Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pelaksanaan Kerja Praktek yang berjudul “Analisis Pengendalian Mutu
Tepung Segitiga Biru (Kadar Moisture dan Ash) di PT Indofood Sukses
Makmur Tbk. Divisi Bogasari Flour Mills Jakarta (Studi Kasus : Milling
Group IV)”. Laporan Kerja Praktek ini disusun untuk memenuhi salah satu
mata kuliah wajib yang ditempuh oleh mahasiswa sebagai syarat kelulusan
akademik Program Studi Manajemen Rekayasa, Institut Teknologi Del.
Laporan ini disusun berdasarkan pembelajaran yang diperoleh dari kerja
praktek yang dibimbing oleh pihak perusahaan maupun pihak kampus
selama periode 01 Juli s.d. 31 Agustus 2023.
Kelancaran pelaksanaan kerja praktek serta menyelesaikan laposan
kerja praktek ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan
selama Kerja Praktek.
2. Bapak Dr. Arnaldo Marulitua Sinaga, S.T., M.InfoTech. selaku
Rektor Institut Teknologi Del.
3. Ibu Dr. Fitriani Tupa Ronauli Silalahi, S.Si., M.Si. selaku Dekan
Fakultas Manajemen Rekayasa Institut Teknologi Del.
4. Bapak Josua Boyke William Jawak, S.T., M.Ds selaku Kepala
Program Studi Manajemen Rekayasa Institut Teknologi Del dan
Koordinator Kerja Praktek.
5. Bapak Samuel Niko Saripson P. Simamora,S.T.,MAB selaku Dosen
Pembimbing.
6. Bapak Triyono selaku manager produksi mill wilayah IV dan juga
Pembimbing Lapangan yang memberikan pembelajaran dan
bimbingan selama Praktek Kerja Lapangan.
7. Bapak Danu, Bapak Wahyu, Bapak Tarwanto, Bapak Budi, Bapak
Wisnu, Bapak Yunus, Bapak Rosyid dan Bapak Maslan selaku
miller produksi wilayah IV yang telah membantu penulis dalam
memberikan pembelajaran dan bimbingan selama Praktek Kerja
Lapangan.
8. Bapak Operator di mill wilayah IV yang membantu penulis dan
memberikan pembelajaran selama Praktek Kerja Lapangan.
ii
9. Bapak Thimoteus Da Gomez selaku Public Relation di PT ISM Tbk.
Divisi Bogasari Flour Mills Jakarta yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan.
10. Ibu Melva Hutagalung selaku pihak yang mendukung kelancaran
proses kerja praktek.
11. Seluruh karyawan PT ISM Tbk. Divisi Bogasari Flour Mills Jakarta
yang sudah memberi banyak dukungan bagi penulis dalam
pengumpulan data.
12. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun
secara tidak langsung membantu selama Kerja Praktek dalam
penulisan laporan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3.1.2. Batasan Masalah .................................................................................28
3.2. Data Pendukung ....................................................................................... 28
3.3. Pendekatan dalam Pemecahan Masalah ................................................ 37
3.3.1. Diagram Alir .......................................................................................37
BAB IV PEMECAHAN MASALAH ............................................................... 41
4.1. Pengumpulan dan Pengolahan Data....................................................... 41
4.1.1. Pengumpulan data dan Pengolahan Data ........................................41
4.1.2. Analisis Data........................................................................................48
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 60
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 60
5.2. Saran ...................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... viii
LAMPIRAN ........................................................................................................... x
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Quality guide Segitiga Biru ........................................................... 27
Tabel 2. Data Moisture dan Ash pada Mill MNO ........................................ 28
Tabel 3. Rating Severity............................................................................... 46
Tabel 4. Rating Occurance .......................................................................... 47
Tabel 5. Rating Detection ............................................................................ 47
Tabel 6. Data Defect Moisture dan Ash....................................................... 49
Tabel 7. Nilai Capability ............................................................................. 53
Tabel 8. Analisis DPMO.............................................................................. 54
Tabel 9. Rekomendasi Improve ................................................................... 58
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2023 yang berada pada unit kerja Milling Group IV (Mill MNO), aktivitas yang
dilakukan adalah dimulai dari pemesanan gandum yang dibutuhkan dengan
melakukan perhitungan terlebih dahulu berdasarkan RTP (Rancangan dan Target
Produksi Mingguan) yang telah diberikan setiap Jumat oleh pihak PPIC. Setelah
order, maka akan dilakukan pembersihan (Pre-Cleaning) dan dilanjutkan pengairan
pada gandum supaya mudah di gilling nantinya. Setelah itu akan dilakukan
pendiaman gandum setelah diberikan air dan dilakukan pembersihan. Dan proses
selanjutnya akan dialihkan pada mesin roll break dan dilakukan pengayakan.
Para pekerja memiliki job desk masing-masing dimana akan dipantau
langsung oleh Pak Triyono sebagai manajer (Head Miller) dan Asisten Manajer.
Selanjutnya di lapangan akan dipantau langsung oleh Miller dimana bekerja sama
dengan foreman dan operator. Dengan demikian, mahasiswa diharapkan untuk
belajar mulai dari proses cleaning sampai dengan proses penggilingan tepung dan
juga proses dalam pengujian kadar moisture (kadar air) pada gandum maupun
tepung.
2
3. Sebagai perusahaan rekomendasi untuk melaksanakan Kerja Praktek
selanjutnya bagi mahasiswa selanjutnya.
BAB I Pendahuluan
BAB V Penutup
3
Pada bagian ini merupakan bagian terakhir dari laporan kerja praktek. Pada
bagian ini juga akan ditarik kesimpulan yang memaparkan hasil dari pembahasan
pada BAB IV sebelumnya. Selain itu, saran juga dicantumkan oleh penulis
sebagai pandangan yang perlu ditambahkan sebagai hasil dari pemecahan masalah
yang telah dilakukan.
4
BAB II
DESKRIPSI OBJEK KERJA PRAKTEK
5
2.1.2. Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi Perusahaan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Divisi Bogasari Flour Mills memiliki visi
yaitu “Menjadi Perusahaan terkemuka dari penyedia produk tepung-tepungan
berkualitas premium dan bernilai tinggi termasuk jasa terkait yang terintegrasi.”
b. Misi Perusahaan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Divisi Bogasari Flour Mills memiliki misi
dalam mencapai visi yaitu sebagai berikut:
Batas wilayah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Divisi Bogasari Flour
Mills adalah:
6
Gambar 1. Lokasi PT ISM Divisi Bogasari
(Sumber:Data Perusahaan)
7
2.2.1. Tepung High Protein
Dikatakan sebagai tepung dengan kandungan protein yang tinggi dikarenakan
proses penggilingan dengan menggunakan gandum hard dengan kandungan protein
minimal 12%. Akibat dari tingginya protein tersebut, tepung yang akan dihasilkan
sangat cocok digunakan jika pembuatan roti dan mie karena memiliki kandungan
gluten yang tinggi dengan sifat elastis sehingga roti akan mengembang dan mie juga
tidak mudah putus. Jenis tepung dengan protein tinggi yang dihasilkan adalah
sebagai berikut.
1. Cakra Kembar
Cakra kembar merupakan salah satu jenis tepung yang dipasarkan
secara lokal dan mudah ditemukan di pasaran. Tepung tersebut
menggunakan hard wheat dengan kadar protein minimal 13% dB. Untuk
kadar ash maksimal 0,64% dB dan kadar moisture maksimal 14,5% dB.
Pada umumnya, tepung cakra kembar digunakan dalam pembuatan roti dan
mie. Tepung cakra kembar tersedia dalam kemasan 1 kg dan 25 kg yang
ditunjukkan pada gambar sebagai berikut.
8
2.2.2. Tepung Medium Protein
Dikatakan sebagai tepung medium dikarenakan adanya pencampuran antara
hard wheat dengan soft wheat. Kandungan protein pada tepung tersebut berada pada
rentang 10-11% dB. Contoh tepung yang dihasilkan adalah dengan brand segitiga
biru yang multifungsi seperti cake, muffin, dan wafer.
1. Segitiga Biru
Kandungan protein yang digunakan pada tepung segitiga biru adalah
berada pada rentang 10,5%-11,5% dengan kadar moisture minimal 14.3%
dB dan rentang konten ash berada pada 0,63-0,64% dB menghasilkan sifat
glutennya sedang yang digunakan pada berbagai produk (multifungsi).
Tepung segitiga biru mudah ditemukan di minimarket, supermarket,
maupun di pasar tradisional. Untuk kemasan tepung segitiga biru tersedia
dalam 500 gram, 1 kg dan 25 kg seperti pada gambar di bawah ini.
9
Gambar 6. Lencana Merah
2. Kunci Biru
Di pasaran tepung kunci biru sudah menyebar ke seluruh Indonesia
dimana digunakan untuk makanan kering seperti biskuit, krupuk, dll. Kadar
moisture yang digunakan adalah maksimal 14% , kadar ash maksimal
0,64% dB, dan kadar protein maksimal 11% dB. Tepung kunci biru yang
diproduksi dan dikemas dengan ukuran 1 kg dan 25 kg sebagai berikut.
3. Payung
Tepung dengan brand Payung digunakan pada kue kering dengan
jumlah banyak dimana memiliki kadar protein 8-9% dB. Tepung tersebut
tersedia dalam kemasan 25 kg seperti pada gambar di bawah ini.
10
menerima permintaan khusus konsumen yang akan diekspor ke luar negeri seperti
negara Thailand, Philipina, Korea Selatan, dll. Beberapa jenis tepung khusus yang
lebih dikenal sebagai tepung spesial yang diproduksi dengan brand Purity, Purity
Black, dan lain-lain.
11
2.2.5. By Product
1. Bran
Bran dikenal sebagai hasil dari tailing bran finisher yang ukurannya relatif
lebih besar dengan tekstur lebih kasar. Pada dihasilkan dari hasil pemisahan
endosperm ketika proses penggilingan dilakukan. Bran tersebut akan
dipergunakan untuk pakan ternak yang besar seperti sapi, kuda, kambing, dll.
Untuk nama bran-nya diberikan nama dengan ‘Kepala Kuda’.
2. Pollard
Pollard yang merupakan hasil dari penggilingan yang ukurannya lebih kecil
dibandingkan dengan bran. Selain itu, nilai protein pada pollard lebih baik
dibandingkan pada bran. Pemanfaatan pollard digunakan sebagai pakan ternak
sapi maupun ternak kecil seperti unggas. Dipasaran pollard dijual dengan
karung ukuran 25 kg dengan merk dagang ‘Cap Angsa’.
3. Industry Flour
Industry Flour merupakan tepung dari hasil proses reduction di roller dengan
kandungan yang hampir sama dengan tepung terigu namun sticky. Industry
Flour memiliki kandungan warna kecoklatan (dominan ke gelap) dengan kadar
abu yang cukup tinggi. Biasanya by product tersebut digunakan sebagai bahan
dasar dari pembuatan lem kayu dan juga pakan ikan dan udang. Kemasan yang
digunakan adalah 25 kg dengan merek ‘Anggrek’ dan dengan ukuran 50 kg
dengan nama ‘Arwana’.
4. Pellet
Pellet dikenal sebagai bahan makanan untuk ternak yang merupakan produk
samping dari proses pengolahan gandum yang dicampur lalu di press
menggunakan proses uap (steam). Proses press dilakukan untuk menghemat
ruang. Setelah dilakukan penekanan, maka akan dilakukan pendinginan supaya
antar pellet yang telah di cetak tidak menempel satu sama lain dan juga terjadi
penurunan kadar air. Ukuran pelet yang dicetak berbentuk silinder dengan
diameter 8 mm dan panjang 3-4 cm. Pelet tersebut akan disebarkan
menggunakan bulk truck dengan merek “Kepala Sapi” dan diekspor ke negara
Jepang dan Korea Selatan.
12
Gambar 10. Flow Process General Bogasari
13
Gambar 11. OPC Proses Cleaning
14
Gambar 12. OPC Proses Milling
15
Supplier Input Process Output Customer
Pemasok Bahan Baku Gandum dari Gandum dimasukkan ke mesin separator. Gandum sudah terpisah dari
Durum Wheat (Gandum sangat keras) First
Negara Kanada Kemudian dilanjutkan ke mesin raw wheat bin. impurities yang berukuran
Cleaning
besar
Pemasok Bahan Baku Gandum dari
Soft Wheat (Gandum Lunak)
Negara Brazil
Pemasok Bahan Baku Gandum dari
Mesin Separator
Negara India
Pemasok Bahan Baku Gandum dari Gandum yang sudah terpisah dari
First Cleaning
Negara Argentine impurities berukuran besar
Mesin magnet separator 1. Gandum masuk ke mesin magnet separator
Mesin weigher 2. Gandum ditimbang pada weigher
Mesin Separator 3. Gandum masuk ke mesin Tarrara Clasifier Gandum yang sudah
Mesin Tarrara Clasifier (TRC) 4. Gandum masuk ke mesin separator dipisahkan dari benda yang First
tidak digunakan sebagai bahan Tempering
5. Gandum masuk ke mesin dry stoner dan
Mesin Dry Stoner baku tepung
sebagian ke Triuer
6. Gandum masuk ke mesin Scourer dan akan
Mesin Triuer
masuk ke mesin Tarrara
Mesin Scourer
7. Pengiriman gandum ke area first tempering
Mesin Tarrara (TRR)
Gandum yang sudah dibersihkan First Tempering
Gandum diberikan penambahan air 70% lalu Gandum yang sudah meresap Second
ditunggu hingga air meresap ke dalam gandum.
Mesin splitter dengan penambahan air 70% Tempering
Lalu dimasukkan ke area second tempering
melalui mesin splitter
Gandum yang sudah meresap dengan Gandum yang sudah meresap
1. Penambahan air 30% ke gandum
penambahan air 70% dengan air yang sudah
Second
2. Gandum memasuki waktu conditioning ditambahkan sebanyak
Cleaning
Mesin splitter 3. Pengiriman gandum ke area second 70%+30% sehingga menjadi
tempering melalui splitter 100%
16
Gambar 14. Business Model Canvas (BMC)
PT. ISM Bogasari Flour Mills memperoleh bahan baku gandum 100% dari
negara lain melalui asosiasi pedagang biji gandum internasional. Negara-negara
sumber bahan baku gandum diantaranya adalah Australia, Kanada, India dan lain-
lain. Dalam proses produksi, tiap minggunya para manager yang terkait akan
mengadakan rapat dalam menentukan Rencana Target Produksi (RTP) mingguan.
Jenis atau varietas gandum yang akan diimpor ditentukan berdasarkan RTP
tersebut.
17
menuju wheat silo dan pemasukan gandum ke dalam wheat silo sebagai tempat
penyimpanan biji gandum. Penyimpanan gandum di wheat silo akan dipisahkan
sesuai dengan jenis, spesifikasi serta nilai mutu masing-masing gandum termasuk
pemisahan untuk jenis gandum yang sama namun kapal kedatangan yang berbeda
akan dipisahkan juga di wheat silo. Kontrol mutu dilakukan sebulan sekali dengan
melakukan pengecekan secara visual yaitu kutu, bau serta kerusakan atas silo dan
bawah silo.
Gandum akan diproduksi menjadi tepung terigu akan ditransfer dari wheat
silo ke raw wheat bin yang ada di mill. Namun, dalam gandum yang ditransfer dari
wheat silo masih terdapat impurities atau bahan pengotor selain gandum yang ikut
bersama gandum. Oleh karena itu, dilakukan proses cleaning untuk memisahkan
impurities untuk menghasilkan gandum yang berkualitas baik. Impurities yang
terdapat dalam gandum diantaranya adalah barley, kedelai, jagung, sunflower seed,
gandum pecah, gandum kopong, gandum busuk, batu, benda logam, kayu, pasir,
plastik dan lain-lain.
Dalam proses cleaning terdapat beberapa tahap yaitu dimulai dari Pre-
Cleaning, First Cleaning, Contioning dan Secon d Cleaning.
1. Pre-Cleaning
Alat yang digunakan dalam proses pre-cleaning adalah drum separator. Drum
separator bekerja berdasarkan perbedaan ukuran, vibrasi dan sudut kemiringan.
Gandum yang telah dipisahkan dari impurities akan didorong masuk keluar menuju
18
Raw Wheat Bin melalui screw conveyor dan masuk ke dalam raw wheat bin melalui
chain conveyor. Raw Wheat Bin adalah tempat penyimpanan gandum gristing yang
akan digunakan pada proses penggilingan.
2. First Cleaning
First Cleaning merupakan proses pembersihan yang dimulai dari raw wheat
bin hingga ke tempering bin. Tujuannya adalah memisahkan gandum dari material
lain yang mempengaruhi mutu produk. Gandum yang di simpan dikeluarkan
menggunakan alat volumetric (penakar) yaitu FCC/FCA. FCC ini berfungsi dalam
mengatur kapasitas gandum dan alat pencampur beberapa gandum sesuai dengan
campuran gandum yang akan digiling sehingga terjadi proses gristing gandum.
Gandum yang dikeluarkan dari Raw Wheat Bin akan dibawa oleh conveyor
dan bucket elevator untuk melewati magnetic separator yang berfungsi untuk
memisahkan material yang bersifat logam dari gandum. Selanjutnya, gandum akan
masuk ke dalam hopper. Hopper adalah tempat penampungan sementara gandum
sebelum masuk ke weight (timbangan). Untuk sekali gandum yang masuk ke weight
adalah sebanyak 100 kg. Gandum yang telah ditimbang kemudian akan masuk ke
separator untuk memisahkan gandum dengan offal berdasarkan ukuran. Separator
memiliki dua lapisan ayakan yaitu ayakan atas dan ayakan bawah. Untuk ayakan
atas akan memisahkan gandum dari offal yang lebih besar (batang, biji-bjian dan
lainnya) dan ayakan bawah akan memisahkan offal yang berukuran lebih kecil
daripada gandum.
19
1. Produk Berat (gandum berat, batu), untuk pass thorough dari ayakan
ini akan masuk ke dry stoner.
2. Produk Ringan (gandum ringan, broken wheat, blackseed), untuk
pass thorough dari proses ini akan masuk ke dalam Trieur.
Produk akan masuk ke mesin scourer. Scourer adalah mesin yang berfungsi
dalam membersihkan gandum dari kotoran yang menempel pada permukaan
gandum dengan cara memoles gandum pada permukaan ayakan. Cara kerja mesin
scourer adalah gesekan dimana gesekan yang terjadi adalah gesekan gandum
dengan gandum, gesekan gandum dengan beater dan gesekan gandum dengan
ayakan. Produk yang telah dibersihkan kemudian akan masuk ke Tarrara (TRR).
TRR berfungsi dalam menghilangkan kotoran gandum yang memiliki berat lebih
ringan seperti debu, gandum kopong dan impurities kecil lainnya. Kemudian
gandum dialirkan ke dalam buffer bin yang berfungsi sebagai tempat penyimpannan
sementara sebagai persiapan dalam conditioning time.
3. Conditioning
𝑀2 + 𝑀1
𝑊= × 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐺𝑎𝑛𝑑𝑢𝑚
100% − 𝑀2
Dimana:
20
M2 = Target moisture
M1 = Initial moisture
4. Second Cleaning
Milling adalah proses pemisahan endosperm dari bran dan germ sekaligus
mereduksi endosperm menjadi tepung terigu dengan nilai ekstraksi tinggi, namun
dengan kadar abu yang rendah serta dengan nilai kualitas produk yang sesuai
dengan quality guide. Persentase ekstraksi yang diharapkan yaitu 76-78,5% dan
sisanya adalah by product berupa bran, pollard dan industrial flour.
21
biji gandum dapat pecah menjadi ukuran yang lebih kecil. Breaking system
berlangsung melalui 5 tahapan yaitu dari B1 sampai dengan B5.
2) Purification System, Purification system adalah proses yang bertujuan
membersihkan semolina dimana semolina adalah tepung yang masih memiliki
ukuran yang lebih besar dari ukuran tepung terigu dari kulit atau bran yang masih
menempel.
3) Reduction System, Reduction system adalah proses yang bertujuan untuk
mengecilkan granulasi endosperm hasil proses pemecahan menjadi tepung dengan
pemberian tenaga sekecil mungkin. Proses reduksi dilakukan untuk:
a) Mengubah semolina menjadi middling agar mudah direduksi menjadi
tepung.
b) Mereduksi middling menjadi tepung.
c) Mereduksi middling yang bercampur dengan bran.
1) Sizing process adalah proses yang mereduksi semolina menjadi middling dan
tepung.
2) Middling process adalah proses yang mereduksi middling menjadi tepung.
Biasanya produk yang jadi bahan baku adalah hasil dari proses sizing.
3) Tailing process adalah proses yang mereduksi middling yang bercampur dengan
bran menjadi tepung dan memisahkan germ dengan cara menekan germ menjadi
flat.
6. Packing
Tepung terigu yang sudah memenuhi standar akan siap di packing oleh
departemen Flour Mixing and Packaging (FMP), departemen Flour Silo Bulk
Packing. Flour Mixing bertugas dalam memproduksi tepung special dimana pada
22
proses packing nantinya pada tepung akan ditambahkan beberapa komponen seperti
vitamin, mineral. FMP bekerja dengan mencampur segala bahan tambahan yang
ingin ditambahkan dengan system kerja seperti mixer. Kemudian setelah komponen
tambahan telah dicampur maka tepung siap untuk dikemas. Untuk kemasan 500 gr,
1 kg dan 5 kg menggunakan kemasan dari plastik. Namun, untuk kemasan 25 kg
sudah menggunakan kemasan biodegradable.
Mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi gandum menjadi tepung terigu
adalah:
23
13. Sifter, Berfungsi untuk mengayak dan memisahkan produk berdasarkan
granulasinya. Setiap sifter memiliki 24-27 ayakan dengan ukuran yang
berbeda-beda.
14. Purifier, Purifier berfungsi untuk memisahkan semolina dari bran.
15. Bran Finisher, Berfungsi untuk memaksimalkan banyaknya tepung yang
dihasilkan dimana alat ini berfungsi untuk memisahkan bran dari sisa-sisa
endosperm yang masih melekat pada bran.
16. Vibro Finisher, Berfungsi untuk memisahkan tepung yang lengket hasil dari
bran finisher maupung penyaring.
17. Rebolt Sifter, Berfungsi sebagai safety untuk tepung bahwa tepung yang
dihasilkan tidak mengandung material lainnya.
24
akan memiliki tanggung jawab terhadap satu bidang, Di PT ISM Tbk. Divisi
Bogasari Flour Mills terdiri dari empat bidang yaitu bidang commercial, bidang
manufacturing, bidang human resources, dan bidang finance. Terkhusus untuk
bidang manufacturing, terdapat tiga divisi yaitu divisi operation, divisi technical
support, dan bidang Quality Product Planning and Development. Masing-masing
divisi tersebut akan dipimpin oleh satu orang vice president dimana dibantu oleh
manajer departemen masing-masing. Secara lebih jelas, berikut penjelasan terkait
masing-masing divisi dalam bidang manufacturing.
25
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN TEORI PENDUKUNG
Oleh sebab itu, menimbang ada beberapa jenis produk yang dikeluarkan oleh
Perusahaan Bogasari sendiri diantaranya ada Cakra Kembar, Kunci Biru, Payung,
Lencana Merah dan Segitiga Biru. Kami tertarik dalam menganalisis pengendalian
mutu pada tepung terigu Segitiga Biru yaitu untuk kadar Ash dan Moisture. Hal ini
dikarenakan tepung Segitiga Biru adalah tepung serbaguna yang sering digunakan
Masyarakat dan banyak tersebar dipasaran dikarenakan harga dari tepung masih
cukup terjangkau. Analisis pengendalian mutu Ash dan Moisture dilakukan
berdasarkan beberapa pertimbangan bahwa pada Perusahaan quality control yang
26
dilakukan pada tepung terigu yaitu ash, protein dan moisture. Namun dalam
penelitian ini, kami menganalisis untuk ash dan moisture. Untuk kadar protein pada
tepung sudah ditentukan berdasarkan gristing gandum yang dikeluarkan pada
Rencana Target Produksi (RTP) yang dikeluarkan PPIC. Oleh sebab itu,
pengendalian mutu dilakukan untuk kadar Ash dan Moisture pada tepung terigu.
Nilai Quality guide yang ditinjau adalah nilai kualitas tepung yang dihasilkan pada
lini produksi sebelum dikirim ke departemen packing. Berikut adalah nilai dari
Quality guide tepung Segitiga Biru.
Tujuan dari penelitian ini yang dilakukan pada PT Indofood Sukses Makmur
Tbk. Divisi Bogasari Flour Mills adalah:
27
1) Mengetahui bagaimana system proses produksi tepung terigu.
2) Mengetahui bagaimana proses kontrol pada proses produksi tepung
terigu.
3) Mengetahui faktor yang mempengaruhi penyebab ketidaksesuaian
kualitas tepung terigu dengan quality guideyang sudah ditetapkan.
4) Untuk mengurangi terjadinya ketidaksesuaian kualitas tepung terigu
dengan quality guideyang ditetapkan.
Milling Group IV (Mill MNO) dari proses produksi secara umum menggiling
gandum untuk menghasilkan tepung terigu dengan berbagai brand segitiga biru,
segitiga hijau, cakra kembar, lencana merah, dan lain-lain. Dimana kapasitas
produksi 1200 ton/mill dimana jika dikonversikan akan menghasilkan 41,667 ton
per hari yang berarti antara 41-42 ton/jam gandum tersebut akan diproduksi.
Penelitian dilakukan pada data produksi tepung segitiga biru merupakan perpaduan
antara hard wheat dan soft wheat.
Segitiga Biru
Tanggal Shift Mill Moisture (%) Ash (% dB)
10 Juli 2023 B M 14.38 0.63
O 14.33 0.66
M 14.23 0.6
28
Segitiga Biru
Tanggal Shift Mill Moisture (%) Ash (% dB)
O 14.09 0.75
C M 14.24 0.60
O 14.31 0.62
M 14.28 0.63
O 14.20 0.66
M 14.35 0.62
O 14.27 0.65
11 Juli 2023 A M 14.40 0.62
O 14.28 0.65
M 14.35 0.63
O 14.09 0.65
M 14.29 0.63
O 14.14 0.65
B M 14.22 0.63
O 14.08 0.66
M 14.30 0.60
O 14.00 0.66
M 14.23 0.64
O 14.20 0.62
C M 14.28 0.64
O 14.27 0.66
M 14.25 0.63
O 14.38 0.62
M 14.32 0.64
O 14.41 0.61
12 Juli 2023 A M 14.50 0.63
O 14.29 0.65
M 14.51 0.63
O 14.36 0.66
M 14.41 0.63
O 14.32 0.65
B M 14.31 0.63
O 14.12 0.66
M 14.28 0.67
O 14.10 0.68
M 14.33 0.61
O 14.41 0.61
C M 14.25 0.61
29
Segitiga Biru
Tanggal Shift Mill Moisture (%) Ash (% dB)
O 14.46 0.61
M 14.24 0.64
O 14.34 0.66
M 14.26 0.64
O 14.38 0.64
13 Juli 2023 A M 14.33 0.62
O 14.51 0.63
M 14.23 0.65
O 14.48 0.65
M 14.23 0.64
O 14.40 0.66
B M 13.99 0.66
O 14.37 0.67
M 14.38 0.61
O 14.22 0.63
M 14.16 0.63
O 14.53 0.61
C M 14.13 0.65
O 14.41 0.63
M 14.05 0.66
O 14.38 0.65
M 14.06 0.66
O 14.29 0.64
17 Juli 2023 B M 14.21 0.63
N 14.51 0.66
M 13.94 0.64
N 14.20 0.62
C M 14.06 0.62
N 13.83 0.63
M 14.11 0.62
N 14.47 0.62
M 14.25 0.62
N 14.42 0.61
18 Juli 2023 A M 14.42 0.64
N 14.41 0.65
M 14.16 0.67
N 14.39 0.65
M 14.15 0.64
30
Segitiga Biru
Tanggal Shift Mill Moisture (%) Ash (% dB)
N 14.31 0.64
B M 14.06 0.63
N 14.37 0.64
M 14.10 0.66
N 14.40 0.73
M 14.15 0.63
N 14.15 0.64
C M 14.07 0.62
N 13.85 0.66
M 14.11 0.65
N 14.25 0.64
N 14.39 0.62
19 Juli 2023 A M 14.23 0.62
N 14.33 0.62
M 14.33 0.63
N 14.31 0.63
M 14.33 0.62
N 14.32 0.62
20 Juli 2023 B M 14.10 0.67
N 14.26 0.67
M 13.90 0.64
N 14.17 0.63
C M 14.03 0.63
N 14.05 0.63
M 14.09 0.62
N 14.30 0.62
M 14.16 0.65
N 14.41 0.61
21 Juli 2023 A M 14.25 0.66
N 14.12 0.65
M 14.48 0.62
N 14.42 0.65
M 14.10 0.63
N 14.36 0.65
B M 14.02 0.66
N 14.30 0.62
M 13.91 0.68
N 14.25 0.68
31
Segitiga Biru
Tanggal Shift Mill Moisture (%) Ash (% dB)
M 13.91 0.65
N 14.32 0.61
C M 14.15 0.62
N 14.35 0.63
M 14.15 0.66
N 14.28 0.66
M 14.04 0.60
N 14.30 0.64
25 Juli 2023 B N 14.29 0.69
O 14.35 0.62
N 14.49 0.70
O 14.48 0.60
N 14.47 0.65
O 14.50 0.61
C N 14.11 0.67
O 14.37 0.64
N 14.58 0.63
O 14.41 0.64
N 14.60 0.63
O 14.63 0.63
26 Juli 2023 A N 14.44 0.64
O 14.22 0.68
N 14.43 0.64
O 14.31 0.65
N 14.36 0.65
O 14.26 0.67
B N 14.2 0.65
O 14.32 0.63
N 14.37 0.65
O 14.44 0.65
N 14.44 0.63
O 14.35 0.66
C N 14.32 0.65
O 14.34 0.63
N 14.34 0.64
O 14.23 0.65
N 14.16 0.64
O 14.33 0.65
32
Segitiga Biru
Tanggal Shift Mill Moisture (%) Ash (% dB)
27 Juli 2023 A N 14.39 0.63
O 14.32 0.65
N 14.37 0.65
O 14.27 0.64
N 14.43 0.63
O 14.35 0.63
B N 14.29 0.62
O 14.35 0.62
N 14.31 0.61
O 14.33 0.64
N 14.28 0.65
O 14.23 0.65
C N 14.28 0.65
O 14.28 0.64
N 14.16 0.65
O 14.24 0.66
N 14.16 0.64
O 14.3 0.65
28 Juli 2023 A N 13.86 0.66
O 14.32 0.64
N 14.21 0.63
O 14.35 0.65
N 14.38 0.59
O 14.5 0.65
B N 14.4 0.65
O 14.3 0.63
N 14.23 0.64
O 14.08 0.68
N 14.18 0.65
O 14.07 0.67
C N 14.30 0.64
O 13.98 0.69
N 14.24 0.65
O 14.21 0.67
N 14.49 0.62
O 14.29 0.66
31 Juli 2023 C O 13.42 0.67
13.67 0.63
33
Segitiga Biru
Tanggal Shift Mill Moisture (%) Ash (% dB)
14.40 0.61
01 Agustus 2023 A O 14.29 0.63
14.21 0.65
14.34 0.64
B O 14.33 0.64
14.43 0.62
14.52 0.61
C O 14.51 0.62
14.36 0.63
14.39 0.64
02 Agustus 2023 A O 14.48 0.63
14.45 0.63
14.45 0.62
B O 14.40 0.63
14.65 0.62
14.33 0.64
C O 14.30 0.65
14.25 0.64
14.39 0.63
03 Agustus 2023 A O 14.21 0.64
14.30 0.62
14.19 0.63
B O 14.19 0.63
14.26 0.63
14.19 0.65
C O 14.36 0.63
14.35 0.64
14.56 0.60
04 Agustus 2023 A O 14.53 0.61
14.51 0.62
14.40 0.62
B O 14.30 0.63
14.20 0.64
14.40 0.61
C O 14.49 0.61
14.39 0.62
14.09 0.66
09 Agustus 2023 B M 14.13 0.65
34
Segitiga Biru
Tanggal Shift Mill Moisture (%) Ash (% dB)
O 14.38 0.60
M 14.09 0.64
O 14.30 0.61
C M 14.15 0.64
O 14.31 0.62
M 14.19 0.64
O 14.44 0.62
M 14.16 0.65
O 14.41 0.62
10 Agustus 2023 A M 14.27 0.65
M 14.16 0.65
O 14.45 0.62
M 14.09 0.68
O 14.32 0.62
B M 14.09 0.63
O 14.21 0.64
M 14.01 0.63
O 14.12 0.64
M 14.05 0.64
O 14.19 0.63
C M 14.12 0.64
O 14.37 0.61
M 14.19 0.63
O 14.38 0.62
M 14.22 0.63
O 14.38 0.62
11 Agustus 2023 A M 14.15 0.65
O 14.30 0.61
M 14.18 0.66
O 14.39 0.64
M 14.17 0.65
O 14.35 0.65
B M 14.36 0.62
O 14.38 0.62
M 14.21 0.63
O 14.30 0.63
M 14.19 0.64
O 14.28 0.63
35
Segitiga Biru
Tanggal Shift Mill Moisture (%) Ash (% dB)
C M 14.16 0.65
O 14.22 0.65
M 14.16 0.64
O 14.27 0.65
M 14.02 0.64
O 14.30 0.64
15 Agustus 2023 A M 13.89 0.68
N 14.74 0.63
M 14.41 0.61
N 14.32 0.61
M 14.42 0.62
N 14.38 0.62
B M 14.19 0.65
N 14.45 0.62
M 14.20 0.63
N 14.40 0.62
M 14.11 0.63
N 14.22 0.64
C M 14.17 0.64
N 14.13 0.63
M 14.22 0.63
N 14.02 0.66
M 14.29 0.63
N 14.34 0.64
16 Agustus 2023 A M 14.30 0.65
N 14.38 0.65
M 14.32 0.63
N 14.39 0.62
M 14.37 0.63
N 14.42 0.64
B M 14.24 0.65
N 14.44 0.64
M 14.31 0.63
N 14.40 0.64
M 14.24 0.63
N 14.43 0.64
Dari data yang telah dikumpulkan yang dimulai pada tanggal 10 Juli 2023 s.d.
16 Agustus 2023 diperoleh data dari pengujian hasil laboratorium center dimana
36
setiap shiftnya dilakukan 3 kali pengujian untuk memantau quality tepung segitiga
biru yang dihasilkan. Kedua faktor yaitu moisture dan kadar ash dapat
mempengaruhi kualitas tepung yang dihasilkan. Terkhusus moisture, batas aman
nilai yang dihasilkan setelah pengujian yaitu 14,3 % sedangkan kadar ash berada
pada rentang 0,63 - 0,64 % dB.
37
Gambar 17. Diagram Alir
1. Studi Literatur
38
2. Studi Lapangan
3. Pengumpulan Data
1) Data Primer: Hasil wawancara dan tanya jawab yang dilakukan langsung
dengan pembimbing lapangan, supervisor, miller dan operator terkait
kadar moisture dan kadar ash serta masalah yang terjadi di Mill MNO.
Hasil wawancara yang dilakukan secara langsung diperlukan sebagai data
pendukung dalam penelitian ini.
2) Data Sekunder: Data moisture dan ash tepung segitiga biru dari 10 Juli
2023-16 Agustus 2023. Data yang diperoleh adalah data dari laporan
berdasarkan sampel tepung yang telah di uji dan dikirimkan oleh
Laboratorium.
4. Tahap Define
5. Tahap Measure
Tahap measure adalah tahap pengukuran dimana pada tahap ini penulis
melakukan pengukuran pada masalah yang telah diidentifikasi dengan
menggunakan diagram pareto dan control chart X-Bar R. Kemudian melakukan
analisis perhitungan DPMO dan sigma level. Tujuannya adalah untuk mengetahui
nilai sigma level dari identifikasi masalah.
6. Tahap Analyze
7. Tahap Improve
39
identifikasi hasil dari fishbone diagram kemudian dilanjutkan dengan usulan
perbaikan menggunakan FMEA.
8. Tahap Control
Setelah melakukan pengolahan dan analisis data, maka peneliti dapat menarik
kesimpulan dan saran yang menjadi usulan perbaikan dari permasalahan yang
ditemukan pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills.
40
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data dari Mill MNO yang
dikirim oleh pihak laboratorium yaitu berupa data sekunder dari kadar moisture dan
kadar ash tepung segitiga biru pada setiap shift. Data yang digunakan adalah data
dari 10 Juli 2023-16 Agustus 2023. Pengiriman sampel tepung terigu ke
Laboratorium dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu shift. Hasil dari pengiriman
sampel akan menjadi laporan kepada pihak mill bagaimana cara mengontrol kadar
moisture dan kadar ash pada proses produksi. Sehingga tepung yang dihasilkan
memiliki quality guide yang sesuai. Berikut adalah data kadar moisture dan kadar
ash tepung segitiga biru pada Mill MNO.
Untuk data primer dilakukan dengan wawancara dan tanya jawab bersama
dengan pembimbing lapangan, miller, foreman dan operator untuk memperoleh
gambaran tentang proses kerja dan quality control serta faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya quality guide tepung tidak sesuai.
1. Tahap Define
41
objek yang diteliti untuk tujuan aktivitas perbaikan. Langkah-langkah tahapan
define adalah:
2. Tahap Measure
a. Diagram Pareto
Diagram pareto adalah representasi diagram batang yang memberikan
gambaran jelas tentang distribusi dan tingkat keparahan masalah yang
dihadapi. Diagram Pareto adalah tools yang digunakan dalam membantu
mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah atau penyebab utama dalam
suatu proses dengan menggunakan prinsip tertentu.
b. Control Chart
Control Chart (Peta Kendali) merupakan tools yang secara grafis digunakan
untuk memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/proses berada
dalam pengendalian kualitas secara statistika atau tidak. Tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi perubahan atau variasi yang tidak biasa dalam suatu
proses. Control Chart yang digunakan dalam penelitian ini adalah X-bar R
Chart. X-bar R chart adalah jenis control chart yang digunakan untuk
memonitor rata-rata (mean) dan variasi (range) dari data dalam kelompok
(sub grup) dengan ukuran tetap. Control chart ini cocok digunakan untuk
data yang dihasilkan dalam kelompok dengan ukuran tetap. Contohnya
adalah mengambil sampel tepung pada waktu tertentu dan mengukur
kelembapannya.
Perhitungan statistic untuk X-bar R chart adalah sebagai berikut:
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥̅ =
𝑔
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥̿ =
𝑔
𝑛
∑𝑖=1 𝑅𝑖
𝑅̿ =
𝑔
42
𝑅 = 𝑋𝑚𝑎𝑥 − 𝑋𝑚𝑖𝑛
Dimana:
Dimana:
43
d. Analisis DPMO
Dari Hasil analisis maka ditemukan nilai sigma level. Sigma Level pada
dasarnya merupakan parameter untuk menunjukkan jumlah cacat dalam 1 juta
peluang. Untuk lebih jelasnya, tingkat sigma menunjukkan bahwa jika suatu
industri menghasilkan 1 juta produk, maka berapa banyak produk cacat yang ada.
Ada 6 level sigma dalam definisi tersebut. Masing-masing dari mereka
menunjukkan rentang cacat per juta peluang yang berbeda.
Dimana:
44
2) Sigma level 2: Ini menunjukkan akan ada sekitar 308.770 cacat
dalam 1 juta peluang.
3) Sigma level 3: Ini memberikan petunjuk bahwa akan ada sekitar
66811 cacat dalam 1 juta peluang.
4) Sigma level 4: Artinya akan terdapat 6210 cacat dalam 1 juta
peluang.
5) Sigma level 5: Ini memberitahu kita bahwa hanya akan ada 233
cacat dalam 1 juta peluang.
6) Sigma level 6: Artinya hanya terdapat 3,4 cacat dalam 1 juta
peluang.
3. Tahap Analyze
1. Identifikasi masalah
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang terlibat
3. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab
4. Menganalisis diagram.
Dalam analisis fishbone diagram ada beberapa aspek yang menjadi faktor
dalam penyebab masalah yaitu:
45
5. Environment/Lingkungan, kondisi seperti suhu, lokasi yang mempengaruhi
proses bisnis.
4. Tahap Improve
b. Frekuensi (Occurrence)
46
Perusahaan. Occurrence mengacu pada tingkat kemungkinan terjadinya kegagalan
dalam system, produk atau proses. Indikator analisis dapat dilihat berdasarkan data
historis, pengamatan dan analisis.
47
Semakin tinggi nilai RPN maka semakin tinggi risiko potensial dari mode
kegagalan tersebut.
5. Tahap Control
Control adalah tahapan six sigma dalam meningkatkan kendali mutu. Dalam
tahap ini terdapat rencana kontrol menguraikan aktivitas dan proses yang
diperlukan untuk memelihara dan mengendalikan proses yang ditingkatkan.
1. Tahap Define
48
ketidaksesuaian kualitas tepung dengan quality guide yang ada sehingga hal ini
membantu mengurangi proses tambahan dan waktu tunggu tepung di flour silo.
2. Tahap Measure
a. Diagram Pareto
49
Diagram Pareto
162 100.00%
160 90.00%
158 80.00%
156 70.00%
Jumlah Defect
154 60.00%
152 50.00%
150 40.00%
148 30.00%
146 20.00%
144 10.00%
142 0.00%
Ash Moisture
Quality Guide
b. Control Chart
50
Berdasarkan analisis yang dilakukan berikut adalah control chart untuk kadar
moisture dan ash.
1. Moisture
Berdasarkan grafik X-Bar R Chart diatas bahwa beberapa data berada pada
batas kendali UCL= 14.7218 dan LCL= 13.8292. Namun, masih ditemukan juga
data yang berada di luar batas kendali. Identifikasi masih adanya data yang tidak
sesuai menunjukkan bahwa masih ada penyimpangan quality guide dari moisture
tepung segitiga biru. Hal ini perlu diperhatikan untuk pengendalian agar quality
guide moisture pada tepung masih sesuai dengan standar dan keinginan konsumen.
2. Kadar Ash
51
Berdasarkan grafik X-Bar R Chart diatas bahwa beberapa data berada pada
batas kendali UCL= 0.6975 dan LCL= 0.5786. Namun, masih ditemukan juga data
yang berada di luar batas kendali. Identifikasi masih adanya data yang tidak sesuai
menunjukkan bahwa masih ada penyimpangan quality guide dari ash/kadar abu
tepung segitiga biru. Hal ini perlu diperhatikan untuk pengendalian agar quality
guide moisture pada tepung sesuai dengan standar dan keinginan konsumen.
52
Gambar 22. Capability Ash
1) Moisture
Pada hasil pengukuran indeks ukuran kerja bahwa untuk Cp untuk moisture
adalah 0.74 dan Cpk adalah 0.55, dimana nilai Cp dan Cpk < 1. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan kerja dari proses adalah rendah atau tidak mampu
dalam memenuhi standar spesifikasi untuk nilai moisture yang diharapkan dan yang
sudah ditetapkan.
2) Ash
Pada hasil pengukuran indeks ukuran kerja bahwa untuk Cp untuk Ash adalah
0.43 dan Cpk adalah 0.03, dimana nilai Cp dan Cpk < 1. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan kerja dari proses adalah rendah atau tidak mampu dalam
memenuhi standar spesifikasi untuk nilai ash yang diharapkan dan yang sudah
ditetapkan.
53
Dari analisis menggunakan control chart dan analisis kemampuan kinerja
proses. Maka selanjutnya adalah melakukan analisis six sigma untuk mengetahui
level sigma dari kadar moisture dan kadar ash pada tepung segitiga biru. Analisis
six sigma dilakukan sebagai pendekatan dalam meningkatkan kualitas produk,
mengurangi variabilitas dalam proses dan mencapai kepuasan pelanggan yang lebih
tinggi. Dalam analysis six sigma, penulis menggunakan metrik yaitu DPMO
(Defects Per Million Opportunities). Penentuan defect dilakukan pada kondisi
dimana nilai dari kadar moisture dan kadar ash pada tepung segitiga biru tidak
memenuhi quality guide yang sudah ditetapkan. Berikut adalah hasil perhitungan
nilai DPMO ke sigma:
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan bahwa sigma level untuk kadar moisture
adalah 2.482846 dan kadar ash adalah 2.43088594.
1) Moisture
Nilai sigma level 2.482846 adalah nilai yang cukup tinggi dalam konteks six
sigma. Hal ini menunjukkan bahwa Sebagian besar produk yang dihasilkan dalam
proses produksi memenuhi spesifikasi atau batas toleransi yang ditetapkan. Namun,
tingkat kegagalan masih ada, tetapi sudah lebih rendah daripada sigma level yang
lebih rendah. Proses pada sigma level 2,482846 telah mengalami beberapa
perbaikan kualitas tetapi masih ada ruang untuk perbaikan lanjut.
2) Ash
Nilai sigma level pada kadar ash adalah 2.43088594 adalah tingkat yang
hampir sama dengan kadar moisture. Namun, pada sigma level ini telah
mengidikasikan bahwa Sebagian besar produk yang dihasilkan telah memenuhi
spesifikasi atau batas toleransi yang ditetapkan. Namun, masih ada produk yang
ditemukan tidak sesuai dengan spesifikasi. Walaupun tingkat kegagalan sudah
54
cukup rendah, ada potensi untuk melakukan perbaikan lanjut dalam kualitas produk
tepung segitiga biru.
3. Tahap Analyze
55
Gambar 24. Diagram Fishbone Ash
a. Method
b. Material
Jenis bahan baku gandum yang tidak berkualitas juga akan menjadi
potensi kegagalan untuk kadar ash tidak sesuai dengan Quality Guide. Gandum
yang memiliki banyak impurities dan proses transportasi yang tidak bersih
akan mempengaruhi kadar ash tepung.
c. Machine
Pengaruh mesin yang rusak dan tidak bekerja maksimal juga akan
mempengaruhi nilai kadar ash pada tepung. Kondisi mesin yang rusak
contohnya mesin sifter yang merupakan proses ayakan tepung sobek maka
yang harusnya tailing jadinya masuk ke pass thorought. Selain itu, mesin yang
56
tidak bekerja maksimal karena adanya proses penyumbatan juga
mempengaruhi kadar ash. Dimana karena adanya penyumbatan, kapasitas pada
proses selanjutnya menjadi lebih sedikiti padahal kondisi mesin menggunakan
tekanan pada umumnya. Hal ini menyebabkan kadar ash pada tepung menjadi
tinggi.
4. Tahap Improve
57
Tabel 10. Rekomendasi Improve
58
5. Tahap Control
Berdasarkan empat tahapan six sigma yang telah dianalisis sebelumnya, maka
tahapan control ini lebih mengarah pada bagaimana cara mengontrol defect yang
masih terjadi. Dengan adanya pengontrolan nilai moisture dan ash content, masih
ada peluang terjadinya defect walaupun masih dianggap rendah. Pengkategorian
kekritisan tersebut yaitu Rendah, hal tersebut karena sistem yang telah dilakukan
sudah terintegrasi. Maka dari itu, rekomendasi action yang dapat dipertimbangkan
adalah sebagai berikut.
a) Ketika gandum yang tidak stabil dengan tingkat kekotoran gandum yang
berbeda dari berbagai negara, maka perlu dilakukan antisipasi perjanjian
kepada pihak supplier sebelum dilakukan pengiriman dan melakukan
pembersihan dua kali di Jetty sebelum dikirimkan ke Silo untuk
mempermudah proses selanjutnya.
b) Ketika pada proses conditioning kurang tepat yang berakibat gandum terlalu
kering ataupun terlalu basah, maka perlu dilakukan pengaturan jadwal lebih
teliti dan rutin baik secara manual maupun dari MOZF untuk dilakukan
penyesuaian secara pasti.
c) Ketika proses grinding dilakukan pada roll terlalu ketat yang berakibat nilai
ash tinggi, maka antisipasi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan
loss pada mesin roll untuk mendapatkan tingkat gristing yang sempurna.
d) Ketika terjadi kebocoran pada shifter, maka dilakukan pengecekan dan
pergantian ayakan secara rutin (meningkatkan intensitas cek).
59
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Ketentuan quality guide yang harus dipenuhi untuk hasil tepung Segitiga Biru
di daerah produksi atau mill adalah 14.0-14.5 (kadar moisture) dan 0.59-0.64
(kadar ash).
2. Berdasarkan hasil analisis bahwa batas kendali untuk nilai moisture adalah
UCL= 14.7218 dan LCL= 13.8292. Dan untuk nilai ash adalah UCL= 0.6975
dan LCL= 0.5786. Hal ini menunjukkan bahwa UCL merupakan nilai batas
atas dan LCL adalah nilai batas bawah. Namun, berdasarkan grafik dan
analisis yang dilakukan bahwa masih ditemukan data moisture dan ash di luar
batas kendali. Hal ini menunjukkan masih ada penyimpangan nilai quality
guide yang dihasilkan. Maka Perusahaan perlu mempertimbangkan dan
memperhatikan permasalahan tersebut agar quality guide yang sudah
ditetapkan tercapai.
3. Pengukuran nilai indeks ukuran kerja moisture adalah 0.55 dan ash adalah
0.03. Nilai menunjukkan bahwa indeks ukuran kerja lebih kecil dari 1.
Dimana kemampuan kerja dari proses adalah rendah atau tidak mampu dalam
memenuhi standar spesifikasi untuk nilai ash yang diharapkan dan yang sudah
ditetapkan. Untuk analisis nilai sigma level moisture dan ash berturut-turut
adalah sigma level 2.482846 dan 2.43088594. Hal ini menunjukkan bahwa
Sebagian besar produk yang dihasilkan telah memenuhi spesifikasi atau batas
toleransi yang ditetapkan. Namun, masih ada produk yang ditemukan tidak
sesuai dengan spesifikasi. Walaupun tingkat kegagalan sudah cukup rendah,
ada potensi untuk melakukan perbaikan lanjut dalam kualitas produk tepung
segitiga biru.
4. Analisis cause effect diagram menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi kadar moisture tepung segitiga biru adalah Loss
Moisture>2%, overtime conditioning, ketidakakuratan mesin dampener,
bahan baku gandum memiliki banyak impurities. Dan untuk faktor yang
mempengaruhi kadar ash adalah kapasitas produksi yang tidak stabil, tepung
yang tercampur dengan kulit dan gandum kurang bersih.
5. Rekomendasi action yang dapat dilakukan untuk improve dan control agar
tidak terjadi defect adalah bahwa ketika gandum yang tidak stabil dengan
tingkat kekotoran gandum yang berbeda dari berbagai negara, maka perlu
dilakukan antisipasi perjanjian kepada pihak supplier sebelum dilakukan
pengiriman dan melakukan pembersihan dua kali di Jetty sebelum dikirimkan
60
ke Silo untuk mempermudah proses selanjutnya, ketika pada proses
conditioning kurang tepat yang berakibat gandum terlalu kering ataupun
terlalu basah, maka perlu dilakukan pengaturan jadwal lebih teliti dan rutin
baik secara manual maupun dari MOZF untuk dilakukan penyesuaian secara
pasti, ketika proses grinding dilakukan pada roll terlalu ketat yang berakibat
nilai ash tinggi, maka antisipasi yang bisa dilakukan adalah dengan
melakukan loss pada mesin roll untuk mendapatkan tingkat gristing yang
sempurna dan ketika terjadi kebocoran pada shifter, maka dilakukan
pengecekan dan pergantian ayakan secara rutin (meningkatkan densitas cek).
5.2. Saran
61
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, A., Benedict Davon, M., Catherine, S., Cynthia Ivana, S., Edward, R.,
Jonathan Ryan, D., ... & Vanessa, P. (2019). Proses Penimbangan Hingga
Penampungan dalam Pengolahan Tepung Terigu PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. Divisi Bogasari Flour Mills.
Amelia, S., Cindy, O., Clarissa Devina, C., Emily, E., Marlyn Christianti, L.,
Mayrine Nicole J, B., ... & Theodore, A. (2019). Penerapan Koloid Dalam
Proses Pembuatan Tepung Terigu Tahap Penggilingan Kedua PT Indofood
Sukses Makmur TBK Divisi Bogasari Flour Mills.
ASTUTI, I. (2023). EVALUASI KINERJA POMPA DISTRIBUSI AIR PU-07
UNTUK PROSES DAMPENING MILL KL DI PT INDOFOOD SUKSES
MAKMUR, TBK. DIVISI BOGASARI FLOUR MILLS CILINCING,
JAKARTA UTARA (Doctoral dissertation, UPN" Veteran" Yogyakarta).
Fatikhasari, E. (2020). Prosedur Pengendalian Mutu Tepung Terigu sebelum di
Delivery pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Divisi Bogasari Flour
Mills Surabaya.
Fatikhasari, E. (2020). Prosedur Pengendalian Mutu Tepung Terigu sebelum di
Delivery pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Divisi Bogasari Flour
Mills Surabaya.
Hamid, A., & Muwardi, H. (2013). Evaluasi Penurunan Tekanan Pada Pemipaan
Sistem Udara Bertekanan Di PT. Indofood Sukses Makmur (Bogasari Flour
Mill). Jurnal Sinergi, 17(3).
Hawaddah, N. M. A. (2023). Faktor Yang Mempengaruhi Penyimpanan Batas
Bawah Standar Moisture Tepung Terigu Cap LM Di Mill A PT Indofood
Sukses Makmur Tbk. Divisi Bogasari Flour Mills Surabaya.
Kantana, N. (2018). Analisis Lost Moisture dan Lama Second Tempering Grist
Gandum Cakra Kembar Untuk Mencapai Target Kadar Air Terigu Terbaik
.
Mahendra, K. W. (2023). ANALISIS PENGENDALIAN KADAR MOISTURE
PADA TEPUNG TERIGU LENCANA MERAH DAN KUNCI BIRU
DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DI PT.
INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK. DIVISI BOGASARI FLOUR
MILLS.
Nova, C. L. S. (2023). ANALISA KADAR AIR TEPUNG TERIGU DAN
PENGAMATAN TES RILIS PADA PROSES PENGGILINGAN
TEPUNG TERIGU SEGITIGA BIRU DI MILL AB PT INDOFOOD
SUKSES MAKMUR, TBK. DIVISI BOGASARI FLOUR MILLS.
Oktaviani, W. (2020). Proses produksi tepung terigu di Mill K dan L (Group
Milling II) PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Divisi Bogasari Flour Mills.
Bogor.
viii
Putri, D. O. (2023). Pengaruh Moisture Gandum Terhadap Moisture Tepung Terigu
Cap" CK Dan CKI" Di Mill C PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Divisi
Bogasari Flour Mills Surabaya.
Saputra, M. C. (2023). Faktor Yang Mempengaruhi Ekstraksi Tepung Cap Cakra
Kembar (CK) Di Mill C Pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Divisi
Bogasari Flour Mills Surabaya.
Saragih, E. J. (2017). KONSEP MONOPOLI DALAM TINJAUAN BISNIS
ISLAM. Jurnal IAIN Pontianak, 13.
Wa'Aliiyyus Sholehah, R. (2020). Optimalisasi Conditioning Time Pada Tepung
Cakra Kembar Emas (Cke) Di Mill Cd (Pt Indofood Sukses Makmur Tbk.
Divisi Bogasari Flour Mills Surabaya) (Doctoral dissertation, Politeknik
Negeri Jember).
Wahyuningsih, S. (2020). Evaluasi Pelatihan dan Pengembangan Karyawan di PT
Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Surabaya.
ix
LAMPIRAN