TENSILE TEST
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan resmi praktikum uji
bahan ini dengan judul “Tensile test”.
Semoga Allah memberi balasan atas semua jasa kebaikan dan bantuan
yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
laporan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan
masukan yang membangun demi perbaikan makalah ini. Penulis berharap semoga
laporan praktikum uji bahan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
Kelompok 2 - DM-VA ii
DT – Tensile Test
DAFTAR ISI
Kelompok 2 - DM-VA iv
DT – Tensile Test
DAFTAR TABEL
Kelompok 2 - DM-VA v
DT – Tensile Test
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan pengujian tarik (tensile test) terhadap
suatu material.
Kelompok 2 - DM-VA 1
DT – Tensile Test
b) Mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisa sifat-sifat mekanik
material yang terdiri dari kekuatan tarik maksimum, kekuatan tarik
luluh, reduction of area, elongation dan modulus elastisitas.
Kelompok 2 - DM-VA 2
DT – Tensile Test
2 BAB II
DASAR TEORI
Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu
perancangan konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik.
Kekuatan tarik suatu bahan di dapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang
dilaksanakan berdasarkan standar pengujian yang telah baku seperti ASTM
(Assotiation Society Test and Material), JIS (Japan Industrial Standart), DIN
(Deutches Institut for Nurmunge) dan standar pengujian lainnya.
Kelompok 2 - DM-VA 3
DT – Tensile Test
Gambar 2. 2 Spesimen Round Bar
Kelompok 2 - DM-VA 4
DT – Tensile Test
perubahan panjang (∆L) tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik, yang
merupakan fungsi beban dan pertambahan panjang dan disebut sebagai
grafik P - ∆L dan kemudian dijadikan grafik Stress-Strain yang
menggambarkan sifat bahan secara umum.
Kelompok 2 - DM-VA 5
DT – Tensile Test
deformasi plastis. Pada kenyataannya karena perbedaan antara ke tiga titik
p, e dan y sangat kecil maka untuk perhitungan teknik seringkali
keberadaan ke tiga titik tersebut cukup di wakili dengan titik y saja. Dalam
kurva titik y ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar atau beban
relatif tetap. Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua logam. Pada
material yang ulet seperti besi murni dan baja karbon rendah, titik y
tampak sangat jelas. Namun pada umumnya penampakan titik y tidak
tampak jelas. Untuk kasus seperti ini cara menentukan titik y dengan
menggunakan metode offset. Metode offset di lakukan dengan cara
menarik garis lurus yang sejajar dengan garis miring pada daerah
proporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik y di dapat
pada perpotongan garis tersebut dengan kurva σ-ε, lihat gambar 2.5.
Kelompok 2 - DM-VA 6
DT – Tensile Test
2.4 Grafik tegangan-regangan teknik
Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva P-ℓ tersebut
sebenarnya belum menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya
menunjukkan kekuatan spesimen saja. Untuk mendapatkan kekuatan
materialnya maka grafik P-ℓ tersebut harus di konversikan ke dalam
tegangan-regangan teknik (grafik ). Grafik di buat dengan
asumsi luas penampang spesimen konstan selama pengujian. Oleh karena
itu penggunaan grafik ini terbatas pada konstruksi yang man deformasi
permanen tidak di perbolehkan terjadi. Berdasarkan asumsi luas
penampang konstans tersebut maka persamaan yang di gunakan adalah :
= P/Ao.......................................................................................(1)
Kelompok 2 - DM-VA 7
DT – Tensile Test
Sedangkan untuk menentukan skala pertambahan panjang, bagilah
panjang setelah patah dengan panjang pertambahan total pada kurva
Dari perhitungan tersebut akan di dapatkan data:
1. Skala beban (P) 1mm : ........... kN
2. Skala pertambahan panjang 1mm : ........... mm
3. Ambillah 3 titik di daerah elastis, 3 titik di sekitar yield, 3 titik di
sekitar beban maksimal (termasuk u) dan satu titik patah (f).
Tentukan besar beban dan pertambahan panjang ke sepuluh titik
tersebut berdasarkan skala yang telah di buat di atas. Untuk membuat
tampilan yang baik, terutama pada daerah elastis, tentukan terlebih
dahulu kemiringan garis proporsional dengan memakai
persamaan Hooke di bawah ini:
........................................................................................(3)
di mana:
= tegangan/ stress (kg/mm2, MPA,Psi)
= modulus elastisitas (kg/mm2,MPA,Psi)
ε = regangan/strain (mm/mm, in/in)
dari persamaan 3 di dapatkan
= tg……………………………………………………..….(4)
Kelompok 2 - DM-VA 8
DT – Tensile Test
Gambar 2. 6 Grafik t hasil konversi grafik P ℓ
Kelompok 2 - DM-VA 9
DT – Tensile Test
1. Ambil kembali ke sepuluh titik pada grafik yang merupakan
konversi dari grafik. Untuk menentukan nilai tegangan sebenarnya
gunakan persamaan 5 sedangkan untuk nilai regangan sebenarnya
gunakan persamaan 6. Persaman tersebuy hanya berlaku sampai
titik maksimum yaitu titik 1-8. Sedangkan nilai ke dua titik lainnya
(titik 9 dan titik 10) yang berada setelah puncak kurva akan
mengalami perubahan.
Kelompok 2 - DM-VA 10
DT – Tensile Test
Sifat Mekanik yang di dapat dari uji tarik
1. Tegangan Tarik Yield
y Py/ ……………….……………………………………...(9)
di mana y = tegangan yield (kN/mm2)
Py = beban yield (kN)
Tegangan Tarik Maksimum/ Ultimate
uPu…………….….…………………………………...(10)
di mana u = tegangan ultimate (kN/mm2)
pu = beban ultimate (kN)
3. Regangan
Δℓ / ℓo x 100 % ..............................................................(11)
di mana = regangan (%).
ℓ = pertambahan panjang (mm)
ℓ = panjang awal spesimen (mm)
Regangan tertinggi menunjukkan nilai keuletan suatu material.
4. Modulus Elastisitas (E)
Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas
menunjukkan kekakuan suatu material. Semakin besar nilai E,
menandakan semakin kakunya suatu material. Harga E ini di turunkan
dari persamaan hukum Hooke sebagaimana telah di uraikan pada
persamaan 3 dan 4.
Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu
material relatif terhadap yang lain dapat di amati dari sudut kemiringan
pada garis proporsional. Semakin besar , semakin kaku material
tersebut.
5. Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )
RA=[(A0-A’)/A0] 100%
di mana A’ = luas penampang setelah patah (mm2)
Reduksi penampang dapat juga di gunakan untuk menetukan
keuletan material. Semakin tinggi nilai RA, semakin ulet material
tersebut.
Kelompok 2 - DM-VA 11
DT – Tensile Test
3 BAB III
METODOLOGI
Kelompok 2 - DM-VA 12
DT – Tensile Test
3.2 Langkah - langkah Kerja
Menyiapkan Spesimen
Kelompok 2 - DM-VA 13
DT – Tensile Test
Pengukuran dimensi
Kelompok 2 - DM-VA 14
DT – Tensile Test
g. Setelah patah, ambil
spesimen dan ukur panjang
dan luasan penampang yang
patah.
h. Ulangi langkah di atas untuk
seluruh spesimen.
Kelompok 2 - DM-VA 15
DT – Tensile Test
4 BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Spesimen Plat
Skala beban dari mesin uji tarik telah diketahui yaitu sebesar :
1mm = 0,5 kN/mm.
Skala Δℓ = Perpanjangan setelah patah spesimen
Pertambahan panjang plastis pada kurva
= (65,50 – 59,80)
24
1 mm = 0,2375 mm/mm
Skala Skala Δℓ P ℓo A0 A1 σt Ɛt σs Ɛs
No X Y (kN/ (mm/ (kN/ (mm/
X Y (mm) (kN) (mm) (mm2) (mm2)
mm2) mm) mm2) mm)
0 0 0 0.2375 0.5 0 0 58.9 148.2 76.45 0 0 0 0
1 2 20 0.2375 0.5 0.475 10 58.9 148.2 76.45 0.067 0.008 0.131 0.008
2 3 29 0.2375 0.5 0.7125 14.5 58.9 148.2 76.45 0.098 0.012 0.190 0.012
3 4 43 0.2375 0.5 0.95 21.5 58.9 148.2 76.45 0.145 0.016 0.281 0.016
4 5 57 0.2375 0.5 1.1875 28.5 58.9 148.2 76.45 0.192 0.020 0.373 0.020
5 6 64 0.2375 0.5 1.425 32 58.9 148.2 76.45 0.216 0.024 0.419 0.024
6 10 81 0.2375 0.5 2.375 40.5 58.9 148.2 76.45 0.273 0.040 0.530 0.040
7 14 89 0.2375 0.5 3.325 44.5 58.9 148.2 76.45 0.300 0.056 0.582 0.055
8 18 93 0.2375 0.5 4.275 46.5 58.9 148.2 76.45 0.314 0.073 0.608 0.070
9 21 90 0.2375 0.5 4.9875 45 58.9 148.2 76.45 0.304 0.085 0.589 0.081
10 24 74 0.2375 0.5 5.7 37 58.9 148.2 76.45 0.250 0.097 0.484 0.092
Titik Yield Titik Ultimate Titik Fracture
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
plat adalah sebagai berikut :
a) Tegangan Yield
σy = Py/A0
= 32 kN/ 148,2 mm²
= 0,2159 kN/mm²
= 215,9 MPa
Kelompok 2 - DM-VA 16
DT – Tensile Test
b) Tegangan Maksimum
σu = Pu/A0
= 46,5 kN/ 148,2 mm²
= 0,3137 kN/mm²
= 313,7 MPa
c) Regangan Maksimum
Ɛmax = (ΔL/Lo)x100%
= ( 5,7 mm / 59,8 mm) x 100%
= 9,531 %
d) Reduksi Penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 – A1)/A0 x 100%
= (148,2 – 76,48) mm / 148,2 mm x 100%
= 48,259 %
e) Modulus Elastisitas pada titik proporsional
E = σ/Ɛ
= 0,1450 kN / 0,0161 mm2
= 9,0062 kN/mm2
= 9006,2 MPa
Kelompok 2 - DM-VA 17
DT – Tensile Test
Tabel 4. 2 Hasil Uji Tarik Spesimen Round Bar
Skala Skala Δℓ P ℓo A0 σt
A1 Ɛt σs Ɛs
No X Y (kN/ (mm/ (kN/ (mm/
X Y (mm) (kN) (mm) (mm2) (mm2)
mm2) mm) mm2) mm)
0 0 0 0.3098 0.5 0 0 62 39.29 26.87 0 0 0 0
1 3 19 0.3098 0.5 0.9294 9.5 62 39.29 26.87 0.242 0.015 0.354 0.015
2 6 31 0.3098 0.5 1.8588 15.5 62 39.29 26.87 0.395 0.030 0.577 0.030
3 8 43 0.3098 0.5 2.4784 21.5 62 39.29 26.87 0.547 0.040 0.800 0.039
4 10 54 0.3098 0.5 3.098 27 62 39.29 26.87 0.687 0.050 1.005 0.049
5 12 63 0.3098 0.5 3.7176 31.5 62 39.29 26.87 0.802 0.060 1.172 0.058
6 22 80 0.3098 0.5 6.8156 40 62 39.29 26.87 1.018 0.110 1.489 0.104
7 32 90 0.3098 0.5 9.9136 45 62 39.29 26.87 1.145 0.160 1.675 0.148
8 42 92 0.3098 0.5 13.011 46 62 39.29 26.87 1.171 0.210 1.712 0.191
9 52 90 0.3098 0.5 16.109 45 62 39.29 26.87 1.145 0.260 1.675 0.231
10 61 71 0.3098 0.5 18.897 35.5 62 39.29 26.87 0.904 0.305 1.321 0.266
Titik Yield Titik Ultimate Titik Fracture
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
round bar adalah sebagai berikut :
a) Tegangan Yield
σy = Py/A0
= 31,5 kN/ 39,29 mm²
= 0,8017 kN/mm²
= 801,7 MPa
b) Tegangan Maksimum
σu = Pu/A0
= 46 kN/ 39,29 mm²
= 1,1707 kN/mm²
= 1170,7 MPa
c) Regangan Maksimum
Ɛmax = (ΔL/Lo)x100%
= ( 18,9 mm / 62 mm) x 100%
= 30,483 %
d) Reduksi Penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 – A1)/A0 x 100%
= (39,29 – 26,87) mm / 39,29 mm x 100% = 31,611 %
Kelompok 2 - DM-VA 18
DT – Tensile Test
e) Modulus Elastisitas pada titik proporsional
E = σ/Ɛ
= 0,5472 kN / 0,0399 mm2
= 13,7142 kN/mm2
= 13714,2 MPa
4.3 Spesimen Baja Bersirip
Skala beban dari mesin uji tarik telah diketahui yaitu sebesar :
1mm = 0,5 kN/mm.
Skala Δℓ = Perpanjangan setelah patah spesimen
Pertambahan panjang plastis pada kurva
= (70,50 – 62,00)
50
1 mm = 0,17 mm/mm
Tabel 4. 3 Hasil Uji Tarik Spesimen Baja Bersirip
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen baja
bersirip adalah sebagai berikut :
a) Tegangan Yield
σy = Py/A0
= 21,5 kN/ 26,71 mm²
= 0,8049 kN/mm²
= 804,9 MPa
Kelompok 2 - DM-VA 19
DT – Tensile Test
b) Tegangan Maksimum
σu = Pu/A0
= 28 kN/ 26,71 mm²
= 1,0482 kN/mm²
= 1048,2 MPa
c) Regangan Maksimum
Ɛmax = (ΔL/Lo)x100%
= ( 8,5 mm / 62 mm) x 100%
= 13,709 %
d) Reduksi Penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 – A1)/A0 x 100%
= (26,71 – 18,86) mm / 26,71 mm x 100%
= 29,389 %
e) Modulus Elastisitas pada titik proporsional
E = σ/Ɛ
= 0,5615 kN / 0,0109 mm2
= 51,5137 kN/mm2
= 51513,7 MPa
2
Plat (Teknik)
1,8
1,6 Plat (Sebenarnya)
1,4
1,2 Round Bar
(Teknik)
1
Round Bar
0,8
(Sebenarnya)
0,6
Baja Bersirip
0,4 (Teknik)
0,2 Baja Bersirip
(Sebenarnya)
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
Kelompok 2 - DM-VA 20
DT – Tensile Test
5 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Alat yang digunakan (mesin uji Tarik) sebaiknya dilengkapi dengan
monitor yang mana langsung menampilkan kurva hasil uji Tarik. Sehingga
kesalahan praktikan dalam membuat kurva uji Tarik dapat diminimalisir.
Kelompok 2 - DM-VA 21
DT – Tensile Test
6 DAFTAR PUSTAKA
Harsono, Dr, Ir & T.Okamura, Dr. 1991. Teknologi Pengelasan Logam, PT.
Pradya Paramita, Jakarta
Wachid Suherman, Ir. 1987. Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik Mesin
FTI, ITS
Dosen Metallurgi. 1986. Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI,
ITS
M.M. Munir. 2000. Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan
Kapal, PPNS
Budi Prasojo, ST. 2002. Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS
Kelompok 2 - DM-VA 22
DT – Tensile Test
1 LAMPIRAN
Kelompok 2 - DM-VA 23
DT – Tensile Test