Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL KEGIATAN

PROSES PEMBUATAN TEMPE DI USAHA XYZ

Disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Proses Manufaktur

Dosen : Drs. Solihin, MT

Disusun Oleh :

Kelas : TD5A1

Anggota : 1. Nabila Maulaya Khaidir 202110215034

2. Meila Adisty Putri 202110215035

3. Nur Aeni 202110215039

4. Muhammad Irfan Prayitno 202110215076

5. Farah Fahrunnisa 202110215099

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA


2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karunia-nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal kegiatan di. Laporan ini dilakukan
sebagai salah satu syarat penilaian akademik di Universitas Bhayangkara Jakarta
Raya. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini memerlukan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, penulis berusaha dengan semaksimal mungkin demi
kesempurnaan laporan ini, baik dari hasil kegiatan belajar mengajar di perkuliahan,
maupun dalam melakukan kegiatan ini. Penulis juga tidak lupa ingin mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak, antara lain:

1. Kedua orang tua yang mendukung dan menyemangati penulis dalam


mengerjakan laporan ini.
2. Bapak Drs. Solihin, M.T. Selaku dosen pengampu Proses Manufaktur
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal kegiatan ini masih
memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dari para pembaca agar menjadi masukan untuk penyusunan-
penyusunan selanjutnya. Semoga proposal kegiatan ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca serta membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.

Bekasi, 29 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2

1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 4

2.1 Proses Manufaktur ........................................................................................ 4

2.2 Proses Manufaktur Perusahaan Makanan ..................................................... 4

2.3 Produksi Tempe di indonesia ........................................................................ 4

2.3.1 Pengertian Tempe................................................................................... 5

2.3.2 Proses Produksi Tempe .......................................................................... 6

2.3.3 Mesin Produksi Tempe .......................................................................... 7

2.4 Peta Proses Operasi ..................................................................................... 10

BAB III METODOLOGI PENELTIAN ......................................................... 9

3.1 Alat dan Bahan .............................................................................................. 9

3.2 Diagram Alir Pengamatan ........................................................................... 11

3.3 Alur Pengamatan ......................................................................................... 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 24

4.1 Peta Proses Operasi ..................................................................................... 24

4.2 Mesin yang Digunakan ............................................................................... 24

4.2.1 Mesin Pengupas Kulit Kacang Kedelai ............................................... 24

iii
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 24

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 24

5.2 Saran ....................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mesin Pengupas Tempe ...................................................................... 7
Gambar 2 2 Siklus Produksi Tempe........................................................................ 9
Gambar 2.3 Peta Proses Operasi ........................................................................... 10
Gambar 3.1 Kacang Kedelai ................................................................................... 9
Gambar 3.2 Ragi ..................................................................................................... 9
Gambar 3.3 Mesin Pengupas Kulit Kedelai ............................................................ 9
Gambar 3.4 Dandang Rebusan .............................................................................. 10
Gambar 3.5 Tong Air ............................................................................................ 10
Gambar 3.6 Saringan dan Drum............................................................................ 10
Gambar 3.7 Diagram Alir Pengamatan ................................................................. 11
Gambar 4.1 Mesin Pengupas Kulit Kacang Kedelai ............................................. 25

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses merupakan suatu urutan dari kegiatan atau pelaksanaan yang terjadi
baik secara alami maupun didesain. Proses itu sendiri mungkin menggunakan
waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil.
Sedangkan produksi merupakan suatu kegiatan dalam membuat produk, dimana
produk ini bisa berbentuk barang maupun jasa. Jadi proses produksi adalah urutan
dari kegiatan pembuatan produk yang membutuhkan waktu dan keahlian (Masniar
& Asmuruf, 2021).

Proses manufaktur manual mencerminkan warisan tradisional dalam


pembuatan produk, dengan fokus pada peran sentral tangan manusia dalam setiap
tahapan produksi. Asal-usul kata "manufaktur" yang berarti "dibuat dengan tangan"
menjadi dasar konsep ini. Dalam produksi tempe, pendekatan manual
mencerminkan kesetiaan terhadap keterampilan tradisional, di mana pekerja terlibat
langsung dari persiapan bahan baku hingga pengemasan produk jadi. Meskipun
mungkin lebih lambat daripada otomatisasi, proses manual tetap mempertahankan
keaslian dan perhatian terhadap detail, terutama relevan dalam produksi dengan
skala yang lebih kecil, dan memberikan nilai budaya yang diperkaya oleh tradisi
pembuatan produk secara manual.

Pabrik XYZ merupakan salah satu industri pabrik XYZ pada sektor industri
pangan yang didalamnya terdiri beberapa proses dan menghasilkan beberapa
produk. Salah satu produk yang dihasilkan adalah tempe. Tempe merupakan salah
satu produk yang dapat dihasilkan melalui sebuah industri usaha kecil atau home
industry. Rumah produksi dari usaha ini berlokasi di Jl. Sultan Hasanudin,
Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Pabrik XYZ memperoleh banyak
pemesanan setiap hari nya dengan memproduksi berbagai jenis tempe tergantung
dari permintaan pelanggan (customer).

1
Melalui latar belakang tersebut, penulis akan melakukan penelitian mengenai
proses dari pembuatan tempe yang dilakukan oleh pabrik XYZ. Penulis akan fokus
kepada alat dan bahan yang digunakan pada proses produksi tempe, stasiun kerja
yang dilalui dalam proses pembuatan tempe, serta proses dan jalur distribusi yang
dilakukan oleh usaha tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah untuk penelitian
ini antara lain :

1. Bagaimana pengaruh variasi suhu dan kelembaban terhadap kualitas


fermentasi dalam proses manufaktur produksi tempe?
1 Sejauh mana keberlanjutan proses manufaktur manual dalam produksi
tempe dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas dibandingkan
dengan pendekatan otomatisasi?

1.3 Tujuan
Dalam melaksanakan kegiatan ini, penulis memiliki beberapa tujuan dalam
menulis laporan ini, yakni :

1. Untuk menganalisis dampak variasi suhu dan kelembaban terhadap proses


fermentasi dalam produksi tempe.
2. Untuk Mengevaluasi keberlanjutan dan dampak keterlibatan pekerja dalam
proses manufaktur manual dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
masing-masing pendekatan serta memberikan rekomendasi untuk
meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan dalam konteks
produksi tempe.

1.4 Manfaat

A. Bagi Mahasiswa
1. Meningkatkan pemahaman, wawasan dan pengetahuan dalam
bidang praktik di lapangan kerja.
2. Dapat mengimplementasikan berbagai ilmu yang didapatkan dalam
perkuliahan.

2
3. Untuk memenuhi Satuan Kredit Semester (SKS) yang harus
ditempuh sebagai persyaratan kelulusan.
B. Bagi Perguruan Tinggi
1. Menambah kerja sama antara pihak Home Industry usaha XYZ
dengan Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui isi dari laporan ini penulis membuat sistematika penulisan
supaya memudahkan dalam memberikan gambaran. Berikut ini adalah susunan
proposal kegiatan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan manfaat dari melakukan
kegiatan kunjungan.

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi tentang sejarah, pendiri, pemilik, struktur organisasi serta manajemen


perusahaan tempat dilakukannya kerja praktek.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memberikan penjelasan mengenai tinjauan pustaka yang berisikan


teori-teori dan suatu pemikiran yang dapat digunakan sebagai landasan serta
pemecahan masalah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini terdapat penjelasan mengenai analisis data dan pembahasan
hasil penelitian dengan menggunakan teori - teori yang telah dituangkan.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan juga saran yang diperoleh penulis dari hasil dan
pembahasan.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Proses Manufaktur

Manufaktur dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan dan operasi yang


saling terkait, mencakup aspek desain, pemilihan material, perencanaan, produksi,
penjaminan mutu, manajemen, dan pemasaran. Sebagai elemen penting dalam
pembangunan berkelanjutan, manufaktur berperan dalam memproduksi barang-
barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Proses
manufaktur dapat dianggap sebagai sistem input-output, di mana sumber daya
menjadi input dan mengalami transformasi melalui proses manufaktur menjadi
produk atau produk setengah jadi. Pada umumnya, tujuan jangka panjang
perusahaan, termasuk perusahaan industri manufaktur, menekankan pencapaian
situasi di mana perusahaan dapat terus tumbuh dan berkembang, serta mampu
menghasilkan keuntungan yang wajar.(Sobron & Lubis, 2021).

2.2 Proses Manufaktur Perusahaan Makanan

Proses manufaktur dalam perusahaan makanan merupakan rangkaian langkah


terstruktur yang bertujuan menghasilkan produk makanan dengan kualitas yang
konsisten dan keamanan yang terjamin. Tahapan awal melibatkan perencanaan dan
riset bahan baku, di mana penentuan dan penelitian terhadap kualitas bahan menjadi
krusial. Langkah selanjutnya adalah penerimaan bahan baku dengan penekanan
pada kepatuhan terhadap standar kualitas. Proses pemrosesan bahan baku, termasuk
pencampuran dan penggilingan, diikuti pembentukan produk sesuai resep.
Pengendalian kualitas yang ketat dilakukan pada setiap tahap produksi untuk
memastikan keamanan pangan dan kualitas yang diinginkan. Dari pengemasan
hingga distribusi, setiap langkah harus dilakukan dengan cermat untuk menjaga
kesegaran produk dan memastikan keamanan konsumen (Nurwulan, 2021).

2.3 Produksi Tempe di indonesia

Indonesia, dengan kekayaan alamnya dan luasnya lahan pertanian, memiliki


potensi besar untuk menanam berbagai jenis tanaman yang sangat penting bagi

4
kehidupan masyarakatnya. Contohnya, tanaman padi tumbuh subur di sawah dan
menjadi makanan utama penduduk Indonesia. Selain itu, lahan tegalan
dimanfaatkan untuk menanam berbagai jenis tanaman seperti jagung, kedelai, dan
umbi-umbian, sementara lahan perkebunan biasanya ditanami kelapa sawit. Dari
segi ekonomi, pengolahan kedelai menjadi berbagai produk dapat meningkatkan
nilai jualnya. Jika permintaan untuk hasil olahan kedelai meningkat, hal ini akan
berdampak positif pada harga kedelai dan pada gilirannya, akan meningkatkan
kesejahteraan petani dan penjual kedelai. Selain dari segi ekonomi, hasil olahan
kedelai juga memberikan manfaat kesehatan karena produknya lebih mudah dicerna
dan kaya gizi, berpotensi memberikan dampak positif pada kesehatan tubuh.

Secara khusus di Indonesia, salah satu hasil olahan kedelai yang sangat
populer adalah tempe. Proses transformasi dari kedelai menjadi tempe tidak hanya
memberikan nilai tambah ekonomi, tetapi juga menghasilkan makanan yang
digemari di kalangan masyarakat. Tempe, sebagai produk fermentasi kedelai,
memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan menjadi pilihan favorit banyak orang dalam
konsumsi sehari-hari. Oleh karena itu, transformasi ini menciptakan manfaat
ekonomi, kesehatan, dan keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam
Indonesia (Akmalia et al., 2022).

2.3.1 Pengertian Tempe

Tempe adalah makanan yang familiar bagi masyarakat Indonesia, dikenal


karena kandungan gizinya yang tinggi terutama dalam hal protein. Selain harganya
yang lebih terjangkau dibandingkan sumber protein hewani, tempe juga memiliki
citarasa yang sangat disukai. Awalnya digunakan sebagai lauk pauk, kini tempe
juga telah dikembangkan menjadi makanan ringan. Indonesia menduduki peringkat
sebagai produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di
Asia. Sekitar 50% dari konsumsi kedelai di Indonesia digunakan untuk pembuatan
tempe, 40% untuk tahu, dan 10% untuk produk lainnya seperti tauco dan kecap.
Rata-rata, konsumsi tempe per orang per tahun di Indonesia diperkirakan mencapai
sekitar 6,45 kg (Alvina et al., 2019).

5
2.3.2 Proses Produksi Tempe

Produksi tempe di Indonesia masih dominan dilakukan melalui metode


tradisional, terutama oleh pelaku usaha yang berasal dari kalangan Industri Rumah
Tangga. Mereka menggunakan peralatan dan proses produksi yang cenderung tidak
standar. Kendala utamanya adalah sulitnya bersaing dengan industri yang lebih
besar karena ketidakmampuan menerapkan metode produksi yang modern dan
tidak adanya penerapan sistem kebersihan dan sanitasi yang memadai untuk
menghasilkan produk berkualitas.

Tempe dibuat dari kacang kedelai dengan menggunakan proses tradisional


yang melibatkan rendaman dengan air panas, pencucian dengan air dingin,
penambahan tepung tapioka, dan fermentasi dengan ragi tempe (Rhizopus
oligosporus). Pembungkusan dapat menggunakan daun pisang atau plastik. Proses
pencucian dan perebusan kacang kedelai dilakukan dengan peralatan sederhana
seperti panci dan langseng, sementara untuk pendinginan, digunakan tampah
dengan bantuan kipas angin (Alvina et al., 2019).

Berikut adalah metode tradisional pembuatan tempe :

1. Bersihkan biji kedelai dari benda asing dan cuci dengan air.
2. Rendam kedelai dalam air mendidih selama 12 jam.
3. Cuci kedelai dengan air dingin, aduk hingga kulit keluar dan biji terbelah.
4. Singkirkan kulit yang terkelupas.
5. Kukus kedelai yang sudah bersih selama 30 menit hingga empuk, lalu
tebarkan dalam tampah.
6. Tambahkan tepung tapioka (1 sendok makan untuk setiap kg kedelai) dan
aduk rata.
7. Biarkan suhu mencapai sekitar 30°C.
8. Taburkan ragi tempe (Rhizopus oligosporus) sesuai kebutuhan (10 g/kg
kedelai).
9. Bungkus menggunakan daun pisang atau plastik, tusuk-tusuk plastik dengan
jarum jika menggunakan plastik.
10. Proses fermentasi berlangsung dengan bantuan pembukus, baik
menggunakan plastik atau daun pisang sebagai bungkus.

6
2.3.3 Mesin Produksi Tempe

Unit Usaha Tempe XYZ meningkatkan efisiensi proses pembuatan tempe


dengan memanfaatkan teknologi terbaru pada mesin pengupas kedelai. Mereka
beralih dari metode tradisional dengan mesin menggunakan teknologi poros berulir
(screw), yang memiliki permukaan kontak lebih tinggi dibandingkan dengan mesin
generasi sebelumnya yang menggunakan sistem disk berputar dan plat diam. Mesin
baru ini, dilengkapi dengan beberapa komponen seperti bodi, poros berulir, puli-V
aluminium cor, bak penampung, saluran keluar dari logam paduan alumunium dan
baja tahan karat, poros dari baja karbon, sabuk-V, bantalan, dan rangka profil besi
siku yang disesuaikan untuk kebutuhan produksi 10-100 kg/jam. Mesin ini dapat
meningkatkan produktivitas dan kebersihan dalam pembuatan tempe di XYZ, dan
juga cocok digunakan untuk industri tempe skala rumah tangga dengan pilihan
tenaga manusia, elektromotor, atau mesin pembakaran dalam sesuai dengan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia. Himarosa et al., 2022).

Gambar 2.1 Mesin Pengupas Tempe

7
Proses pembuatan tempe (Raharja et al., 2012) :
1. Perendaman
Sebelum proses perendaman, langkah awal yang dilakukan adalah
mencuci kedelai untuk menghilangkan kotoran dan benda-benda asing yang
menempel. Setelah pencucian, bahan kemudian dibersihkan melalui pembilasan
sebanyak tiga kali. Pembersihan ini menjadi tahap kritis untuk menciptakan tahu
dengan cita rasa yang diinginkan, warna yang cerah, dan umur simpan yang lebih
panjang.

Selanjutnya, kedelai direndam dalam air selama 2-3 jam menggunakan


bak-bak plastik. Indikator selesai perendaman adalah saat berat kedelai
mencapai 2,2 kali lipat dari berat semula. Sebagai contoh, apabila UD. Cinta Sari
mengolah 32 kg kedelai dalam satu batch, berat setelah perendaman mencapai
70 kg, dan volumenya mengembang menjadi 2,4 kali lipat dari volume awal.

2. Penggilingan
Penggilingan kedelai dilakukan setelah dilakukan perendaman dengan
cara memasukkan kedelai kedalam mesin penggiling kedelai secara bertahap
dimana proses penggilingan ini memerlukan waktu selama 20 menit. Selama
proses penggilingan kedelai sesekai diberi air untuk mempermudah
penggilingan. Penggilingan dilakukan dengan tujuan untuk memecah biji
kedelai menjadi 2 bagian sekaligus memisahkan kulit kedelai.
3. Pencucian
Setelah dilakukan penggilingan langkah selanjutnya adalah pencucian
kedelai yang telah terpecah dengan air mengalir kemudian kedelai ditiriskan.
Pencucian kedelai bermaksud untuk memisahkan kulit kedelai dari kacang kedelai
dan membersihkan kedelai dari sisa kotoran yang masih menempel.
4. Perebusan
Perebusan kedelai dilakukan hingga kedelai benar-benar matang dengan
lama perebusan yakni selama 30 menit. Perebusan kedelai dilakukan dengan
memanfaatkan uap panas yang dialirkan melalui pipa-pipa yang terhubung dengan
ketel. Ketel dipanaskan menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakarnya.

8
5. Pemberian Ragi
Kedelai yang telah digiling dipindahkan dari wadah perebus ke lantai yang
telah dilapisi dengan kain bersih. Sebelum diberi ragi, kedelai harus didiamkan
terlebih dahulu hingga kedelai menjadi lebih dingin dengan waktu satu jam yang
dibantu dengan kipas angin, hal ini bertujuan agar ragi tidak rusak dan dapat
berfermentasi dengan baik. Kedelai ditaburkan ragi secukupnya sambil terus
diaduk rata agar tempe yang dihasilkan sempurna
6. Pengemasan
Setelah diberi ragi dan didiamkan, Langkah selanjutnya adalah pengemasan.
Pengemasan dapat berlangsung hingga 3 jam termasuk penyusunan tempe di rak-
rak yang telah disediakan. Kedelai tersebut dimasukkan ke dalam plastik yang
telah diberi lubang-lubang kecil. Lubang-lubang kecil ini akan membantu
sirkulasi udara dan mendukung pertumbuhan bakteri hingga kedelai menjadi
tempe. Masukkan kedelai secukupnya kedalam plastik sesuai dengan jenis
kemasan. Kemasan jenis lonjong berisi 400 gram kedelai, tempe kemasan 500
gram berisi 250 gram kedelai dan tempe kemasan 250 gram berisi 150 gram
kedelai. lalu ikat ujung plastik dan ada pula yang dibakar untuk merekatkan ujung
kemasan. Selanjutnya susun kedelai yang telah bungkus di rak yang telah
disediakan selama kurang lebih 24 jam hingga menjadi tempe yang dapat
dikonsumsi. tidak hanya tempe yang telah jadi, tetapi tempe yang masih mentah
juga dibeli oleh pelanggan. Berikut gambar dari skema proses produksi tempe :

Gambar 2 2 Siklus Produksi Tempe

9
2.4 Peta Proses Operasi

Pemetaan proses merupakan representasi visual dari serangkaian aktivitas


yang dilakukan oleh suatu organisasi. Tujuannya adalah untuk secara jelas dan
eksplisit menunjukkan bagaimana pekerjaan di dalam organisasi tersebut
dilaksanakan (Robert Damelio, 1996). Melalui pemetaan proses, suatu organisasi
memiliki dokumentasi mengenai berbagai kegiatan yang dilakukan,
memungkinkan analisis pekerjaan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Hal
ini dilakukan dengan mengidentifikasi potensi pengurangan waktu proses,
mengurangi cacat produk, mereduksi biaya, menghilangkan tahapan proses yang
tidak memberikan nilai tambah, meningkatkan produktivitas, serta mempermudah
pengukuran kinerja.(Diyah, 2009)

Gambar 2.3 Peta Proses Operasi

10
BAB III
METODOLOGI PENELTIAN

3.1 Alat dan Bahan


Dibawah ini merupakan alat dan bahan yang digunakan dalam membuat
tempe di home industry pabrik XYZ

1. Kacang Kedelai

Gambar 3.1 Kacang Kedelai

2. Ragi

Gambar 3.2 Ragi

3. Pengupas kulit kacang kedelai

Gambar 3.3 Mesin Pengupas Kulit Kedelai

9
4. Dandang rebusan

Gambar 3.4 Dandang Rebusan

5. Tong air

Gambar 3.5 Tong Air

6. Saringan dan drum

Gambar 3.6 Saringan dan Drum

10
3.2 Diagram Alir Pengamatan
Berikut ini merupakan diagram alir dari pelaksanaan produksi tempe.

Gambar 3.7 Diagram Alir Pengamatan

3.3 Alur Pengamatan


Pada saat melakukan penelitian, terdapat beberapa langkah yang dapat
dilakukan, yaitu :

1. Sebelum melakukan kunjungan ke lokasi objek penelitian, peneliti wajib


mengajukan izin kunjungan kepada pemilik usaha dari objek penelitian
terpilih. Dalam laporan ini, penulis memilih lokasi pabrik produksi tempe.
2. Lakukan pengamatan secara teliti dan cermat pada seluruh aspek
lingkungan kerja yang menjadi kebutuhan penelitian yang terdapat pada
lokasi objek penelitian.
3. Setelah dilakukan observasi atau pengamatan lingkungan kerja, peneliti
mengamati proses pembuatan tempe dimulai dari bahan mentah berupa
kacang kedelai yang kemudian menjadi bahan jadi yaitu tempe.
4. Selain melakukan pengamatan, peneliti melakukan wawancara secara
langsung dengan pemilik usaha untuk mengetahui segala hal mengenai

11
produksi dan distribusi output pabrik tersebut seperti jumlah produksi per
periode, waktu yang dihabiskan dalam satu kali produksi, lokasi distribusi
produk, dan lain sebagainya.
5. Setelah seluruh data terkumpul, peneliti melakukan pemeriksaan
kecukupan data berupa verifikasi data untuk selanjutnya ke tahap
berikutnya.
6. Setelah data dirasa cukup, selanjutnya peneliti membuat laporan berupa
tulisan.
7. Sebelum menuju tahap akhir penulisan laporan, penulis atau peneliti
melakukan bimbingan kepada dosen terkait untuk mengetahui kekurangan
yang terdapat pada laporan.
8. Jika terdapat kesalahan, penulis akan melakukan perbaikan penulisan
segera.
9. Setelah laporan pengamatan selesai dibuat, penulis atau peneliti
melakukan presentasi dihadapan dosen terkait untuk memperlihatkan hasil
tugas akhir yang telah dilakukan.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Peta Proses Operasi

Berdasarkan peta proses diatas dapat diketahui bahwa pada proses


pembuatan tempe di usaha XYZ terbagi atas 3 stasiun kerja yaitu proses pengolahan
bahan baku, proses peragian, dan proses fermentasi hingga pengemasan. Setiap
stasiun kerja memiliki proses kerja masing-masing yang disertakan dengan lamanya
waktu pengerjaan proses kerja tersebut. Pada proses pembuatan tempe tersebut
dapat dilihat bahwa pembuatan tempe terbagi atas beberapa proses pengerjaan,
pemeriksaan, dan proses menunggu. Secara keseluruhan pada proses pembuatan
tempe di usaha XYZ menghabiskan waktu produksi sebanyak 1 hari 7 jam 4 menit.

4.2 Mesin yang Digunakan


Pada proses produksi tempe di usaha XYZ beberapa proses kerja dilakukan
dengan menggunakan alat berupa tangki rebus dan mesin pengupas kulit kacang
kedelai.

4.2.1 Mesin Pengupas Kulit Kacang Kedelai

24
Gambar 4.1 Mesin Pengupas Kulit Kacang Kedelai

Proses kerja selanjutnya yang menggunakan alat adalah proses penggilingan


kedelai, proses ini dilakukan setelah kedelai direbus. Proses penggilingan kedelai
ini bertujuan untuk memisahkan butir-butir kedelai menjadi dua bagian dan
memisahkan kedelai dari kulitnya. Kedelai akan digiling dengan menggunakan
mesin selama 2 jam. Setelah itu proses kerja akan berlanjut ke tahap berikutnya.

25
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan diperoleh penulis pada bab sebelumnya berikut
adalah kesimpulan yang penulis dapat, yakni :

1. Variasi suhu dan kelembaban memengaruhi kualitas fermentasi tempe.


Suhu optimal mempercepat fermentasi, tetapi perlu dijaga agar tidak
berlebihan. Kelembaban yang tepat menjaga tekstur dan mencegah
kontaminasi, namun kelembaban berlebih bisa menyebabkan pembusukan.
Keseimbangan suhu dan kelembaban kunci untuk tempe berkualitas.
Pemantauan cermat selama produksi penting untuk hasil yang sesuai standar
kualitas.
2. Proses membuat tempe secara manual bisa mempertahankan tradisi, tapi
mungkin kurang efisien dan produktif karena tergantung pada pekerja
manusia dan lebih lambat. Sebaliknya, otomatisasi bisa membuat produksi
lebih efisien dan cepat dengan pengawasan yang ketat, meski membutuhkan
biaya awal yang tinggi. Keputusan antara cara manual atau otomatis harus
mempertimbangkan seimbang antara tradisi dan peningkatan efisiensi
produksi tempe.

5.2 Saran

Seharusnya sebelum menerima karyawan, mitra terlebih dahulu melakukan


training terhadap karyawan untuk meningkatkan keterampilan karyanya dan proses
pembuatan tempe seharusnya dibuat tempat yang cukup luas agar tidak menganggu
konsentrasi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Akmalia, D., Furqon, I. K., & Mutmainah, I. (2022). PROSES PRODUKSI TEMPE
DITINJAU DARI EKONOMI ISLAM (Studi Komperatif Home Industry
Bapak Ba’i Dan Bapak Randat Di Desa. Sahmiyya, 1, 113–123.

Alvina, A., Hamdani, D. H., & Jumiono, A. (2019). Proses Pembuatan Tempe
Tradisional. Jurnal Ilmiah Pangan Halal, 1(1), 9–12.
https://doi.org/10.30997/jiph.v1i1.2004

Diyah, A. C. S. (2009). Pemetaan Proses Dalam Pemodelan Proses Bisnis. Fakultas


Ilmu Komputer, Progam Studi Sistem Informasi Institut Informatika Dan
Bisnis Darmajaya, 14.

Himarosa, R. A., Sudarisman, S., Bisandyaloka, A., & Sofyantoro, F. (2022).


Pengembangan Unit Usaha Tempe melalui Aplikasi Mesin Giling Kedelai
Teknologi Screw. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 7(2), 298–307.
https://doi.org/10.30653/002.202272.72

Masniar, M., & Asmuruf, S. (2021). Analisis Uji Petik Kerja (Work Sampling) Pada
Proses Produksi Keripik Keladi Karmila Di Kota Sorong. Metode : Jurnal
Teknik Industri, 7(1), 42–49. https://doi.org/10.33506/mt.v7i1.1650

Nurwulan, N. R. (2021). Penerapan Lean Manufacturing di Industri Makanan dan


Minuman : Kajian Literatur. Jurnal IKRA-ITH Ekonomika, 4(2), 62–68.

Raharja, S., Munarso, S. J., & Puspitasari, D. (2012). Perbaikan dan Evaluasi
Penerapan Sistem Manajemen Mutu pada. Perbaikan Dan Evaluasi
Penerapan Sistem Manajemen Mutu Pada Industri Tahu, 7(1), 28–36.

Sobron, M., & Lubis. (2021). Implementasi Artificial Intelligence Pada System
Manufaktur Terpadu. Seminar Nasional Teknik (SEMNASTEK) UISU, 4(1),
1–7.

25

Anda mungkin juga menyukai