Anda di halaman 1dari 27

Laporan

Tugas Pengujian Bahan

(Pengujian Tarik)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengujian Bahan

Dosen pengampu : Ardi Widyatmoko, M.Eng.

Disusun oleh:

Nama : 1. Muhammad Yusuf Yogma Ramadhan (2015006061)


2. Joko Prastiyo (2016006034)
3. Fadlurrahman (2016006140)
Kelas : PTM 4 Produksi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA
2018

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 4


B. Tujuan Percobaan ........................................................................... 6
C. Batasan Masalah ............................................................................. 6
D. Sistematika Penulisan .................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PERCOBAAN ........................................................... 7

A. Dasar Pengujian Logam ................................................................. 7


B. Kekuatan Tarik ............................................................................... 11
C. Kekuatan Luluh .............................................................................. 13
D. Pengukuran Keliatan ...................................................................... 15
E. Modulus Elasstisitas. ...................................................................... 15
F. Kelentingan .................................................................................... 16
G. Ketangguhan .................................................................................. 17

BAB III METODE PERCOBAAN .............................................................. 18

A. Diagram Alir Percobaan ................................................................. 18


B. Alat dan Bahan ............................................................................... 18
C. Prosedur Percobaan ........................................................................ 19

BAB IV HASIL PERCOBAAN ................................................................... 20

A. Data Hasil Percobaan ..................................................................... 20


B. Pemabahasan .................................................................................. 21
C. Uji Tarik Kawat Logam ................................................................. 21
D. Uji Tarik Pelat Logam .................................................................... 22

2
BAB V SIMPULAN..................................................................................... 24

A. Kesimpulan .................................................................................... 24
B. Saran ............................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 25

LMPIRAN... .................................................................................................... 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang masalah

Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik,
mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut adalah
sifat mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan
ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah satu acuan untuk melakukan proses
selanjutnya terhadap suatu material, contohnya untuk dibentuk dan dilakukan
proses permesinan. Untuk mengetahui sifat mekanik pada suatu logam harus
dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah satu pengujian yang
dilakukan adalah pengujian tarik.

Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material dengan spesifikasi


dan sifat-sifat yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam
pembuatan konstruksi sebuah jembatan. Diperlukan material yang kuat untuk
menerima beban diatasnya. Material juga harus elastis agar pada saat terjadi
pembebanan standar atau berlebih tidak patah. Salah satu contoh material yang
sekarang banyak digunakan pada konstruksi bangunan atau umum adalah logam.

Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat mekanik


dari logam tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai mutlak dan akurat
dari sifat mekanik logam tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak dilakukan
pengujian-pengujian terhadap sampel dari material.

Pengujian ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar sifat mekanik dari
material, sehingga dapat dlihat kelebihan dan kekurangannya. Material yang
mempunyai sifat mekanik lebih baik dapat memperbaiki sifat mekanik dari
material dengan sifat yang kurang baik dengan cara alloying. Hal ini dilakukan
sesuai kebutuhan konstruksi dan pesanan.

4
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil
yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan
desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik
digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang
diberikan secara lambat.Salah satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik
dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah
kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik banyak dilakukan untuk
melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data
pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji
dapat dilihat dari kurva uji tarik.

Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu


material, khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat diketahui dari
hasil pengujian tarik adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan tarik

2. Kuat luluh dari material

3. Keuletan dari material

4. Modulus elastic dari material

5. Kelentingan dari suatu material

6. Ketangguhan.

Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan


dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan.
Karena dengan pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap
gaya statis yang diberikan secara perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah
satu pengujian yang penting untuk dilakukan, karena dengan pengujian ini dapat
memberikan berbagai informasi mengenai sifat-sifat logam.

5
Dalam bidang industri diperlukan pengujian tarik ini untuk
mempertimbangkan faktor metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup dalam
proses perlakuan terhadap logam jadi, untuk memenuhi proses selanjutnya.

Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, kita sebagai mahasiswa metalurgi
hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan adanya kurva tegangan
regangan kita dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, keuletan, modulus
elastisitas, ketangguhan, dan lain-lain. Pada pegujian tarik ini kita juga harus
mengetahui dampak pengujian terhadap sifat mekanis dan fisik suatu logam.
Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita dapat data dasar
mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.

B. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kekuatan bahan logam
melalui pemahaman dan pendalaman kurva hasil uji tarik.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam percobaan ini yaitu melakukan pengujian pada sampel
yang berbentuk pelat dan kawat sampai sampel tersebut putus. Dari hasil
pengujian yang diperoleh, mencari berapa besar yield strength, tensile
strength dan persentase elongasinya.

D. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan ini dibagi menjadi lima bab. Bab I menjelaskan


mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, sistematika
penulisan. Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai
teori singkat dari percobaan yang dilakukan, Bab III menjelaskan mengenai
metode penelitian, Bab IV menjelaskan mengenai data percobaan, Bab V
menjelaskan mengenai pembahasan dan Bab VI menjelaskan mengenai
kesimpulan dari percobaan. Selain itu juga di akhir laporan terdapat lampiran
yang memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas serta terdapat
juga blangko percobaan.

6
BAB II

TINJAUAN PECOBAAN

A. Dasar Pengujian Logam

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu
[Askeland, 1985]. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk
rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material.
Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap
gaya statis yang diberikan secara lambat.

Gambar 1. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.

Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada
kedua arah sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban
yang sama besarnya. Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang
dipergunakan pada material. Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi,
dilakukan pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji mengalami peregangan
dan bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif sederhana,

7
murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan
dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.

1. a. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji

Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638.
Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya patah atau
retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen
uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length.

1. b. Grip and Face Selection

Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat,
spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break).
Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di
seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan
langsung dengan face. Beban yang diberikan pada bahan yang di uji
ditransmisikan pada pegangan bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda
uji disesuaikan dengan estándar baku pengujian.

Gambar 2. Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik

Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang didapatkan.

8
Gambar 3. Contoh kurva uji tarik

Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata


dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi
beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan
seperti dalam persamaan 2.1 berikut:

s= P/A0

Keterangan ; s : besarnya tegangan (kg/mm2)

P : beban yang diberikan (kg)

A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah


regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang
dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti
dalam persamaan 2.2 berikut.

Keterangan ; e : Besar regangan

9
L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)

Lo : Panjang awal benda uji (mm)

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung


pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan
keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang
digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah
kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan dan
pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan
dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.

Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding


lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah
remangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut
daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan
luluh, benda mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah ini
bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan
bertambahnya regangan plastik.

Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus
elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan

Keterangan ; E : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),

e : regangan

σ : Tegangan (kg/mm2)

Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik
(sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya

10
regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan luas penampang
lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan
oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu
titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa
beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan
benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas
penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan
regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan
berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang
hingga terjadi patah.

Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan
beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain
[Dieter, 1993]:

1. Kekuatan tarik

2. Kuat luluh dari material

3. Keuletan dari material

4. Modulus elastic dari material

5. Kelentingan dari suatu material

6. Ketangguhan.

B. Kekuatan Tarik

Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah
kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan
tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah
beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda uji.

11
di mana, Su = Kuat tarik

Pmaks = Beban maksimum

A0 = Luas penampang awal

Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban
maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang sangat
terbatas. Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil
suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar
dalam kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan
tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, di mana logam dapat menahan
beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa
nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali kegunaannya untuk
tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui. Untuk berapa lama,
telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik,
dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.

Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan


yang lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada
kekuatan luluhnya. Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan
tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal,
dan merupakan metode identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip dengan
kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam atau bahan. Selanjutnya,
karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah
dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk keperluan
spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara
kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan lelah, sering
dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik merupakan kriteria
yang tepat untuk keperluan perancangan.

12
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati
tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit
demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik mulai terjadi dan sukar
ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan batas luluh
yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang akan
digunakan.

1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada


skala regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan
dikaitkan dengan gerakan beberapa ratus dislokasi.

2. Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan


proporsional antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara
mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva tegangan-
regangan.

3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh
bahan tanpa terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban
telah ditiadakan. Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan,
nilai batas elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas
elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan mikro.
Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa
(10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional.
Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi
beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang membosankan.

C. Kekuatan luluh (yield strength)

Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian
tarik adalah kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength)
merupakan titik yang menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi
plastis [Dieter, 1993]. Besar tegangan luluh dituliskan seperti pada persamaan 2.4,
sebagai berikut.

13
Keterangan ; Ys : Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)

Py : Besarnya beban di titik yield (kg)

Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati


tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastis yang berlangsung sedikit
demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastis mulai terjadi dan sukar
ditentukan secara teliti.

Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan


sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan
untuk sifat ini adalah kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan
dengan perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis yang sejajar
dengan elastis ofset kurva oleh regangan tertentu. Di Amerika
Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen (e = 0,002
atau 0,001)

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji
diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat
beban ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan
0,2%, lebih panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di
Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga
ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset
biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi, karena
metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau
batas proporsional.

14
D. Pengukuran Keliatan (keuletan)

Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat
diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum
pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal
[Dieter, 1993]:

1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi


tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam,
misalnya pengerolan dan ekstrusi.

2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai


kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.

3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi


pengolahan

E. Modulus Elastisitas

Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan keelastisitasannya.


Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang dihasilkan akibat
pemberian tegangan.Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya ikat antar atom,
karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa terjadi perubahan mendasar pada
sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu sifat-sifat mekanik yang tidak
dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya penambahan paduan,
perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.

Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.

Dimana, s = tegangan

15
ε = regangan

Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland, 1985]

F. Kelentingan (resilience)

Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada


waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya
dihilangkan [Dieter, 1993]. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus
kelentingan, yakni energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk
menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh σo. Energi regangan tiap
satuan volume untuk beban tarik satu sumbu adalah :

Uo = ½ σxеx

Dari definisi diatas, modulus kelentingan adalah :

Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban


energi pada pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen,
misal pegas mekanik, adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan
modulus elastisitas rendah.

16
G. Ketangguhan (Toughness)

Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada


daerah plastik. Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar
dibuktikan atau didefinisikan. Salah satu menyatakan ketangguhan adalah
meninjau luas keseluruhan daerah di bawah kurva tegangan-regangan. Luas ini
menunjukan jumlah energi tiap satuan volume yang dapat dikenakan kepada
bahan tanpa mengakibatkan pecah. Ketangguhan (S0) adalh perbandingan antara
kekuatan dan kueletan. Persamaan sebagai berikut.

UT ≈ su ef atau

Untuk material yang getas

Keterangan; UT : Jumlah unit volume

Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi luas
penampang lintang. Tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan tiga
sumbu yang terjadi pada benda uji tarik saat terjadi patah. Karena data yang
diperlukan untuk koreksi seringkali tidak diperoleh, maka tegangan patah sejati
sering tidak tepat nilai.

17
BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Diagram Alir Percobaan

Gambar 4. Diagram alir proses percobaan pengujian uji tarik

B. Alat dan Bahan

1. Masin uji tarik

2. Jangka sorong

3. Meteran

4. Sampel berbentuk plat

5. Sampel berbentuk kawat

18
C. Prosedur Percobaan

1. Mengukur benda uji dengan ukuran standar

2. Mengkur panjang awal (Lo) atau gage length dan luas penampang irisan
benda uji.

3. Mengukur benda uji pada pegangan (grip) atas dan pegangan bawah pada
mesin uji tarik.

4. Nyalakan mesin uji tarik dan lakukan pembebanan tarik sampai benda uji
putus.

5. Mencatat beban luluh dan beban putus yang terdapat pada skala.

6. Melepaskan benda uji pada pegangan atas dan bawah, kemudian satukan
keduanya seperti semula.

7. Mengukur panjang regangan yang terjadi.

19
BAB IV

DATA HASIL PERCOBAAN

A. Data Hasil Percobaan

Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, didapatkan


data-data berikut,dengan spesimen uji adalah wire dan strip.

Tabel 2. Data hasil percobaan uji tarik

Benda
Uji T S So Lo Fy Fm YS TS %EL
Standar

200 250 3.79 1382 1384.5 364.64 365.303 23.28%

WIRE 2.2
Δℓ=
25%
46.5676

50 82 9 2735.5 2735.8 303.94 303.92 51.083%

PLATE 0.36
Δℓ=
64%
25.5419

Keterangan :

T : Tebal Sampel Uji YS : Yield strength

W : Lebar Sampel Uji TS : Tensile strength

So : Luas Sampel Uji % EL : % elongation

Lo : Gage Lenght LI : Perpanjangan

20
B. Pembahasan

Pada percobaan uji tarik ini, menggunakan bahan alumunium berbentuk


pelat dan kawat. Proses pengujiannya adalah dengan cara memasangkan specimen
pada alat uji tarik. Dengan gaya yang sudah ditentukan pengujian dilakukan
sampai terjadi fracture dan dapat diketahui UTS dan tegangan luluhnya.

C. Uji tarik kawat logam

Berdasarkan hasil pengujian tarik pada bahan kawat yang dilakukan,


didapatkan grafik sebagai berikut:

Gambar 5 Grafik hasil uji tarik pada bahan kawat

Dari gambar 5 dapat dilhat perubahan grafik dari deformasi elastis menjadi
deformasi plastis, perubahan tersebut terjadi pada saat nilai mencapai 364,64
N/mm dan fenomena fracture terjadi pada saat regangan bertambah 200
mm.Ultimate Tensile Strengh yang dicapai oleh kawat dicapai pada saat nilai
mencapai 365,303 N/mm dan tensile strength didapat sebesar 365,303N/mm
dimana tensile strength ini adalah nilai akhir sebelum terjadinya
patahan.Pertambahan panjang ini terjadi akibat gaya yang diberikan hingga
mencapai putus dan terbukti makin besar tegangan maka makin panjang regangan
yang didapat.

21
D. Uji tarik pelat logam

Percobaan dengan menggunakan specimen uji berbeda dengan


mengguanakan pelat terlihat sedikit perbedaan baik dari nilai maupun nilai
pertambahan panjang karena specimen ketika mengalami patah ujung dari
permukaan patahan menjadi tidak lurus melainkan patahannya miring.
Perbandingan dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7 Grafik hasil uji tarik pada bahan pelat

Dari gambar 7, titik yang menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke


deformasi plastis berada pada nilai 303.94 N/mm dapat diketahui bahwa nilai
yang berada pada tittik tersebut menunjukkan kekuatan luluh (yield strength), .
Sedangkan nilai kekuatan tarik (tensile strength), yaitu merupakan titik akhir
pengujian tarik yang ditandai dengan perpatahan berada pada nilai 2620 N/mm.

Pengujian yang sudah dilakukan mendapat perbedaan data yang dapat


dibandingkan dari kedua jenis specimen yaitu specimen uji berbentuk kawat dan
specimen uji berjenis pelat atau strip. Pada pengujian antara dua specimen ini
terlihat bahwa kekuatan tarik makasimum kawat lebih besar dibandingkan
kekuatan tarik maksimum pada pelat, tetapi kekuatan luluh pada kawat lebih
rendah dibandingkan kekuatan luluh pada pelat.Faktor penyebab ini adalah
perbedaan dimensi terutama dimensi standar yang digunakan berbeda-beda.

22
Pada perlakuan awal dari kedua specimen pun berbeda.Pada kawat
merupakan hasil dari proses ektrusi (penarikan), yang menyebabkan sifat dari
specimen uji menjadi lebih keras. Pada bahan pelat merupakan hasil dari proses
pengerolan, yang mempunyai sifat lebih ulet dari kawat.

Dari kurva hasil uji tarik dapat diperoleh keterangan bahwa bahan yang
berbentuk pelat lebih ulet dari pada bahan yang berbentuk kawat. Sebaliknya,
bahan yang berbentuk kawat lebih keras dari pada bahan yang berbentuk pelat

23
BAB V

SIMPULAN

Simpulan

Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, maka


didapatkan beberapa kesimpulan, antara lain :

1. Pada uji coba ini kita menguji ketahanan bahan materialnya sejauh mana
pertambahan panjangnya dan bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap
tarikan, berdasarkan hasil percobaan dan dari grafik kurva uji tarik, plat
mengalami perpanjangan lebih kecil dari kawat dikarnakan luas
penampang kawat lebih kecil dibanding plat

2. Jenis material yang berbeda, dengan perlakuan yang didapatkannya


berbeda dan komposisinya yang berbeda akan menyebabkan nilai
kekuatannya berbeda pula dan kurva hasil uji tariknya juga berbeda.

3. Faktor penyebab terjadinya nilai diantara dua specimen uji tersebut adalah
dimensi yang berbeda dan perlakuan yang berbeda pula

Saran

Setelah melakukan praktikum di hari yang lalu penulis menyarankan agar


alat yang di gunakan (mesin uji tarik) untuk uji tarik harus di lengkapi dengan
monitor yang mana langsung menampilkan kurva hasil uji tarik. Sehingga
kesalahan praktikan dalam membuat kurva uji tarik dapad di minimalisir.

24
DAFTAR PUSTAKA

Askeland., D. R., 1985, “The Science and Engineering of Material”, Alternate


Edition, PWS Engineering, Boston, USA

Dieter, E. George, 1993, “Metalurgi Mekanik”, Jakarta: PT. Gelora Aksara


Pratama.

http://www.calce.umd.edu/general/facilities/hardness_ed_.htm. diakses pada


tanggal 2 maret 2017.

http://www.geology.csupomona.edu/alert/mineral/hardness.htm. diakses pada


tanggal 2 maret 2017.

http://www.gordonengland.co.uk/hardness.htm . diakses pada tanggal 2 maret


2017.

Tim Laboratorium metalurgi, 2009, “Panduan Praktikum Laboratorium


Metalurgi II”, Cilegon: FT. Untirta.

https://sersasih.wordpress.com/2011/07/21/laporan-material-teknik-uji-tarik/ (di
akses pada tanggal 02 maret 2017)

25
LAMPIRAN

26
27

Anda mungkin juga menyukai