Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR MESIN

DEFLEKSI BATANG

Disusun Oleh:
Nama : Gabriel Jonathan Candrika Sola Gracia
NPM : 3331200036
Kelompok :2
Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2022
Tanggal Pengumpulan Lap. :
Asisten : Elang Daffa Setiadji

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2022

i
BASIC MECHANICAL 2022
PHENOMENON LABORATORY 2023
DEPARTMENT OF MECHANICAL ENGINEERING
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Gabriel Jonathan Candrika Sola Gracia


NPM : 3331200036
KELOMPOK : 2
Modul : Defleksi Batang

No. Tanggal Keterangan Tanda Tangan/Cap


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus atas segala berkat dan
karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Fenomena Dasar Mesin dengan modul “Defleksi” ini. Adapun tujuan
disusunnya laporan ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas praktikum
Fenomena Dasar Mesin.
Tersusunnya laporan praktikum ini tentu bukan karena buah kerja keras saya
semata, melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya ucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
menyelesaikan laporan praktikum ini diantaranya adalah:
1. Bapak Dhimas Satria, S.T., M.Eng, selaku ketua jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Sidik Susilo, S.T., M.Sc, selaku kepala laboratorium.
3. Para Asisten Lab dan jajarannya.
4. L. Puput Candra B.R dan Ambar Fendriani, orang tua yang selalu diberi
kesabaran dan kesahatan selama membimbing saya.
Saya sangat menyadari bahwa laporan praktikum ini masihlah jauh dari
sempurna. Untuk itu, saya dengan terbuka menerima semua kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini bisa tersusun lebih baik lagi. Saya berharap semoga
laporan praktikum ini bermanfaat untuk kita semua.

Cilegon, 25 Mei 2022

Penulis

iii
ABSTRAK
Dunia perindustrian semakin berkembang dari hari ke hari. Belum lagi dunia harus
mempersiapkan untuk perkembangan era industri 5.0 yang dimana peran manusia
lebih ditekankan sebagai pusat peradaban yang memanfaatkan teknologi digital
dalam berbagai bidang. Industri 5.0 lebih mementingkan tidak hanya hubungan
mesin dengan mesin dan efektivitas robotik, tetapi juga interaksi manusia dengan
mesin dan sebaliknya. Tentunya dengan ini dunia harus mempersiapkan alat-alat
permesinan yang lebih canggih lagi. Pengujian defleksi menjadi salah satu tahapan
yang harus dilalui guna mengetahui tingkat kelenturan benda uji Ketika mengalami
suatu pembebanan. Dalam praktikum kali ini, akan diperhitungkan dan di
bandingkan antara hasil perhitungan dan hasil pengujian. Setiap titik pembebanan
menentukan besarnya defleksi yang akan terjadi. Semakin berat beban juga akan
mempengaruhi defleksi yang akan terjadi. Jenis tumpuan juga akan mempengaruhi
hasil dari defleksi, kita ambil data dari nilai defleksi cantilever bahan alumunium
dengan nilai massa 150gr, 200gr dan 250gr dengan jarak 100 mm didapat hasil
beban sebesar 0.0115, 0.0153 dan 0.0192. Pada Jarak 200 mm didapat hasil beban
sebesar 0.0461, 0.0614 dan 0.0768. Pada Jarak 300 mm didapatkan hasil beban
sebesar 0.1036, 0.1381 dan 0.1727. Terdapat nilai yang jauh berbeda yang
membuktikan tumpuan akan berpengaruh dalam hasil defleksi. Selain itu jenis
material juga dapat mempengaruhi hasil dari pada defleksi yang dihasilkan

Kata Kunci: Defleksi, Pembebanan, Titik Tumpu.

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

ABSTRAK ........................................................................................................ iv

DAFTAR ISI....................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan Praktikum .................................................................................. 2

1.4 Batasan Masalah .................................................................................... 2

1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4

2.1 Definisi Defleksi .................................................................................... 4

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM .......................................................... 15

3.1 Diagram Alir Praktikum....................................................................... 15

3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 16

3.2.1 Alat yang Digunakan .................................................................... 16

3.2.2 Bahan yang Digunakan ................................................................. 17

3.3 Prosedur Pengujian .............................................................................. 17

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................. 20

4.1 Tabel Data Praktikum .......................................................................... 20

4.2 Jawaban Pertanyaan Tugas Modul ....................................................... 21

v
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 45

5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 45

5.2 Saran ................................................................................................... 46

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia perindustrian semakin berkembang dari hari ke hari. Belum lagi
dunia harus mempersiapkan untuk perkembangan era industri 5.0 yang
dimana peran manusia lebih ditekankan sebagai pusat peradaban yang
memanfaatkan teknologi digital dalam berbagai bidang. Industri 5.0 lebih
mementingkan tidak hanya hubungan mesin dengan mesin dan efektivitas
robotik, tetapi juga interaksi manusia dengan mesin dan sebaliknya. Tentunya
dengan ini dunia harus mempersiapkan alat-alat permesinan yang lebih
canggih lagi. Pengujian defleksi menjadi salah satu tahapan yang harus dilalui
guna mengetahui tingkat kelenturan benda uji Ketika mengalami suatu
pembebanan. Oleh sebab itu konstruksi mesin maupun bangunan harus sudah
lulus uji defleksi dari segi material demi mengetahui apakah konstruksi cocok
dan mampu untuk menerima beban sesuai dengan rancangan, dalam
perancanaan ini diperlukan juga perhitungan defleksi atau lendutan dan
tegangan serta regangan yang terjadi dalam material ketika mengalami
pembebanan. Tentu hal ini akan berkaitan terutama dengan sifat-sifat material
seperti, kekakuan, kekuatan, kekerasan, kelenturan, kelentukan, yang dimana
pada batang horizontal yang diberi beban secara lateral akan mengalami
defleksi. Defleksi yang terjadi pada setiap rancangan haruslah terjadi pada
batas yang diijinkan, hal tersebut disebabkan jika melewati batas yang di
ijinkan dapat berakibat fatal bahkan menyebabkan kecelakaan kerja. Baik
dalam pada masa pembangunan maupun saat sudah di realisasikan. Oleh
sebab itu uji defleksi ini menjadi salah satu tahapan yang sangat harus hingga
wajib untuk dilakukan. Karena bisa saja nyawa yang jadi taruhan jika kita
merancang. Belum lagi kerugian secara material, yang bisa saja nilainya
sangat besar. Bukan hanya ratusan juta bisa saja miliaran juta rupiah.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dalam setiap praktikum supaya lebih jelas arah praktikum haruslah
terdapat beberapa rumusan masalah, berikut ini beberapa rumusan masalah
yang ada pada praktikum Defleksi yang sedang dilaksanakan kali ini:
1. Bagaimana cara menentukan defleksi dari berbagai jenis balok?
2. Bagaimana pengaruh jenis tumpuan terhadap defleksi pada batang?
3. Apa pengaruh tumpuan dan perbedaan material terhadap defleksi batang?
4. Apa perbedaan besar defleksi hasil perhitungan dengan hasil percobaan?
1.3 Tujuan Praktikum
Setiap hal yang dilakukan tentulah memiiki tujuan, tujuan ada supaya
segala hal yang dilakukan menjadi terarah sehingga hasil bahasan lebih
terfokus. Tujuan diadakannya praktikum Fenomena Dasar Mesin dengan
modul Defleksi ini adalah:
1. Menentukan besarnya defleksi dari berbagai jenis balok dengan cara
memberikan pembebanan pada titik-titik tertentu.
2. Memahami prinsip defleksi pada batang dengan melakukan pengujian
dengan jenis tumpuan yang berbeda.
3. Mengetahui pengaruh tumpuan dan perbedaan jenis material terhadap
defleksi yang dihasilkan.
4. Membandingkan besarnya defleksi hasil percobaan dengan hasil
perhitungan.
1.4 Batasan Masalah
Pada praktikum Fenomena Dasar Mesin dengan modul defleksi ini
terdapat 2 jenis variable, yaitu variable terikat dan variable bebas.
1. variable terikat adalah beban.
2. variable bebas adalah jenis material dan titik tumpu.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam laporan kali ini,sistematika penulisan pada modul defleksi ini
terdapat lima bab serta lampiran berikut rinciannya:

2
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang, tujuan percobaan, serta sistematika
penulisan.
PADA BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menjelaskan mengenai landasan teori pada modul praktikum yang sedang di
praktikan.
PADA BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
Membahas tentang metodologi praktikum yang berisi diagram alir percobaan,
alat dan bahan praktikum serta prosedur praktikum.
PADA BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisi pembahasan serta perhitungan-perhitungan yang terjadi dalam
praktikum kali ini.
PADA BAB V PENUTUP
Pada bab ini akan membahas dan lebih menekankan yang berisi kesimpulan
dan saran kepada laboratorium dan asisten.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Defleksi


Defleksi atau lendutan adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah
y akibat adanya pembebanan vertikal yang diberikan pada material batang.
Deformasi pada balok dapat dijelaskan berdasarkan defleksi sesuai dengan
bahan, dari posisi sebelumnya mengalami pembebanan. defleksi yang diukur
dari permukaan Netral awal ke posisi netral terjadi deformasi. Dihadapkan
dengan deformasi permukaan Netral dikenal sebagai kurva elastis. (Tim
Asisten FDM, 2022)
Lendutan adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat
adanya pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang.
Deformasi pada balok secara sangat dapat dijelaskan berdasarkan defleksi
balok dari posisi yang mudah sebelum mengalami pembebanan. (Sandi,
2020)
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok atau batang yang ditinjau
dari 1 dimensi akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau
batang. Sumbu batang akan terdeteksi dari kedudukannya bila benda di
bawah pengaruh gaya yang digunakan. Dengan kata lain suatu batang akan
mengalami pembebanan transversal baik itu beban tanggung jawab maupun
perbedaan akan mengalami defleksi. Dasarnya, defleksi besar kecilnya dapat
memengaruhi balok tergantung kelakuan dari balok tersebut, semakin keras
atau kaku balok maka meminjamkan akan semakin kecil dan sebaliknya, dan
besar kecilnya gaya atau tekanan berbanding lurus dengan besarnya defleksi.
(Yoga, 2022)
Suatu batang atau balok yang diberi tumpuan pada bagian ujungnya akan
mengalami pinjaman atau defleksi apabila terdapat gaya atau beban yang
bekerja pada batang tersebut. Defleksi adalah perubahan pergeseran atau
perpindahan pada batang akibat dari adanya beban yang padda batang

4
tersebut. Defleksi yang terjadi pada suatu batang akan berhubungan secara
langsung dengan regangan pada batang tersebut. regangan yang terjadi pada
suatu struktur akan berbanding lurus dengan tegangan struktur tersebut,
sehingga ketika membahas suatu hal yang sangat penting dalam
mempertimbangkan suatu struktur karena berhubungan dengan desain
struktur dan keamanan suatu struktur. (ETS Team, 2020)
Defleksi yang diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah
terjadi deformasi. Konfigurasi yang terdiri dari deformasi permukaan yang
dikenal sebagai kurva elastis dari balok. Elastisitas merupakan sifat yang
menyebabkan sebuah benda kembali ke bentuk semula apabila gaya yang
bekerja dihilangkan. Sebuah benda yang sepenuhnya kembali sepenuhnya
seperti semula, seperti semula elastis sempurna, sedang benda yang tidak
kembali sepenuhnya seperti semula seperti semula elastis parsial. (Nefli,
2017)
2.2 Jenis-Jenis Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah vertikal dan
horizontal akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau batang.
Sumbu batang akan terdeteksi dari kedudukannya bila benda di bawah
pengaruh gaya yang digunakan. Dengan kata lain suatu batang akan
mengalami pembebanan transversal baik itu beban tanggung jawab maupun
perbedaan akan mengalami defleksi. (Soejadi, 2014)
Defleksi besar kecilnya dapat memengaruhi balok tergantung kelakuan
dari balok tersebut, semakin keras atau kaku balok maka meminjamkan akan
semakin kecil dan sebaliknya, dan besar kecilnya gaya atau tekanan
berbanding lurus dengan besarnya defleksi. Defleksi terbagi menjadi dua
yaitu defleksi axial dan defleksi lateral (lendutan). Definisi dari defleksi axial
adalah perubahan posisi batang atau balok arah vertikal karena adanya
pembebanan yang diberikan pada batang atau balok. Defleksi vertikal (θ)
sejatinya merupakan besarnya simpangan sudut yang dihasilkan antara garis
gayaberat dengan garis normal elipsoida pada suatu titik sembarang. (Risa A,
2015)

5
Gambar 2.1 Defleksi Vertikal
(Sumber: temonsoejadi.id)

Sedangkan defleksi lateral (lendutan) merupakan defleksi yang terjadi


jika pembebanan lateral yang sejajar dengan penampang atau tegak lurus
terhadap sumbu batang. Defleksi vertikal merupakan besar sudut
penyimpangan antara garis normal geoid dengan garis normal ellipsoid. (Risa
A, 2015)

Gambar 2.2 Defleksi Horizontal


(Sumber: kribispdr.org)

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Defleksi


Suatu batang akan mengalami pembebanan transversal baik itu beban
tanggung jawab maupun perbedaan akan mengalami defleksi. Dasarnya,
defleksi besar kecilnya dapat memengaruhi balok tergantung kelakuan dari
balok tersebut, semakin keras atau kaku balok maka meminjamkan akan
semakin kecil dan sebaliknya, dan besar kecilnya gaya atau tekanan

6
berbanding lurus dengan besarnya defleksi. Terdapat beberapa faktor yang
tentunya mempengaruhi proses defleksi.
1. Kekuatan Material
Material yang memiliki kekakuan (stiffness) yang semakin baik, maka
defleksi yang dihasilkan akan semakin kecil.

Gambar 2.3 Speciemn Kekuatan Material


(Sumber: kotobang.sc)

2. Besarnya kecil gaya yang diberikan


Besar gaya yang diterima pada material berbanding lurus dengan
besarnya defleksi yang terjadi. Jika beban yang diterima oleh struktur
material semakin besar, maka defleksi yang terjadi semakin besar pula.
3. Jenis tumpuan yang diterima
Suatu struktur material akan mengalami jumlah reaksi pada setiap
jenis tumpuan yang berbeda-beda. Semakin besar reaksi dari tumpuan
yang melawan gaya dari beban, semakin besar pula defleksi yang terjadi.
Sehingga besar defleksi berbeda-beda pada masing-masing penggunaan
tumpuan yang berbeda-beda.
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Struktur material atau beban kerja yang mengalami pembebanan akan
melendut apabila diberikan beban yang cukup besar. Jika hal tersebut
terjadi pada bagian-bagian tertentu dari struktur jembatan, pinjaman sangat
tidak diizinkan. Adannya lending yang besar pada struktur jembatan
tersebut, maka jembatan akan mengalami kerusakan atau bahkan roboh

7
2.4 Definisi Deformasi
Deformasi adalah distorsi aktual atau perubahan bentuk, ukuran dan
volume yang terjadi pada bagian struktural atau suatu objek akibat
pembebanan yang terjadi. Terdapat dua jenis deformasi yaitu deformasi
plastis dan elastis. Deformasi elastis adalah deformasi yang terjadi ketika
muatan dihilangkan, maka struktur atau objek akan kembali ke bentuk
semula. Sedangkan Deformasi plastis adalah yang terjadi ketika muatan
menghilangkan maka struktur atau objek akan tetap. Perubahan bentuk
struktur akibat adanya gaya dari luar maupun dari dalam. Deformasi pada
balok secara sangat dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan. Contoh, balok yang tadinya lurus
menjadi lengkung akibat beban di atasnya. (Team Ets, 2019)
Secara atomik, perubahan bentuk, baik deformasi elastis maupun
deformasi plastis, terjadi dengan adanya pegeseran kedudukan atom-atom
dari yang semula. Pada elastisitas deformasi, adanya gaya luar akan
menggeser atom-atom ke tempat kedudukkan atom yang baru, dan atom-atom
tersebut akan menempatkan kedudukan atom bila tegangan dihilangkan. Pada
deformasi ini pergeseran posisi atom-atom relatif kecil, sehingga elastisitas
deformasi yang terjadi juga relatif kecil. Pada deformasi plastis, atom-atom
yang bergeser akan posisinya pada posisi atom baru yang stabil. Ini berati
atom-atom tersebut akan tetap berada pada kedudukan yang baru walaupun
gaya dihilangkan. Secara atomik perubahan bentuk yang terjadi adalah
permanen. Dalam proses pembentukan, terhadap benda kerja harus diberikan
tegangan sehingga terjadi deformasi plastis. Tahanan atau perlawanan
terhadap deformasi plastis disebut tegangan alir. Dengan kata lain, tegangan
alir adalah sifat menyatakan ketahanan terhadap perubahan bentuk. Pada
diagram tegangan regangan teknis flow stress ditunjukkan oleh kurva
sepanjang titik YS hingga titik F. Untuk terjadinya perubahan bentuk,
tegangan yang diberikan pada benda kerja harus mencapai tegangan alir
bahan yang digunakan. Pada diagram tegangan — regangan, tegangan alir
dinyatakan oleh kurva sepanjang daerah plastis, yaitu kurva diatas batas luluh
(Titik hasil). Tegangan adalah besarnya gaya yang bekerja per satuan luas

8
penampang bahan semula, sedang regangan adalah pertarnbahan panjang
bahan akibat bekerjanya tegangan per satuan panjang bahan semula. Batas
Proporsional (Proportional Limit) adalah tegangan maksimum dimana
regangan masih sebanding dengan tegangannya. Batas Elastis (Elastic Limit)
adalah tegangan maksimum dimana tidak terjadi regangan permanen ketika
tegangan tersebut ditiadakan. Pada kebanyakan bahan struktur, batas elastis
secara numerik hampir sama dengan batas proporsional. Batas Luluh (Yield
Point) adalah tegangan awal pada bahan yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan regangan tanpa adanya peningkatan tegangan. Fenomena ini
terjadi pada bahan yang ulet. Jika terjadi penurunan tegangan ketika batas
luluh telah terlewati, maka akan dapat ditentukan batas luluh atas dan batas
luluh bawah. Tegangan Luluh (Yield Strength) adalah tegangan diatas
manabahan akan mengalami sedikit peregangan jika tegangan ditiadakan.
Untuk menentukannya, digunakan cars “off set” yaitu pengukuran tegangan
pada nilai regangan terteiitu, misal pada 0,2 %. Kuat Tarik (Tensile Strength)
adalah tegangan maksimum yang dapat ditahan oleh bahan, jika sedikit
dilewati bahan akan patah. Pada Gambar diumjukkan oleh titik TS, yang
merupakan batas terjadinya peregangan atau perpanjangan yang merata
(uniform elongation). Kurva TS-F menurun, karena terjadinya necking
(pengecilan penampang bahan sebelum bahan mengalami patah). Modulus
Elastisitas adalah ukuran kekakuan (rigidity) suatu bahan, yaitu perbandingan
antara tegangan dalam batas proporsional terhadap regangannya. Modulus
Lenting (Modulus of Resilience) adalah parameter yang menunjukkan besar
energi spesifik yang dapat disimpan dalam bahan secara elastis. Energy
spesifik tersebut sama dengan luas daerah dibawah kurva tegangan —
regangan sampai pada batas luluhnya. Rasio Poisson adalah perbandingan
absolut regangan lateral terhadap regangan longitudinal. Pada pembebanan
satu sumbu (uniaxial), deformasi plastis terjadi bila tegangan yang bekerja
melalui batas luluhnya. Pada proses pembentukan logam kondisi tegangannya
tidak hanya satu sumbu, tetapi lebih kompleks lagi. Tegangan yang bekerja
dapat berupa tegangan tarik, tekan dan tegangan geser. Kriteria luluh yang
dapat digunakan untuk meramalkan awal terjadinya deformasi plastis adalah

9
kriteria luluh Tresca dart Von Mises. Kriteria Luluh Tresca Bahan akan
berdeformasi plastis bila tegangan geser maksimum yang bekerja mencapa
harga kritisnya. Kriteria Luluh Von Mises Bahan akan terdeformasi plastis
bila energi distorsi maksimum akibat pembebanan mencapai harga kritisnya.
(Andra, 2020)

Gambar 2.4 Proses Deformasi Atomik


(Sumber: www.dictio.id)
Deformasi merupakan perubahan bentuk, dimensi dan posisi dari suatu
materi baik dari suatu materi baik merupakan bagian dari alam maupun
buatan manusia dalam skala waktu dan ruang. Deformasi dapat terjadi jika
suatu benda atau materi dikenai gaya (Force). Deformasi terbagi menjadi dua
jenis yaitu deformasi elastis dan deformasi plastis. Deformasi elastis adalah
deformasi atau perubahan bentuk yang disebabkan oleh pemberian beban,
dimana jika beban dihilangkan maka bentuk dan ukuran akan kembali
kebentuk semula atau deformasi yang terjadi akan hilang. Daerah deformasi
elastis berlaku hooke hukum yaitu regangan akan sebanding dengan tegangan
sesuai dengan modulus elastisitas. Deformasi adalah distorsi aktual atau
perubahan bentuk, ukuran dan volume yang terjadi pada bagian struktural
atau suatu objek akibat pembebanan yang terjadi. Terdapat dua jenis
deformasi yaitu deformasi plastis dan elastis. Deformasi elastis adalah
deformasi yang terjadi ketika muatan dihilangkan, maka struktur atau objek
akan kembali ke bentuk semula. Sedangkan Deformasi plastis adalah yang
terjadi ketika muatan menghilangkan maka struktur atau objek akan tetap.
(Andra, 2020)

10
Gambar 2.5 Deformasi Elastis
(Sumber: www.slideplayer.info)

Sedangkan Deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang merupakan


kelanjutan dari deformasi elastis yang bersifat permanen meskipun beban
dihilangkan. (Taufiq, 2012)

Gambar 2.5 Penerapan Deformasi Plastis


(Sumber: www.informasains.com)

Deformasi dalam mekanika kontinuum yaitu transformasi suatu benda


dari kondisi semula ke kondisi terkini. Makna dari "kondisi" mampu diartikan
sebagai perasaan ingin tahu dari semua partikel yang ada di dalam benda
tersebut. Suatu deformasi dapat diakibatkan oleh gaya eksternal, gaya internal
(seperti gravitasi atau gaya elektromagnetik) atau perubahan suhu di dalam
benda (pemuaian). (Taufiq, 2012)

11
2.5 Jenis-Jenis Deformasi
Prinsip dasar pembentukan logam, pembentukan logam adalah
melakukan perubahan bentuk pada benda kerja dengan cara memberikan gaya
luar sehingga terjadi deformasi plastik. Dengan gaya luar ini akan terjadi
perubahan bentuk benda kerja secara permanen. umumnya bertujuan untuk
mendapatkan suatu produk logam sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Selain itu, memungkinkan diperoleh sifat-sifat mekanik tertentu sesuai
dengan yang dibutuhkan atau yang dipersyaratkan. Pembentukan logam
selalu menggunakan peralatan yang berfungsi sebagai pemberi gaya luar dan
pengarah bentuk yang diinginkan. Perubahan pada bahan/logam dapat
dibedakan menjadi dua yaitu deformasi elastis dan deformasi plastis. Namun
ada deformasi dengan gabungan perhitungan yang disebut dengan deformasi
total. (Andra, 2020)
Deformasi elastis adalah deformasi atau perubahan bentuk yang terjadi
pada suatu benda saat gaya atau beban itu bekerja, dan perubahan bentuk akan
hilang ketika gaya atau bebannya ditiadakan. Artinya, bila beban ditiadakan,
maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula. Deformasi plastis
adalah deformasi atau perubahan bentuk yang terjadi pada benda secara
permanen, walaupun beban yang berkerja ditiadakan. Bila suatu benda kerja
dikenai beban sampai pada daerah plastis, maka perubahan bentuk yang
terjadi adalah gabungan antara deformasi elastis dan deformasi plastis.
Penjumlahan dari kedua deformasi ini merupakan deformasi total.

Gambar 2.6 Grafik Deformasi


(Sumber: www.informasains.com)

12
2.6 Alat Ukur Defleksi
Dalam fisika dan teknik, pengukuran merupakan aktivitas yang
membandingkan kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia-nyata. Alat
ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian
tersebut. Seluruh alat pengukur dapat terkena kesalahan peralatan yang
bervariasi. Bidang ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran dinamakan
metrologi. Gaya lateral yang bekerja pada struktur material dapat
mengakibatkan terjadinya defleksi atau pergeseran. Oleh karenanya,
diperlukan pengujian lapangan demi mengetahui besaran defleksi yang
terjadi. Dibawah ini merupakan beberapa alat ukur yang dapat digunakan
untuk mengetahui besaran defleksi yang terjadi pada batang lentur. (Tim
Pengadaan. 2019)
1. Strain Gauge
Strain gauge merupakan alat sensor active yang berfungsi untuk
mendeteksi tegangan yang terjadi pada load cell. Terdapat dua strain gauge
untuk mengukur defleksi, yaitu strain gauge pada tumpuan jepit dan stain
gauge pada tumpuan roll. (Tim Pengadaan, 2019)

Gambar 2.7 Strain Gauge


(Sumber: www.binsfeld.com)

2. Mur Setting Pada Tumpuan Rol


Kedua mur setting ini bekerja dengan cara men-setting kembali angka
strain gauges pada tumpuan rol yang harus ada di 0 (Tim Pengadaan. 2019)

13
Gambar 2.8 Mur Setting
(Sumber: www.docplayer.info)

3. Dial indicator
Dial indikator merupakan salah satu alat ukur yang dapat mengukur
keratan suatu benda. Alat ini memiliki ketelitian 0,01mm. Dial indikator
bekerja untuk memeriksa kerataan dari permukaan suatu benda.
Memeriksa permukaan struktur material apakah terjadi penyimpangan
ataukah tidak, khususnya pada bidang datar, benda bulat, dan juga benda
permukaan lengkung. Memeriksa penyimpangan eksentris. Memeriksa
kesejajaran permukaan benda. (Tim Pengadaan, 2019)

Gambar 2.9 (Dial Indicator)


(Sumber: www.docplayer.info)

14
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Diagram Alir Praktikum


Berikut ini merupakan diagram alir percobaan dalam praktikum
Fendomena Dasar Mesin dengan modul Defleksi kali ini

Mulai

Literatur

Pendahuluan Praktikum

Persiapan

Pengambilan Data

Data Hasil Pengujian

Tidak Analisa Data


Sesuai Perhitungan?

Ya

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Praktikum


15
(Sumber: Dokumen Pribadi)
3.2 Alat dan Bahan
Tentu dalam pengujian, memerlukan alat dan bahan untuk menunjang
penelitian. Dalam praktikum kali ini alat dan bahan yang digunakan
ditampilkan sebagai berikut:
3.2.1 Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini, tertera dalam list
dibawah ini.
1. Rangka Instalasi

Gambar 3.1 Rangka Insatalasi


(Sumber: Dokumen Pribadi)
2. Gantungan Beban dengan beban-beban

Gambar 3.4 Beban


(Sumber:Dokumen Pribadi)
3. Dial Indikator

Gambar 3.3 Dial Indikator (Deflekasi)


(Sumber:Dokumen Pribadi)

16
4. Jangka Sorong

Gambar 3.5 Jangka Sorong


(Sumber:Dokumen Pribadi)
5. Kunci L

Gambar 3.6 Kunci L


(Sumber:Dokumen Pribadi)

3.2.2 Bahan yang Digunakan


1. Benda uji

Gambar 3.7 Benda Uji


(Sumber:Dokumen Pribadi)
3.3 Prosedur Pengujian
Dibawah ini merupakan prosedur dari praktikum Fenomena Dasar
Mesin dengan Modul Defleksi. Dalam Modul ini terdapat 2 kali pengujian,
berikut dijabarkan dalam list dibawah ini.
3.3.1 Percobaan 1 (Cantilever Beam)

17
1. Mengukur dimensi tebal dan lebar dari setiap benda uji dengan
menggunakan jangka sorong.
2. Mencatat hasil pengukuran dalam tabel yang disediakan untuk setiap
benda uji pada blanko percobaan.
3. Melepaskan satu penjepit dan semua tumpuan dari rangka instalasi
4. Memasang benda uji dengan menjepitkan salah satu ujungnya pada
penjepit.
5. Mengatur digital dial indicator pada posisi diatas benda uji dengan
jarak tertentu kemudian kunci.
6. Mensetting dial indicator pada posisi nol menggunakan tombol
“Origin”.
7. Menggantungkan beban beban pada benda uji dengan menggunakan
gantungan beban seperti tergambar di bawah
8. Mencatat hasil pembacaan dari dial indikator untuk setiap pe
annambahan beban.
9. Mengulangi percobaan untuk setiap material benda uji

3.3.2 Percobaan 2 (Tumpuan Sederhana)


1. Mengukur dimensi tebal dan lebar dari setiap benda uji dengan
menggunakan jangka sorong
2. Mencatat hasil pengukuran dalam tabel yang disediakan untuk setiap
benda uji blangko percobaan
3. Melepaskan semua penjepit dari rangka instalasi kemudian
menseting tumpuan dengan jarak tertentu
4. Memposisikan digital dial Indicator tepat di tengah-tengah kedua
tumpuan
5. Memposisikan sebuah gantungan beban Seperti gambar pada modul
6. Mensetting nilai digital menjadi nol pada dial Indicator dengan
menggunakan tombol Origin
7. Menggantungkan beban pada gantungan dengan jumlah beban
ditentukan pada tabel percobaan

18
8. Mencatat defleksi yang terjadi pada beban per tiap penambahan
jumlah beban ke dalam tabel percobaan
9. Mengulangi percobaan di atas untuk tiap material benda uji

19
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Tabel Data Praktikum


Setelah menjalani pengukuran, percobaan dan praktikum didapatkanlah
hasil yang tertera pada beberapa tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 Pengujian Data Aluminium
Aluminium
Jarak (m)
Beban
Cantilever Sederhana
(gram)
100 200 300 125 250 380
150 0,00015 0,00123 0,00385 0,00013 0,00043 0,00038
200 0,0002 0,00165 0,0049 0,00018 0,0006 0,00051
250 0,00025 0,0022 0,00635 0,00022 0,00074 0,00062

Tabel 4.2 Pengujian Data Steel


Steel
Jarak (m)
Beban
Cantilever Sederhana
(gram)
100 200 300 125 250 380
150 0,00007 0,00034 0,0011 0,00006 0,00018 0,00015
200 0,00008 0,00045 0,0016 0,00008 0,00025 0,00022
250 0,0001 0,0006 0,00214 0,0001 0,00032 0,00027

Tabel 4.3 Pengujian Data Brass


Brass
Jarak (m)
Beban
Cantilever Sederhana
(gram)
100 200 300 125 250 380

20
150 0,00016 0,00111 0,00304 0,00014 0,00039 0,00035
200 0,00020 0,00132 0,004 0,00016 0,0005 0,00045
250 0,00025 0,0015 0,00496 0,00021 0,0006 0.00055

Tabel 4.4 Dimensi Batang


Batang b d E I L
Aluminium 0,0162m 0,0014m 69 Nm−2 3,70 mm 0,6m
Steel 0,0171m 0,0016m 207 Nm−2 5,83 mm 0,6m
Brass 0,0165m 0,0012m 105 Nm−2 2,37 mm 0,6m

4.2 Jawaban Pertanyaan Tugas Modul


Dalam modul fenomena dasar mesin bab defleksi batang, pada halaman
terakhir bab tersebut terdapat pertanyaan dan tugas yang akan dijawab pada
beberapa point dibawah ini.
1. Jelaskan mengenai hubungan antara sebuah massa dan sebuah defleksi
pada beam?
Setelah menjalankan praktikum defleksi batang, saya mempelajari
bahwasanya hubungan antara sebuah masa terhadap sebuah nilai defleksi
pada beam dapat dilihat jika semakin besar nilai massa pada sebuah benda,
semakin besar juga nilai gaya yang akan dihasilkan oleh benda tersebut.
Sehingga defleksi yang dihasilkan akan semakin besar juga.
2. Sebutkan dan jelaskan tiga contoh aplikasi dari struktur cantilever dan
tumpuan sederhana dan sertakan gambarnya!
Aplikasi dari struktur cantilever sering kita jumpai di kehidupan
sekitar, berikut beberapa diantaranya:
1. Tangga Moderen
Dapat dilihat dalam gambar, terdapat struktur cantilever
yang dapat diaplikasikan pada tangga modern. Tentu harus di
perhitungkan supaya tidak menyebabkan bahaya pada
penggunanya.

21
Gambar 4.1 Tangga Modern
(Sumber: zichichi.it)

2. Meja Moderen
Dapat dilihat dalam gambar, terdapat struktur cantilever
yang dapat diaplikasikan pada meja modern. Tentu harus di
perhitungkan supaya tidak menyebabkan kecelakaan pada
penggunanya.

Gambar 4.2 Meja Modern


(Sumber: houses.ez)
3. Kasur Lipat
Dapat dilihat dalam gambar, terdapat struktur cantilever
yang dapat diaplikasikan pada Kasur lipat modern. Tentu harus di
perhitungkan supaya tidak menyebabkan cidera pada
penggunanya.

22
Gambar 4.3 Kasur Lipat
(Sumber: houses.ez)
Aplikasi dari struktur tumpuan sederhana sering kita jumpai di
kehidupan sekitar, berikut beberapa diantaranya:
1. Jembatan
Dapat dilihat dalam gambar, terdapat struktur tumpuan
sederhana yang dapat diaplikasikan pada Jembatan.

Gambar 4.4 Struktur Jembatan


(Sumber: cermindunia.com)

2. Pondasi Rumah
Dapat dilihat dalam gambar, terdapat struktur tumpuan
sederhana yang dapat diaplikasikan pada pondasi rumah.

23
Gambar 4.5 Pondasi Rumah
(Sumber: belajartekniksipil.com)

3. Meja Sederhana
Dapat dilihat dalam gambar, terdapat struktur tumpuan
sederhana yang dapat diaplikasikan pada meja.

Gambar 4.6 Pondasi Rumah


(Sumber: dekoruma.com)

24
3. Buatlah sebuah grafik defleksi terhadap massa untuk ketiga benda uji pada
salah satu data dalam aksis yang sama!
Berikut ini gambar grafik yang menunjukan defleksi struktur
cantilever terhadap massa pada jarak 100mm.

CANTILEVER JARAK 100 MM


Aluminium Steel Brass

0.0003
0.00025
0.0002
DEFLEKSI

0.00015
0.0001
0.00005
0
150 200 250
MASSA

Gambar 4.7 Grafik Cantilever 100 mm


(Sumber:Dokumen Pribadi)

Berikut ini gambar grafik yang menunjukan defleksi struktur


cantilever terhadap massa pada jarak 200mm.

CANTILEVER JARAK 200 MM


Aluminium Steel Brass

0.0025

0.002
DEFLEKSI

0.0015

0.001

0.0005

0
150 200 250
MASSA

Gambar 4.8 Grafik Cantilever 200 mm


(Sumber:Dokumen Pribadi)

25
Berikut ini gambar grafik yang menunjukan defleksi struktur
cantilever terhadap massa pada jarak 300mm.

CANTILEVER JARAK 300 MM


Aluminium Steel Brass

0.007
0.006
0.005
DEFLEKSI

0.004
0.003
0.002
0.001
0
150 200 250
MASSA

Gambar 4.9 Grafik Cantilever 300 mm


(Sumber:Dokumen Pribadi)

Berikut ini gambar grafik yang menunjukan defleksi struktur


sederhana terhadap massa pada jarak 125mm.

Sederhana Jarak 125 mm


0.00025

0.0002

0.00015
Defleksi

0.0001

0.00005

0
150 200 250
Massa

Aluminium Steel Brass

Gambar 4.10 Grafik Sederhana 125 mm


(Sumber:Dokumen Pribadi)

26
Berikut ini gambar grafik yang menunjukan defleksi struktur
sederhana terhadap massa pada jarak 250mm.

Sederhana Jarak 250 mm


0.0008
0.0007
0.0006
0.0005
Defleksi

0.0004
0.0003
0.0002
0.0001
0
150 200 250
Massa

Aluminium Steel Brass

Gambar 4.11 Grafik Sederhana 250 mm


(Sumber:Dokumen Pribadi)

Berikut ini gambar grafik yang menunjukan defleksi struktur


sederhana terhadap massa pada jarak 380mm.

Sederhana Jarak 380 mm


0.0007
0.0006
0.0005
Defleksi

0.0004
0.0003
0.0002
0.0001
0
150 200 250
Massa

Aluminium Steel Brass

Gambar 4.12 Grafik Sederhana 380 mm


(Sumber:Dokumen Pribadi)

27
4. Hitunglah besarnya harga defleksi dari setiap pembebanan dengan jarak
yang di tentukan untuk kedua tumpuan! Dan masukanlah hasil dari
perhitungan pada sebuah table!
Rumus yang digunakan:
𝑊 = 𝑚. 𝑔 = 𝑁 ........................................... (4.1)
𝑊 = 0,15 𝑥 0,98 = 1,47 N
𝑊 = 0,2 𝑥 0,98 = 1,96 N
𝑊 = 0,25 𝑥 0,98 = 2,45 N

a) Defleksi Beban Cantilever beam


W∙𝑏2
∆𝛿 = (3𝑃 − 𝑥) ............................. (4.2)
6∙E∙I
➢ Didapatkan nilai Cantilever beam Aluminium dari perolehan data:
x = 0,6m, P =0,6m, EAl = 69GNm-2 , IAluminium = 3,70 x 10-12m4.
• Jarak 100mm dengan W = 1,47N
1,47N∙(0,1𝑚)2 ∙(1,2 𝑚 )
∆𝛿 = 6x69x109 x3,70x 10−12 𝑚4 = 0.0115𝑚

• Jarak 100mm dengan W = 1,96N


1,96N∙(0,1𝑚)2 ∙(1,2 𝑚 )
∆𝛿 = 6x69x109 x3,70x 10−12 𝑚4 = 0.0153𝑚

• Jarak 100mm dengan W = 2,45N


2,45 N∙(0,1𝑚)2 ∙(1,2 𝑚 )
∆𝛿 = 6x69x109 x3,70x 10−12 𝑚4 = 0.0192𝑚

• Jarak 200mm dengan W = 1,47N


1,47N∙(0,2𝑚)2 ∙(1,2 𝑚 )
∆𝛿 = 6x69x109 x3,70x 10−12 𝑚4 = 0.0461𝑚

• Jarak 200mm dengan W = 1,96N


1,96N∙(0,2𝑚)2 ∙(1,2 𝑚 )
∆𝛿 = 6x69x109 x3,70x 10−12 𝑚4 = 0.0614𝑚

• Jarak 200mm dengan W = 2,45N


2,45 N∙(0,2𝑚)2 ∙(1,2 𝑚 )
∆𝛿 = 6x69x109 x3,70x 10−12 𝑚4 = 0.0768𝑚

• Jarak 300mm dengan W = 1,47N


1,47N∙(0,3𝑚)2 ∙(1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0.1036𝑚
6x69x109 x3,70x 10−12 𝑚 4

• Jarak 300mm dengan W = 1,96N

28
1,96N∙(0,3𝑚)2 ∙(1,2 𝑚 )
∆𝛿 = 6x69x109 x3,70x 10−12 𝑚4 = 0.1381𝑚

• Jarak 300mm dengan W = 2,45N


2,45 N ∙ (0,3𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0.1727𝑚
6x69x109 x3,70x 10−12 𝑚4

➢ Didapatkan nilai Cantilever beam Steel dari perolehan data:


x = 0,6m, P = 0,6m, ESt = 207 GNm-2 , ISteel = 5,83 x 10-12m4
• Jarak 100mm dengan W = 1,47N
1,47 N ∙ (0,1𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0.0024𝑚
6x207x109 x5,83x 10−12 𝑚4
• Jarak 100mm dengan W = 1,96N
1,96 N ∙ (0,1𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0.0032𝑚
6x207x109 x5,83x 10−12 𝑚4
• Jarak 100mm dengan W = 2,45N
2,45 N ∙ (0,1𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0.0041𝑚
6x207x109 x5,83x 10−12 𝑚4
• Jarak 200mm dengan W = 1,47N
1,47 N ∙ (0,2𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0,0097𝑚
6x207x109 x5,83x 10−12 𝑚4
• Jarak 200mm dengan W = 1,96N
1,96 N ∙ (0,2𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0.0129𝑚
6x207x109 x5,83x 10−12 𝑚4
• Jarak 200mm dengan W = 2,45N
2,45 N ∙ (0,2𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0.0162𝑚
6x207x109 x5,83x 10−12 𝑚4
• Jarak 300mm dengan W = 1,47N
1,47 N ∙ (0,3𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0.0219𝑚
6x207x109 x5,83x 10−12 𝑚4
• Jarak 300mm dengan W = 1,96N
1,96 N ∙ (0,3𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0.0292 𝑚
6x207x109 x5,83x 10−12 𝑚4
• Jarak 300mm dengan W = 2,45N

29
2,45 N ∙ (0,3𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0.0365𝑚
6x207x109 x5,83x 10−12 𝑚4

➢ Didapatkan nilai Cantilever beam Brass dari perolehan data:


x = 0,6 m, P = 0,6 m, EBr = 105 GNm-2, IBr = 2,37 x 10-12 m4
• Jarak 100 mm dengan W = 1,47 N
1,47 N ∙ (0,1𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0.0118 𝑚
6 ∙ 105 GN𝑚−2 ∙ 2,37 x 10−12 𝑚4
• Jarak 100 mm dengan W = 1,96 N
1,96 N ∙ (0,1𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0,0158 𝑚
6 ∙ 105 GN𝑚−2 ∙ 2,37 x 10−12 𝑚4
• Jarak 100 mm dengan W = 2,45 N
2,45 N ∙ (0,1𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0,0197 𝑚
6 ∙ 105 GN𝑚−2 ∙ 2,37 x 10−12 𝑚4
• Jarak 200 mm dengan W = 1,47 N
1,47 N ∙ (0,2𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0,0473 𝑚
6 ∙ 105 GN𝑚−2 ∙ 2,37 x 10−12 𝑚4
• Jarak 200 mm dengan W = 1,96 N
1,96 N ∙ (0,2𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0,0630 𝑚
6 ∙ 105 GN𝑚−2 ∙ 2,37 x 10−12 𝑚4
• Jarak 200 mm dengan W = 2,45 N
2,45 N ∙ (0,2𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0,0788 𝑚
6 ∙ 105 GN𝑚−2 ∙ 2,37 x 10−12 𝑚4
• Jarak 300 mm dengan W = 1,47 N
1,47 N ∙ (0,3𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0,1063 𝑚
6 ∙ 105 GN𝑚−2 ∙ 2,37 x 10−12 𝑚4
• Jarak 300 mm dengan W = 1,96 N
1,96 N ∙ (0,3𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0,1418 𝑚
6 ∙ 105 GN𝑚−2 ∙ 2,37 x 10−12 𝑚4
• Jarak 300 mm dengan W = 2,45 N
2,45 N ∙ (0,3𝑚)2 ∙ (1,2 𝑚 )
∆𝛿 = = 0,1772 𝑚
6 ∙ 105 GN𝑚−2 ∙ 2,37 x 10−12 𝑚4

30
b) Defleksi beban sederhana.
W∙𝑏2
∆𝛿 = (3𝐿2 − 4𝑏2 ) ....................... (4.3)
48∙E∙I
➢ Didapatkan nilai defleksi Sruktur Sederhana Aluminium dari
perolehan data:
L = 0,6 m, EAl = 69 GNm-2, IAl = 3,70 x 10-12 m4.
• Jarak 125 mm dengan W = 1,47 N
1,47∙(0,125𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,125𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0153 𝑚
48∙(69x109 N𝑚−2 )∙(3,70 x 10−12 𝑚4 )

• Jarak 125 mm dengan W = 1,96 N


1,96∙(0,125𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,125𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0203 𝑚
48∙(69x109 N𝑚−2 )∙(3,70 x 10−12 𝑚4 )

• Jarak 125 mm dengan W = 2,45 N


2,45∙(0,125𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,125𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0254 𝑚
48∙(69x109 N𝑚−2 )∙(3,70 x 10−12 𝑚4 )

• Jarak 250 mm dengan W = 1,47 N


1,47∙(0,25𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,25𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0249 𝑚
48∙(69x109 N𝑚−2 )∙(3,70 x 10−12 𝑚4 )

• Jarak 250 mm dengan W = 1,96 N


1,96∙(0,25𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,25𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0332 𝑚
48∙(69x109 N𝑚−2 )∙(3,70 x 10−12 𝑚4 )

• Jarak 250 mm dengan W = 2,45 N


2,45.(0,25𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,25𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0415 𝑚
48∙(69x109 N𝑚−2 )∙(3,70 x 10−12 𝑚4 )

• Jarak 380 mm dengan W = 1,47 N


1,47∙(0,38𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,38𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0229 𝑚
48∙(69x109 N𝑚−2 )∙(3,70 x 10−12 𝑚4 )

• Jarak 380 mm dengan W = 1,96 N


1,96.(0,38𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,38𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0305 𝑚
48∙(69x109 N𝑚−2 )∙(3,70 x 10−12 𝑚4 )

• Jarak 380 mm dengan W = 2,45 N


2,45. (0,38𝑚)2. (3𝑥(0,6)2 − 4𝑥 (0,38𝑚)2)
∆𝛿 = = 0,0382 𝑚
48 ∙ (69x109 N𝑚−2) ∙ (3,70 x 10−12 𝑚4)

31
➢ Didapatkan nilai defleksi Sruktur Sederhana Steel dari perolehan
data:
L = 0,6 m, ESt = 207 GNm-2 , ISt= 5,83 x 10-12 m4
• Jarak 125 mm dengan W = 1,47 N
1,47∙(0,125𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,125𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0004 𝑚
48∙(207x109 N𝑚 −2)∙(5,83 x 10−12 m4 )

• Jarak 125 mm dengan W = 1,96 N


1,96∙(0,125𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,125𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0005 𝑚
48∙(207x109 N𝑚 −2)∙(5,83 x 10−12 m4 )

• Jarak 125 mm dengan W = 2,45 N


2,45∙(0,125𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,125𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0007 𝑚
48∙(207x109 N𝑚 −2)∙(5,83 x 10−12 m4 )

• Jarak 250 mm dengan W = 1,47 N


1,47∙(0,25𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2−4𝑥(0,25𝑚)2 )
∆𝛿 = 48∙(207x109 N𝑚−2)∙(5,83 x 10−12 m4 ) = 0,0013 𝑚

• Jarak 250 mm dengan W = 1,96 N


1,96(0,25𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,25𝑚)2)
∆𝛿 = 48∙(207x109 N𝑚−2)∙(5,83 x 10−12 m4 ) = 0,0017 𝑚

• Jarak 250 mm dengan W = 2,45 N


2,45∙(0,25𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2−4𝑥(0,25𝑚)2 )
∆𝛿 = 48∙(207x109 N𝑚−2)∙(5,83 x 10−12 m4 ) = 0,0022 𝑚

• Jarak 380 mm dengan W = 1,47 N


1,47∙(0,38𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2−4𝑥(0,38𝑚)2 )
∆𝛿 = 48∙(207x109 N𝑚−2)∙(5,83 x 10−12 m4 ) = 0,0018 𝑚

• Jarak 380 mm dengan W = 1,96 N


1,96(0,38𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,38𝑚)2)
∆𝛿 = 48∙(207x109 N𝑚−2)∙(5,83 x 10−12 m4 ) = 0,0024 𝑚

• Jarak 380 mm dengan W = 2,45 N


2,45(0,38𝑚)2 . (3𝑥(0,6)2 − 4𝑥(0,38𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0031 𝑚
48 ∙ (207x109 N𝑚−2 ) ∙ (5,83 x 10−12 m4 )

➢ Didapatkan nilai defleksi Sruktur Sederhana Brass dari perolehan


data:
L = 0,6 m, EBr = 105 GNm-2 , IBr= 2,37 x 10-12 m4
• Jarak 125 mm dengan W = 1,47 N

32
1,47∙(0,125𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,125𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0020 𝑚
48∙(105x109 N𝑚 −2)∙(2,37 x 10−12 m4 )

• Jarak 125 mm dengan W = 1,96 N


1,96∙(0,125𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,125𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0026 𝑚
48(105x109 N𝑚 −2 )∙(2,37 x 10−12 m4 )

• Jarak 125 mm dengan W = 2,45 N


2,45∙(0,125𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2 −4𝑥(0,125𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0033 𝑚
48∙(105x109 N𝑚 −2)∙(2,37 x 10−12 m4 )

• Jarak 250 mm dengan W = 1,47 N


1,47∙(0,25𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2−4𝑥(0,25𝑚)2 )
∆𝛿 = 48∙(105x109 N𝑚−2)∙(2,37 x 10−12 m4 ) = 0,0064 𝑚

• Jarak 250 mm dengan W = 1,96 N


1,96∙(0,25𝑚) 2.(3𝑥(0,6)2−4𝑥(0,25𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0085 𝑚
48(105x109 N𝑚 −2)∙(2,37 x 10−12 m4 )

• Jarak 250 mm dengan W = 2,45 N


2,45∙(0,25𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2−4𝑥(0,25𝑚)2 )
∆𝛿 = 48∙(105x109 N𝑚−2)∙(2,37 x 10−12 m4 ) = 0,0106 𝑚

• Jarak 380 mm dengan W = 1,47 N


1,47∙(0,38𝑚)2 .(3𝑥(0,6)2−4𝑥(0,38𝑚)2 )
∆𝛿 = 48∙(105x109 N𝑚−2)∙(2,37 x 10−12 m4 ) = 0,0089 𝑚

• Jarak 380 mm dengan W = 1,96 N


1,96∙(0,38𝑚) 2.(3𝑥(0,6)2−4𝑥(0,38𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0119 𝑚
48(105x109 N𝑚 −2)∙(2,37 x 10−12 m4 )

• Jarak 380 mm dengan W = 2,45 N


2,45 ∙ (0,38𝑚)2 . (3𝑥(0,6)2 − 4𝑥(0,38𝑚)2 )
∆𝛿 = = 0,0149 𝑚
48 ∙ (105x109 N𝑚−2 ) ∙ (2,37 x 10−12 m4 )

c) Defleksi Maksimum Cantilever beam


W∙𝑏 2
∆𝛿 = (3𝑥 − 𝑏) ................................... (4.4)
6∙E∙I

➢ Didapatkan nilai defleksi maksimum Cantilever beam Aluminium dari


perolehan data:
x = 0,6 m, EAl = 69 GNm-2, IAl = 3,70 x 10-12 m4
• Jarak 100 mm dengan W = 1,47 N
1,47 𝑥 (0,1)2 𝑥 (3(0,6)−0,1)
∆𝛿 = = 0,0163
6 𝑥 69 GNm −2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚 4

• Jarak 100 mm dengan W = 1,96 N

33
1,96𝑥 (0,1)2 𝑥 (3(0,6)−0,1)
∆𝛿 = 6∙69 GNm−2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0217

• Jarak 100 mm dengan W = 2,45 N


2,45𝑥 (0,1)2 𝑥 (3(0,6)−0,1)
∆𝛿 = 6∙69 GNm−2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0271

• Jarak 200 mm dengan W = 1,47 N


1,47𝑥 (0,2)2 𝑥 (3(0,6)−0,2)
∆𝛿 = 6 𝑥 69 GNm −2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0614

• Jarak 200 mm dengan W = 1,96 N


1,96𝑥 (0,2)2 𝑥 (3(0,6)−0,2)
∆𝛿 = 6 𝑥 69 GNm −2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0818

• Jarak 200 mm dengan W = 2,45 N


2,45𝑥 (0,2)2 𝑥 (3(0,6)−0,2)
∆𝛿 = 6 𝑥 69 GNm −2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,1023

• Jarak 300 mm dengan W = 1,47 N


1,47𝑥 (0,3)2 𝑥 (3(0,6)−0,3)
∆𝛿 = 6 𝑥 69 GNm −2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,1295

• Jarak 300 mm dengan W = 1,96 N


1,96 𝑥 (0,3)2 𝑥 (3(0,6)−0,3)
∆𝛿 = 6 𝑥 69 GNm −2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,1727

• Jarak 300 mm dengan W = 2,45 N


2,45 𝑥 (0,3)2 𝑥 (3(0,6) − 0,3)
∆𝛿 = = 0,2159
6 𝑥 69 GNm−2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4

➢ Didapatkan nilai defleksi maksimum Cantilever beam Steel dari


perolehan data:
x = 0,6 m, ESt = 207 GNm-2, ISt = 5,83 x 10-12 m4
• Jarak 100 mm dengan W = 1,47 N
1,47𝑥 (0,1)2 𝑥 (3(0,6)−0,1)
∆𝛿 = 6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0034

• Jarak 100 mm dengan W = 1,96 N


1,96𝑥 (0,1) 2 𝑥 (3(0,6)−0,1)
∆𝛿 = 6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0046

• Jarak 100 mm dengan W = 2,45 N


2,45𝑥 (0,1)2 𝑥 (3(0,6)−0,1)
∆𝛿 = 6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0057

• Jarak 200 mm dengan W = 1,47 N

34
1,47𝑥 (0,2)2 𝑥 (3(0,6)−0,2)
∆𝛿 = 6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0129

• Jarak 200 mm dengan W = 1,96 N


1,96𝑥 (0,2) 2 𝑥 (3(0,6)−0,2)
∆𝛿 = 6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0173

• Jarak 200 mm dengan W = 2,45 N


2,45𝑥 (0,2)2 𝑥 (3(0,6)−0,2)
∆𝛿 = 6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0216

• Jarak 300 mm dengan W = 1,47 N


1,47𝑥 (0,3)2 𝑥 (3(0,6)−0,3)
∆𝛿 = 6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0274

• Jarak 300 mm dengan W = 1,96 N


1,96𝑥 (0,3) 2 𝑥 (3(0,6)−0,3)
∆𝛿 = 6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0365

• Jarak 300 mm dengan W = 2,45 N


2,45𝑥 (0,3)2 𝑥 (3(0,6) − 0,3)
∆𝛿 = = 0,0456
6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4

➢ Didapatkan nilai defleksi maksimum Cantilever beam Brass dari


perolehan data:
x = 0,6 m, P=0,6m, EBr = 105 GNm-2 , IBr = 2,37 x 10-12 m4
• Jarak 100 mm dengan W = 1,47 N
1,47∙(0,1)2 𝑥 (1,2𝑚)
∆𝛿 = 6 x 105 x 109 x 2,37 x 10−12 𝑚4 = 0,0118 𝑚

• Jarak 100 mm dengan W = 1,96 N


1,96 x (0,1)2 𝑥 (1,2𝑚)
∆𝛿 = 6 x 105 x 109 x 2,37 x 10−12 𝑚4 = 0,0157 𝑚

• Jarak 100 mm dengan W = 2,45 N


2,45 x (0,1)2 𝑥 (1,2𝑚)
∆𝛿 = 6 x 105 x 109 x 2,37 x 10−12 𝑚4 = 0,01996 𝑚

• Jarak 200 mm dengan W = 1,47 N


1,47 x (0,2)2 𝑥 (1,2𝑚)
∆𝛿 = 6 x 105 x 109 x 2,37 x 10−12 𝑚4 = 0,0472 𝑚

• Jarak 200 mm dengan W = 1,96 N


1,96 x (0,2)2 𝑥 (1,2𝑚)
∆𝛿 = 6 x 105 x 109 x 2,37 x 10−12 𝑚4 = 0,0630 𝑚

• Jarak 200 mm dengan W = 2,45 N

35
2,45 x (0,2)2 𝑥 (1,2𝑚)
∆𝛿 = 6 x 105 x 109 x 2,37 x 10−12 𝑚4 = 0,0787 𝑚

• Jarak 300 mm dengan W = 1,47 N


1,47 x (0,3)2 𝑥 (1,2𝑚)
∆𝛿 = 6 x 105 x 109 x 2,37 x 10−12 𝑚4 = 0,1063 𝑚

• Jarak 300 mm dengan W = 1,96 N


1,96 x (0,3)2 𝑥 (1,2𝑚)
∆𝛿 = 6 x 105 x 109 x 2,37 x 10−12 𝑚4 = 0,1417 𝑚

• Jarak 300 mm dengan W = 2,45 N


2,45 x (0,3)2 𝑥 (1,2𝑚)
∆𝛿 = 6 x 105 x 109 x 2,37 x 10−12 𝑚4 = 0,1772 𝑚

d) Defleksi Maksimum Tumpuan Sederhan.


W∙b
∆𝛿 = 6.L∙E∙I (𝐿2 − 𝑏2 − 𝑥 2 ) ........................ (4.5)

➢ Didapatkan nilai defleksi maksimum Tumpuan Sederhana


Aluminium dari perolehan data:
x = 0,3 m, EAl = 69 GNm-2, IAl = 3,70 x 10-12 m4
• Jarak 125 mm dengan W = 1,47 N
1,47 𝑥 0,125 𝑥 (0,62 −0,1252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 69 GNm −2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0509

• Jarak 125 mm dengan W = 1,96 N


1,96 𝑥 0,125 𝑥 (0,62 −0,1252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 69 GNm −2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0678

• Jarak 125 mm dengan W = 2,45 N


2,45 𝑥 0,125 𝑥 (0,62 −0,1252 −0,32 )
∆𝛿 = = 0,0848
6 x 0,6 𝑥 69 GNm −2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚 4

• Jarak 250 mm dengan W = 1,47 N


1,47 𝑥 0,25 𝑥 (0,62 −0,252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 69 GNm −2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0830

• Jarak 250 mm dengan W = 1,96 N


1,96 𝑥 0,25 𝑥 (0,62 −0,252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 69 GNm −2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,1106

• Jarak 250 mm dengan W = 2,45 N


2,45 𝑥 0,25 𝑥 (0,62 −0,252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 69 GNm −2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,1383

• Jarak 380 mm dengan W = 1,47 N

36
1,47 𝑥 0,38 𝑥 (0,62 −0,382 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 69 GNm −2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0763

• Jarak 380 mm dengan W = 1,96 N


1,96 𝑥 0,38 𝑥 (0,62 −0,382 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 69 GNm −2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,1018

• Jarak 380 mm dengan W = 2,45 N


2,45 𝑥 0,38 𝑥 (0,62 − 0,382 − 0,32 )
∆𝛿 = = 0,1272
6 x 0,6 𝑥 69 GNm−2 𝑥 3,70 𝑥 10−12 𝑚4

➢ Didapatkan nilai defleksi maksimum Tumpuan Sederhana Steel dari


perolehan data:
x = 0,3 m, ESt = 207 GNm-2, ISt = 5,83 x 10-12 m4
• Jarak 125 mm dengan W = 1,47 N
1,47 𝑥 0,125 𝑥 (0,62 −0,1252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0322

• Jarak 125 mm dengan W = 1,96 N


1,96 𝑥 0,125 𝑥 (0,62 −0,1252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0430

• Jarak 125 mm dengan W = 2,45 N


2,45 𝑥 0,125 𝑥 (0,62 −0,1252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0537

• Jarak 250 mm dengan W = 1,47 N


1,47 𝑥 0,25 𝑥 (0,62 −0,252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0526

• Jarak 250 mm dengan W = 1,96 N


1,96 𝑥 0,25 𝑥 (0,62 −0,252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0701

• Jarak 250 mm dengan W = 2,45 N


2,45 𝑥 0,25 𝑥 (0,62 −0,252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0876

• Jarak 380 mm dengan W = 1,47 N


1,47 𝑥 0,38 𝑥 (0,62 −0,382 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0484

• Jarak 380 mm dengan W = 1,96 N


1,96 𝑥 0,38 𝑥 (0,62 −0,382 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0645

• Jarak 380 mm dengan W = 2,45 N

37
2,45 𝑥 0,38 𝑥 (0,62 − 0,382 − 0,32 )
∆𝛿 = = 0,0806
6 x 0,6 𝑥 207 GNm−2 𝑥 5,83 𝑥 10−12 𝑚4

➢ Didapatkan nilai defleksi maksimum Tumpuan Sederhana Brass


dari perolehan data:
x = 0,3 m, EBr = 105 GNm-2, IBr = 2,37 x 10-12 m4
• Jarak 125 mm dengan W = 1,47 N
1,47 𝑥 0,125 𝑥 (0,62 −0,1252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 105 GNm−2 𝑥 2,37 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0522

• Jarak 125 mm dengan W = 1,96 N


1,96 𝑥 0,125 𝑥 (0,62 −0,1252 −0,32 )
∆𝛿 = = 0,0696
6 x 0,6 𝑥 105 GNm−2 𝑥 2,37 𝑥 10−12 𝑚 4

• Jarak 125 mm dengan W = 2,45 N


2,45 𝑥 0,125 𝑥 (0,62 −0,1252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 105 GNm−2 𝑥 2,37 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0870

• Jarak 250 mm dengan W = 1,47 N


1,47 𝑥 0,25 𝑥 (0,62 −0,252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 105 GNm−2 𝑥 2,37 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0851

• Jarak 250 mm dengan W = 1,96 N


1,96 𝑥 0,25 𝑥 (0,62 −0,252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 105 GNm−2 𝑥 2,37 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,1135

• Jarak 250 mm dengan W = 2,45 N


2,45 𝑥 0,25 𝑥 (0,62 −0,252 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 105 GNm−2 𝑥 2,37 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,1419

• Jarak 380 mm dengan W = 1,47 N


1,47 𝑥 0,38 𝑥 (0,62 −0,382 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 105 GNm−2 𝑥 2,37 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,0783

• Jarak 380 mm dengan W = 1,96 N


1,96 𝑥 0,38 𝑥 (0,62 −0,382 −0,32 )
∆𝛿 = 6 x 0,6 𝑥 105 GNm−2 𝑥 2,37 𝑥 10−12 𝑚4 = 0,1044

• Jarak 380 mm dengan W = 2,45 N


2,45 𝑥 0,38 𝑥 (0,62 − 0,382 − 0,32 )
∆𝛿 = = 0,1305
6 x 0,6 𝑥 105 GNm−2 𝑥 2,37 𝑥 10−12 𝑚4

Dibawah ini merupakan tabel yang didapatkan dari hasil perhitungan


nilai defleksi cantilever aluminium :

38
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Nilai Defleksi Cantilever Aluminium
Cantilever
Massa Aluminium
(gram) 100 200 300
Beban Max Beban Max Beban Max
150 0,0115 0,0163 0,0461 0,0614 0,1036 0,1295
200 0,0153 0,0217 0,0614 0,0818 0,1381 0,1727
250 0,0192 0,0271 0,0768 0,1023 0,1727 0,2159

Dibawah ini merupakan tabel yang didapatkan dari hasil perhitungan


nilai defleksi cantilever Steel:
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Nilai Defleksi Cantilever Steel
Cantilever
Massa Steel
(gram) 100 200 300
Beban Max Beban Max Beban Max
150 0,0024 0,0034 0,0097 0,0129 0,0219 0,0274
200 0,0032 0,0046 0,0129 0,0173 0,0292 0,0365
250 0,0041 0,0057 0,0162 0,0216 0,0365 0,0456

Dibawah ini merupakan tabel yang didapatkan dari hasil perhitungan


nilai defleksi cantilever Brass:
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Nilai Defleksi Cantilever Brass
Cantilever
Massa Brass
(gram) 100 200 300
Beban Max Beban Max Beban Max
150 0,0118 0,0118 0,0472 0,0472 0,1063 0,1063
200 0,0157 0,0157 0,0630 0,0630 0,1417 0,1417

39
250 0,0197 0,0199 0,0787 0,0787 0,1772 0,1772

Dibawah ini merupakan tabel yang didapatkan dari hasil perhitungan


nilai defleksi Defleksi Sederhana Allumunium:
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Nilai Defleksi Sederhana Aluminium
Sederhana
Massa Aluminium
(gram) 125 250 380
Beban Max Beban Max Beban Max
150 0,0153 0,0509 0,0249 0,0830 0,0229 0,0763
200 0,0203 0,0678 0,0332 0,1106 0,0305 0,1018
250 0,0254 0,0848 0,0415 0,1383 0,0382 0,1272

Dibawah ini merupakan tabel yang didapatkan dari hasil perhitungan


nilai defleksi Defleksi Sederhana Steel:
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Nilai Defleksi Sederhana Steel
Sederhana
Massa Steel
(gram) 100 200 300
Beban Max Beban Max Beban Max
150 0,0004 0,0322 0,0013 0,0526 0,0018 0,0484
200 0,0005 0,0430 0,0017 0,0701 0,0024 0,0645
250 0,0007 0,0537 0,0022 0,0876 0,0031 0,0806

Dibawah ini merupakan tabel yang didapatkan dari hasil perhitungan


nilai defleksi Defleksi Sederhana Brass::
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Nilai Defleksi Sederhana Brass
Sederhana
Massa Brass
(gram) 125 250 380
Beban Max Beban Max Beban Max

40
150 0,0020 0,0522 0,0064 0,0851 0,0089 0,0783
200 0,0026 0,0696 0,0085 0,1135 0,0119 0,1044
250 0,0033 0,0870 0,0106 0,1419 0,0149 0,1305

5. Bandingkan hasil pengujian dengan hasil perhitungan dari setiap


pembebanan dengan jarak yang di tentukan dalam bentuk grafik!
Dibawah ini merupakan perbandingan hasil pengujian dengan hasil
perhitungan pembebanan dengan jarak yang disajikan dalam bentuk grafik
sehingga mempermudah untuk di baca.

Aluminium (Cantilever)
0.2
0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
150 200 250 150 200 250 150 200 250
100 200 300

Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Aluminium Cantilever


(Sumber:Dokumen Pribadi)

41
Aluminium (Sederhana)
0.045
0.04
0.035
0.03
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
150 200 250 150 200 250 150 200 250
125 250 380

Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Aluminium Sederhana


(Sumber:Dokumen Pribadi)

Steel (Cantilever)
0.04
0.035
0.03
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
150 200 250 150 200 250 150 200 250
100 200 300

Gambar 4.15 Grafik Perbandingan Steel Cantilever


(Sumber:Dokumen Pribadi)

42
Steel (Sederhana)
0.0035

0.003

0.0025

0.002

0.0015

0.001

0.0005

0
150 200 250 150 200 250 150 200 250
125 250 380

Gambar 4.16 Grafik Perbandingan Steel Sederhana


(Sumber:Dokumen Pribadi)

Brass (Cantilever)
0.2
0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
150 200 250 150 200 250 150 200 250
100 200 300

Gambar 4.17 Grafik Perbandingan Brass Cantilever


(Sumber:Dokumen Pribadi)

43
Brass (Sederhana)
0.016
0.014
0.012
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
150 200 250 150 200 250 150 200 250
125 250 380

Gambar 4.18 Grafik Perbandingan Brass Sederhana


(Sumber:Dokumen Pribadi)

6. Dari hasil-hasil perbandingan data antara pengujian dan perhitungan,


kesimpulan apa yang dapat di ambil?
Bilamana mengamati hasil dari grafik dan hasil setelah melakukan
pengujian secara langsung, dapat di simpulkan bahwasanya hasil
perhitungan kurang selaras dengan hasil dari pengukuran langsung. Hasil
yang diperhitungkan lebih besar dari pada grafik pengujian secara
langsubg. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Contohnya faktor
human eror bisa terjadi Ketika melakukan pengujian. Kemudian faktor
eksternal seperti kerusakan pada alat ukur, atau ketidak mampuan alat ukur
untuk mengukur batang yang terdefleksi melebihi batas ukur alat.
Sehingga mempengaruhi hasil dari pengujian.

44
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum defleksi batang ini
beberapa diantaranya adalah cara menentukan defleksi suatu bahan logam
adalah dengan melakukan pengujian bahan material logam batang dengan
menggunakan dial indikator. Setiap titik pembebanan menentukan besarbya
defleksi yang akan terjadi. Semakin berat beban juga akan mempengaruhi
defleksi yang akan terjadi. Jenis tumpuan juga akan mempengaruhi hasil dari
defleksi, kita ambil data dari nilai defleksi cantilever bahan alumunium dengan
nilai massa 150gr, 200gr dan 250gr dengan jarak 100 mm didapat hasil beban
sebesar 0.0115, 0.0153 dan 0.0192. Pada Jarak 200 mm didapat hasil beban
sebesar 0.0461, 0.0614 dan 0.0768. Pada Jarak 300 mm didapatkan hasil beban
sebesar 0.1036, 0.1381 dan 0.1727. Dan seterusnya untuk bahan bahan yang
lain yang sudah tertera pada BAB IV.
Jenis Tumpuan yang berbeda juga akan menghasilkan nilai defleksi yang
berbeda, dapat dilihat pada perbandingan antara tumpuan cantilever dan
tumpuan sederhana. Terdapat nilai yang jauh berbeda yang membuktikan
tumpuan akan berpengaruh dalam hasil defleksi. Selain itu jenis material juga
dapat mempengaruhi hasil dari pada defleksi yang dihasilkan, hal tersebut
dibuktikan juga pada tabel perbandingan.
Perbandingan hasil perhitungan kurang selaras dengan hasil dari
pengukuran langsung. Hasil yang diperhitungkan lebih besar dari pada grafik
pengujian secara langsubg. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.
Contohnya faktor human eror bisa terjadi Ketika melakukan pengujian.
Kemudian faktor eksternal seperti kerusakan pada alat ukur, atau ketidak
mampuan alat ukur untuk mengukur batang yang terdefleksi melebihi batas
ukur alat. Belum lagi ketidak seimbangan meja bisa menyebabkan eror pada
pengujian. Belum lagi ada banyak praktikan yang melakukan pengujian,
semakin banyak “tangan” akan semakin besar juga faktor eror yang mungkin
akan terjadi.

45
5.2 Saran
Setelah menjalani serangkaian praktikum Fenomena Dasar Mesin ini
dapat di beri beberapa saran diantaranya adalah:
5.2.1 Laboratorium
1. Semoga kedepannya ada perbaikan atau pengggantian alat ukur dan
alat perkakas yang sudah rusak.
2. Semoga kedepannya dapat senantiasa merawat alat alat yang sudah
ada, sehingga lebih awet dan tahan lama.
5.2.2 Asisten
Untuk para asisten lab, saya merasa ilmu saya dalam pemahaman
fenomena dasar mesin semakin berkembang. Rasa terimakasih saya
ucapkan secara khusus kepada Bang Elang Daffa Setiadji yang senantiasa
membimbing walau kelompok 2 yang memiliki banyak kekurangan dan
ketidak sempurnaan dalam menyerap ilmu bermanfaat yang diberikan para
asisten lab. Saran saya, suntik steroid bang biar ototnya getting bigger.

46
DAFTAR PUSTAKA

Sandi. 2020. Apa yang dimaksud dengan defleksi. https://jawabanapapun.com/apa-


yang-dimaksud-dengan-defleksi/. Diakses 25/10/2022: 09.24.
Yoga. 2022. Defleksi: Pengertian Dan Metode Yang Digunakan.
https://wira.co.id/defleksi/. Diakses 25/10/2022: 09.30.
ETS Team. 2020. Pengertian dan Jenis Jenis Defleksi
https://www.etsworlds.id/2019/04/pengertian-dan-jenis-jenis-defleksi.html.
Diakses 25/10/2022: 09.34
Nefli Y, Hariadi, Arief S. (2017) Perbandingan Ekspperimen Defleksi Batang
Kantilever Berprofil Strip Terhadap Persamaan Teoritis Untuk Bahan Fe
Dan Al. 3 (4) 1-6.
Risa A, Bambang D, Muhammad A. (2015) Pemodelan Geoid Lokal Kota
Semarang Berdasarkan Model Geopotensi Globalgrace. 4 (2) 9-18.
Temon Soejadi. 2014. Defleksi – Fenomena Dasar Mesin.
https://temonsoejadi.id/2014/04/04/defleksi-fenomena-dasar-mesin/.
Diakses 25/10/2022: 10.20.
Tim Pengadaan Direksi. 2019. Mengenal Pengukuruan Defleksi Pada Struktur
Material. https://www.pengadaan.web.id/2020/09/defleksi-adalah.html.
Diakses 25/10/2022: 10.35.
Tim Asisten Fenomena Dasar Mesin. 2022. Modul Praktikum Fenomena Dasar
Mesin. Cilegon: Fakultas Teknik Untirta.
ETS Team. 2019. Perbedaan Defleksi, Deformasi dan Perpindahan
https://www.etsworlds.id/2019/11/perbedaan-defleksi-deformasi-dan.html.
Diakses 25/10/2022: 11.17
Taufiq, 2012. Deformasi. https://sci-geoteknik.com/2012/05/deformasi.html.
Diakses 25/10/2022: 11.23

47
Andra,2020. Deformasi Elastis Dan Plastis, Pengertian Jenis Contoh Gaya
Pembentukan.https://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/pembentukan-
logam-metal-forming/pengertian-deformasi-elastis-dan-plastis/.Diakses
25/10/2022: 11.57

48
LAMPIRAN

1. Dokumentasi Praktikum

2. Screenshoot Sosialisasi

49
50

Anda mungkin juga menyukai