Anda di halaman 1dari 21

CJR PENELITIAN DASAR PENGELASAN

SKOR NILAI :

Nama : MHD HARDIAN S DAULAY

Nim : 5181121015

Dosen pengampu : R. MURSID

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGATAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya  sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan critical
jurnal review ini. Critical jurnal revew ini kami buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada
mata kuliah PENELITIAN DASAR PENGELASAN, semoga critical jurnal revew ini dapat
menambah wawasan dan pengatahuan bagi para pembaca.

     Dalam penulisan critical jurnal review ini, saya tentu saja tidak dapat menyelesaikannya
sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih
kepada:

1.      Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan

2.      Kepada dosen pengampu, Bapak R. MURSID

     Saya menyadari bahwa critical jurnal review ini masih jauh dari kata sempurna karena
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya dengan segala kerendahan hati meminta
maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan ke depannya.

     Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam
critical jurnal revew yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya
bagi para pembaca.

Medan, juni 2021

Mhd hardian s daulay


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..............................................................................................


Daftar Isi........................................................................................................
BAB I............................................................................................................
A. Pendahuluan......................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Tujuan danMasalah...........................................................................
D. Identias Jurnal yang di
review................................................................................................
BAB II METODE ...……………………………………………………….
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................
BAB IV........................................................................................................
A. Kekuatan penelitian…………………………………………….....
B. Kelemahan penelitian……………………………………………..
C. Kesimpulan dan Saran.......................................................................
Daftar Pustaka..............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Critical jurnal review yang berbentuk makalah ini berisi tentang kesimpulan dari
perbandingan yang akan kami lakukan pada dua jurnal yang sudah ditentukan, dan saya akan
menyertakan ringkasan dari masing-masing jurnal, dimana jurnal pertama dan kedua
memiliki judul yang berbeda.

     Dalam critical jurnal review ini, kami akan memaparkan masalah tersebut lewat
pembahasan berikut. Semoga usaha ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi
penyusun khususnya.

B. Rumusan Masalah

     Adapun rumusan masalah dalam penulisan critical jurnal review ini dapat dijabarkan
sebagai berikut.

1. Bagaimana review maupun ringkasan jurnal tersebut?

2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan jurnal tersebut?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

     Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai penyusun dalam penulisan critical jurnal review
ini adalah untuk mengajak pembaca lebih memahami secara mendalam mengenai kedua
jurnal tersebut.

D. Identitas Artikel dan Journal yang direview


JURNAL 1
1. Judul Artikel : PENGARUH KUAT ARUS LISTRIK PENGELASAN
TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO LAS SMAW
DENGAN ELEKTRODA E7016
2. Nama Journal : JURNAL TEKNIK MESIN
3. Edisi terbit : 2015
4. Penerbit : 23, NO. 1
5. Kota terbit : universitas negeri malang
6. Nomor ISSN :-
7. Alamat Situs :-

JURNAL 2
1. Judul Artikel : Studi eksperimental kekuatan tarik dan kekerasan pada
sambungan pipa ASTM A 106 Grade B dengan pengelasan SMAW
2. Nama Journal : Journal of Welding Technology
3. Edisi terbit : Volume 1, No. 2,
4. Penerbit : 2019
5. Kota terbit : Buketrata
6. Nomor ISSN :-
7. Alamat Situs : -
BAB II

METODE PENELIATIAN

JURNAL 1
Penelitian ini merupakan penelitian jenis eksperimental, untuk memperoleh
deskripsi tentang pengaruh variasi kuat arus pengelasan terhadap kekuatan tarik dan
struktur mikro pada pengelasan baja karbon rendah. Data yang telah diperoleh dari
hasil pengujian kekuatan tarik selama penelitian diisikan pada lembar observasi.
Sedangkan untuk menentukan perubahan struktur mikro, data yang didapat dianalisis
menggunakan analisis deskriptif. Pada uji kekuatan tarik dan struktur mikro
menggunakan spesimen yang sama, terlebih dahulu dilakukan uji tarik kemudian
dilihat struktur mikro.
Objek penelitian pengelasan yang dipakai adalah baja karbon rendah, yang
memiliki ukuran setiap spesimen dengan panjang 300 mm, lebar 50 mm, dan tebal 8
mm, sehingga total semua spesimen adalah 10 buah dengan ukuran yang sama.
Standar uji tarik berdimensi panjang 200 mm, lebar 12,5 mm dan tebal 8 mm yang
mengacu pada ASTM E8/E8M-09 tentang Standard Test Methods for Tension Testing
of Metallic Materials. Sedangkan spesimen struktur mikro berdimensi panjang 20
mm, lebar 12,5 mm dan tebal 8 mm. Setiap variasi kuat arus pengelasan diambil 1
struktur mikro HAZ, 1 struktur mikro logam las. Sebagai struktur mikro pembanding
diambil 1 foto struktur mikro logam induk. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah lembar observasi yang berisi data angka kekuatan tarik pada baja yang telah
mengalami proses pengelasan dengan variasi kuat arus pengelasan 100A, 125A, dan
150A.
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dengan mempersiapkan bahan
baja karbon rendah, mesin las SMAW, mesin frais, mikroskop metalografi, mesin
skrap, dan mesin poles.
Pengambilan data dimulai dengan pembentukan spesimen pengelassan dengan
kampuh V terbuka bersudut 600 dipotong menggunakan gerinda. Spesimen
pengelasan berukuran panjang 200 mm, lebar 50 mm, tebal 8 mm. Kemudian
melaksanakan pengelasan sesuai dengan Welding Procedure Spesification (WPS).
Benda kerja hasil pengelasan kemudian dibentuk menjadi spesimen uji tarik. Bentuk
spesimen uji tarik sesuai dengan ASTM E8/E8M-09. Pembentukan spesimen ini
dilakukan dengan menggunakan mesin gergaji dan mesin frais. Pembentukan
spesimen struktur mikro dilakukan setelah spesimen melalui uji tarik. Daerah
sambungan las pada spesinen dipotong dengan ukuran panjang 20 mm, lebar 12,5 mm
dan tebal 8 mm.
Langkah-langkah pengujian tarik adalah 1) Menghidupkan mesin dan
komputer. 2) Menginput data yaitu tebal dan lebar spesimen yang akan diuji tarik. 3)
Memasang spesimen uji pada grips. 4) Memulai uji tarik dengan menekan tombol
start pada layar monitor. 5) Setelah spesimen patah, putar panel pada manual kontrol
posisi nol. 6) Melepas spesimen yang sudah patah setelah pengujian. 7) Melihat hasil
pengujian tarik di komputer dan dicetak.
Prosedur pengamatan struktur mikro adalah 1) Pemotongan pada spesimen
hingga menyisakan daerah HAZ. 2) Permukaan samping spesimen dihaluskan dengan
kertas gosok mulai grid 100, 220, 500, 800 dan 1000. 3) Digosok menggunakan kain
flanet + autosol. 4) Spesimen ditetesi dengan larutan Nital, yaitu campuran 2% HNO3
+ 98% Alkohol. Larutan ini berfungsi untuk mengkikis permukaan supaya strukturnya
lebih terlihat ketika difoto. 5) Spesimen diletakkan pada meja mikroskop. 6) Lensa
difokuskan pada gambar. 7) Kemudian dilakukan pengamatan dengan mikroskop
mikro sampai diperoleh gambar yang jelas dengan perbesaran 400X setelah itu
dipotret.

JURNAL 2
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dan
analisa yang digunakan untuk mengetahui kekuatan tarik dan kekerasan pada
sambungan las material ASTM Grade B . Eksperimental adalah melakukan
pengamatan dibawah kondisi buatan yang sengaja diatur dan dibuat oleh peneliti.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Uji Material Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Lhokseumawe dengan kondisi dan peralatan yang disesuaikan.
Material yang digunakan adalah Pipa Baja ASTM A106 Gr.B dengan dengan
diameter ø 10 inch, tebal 7,11 mm, dan panjang 200 mm. sedangkan Elektroda las
yang digunakan E7018 dengan diameter ø 3.2 mm dan E6010 dengan diameter ø 2.6
mm serta menggunakan kampuh V.
Sebelum melakukan penelitian ada beberapa tahap yang harus dipenuhi
diantaranya sebagai berikut.
1. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengelasan adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan mesin las SMAW sesuai dengan polaritas DCEP (Direct Current
Electrode Positive )
b. Mempersiapkan elektroda E7018 dan E6010
c. Mempersiapkan 2 buah pipa baja A 106 Grade B dengan ukuran diameter ø 10
inch, panjang 200 mm, dan tebal 7,11 mm yang kedua sisi pipa telah dibevel 30o
d. Buat root face selebar 3 mm dengan menggunakan gerinda tangan sama besar dan
rata.
e. Hidupkan mesin las, kemudian elektroda dijepitkan pada holder elektroda dan
massa pada mesin las dijepitkan pada meja las.
f. Atur root gap antara 2 pipa yang akan di las dengan ukuran 3 mm.
g. Ampere meter diatur pada angka 80 Ampere.
Selanjutnya mulai dilakukan pengelasan untuk spesimen pipa baja A 106
Grade B dimulai dari pengelasan root pass, fill pass, dan cover pass.
Setelah proses pengelasan selanjutnya adalah material yang sudah di las akan
di potong berbentuk spesimen uji dengan mesin gergaji besi.
Proses Pengujian Tarik ini bertujuan untuk mendapatkan Tensile Strength,
Yield Strength, dan Elongation. Setelah pengujian dilakukan, didapatkan Kurva P-˚L
yang kemudian harus dtransformasikan kedalam Kurva Tegangan-Regangan. Standart
pengujian tarik ini mengacu pada standart JIS Z 2201 1981.

Gambar 3.1 Spesimen uji tarik


Pengujian kekerasan dengan metode rockwell bertujuan menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor berupa
bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji
tersebut.
Gambar 3.2 Titik pengujian
Keterangan :
Titik Uji Kekerasan Daerah Base Metal
Titik Uji Kekerasan Daerah HAZ
Titik Uji Kekerasan Daerah Weld Metal
Titik 1: Daerah Pengujian Base Metal
Titik 2: Daerah Pengujian HAZ
Titik 3: Daerah Pengujian Weld Metal
Titik 4: Daerah Pengujian HAZ
Titik 5: Daerah Pengujian Base Metal
Mulai

Studi Literatur

Pemotongan Sambungan
Las Pipa

Pembuatan Spesimen

Uji Kekerasan Uji Tarik Tidak

Analisa Data

Hasil

Ya

Selesai

Gambar 3.3. Diagram Alir Proses Penelitian


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL 1

Berdasarkan hasil pengujian tarik baja karbon rendah yang telah mengalami proses
pengelasan SMAW dengan variasi kuat arus pengelasan 100 A, 125A, dan 150 A diperoleh
angka kekuatan tarik baja karbon rendah yang dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah
ini.

Tabel 1 Rata-rata Hasil pengujian tarik pada pengelasan baja Karbon rendah dengan
variasi kuat arus pengelasan

Data Pengujian Tarik


Kuat Arus Kekauatan Luluh Kekuatan saat Kekuatan tarik
(kgf/mm2) patah (kgf/mm2) (kgf/mm2)
Raw Material 18,841 28,771 36,711
Kuat Arus 100 A 16,024 23,907 31,863
Kuat Arus 125 A 31,827 27,146 40,827
Kuat Arus 150 A 30,373 33,485 48,503
Satuan dalam kgf/mm2
60
48.503
50
40.827
40 36.711
31.863 31.827 33.485
28.771 30.373
30 27.146
23.907
18.841 Kekuatan luluh
20 16.024
Kekuatan saat patah
10 Kekuatan tarik
0
Raw Arus 100AArus 125AArus 150A
Material

Arus pengelasan

Gambar 1 Diagram Hasil Pengujian Tarik

Dari gambar diagram hasil pengujian tarik dapat diketahui terdapat perbedaan rerata
kekuatan tarik, kekuatan luluh dan kekuatan saat patah pada masing-masing variasi kuat arus
pengelasan. Hasil rerata tertinggi rerata kekuatan tarik, kekuatan luluh dan kekuatan saat
patah, terjadi pada penggunaan kuat arus pengelasan 150 A sebesar 48,503 kgf/mm2 ; 30,373
kgf/mm2 ; dan 33,485 kgf/mm2 . Sedangkan hasil rerata terendah kekuatan tarik, kekuatan
luluh dan kekuatan saat patah, terjadi pada penggunaan kuat arus 100 A sebesar 31,863
kgf/mm2 ; 16,024 kgf/mm2 ; 23,907

Pengamatan Struktur Mikro

Pada penelitian ini, pengambilan foto struktur mikro dilakukan pada 3 bagian pada
sambungan las. Bagian pertama pada logam induk. Pengambilan foto pada logam induk
digunakan sebagai pembanding (raw materials). Bagian kedua diambil pada daerah HAZ dan
bagian ketiga pada logam las.

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa struktur mikro logam induk terdiri dari perlit dan
ferit. Pada logam induk didominasi oleh ferit. Ferit besifat lunak dan ulet.
perlit

ferit

Gambar 2 Struktur Mikro Logam Induk (Raw Materials)

A B
autenit
sisa

Ferrite
Widmanstatten
Ferrite

C D Dendrite

Widmanstatten
Ferrite

autenit
sisa
Dendrite

E F

Gambar 3 Struktur mikro daerah HAZ (A) dan logam las (B) kuat arus 100 Ampere,
struktur mikro daerah HAZ (C) dan logam las (D) kuat arus 125 Ampere, struktur mikro
daerah HAZ (E) dan logam las (F) kuat arus 150 Ampere

Pengaruh Variasi Kuat Arus terhadap Kekuatan Tarik dan Struktur Mikro
Sambungan Las

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh variasi kuat arus terhadap
kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las. Bila hasil pengujian tarik raw material yang
dijadikan sebagai pembanding yaitu 36,711 kgf/mm2 , maka nilai kekuatan tarik dengan kuat
arus pengelasan 100 Amper mengalami penurunan yaitu 31,863 kgf/mm2 . Sedangkan
dengan kuat arus pengelasan 125 Amper mengalami kenaikan 40,827 kgf/mm2 . Pada kuat
arus pengelasan 150 Amper mengalami kenaikan 48,503 kgf/mm2 . Bila dilihat pada struktur
mikro, diketahui bahwa kenaikan kuat arus pengelasan diikuti dengan bertambahnya jumlah
widmanstatten ferrite yang terbentuk. Sehingga dapat dipastikan bahwa nilai kekerasan juga
meningkat.

Pada hal ini variasi kuat arus pengelasan sangat berpengaruh pada kekuatan tarik dan
kekuatan impact suatu material. Dimulai dari rapuh, yakni pada kuat arus yang sangat rendah.
Pada tahap ini, akibat kuat arus yang sangat rendah mengakibatkan ukuran butir mengecil
sehingga jarak antar butir semakin jauh, ikatan melemah, dan rapuh (Raharjo, 2012). Dengan
demikian material amat mudah patah, sehingga energi yang dibutuhkan untuk menarik dan
mematahkannya sangat kecil pula. Selanjutnya dengan bertambahnya kuat arus pengelasan,
maka ukuran butir makin membesar sehingga jaraknya semakin dekat dan ikatannya menguat
serta kekuatan tarik dan ketangguhannya meningkat, namun masih getas (Rubijanto, 2012).
Dengan demikian kekuatan tarik dan kekuatan impactnya meningkat. Kemudian apabila
temperatur makin meningkat, hingga material mencapai keuletan sampai pada temperatur
maksimalnya, energi yang dibutuhkan untuk menarik dan mematahkannya akan bertambah
pula sampai nilai maksimum. Selanjutnya jika lewat dari titik ini, maka energi akan menurun
karena adanya deformasi (Suherman, 1988).

Pada gambar struktur mikro, jumlah widmanstatten ferrite yang terbentuk berbanding
lurus terhadap besar kuat arus pengelasan yang diberikan. Pada kuat arus pengelasan 150
Ampere, adanya struktur bainit mampu memperbaiki tegangan sisa yang yang muncul. Bainit
yang memiliki sifat lebih kuat dari perlit, dan lebih tangguh dan lebih ulet dari widmanstatten
ferrite menutupi cacat retak yang dihasilkan saat pendinginan. Bainit yang memiliki sifat ulet
dan widmanstatten ferrite memiliki sifat keras, kedua unsur ini bila bersatu akan memberikan
hasil yang baik. Kekerasan dan kekuatan tarik yang baik juga diikuti pertambahan panjang
yang baik pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiryosumarto (1981:67) bahwa
ketangguhan yang paling baik didapat bila terbentuk struktur ganda dari widmanstatten ferrite
dan bainit bawah. Sedangkan pada kuat arus pengelasan 100 dan 125 Ampere, jumlah
widmanstatten ferrite sangat banyak. Sifat widmanstatten ferrite yang keras dan getas tidak
mampu menutupi pengaruh tegangan sisa saat pendinginan terjadi, sehingga keretakan pada
daerah ini tidak dapat dihindari. Akibatnya, daerah ini memiliki kekerasan yang tinggi tetepai
kekuatan tarik nya berkurang akibat cacat retak yang terbentuk selama pendinginan dan juga
daerah ini tidak mempu mengalami pertambahan panjang saat pengujian tarik.

Dari uraian di sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa pengelasan SMAW pada
baja karbon rendah yang menggunakan elektroda E7016, semakin tinggi kuat arus pengelasan
yang diberikan maka semakin tinggi nilai kekuatan tariknya.

JURNAL 2

Hasil Uji Kekerasan Pengujian Pengujian

kekerasan dilakukan untuk mengetahui perbedaan kekerasan yang mengalami


perlakuan pengelasan dengan logam induk. Pengujian kekerasan dilakukan dengan
menggunakan mesin uji kekerasan. Hasil dari pengujian kekerasan berupa energi yang
diserap oleh benda uji dinyatakan dalam satuan HRC ..

Table 4.1 Data harga kekerasan


Adapun gambar grafik dari masing-masing nilai kekerasan seperti dibawah ini.

Gambar 4.1 Grafik nilai kekerasan specimen 1

Gambar grafik 4.4 diatas menunjukkan nilai kekerasan base metal 1 sebesar 62.00
HRC dan nilai kekerasan base metal 2 sebesar 58.00 HRC, ini terlihat terjadi penurunan nilai
kekerasan sebesar 4.00 HRC pada daerah base metal 2. Nilai kekerasan HAZ 1 sebesar 54.00
HRC dan nilai kekerasan HAZ 2 sebesar 56.00 HRC, terlihat terjadi peningkatan nilai
kekerasan antara kekerasan HAZ 1 dan HAZ 2 sebesar 2.00 HRC. Nilai kekerasan daerah
weld metal sebesar 57.50 HRC. Nilai kekerasan terendah terjadi pada daerah HAZ 1 yakni
sebesar 54 HRC dan diikuti dengan daerah HAZ 2 sebesar 56.00 HRC penurunan nilai
kekerasan yang signifikan yaitu sebesar 3.84 HRC.
Gambar 4.2 Grafik nilai kekerasan spesimen 2

Gambar grafik 4.2 diatas menunjukkan nilai kekerasan base metal 1 sebesar 52.00
HRC dan nilai kekerasan base metal 2 sebesar 55.00 HRC, ini terlihat terjadi peningkatan
nilai kekerasan sebesar 3.00 HRC pada daerah base metal 2. Nilai kekerasan HAZ 1 sebesar
58.00 HRC dan nilai kekerasan HAZ 2 sebesar 53.00 HRC, terlihat terjadi penurun nilai
kekerasan yang signifikan antara kekerasan HAZ 1 dan HAZ 2 sebesar 5.00 HRC. Nilai
kekerasan daerah weld metal sebesar 52.00 HRC. Nilai kekerasan terendah terjadi pada
daerah HAZ 1 dan weld yakni sama sebesar 52 HRC dan diikuti dengan daerah HAZ 2
sebesar 53.00 HRC.

Gambar 4.3 Grafik nilai kekerasan spesimen 3

Gambar grafik 4.3 diatas menunjukkan nilai kekerasan base metal 1 sebesar 65.00
HRC dan nilai kekerasan base metal 2 sebesar 63.50 HRC, ini terlihat terjadi penurunan nilai
kekerasan sebesar 1.50 HRC pada daerah base metal 2. Nilai kekerasan HAZ 1 sebesar 56.00
HRC dan nilai kekerasan HAZ 2 sebesar 58.00 HRC, terlihat terjadi peningkatan nilai
kekerasan antara kekerasan HAZ 1 dan HAZ 2 sebesar 2.00 HRC. Nilai kekerasan daerah
weld metal sebesar 73.50 HRC. Nilai kekerasan tertinggi terjadi pada daerah Weld yakni
sama sebesar 73.50 HRC dan diikuti dengan daerah base metal 2 sebesar 65.00 HRC.
Gambar 4.4 Grafik nilai kekerasan spesimen 4 Gambar grafik 4.4 diatas menunjukkan nilai
kekerasan base metal 1 sebesar 65.50 HRC dan nilai kekerasan base metal 2 sebesar 60.50
HRC, ini terlihat terjadi penurunan nilai kekerasan sebesar 5.00 HRC pada daerah base metal
2. Nilai kekerasan HAZ 1 sebesar 49.00 HRC dan nilai kekerasan HAZ 2 sebesar 49.50 HRC,
terlihat terjadi peningkatan nilai kekerasan antara kekerasan HAZ 1 dan HAZ 2 sebesar 0.50
HRC. Nilai kekerasan daerah weld metal sebesar 64.00 HRC. Nilai kekerasan tertinggi terjadi
pada daerah base metal 1 yakni sebesar 65.50 HRC dan diikuti dengan daerah base metal 2
sebesar 60.50 HRC.

4.4 Hasil Pengujian Tarik

Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui perbedaan sifat mekanik dan kekuatan
tarik yang mengalami perlakuan pengelasan dengan logam induk. Pengujian tarik dilakukan
dengan menggunakan mesin uji tarik.

Table 4.2 Data harga kekuatan tegangan

Gambar 4.5 Grafik Data harga kekuatan tegangan tarik

Berdasarkan gambar 4.5 terlihat kekuatan tarik tertinggi pada spesimen 2 yakni
sebesar 48,99 kgf/mm2, dan diikuti oleh spesimen 1 dengan nilai 40,95 kgf/mm2, dan nilai
terendah pada specimen 4 dengan kekuatan tarik 36,57 kgf/mm2. Dalam pengujian tarik rata-
rata terjadi bukan putus pada sambungan las dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Tabel 4.3 Data harga kekuatan regangan tarik

Gambar 4.6 Grafik Data harga kekuatan rengangan Tarik

Data dari Tabel 4.4 dan Berdasarkan grafik di atas yang mendapatkan nilai regangan
paling tinggi adalah specimen 2 dengan nilai 12,48 %, nilai yg sangat signifikan dengan
specimen 1 dengan nilai data 6,28 7,36 %, hal tersebut berarti mengalami perbedaan nilai
regangan 6.20 %. Sebaliknya, nilai yang di dapatkan pada specimen 3 senilai 7,85 % dan
sedangkan nilai yang di dapatkan pada specimen 4 adalah 6,37 menurun sekitar 1.48 % dari
specimen 3.

4.5 Pembahasan

Data dari hasil penelitian diketahui ada perbedaan nilai kekerasan dan kekuatan tarik
antara ke 4 spesimen walaupun proses pengelasan dilakukan dengan proses yang sama tanpa
adanya perbedaan. Pengujian yang pertama adalah pengujian tarik pada pengujian ini nilai
Kekuatan tegangan tarik tertinggi ada pada spesimen 2 dengan nilai 48,99 kgf/mm2, Ketiga
spesimen mengalami area putus tidak terjadi pada area logam las, area putus terjadi disekitar
daerah HAZ ini menunjukan bahwa kekuatan weld baik, hanya pada spesimen 4 mengalami
area putus pada bagian weld dengan nilai kekuatan tegangan tarik 36,57 kgf/mm2, dengan
nilai rata rata kekuatan tegangan tarik dari ke 4 spesimen senilai 41,83 kgf/mm2 dan untuk
nilai rata rata kekuatan regangan tarik (kgf/mm2) senilai 8,25%, Untuk nilai regangan tarik
terendah juga terdapat pada spesimen 4 dengan nilai 6,37%. Pengujian kedua adalah
pengujian kekerasan, nilai dari pengujian dari setiap spesimen berbeda beda dari setiap 5 titik
yang di uji adalah base metal I, HAZ I, weld, HAZ II dan base metal II. Dari data pengujian
di peroleh nilai kekerasan tertinggi terjadi di bagian weld senilai 73.50 HRC pada nomer
spesimen 3 dan nilai kekerasan terendah terjadi pada bagian HAZ I senilai 49 HRC.
BAB IV

A. Kesimpulan

JURNAL 1

Variasi kuat arus pengelasan memberikan pengaruh terhadap nilai kekuatan tarik
sambungan las. Kekuatan tarik sambungan las raw material 36,711 kgf/mm2 . nilai kekuatan
tarik dengan kuat arus pengelasan 100 Ampere mengalami penurunan yaitu 31,863 kgf/mm2 .
Sedangkan dengan kuat arus pengelasan 125 Ampere mengalami kenaikan 40,827 kgf/mm2 .
Pada kuat arus pengelasan 150 Ampere mengalami kenaikan 48,503 kgf/mm2 .

Variasi kuat arus pengelasan memberikan pengaruh terhadap struktur mikro daerah
HAZ dan logam las. Struktur mikro logam induk terdiri dari perlit dan ferrit, struktur mikro
daerah HAZ. Struktur mikro daerah HAZ dan logam las dengan kuat arus pengelasan 150
Ampere terdiri dari bainit dan widmanstatten ferrite. Struktur mikro daerah HAZ dan logam
las dengan kuat arus pengelasan 100 dan 125 Ampere terdiri dari asutenit sisa dan
widmanstatten ferrite.

Dari hasil penelitian jika pengelasan SMAW menggunakan elektroda E.7016 maka
kuat arus yang direkomendasikan adalah 150 Ampere.

JURNAL 2

Pada pengujian kekerasan menunjukkan bahwa nilai kekerasan tertinggi pada daerah base
material I terdapat pada specimen 4 senilai 65.50 HRC, HAZ I pada spesimen II Sebesar
58.50 HRC , pada daerah Weld terdapat pada spesimen 3 sebesar 73.50 HRC, sedangkan
HAZ II nilai tertinggi terdapat pada spesimen 3 sebesar 58.00 HRC dan nilai tertinggi pada
base material II sebesar 63 HRC. Dan dari hasil kekerasan keseluruhan nilai kekerasan
tertinggi terjadi pada daerah Weld dengan nilai 73,50 HRC. Pada pengujian tarik
menunjukkan bahwa tegangan tarik terendah Sebesar 36.81 kgf/mm2 dan renggangan tarik
terendah sebesar 6.37 % yang kedua nilai tersebut terdapat pada specimen 4. Hasil teganggan
tertinggi sebesar 48,99 dan harga reganggan tertinggi sebesar 12.48 nilai tersebut dimiliki
pada spesimen 2
A. Kelebihan dan kekurangan isi jurnal

KELEBIHAN

 Bahan yang dibutuhkan untuk proses pengerjaan benda kerja begitu jelas dipaparkan
dengan dana yang diperlukan. Dengan diperkuat gambar dan tabel pengerjaannya
sehingga jurnal ini sudah dapat dikatakan menarik pembaca.

KEKURANGAN

 Dari segi aspek isi dari jurnal ada kelemahan pada bagian penelitian jurnal. Penulis
tidak memaparkan atau mendeskrisikan lebih jelas tentang pembahasan yang menjadi
inti sari dari jurnal pelaksanaan praktek lapangan ini. Di dalam jurnal hanya
memaparkan dana pengeluaran dan pemasukan. Tidak lebih detail mendalam
bagaimana sebenarnya proses pemakanan atau pengerjaan pada benda kerja.
 Dari segi tata bahasa jurnal ini memiliki terdapat bahasa Indonesia dengan itu perlu
lagi bagi pembaca untuk menerjemahkan yang menjadi pokok utama tujuan dibuatnya
jurnal penelitian, dari tata bahasa ada juga kelemahan penggunaan kata yang kurang
tepat. Misalnya waktu pemesinan yang terendah.

Anda mungkin juga menyukai