Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MATERIAL TEKNIK
UJI TARIK DAN KEKERASAN

Nama : Nunu Nugraha


Jurusan : Teknik Mesin
Politeknik Gunakarya Indonesia
Cikarang
KATA PENGHANTAR

Alhamdulillah kami bersyukur kepada Tuhan YME. Berkat karunia-Nya


makalah ini telah kami selesaikan.

laporan ini bertujuan untuk melengkapi tugas dan juga dapat digunakan
sebagai referensi bagi para pembaca untuk memahami dan mempelajari tentang
Uji Tarik dan Uji Kekerasan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu penulis dalam menyelesaikan lapoaran ini, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan sebaik mungkin dan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan


dan kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya. Akhir
kata

Wassalamualaikum Wr. Wb.


DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Uji Tarik....................................................................................................................3
1. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji..........................................................................4
2. Grip and Face Selection.........................................................................................5
3. Sifat-Sifat Mekanik Spesimen Uji Tarik................................................................8
2.2. UJI KEKERASAN......................................................................................................15
1.1.1. BRINELL................................................................................................15
1.1.2. UJI KEKERASAN VICKERS..............................................................16
1.1.3. Uji Kekerasan Rockwell.........................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gambaran singkat uji tarik dan datanya.................................................3


Gambar 2 Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar..............................4
Gambar 3 Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik........................................5
Gambar 4 Contoh kurva uji tarik..............................................................................5
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland, 1985]........................13


Tabel 2 Skala kekerasan Rockwell dan huruf awalannya (Davis, Troxell, dan Wiskocil,
1955)...................................................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik,
mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut adalah
sifat mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan
ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah satu acuan untuk melakukan proses
selanjutnya terhadap suatu material, contohnya untuk dibentuk dan dilakukan
proses permesinan. Untuk mengetahui sifat mekanik pada suatu logam harus
dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah satu pengujian yang
dilakukan adalah pengujian tarik.
Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material dengan spesifikasi
dan sifat-sifat yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam
pembuatan konstruksi sebuah jembatan. Diperlukan material yang kuat untuk
menerima beban diatasnya. Material juga harus elastis agar pada saat terjadi
pembebanan standar atau berlebih tidak patah. Salah satu contoh material yang
sekarang banyak digunakan pada konstruksi bangunan atau umum adalah logam.
Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat mekanik dari
logam tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai mutlak dan akurat dari
sifat mekanik logam tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak dilakukan
pengujian-pengujian terhadap sampel dari material.
Pengujian ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar sifat mekanik
dari material, sehingga dapat dlihat kelebihan dan kekurangannya. Material yang
mempunyai sifat mekanik lebih baik dapat memperbaiki sifat mekanik dari
material dengan sifat yang kurang baik dengan cara alloying.Hal ini dilakukan
sesuai kebutuhan konstruksi dan pesanan. Uji tarik adalah suatu metode yang
digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan
beban gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat
penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data
kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu
material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.Salah satu cara untuk
mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat
mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut.
Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan
suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan
dan elastisitas dari material uji dapat dilihat dari kurva uji tarik.
Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu
material, khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat diketahui dari
hasil pengujian tarik adalah sebagai berikut:
 Kekuatan tarik
 Kuat luluh dari material
 Keuletan dari material
 Modulus elastic dari material
 Kelentingan dari suatu material
 Ketangguhan.
Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan
dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan.
Karena dengan pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap
gaya statis yang diberikan secara perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah
satu pengujian yang penting untuk dilakukan, karena dengan pengujian ini dapat
memberikan berbagai informasi mengenai sifat-sifat logam.
Dalam bidang industri diperlukan pengujian tarik ini untuk
mempertimbangkan faktor metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup dalam
proses perlakuan terhadap logam jadi, untuk memenuhi proses selanjutnya.
Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, kita sebagai mahasiswa metalurgi
hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan adanya kurva tegangan
regangan kita dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, keuletan, modulus
elastisitas, ketangguhan, dan lain-lain. Pada pegujian tarik ini kita juga harus
mengetahui dampak  pengujian terhadap sifat mekanis dan fisik suatu logam.
Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita dapat data dasar
mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Uji Tarik

Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan


pengujian terhadap bahan tersebut.Ada empat jenis uji coba yang biasa dilakukan,
yaitu uji tarik (tensile test), uji tekan (compression test), uji torsi (torsion test), dan
uji geser (shear test).

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland,
1985]. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa
teknik dan desain produk karena mengahasilkan data kekuatan material. Pengujian
uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis
yang diberikan secara lambat.

Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus
menarik suatu bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan
mendapatkan profil tarikan yang lengkap yang berupa kurva seperti digambarkan
pada Gbr.1. Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan
perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang memakai
bahan tersebut.

Gambar 1 Gambaran singkat uji tarik dan datanya


Gambar 2 Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.

Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada
kedua arah sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban
yang sama besarnya.

Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan


pada material. Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan
pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan
bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif sederhana,
murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah bentuk dan
dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.

1. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji

Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM


E8 atau D638. Bentuk dari spesimen penting karena kita harus
menghindari terjadinya patah atau retak pada daerah grip atau yang
lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak
dan patahan terjadi di daerah gage length.
2. Grip and Face Selection

Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak
tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw
break). Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi
di seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak
bergesekan langsung dengan face.

Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada


pegangan bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan
dengan stándar baku pengujian.

Gambar 3 Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik

Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang didapatkan.

Gambar 4 Contoh kurva uji tarik


Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan
membujur rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan teknik
tersebut diperoleh dengan cara membagi beban yang diberikan dibagi dengan luas
awal penampang benda uji. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.1 berikut:

s= P/A0

Keterangan ;     s   : besarnya tegangan (kg/mm2)

P   : beban yang diberikan (kg)

A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah


regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang
dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti
dalam persamaan 2.2 berikut.

Keterangan ;  e   : Besar regangan

L   : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)

Lo : Panjang awal benda uji (mm)

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung


pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan
keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang
digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah
kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan dan
pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan
dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding
lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah
remangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut
daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan
luluh, benda mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah ini
bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan
bertambahnya regangan plastik.

Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai


modulus elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan

Keterangan ;    E  : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),

e : regangan

σ  : Tegangan (kg/mm2)

Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik
(sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya
regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan luas penampang
lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan
oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu
titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa
beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan
benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas
penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan
regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan
berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang
hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan
beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain
[Dieter, 1993]:

a. Kekuatan tarik
b. Kuat luluh dari material
c. Keuletan dari material
d. Modulus elastic dari material
e. Kelentingan dari suatu material
f. Ketangguhan.

3. Sifat-Sifat Mekanik Spesimen Uji Tarik

a. Kekuatan tarik

Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik


adalah kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength).
Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength /
UTS), adalah beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda
uji.

di mana, Su             = Kuat tarik

                   Pmaks  = Beban maksimum

A0       = Luas penampang awal

Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan


dengan beban maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk
keadaan yang sangat terbatas.

Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil
suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat
mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang
liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, di mana
logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.
Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam
kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang
biasanya ditemui. Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan
kekuatan struktur pada kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor keamanan
yang sesuai.

Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan


pendekatan yang lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam
yang liat pada kekuatan luluhnya. Akan tetapi, karena jauh lebih praktis
menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka
metode ini lebih banyak dikenal, dan merupakan metode identifikasi bahan
yang sangat berguna, mirip dengan kegunaan komposisi kimia untuk
mengenali logam atau bahan. Selanjutnya, karena kekuatan tarik mudah
ditentukan dan merupakan sifat yang mudah dihasilkan kembali
(reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk keperluan spesifikasi dan
kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara kekuatan tarik
dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan lelah, sering
dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik merupakan
kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.

Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati


tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastik yang berlangsung
sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik mulai terjadi dan
sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan
batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-
data yang akan digunakan.
1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada
skala regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan
dikaitkan dengan gerakan beberapa ratus dislokasi.
2. Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan
proporsional antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara
mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva tegangan-
regangan.
3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh
bahan tanpa terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban
telah ditiadakan. Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan,
nilai batas elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas
elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan mikro.
Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa
(10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional.
Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi
beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang membosankan.

b. Kekuatan luluh (yield strength)

Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil


pengujian tarik adalah kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield
strength) merupakan titik yang menunjukan perubahan dari deformasi
elastis ke deformasi plastis [Dieter, 1993]. Besar tegangan luluh dituliskan
seperti pada persamaan 2.4, sebagai berikut.

Keterangan ;   Ys  : Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)

Py  : Besarnya beban di titik yield (kg)

Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)


Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati
tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastis yang berlangsung
sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastis mulai terjadi dan
sukar ditentukan secara teliti.

Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk


menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi
yang sering digunakan untuk sifat ini adalah kekuatan luluh ditentukan
oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva tegangan-
regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh
regangan tertentu. Di Amerika Serikat offset biasanya ditentukan sebagai
regangan 0,2 atau 0,1 persen (e = 0,002 atau 0,001)

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah


setelah benda uji diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset
dan kemudian pada saat beban ditiadakan maka benda ujinya akan
bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang daripada saat
dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya sering dinyatakan
sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau
0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset biasanya
dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi, karena metode
tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau
batas proporsional.

c. Pengukuran Keliatan (keuletan)

Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban


pada saat diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara
umum pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga
buah hal [Dieter, 1993]:
1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi
tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam,
misalnya pengerolan dan ekstrusi.
2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai
kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.
3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau
kondisi pengolahan

d. Modulus Elastisitas

Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan


keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik
yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus elastisitas ditentukan
oleh gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa
terjadi perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas
salah satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya
sedikit berubah oleh adanya penambahan paduan, perlakuan panas, atau
pengerjaan dingin.

Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.

Dimana, s = tegangan

ε = regangan
Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland, 1985]

e. Kelentingan (resilience)

Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap


energi pada waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal
apabila bebannya dihilangkan [Dieter, 1993]. Kelentingan biasanya
dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yakni energi regangan tiap
satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol
hingga tegangan luluh σo. Energi regangan tiap satuan volume untuk beban
tarik satu sumbu adalah :

Uo = ½ σxеx        

Dari definisi diatas, modulus kelentingan adalah :

Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan


beban energi pada pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi
permanen, misal pegas mekanik, adalah data bahan yang memiliki
tegangan luluh tinggi dan modulus elastisitas rendah.
f. Ketangguhan (Toughness)

Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi


pada daerah plastik. Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep
yang sukar dibuktikan atau didefinisikan. Salah satu menyatakan
ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan daerah di bawah kurva
tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap satuan
volume yang dapat dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah.
Ketangguhan (S0) adalh perbandingan antara kekuatan dan kueletan.
Persamaan sebagai berikut.

UT ≈ su ef

atau

Untuk material yang getas

Keterangan;    UT  : Jumlah unit volume

Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi luas
penampang lintang. Tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan
tiga sumbu yang terjadi pada benda uji tarik saat terjadi patah. Karena data
yang diperlukan untuk koreksi seringkali tidak diperoleh, maka tegangan
patah sejati sering tidak tepat nilai.
2.2. UJI KEKERASAN

1.1.1. BRINELL

Metode uji kekerasan yang diajukan oleh J.A Brinell pada tahun
1900 ini merupakan uji kekerasan lekukan yang pertama kali banyak
digunakan serta disusun pembakuanya  (dieter, 1987). Uji kekerasan ini
berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam memakai bola baja
yang dikeraskan kemudian ditekan dengan beban tertentu. Beban
diterapkan pada wktu tertentu, biasanya 30 detik, dan diameter lekukan
diukur dengan mikroskop, setelah beban dihilangkan. Permukaan harus
relatif halus, rata, bersih dari debu atau kerak.
Angka kekerasan brinell (BHN) dinyatakan sebagai beban P dibagi
luas permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari
pengukuran mikroskopik panjang diameter jejak. BHN dapat ditentukan
dari persamaan berikut :

     Dengan :       P = beban yang digunakan (kg)


                                D = diameter bola baja (mm)
                                  d = diameter lekukan (mm)
jejak penekanan yang relatif besar pada uji kekerasan brinell
memberikan keuntungan dalam membagikan secara pukul rata ketidak
seragaman lokal. Selain itu, uji brinell tidak begitu dipengaruhi oleh
goresan dan kekerasan permukaan dibandingkan dengan uji kekerasan
yang lain. Di sisi lain jejak penekanan yang besar ukuranya, dapat
menghalangi pemakaian uji ini pada benda uji yang kecil atau tipis.
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik
(Mechanical properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material
harus diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan
mangalami pergesekan (frictional force) dan deformasi plastis. Deformasi
plastis sendiri suatu keadaan dari suatu material ketika material tersebut
diberikan gaya maka struktur mikro dari material tersebut sudah tidak bisa
kembali ke bentuk asal artinya material tersebut  tidak dapat kembali ke
bentuknya semula. Lebih ringkasnya kekerasan didefinisikan sebagai
kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi atau penetrasi
(penekanan).

Di dalam aplikasi manufaktur, material dilakukan pengujian


dengan dua pertimbangan yaitu untuk mengetahui karakteristik suatu
material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu  material
memiliki spesifikasi kualitas tertentu.

Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan menggunakan 4


macam metode pengujian kekerasan, yakni :

1.1.2. UJI KEKERASAN VICKERS

Uji kekerasan vickers menggunakan indentor piramida intan yang


pada dasarnya berbentuk bujur sangkar. Besar sudut antar permukaan
piramida intan yang saling berhadapan adalah 1360. Nilai ini dipilih karena
mendekati sebagian besar nilai perbandingan yang diinginkan antar
diameter lekukan dan diameter bola penumbuk pada uji kekerasan brinell
(dieter, 1987).

Angka kekerasan vickers didefinisikan sebagai beban dibagi luas


permukaan lekukan. Pada prakteknya. Luas ini dihitung dari pengukuran
mikroskopik panjang diagonal jejak. VHN dapat ditentukan dari persamaan
berikut :

                                               
Dengan :            P = beban yang digunakan (kg)
                           D = panjang diagonal rata- rataa (mm)
   Ɵ = sudut antara permukaan intan yang berhadapan = 1360

Kareana jejak yang dibuat dengan penekanan piramida serupa


secara geometris dan tidak terdapat persoalan mengenai ukuranya, maka
VHN tidak tergantung kepada beban. Pada umumnya hal ini dipenuhi,
kecuali pada beban yang sangat ringan. Beban yang biasanya digunakan
pada uji vickers berkisar antara 1 hingga 120 kg. Tergantung pada
kekerasan logam yang akan diuji. Hal  hal yang menghalangi keuntungan
pemakaian metode vickers adalah :

1. Uji ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian
ini sangat lamban.
2. Memerlukan persiapan permukaan benda uji.
3. Terdapat pengaruh kesalahan manusia yang besar pada penentuan
panjang diagonalnya

1.1.3. Uji Kekerasan Rockwell

Pengujian rockwell mirip dengan pengujian brinell, yakni angka


kekerasan yang diperoleh merupakan fungsi derajat indentasi. Beban dan
indentor yang digunakan bervariasi tergantung pada kondisi pengujian.
Berbeda dengan pengujian brinell, indentor dan beban yang digunakan
lebih kecil sehingga menghasilkan indentasi yang lebih kecil dan lebih
halus. Banyak digunakan di industri karena prosedurnya lebih cepat
(Davis, Troxell, dan Wiskocil, 1955). Indentor atau “penetrator” dapat
berupa bola baja atau kerucut intan dengan ujung yang agak membulat
(biasa disebut “brale”). Diameter bola baja umumnya 1/16 inchi, tetapi
terdapat juga indentor dengan diameter lebih besar, yaitu 1/8, 1/4, atau 1/2
inchi untuk bahan-bahan yang lunak. Pengujian dilakukan dengan terlebih
dahulu memberikan beban minor 10 kg, dan kemudian beban mayor
diaplikasikan. Beban mayor biasanya 60 atau 100 kg untuk indentor bola
baja dan 150 kg untuk indentor brale. Mesikpun demikian, dapat
digunakan beban dan indentor sesuai kondisi pengujian. Karena pada
pengujian rockwell, angka kekerasan yang ditunjukkan merupakan
kombinasi antara beban dan indentor yang dipakai, maka perlu diberikan
awalan huruf pada angka kekerasan yang menunjukkan kombinasi beban
dan penumbuk tertentu untuk skala beban yang digunakan. Dial pada
mesin terdiri atas warna merah dan hitam yang didesain untuk
mengakomodir pengujian skala B dan C yang seringkali dipakai. Skala
kekerasan B digunakan untuk pengujian dengan kekerasan medium seperti
baja karbon rendah dan baja karbon medium dalam kondisi telah dianil
(dilunakkan). Range kekerasannya dari 0–100. Bila indentor bola baja
dipakai untuk menguji bahan yang kekerasannya melebihi B 100, indentor
dapat terdefomasi dan berubah bentuk. Selain itu, karena bentuknya, bola
baja tidak sesensitif brale untuk membedakan kekerasan bahan-bahan yang
keras. Tetapi jika indentor bola baja dipakai untuk menguji bahan yang
lebih lunak dari B 0, dapat mengakibatkan pemegang indentor mengenai
benda uji, sehingga hasil pengujian tidak benar dan pemegang indentor
dapat rusak.
Tabel 2Skala kekerasan Rockwell dan huruf awalannya (Davis, Troxell, dan Wiskocil, 1955)

Simbol skala dan Indentor Beban penekanan Warna dial


huruf awalan (kg)

B Kelompok 1: 100 Merah


C Bola baja 1/16 – 150 Hitam
inchi
Brale

A Kelompok 2: 60 Hitam
D Brale 100 Hitam
E Brale 100 Merah
F Bola baja 1/8 – 60 Merah
G inchi 150 Merah
H Bola baja 1/16 – 60 Merah
K inchi 150 Merah
Bola baja 1/16 –
inchi
Bola baja 1/8 –
inchi
Bola baja 1/8 –
inchi

L Kelompok 3: 60 Merah
M Bola baja 1/4 – 100 Merah
P inchi 150 Merah
R Bola baja 1/4 60 Merah
S -inchi 100 Merah
V Bola baja 1/4 – 150 Merah
inchi
Bola baja 1/2 –
inchi
Bola baja 1/2 –
inchi
Bola baja 1/2 –
inchi
DAFTAR PUSTAKA

 http://belajarmetalurgi.blogspot.com/2011/02/pendahuluan-dalam-
kehidupan sehari-hari.html(Diakses tgl 10-03-2013 pukul 23:53)
 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Bab%202%20Tarik.pdf(Diakses tgl
11-03-2013 pukul 01:56)
 http://www.infometrik.com/wp-
content/uploads/2009/09/Mengenalujitarik.pdf(Diakses tgl 11-03-2013
pukul 02:05)
 http://ft.unsada.ac.id/wp-content/uploads/2008/03/bab4-mt.pdf(Diakses tgl
11-03-2013 pukul 02:10)
 http://www.alatuji.com/article/detail/3/what-is-hardness-test-uji-
kekerasan-(Diakses pada tgl 11-03-2013 pukul 02:18)
 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Bab%201%20Kekerasan%20edisi
%202009.pdf(Diakses pada tgl 11-03-2012

Anda mungkin juga menyukai