Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM UJI BAHAN

TENSILE TEST

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Anggi Putri Pratiwi (0616040004)


Wildan Nur Rohman (0616040009)
M. Febri Ariyanto (0616040017)
Yahya Bahar Prihantono (0616040019)
Novangga Tri Putranto (0616040020)
Nurul Maulidah Al A. (0616040022)

PROGRAM STUDI TEKNIK DESAIN DAN MANUFAKTUR


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan resmi praktikum uji
bahan ini dengan judul “Tensile test”.

Penulisan laporan yang tak mudah serta banyaknya halangan yang


merintang tak akan pernah bisa terselesaikan tanpa adanya bantuan-bantuan dari
berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam proses penyelesaian laporan ini yaitu, kepada:

1. Ir. Eko Julianto, M.Sc., FRINA, selaku Direktur Politeknik Perkapalan


Negeri Surabaya
2. George Endri Kusuma, S.T., M.Sc.Eng., dan Rizal Indrawan, S.ST., M.T.,
selaku Dosen Mata Kuliah Praktikum Uji Bahan yang telah memberi
bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan baik
3. Agus Sumitro selaku teknisi laboratorium praktikum uji bahan yang telah
banyak membantu selama pelaksanaan praktikum
4. Sahabat seperjuangan dan teman-teman yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan penulisan laporan

Semoga Allah memberi balasan atas semua jasa kebaikan dan bantuan
yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
laporan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan
masukan yang membangun demi perbaikan makalah ini. Penulis berharap semoga
laporan praktikum uji bahan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surabaya, 31 Desember 2018

Penulis

Kelompok 2 - DM-VA ii
DT – Tensile Test
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Tujuan ........................................................................................................1
1.1.1 Tujuan Umum ....................................................................................1
1.1.2 Tujuan Khusus ...................................................................................1
BAB II DASAR TEORI ..........................................................................................3
2.1 Spesimen plat ............................................................................................3
2.2 Spesimen Round Bar .................................................................................3
2.3 Spesimen Baja Bersirip .............................................................................4
2.4 Grafik tegangan-regangan teknik ..............................................................7
2.5 Grafik Tegangan-Regangan Sebenarnya ..................................9
BAB III METODOLOGI .......................................................................................12
3.1 Material Dan Peralatan ............................................................................12
3.1.1 Material ............................................................................................12
3.1.2 Peralatan ...........................................................................................12
3.2 Langkah - langkah Kerja .........................................................................13
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN .........................................................16
4.1 Spesimen Plat ..........................................................................................16
4.2 Spesimen Round Bar ...............................................................................17
4.3 Spesimen Baja Bersirip ...........................................................................19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................21
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................21
5.2 Saran ........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................22
LAMPIRAN ...........................................................................................................23

Kelompok 2 - DM-VA iii


DT – Tensile Test
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Spesimen Plat ......................................................................................3


Gambar 2. 2 Spesimen Round Bar ...........................................................................4
Gambar 2. 3 Spesimen Beton Neser ........................................................................4
Gambar 2. 4 Grafik P-  hasil pengujian tarik beberapa logam ..............................5
Gambar 2. 5 Metode offset untuk menentukan titik yield .......................................6
Gambar 2. 6 Grafik  hasil konversi grafik P L .....................................9
Gambar 2. 7 Grafik tegangan dan regangan sebenarnya  ......................10
Gambar 3. 1 Material Tensile Test.........................................................................12
Gambar 4. 2 Peralatan Tensile Test .......................................................................12
Gambar 4. 1 Grafik Perbandingan Hasil Tegangan-Regangan Teknik dan
Tegangan-Regangan Sebenarnya dari Setiap Material .....................20

Kelompok 2 - DM-VA iv
DT – Tensile Test
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Hasil Uji Tarik Spesimen Plat...............................................................16


Tabel 4. 2 Hasil Uji Tarik Spesimen Round Bar ...................................................18
Tabel 4. 3 Hasil Uji Tarik Spesimen Baja Bersirip ................................................19

Kelompok 2 - DM-VA v
DT – Tensile Test
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan akan material yang memiliki kekuatan tinggi semakin
bertambah seiring dengan perkembangan dunia industri. Dalam berbagai
penggunaan, logam harus disesuaikan dengan sifat-sifatnya.
Salah satu sifat logam yang perlu diketahui adalah sifat kekuatan tarik.
Untuk mengetahui kekuatan tarik yang dimiliki oleh suatu logam, maka perlu
diadakan pengujian yang tepat.
Dengan mengetahui kekuatan tariknya, maka suatu logam dapat
digunakan sesuai dengan penggunaannya pada konstruksi mesin.
Dalam pengujian tarik kita mengenal beberapa titik yang dialami material
sampai material tersebut putus. Titik-titik ini menentukan batas-batas dari
tegangan yang diperoleh dari material tersebut. Batas – batas ini antara lain
adalah batas proporsional, batas yielding, batas tegangan ultimate dan batas
dimana material mulai putus. Batas-batas inilah yang akan digunakan untuk
mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu logam berdasarkan hasil
pengujian tarik

1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan pengujian tarik (tensile test) terhadap
suatu material.

1.1.2 Tujuan Khusus


Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah
memahami isi modul ini adalah sebagai berikut :

a) Mahasiswa mampu membuat diagram tegangan-regangan teknik


dan sebenarnya berdasarkan diagram beban-pertambahan panjang
yang di dapat dari hasil pengujian.

Kelompok 2 - DM-VA 1
DT – Tensile Test
b) Mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisa sifat-sifat mekanik
material yang terdiri dari kekuatan tarik maksimum, kekuatan tarik
luluh, reduction of area, elongation dan modulus elastisitas.

Kelompok 2 - DM-VA 2
DT – Tensile Test
2 BAB II
DASAR TEORI

Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu
perancangan konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik.
Kekuatan tarik suatu bahan di dapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang
dilaksanakan berdasarkan standar pengujian yang telah baku seperti ASTM
(Assotiation Society Test and Material), JIS (Japan Industrial Standart), DIN
(Deutches Institut for Nurmunge) dan standar pengujian lainnya.

2.1 Spesimen plat


Batang uji berupa plat ditentukan dahulu test lengthnya, yaitu 60
mm. Setelah itu diambil titik tengah dari test lenght, yaitu A0 = 30 mm &
B0 = 30 mm. Kesemuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian
diukur kembali panjang gauge lenghtnya apakah tepat 60 mm atau tidak,
setelah itu nilainya dimasukkan kedalam penandaan (L0).

Gambar 2. 1 Spesimen Plat

2.2 Spesimen Round Bar


Batang uji berupa rounded ditentukan dulu gauge lenght-nya, yaitu
60 mm lalu ditentukan titik tengah gauge lenght-nya. Setelah itu diukur
lagi panjang gauge lenght dari A ke B untuk dimasukkan kedalam
penandaan (Lo). Setelah itu ditandai dengan penitik.

Kelompok 2 - DM-VA 3
DT – Tensile Test
Gambar 2. 2 Spesimen Round Bar

2.3 Spesimen Baja Bersirip


Batang uji berupa deformed diratakan dulu ujung-ujungnya supaya
dapat diperoleh pengukuran panjang yang lebih presisi. Ujung batang
dapat diratakan dengan cara dikikir maupun dipotong dengan alat
pemotong logam. Setelah itu diukur panjang batang uji dengan
menggunakan jangka sorong, lalu ditentukan titik tengahnya dan dapat
ditandai dengan menggunakan penitik. Setelah itu ditentukan gauge
lenghtnya, yaitu 70 mm sehingga A0 dan B0 adalah masing-masing 35
mm, dan juga ditandai dengan penitik. Baru kemudian diukur lagi panjang
gauge lenghtnya (A ke B) yang kemudian hasil pengukuran dimasukkan
kedalam penandaan (Lo)

Gambar 2. 3 Spesimen Beton Neser


Pada pengujian tarik spesimen diberi beban uji aksial yang semakin
besar secara kontinyu. Sebagai akibat pembebanan aksial tersebut,
spesimen mengalami perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan

Kelompok 2 - DM-VA 4
DT – Tensile Test
perubahan panjang (∆L) tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik, yang
merupakan fungsi beban dan pertambahan panjang dan disebut sebagai
grafik P - ∆L dan kemudian dijadikan grafik Stress-Strain yang
menggambarkan sifat bahan secara umum.

Gambar 2. 4 Grafik P- L hasil pengujian tarik beberapa logam

Dari gambar 4 di atas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan


sebanding dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum
Hooke, sedangkan titik p merupakan batas berlakunya hukum tersebut.
Oleh karena itu titik p disebut juga batas proporsional. Sedikit di atas titik
p terdapat titik e yang merupakan batas elastis di mana bila beban di
hilangkan maka belum terjadi pertambahan panjang permanen dan
spesimen kembali kepanjang semula. Daerah di bawah titik e di sebut
daerah elastis. Sedangkan di atasnya di sebut daerah plastis.
Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni
di mana logam mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban
yang berarti. Dengan kata lain titik yield merupakan keadaan di mana
spesimen terdeformasi dengan beban minimum. Deformasi yang yang di
mulai dari titik y ini bersifat permanen sehingga bila beban di hilangkan
masih tersisa deformasi yang berupa pertambahan panjang yang di sebut

Kelompok 2 - DM-VA 5
DT – Tensile Test
deformasi plastis. Pada kenyataannya karena perbedaan antara ke tiga titik
p, e dan y sangat kecil maka untuk perhitungan teknik seringkali
keberadaan ke tiga titik tersebut cukup di wakili dengan titik y saja. Dalam
kurva titik y ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar atau beban
relatif tetap. Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua logam. Pada
material yang ulet seperti besi murni dan baja karbon rendah, titik y
tampak sangat jelas. Namun pada umumnya penampakan titik y tidak
tampak jelas. Untuk kasus seperti ini cara menentukan titik y dengan
menggunakan metode offset. Metode offset di lakukan dengan cara
menarik garis lurus yang sejajar dengan garis miring pada daerah
proporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik y di dapat
pada perpotongan garis tersebut dengan kurva σ-ε, lihat gambar 2.5.

Gambar 2. 5 Metode offset untuk menentukan titik yield

Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan


semakin besar pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum di
tunjukkan dengan puncak kurva sampai pada beban maksimum ini,
deformasi yang terjadi masih homogen sepanjang spesimen. Pada material
yang ulet (ductile), setelahnya beban maksimum akan terjadi pengecilan
penampang setempat (necking), selanjutnya beban turun dan akhirnya
spesimen patah. Sedangkan pada material yang getas (brittle), spesimen
akan patah setelah tercapai beban maksimum.

Kelompok 2 - DM-VA 6
DT – Tensile Test
2.4 Grafik tegangan-regangan teknik
Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva P-ℓ tersebut
sebenarnya belum menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya
menunjukkan kekuatan spesimen saja. Untuk mendapatkan kekuatan
materialnya maka grafik P-ℓ tersebut harus di konversikan ke dalam
tegangan-regangan teknik (grafik ). Grafik  di buat dengan
asumsi luas penampang spesimen konstan selama pengujian. Oleh karena
itu penggunaan grafik ini terbatas pada konstruksi yang man deformasi
permanen tidak di perbolehkan terjadi. Berdasarkan asumsi luas
penampang konstans tersebut maka persamaan yang di gunakan adalah :

 = P/Ao.......................................................................................(1)

 = (Δ ℓ/ ℓo) x 100 %....................................................................(2)


di mana :
  tegangan teknik (kN/mm2)
P = tegangan teknik (kN)
Ao = luas penampang awal spesimen (mm2)
εt = regangan teknik (%)
ℓ = panjang awal spesimen (mm)
ℓ' = panjang spesimen setelah patah (mm)
ℓ = pertambahan panjang (mm)
= ℓ '  ℓ
Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan kurva Pℓ ke
dalam grafik  adalah sebagai berikut:
1. Ubahlah kurva P ℓ menjadi grafik P ℓ dengan cara
menambahkan sumbu tegak sebagai P dan sumbu mendatar sebagai
ℓ.
2. Tentukan skala beban (p) dan skala pertambahan panjang ℓ
pada grafik P ℓ . Untuk menentukan skala beban bagilah beban
maksimal yang di dapat dari mesin dengan tinggi kurva maksimal,
atau bagilah beban yield (bila ada) dengan tinggi yield pada kurva.

Kelompok 2 - DM-VA 7
DT – Tensile Test
Sedangkan untuk menentukan skala pertambahan panjang, bagilah
panjang setelah patah dengan panjang pertambahan total pada kurva
Dari perhitungan tersebut akan di dapatkan data:
1. Skala beban (P) 1mm : ........... kN
2. Skala pertambahan panjang  1mm : ........... mm
3. Ambillah 3 titik di daerah elastis, 3 titik di sekitar yield, 3 titik di
sekitar beban maksimal (termasuk u) dan satu titik patah (f).
Tentukan besar beban dan pertambahan panjang ke sepuluh titik
tersebut berdasarkan skala yang telah di buat di atas. Untuk membuat
tampilan yang baik, terutama pada daerah elastis, tentukan terlebih
dahulu kemiringan garis proporsional  dengan memakai
persamaan Hooke di bawah ini:
 ........................................................................................(3)
di mana:
 = tegangan/ stress (kg/mm2, MPA,Psi)
 = modulus elastisitas (kg/mm2,MPA,Psi)
ε = regangan/strain (mm/mm, in/in)
dari persamaan 3 di dapatkan

  
= tg……………………………………………………..….(4)

4. Konversikan ke sepuluh beban (P) tersebut ke tegangan teknik 


dengan menggunakan persamaan 1 dan konversikan pertambahan
panjangnya ℓ ke regangan teknik  dengan memakai
persamaan 2.
5. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar  dan sumbu tegak 
berdasarkan ke sepuluh titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi akan
mirip dengan kurva P ℓ, karena pada dasarnya grafik 
dengan kurva P ℓ identik, hanya besaran sumbu-sumbunya yang
berbeda, lihat gambar 2.6.

Kelompok 2 - DM-VA 8
DT – Tensile Test
Gambar 2. 6 Grafik t hasil konversi grafik P ℓ

 Grafik Tegangan-Regangan Sebenarnya 


Grafik tegangan-regangan sebenarnya di buat dengan
kondisi luas penampang yang terjadi selama pengujian. Penggunaan grafik
ini khususnya pada manufaktur di mana deformasi plastis yang terjadi
menjadi perhatian untuk proses pembentukkan. Perbedaan paling
mencolok grafik ini dengan grafik terletak pada keadaan kurva
setelah titik u ( beban Ultimate ). Pada grafik setelah titik u, kurva akan
turun sampai patah di titik f ( fracture ), sedangkan pada grafik kurva akan
terus naik sampai paah di titik f. Kenaikan tersebut di sebabkan tegangan
yang terjadi di perhitungkan untuk luas penampang sebenarnya sehingga
meskipun beban turun namun karena tingkat pengecilan penampang lebih
besar, maka tegangan yang terjadi juga lebih besar.

Berdasarkan asumsi volume konstan maka persamaan yang digunakan


adalah :
s
 s = ℓn 

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan garfik  ke


dalam grafik ss adalah sebagai berikut:

Kelompok 2 - DM-VA 9
DT – Tensile Test
1. Ambil kembali ke sepuluh titik pada grafik  yang merupakan
konversi dari grafik. Untuk menentukan nilai tegangan sebenarnya
gunakan persamaan 5 sedangkan untuk nilai regangan sebenarnya
gunakan persamaan 6. Persaman tersebuy hanya berlaku sampai
titik maksimum yaitu titik 1-8. Sedangkan nilai ke dua titik lainnya
(titik 9 dan titik 10) yang berada setelah puncak kurva akan
mengalami perubahan.

2. Untuk menghitung nilai tegangan sebenarnya dan regangan


sebenarnya pada kedua titik tersebut gunakan persamaan berikut
 s = P/Ai.........................................................................(7)
 s = ℓn (Ao/Ai)...............................................................(8)
di mana Ai = Luas penampang sebenarnya. Untuk titik ke-10,
A10, adalah luas penampang setelah patah, sedangkan untuk titik ke-
9, A9 nilainya antara A8 dengan A10.
3. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar  s dan sumbu tegak  s

berdasarkan ke sepuluh titik acuan tersebut.

Gambar 2. 7 Grafik tegangan dan regangan sebenarnya ss

Kelompok 2 - DM-VA 10
DT – Tensile Test
 Sifat Mekanik yang di dapat dari uji tarik
1. Tegangan Tarik Yield 
y Py/ ……………….……………………………………...(9)
di mana y = tegangan yield (kN/mm2)
Py = beban yield (kN)
 Tegangan Tarik Maksimum/ Ultimate 
uPu…………….….…………………………………...(10)
di mana u = tegangan ultimate (kN/mm2)
pu = beban ultimate (kN)
3. Regangan 
Δℓ / ℓo x 100 % ..............................................................(11)
di mana  = regangan (%).
ℓ = pertambahan panjang (mm)
ℓ = panjang awal spesimen (mm)
Regangan tertinggi menunjukkan nilai keuletan suatu material.
4. Modulus Elastisitas (E)
Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas
menunjukkan kekakuan suatu material. Semakin besar nilai E,
menandakan semakin kakunya suatu material. Harga E ini di turunkan
dari persamaan hukum Hooke sebagaimana telah di uraikan pada
persamaan 3 dan 4.
Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu
material relatif terhadap yang lain dapat di amati dari sudut kemiringan
 pada garis proporsional. Semakin besar  , semakin kaku material
tersebut.
5. Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )
RA=[(A0-A’)/A0]  100%
di mana A’ = luas penampang setelah patah (mm2)
Reduksi penampang dapat juga di gunakan untuk menetukan
keuletan material. Semakin tinggi nilai RA, semakin ulet material
tersebut.

Kelompok 2 - DM-VA 11
DT – Tensile Test
3 BAB III
METODOLOGI

3.1 Material Dan Peralatan


3.1.1 Material
1. Spesimen uji tarik pelat.
2. Spesimen uji tarik round bar.
3. Specimen uji tarik baja bersirip.

Gambar 3. 1 Material Tensile Test


3.1.2 Peralatan
1. Mesin uji tarik.
2. Kikir.
3. Jangka sorong.
4. Ragum.
5. Penitik.
6. Palu.
7. Neraca
8. Kertas milimeter.

Gambar 3. 2 Peralatan Tensile Test

Kelompok 2 - DM-VA 12
DT – Tensile Test
3.2 Langkah - langkah Kerja

Menyiapkan Spesimen

a. Ambil spesimen dan jepit


pada ragum.
b. Ambil kikir, dan kikir
bekas machining pada
spesimen yang
memungkinkan
menyebabkan salah ukur.
c. Ulangi langkah di atas untuk
seluruh spesimen.

Pembuatan gauge length

a. Menentukan titik tengah dari


specimen yang akan ditarik.
b. Mengukur dan menandai
specimen (menggunakan
penitik) sejauh 30 mm
kekanan dan kekiri dari titik
tengah untuk spesimen pelat
dan roundbar, sedangkan
untuk spesimen baja bersirip
diukur sejauh 35 mm
kekanan dan kekiri dari titik
tengah material.
c. Ulangi langkah di atas untuk
seluruh spesimen.

Kelompok 2 - DM-VA 13
DT – Tensile Test
Pengukuran dimensi

a. Ambil spesimen dan ukur


dimensinya.
b. Catat jenis spesimen dan data
pengukurannya pada lembar
kerja.
c. Ulangi langkah di atas untuk
seluruh specimen.

Pengujian pada mesin uji tarik

a. Catat data mesin pada lembar


kerja.
b. Ambil kertas milimeter dan
pasang pada tempatnya.
c. Ambil Spesimen dan
leletakkan spesimen pada
mesin uji
d. Setting beban dan pencatat
grafik pada mesin tarik.
e. Berikan beban secara
kontinyu sampai spesimen
patah.
f. Amati dan catat besarnya
beban pada saat yield,
ultimate dan patah
sebagaimana yang tampak
pada monitor beban.

Kelompok 2 - DM-VA 14
DT – Tensile Test
g. Setelah patah, ambil
spesimen dan ukur panjang
dan luasan penampang yang
patah.
h. Ulangi langkah di atas untuk
seluruh spesimen.

Kelompok 2 - DM-VA 15
DT – Tensile Test
4 BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Spesimen Plat
 Skala beban dari mesin uji tarik telah diketahui yaitu sebesar :
1mm = 0,5 kN/mm.
 Skala Δℓ = Perpanjangan setelah patah spesimen
Pertambahan panjang plastis pada kurva
= (65,50 – 59,80)
24
1 mm = 0,2375 mm/mm

Tabel 4. 1 Hasil Uji Tarik Spesimen Plat

Skala Skala Δℓ P ℓo A0 A1 σt Ɛt σs Ɛs
No X Y (kN/ (mm/ (kN/ (mm/
X Y (mm) (kN) (mm) (mm2) (mm2)
mm2) mm) mm2) mm)
0 0 0 0.2375 0.5 0 0 58.9 148.2 76.45 0 0 0 0
1 2 20 0.2375 0.5 0.475 10 58.9 148.2 76.45 0.067 0.008 0.131 0.008
2 3 29 0.2375 0.5 0.7125 14.5 58.9 148.2 76.45 0.098 0.012 0.190 0.012
3 4 43 0.2375 0.5 0.95 21.5 58.9 148.2 76.45 0.145 0.016 0.281 0.016
4 5 57 0.2375 0.5 1.1875 28.5 58.9 148.2 76.45 0.192 0.020 0.373 0.020
5 6 64 0.2375 0.5 1.425 32 58.9 148.2 76.45 0.216 0.024 0.419 0.024
6 10 81 0.2375 0.5 2.375 40.5 58.9 148.2 76.45 0.273 0.040 0.530 0.040
7 14 89 0.2375 0.5 3.325 44.5 58.9 148.2 76.45 0.300 0.056 0.582 0.055
8 18 93 0.2375 0.5 4.275 46.5 58.9 148.2 76.45 0.314 0.073 0.608 0.070
9 21 90 0.2375 0.5 4.9875 45 58.9 148.2 76.45 0.304 0.085 0.589 0.081
10 24 74 0.2375 0.5 5.7 37 58.9 148.2 76.45 0.250 0.097 0.484 0.092
Titik Yield Titik Ultimate Titik Fracture

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
plat adalah sebagai berikut :
a) Tegangan Yield
σy = Py/A0
= 32 kN/ 148,2 mm²
= 0,2159 kN/mm²
= 215,9 MPa

Kelompok 2 - DM-VA 16
DT – Tensile Test
b) Tegangan Maksimum
σu = Pu/A0
= 46,5 kN/ 148,2 mm²
= 0,3137 kN/mm²
= 313,7 MPa
c) Regangan Maksimum
Ɛmax = (ΔL/Lo)x100%
= ( 5,7 mm / 59,8 mm) x 100%
= 9,531 %
d) Reduksi Penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 – A1)/A0 x 100%
= (148,2 – 76,48) mm / 148,2 mm x 100%
= 48,259 %
e) Modulus Elastisitas pada titik proporsional
E = σ/Ɛ
= 0,1450 kN / 0,0161 mm2
= 9,0062 kN/mm2
= 9006,2 MPa

4.2 Spesimen Round Bar


 Skala beban dari mesin uji tarik telah diketahui yaitu sebesar :
1mm = 0,5 kN/mm.
 Skala Δℓ = Perpanjangan setelah patah spesimen
Pertambahan panjang plastis pada kurva
= (80,90 – 62,00)
61
1 mm = 0,305 mm/mm

Kelompok 2 - DM-VA 17
DT – Tensile Test
Tabel 4. 2 Hasil Uji Tarik Spesimen Round Bar

Skala Skala Δℓ P ℓo A0 σt
A1 Ɛt σs Ɛs
No X Y (kN/ (mm/ (kN/ (mm/
X Y (mm) (kN) (mm) (mm2) (mm2)
mm2) mm) mm2) mm)
0 0 0 0.3098 0.5 0 0 62 39.29 26.87 0 0 0 0
1 3 19 0.3098 0.5 0.9294 9.5 62 39.29 26.87 0.242 0.015 0.354 0.015
2 6 31 0.3098 0.5 1.8588 15.5 62 39.29 26.87 0.395 0.030 0.577 0.030
3 8 43 0.3098 0.5 2.4784 21.5 62 39.29 26.87 0.547 0.040 0.800 0.039
4 10 54 0.3098 0.5 3.098 27 62 39.29 26.87 0.687 0.050 1.005 0.049
5 12 63 0.3098 0.5 3.7176 31.5 62 39.29 26.87 0.802 0.060 1.172 0.058
6 22 80 0.3098 0.5 6.8156 40 62 39.29 26.87 1.018 0.110 1.489 0.104
7 32 90 0.3098 0.5 9.9136 45 62 39.29 26.87 1.145 0.160 1.675 0.148
8 42 92 0.3098 0.5 13.011 46 62 39.29 26.87 1.171 0.210 1.712 0.191
9 52 90 0.3098 0.5 16.109 45 62 39.29 26.87 1.145 0.260 1.675 0.231
10 61 71 0.3098 0.5 18.897 35.5 62 39.29 26.87 0.904 0.305 1.321 0.266
Titik Yield Titik Ultimate Titik Fracture

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
round bar adalah sebagai berikut :
a) Tegangan Yield
σy = Py/A0
= 31,5 kN/ 39,29 mm²
= 0,8017 kN/mm²
= 801,7 MPa
b) Tegangan Maksimum
σu = Pu/A0
= 46 kN/ 39,29 mm²
= 1,1707 kN/mm²
= 1170,7 MPa
c) Regangan Maksimum
Ɛmax = (ΔL/Lo)x100%
= ( 18,9 mm / 62 mm) x 100%
= 30,483 %
d) Reduksi Penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 – A1)/A0 x 100%
= (39,29 – 26,87) mm / 39,29 mm x 100% = 31,611 %

Kelompok 2 - DM-VA 18
DT – Tensile Test
e) Modulus Elastisitas pada titik proporsional
E = σ/Ɛ
= 0,5472 kN / 0,0399 mm2
= 13,7142 kN/mm2
= 13714,2 MPa
4.3 Spesimen Baja Bersirip
 Skala beban dari mesin uji tarik telah diketahui yaitu sebesar :
1mm = 0,5 kN/mm.
 Skala Δℓ = Perpanjangan setelah patah spesimen
Pertambahan panjang plastis pada kurva
= (70,50 – 62,00)
50
1 mm = 0,17 mm/mm
Tabel 4. 3 Hasil Uji Tarik Spesimen Baja Bersirip

Skala Skala Δℓ P ℓo A0 A1σt Ɛt σs Ɛs


No X Y (kN/ (mm/ (kN/ (mm/
X Y (mm) (kN) (mm) (mm2) (mm2)
mm2) mm) mm2) mm)
0 0 0 0.17 0.5 0 0 62 26.71 18.86 0 0 0 0
1 2 19 0.17 0.5 0.34 9.5 62 26.71 18.86 0.356 0.005 0.504 0.005
2 3 24 0.17 0.5 0.51 12 62 26.71 18.86 0.449 0.008 0.636 0.008
3 4 30 0.17 0.5 0.68 15 62 26.71 18.86 0.562 0.011 0.795 0.011
4 5 36 0.17 0.5 0.85 18 62 26.71 18.86 0.674 0.014 0.954 0.014
5 6 43 0.17 0.5 1.02 21.5 62 26.71 18.86 0.805 0.016 1.140 0.016
6 18 50 0.17 0.5 3.06 25 62 26.71 18.86 0.936 0.049 1.326 0.048
7 30 54 0.17 0.5 5.1 27 62 26.71 18.86 1.011 0.082 1.432 0.079
8 43 56 0.17 0.5 7.31 28 62 26.71 18.86 1.048 0.118 1.485 0.111
9 47 55 0.17 0.5 7.99 27.5 62 26.71 18.86 1.030 0.129 1.458 0.121
10 50 48 0.17 0.5 8.5 24 62 26.71 18.86 0.899 0.137 1.273 0.128
Titik Yield Titik Ultimate Titik Fracture

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen baja
bersirip adalah sebagai berikut :
a) Tegangan Yield
σy = Py/A0
= 21,5 kN/ 26,71 mm²
= 0,8049 kN/mm²
= 804,9 MPa

Kelompok 2 - DM-VA 19
DT – Tensile Test
b) Tegangan Maksimum
σu = Pu/A0
= 28 kN/ 26,71 mm²
= 1,0482 kN/mm²
= 1048,2 MPa
c) Regangan Maksimum
Ɛmax = (ΔL/Lo)x100%
= ( 8,5 mm / 62 mm) x 100%
= 13,709 %
d) Reduksi Penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 – A1)/A0 x 100%
= (26,71 – 18,86) mm / 26,71 mm x 100%
= 29,389 %
e) Modulus Elastisitas pada titik proporsional
E = σ/Ɛ
= 0,5615 kN / 0,0109 mm2
= 51,5137 kN/mm2
= 51513,7 MPa

2
Plat (Teknik)
1,8
1,6 Plat (Sebenarnya)
1,4
1,2 Round Bar
(Teknik)
1
Round Bar
0,8
(Sebenarnya)
0,6
Baja Bersirip
0,4 (Teknik)
0,2 Baja Bersirip
(Sebenarnya)
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35

Gambar 4. 1 Grafik Perbandingan Hasil Tegangan-Regangan Teknik dan Tegangan-


Regangan Sebenarnya dari Setiap Material

Kelompok 2 - DM-VA 20
DT – Tensile Test
5 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penghitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:


 Spesimen 3 memiliki nilai tegangan yieldnya sebesar 804.9 MPa
sehingga memiliki kekuatan paling besar.
 Spesimen 2 memiliki tegangan maksimum sebesar 1170.7 MPa
sehingga memiliki kekuatan tarik paling besar.
 Spesimen 3 memiliki modulus elastisitas sebesar 51513.7 MPa
sehingga memiliki nilai kekakuan paling besar.
 Spesimen 2 memiliki elongation sebesar 30.483% sehingga
memiliki keuletan paling tinggi.

Ketidaktepatan hasil percobaan disebabkan oleh kesalahan


pemasangan spesimen pada mesin uji tarik (anvil), pembacaan nilai
hasil pengujian yang kurang tepat, ketidaktelitian pengukuran material
yang tidak homogen (luasan tidak sama), pembulatan bilangan desimal
pada perhitungan dan hasil perhitungan itu sendiri, kesalahan
pengambilan titik pada kurva hasil pengujian serta kesalahan dari
praktikan.

5.2 Saran
Alat yang digunakan (mesin uji Tarik) sebaiknya dilengkapi dengan
monitor yang mana langsung menampilkan kurva hasil uji Tarik. Sehingga
kesalahan praktikan dalam membuat kurva uji Tarik dapat diminimalisir.

Kelompok 2 - DM-VA 21
DT – Tensile Test
6 DAFTAR PUSTAKA

Harsono, Dr, Ir & T.Okamura, Dr. 1991. Teknologi Pengelasan Logam, PT.
Pradya Paramita, Jakarta

Wachid Suherman, Ir. 1987. Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik Mesin
FTI, ITS

Dosen Metallurgi. 1986. Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI,
ITS

M.M. Munir. 2000. Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan
Kapal, PPNS

Budi Prasojo, ST. 2002. Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS

ASTM E-8: Tensile Testing of Metals

Kelompok 2 - DM-VA 22
DT – Tensile Test
1 LAMPIRAN

Kelompok 2 - DM-VA 23
DT – Tensile Test

Anda mungkin juga menyukai