Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM METALURGI FISIK

DISUSUN OLEH :

NAMA NIM
NAMA NIM
NAMA NIM
NAMA NIM
NAMA NIM

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Laporan Praktikum Metalurgi Fisik


PENYUSUN : Nama
: Nama
: Nama
: Nama
: Nama

Jakarta, 23 Desember 2019


Menyetujui,

Fahrudin, ST., MT.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yaitu Allah SWT,
atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberi berkat, anugrah, serta karunia yang
melimpah sehingga Laporan Praktikum Metalurgi Fisik dapat diselesaikan dengan baik
untuk memenuhi praktikum metalurgi fisik.
Penulisan laporan praktikum metalurgi fisik bertujuan untuk menunjang mahasiswa
dalam kegiatan praktikum mata kuliah metalurgi fisik. Melalui praktikum metalurgi fisik
mahasiswa dapat lebih memahami ilmu yang didapat dan mengerti tentang cara
pengoprasian pengujian tarik, pengujian impact dan pengujian kekerasan.
Dalam pembuatan laporan praktikum metalurgi fisik ini, penluis mengucapakan
terima kasih kepada dosen pembimbing dan dosen asisten yang telah memberi saran dan
membantu kami dalam menyelesaikan laporan praktikum. Dan kepada semua pihak yang
telah memberikan dorongan semangat yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu,
sehingga dapat terselesaikannya laporan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan praktikum ini, baik
dalam penyusunan maupun tata penulisan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun agar dapat menyempurnakan laporan praktikum yang akan
dibuat pada masa mendatang. Semoga apa yang disampaikan oleh penulis dapat
bermanfaat bagi penulis maupun orang-orang sekitar dan sebagai panduan untuk praktikum
yang akan datang sehingga dapat dijadikan referensi sekaligus acuan bagi Mahasiswa
Teknik Mesin UPN “Veteran” Jakarta.

Jakarta, 23 Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………… i


LEMBAR PENGESAHAN …………………………………… ii
KATA PENGANTAR ………………………………………… iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………... iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………….. v
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………….. 2
1.2 Rumusan Masalah …………………………………… 3
1.3 Tujuan Praktikum …………………………………… 4
1.4 Manfaat Praktikum ………………………………….. 5

BAB 2 LANDASAN TEORI …………………………………… 6


2.1 Pengujian Tarik ……………………………………… 7
2.2 Pengujian Impack …………………………………… 8
2.3 Pengujian kekerasan ………………………………… 9
BAB 3 METODOLOGI …………………………………………. 10
3.1 Tempat Pelaksanaan …………………………………. 11
3.2 Alat dan Bahan ………………………………………. 12
3.3 Prosedur Pengambilan Data ………………………… 13
3.4 Diagram Alir ………………………………………… 14
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………….. 15
4.1 Hasil Penelitian ……………………………………… 16
4.2 Pembahasan Penelitian ……………………………… 17
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ………………………….. 18
5.1 Kesimpulan …………………………………………… 19
5.2 Saran ………………………………………………….. 20
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 21
LAMPIRAN ………………………………………………………. 22

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengujian Tarik ………………………………………. 1
Gambar 3.2 Patahan uji impack …………………………………… 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perancangan konstruksi mesin harus diupayakan menggunakan bahan
seminimal mungkin. Karena setiap kelebihan berat yang tidak perlu akan
berakibat terhambatnya fungsi atau kerja mesin serta memperbanyak biaya
produksi. Supaya berbagai tuntutan terhadap efisisensi bahan serta
memaksimalkan hasil dapat tercapai, maka sifat-sifat bahan seperti
mengoperasikan nya pada kondisi tertentu harus diuji. Penguji yang lainnya
untuk menyelidiki kesalahan, perlakuan atau kelemahan bahan yang dapat timbul
pada saat pembuatan, pengolahan atau pemakaian dalam konstruksi untuk
mencapai maksud ini harus dlakukan serangkaian pengujian sesuaia dengan
kekerasan.
Kekeasan suatu bahan merupakan salah satu sifat mekanis bahan yang
terpenting pengujian kekerasan bahan merupakan salah satu bentuk untuk
pengujian yang sederhana, cepat dan relatif murah dibanding beberapa bentuk
pengujian lain, namun diperlakukan untuk mengetahui kualitas bahan agar
tercipta suatu konstruksi yang berkualitas tinggi.
Definisi kekerasan sangat tergantung pada cara pengujian yang dilakukan,
beberapa definisi kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Ketahanan terhadap identasi permanen akibat beban dinamis atau statis yang
disebut dengan kekerasan identasi.
b. Energi yang diserap impact disebut kekerasan pantul.
c. Kekerasan terhadap goresan disebut kekuatan goresan.
d. Ketahanan terhadap pemotongan disebut kekuatan mampu mesin.
Pengujian kekerasan yang banyak dilakukan adalah berdasarkan pada
identifikasi permanen atau deformasi plastis akibat beban statis. Hasil pengujian
kekerasan tidak dapat langsung dalam desain seperti halnya pengujian tarik
namun demikian pengujian kekerasan banyak dilakukan sebab hasilnya dapat
digunakan sebagai berikut:
a. Pada bahan yang sama dapat diklasifikasikan berdasarkan kekerasan. Dengan
kekerasan tersebut dapat ditentukan penggunaan dari bahan tersebut.
b. Sebagai kontrol kualitas dari produk seperti halnya mengetahui homogenitas
akibat suatu proses pembentukkan dingin, pemaduan, heat treatment, cost
hardening dan sebagainya.
c. Dengan demikian dapat juga sebagai sarana kontrol terhadap proses tersebut.
Kekuatan bahan merupakan tekanan atau tegangan tinggi yang mungkin
diterima suatu bahan yang diakibatkan perubahan bentuk terbesar sebelum terjadi
perpatahan. Tegangan yaitu perpatahan kecil dalam yang muncul pada suatu
satuan bidang seluas 10 mm2.
1.2 Tujuan
1.2.1 Pengujian Tarik
Dalam pengujian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain:
a. Mengetahui sifat logam dengan uji tarik.
b. Mengetahui tegangan luluh, ultimate tensile.
c. Mengetahui kekuatan tarik bahan.
1.2.2 Pengujian Impact
Dalam pengujian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain:
a. Untuk mengetahui tegangan kejut yang dapat dialami oleh
bahan.
b. Untuk menentukan kekuatan suatu bahan.
c. Untuk mengetahui bentuk alur akibat perpatahan suatu bahan
1.2.3 Pengujian Kekerasan
Dalam pengujian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain:
a. Memepelajari sifat logam dengan uji kekerasan.
b. Mengetahui kualitas logam dengan uji kekerasan.
c. Mengetahui struktur mikro dari benda uji.
1.3 Manfaat
Beberapa manfaat dari pengujian ini antara lain:
a. Menambah pengetahuan bagi para praktikum khususnya tentang sifat-sifat
logam.
b. Sebagai pelatihan dalam melakukan pengujian suatu bahan.
1.4 Batasan Masalah
Pembatasan masalah yang diambil dalam laporan ini adalah:
a. Pengujian Tarik
b. Pengujian Impact
c. Pengujian Kekerasan (Vickers)
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Pengujian Tarik

Pengujian tarik merupakan pengujian yang sering digunakan untuk


menentukan sifat-sifat mekanis dari suatu material seperti tegangan maksimal,
tegangan luluh dan tegangan. Umumnya benda uji yang digunakan adalah padat
dan silindris, beberapa ada yang berbentuk lembaran plat maupun berbentuk
seperti pipa dalam berbagai ukuran. Specimen kemudian dicekam diantara kedua
penjepit pada mesin uji tarik dimana mesin ini dilengkapi dengan berbagai
control sehingga specimen dapat diuji pada laju peregangan dan temperatur yang
berbeda.

Beban yang bekerja pada specimen serta perubahan panjang yang terjadi
akibat beban itu semua dicatat pada suatu diagram. Dimana diagram tersebut
dinamakan diagram tegangan regangan.

Dengan menggunakan diagram kita bisa meneliti apa yang terjadi apabila
batang uji tersebut diregangkan secara berangsur-angsur dari uji tarik suatu
material.

Dimana sumbu horizontal adalah sumbu perpanjangan batang akibat gaya


yang meregangkan yang dinyatakan dalam (N/mm 2) dan sumbu yang garisnya
vertical adalah sumbu gaya peregangannya yang dinyatakan dalam persen (%).
Dari keterangan ini dapat ditulis persamaan yang berlaku.

Besarnya harga kekuatan tarik atau tegangan maksimum adalah

Besarnya harga tegangan adalah:


P
a=
AO
Dimana:

 = Kekuatan Tarik Maksimum (N/mm2)

P = Beban atau Gaya (N)

A0 = Luas Penampang Batang Mula-mula (mm2)

Besarnya harga regangan adalah:

L1 − LO
s= LO x 100%

Dimana:

= Regangan (%)

L0 = Panjang Awal (mm)

L1 = Panjang Akhir (mm)

P
S

B
VB
VA

mengulur P

o E o L
Diagram Tegangan-Regangan Diagram perpanjangan terhadap beban

Pada awalnya dari titik 0 sampai dititik P berupa panjang yang elastic,
dimana perpanjangan berbanding lurus dengan beban. Pada pembebanan tertentu
dititik P garis mulai melengkung dan masih terjadi deformasi elastic. Apabila
beban dinaikan lagi sampai titik VB maka akan terjadi deformasi plastis dan
permanen yang cukup kuat, gejala ini disebut mulur atau mengulur. Karena
terjadi proses mengulur maka beban akan turun sampai titik VA setelah
melampaui fasa penguluran, benda akan bertambah sampai harga maksimum
dititik S disertai deformasi yang permanen. Dari grafik dapat dihasilkan atau
menunjukan adanya deformasi elastic dan deformasi permanen.

2.2. Pengujian Impact

Pengujian impact adalah suatu pengujian yang digunakan untuk menentukan


sifat-sifat suatu material yang mendapatkan beban dinamis, sehingga dari
pengujian ini dapat diketahui sifat ketangguhan suatu material baik dalam wujud
liat maupun ulet serta getas. Dengan catatan bahwa apabila nilai atau harga
impact semakin tinggi maka material tersebut memiliki keuletan yang tinggi.
Dimana material uji dikatakan ulet jika patahan yang terjadi pada bidang patah
tidak rata dan tampak berserat-serat. Tetapi apabila material getas, hasil dari
patahan tampak tara dan mengkilap.

Pada kondisi material ulet dapat mengalami patah getas dengan deformasi
plastis yang sangat kecil, fenomena ini terjadi jika:

1. Temperatur rendah

2. Laju tegangan bertambah

3. Tarikan
I

ulet

I=
A
getas hasil k
uji impact

T
gambar nilai impact dipengaruhi temperatur
Karena temperature dapat mempengaruhi material uji maka dalam
melakukan pengujian, sebaiknya dilakukan pada suhu antara 20 o sampai 22o. Alat
yang digunakan adalah charpy test. Ada dua jenis batang uji standar yang
digunakan, yaitu tarikan berbentuk V dan U. Dalam pengujian ini menggunakan
tarikan berbentuk V. Bentuk material yang digunakan tarik berbentuk V karena
dapat melokalisir energy patahan.

Harga impact dapat dicari dengan persamaan:


k
I=
A

Dimana:

I = Nilai Impact (Joule/mm2)

k = Energi Impact yang terserap (Joule)

A = Luas Penampang (mm2)

2.3. Pengujian Kekerasan

Pengujian kekerasan merupakan suatu pengujian yang digunakan untuk


mengetahui harga kekerasan dari suatu material, dimana kekerasan dapat
didefinisikan sebagai ketahanan suatu material terhadap deformasi permanen
oleh penekanan.
Kekerasan dapat diukur dengan cara pengujian, dimana dalam praktikum ini
pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan alat kekerasan Vickers
(Vickers Hardness Tester)

Uji kekerasan Vickers menggunakan penumbuk piramida intan yang dasarnya


berbentuk bujur sangkar. Besarnya sudut antara permukaan-permukaan piramida
yang saling berhadapan adalah 136o. sudut ini dipilih karena nilai tersebut
mendekati sebagian besar nilai perbandingan yang diinginkan antara diameter
kekakuan dan diameter bola penumbuk pada uji kekerasan brinell. Dimana bekas
injakan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

136o+-
5o

d1 d2

Angka kekerasan Vickers didefinisikan sebagai berikut:


P
VHN = 0,1891 x
d2
Dimana:

VHN = Nilai kekerasan Vickers (N/mm2)

P = Beban Penekanan (N)

d = diagonal rata-rata (mm)

yang mana d = d1+ d2


2

Agar diperoleh nilai kekerasan yang cermat, sebaiknya harus diambil nilai
rata-rata dari pengujian sekurang-kurangnya tiga kali penekanan yang
berdekatan. Uji Vickers sama halnya dengan pengujian lain, harus dilakukan
pada suhu antara 18o sampai 28o, dan permukaan benda yang akan diuji juga
harus diamplas sampai licin atau mengkilap dan juga harus dijaga supaya tidak
terjadi perubahan struktur oleh pengerjaan tersebut. Selain itu, bidang penopang
harus rata. Sehingga terletak rapat pada benda uji dan garis kerja penekanan juga
harus tegak lurus dengan bidang uji.

Dalam melakukan pengujian Vickers tidak boleh diterapkan untuk uji


kekerasan terhadap sobokan yang homogeny, karena ujung berlian mungkin
Cuma mengenai lamena, grafit, sehingga diperoleh nilai kekerasan yang terlalu
rendah.

Setelah penekanan pada alat Vickers selesai, maka specimen dapat dilihat
hasil penekanan dengan mikroskop. Dengan pembesaran yang dikehendaki, baik
50x, 100x, 200x, 500x dan akan didapat diagonal atau diameter penekakan dari
penetrator yang berupa bujur sangkar.
Keuntungan pada pengujian Vickers adalah:

1. Kerusakan pada benda uji tidak seberapa.

2.Penekanannya berbanding lurus dengan beban, jadi nilai kekerasan yang


diperoleh tidak bergantung pada besarnya beban penekanan.

3.Tonjolan materi yang terjadi disudut-sudut adalah yang paling sedikit, oleh
karena itu garis windu penekanan dapat diukur dengan seksama.

2.4. Standar Pengujian

A. Standar Pengujian Tarik (JIS Z 2201)

1. Lingkup

Standar industry jepang merupakan test untuk pekerjaan yang


berkaitan dengan perlengkapan logam

Untuk maksud standar ini didefinisikan sebagai berikut menetapkan


alat yang digunakan atau dipakai:

a. Bagian parallel, bagian tengah, dan mempunyai bagian yang


seragam.

b. Genggaman akhir adalah bagian dimana potongan menyiapkan


dalam pesawat pengujian mesin.

c. Panjang pengukuran yang asli diantara 2 meter dari bagian parallel


tersebut.

d. Radius pengukuran bagian transisi yang parallel dan genggaman


akhir untuk kepentingan pada tekanan didalam.

e. Jarak genggaman adalah panjang mengangkutnya dengan bagian


dari kedua pesawat.
f. Tes menambahkan potongan dilakukan format secara geometris dan
dimensi bagian utama ditentukan agar partikel tes pengujian
mesin dilakukan.

g. Tes potongan yang tidak sebanding menambahkan suatu dimensi


dan format yang ditetapkan.

Diameter atau Lebar Ukuran panjang Jarak antara


Melintas (D) L Penjepit
Ukuran material 8xD (L ± 20) kira-kira
Keterangan : Penggunaan material ini berlaku untuk benda yang
berdiameter tidak lebih besar dari 25 mm.

B. Standar Pengujian Impact

1. Lingkup

Standar industry jepang menetapkan untuk pemotongan material


mekanik selanjutnya disebut benda uji. Pemilihan suatu tes digunakan
untuk standar material tertentu sesuai dengan standar.

2. Bahan uji
C. Standar Pengujian Kekerasan

1. Lingkup

Untuk standar pengujian kekerasan sangat mudah, contohnya standar


dalam U.S. dengan ASTME 92 dan jepang dengan JIS Z 2244 (ISO 6507-
1, 6507-4). Dengan menekan material kita akan segera mengetahui
bagaimana standar material ini menerima tekanan.

Pengujian dengan alat penguji harus memiliki kamera dengan


lensa micron dan penerangan yang terang.
Gambar Alat Uji Tarik
Gambar Alat Uji Impact
Gambar Alat Uji Kekerasan Vickers
BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat Pelaksanaan

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Hardness Tester

Gambar 3.1 Hardness tester


2. Cincin Indentor
Gambar 3.2 Cincin indentor
3. Anvil

Gambar 3.3 Anvil

4. Spesimen

Gambar 3.4 Spesimen


5. Lampu Penerangan

Gambar 3.5 Lampu penerangan


6. Mikroskop
Gambar 3.6 Mikroskop

7. Indentor

Gambar 3.7 Indentor


8. Stopwatch

Gambar 3.8 Stopwatch

3.3 Prosedur Pengambilan Data

3.3.1. Pengujian Tarik


1. Tentukan titik tengah pada bahan uji yang akan diuji

2. Mengukur dimensi benda uji, dimensi yang dihitung berupa panjang mula-
mula dan diameter benda uji tersebut.

3. Hidupkan mesin uji tarik.

4. Cekam batang uji pada kedua penjepit dan kencangkan dengan keras.

5. Masukkan data-data yang diperlukan dalam Gotech testing machine software


di komputer.

6. Klik “test” pada Gotech testing machine software untuk memulai pengujian.

7. Lihat proses uji tarik pada monitor dan akan terlihat grafik hubungan antara
 dan
8. Print hasil pengujian yang berupa diagram.

9. Lepas batang uji tersebut lalu ukur panjang akhir benda uji tersebut.

10. Catat hasil pengujian.

3.3.2. Pengujian Impact

11. Periksa jarum penunjuk angka, jika godam kapak menggantung bebas.

12. Naikkan godam kapak pada posisi awal dan jepit.

13. Tekan jarum penunjuk angka sampai menunjuk angka 300 kgf.

14. Tempatkan batang uji pada penampang, bila perlu stel kedua penampang.

15. Tekan kedua tangkai secara bersamaan untuk melepas kapak agar berayun
kebawah.
16. Tekan tuas rem guna menghentikan godam kapak.

17. Catat hasil pengujian.

3.3.3. Pengujian kekerasan Vikers

18. Persiapkan material yang akan diuji, mulai dari proses pemotongan,
pengamplasan dan spesimen

19. Atur beban penekanan sesuai dengan yang dikehendaki

20. Atur waktu penekanan sesuai dengan ketentuan yang ada

21. Letakkan specimen pada meja uji dan naikkan sampai mendekati
penekanan, yaitu antara 0,2-0,5 mm

22. Tekan tombol start untuk menghidupkan mesin uji kekerasan


Vickers, mesin akan berjalan secara otomatis dengan menyalakan
lampu penunjuk

23. Amati bekas injakan dengan menggunakan optic dengan cara


memutar rumah penekanan dan gantikan dengan lensa mikroskop

24. Dalam membaca hasil pengukuran dapat dilakukan dengan cara

a. Melepaskan garis vertical pada kaca dengan garis windu atau


sudut-sudut bujur sangkar, dan hitunglah jumlah strip yang
bersinggungan dengan bujur sangkar tersebut

b. Hitung strip garis vertical mulai dari tepi paling kiri sampai tepi
paling kanan

c. Perhatikan angka yang terdapat pada mikrometer

d. Catat hasil pengujian yang terdapat pada micrometer


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Adapun hasil dari peraktikum uji kekerasan yang sudah dilakukan adalah
sebagai berikuk :
Metode Vickers
Adapun data hasil paraktikum uji kekerasan dengan metode vickersadalah
sebagai berikut
Tabel 4.3 Contoh Tabel hasil pengamatan vickers.

NO Bahan Beban P Diagonal 1 P Diagonal 2 HV

1 Kuningan 30 718,7 706,1 109,6

2 Alumunium 10 735,3 728,9 34,5

Dari grafik data hasil pengujian, bisa dijelaskan bahwa pengujian


kekerasan dengan menggunakan metode Vickers menggunakan indentor
piramida intan dan pada saat pengujian di berikan beban sebesar 300 dan
100 newton atau 30 dan 10 kg. Hasil yang didapat dari pengujian tersebut
berupa pada pengujian pertama sebesar 92,7 , ke-dua sebesar 102,714 ,
dan ke-tiga sebesar 102,714. Maka dari hasil tersebut didapat rata-rata
sebesar 99,376 ini berarti nilai kekerasan material yang diuji coba
selama 3 kali hasilnya tidak jauh berbeda. Hasil yang didapat berbeda-
beda dikarenakan permukaan dari spesimen yang kurang rata. Pada saat
pemasangan spesimen kesalahan yang terjadi tergantung pada
lengkungan, beban, penumbuk dan kekerasan bahan. Hal itu dibuktikan
pada grafik diatas, dimana grafik percobaan menurun ini dikarenakan
faktor lengkungan, beban, penumbuk dan kekerasan bahan. Perbedaan
hasil yang diperoleh melalui percobaan vickers dapat diamati melalui
grafik berikut.

Gambar 4.3 Grafik Data Hasil Pengujian Vickerss

Data Pengamatan Praktikum


Metallurgi
Kelompok 2

I. Uji Tarik Standar JIS Z 2201


No Bahan l0 la Diameter Beban

II. Uji Impact


No Bahan Panjang Lebar Tinggi Bentuk Alur Energi Patah
III. Uji Kekerasan
No Bahan Beban P Diagonal 1 P Diagonal 2

4.2 Pembahasan Penelitian

Dalam melaksanakan praktikum uji kekerasan ini kita menggunakan 3


metode yaitu metode rockwell, , metode Vickers dan metode brinell.
Praktikum uji kekerasan ini bertujuan untuk mengetahui kekerasan suatu
material. Pengujian dengan metode rockwell sendiri lebih mudah dilakukan
karena hasil dari pengujiannya langsung tertera pada skala mayor sedangkan
untuk mendapatkan nilai kekerasan material dengan menggunakan metode
brinell dan metode Vickers perlu menghitungnya terlebih dahulu. Metode
rockwell adalah metode pengujian kekerasan material dengan menggunakan
indentor 1/16” dengan beban 1000 N atau 100 kg. Uji kekerasan ini berupa
pembentukan lekukan pada permukaan logam, beban ditekan dengan waktuk
10 detik, sebelum melakukan percobaan ini sebaiknya specimen dibersihkan
dahulu dari kotoran atau debu debu yang menempel agar tidak terjadi
perubahan hasil pengujian. Setelah dilakukan pemberian tekanan maka hasil
dari pengujian kekerasan tersebut akan muncul pada skala mayor. Pengujian
dengan menggunakan metode rockwell ini dilakukan sebanyak tiga kali agar
mendapatkan hasil yang maksimal.
Metode brinell bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam
bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada
permukaan material uji tersebut (specimen). Uji kekerasan ini berupa
pembentukan lekukan pada permukaan logam memakai bola baja berukuran 5
mm kemudian ditekan dengan beban 100 kg atau 980 N. Beban ditekan pada
material dengan waktu 10 detik, sebelum melakukan percobaan ini sebaiknya
specimen dibersihkan dahulu dari kotoran atau debu debu yang menempel
agar tidak terjadi perubahan hasil pengujian. Untuk menghitung diameter
lekukan hasil pengujian disini praktikan menggunakan mikroskop dengan
pembesaran 40 kali, setelah didapatkan diameter lekukan langkah selanjutnya
menghitung dengan menggunakan rumus nilai kekerasan vickers.
Pengujian dengan menggunakan metode brinell ini dilakukan sebanyak 3 kali
agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Kesalahan yang sering mempengaruhi uji kekerasan antara lain:
1. Terbalik dalam memutar hand whell, ketika akan melepas specimen dari
indentor.
2. Human error.

Pada pengujian vickers menggunakan identor piramid dari intan, pengujian


kekerasan dengan metode vickers bertujuan menentukan nilai kekerasan suatu
material dari diameter kedalaman hasil pengujian pada spesimen pengujian
ini tidak dilihat dari angka yang ditunjukkan pada alat uji, melainkan dengan
menghitung diameter lubang yang dihasilkan oleh identor pada saat
pengujian, dengan menggunakan mikroskop dan dengan menggunakan 2 cara
pemberian skala atau nilai diameter lubang masing – masing pengujian. Dan
pada perhitungan atau dalam menentukan lekukan yang dibuat oleh
penumbuk piramida intan harus berbentuk bujur sangkar. Percobaan Vickers
dilakukan sebanyak 3 kali untuk memperoleh hasil yang lebih akurat.

Aplikasi metode Brinell dan rockwell pada dunia kerja adalah untuk
mengetahui kekuatan suatu material yang digunakan untuk membangun suatu
konstruksi atau industri logam didunia, karena uji kekerasan ini adalah salah
satu hal yang sangat penting untuk membuat hidup manusia lebih aman dan
nyaman serta efisien karena alat-alat, teknologi, transportasi dan lain-lain
yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal –hal yang
mempengaruhi terjadinya fatik (kelelahan pada material) :
1. Penyelesaian permukaan

Karena retak fatik seringkali berada pada dekat komponen, kondisi


permukaan merupakan hal yang perlu diperhatikan pada fatik. Bekas
permesinan dan ketidak rataan lain harus dihilangkan dan usaha ini
berpengaruh sekali terhadap sifat fatik. Lapisan permukaan yang diberi
tekanan dengan tumbukan partikel akan meningkatkan umur fatik.
2. Pengaruh temperature

Pengaruh temperatur terhadap fatik mirip dengan pengaruh temperatur


terhadap kekuatan tarik maksimum. Kekuatan fatik paling tinggi pada
temperatur rendah, dan berkurang secara bertahap dengan naiknya
temperatur.
3. Frekuensi siklus tegangan

Pengaruh frekuensi siklus tegangan terhadap umur fatik untuk berbagai jenis
logam umumnya tidak ada, meskipun penurunan frekuensi biasanya
menurunkan umur fatik. Efek ini bertambah bila temperatur uji fatik kita
naikkan bila umur fatik cenderung bergantung pada waktu uji seluruhnya
dan tidak pada jumlah siklus.
4. Lingkungan .
Fatik yang terjadi didalam lingkungan korosif biasanya disebut fatik
korosi. Telah diketahui bahwa kikisan korosi oleh media cair dapat
menimbulkan lubang – lubang etsa yang bersifat sebaga tekuk. Akan
tetapi bila mana serangan korosi terjadi secara serentak bersamaan
dengan pembebanan fatik efek perusakan jauh lebih besar dibandingkan
dari efek tekuk semata.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :


1. Rata – rata nilai kekerasan rockwell adalah 68 dan rata – rata nilai
kekerasan brinell adalah 127,3883, sedangkan rata-rata nilai kekerasan
vickers adalah 99,376. Setelah melakukan percobaan diatas mudah untuk
kita lebih memahami bagaimana melakukan uji kekerasan terhadap suatu
material. Dan lebih mengetahui cara mengoperasikan mesin uji
kekerasan.
2. Metode rockwell lebih mudah digunakan dari pada metode brinell karena
pada metode rockwell hasil langsung dapat diketahui.
3. Besarnya beban yang diberikan mempengaruhi nilai kekerasan material.
4. Ketelitian dalam melihat besar diameter lekukan dalam melakukan uji
kekerasan dengan metode brinell juga mempengaruhi hasil kekerasan
material.
5. Besarnya beban yang diberikan mempengaruhi nilai kekerasan suatu
material, semakin besar beban maka diameter cekungan semakin lebar
sehingga nilai kekerasanya akan semakin kecil.

B. Saran

Adapun saran yang diberikan setelah praktikum adalah sebagai berikut :


1. Sebaiknya gunakanlah jas laboratorium sebelum memasuki ruangan
laboratorium.
2. Pahami apa saja yang dijelaskan oleh asisten laboratorium dan catatlah
bila itu penting.
3. Jangan pernah bermain - main dalam melakukan praktikum.
4. Untuk percobaan pengujian kekerasan yang selanjutnya diharapkan
memperhatikan waktu dan cara pengoprerasian alat sebab kesalahan
pengoperasian dapat menyebabkan data yang kita ambil tidak akurat.
5. Specimen yang akan kita ukur diameternya melalui mikroskop pastikan
permukaannya halus sehingga mudah untuk kita menentukan diameter cekungan
dari cekungan yang kita uji.

DAFTAR PUSTAKA
Faisol, 2013. “Laporan uji kekerasan bab pendahuluan”. Dapat di unduh di
http://faisolafnan.blogspot.com/2013/04/laporan-uji-kekerasan-bab-i-
pendahuluan.html.Diakses pada tanggal 17 Juni 2015 pukul 14.00 WIB

Yopi, 2013. ”Uji kekerasan material”. Dapat di unduh di http://yopiprayoga.


blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses pada tanggal 17
Juni 2015 pukul 14.30 WIB.

Fauzan, 2013.”Pengujian keras brinell vickers”. Dapat di unduh di http:// kalogueloe.


blogspot.com/2013/03/pengujian-keras-brinell-vickers. html. Diakses pada
tanggal 17 Juni 2015 pukul 15.00 WIB.

Husni, 2009. “Uji kekerasan”. Dapat di unduh di http://belajarmetalurgi.


blogspot.com/2009/11/uji-kekerasan.html. Diakses pada tanggal 18 Juni 2015,
pukul 15.30 WIB.

Zuchry , 2012,. “Mekanika Teknik, Universitas Tadulako, Palu”. Dapat diunduh di http://
eprints.undip.ac.id/38886/1/Alat_Uji_Impak_Charpy.pdf. Diakses pada tanggal 18
juni 2015, pukul 16.00 WIB.

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengujian Tarik

Gambar 3.2 Patahan uji impack

Anda mungkin juga menyukai