadinya retak lamel, hal ini dapat dihindari dengan membuat alur
pada pelat tegak seperti yang terlihat dalam pengelasan yang tidak dapat
dilakukan karena sempitnya ruang maka pelaksanaanya dapat dilakukan dengan
pengelasan tembus atau pengelasan dengan pelat pembantu.

(5) Sambungan Tumpang

Sambungan tumpang dibagi dalam 3 jenis. Karena sambungan ini efisiensinya


rendah maka jarang sekali digunakan untuk pelaksanaan penyambungan
konstruksi utama. Sambungan tumpang biasanya dilaksanakan dengan las sudut,
dan las isi.

(6) Sambungan sisi

6
Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dan sambungan las
ujung.
Untuk jenis yang pertama pada pelatnya harus dibuat alur sedangkan pada jenis
kedua pengelasan dilakukan pada ujung pelat tanpa ada alur. Jenis kedua ini
biasanya hasilnya kurang memuaskan kecuali bila pengelasannya dilakukan dalam
posisi datar dengan aliran listrik yang tinggi.

(7)Sambungan dengan pelat penguat

Sambungan ini dibagi dalam dua jenis yaitu sambungan dengan pelat penguat
tunggal dan dengan pelat penguat ganda. Sambungan ini mirip dengan sambungan
tumpang. Dengan alasan yang sama dengan sambungan tumpang, maka
sambungan ini pun jarang digunakan untuk penyambungan konstruksi utama.

C. Klasifikasi Berdasarkan Cara Pengelasan

Sebenarnya banyak cara untuk mengklasifikasikan pengelasan, tetapi karena


dalam hal ini akan di hubungkan dengan benttuk daerah las maka diambil
klasifikasi yang didasarkan atas keadaan yang terjadi pada logam yang di las yaitu
cair, padat dengan tekanan dan lain sebagainya. Berdasarkan ini sambungaan las
dapat dapat dibagi dalam tiga jenis seperti diterangkan dibawah ini.

(1) Sambungaan Las Cair

Sambungan las cair adalah jenis yang paling banyak digunakan dalam konstruksi
las yang masih dibagi lagi kedalam elektroda terumpan dan elektroda tak
terumpan. Las busur listrik tangan, las busur listrik dengan pelindung gas dan las
busur listrik terendaam kesemuanya termasuk dalam las busur listrik dengan
elektroda terumpan. Sedangkan las TIG termasuk dalam las busur listrik dengan
elektroda tak terumpan.

7
(2) Sambungan Las Tekan

Jenis sambungan yang dapat dilakukan dengan sambungan las tekaan adalah
sambungaaan tumpang, di mana pelaksanaannya dapat berupaa las ledakan, las
gesekan atau friksi las ultrasonic las tekan dingin, lastekan panas dan las
resisteansi.

(3) Sambungan Patri

Sambungan patri adalah semacam sambungan las yang menggunakan sifat


metalurgi dimana ligam dapat dipadu pada temperatur yang lebih rendah dari pada
temperature cairnya. Logam patri biasanya mempunyai kekuatan yang lebih
rendah dari pada
logam induk dan dibagi dalam dua jenis yaitu logam patri keras dan logam patri
lunak yang dibedakan oleh suhu cairnya.

 Tanda Tanda Gambar Dalam Pengelasan

Syarat-syarat dalam pengelasan sangat penting bagi mutu dari sambungan las,
karena itu syarat-syarat tersebut harus disampaikan dengan baik dan tepat kepada
juru las. Cara yang tepat adalah menempatkan tanda-tanda gambar pada gambar
konstruksi. Tanda gambar ini telah di standarkan oleh AWS, JIS, BS, DIN dan
system standar yang lainnya.

Tanda gambar las biasanya terdiri dari dua yaitu tanda gambar dasar dan tanda
gambar pelengkap yang kedua-duanya ditempatkan pada garis tanda. Untuk
meyakinkan mutu mutu las kadang-kadang ditambahkan tanda gambar uji yang
menjelaskan jenis pengujian tak merusak yang harus dilakukan.
Berdasarkan tanda gambar dasar, pengelasan dibagi dalam las alur, las sudut, las
busur listrik dan las resistensi. Las alur diberi tanda sesuai dengan bentuk alur dan
las resistensi di bedakan dalam jenisnya, misalnya las titik atau las garis. Tanda
gambar pelengkap digunakan untuk menjelaskan penampakan, penyelesaian

8
permukaan dan lain sebagainya dari permukaan las secara tertulis pada garis
tanda.

9
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Prosedur pengelasan adalah suatu perencanaan untuk pelaksanaan pengelasan


yang meliputi cara pembuatan kontruksi las yang sesuai dengan rencana dan
spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan
tersebut. Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan pada proses
yang paling sesuai untuk tiap tiap sambungan las yang ada pada kontruksi. Dalam
hal ini tentu dasarnya efisiensi yang tinggi, biaya murah, penghematan tenaga
penghematan energi sejauh mungkin.

Dalam menentukan alat alat, disamping menentukan lasnya itu sendiri hal
yang juga tdak kalah pentingnya adalah penentuan alat perait atau alat bantu. Jadi
pemilihan alat bantu yang tepat akan menentukan ketelitian bentuk akhir dan akan
mengurangi waktu pengelasan. Kotoran-kotoran seperti karat, terak, minyak, air
dan lain sebagainya bila tercampur dengan logam las dapat menimbulkan cacat las
seperti retak, lubang halus dan lain sebagainya yang dapat mambahayakan
kontruksi, karena itu kotoran-kotoran itu harus dibersihkan sebelum pelaksanaan
pengelasan. WPS yg baik selalu didukung pula dgn PQR (Procedure Qualification
Record). PQR adl dokumen data pengelasan pada sample pengujian dimana tdp
hasil tes. Contoh suatu kawat las dgn kelas E 7016; berarti 70 ksi, angka 1 berarti
untuk semua posisi pengelasan, angka 6 berarti kadar hidrogen rendah. Perlu
diingat bahwa setiap WPS yg tlh dibuat akan mengacu pada standar klien dmn
diterapkan di lapangan sebagaimana pada tes las yg tlh dilakukan.

Contoh-cotoh yang dipakai untuk hal ini diambil dari J,I,S yang sedikit
banyak yang berhubungan erat dengan standar dari A.W.S. sambungan las dalam
kontruksi baja pada dasarnya dibagi dalam sambungan tumpul, sambungan T,
sambungan sudut dan sambungan tumpang, sambungan dengan penguat dan
smabungan sisi seperti yang ditunjukan dalam gbr. Sambungan dan jaminan

10
sambungan. Sampai kepada harga yang terendah tidak menurunkan mutu
sambungan.

Karena hal ini maka dalam pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan dan
penglaman yang luas. Sambungan tumpang dibagi dalam 3 jenis. Sambungan sisi
dibagi dalam sambungan las dengan alur dan sambungan las ujung. kedua
pengelasan dilakukan pada ujung pelat tanpa ada alur. Jenis kedua ini biasanya
hasilnya kurang memuaskan kecuali bila pengelasannya dilakukan dalam posisi
datar dengan aliran listrik yang tinggi. Sambungan ini dibagi dalam dua jenis
yaitu sambungan dengan pelat penguat tunggal dan dengan pelat penguat ganda.
Sambungan ini mirip dengan sambungan tumpang. Klasifikasi Berdasarkan Cara
Pengelasan. Sebenarnya banyak cara untuk mengklasifikasikan pengelasan, tetapi
karena dalam hal ini akan di hubungkan dengan benttuk daerah las maka diambil
klasifikasi yang didasarkan atas keadaan yang terjadi pada logam yang di las yaitu
cair, padat dengan tekanan dan lain sebagainya. Sambungan las cair adalah jenis
yang paling banyak digunakan dalam konstruksi las yang masih dibagi lagi
kedalam elektroda terumpan dan elektroda tak terumpan. Logam patri biasanya
mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari pada .

Cara yang tepat adalah menempatkan tanda-tanda gambar pada gambar


konstruksi. Tanda gambar ini telah di standarkan oleh AWS, JIS, BS, DIN dan
system standar yang lainnya. Tanda gambar las biasanya terdiri dari dua yaitu
tanda gambar dasar dan tanda gambar pelengkap yang kedua-duanya ditempatkan
pada garis tanda. Las alur diberi tanda sesuai dengan bentuk alur dan las resistensi
di bedakan dalam jenisnya, misalnya las titik atau las garis. Tanda gambar
pelengkap digunakan untuk menjelaskan penampakan, penyelesaian permukaan
dan lain sebagainya dari permukaan las secara tertulis pada garis tanda.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/dokumen.tips/amp/documents/perencanaan-
konstruksi-las-5606ef8c67c09.html?espv=1

http://makalah79.blogspot.com/2014/01/prosedur-dan-teknik-dalam-
pengelasan.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai