Anda di halaman 1dari 81

LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS MERCUBUANA

LAPORAN PRAKTIKUM
PROSES PRODUKSI

DISUSUN OLEH :
AMELIA WIRNA
41618120033

ASISTEN LABORATORIUM :
1. Najib Passa Azhari
2. Aby Haykal
3. Fateh Halmar

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala
karunia dan izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan “Praktikum Proses Produksi”,
yang telah dilaksanakan di kampus Universitas Mercu Buana meruya, yang mana
ini adalah salah satu tugas praktik yang diberikan oleh Dosen Proses Produksi Ibu
Popy Yuliarty, ST, MT. Semoga dengan selesainya laporan praktikum ini, dapat
memberikan manfaat dan wawasan tentang dunia perindustrian bagi para pembaca
khususnya untuk saya sendiri.

Dalam penulisan dan penyusunan laporan praktikum ini penulis dibantu


oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Popy Yuliarty, ST, MT selaku Dosen Proses Produksi, 2. Para Asisten
Laboratorium, 3. Rekan mahasiswa, 4. Universitas Mercu Buana - Meruya.

Mohon maaf jika dalam penulisan dan pengerjaan laporan proses produksi
ini masih ada kekurangan dan ketidaktelitian

Jakarta, Oktober 2019

Amelia Wirna

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3-4

BAB I : KERJA BANGKU

1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................... 5

1.2 TUJUAN DAN MANFAAT ................................................................ 6

1.3 LANDASAN TEORI ........................................................................... 6

1.4 JENIS-JENIS ....................................................................................... 7

1.5 ALAT DAN BAHAN ........................................................................ 19

1.6 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 21

BAB II : BUBUT

2.1 LATAR BELAKANG ........................................................................ 23

2.2 TUJUAN DAN MANFAAT .............................................................. 24

2.3 LANDASAN TEORI ......................................................................... 24

2.4 JENIS-JENIS ...................................................................................... 26

2.5 ALAT DAN BAHAN ........................................................................ 32

2.6 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 32

BAB III : LAS

3.1 LATAR BELAKANG ....................................................................... 35

3.2 TUJUAN DAN MANFAAT ............................................................. 37

3.3 LANDASAN TEORI ........................................................................ 37

3.4 JENIS-JENIS ..................................................................................... 41

3.5 ALAT DAN BAHAN ........................................................................ 46

3
3.6 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 52

BAB IV : BOR

4.1 LATAR BELAKANG ....................................................................... 54

4.2 TUJUAN DAN MANFAAT ............................................................. 55

4.3 LANDASAN TEORI ........................................................................ 55

4.4 JENIS-JENIS ..................................................................................... 56

4.5 ALAT DAN BAHAN ........................................................................ 61

4.6 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 62

BAB V : PROSES PRODUKSI

5.1 PROSES PRODUKSI BESI PLAT .................................................. 65

5.2 PROSES PRODUKSI PALU ........................................................... 71

PENUTUP ..................................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 81

4
BAB I
KERJA BANGKU (BENCH WORK)

1.1 Latar Belakang


Di zaman sekarang ini telah banyak ditemukan teknik pembentukan logam
dari yang tradisional sampai yang modern. Kerja bangku adalah salah satu
teknik pembentukan logam secara tradisional atau sederhana. Kerja bangku
merupakan proses pembentukan benda kerja logam yang telah cukup lama
dikenal, kerja bangku banyak dilakukan sebelum para ahli mesin menemukan
mesin-mesin otomatis dalam pengerjaan logam. Sesuai dengan istilahnya kerja
bangku adalah pekerjaan yang dilakukan di atas bangku atau meja kerja. Proses
kerja dalam kerja bangku banyak dilakukan secara manual tanpa dibantu oleh
mesin canggih. Kerja bangku merupakan proses pembentukan benda kerja
yang paling dasar dan paling sederhana. Sederhana dalam artian pemakaian
peralatanperalatan yang digunakan dalam kerja bangku. Peralatan-peralatan
yang digunakan dalam kerja bangku merupakan peralatan manual dan mudah
dalam pengoperasiannya, seperti, kikir, gergaji, palu, penggores, penitik dan
masih banyak yang lainya. Walaupun di saat ini sudah banyak tiknik
pembentukan logam yang modern dan canggih tetapi kita tetap perlu untuk
mempraktekan teknik kerja bangku dan plat agar kita lebih mengetahui dan
memahami kerja bangku dan plat.

Ada berbagai macam jenis pekerjaan yang tergolong dalam kompetensi


kerja bangku. Masing-masing pekerjaan tersebut memiliki tujuan tersendiri.
Sebagai contoh anda ingin memotong baja, maka anda harus menggergajinya.
Sehingga proses penggergajian bertujuan untuk memotong benda padat.
Berikut beberapa jenis pekerjaan yang tergolong dalam kerja bangku:

1. Mengikir (filling)
2. Menggergaji (sawing)
3. Menggambar (drawing)

5
4. Meragum (Bankschroef)

1.2 Tujuan dan Manfaat


1. Memberi bekal praktikan (mahasiswa) tentang kegiatan kerja bangku
sehingga mampu melaksanakan kegiatan kerja bangku di dunia industri
2. Melatih kemampuan praktikan (mahasiswa) dalam menggunakan alat-alat
pada kegiatan kerja bangku
3. Mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah dalam mengikir,
menggergaji, sampai memahat
4. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab dan kendala yang terjadi selama
proses praktikum kerja bangku

1.3 Landasan Teori

Teknik Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh
seseorang dalam mengerjakan kerja bangku didalam dunia teknik permesinan
sebagai dasar untuk materi teknik permesinan pada tingkat selanjutnya.
Pekerjaan kerja bangku meliputi berbagai jenis kontruksi geometris yang
sesuai dengan perintah kerja. Persyaratan kualitas terletak kepada pemahaman
seseorang dalam praktek kerja bangku dan pelaksanaannya di tempat kerja
yang meliputi tingkat ketrampilan dasar penguasaaan alat tangan, tingkat
kesulitan produk yang dibuat, dan tingkat kepresisian hasil kerja. Kerja bangku
tidak hanya menitik beratkan pada pencaapaian hasil kerja, tetapi juga pada
prosesnya. Dimana pada proses tersebut lebih menitik beratkan pada etos kerja
yang meliputi ketekunan, disiplin, ketahanan, serta teknik sebagai dasar
sebelum melanjutkan ke pengerjaan yang menggunakan mesin - mesin
produksi. Kunci kesuksesan dari kerja bangku ini adalah kesabaran dan
ketelitian dalam bekerja. Karena setiap pekerjaan yang dilakukan pasti akan
menyita waktu yang lama bila dibandingkan dengan alat yang
menggunakan mesin pada waktu sekarang Pada bengkel kerja
bangku peralatan ukur yang digunakan harus benar-benar presisi, maka

6
peralatan ukur, cara memegang alat ukur, cara melakukan pengukuran, dan
kesalahan-kesalahan yang biasa terjadi dalam pengukuran harus benar-benar
diketahui secara baik.

1.4 Jenis-jenis
1.4.1 Kikir

Mengikir adalah kegiatan menyayat benda kerja sehingga benda tersebut


mencapai bentuk dan ukuran yang diinginkan. Sayatan-sayatan pada pekerjaan
ini sangatlah lembut. Untuk mengurangi dimensi baja dengan cara dikikir,
membutuhkan waktu yang cukup lama. Jenis pengerjaan ini dilakukan dengan
alat yang disebut sebagai kikir (dalam Bahasa Inggris, kikir adalah file).
Pengikiran merupakan salah satu jenis pekerjaan yang tergolong dalam
kompetensi kerja bangku. Pengikiran berasal dari kata dasar kikir. Kikir
merupakan perkakas tangan yang memiliki bilah bergerigi seperti parut. Oleh
karena itu, pengikiran dapat didefinisikan sebagai proses pengerjaan yang
dilakukan dengan perkakas kikir. Kegunaan kikir pada pekerjaan penyayatan
untuk meratakan dan menghaluskan suatu bidang,membuat rata dan menyiku
antara bidang satu dengan bidang lainnya. membuat rata dan sejajar, membuat
bidang-bidang berbentuk dan sebagainya.

Adapun bentuk kikir itu dibuat bermacam-macam sesuai dengan fungsi dan
kebutuhannya. Berikut ini bentuk kikir dan fungsinya :

7
1. Kikir gepeng (plat) tebal kikir seluruhnya sama, lebar kikir kearah
ujungnya menirus kikir.Fungsinya untuk meratakan dan membuat
bidang sejajar dan tegak lurus.

Gambar 1.1 Kikir Gepeng

2. Kikir blok lebar kikir seluruhnya sama,lebar kikir bagian ujungnya


berkurang. Fungsinya membuat rata, sejajar dan menyiku antara bidang
satu dengan bidang lainnya.
3. Kikir segi empat (square) , fungsinya membuat rata dan menyiku antara
bidang satu dengan bidang lainnya.

Gambar 1.2 Kikir Segi Empat

4. Kikir segitiga (Treangle) bentuknya segi tiga,segitiga kikir pada bagian


ujungnya mengecil. Fungsinya untuk meratakan dan menghaluskan
bidang berbentuk sudut 60 atau lebih besar.

8
Gambar 1.3 Kikir Segi Tiga

5. Kikir pisau (knife) bentuknya mirip pisau,fungsinya untuk meratakan


dan menghaluskan bidang berbentuk sudut 60 atau lebih kecil.

Gambar 1.4 Kikir Pisau

6. Kikir setengah bulat (half round), fungsinya untuk menghaluskan,


meratakan dan membuat bidang cekung.

Gambar 1.5 Kikir Setengah Bulat

9
7. Kikir silang (crossing) fungsinya untuk menghaluskan bidang cekung,
dan membuat bidang cekung.

Gambar 1.6 Kikir Silang

8. Kikir bulat (round) bentuk bulatnya pada ujungnya makin mengecil.


Fungsinya untuk menghaluskan dan menambah diameter bidang bulat.

Gambar 1.7 Kikir Bulat

Berdasarkan variasi bentuk penampang kikir, ada beberapa macam proses


pengikiran. Macam-macam proses pengikiran tersebut adalah ;

10
1. Proses pengikiran lurus digunakan untuk mengikir lurus atau flat. Jenis
pengikiran ini menggunakan kikir lurus/rata.
2. Pengikiran persegi
Proses pengikiran persegi digunakan untuk mengikir lubang berbentuk
persegi. Selain itu, proses pengikiran persegi juga digunakan untuk
mengikir alur atau celah yang memiliki sudut 90°. Pengikiran persegi
menggunakan kikir berpenampang persegi.
3. Pengikiran bulat
Proses pengikiran bulat digunakan untuk mengikir lubang lingkaran
atau cekungan. Pengikiran bulat menggunakan kikir berpenampang
lingkaran.
4. Pengikiran setengah bulat
Proses pengikiran setengah bulat digunakan untuk mengikir bentuk-
bentuk melengkung atau cekungan. Selain itu proses pengikiran ini juga
bisa digunakan untuk mengikir celah bersudut kecil. Proses pengikiran
setengah bulat menggunakan kikir berpenampang setengah lingkaran.
5. Pengikiran segitiga
Proses pengikiran segitiga digunakan untuk mengikir bentuk-bentuk
dengan sudut 60°. Proses pengikiran ini menggunakan kikir
berpenampang segitiga.

Selain ditinjau berdasarkan bentuk penampang kikir, macam-macam


pengikiran juga dapat ditinjau berdasarkan tingkat kekasaran yang dihasilkan.
Berikut macam-macam pengikiran menurut tingkat kekasaran yang dihasilkan:
1. Pengikiran kasar
Proses pengikiran kasar menghasilkan kekasaran permukaan yang
paling kasar. Pengikiran kasar biasanya digunakan untuk mengurangi
dimensi benda kerja secara besar-besaran (roughing). Proses pengikiran
ini menggunakan kikir kasar.
2. Pengikiran menengah kasar

11
Proses pengikiran menengah kasar merupakan proses pengikiran yang
menghasilkan kekasaran permukaan antara kasar dan halus (tengah-
tengah). Pengikiran ini digunakan ketika benda kerja hampir mendekati
ukuran yang diinginkan. Jenis kikir yang digunakan pada pengikiran ini
memiliki bilah yang tidak terlalu kasar dan tidak terlalu halus (tengah-
tengah).
3. Pengikiran halus
Proses pengikiran halus menghasilkan kekasaran permukaan yang
paling halus. Pengikiran ini biasanya digunakan untuk finishing. Proses
pengikiran halus menggunakan kikir halus.

Dari penjelasan diatas, adapula kelebihan dan kekurangan ketika


melakukan pekerjaan kikir, yaitu ;
❖ Kelebihan Pengikiran
Berikut beberapa kelebihan proses pengikiran:
1) Fleksibel, bisa digunakan di mana saja tanpa perlu memikirkan
ketersediaan energi listrik.
2) Dapat digunakan pada posisi-posisi sulit atau ruang yang sempit
(ruang terbatas).
3) Tanpa energi listrik.
4) Ramah lingkungan.
5) Murah.

❖ Kelemahan Pengikiran
Berikut beberapa kelemahan proses pengikiran:
1) Proses pengerjaan lama.
2) Kurang produktif.
3) Masih menggunakan tenaga manusia. Tenaga manusia tidak stabil
dan akan menurun ketika mulai lelah.
4) Butuh pengikir (orang yang mengikir) dengan keterampilan yang
baik.

12
5) Sulit mencapai geometri yang baik bila pengikir belum terampil.

1.4.2 Gergaji
Menggergaji adalah kegiatan memotong benda padat. Penggergajian
dilakukan dengan perkakas yang disebut sebagai gergaji (saw). Pada
material kayu, penggergajian dilakukan dengan handsaw. Sedangkan
pada material logam, penggergajian dilakukan dengan hacksaw. Gergaji
merupakan salah satu perkakas teknik yang wajib dimiliki dirumah.
Terkadang kita memperhatikan tukang bangunan bekerja
menggunakan beberapa gerjaji dengan bentuk yang berbeda. Tiap-
tiap gerjaji tersebut memiliki fungsi yang berbeda selain untuk
memotong. Berikut ini merupakan beberapa jenis gergaji tangan
serta kapan jenis gergaji tersebut sebaiknya digunakan ;

1) HACKSAW / GERGAJI BESI


Jenis ini merupakan gergaji khusus untuk memotong logam,
pipa besi maupun pvc. Bentuknya mirip seperti Coping Saw
namun mata gergaji lebih besar dan mata gergaji halus serta
jarak antar mata gergaji rapat. Sama seperti Coping Saw, mata
gergaji dapat diganti apabila sudah tumpul.

2) HANDSAW / RIPSAW
Jenis ini adalah yang paling sering kita lihat. Fungsi
utamanya adalah untuk memotong dan membelah kayu dengan
jalur urat searah. Mata gergaji Handsaw tidak bisa diganti,
namun bisa diasah menggunakan kikir khusus. Harga gergaji
jenis ini relatif murah mulai dari Rp 25.000. Gergaji ini salah
satu yang wajib dimiliki, karena selain untuk memotong kayu

13
bisa juga dipakai untuk memotong bambu , pipa ataupun
triplek. Namun untuk hasil pemotongannya akan lebih kasar.

3) COPING SAW
Jenis ini fungsinya untuk memotong pola atau bentuk rumit
pada triplek atau papan kayu. Bentuk gergaji menyerupai huruf
“U” yang berfungsi untuk mempermudah dalam proses
pemotongan pola lengkung. Mata gergaji ini kecil, tipis dan
sangat tajam, dapat diganti apabila sudah tumpul. Untuk harga
satu setnya mulai dari Rp 50.000 , sedangkan untuk mata
gergaji saja sekitar Rp 35.000 .

4) CROSSCUT SAW
Jenis ini fungsinya untuk memotong kayu/pohon secara
melintang. Gergaji ini mempunyai gigi penyeimbang yang
lebih kecil. Ukuran gergaji ini ada yang kecil dan besar, jenis
yang besar dipakai untuk menebang pohon. Harga gergaji ini
lebih mahal dibandingkan dengan gergaji biasa.

5) BACKSAW / GERJAJI PUNGGUNG / GERGAJI SUDUT


Jenis ini memiliki plat besi pada bagian punggung gergaji
yang berfungsi untuk menahan gergaji agar tetap lurus pada
saat proses pemotongan. Cocok dipakai untuk membuat bentuk
potongan diagonal seperti bingkai dan sambungan lemari.

6) GERGAJI JEPANG
Jenis ini memiliki ketajaman yang sangat baik dibandingkan
dengan gergaji tangan lainnya. Ukurannya lebih tipis namun
kuat dan tidak pletat-pletot saat dipakai. Namun harga dari jenis
ini tergolong mahal mulai dari Rp 600.000.

14
1.4.3 Menggambar
Menggambar adalah memberi batas – batas atau ukuran dengan garis
– garis dan titik – titik pada bidang kerja agar lebih mudah dalam
mendesign. Sebelum kita memulai pekerjaan pada bidang benda kerja
lebih lanjut, contohnya kikir, gergaji, atau dibor dan sebagainya,
beberapa bidang dari pekerjaan itu digambar/di design terlebih dahulu
sesuai dengan ukuran, prosedur yang telah ditentukan. Berikut ini adalah
alat & bahan yang digunakan untuk menggambar pada kerja bangku ;

1.4.3.1 Macam-macam Penarik Garis


1) Jangka Gores (Penarik Garis)
Jangka gores ini terbuat dari baja perkakas yang sengaja
dibentuk seperti jangka yang mempunyai kaki gabungan,
satu lurus runcing dan yang satunya dibengkokan kedalam.
Jangka ini berguna untuk :
a. Menarik garis sejajar dengan tepi benda kerja sesuai
jarak yang dikehendaki.
b. Mencari titik pusat benda yang berpenampang bulat
yang belum diketahui pusatnya.
2) Pencari Titik Pusat
Alat ini terbuat dari baja tuang dan dilengkapi mur
pengikat serta mistar baja. Cara menggunakan penitik pusat:
1. Rapatkan rumah pada ujung benda kerja.
2. Tarik garis pada penampang benda kerja tersebut.
3. Putar benda kerja 90o kemudian tarik lagi garis
3) Siku-siku (Solid Square)
Siku-siku termasuk alat gambar dan juga penarik garis
yang terdiri dari 2 bagian daun dan blok terbuat dari baja
perkakas Alat ini berguna untuk :
a. mengukur sudut 90o .

15
b. menarik garis-garis pd benda kerja.
c. memeriksa rata dan tidaknya benda kerja, terutama
benda kerja yang selesai dikikir

4) Siku yang dapat diatur


Alat ini terbuat dari duralminium yang dicampur dengan
timah hitam, dan mempunyai 3 bagian yaitu : Blok, daun
yang dapat dilepas dan buat pengikat. Daunnya dibuat
beberapa macam sudut digunakan untuk :
a. Mengukur sudut 60o .
b. Megukur sudut 45o.
c. Mengukur sudut 90o .
5) Siku yang diputar
Alat ini terbuat dari baja pelat yang diperchum dan
terdiri dari dua daun dan satu blok. Salah satu dari daun dan
bloknya dibuat alur, berlubang ditengah-tengahnya. Siku
putar ini memang khusus untuk memindahkan bermacam-
macam sudut benda kerja yang diinginkan. Alat ini bisa
dipasang dua daun dan bisa juga satu daun.
6) Balok Penggores
Balok penggores adalah alat gambar yang dibuat dari
beberapa macam bahan antara lain :
a. Balok (base) terbuat dari baja (baja tuang) yang halus.
b. Batang (spindle) terbuat dari staal 50.
c. Penggores terbuat dari baja.
d. Mur dan baut pengikatnya dibuat dari staal 50.

Alat ini berguna untuk :


1. Menggambar pda benda kerja dengan perantaraan
meja kerja.

16
2. Memeriksa tinggi dari beberapa pekerjaan juga lewat
meja kerja.
3. Memeriksa simetris dan tidaknya benda kerja yang
akan dibubut.

1.4.3.2 Macam-macam Alat Ukur


1) Jangka Sorong
Ukuran teliti yaitu suatu alat yang dapat mengukur
sekecil-kecilnya 0,1 mm. Contoh, Mistar Ingsut/Jangka
sorong atau sering disebut Schuifmaat. Alat ini terbuat dari
bahan logam anti karat (stainless steel). Bagian pokok
Schuifmaat yaitu rumah (dapat digeser) dan batang (tempat
mencantumkan ukuran mm dan inchi).
Kegunaan alat ini yaitu :
a. Mulut untuk mengukur tebal, diameter luar dll.
b. Tanduk untuk mengukur diameter dalam benda
c. Ekor untuk mengukur dalamnya lubang
2) Micrometer
Ukuran Teliti yaitu sebuah ukuran yang dapat mengukur
sekecil-kecilnya sampai 0,01 mm. Alat ini dinamakan
Micrometer terbuat dari baja yang diperchrum agar tahan
karat.
Micrometer dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Mikrometer Luar: untuk mengukur poros (diameter luar).
2. Micrometer dalam (speemaat): untuk mengukur diameter
dalam.

1.4.4 Meragum
Ragum adalah suatu alat penjepit untuk menjepit benda kerja yang
akan dikikir, dipahat, digergaji, ditap, disney, dan lain-lain. Dengan
memutar tangkai (handle) ragum, maka mulut ragum akan

17
menjepit atau membuka/melepas benda kerja yang sedang dikerjakan.
Bibir mulut ragum harus dijaga jangan sampai rusak akibat
terpahat,terkikir dan lain sebagainya.

Berikut adalah macam-macam ragum ;

1) Ragum (Bankschroef)
Ragum untuk memperkuat jepitan pada suatu pekerjaan.
Ragum ini ada 2 macam :
1. Ragum jajar (Parallelbankschroef)
2. Ragum ekor (Staarbankschroef)
Ragum jajar dibuat dari besi tuang yang pada bagian mulutnya
dilapisi dengan lempeng baja yang ditempa bergaris yang
disekrupkan pada mulut dengan sekrup kepala, dengan tujuan agar
kuat memegangnya.
2) Ragum Ekor (Staarbankschroef)
Alat ini dibuat dari baja yang ditempa dan mulutnya disepuh.
Kekurangan dari alat ini yaitu kalau mulutnya dibuka terlalu lebar
kedudukan mulut itu sudah tidak sejajar karena diputar pada satu
engsel.
3) Penjepit Miring (Kantklauw)
Kanktklauw ini terbuat dari baja yang berengsel dan nantinya
akan dijepit pada ragum jajar. Cara penggunaan : benda kerja
diletakan pada klantklauw dan dijepit besama ragum. Penjepit balok
(V Blocklamp) Penggunaan dari alat ini sebagai alat pembantu untuk
menggambar benda kerja, dan lain-lain
Berikut cara kerja nya;
1. Benda kerja diletakan pada bentuk V.
2. Kaki jepit masukan pada alur blok V.
3. Baut penjepit dikeraskan sehingga menekan pekerjaan dengan
kuat.
4. Ketentuan jarak blok tergantung panjang benda pekerjaan.

18
1.5 Alat dan Bahan
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Proses
Produksi kerja bangku :

1. Gergaji

Pada kerja bangku yang dilakukan di laboratorium Kampus Mercubuana


menggunakan jenis gergaji yaitu gergaji besi.

2. Kikir
Kikir yang digunakan pada praktikum Proses Produksi adalah jenis kikir
pisau, mengapa disebut kikir pisau karena bentuknya yang menyerupai
pisau.

19
3. Ragum

4. Alat ukur

20
1.6 Kesimpulan dan Saran

1.6.1 Kesimpulan

Dengan telah terlaksanakannya praktikum proses produksi, maka


mahasiswa dapat mengetahui dan mempraktekan secara langsung tentang alat-
alat yang berada pada lab. Teknik industri. Selain itu mahasiswa dapat
mengerjakan dan membuat benda kerja seperti yang telah ditentukan.
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam tiap-tiap alat pada :
a) Gergaji
Mahasiswa dapat mengunakan dan lebih mengetahui bagaimana cara
menjepit benda kerja pada ragum agar posisi tidak bergeser. Sehingga
pada waktu penggergajian benda kerja tidak berubah, sehingga dapat
memperoleh hasil yang baik.
b) Kikir
Mahasiswa lebih mengenal struktur penggunaan mesin kikir mulai dari
tahap penjepitan, pemilihan kikir, penempatan benda kerja dan, sehingga
mendapatkan hasil yang sesuai yang diinginkan.
c) Mesin bor
Mahasiswa telah mempraktekan mesin bor dengan sesuai prosedur yang
ada, sehingga mengerti tata cara penggunaannya mulai dari tahap
penyalaan, pemasangan benda kerja . Sehingga mahasiswa mendapat hasil
kerja yang telah terstruktur sesuai keinginan.
d) Tap
Mahasiswa dapat menggunakan dan lebih mengetahui bagaimana cara
mengetap dengan baik agar dapat memperoleh hasil yang baik.
e) Senai
Mahasiswa telah mempraktekan senai sesuai prosedur yang ada, sehingga
mengerti cara penggunaan mulai pemasangan, pemilihan senai dalam
panyenaian benda kerja, sehingga di peroleh hasil yang baik.

1.6.2 Saran

21
Beberapa saran yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Persiapkan diri sebelum memasuki laboratorium teknik.
b. Patuhilah tata tertib laboratorium yang ada dan telah dibuat.
c. Gunakahlah alat keamanan yang telah disiapkan yang sesuai dengan
alat yang akan kita jalankan.
d. Megunakan alat-alat yang ada pada laboratorium sesuai dengan
fungsinya.
e. Disiplin praktikum dengan alat yang ada.
f. Melaksanakan petunjuk praktikum yang telah diberikan.
g. Tetap mengutamakan Teori K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

22
BAB II
BUBUT

2.1 Latar Belakang


Dimasa yang serba modern ini, sangat dibutuhkan tenaga yang
terampil baik di kota ataupun di desa. Karena dengan adanya teknologi yang
serba canggih ini juga sangat membantu dan mempermudah dalam melakukan
suatu pekerjaan.

Teknik membubut merupakan salah satu dasar dan merupakan keterampilan


yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa teknik mesin. Pada umumnya setiap
mahasiswa teknik mesin harus dapat memahami serta menguasai teknik-teknik
dalam membubut pada mesin bubut. Di dalam praktikum mesin bubut ini juga
akan membahas tentang cara dalam proses membubut, pengenalan mesin
bubut, alat-alat yang digunakan dalam praktikum mesin bubut dan faktor-
faktor keamanan selama praktikum mesin bubut.

Dengan menguasai teknik-teknik dasar membubut, diharapkan agar


setiap mahasiswa teknik mesin mempunyai keahlian yang dapat diandalkan
untuk mengimbangi kemajuan teknologi.
Praktikum ini bertujuan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam mengikuti
mata kuliah Praktek Mesin Dasar (PMD), disini di ajarkan caranya
menjalankan mesin-mesin, memakai alat-peralatan kerja bangku dan alat
bantu lainnya, sehingga di harapkan semua mahasiswa mengetahui dan
memahaminya.

Untuk menghasilkan produk bermutu tinggi dan standard dalam pengerjaan


mesin, maka sangat di perlukan tenaga kerja yang sangat baik dan profesional.
Mesin-mesin yang ada seperti mesin bubut, mesin bor, mesin gerinda, mesin
las dan lain-lain, memang di desain untuk melakukan salah satu jenis pekerjaan
sesuai dengan fungsi dan kapasitasnya. Materi yang di berikan dan harus di
selesaikan adalah cara / teknik pembuatan Bandul. Teknik untuk pembubutan,

23
pengeboran, dan penguliran sangat di utamakan dalam hal ini. Teknik-teknik
ini di peroleh dari materi kuliah yang telah di sampaikan, maka dengan adanya
praktikum ini di harapkan setiap mahasiswa dapat menerapkannya dengan
baik, sehingga setelah lulus dari bangku kuliah nanti bisa langsung siap bekerja
dan bersaing dengan calon tenaga kerja lainnya.

2.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan di buatnya mesin bubut ini adalah:


1. Merancang dan membuat alat mesin bubut kayu yang baik dan aman
2. Menciptakan suatu alat yang dapat memaksimalkan produksi.
3. Apabila alat ini digunakan,maka akan memberi dampak menekan biaya
produksi dan menekan waktu produksi bagi penggunanya.
4. Untuk membantu meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.3 Landasan Teori

Mesin Bubut atau Lathe adalah suatu Mesin perkakas yang digunakan
untuk memotong benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses
pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar
benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi
sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja
disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak
umpan. Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan
kecepatan translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan
ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar roda
gigi translasi yang menghubungkan poros spindel dengan poros ulir.

Roda gigi penukar disediakan secara khusus untuk memenuhi keperluan


pembuatan ulir. Jumlah gigi pada masing-masing roda gigi penukar bervariasi
besarnya mulai dari jumlah 15 sampai dengan jumlah gigi maksimum 127.

24
Roda gigi penukar dengan jumlah 127 mempunyai kekhususan karena
digunakan untuk konversi dari ulir metrik ke ulir inci.

Mesin bubut adalah mesin yang di buat dari logam, gunanya untuk
menyayat, gerakan utamanya adalah berputar. Di bidang industri, keberadaan
mesin bubut sangat berperan, terutama dalam industry pemesinan. Misalnya
dalam industri otomotif, mesin bubut berperan dalam pembuatan
komponenkomponen kendaraan seperti mur ,baut , roda gigi, poros ,tromol dan
lain sebagainya. Penggunaan mesin bubut juga dapat dihubungkan dengan
mesin lain seperti mesin bor (drilling mechine), mesin gerinda (grinding
mechine), mesin frais (milling mechine), mesin skrap (shaping mesin), mesin
gergaji (sawing mechine) dan mesin-mesin lainnya. Melihat begitu pentingnya
mesin bubut dalam industri pemesinan membuat harga mesin ini sangat mahal.
Maka dari itu, untuk mengaplikasikan mesin bubut ini ke dalam dunia nyata,
Rencana membuat mesin bubut ini dengan bahan yang mudah didapatkan
dipasaran dan kita ketahui. Dan tentu saja dengan bahan yang murah namun
menhasilkan mesin yang baik.dan menghasilkan produksi yang baik, dan dapat
mempersingkat waktu produksi bagi penggunanya.

Dengan harapan, dapat memaksimalkan produksi pengolahan kayu dan


dapat di pergunakan semua kalangan mulai dari kalangan menengah kebawah.
Dari pasar domestik maupun pasar manca negara. Mesin bubut inilah yang
akan dianalisa kekuatan gaya dan rangka apakah aman dipakai atau tidak.
Mesin bubut kayu merupakan sebuah mesin yang cukup sederhana, bagian –
bagiannya yang paling utama adalah kepala tetap, kepala lepas, penahan -
penahan dan unit tenaga penggerak.

Pada mesin bubut yang terlihat bagian - bagian strukturalnya dibuat dari
besi, dirancang sedemikian rupa menjadi sebuah mesin yang kokoh. Bentuk
mesin ini memberikan keleluasaan kepada si pembubut untuk mengerjakan
dengan baik benda - benda yang dihadapinya.

25
2.4 Jenis-jenis

2.4.1 Jenis-jenis Mesin Bubut

1) Mesin bubut ringan

Mesin bubut ini dimaksudkan untuk latihan dan pekerjaan ringan.


Bentuk peralatannya kecil dan sederhana. Dipergunakan untuk
mengerjakan benda-benda kerja yang berukuran kecil. Mesin ini
terbagi atas mesin bubut bangku dan model lantai, konstruksinya
merupakan gambaran mesin bubut bangku dan model lantai,
konstruksinya merupakan gambaran mesin bubut yang besar dan
berat.

Gambar 2.2 Mesin bubut ringan

2) Mesin bubut sedang (Medium Lathe)

Konstruksi mesin ini lebih cermat dan dilengkapi dengan


penggabungan peralatan khusus. Oleh karena itu mesin ini
digunakan untuk pekerjaan yang lebih banyak variasinya dan lebih
teliti. Fungsi utama adalah untuk menghasilkan atau memperbaiki
perkakas secara produksi. Jenis mesin ini tidak dapat memproduksi

26
benda kerja atau spesimen secara massal atau banyak dalam waktu
yang singkat.

Gambar 2.3 Mesin bubut sedang

3) Mesin bubut standar (Standard Lathe)

Mesin ini dibuat lebih berat, daya kudanya lebih besar daripada
yang dikerjakan mesin bubut ringan dan mesin ini merupakan
standar dalam pembuatan mesin-mesin bubut pada umumnya.

Gambar 2.4 Mesin bubut standar

4) Mesin bubut meja panjang (Long Bed Lathe)

27
Mesin ini termasuk mesin bubut industri yang digunakan untuk
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan panjang dan besar, bahan roda
gigi dan lainnya. Jenis mesin bubut ini dapat memproduksi benda
kerja atau spesimen dengan cukup banyak dalam waktu yang cukup
singkat. Dan mesin ini dirancang untuk mengerjakan benda kerja
yang cukup besar dan dalam jumlah yang banyak sehingga banyak
digunakan di industri-industri.

Gambar 2.5 Mesin bubut meja panjang

5) Mesin bubut facing lathe


Sebuah mesin bubut terutama digunakan untuk membubut
benda kerja berbentuk piringan yang besar. Benda-benda kerjanya
dikencangkan dengan cakar-cakar yang dapat disetting pada sebuah
pelat penyeting yang besar, tidak terdapat kepala lepas.

28
Gambar 2.6 Mesin bubut muka

6) Mesin bubut vertical turning and boring milling


Mesin ini bekerja secara otomatis, pada pembuatan benda kerja
yang dibubut dari tangan, pekerjaan yang tidak dilakukan secara
otomatis hanyalah pemasangan batang-batang yang baru dan
menyalurkan produk-produk yang telah dikerjakan, oleh sebab itu
satu pekerja dapat mengawasi beberapa buah mesin otomatis dengan
mudah.

Gambar 2.7 Mesin bubut vertical

7) Mesin Bubut Turret


Mesin bubut turret mempunyai ciri khusus terutama
menyesuaikan terhadap produksi. “Ketrampilan pekerja” dibuat
pada mesin ini sehingga memungkinkan bagi operator yang tidak
berpengalaman untuk memproduksi kembali suku cadang yang
identik. Kebalikannya, pembubut mesin memerlukan operator yang
sangat terampil dan mengambil waktu yang lebih lama untuk
memproduksi kembali beberapa suku cadang yang dimensinya
sama.

29
Karakteristik utama dari mesin bubut jenis ini adalah bahwa pahat
untuk operasi berurutan dapat disetting dalam kesiagaan untuk
penggunaaan dalam urutan yang sesuai. Meskipun diperlukan
keterampilan yang sangat tinggi untuk mengunci dan mengatur pahat
dengan tepat tapi satu kali sudah benar maka hanya sedikit
keterampilan untuk mengoperasikannya dan banyak suku cadang
dapat diproduksi sebelum pensettingan dilakukan atau diperlukan
kembali. Mesin bubut jenis ini pun dapat dibagi dalam beberapa
jenis, salah satu contohnya mesin bubut turet dengan sadel.

Gambar 2.8 Mesin bubut turret

8) Mesin bubut CNC


Mesin Bubut CNC merupakan mesin bubut yang dalam
pengoperasiannya menggunakan kode-kode gabungan huruf dan
angka, yang diinput dalam komputer yang terhubung dengan mesin.
Sebelum mengoperasikan mesin, operator harus membuat program
terlebih dahulu, program dapat diinput langsung dalam komputer
mesin atau dibuat dalam simulasi (untuk menghindari kesalahan).
Mesin ini biasanya digunakan dalam produksi masal (mass product)
atau produk-produk yang membutuhkan ketelitian yang
tinggi (precision part).

30
Gambar 2.9 Mesin bubut CNC

2.4.2 Coolant

Coolant merupakan media pendingin yang digunakan untuk


mendinginkan benda kerja dan alat potong pada saat proses industri
ataupun produksi berlangsung. Pada kegiatan industri cutting-coolant fluid
(Oli Coolant) merupakan bagian dari metal working fluid disingkat dengan
MWF. Jika ditarik garis besar MWF terbagi menjadi 2 yaitu neat oli
(digunakan langsung tanpa campuran air) dan juga water mixable cutting
fluid (digunakan menggunakan campuran air).

Menurut jenisnya, ada setidaknya 5 Coolant yang umum dipakai, yaitu:

1. Water Coolant yang biasanya dipakai serta dikhususkan untuk


pengerjaan benda-benda yang hanya mengalami proses pemotongan
skala kecil.
2. Oli coolant : bersebrangan dengan water coolant yaitu untuk
pengerjaan benda yang skalanya lebih besar.

31
3. Air Spray Coolant untuk benda yang menyisakan potongan seperti
serpihan kecil yang dapat mengakibatkan kerusakan apabila menempel
pada bagian mesin yang bergeser.
4. Water & Oli Coolant. Tidak sespesifik lainnya, ini bisa dipakai untuk
skala berat mau pun ringan.

5. Ethanol Coolant Pendingin yang cocok untuk high speed and micro
machining karena viskositas ethanol yang lebih dari oli menjadikan
ethanol lebih mudah “mengcover” bagian yang mengalami proses
machining.

2.5 Alat dan Bahan

Pada praktikum membubut tangkai besi untuk tangkai palu, menggunakan


alat dan bahan seperti dibawah ini ;

1) Mesin Bubut Ringan


Mesin bubut yang digunakan pada praktikum di laboratorium
teknik adalah mesin bubut ringan. Mesin bubut ringan diperuntukkan untuk
pekerjaan membubut objek yang berukuran kecil dan ringan.
2) Batang besi
Batang besi yang digunakan untuk praktikum adalah dengan ketebalan
sekitar 2 cm.
3) Coolant
Coolant yang digunakan untuk praktikum Proses Produksi adalah
coolant jenis water coolant.

2.6 Kesimpulan dan Saran

2.6.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

32
1. Pada prinsipnya proses pembubutan adalah mengurangi berat dan
volume benda kerja, dan proses pembubutan hanya dapat dilakukan
pada benda kerja yang berbentuk silindris.
2. Kecepatan dalam menggerakkan longitudinal feed
handwheel ataupun cross slide handwheel sangat mempengaruhi
halus kasarnya hasil pembubutan.
3. Kecepatan makan benda kerja akan semakin besar apabila gerak
makan dan putaran poros spindle diperbesar.
4. Hasil bubutan yang baik akan ditandai dengan sayatan yang
berbentuk panjang-panjang.
5. Ketepatan memilih bagian mana dahulu yang hendak dikerjakan
akan sangat menentukan untuk menyelesaikan benda kerja tepat
waktu.
6. Waktu yang diperlukan untuk proses pembubutan akan semakin
lama apabila
kedalaman potong dan panjang pemotongan yang digunakan lebih
besar, apabila gerak makannya diperbesar dengan panjang
pembubutan tetap waktuyang diperlukan akan semakin pendek.
7. Umur pahat tidak hanya dipengaruhi oleh geometri pahat saja
melainkan ada beberapa hal yang sangat signifikan pengaruhnya
seperti material benda kerja, metal pahat, kedalaman potong dan
kondisi pemotongan.

2.6.2 SARAN
Saran yang dapat saya sampaikan setelah praktikum pada mesin bubut
adalah :

1. Sebelum melakukan praktikum mesin bubut, hendaknya segala


sesuatu yang berkaitan dengan mesin bubut baik itu cara
pengoprasian atau faktor – faktor keamanan harus diperhatikan

33
sebaik mungkin, sehingga tidak terjadi hal – hal yang tidak
diinginkan pada saat melakukan praktikum.
2. Bagi mahasiswa yang hendak praktikum di masa mendatang,
sebelum praktikum membubut hendaknya mempelajari fungsi
bagian-bagian dari mesin bubut dan modul praktikum terlebih
dahulu.
3. Pahat yang digunakan saat praktikum agar diperbaharui sehingga
pada saat melakukan proses pembubutan hasil yang diperoleh
maksimal
4. Dalam membubut untuk awalan sebaiknya proses membubut
dilakukan secara manual, walaupun hasilnya kasar tidaklah masalah
untuk menghemat waktu dan setelah hendak finishing barulah
gunakan pembubutan otomatis untuk hasil permukaan yang halus.

34
BAB III

LAS

3.1 Latar Belakang

Pengelasan merupakan suatu proses penting di dalam dunia industri dan


merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pertumbuhan industri, karena
memegang peranan utama dalam rekayasa dan reparasi produksi logam.
Pengelasan adalah proses penyambungan setempat antara dua bagian logam
atau lebih dengan memanfaatkan energi panas.

Pengelasan merupakan teknik penyambungan logam yang dipergunakan


secara luas, seperti pada kontruksi bangunan baja dan kontruksi mesin.
Luasnya penggunaan teknologi pengelasan dikarenakan dalam proses
pembuatan suatu kontruksi bangunan atau mesin akan menjadi lebih ringan dan
lebih sederhana, sehingga biaya produksi menjadi lebih murah dan lebih
efisien. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat
menuntut berkembangnya sumber daya manusia. Banyak orang yang berusaha
mengembangkan dalam mencari efisiensi-efisiensi yang lebih baik di bidang
teknik pengelasan. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam bidang
konstruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka batang berupa
baja atau aluminium, pipa saluran dan lain sebagainya. Karena itu rancangan
las harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu
kekuatan dari sambungan 2 dan memperhatikan sambungan yang akan dilas,
sehingga hasil dari pengelasan sesuai dengan yang diharapkan.

FSW (friction stir welding) merupakan sebuah metode pengelasan yang


telah diketemukan dan dikembangkan oleh Wayne Thomas untuk benda kerja
alumunium dan alumunium alloy pada tahun 1991 di TWI (The Welding
Institute) Amerika Serikat. Prinsip kerja FSW adalah memanfaatkan gesekan
dari benda kerja yang berputar dengan benda kerja lain yang diam sehingga
mampu melelehkan benda kerja yang diam tersebut dan akhirnya tersambung

35
menjadi satu. Beberapa contoh pengelasan jenis ini adalah pembuatan bodi
mobil, sayap ataupun bodi pesawat terbang serta peralatan memasak.

Penelitian Friction Stir Welding masih dikembangkan, seperti variasi


desain tool, perbaikan teknik pengelasan dan perbaikan material tool baru
untuk dapat memperpanjang umur pakai tool. Metode ini menghasilkan daerah
TMAZ (thermomechanically affected zone) yang lebih kecil dibandingkan
dengan pengelasan busur nyala. Pengelasan ini berhasil menekan biaya proses
pengelasan menjadi lebih murah karena pengelasan hanya membutuhkan input
energi yang rendah dan tidak menggunakan filler metal. Kualitas hasil
pengelasan Friction Stir Welding memiliki permukaan yang lebih halus dan
rata dari hasil pengelasan tradisional lain dan tidak ada poripori yang timbul.
Proses ini ramah terhadap lingkungan karena tidak ada uap atau percikan dan
tidak ada silauan busur nyala pada fusion. Hasil dari pengelasan dengan
menggunakan busur nyala atau gas terutama pengelasan dissimilar metal
terdapat beberapa kerugian seperti retak dan cacat pengelasan, juga hasil 3
penyambungan yang kurang sempurna. Friction Stir Welding adalah suatu
metode pengelasan baru yang dapat menjadi solusi untuk masalah
tersebut.(Jarot Wijayanto, 2010).

P. Biswas dan N. R. Mandal (2011), meneliti secara tiga dimensi dengan


metode elemen hingga dan secara eksperimental. Analisa dilakukan dengan
parameter tool dan proses yang berbeda. Sumber panas diasumsikan murni
akibat gesekan antara tool dan permukaan benda kerja. Pada FSW ini tool yang
digunakan terbuat dari SS 310 dan material yang akan dilas adalah AA 1100.
Tool dengan geometri shoulder cekung dan pin berbentuk kerucut
menghasilkan lasan yang lebih baik untuk AA 1100. Berdasarkan uraian pada
paragrap sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengelasan dengan menggunakan metode friction stir welding untuk
menyambung plat aluminium. Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan
diketahui kekuatan sambungan las pada plat aluminium.

36
3.2 Tujuan dan Manfaat

1. Mahasiswa memiliki ketrampilan.


2. Mahasiswa mampu melakukan pekerjaan sesuai lembar kerja.
3. Mahasiswa mampu menggunakan alat kerja dengan baik dan benar.
4. Mahasiswa dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
5. Melatih praktikan (mahasiswa) mampu melaksanakan kegiatan pengelasan,
sehingga terampil melaksanakannya.
6. Memberi bekal praktikan (mahasiswa) tentang kegiatan pengelasan
sehingga mampu menerapkannya pada dunia industri.
7. Memberi bekal praktikan (mahasiswa) pengelasan sehingga mampu
menjadi bekal ketika di dunia kerja.

3.3 Landasan Teori


3.3.1 Las dalam berbagai bidang
Berdasarkan penemuan benda-benda sejarah dapat diketahui bahwa
teknik penyambungan logam telah diketahui sejak zaman prasejarah,
misalnya pembrasingan logam paduan emas tembaga dan pematrian
paduan timbal-timah. Menurut keterangan yang didapat telah diketahui
dan dipraktekkan dalam rentang waktu antara tahun 3000 sampai 4000
SM. Alat-alat las busur dipakai secara luas setelah alat tersebut digunakan
dalam praktek oleh Benardes (1985).
Dalam penggunaan yang pertama ini Benardes memakai elektroda
yang dibuat dari batang karbon atau grafit. Karena panas yang timbul,
maka logam pengisi yang terbuat dari logam yang sama dengan logam
induk mencair dan mengisi tempat sambungan.
Zerner (1889) mengembangkan cara pengelasan busur yang baru
dengan dengan menggunakan busur listrik yang dihasilkan oleh dua batang
karbon. Slavianoff (1892) adalah orang pertama yang menggunakan kawat
logam elektroda yang turut mencair karena panas yang ditimbulkan oleh
busur listrik yang terjadi. Kemudian Kjellberg menemukan bahwa kualitas

37
sambungan las menjadi lebih baik bila kawat elektroda logam yang
digunakan dibungkus dengan terak.
Di samping penemuan-penemuan oleh Slavianoff dan Kjellberg
dalam las busur dengan elektroda terbungkus seperti diterangkan diatas,
Thomas (1886) menciptakan proses las resistansi listrik, Goldschmitt
(1895) menemukan las termit dan tahun 1901 las oksi-asitelin mulai
digunakan oleh Fouche dan Piccard.
Kemudian pada tahun 1926 ditemukannya las hidrogen atom
olehLungumir, las busur logam dengan pelindung gas mulia oleh Hobart
dan Denerserta las busur rendam oleh Kennedy (1935). Wasserman (1936)
menyusul dengan menemukan cara pembrasingan yang mempunyai
kekuatan tinggi. Dari tahun 1950 sampai sekarang telah ditemukan cara-
cara las baru antaralain las tekan dingin, las listrik terak, las busur dengan
pelindung gas CO2 , las gesek, las ultrasonik, las sinar elektron, las busur
plasma, las laser, dan masih banyak lagi lainnya.
Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen)
adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, pengelasan
adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas
dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai
ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom.
Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membantu
memperluas ruang lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar
ukuran bangunan konstruksi yang dapat dilas. Dengan kemajuan yang
dicapai sampai saat ini, teknologi las memegang peranan penting dalam
masyarakat industri modern.
Pengertian pengelasan menurut Widharto (1996) adalah salah satu
cara menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya melalui
pemanasan. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) las
adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan
dalam keadaan lumer atau cair.

38
Penyambungan dua buah logam menjadi satu dilakukan dengan
jalan pemanasan atau pelumeran. Kedua ujung logam yang akan
disambung dibuat lumer atau dilelehkan dengan busur nyala atau dengan
logam itu sendiri sehingga kedua ujung atau bidang logam merupakan
bidang masa yang kuat tidak mudah dipisahkan (Arifin, 1997). Jenis
pengelasan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pengelasan lebur dan
padat. Adapun macamnya yaitu Pengelasan busur (Arc Welding, AW),
Pengelasan Resistansi Listrik (Resistance Welding, RW), Pengelasan Gas
(Oxyfuel Gas Welding, OFW), dan macam pengelasan padat yaitu 6
Pengelasan Difusi (Diffusion Welding, DFW), Pengelasan Gesek (Friction
Welding, FW), Pengelasan Ultrasonik (Ultrasonic Welding, UW).
Saat ini terdapat sekitar 40 jenis pengelasan. Dari seluruh
jenispengelasan tersebut hanya dua jenis yang paling populer di Indonesia
yaitupengelasan dengan menggunakan busur nyala listrik (Shielded Metal
Arc Welding/SMAW) dan las karbit (Oxy Ocetylene Welding/OAW).
Pengelasan dapat dilakukandengan berbagai cara sebagai berikut:
a. Pemanasan tanpa tekanan
b. Pemanasan dengan tekanan
c. Tekanan tanpa memberikan panas dari luar (panas diperoleh dari
dalam material itu sendiri).
d. Tanpa logam pengisi dan dengan logam pengisi
Pengelasan pada umumnya dilakukan dalam penyambungan logam,
tetapi juga sering digunakan untuk menyambung plastik tetapi
pembahasan iniakan difokuskan pada penyambungan logam. Pengelasan
merupakan proses yangpenting baik ditinjau secara komersial maupun
teknologi, karena :
a. Pengelasan merupakan penyambungan yang permanen.
b. Sambungan las dapat lebih kuat dari pada logam induknya, bila
digunakan logam pengisi yang memiliki kekuatan lebih besar dari
pada logam induknya.

39
c. Pengelasan merupakan cara yang paling ekonomis dilihat dari
segipenggunaan material dan biaya fabrikasi.
d. Metode perakitan mekanik yang lain memerlukan pekerjaan
tambahan(penggurdian lubang) dan pengencang sambungan
(rivet dan baut).
e. Pengelasan dapat dilakukan dalam pabrik atau dilapangan.
Walaupun demikian pengelasan juga memiliki keterbatasan dan
kekurangan :
a. Kebanyakan operasi pengelasan dilakukan secara manual dengan
upah tenaga kerja yang mahal.
b. Kebanyakan proses pengelasan berbahaya karena menggunakan
energi yang besar.
c. Pengelasan merupakan sambungan permanen sehingga rakitannya
tidak dapat dilepas. Jadi metode pengelasan tidak cocok
digunakan untukproduk yang memerlukan pelepasan rakitan
(misalnya untuk perbaikan atau perawatan).
d. Sambungan las dapat menimbulkan bahaya akibat adanya cacat
yang sulit dideteksi. Cacat ini dapat mengurangi kekuatan
sambungannya.

3.3.2 Desain Sambungan Las


Desain sambungan las dan bentuk sambungan (welding joint), serta
bentuk dan ukuran alur las dalam konstruksi untuk merancang sambungan
las adalah:
a. Persyaratan umum atau spesifikasi mutu (kekuatan) yang
diinginkan.
b. Bentuk dan ukuran konstruksi las.
c. Tegangan timbul akibat pengelasan (residual stress), maupun
tegangan yang diperhitungkan akan timbul akibat pemakaian
(pembebanan).
d. Jenis proses las yang boleh dipakai.

40
Beberapa Standar telah mengatur jenis – jenis sambungan, ada
sembilan jenis alur sambungan (kampuh) las yang utama seperti pada
dibawah ini

Gambar 2.1 Jenis alur sambungan las (Harsono, 2000)

3.4 Jenis-jenis

3.4.1 Jenis-Jenis Pengelasan yang Umum Dilakukan

1. Proses pengelasan busur logam terbungkus (Shielded Metal Arc


Welding)

Salah satu jenis proses las busur listrik elektoda terumpan, yang
menggunakan busur listrik yang terjadi antara elektroda dan benda kerja
setempat, kemudian membentuk paduan serta membeku menjadi lasan.
Elektroda terbungkus yang berfungsi sebagai fluks akan terbakar pada
waktu proses pengelasan dan gas yang terjadi akan melindungi proses
pengelasan terhadap pengaruh udara luar, cairan yang terbungkus akan

41
terapung membeku pada permukaan las yang disebut slag. Proses
pengelasan elektroda terbungkus terlihat pada gambar 2.11.

Proses pengelasan busur las terbungkus ( Alfujri, 2008 )

2. Proses pengelasan busur terendam (Shield Arc Welding)

Ini adalah salah satu pengelasan dimana logam cair ditutup dengan
fluks yang diatur melalui suatu penampang fluks dan elektroda yang
merupakan kawat pejal diumpankan secara terus menerus, dalam
pengelasan ini busur listrik nya terendam dalam fluks. Prinsip las busur
terendam ini material yang dilas adalah baja karbon rendah, dengan
kadar karbon tidak lebih dari 0,05%. Baja karbon menengah dan baja
konstruksi paduan rendah dapat juga dilas dengan proses SAW, namun
harus dengan perlakuan panas khusus dan elektroda khusus.

3. Proses pengelasan busur logam gas (Gas Metal Arc Welding)

Jenis pengelasan ini menggunakan busur api listrik sebagai sumber


panas untuk peleburan logam, perlindungan terhadap logam cair
menggunakan gas mulia (inert gas) atau CO2 merupakan elektroda
terumpan. Proses GMAW dimodifikasikan juga dengan proses

42
menggunakan fluks yaitu dengan penambahan fluks yang magnetig
atau fluks yang diberikan sebagai inti.

4. Proses pengelasan busur berinti fluks

Proses pengelasan busur berinti fluks merupakan proses


pengelasan busur listrik elektroda terumpan. Proses peleburan logam
terjadi diantara logam induk dengan elektroda berbentuk turbolens yang
sekaligus menjadi bahan pengisi, fluks merupakan inti dari elektroda
dan terbakar menjadi gas, akan melindungi proses dari udara luar,
seperti gambar 2.14.

Gambar.2.14 Proses pengelasan berinti fluks ( Wiryosumarto, 2000 )

5. Proses pengelasan busur tungsten gas (Gas Tungsten Arc Welding)

Pengelasan dengan memakai busur nyala api yang menghasilkan


elektroda tetap yang terbuat dari tungsten (wolfram), sedangkan bahan
penambah terbuat dari bahan yang sama atau sejenis dengan bahan yang
dilas dan terpisah dari torch, untuk mencegah oksidasi dipakai gas
pelindung yang keluar dari torch biasanya berupa gas argon 99%. Pada

43
proses pengelasan ini peleburan logam terjadi karena panas yang
dihasilkan oleh busur listrik antara elektroda dan logam induk.

Gambar 2.15 Proses pengelasan busur tungsten gas (Wiryosumarto, 2000)

3.4.2 Jenis-jenis cacat pada hasil las

Dalam setiap proses pengelasan sering kali terjadi cacat pada benda kerja.
Macam-macam cacat yang timbul pada proses pengelasan yaitu :

1. Terak yang tertimbun


Cacat seperti ini dicegah dengan cara :
- Tiap-tiap lapisan harus benar-benar dibersihkan
- Ayunan elektroda jangan lebar
- Kecepatan pengelasan harus kontinyu

2. Porositas (gelembung gas)


Cacat ini dapat dicegah dengan cara :
- Elektroda gas harus dikeringkan
- Gunakan panjang busur yang tepat dan tetap
- Kurangi kecepatan pengelasan
- Gunakan tipe elektroda yang lain

44
3. Undercut
Dapat dicegah dengan :
- Mengurangi kuat arus pengelasan
- Posisi elektroda arah longitudinal dan transversal harus tepat
- Ayunan elektroda jangan terlalu cepat
- Usahakan benda kerja agak dingin pada tiap lapisan

4. Hot Cracking
Yaitu retakan yang biasanya timbul pada saat cairan las mulai
membeku karena luas penampang yang terlalu kecil dibandingkan
dengan besar benda kerja yang akan dilas, sehingga terjadi
pendinginan. Cara mengatasi dengan menggunakan elektroda las low
hidrogen yang mempunyai sifat tegang yang relatif tinggi.

5. Cold Cracking
Cara mengatasinya dengan menggunakan elektroda las low hidrogen,
disamping pemanasan awal yang akan banyak membantu.

6. Underbread Cracking
Terjadi karena adanya hidrogen atau pun karena kuatnya konstruksi
penguat sampingan. Dapat ditanggulangi dengan menggunakan
elektroda las low hidrogen atau pemanasan awal benda kerja sampai
suhu 120 C.

7. Lack of Fussion
Adalah cacat yang antara bahan dasar dengan logam las tidak terjadi
ditanggulangi dengan menambah kuat arus, ayunan las dapat
ditambah.

8. Lack of Penetratic

45
Cara penanggulangannya yaitu dengan memilih dan mengganti
elektroda dengan diameter yang cocok serta menambah kuat arus
pengelasan.

9. Wearnig foult
Adalah timbunan las yang berlebihan diatasi dengan menjaga
kontinuitas kecepatan pengelasan.

10. Qeld Spotter


Adalah percikan las yang terlalu banyak.

3.5 Alat dan Bahan

Pada pengelasan dengan las listrik, panas yang dihasikan berasal dari
busur listrik yang timbul dari menempelnya benda kerja dengan elektroda.
Elektroda pengisian dipanaskan mencapai titik cair dan diendapkan pada
sambungan, hingga terbentuk sambungan las. Panas yang dihasilkan oleh busur
listrik mencapai 55000C. Pada saat pengelasan menggunakan las listrik,
dilepaskan energi dalam jumlah yang sangat besar dalam bentuk panas dan
cahaya ultraviolet. Agar kita terlindungi dari sinar ultra violet & panas yg
ditimbulkan akibat dari proses las ini, kita harus menggunakan standar
keamanan dalam bekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja

Berikut adalah macam - macam peralatan dalam las listrik :

1. Pembangkit arus listrik


Sebagai alat yang memasok atau yang mengatur arus yang
bekerja.

46
Gambar Pembangkit Arus listrik

2. Holder/Pemegang elektroda

Berfungsi untuk pemegang elektroda pada saat proses


pengelasan.

Gambar Holder / Pemegang elektroda

3. Klem Massa

Dipasang pada meja kerja las pada saat proses pengelasan.

47
Gambar Klem masa

4. Meja kerja las

Digunakan untuk menaruh benda kerja pada saat proses


pengelasan.

Gambar Meja kerja las

5. Elektroda

48
Sebagai perekat atau bahan tambah pada proses pengelasan yang
dipasang atau dijepit pada holder / pemegang elektroda.

Gambar Elektroda

6. Tang penjepit.

Berfungsi untuk menjepit atau memegang benda kerja yang telah


dilas, karena panas maka tidak dimungkinkan untuk dipegang
dengan tangan terbuka.

Gambar Tang Penjepit

49
7. Palu las

Untuk membersihkan kotoran atau kerak pada hasil las-lasan


pada sambungan.

Gambar Palu las

8. Sikat baja

Untuk membersihkan benda kerja dari kotoran pada hasil las-


lasan

Gambar Sikat baja

50
9. Sarung Tangan

Untuk melindungi kita dari panas yang dihasilkan dari pengelasan


dan percikan api pada waktu pengelasan

Gambar Sarung tangan

10. Topeng las

Untuk melindungi mata kita dari cahaya las yang sangat


menyilaukan mata.

Gambar Topeng las

51
11. Kipas Blower

Berfungsi sebagai penyedot asap pada saat proses pengelasan


agar asap dari pengelasan tidak terhirup ke kita.

Gambar Kipas Blower

3.6 Kesimpulan dan Saran

3.6.1 Kesimpulan

1. Dalam mengelas kecepatan menggeser elektroda sangat menentukan


hasil lasan. Jika terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal oleh karena
kurang waktu pemanasan bahan dasar dan kurang waktu untuk
cairan elektroda menembus bahan dasar. Bila terlalu lambat akan
menghasilkan alur lasan yang lebar, kasar dan kuat, hal ini dapat
menimbulkan kerusakan sisi las (pada logam induknya). Oleh karena
itu kecepatan elektroda harus tepat dan stabil.
2. Bila elektroda baru dipasang (masih panjang) maka ada
kemungkinan ujung elektroda tidak stabil saat digunakan untuk
mengelas. Seperti tangan kita gemetar. Tetapi jika elektroda sudah
setengah dalam mengelas ini relatif cukup stabil.
3. Jarak ujung elektroda ke benda kerja juga sangat mempengaruhi
hasil lasan. Jika terlalu dekat elektroda bisa nempel pada benda kerja

52
dan jika terlalu jauh lelehan elektroda tidak akan menumpuk dan jika
sangat jauh elektroda akan mati.
4. Saat penyambungan dua buah benda diusahakan pada bagian
sambungan tidak ada rongga, maka hasil lasan akan rapih dan kuat.
5. Pengelasan sudut dalam dan sudut luar harus memperhatikan lelehan
elektroda agar memperoleh sambungan yang baik dan rapih.

3.6.2 Saran
1. Sebaiknya jumlah alat diperbanyak dan dalam kondisi yang baik
sehingga dapat praktikum berlangsung dengan baik, tertib dan cepat.
2. Kurangnya peralatan kerja, seharusnya peralatan dapat dipenuhi
karena kerja bangku merupakan dasar dari praktik permesinan
lainnya. Juga mempengaruhi hasil dari pekerjaan.sedikit,itu
mengakibatkan keterlambatan menyelesaikan pekerjaan
3. Semua pekerjaan yang kita lakukan akan berhasil apabila disertai
jiwa yang sabar, ulet, terampil dan mau bekerja keras.

53
BAB IV
BOR

4.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi
sebuah industri yang harus dapat berkembang dan bersaing secara global. Pada
dasarnya seluruh elemen dalam sebuah industri akan ikut berkembang seiring
dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri manufaktur yang
mengharapkan produk hasil yang mengutamakan kualitas, kuantitas serta
pencapaian target produksi dan biaya produksi yang ekonomis.
Sebuah industri manufaktur tidak lepas dari adanya proses pemesinan yang
menjadi inti dari sebuah proses produksi. Peranan mesin sebagai pembantu
manusia tidak dapat dihindarkan lagi. Ketelitian geometri serta variasi produk
menuntut sumber daya manusia untuk lebih berkembang. Dalam bidang
perbengkelan misalnya, sudah banyak ditemukan alat-alat yang dapat
meringankan pekerjaan manusia seperti mesin bubut, mesin bor (drilling),
freis, skrap, gerinda dan sebagainya. Salah satu jenis dari proses pemesinan
yang digunakan dalam pembuatan benda kerja adalah proses penggurdian
(drilling) atau kita biasa mengenalnya sebagai proses bor.
Mesin bor adalah salah satu mesin perkakas, dimana energi pada motor
ditransmisikan pada spindel dengan arah pemotongan vertikal yang
dikhususkan untuk pembuatan lubang. Mesin ini juga dapat digunakan untuk
melakukan pekerjaan - pekerjaan yang lainnya seperti memperluas lubang,
pengeboran untuk tirus pada bagian suatu lubang.
Pelaksanaan pengeboran sesungguhnya adalah suatu poros yang berputar,
dimana pada bagian ujungnya dipasang mata bor yang dapat mengebor benda
kerja yang dicekam pada meja mesin bor. Secara umum pengeboran suatu
lubang pada benda kerja diperlukan mesin bor yang bekerja dengan benar dan
teliti. Mesin dapat mengebor benda kerja secara terus menerus dengan
kecepatan rpm yang dapat diatur sesuai kebutuhan.

54
4.2 Tujuan dan Manfaat

Dilakukanya pemboran adalah agar dapat mengetahui bagai mana kegiatan


pengeboran itu berlangsung, dapat mengetahui tahap-tahap dari pada kegiatan
pemboran, juga dapat mengetahui peralatan-peralatan yang digunakan dalam
pengeboran. Sehinga apa bila terjun kelapangan nantinya sudah dapat
mengetahui apa-apa yang harus dikerjakan juga yang harus dipersiapkan.
Dalam pencapaian target dari tujuan tersebut maka dibutuhkan perlengkapan,
tipe serta kapasitas mesin yang berbeda pula , baik dari pemboran yang vertical
keatas, kebawah maupun yang horizontal atau miring dengan sudut tertentu.

4.3 Landasan Teori

Proses gurdi (drilling) digunakan untuk pembuatan lubang silindris.


Pembuatan lubang dengan mata gurdi spiral di dalam benda kerja yang pejal
merupakan suatu proses pengikisan dengan daya penyerpihan yang besar. Jika
terhadap benda kerja itu dituntut kepresisian yang tinggi (ketepatan ukuran atau
mutu permukaan) pada dinding lubang, maka diperlukan pengerjaan lanjutan
dengan pembenam atau penggerek. Pada proses gurdi, geram (chips) harus
keluar melalui alur helix pahat gurdi ke luar lubang. Ujung pahat menempel
pada benda kerja yang terpotong selama proses pemotongan, sehingga proses
pendinginan menjadi relatif sulit. Proses pendinginan biasanya dilakukan
dengan menyiram benda kerja yang dilubangi dengan cairan pendingin,
disemprot dengan cairan pendingin, atau cairan pendingin dimasukkan melalui
lubang di tengah mata gurdi [Widarto, 2008]. Akan tetapi cairan pendingin
yang umumnya berbasis zat kimiawi berpontensi menggangu kesehatan
operator dan merusak lingkungan akibat limbahnya.

Jenis gurdi yang paling baik untuk jenis aplikasi yang diberikan tergantung
pada jenis material yang dibor, karateristik strukturalnya,ukuran lubang dan
material yang dibor bersifat solid atau getas. Dalam memilih tipe bor yang
cocok untuk aplikasi yang diberikan membutuhkan pertimbangan dari semua

55
factor-faktor diatas. Penggurdian manufaktur membutuhkan tipe pengeboran
yang sama namun dengan variasi yang lebih tajam dalam konfigurasi dan
metalurginya. Variasi yang lebih tajam tersebut mempengaruhi umur mata bor
dan kualitas lubang, khususnya untuk bor yang berdiameter kecil. Tiga jenis
Pengeboran konvensional yang sering digunakan yaitu regrindable drills, spade
drills dan tipped drills. Ada beberapa jenis dari regrindable drills yaitu twiss
atau regular drill, gun drill, counter drill dan pilot drill. Twiss drill memiliki
perbedaan dalam jumlah lekukanya dan sifat-sifat geometrinya seperti sudut
helix angel, sudut permukaannya, bentuk lekukanya, ketebalanya dan lebar
margin. Sistem yang standar dalam mengklasifikasikan twiss drill yang dibuat
oleh proses manufaktur yang berbeda beda belum dikembangkan [D.A
Stephenson, 2006].

4.4 Jenis-jenis

4.4.1 Jenis mesin bor

1. Mesin bor tangan (portable drilling machine)

56
Hampir di semua bengkel memiliki jenis bor ini. Mesin bor ini
digunakan untuk pengeboran dengan berbagai posisi yang umumnya
tidak bisa dilakukan dengan mesin bor standard.

Dengan mekanisme yang sederhana dan ukuran yang kecil, mesin


ini sangat fleksibel dan dapat dibawa kemana saja. Mesin ini dapat
digunakan untuk mata bor berdiameter 12 mm sampai 18 mm.
Kekurangan dari mesin bor ini adalah, operator tidak dapat mengatur
kecepatannya. Sehingga operator harus benar-benar stabil pada saat
menggunakan mesin ini.

2. Mesin bor duduk (bench/sensitive drilling machine)

Jenis mesin ini didesain khusus untuk pengeboran lubang yang


kecil dan membutuhkan kecepatan tinggi. Perlu diingat, semakin kecil
mata bor yang digunakan maka semakin tinggi kecepatan putaran
mesin bor. Alas pada mesin bor ini diikat dengan mur dan baut pada
meja atau lantai. Mesin bor ini dapat mengebor sampai diameter 15,5
mm. Gerak pemakanan bor dilakukan secara manual atau dengan

57
tangan. Operator bisa merasakan getaran yang terjadi pada saat
pengeboran. Sehingga mesin bor ini diberi nama mesin bor sensitif
(sensitive drilling machine).

3. Mesin bor tegak (upright drilling machine)

Mesin bor tegak dirancang untuk benda kerja dengan ukuran


sedang. Jenis mesin bor ini sekilas mirip dengan mesin bor sensitif,
namun ukurannya lebih besar. Mesin bor ini mampu mengebor sampai
diameter 50 mm. Mesin ini dilengkapi dengan pengaturan pemakanan
otomatis. Kecepatan spindle utama dan pemakanan bisa diatur sesuai
kebutuhan pekerjaan.

4. Mesin bor radial (radial drilling machine)

58
Mesin bor radial dirancang untuk benda kerja yang berukuran
sedang sampai besar. Jenis mesin ini memiliki kolom mesin berbentuk
bundar yang terikat pada alas yang kuat. Kolom ini mendukung lengan
radial sehingga dapat menaikkan dan menurunkan meja. Hal ini
bertujuan untuk menyesuaikan benda kerja yang memiliki ketinggian
berbeda. Spindle utama terletak pada lengan radial, sehingga
posisinya dapat diputar pada posisi manapun. Dan kepala bor dapat
meluncur pada lengan radial.

5. Mesin bor gang (gang drilling machine)

Mesin bor gang memiliki meja dan alas yang panjang. Jenis mesin ini
memiliki empat sampai enam kepala bor yang ditempatkan secara
sejajar. Masing-masing kepala bor memiliki motor penggerak sendiri.
Umumnya mesin ini digunakan dalam proses produksi. Serangkaian
pekerjaan seperti pengeboran, reaming, counterboring dan
pengetappan dapat dilakukan dengan cepat pada mesin ini. Setiap

59
spindle dipasang dengan alat potong yang berbeda-beda. Sehingga
tidak perlu mengganti-ganti mata bor yang digunakan. Cukup
menggeser atau memindah benda kerja dari satu posisi ke posisi yang
lain.

6. Mesin bor dengan spindle ganda (multiple drilling machine)

Mesin bor ini digunakan dalam proses pengeboran untuk beberapa


lubang secara bersamaan. Jenis mesin bor ini juga dapat digunakan
untuk mereproduksi pola lubang yang sama pada sejumlah bagian
yang identik.

60
Mesin ini memiliki spindle lebih dari satu namun memiliki satu motor
penggerak. Motor ini menggunakan satu set roda gigi untuk
menggerakkan semua spindle. Setiap spindle memegang satu alat
potong yang sama. Kemudian dilakukan gerak pemakanan secara
bersamaan pada benda kerja. Jarak antar spindle dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan.

7. Deep hole drilling machine (mesin bor kedalaman)

Jenis mesin bor ini digunakan untuk pengeboran yang membutuhkan


kedalaman yang presisi seperti pada pistol, spindle, dan batang piston.
Pemakanan yang sedikit dan kecepatan tinggi dibutuhkan untuk
pengeboran kedalaman. Kecepatan tinggi akan menimbulkan panas,
panas dari gesekan akan mempengaruhi permukaan hasil pemakanan.
Sehingga membutuhkan pendingin (coolant) pada saat pengeboran
berlangsung.

4.5 Alat dan Bahan

Berikut ini adalah alat dan bahan yang digunakan dalam proses produksi bor :

1. Mesin bor dengan spindle ganda (multiple drilling machine)

61
2. Coolant

3. Batang besi
Yang berbentuk kubus dan siap untuk dijadikan sebagai kepala palu

4.6 Kesimpulan dan Saran


4.6.1 Kesimpulan

62
Adapun kesimpulan yang penulis dapat simpulkan adalah sebagai berikut
:

1. Mengetahui mesin bor secara mendalam


2. Mengetahui jenis-jenis mesin bor
3. Mengetahui cara penggunaan mesin bor
4. Mengetahui jenis-jenis mata bor yang digunakan dalam pengeboran

4.6.2 Saran
Adapun saran dari penulis sebagai berikut :
1. Sebaiknya mahasiswa diberikan benda kerja masing-masing,
sehingga hasil kerjanya sesuai dengan tingkat kemampuan masing-
masing individu
2. Sebaiknya dalam melakukan praktikum ini, mahasiswa diarahkan
untuk melihat proses kerja untuk sebagai pengetahuan
3. Sebaiknya laporan mahasiswa dikembalikan setelah penilaian

63
BAB V
PROSES PRODUKSI

5.1 Proses Produksi


Proses produksi adalah kegiatan yang mengkombinasikan faktor-faktor
produksi (man, money, material, method) yang ada untuk menghasilkan suatu
produk, baik berupa barang atau jasa yang dapat diambil nilai lebihnya atau
manfaatnya oleh konsumen. Sifat proses produksi adalah mengolah, yaitu
mengolah bahan baku dan bahan pembantu secara manual dengan
menggunakan peralatan, sehingga menghasilkan suatu produk yang nilainya
lebih dari barang semula.
Produk atau barang adalah hasil kegiatan produksi yang mempunyai sifat-sifat
fisik dan kimia, serta ada jangka waktu antara saat diproduksi dengan saat
produk tersebut dikonsumsi atau digunakan. Adapun jasa adalah hasil dari
kegiatan produksi yang tidak mempunyai sifat-sifat baik fisik maupun kimia
serta tidak ada jangka waktu antara saat produksi dengan saat dikonsumsi.
Proses produksi terdiri dari:
a) Proses produksi langsung yaitu proses produksi yang meliputi produksi
primer yaitu produksi alam langsung, misalkan perikanan, pertambangan,
dan sebagainya. Produksi sekunder yaitu proses produksi yang
memberikan nilai lebih dari barang yang memberikan nilai lebih dari
barang yang sudah ada,misalnya kayu untuk jembatan.
b) Produksi tidak langsung, yaitu proses produksi yang hanya memberikan
hasil dari keahlian atau produk dalam bentuk jasa, misalkan kesehatan oleh
dokter, perbaikan mesin kendaraan oleh montir dan lain sebagainya.

Sifat proses produksi antara lain sebagai berikut :


a) Proses ekstraktif yaitu proses produksi dengan mengambil langsung dari
alam.

64
b) Proses analitik yaitu proses produksi yang berupa kegiatan memisahkan
suatu barang menjadi bermacam-macam barang yang hampir menyerupai
bentuk aslinya.
c) Proses fabrikasi, yaitu proses mengubah suatu bahan menjadi beberapa
bentuk produk baru.
d) Proses sintetik, yaitu proses mengkombinasikan beberapa bahan ke dalam
suatu bentuk produk, proses ini sering disebut dengan proses perakitan.

Jangka waktu produksi sebagai berikut :


a) Proses produksi terus-menerus, yaitu proses produksi yang menggunakan
fasilitas-fasilitas produksi untuk menghasilkan produk yang dilakukan
secara terus-menerus tanpa terpengaruh kondisi musim atau cuaca dan
waktu. Sifat produknya hanya beberapa jenis dan diproduksi dalam skala
besar.
b) Produksi secara terputus-putus, yaitu proses produksi yang kegiatan
produksinya berjalan tidak setiap saat, tetapi tergantung beberapa hal,
misalkan produksi berdasarkan pesanan, produksi berdasarkan musim
tertentu, dan sebagainya.

5.2 Proses Produksi Besi Plat


Besi Plat Adalah bahan baku dalam pembuatan berbagai macam mesin dan
kebutuhan industri lainya. seperti pembuatan mobil, kapal dan berbagai macam
alat transportasi. selain itu Besi plat juga bisa di pergunakan untuk pembuatan
berbagai macam keperluan alat-alat rumah tangga. Bisa juga di pergunakan
untuk dasar bahan bangunan.
Bahan plat sendiri tentunya dapat terbuat dari berbagai jenis bahan. Jenis
bahan plat atau pelat dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu, bahan
pelat logam ferro dan non logam ferro. Di pasaran sendiri banyak di jual plat
besi dengan beberapa jenis pelat yang banyak digunakan, diantaranya sebagai
berikut:

65
1. Plat Besi Aluminium

Plat aluminium adalah lembaran plat atau pelat logam yang ringan
dan kuat. Plat aluminium memiliki sifat anti karat, tidak mudah terbakar
dan tahan terhadap segala jenis cuaca. Plat jenis ini sendiri mudah
dibentuk, sehingga banyak digunakan dalam bidang industri seperti dalam
kebutuhan advertising.
Terdapat dua jenis aluminium diantaranya, aluminium tuang yang
dapat menghantar listrik dan aluminium tempa yang memiliki kekuatan
tarik. Bahan aluminium juga merupakan konduktor listrik yang dapat
menghantarkan listrik dengan baik, sehingga biasanya untuk plat
aluminium yang digunakan sebagai bahan baku dalam industri advertising
atau pembuatan reklame akan dilakukan proses anodizing yaitu proses
membuat aluminium tidak menghantarkan listrik yang kemudian
dipanaskan agar tahan terhadap panas udara atau panas air.
Namun kekurangan dari plat jenis ini adalah tidak dapat tahan
terhadap zat-zat asam, bahan-bahan alkalis seperi sabun dan soda. Harga
jual plat besi aluminium ini sendiri cukup murah, sehingga tidak sedikit
produsen yang menggunakan bahan ini sebagai material bahan
produksinya.

66
2. Plat Stainless Steel

Jenis plat yang satu ini yaitu plat stainless steel merupakan plat yang
banyak digunakan pada dunia industri otomotif sebagai bahan pembuat
badan kendaraan dan juga banyak digunakan sebagai bahan pembuat
peralatan kebutuhan rumah tangga.
Banyak kelebihan yang dimiliki dari plat berbahan stainless steel ini
salah satunya adalah memiliki daya tahan karat yang cukup tinggi. Dan
banyak produsen industri yang melakukan kombinasi atau finishing untuk
menambah atau menghasilkan kualitas stainless steel yang lebih baik.

3. Plat Besi Baja

67
Jenis plat baja ini biasanya banyak digunakan sebagai bahan material
pembangunan konstruksi karena plat baja memiliki kekuatan yang sudah
tidak diragukan lagi. Biasanya plat baja ini digunakan sebagai material
penyambung struktur profil konstruksi bangunan. Karena sifat baja yang
kuat membuat jenis pelat bahan baja ini sulit untuk dibentuk. Dan tentunya
harga jual plat besi baja ini cukup lumayan untuk setiap perlembarnya.

4. Plat Besi Kuningan

Plat kuningan merupakan plat hasil dari campuran tembaga dan


seng. Plat jenis ini tentunya lebih kuat dan keras dari pada tembaga namun
masih bisa dengan mudah dibentuk, tetapi tidak sekuat dan sekeras baja.
Warna dari plat kuningan ini juga beragam ada berwarana coklat
kemerahan, gelap kekuningan tergantung dari kandungan pencampuran
tembaga dengan seng.
Bahan kuningan merupakan salah satu peralatan konduktor yang
dapat mengahantarkan panas dan listrik dengan baik, sehingga jenis plat
kuningan ini banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan kawat,
pelat, lembarang, strip, dll. Bahan kuningan juga umumnya tahan terhadap
korosi.

68
Dalam Praktikum Proses produksi ini yang digunakan adalah Plat Besi Baja. Dalam
Praktikum proses produksi besi plat langkah-langkah pengerjaannya adalah sebagai
berikut :
1. Siapkan alat dan bahan untuk pembuatan besi plat
Alat-Alat yang digunakan adalah :
a. Jangka Sorong ialah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur
panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1mm. kegunaan jangka
sorong adalah untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara
diapit, untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa
lubang (pada pipa, maupun yang lainnya) dengan cara di ulur, untuk
mengukur kedalaman celah/lubang pada suatu benda dengan cara
menancapkan atau menusukkan di bagian pengukur.

b. Gergaji Besi adalah perkakas berupa besi tipis bergigi tajam yang
digunakan untuk memotong besi. Gergaji terdiri rangka dan bilah. Rangka
gergaji sebagai tempat bilah gergaji dikaitkan dan diklem/dijepit supaya
aman serta mudah dalam melepas dan memasang.

69
c. Mesin Las, suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan
tenaga listrik sebagai sumber panas. Jadi sumber panas pada las listrik
ditimbulkan oleh busur api arus listrik, antara elektroda las dan benda
kerja. Benda kerja merupakan bagian dari rangkaian aliran arus listrik las.
Elektroda mencair bersama-sama dengan benda kerja akibat dari busur api
arus listrik. Gerakan busur api diatur sedemikian rupa, sehingga benda
kerja dan elektroda yang mencair, setelah dingin dapat menjadi satu bagian
yang sukar dipisahkan. Mesin las adalah alat yang digunakan untuk
menyambung logam. Pengelasan (welding) adalah tenik penyambungan
logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi
dengan atau tanpa penekanan dan menghasilkan sambungan yang
kontinyu. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat
luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat,
pipa saluran dan sebagainya.

d. Palu adalah alat yang digunakan untuk memberikan tumbukan kepada


benda. Palu umum digunakan untuk memaku, memperbaiki suatu benda,
penempaan logam dan menghancurkan suatu objek. Palu dirancang untuk
tujuan tertentu dengan variasi dalam bentuk dan struktur. Bentuk umum
palu terdiri dari gagang palu dan kepala palu, dengan sebagian besar berat
berada di kepala palu. Desain dasar palu agar mudah digunakan, tetapi ada
juga model palu mekanis yang dioperasikan untuk keperluan yang lebih
besar

70
e. Air dan ember

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah plat besi.


2. Setelah alat dan bahan siap, langkah selanjutnya adalah mengukur plat besi
menggunakan jangka sorong, plat besi diukur sepanjang 100 mm dua buah.
3. Setelah selesai mengukur plat besi, lalu plat tesebut kita potong sepanjang 100
mm, sebanyak 2 plat dengan menggunakan gergaji besi.
4. Jika telah selesai memotong plat, kedua plat yang telah dipotong tadi
disambungkan menjadi satu dari sisi samping menggunakan mesin las.
5. Segera setelah selesai menyambungkan kedua plat, celupkan plat tersebut
kedalam air yang telah disiapkan dalam ember, lalu pukul dengan palu untuk
membuang kerak-kerak sisa las pada sambungan plat besi, setelah dirasa cukup
rapi maka proses pembuatan besi plat telah selesai.

5.3. Proses Produksi Palu


Dalam praktikum pembuatan palu ini bahan yang digunakan untuk
pembuatan palu adalah besi. Langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai
berikut :

71
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan, bahan yang digunakan adalah
besi sedangkan alat yang digunakan adalah :
a. Gergaji besi,digunakan untuk memotong besi
b. Jangka Sorong, digunakan untuk mengukur
c. Mesin bubut adalah suatu Mesin perkakas yang digunakan untuk
memotong benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu
proses pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan
cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang
digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda
kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif
dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan. Dengan
mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan
translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan
ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan
menukar roda gigi translasi yang menghubungkan poros spindel
dengan poros ulir.

d. Alat kikir adalah alat perkakas tangan yang berguna untuk


pengikisan benda kerja. Kegunaan kikir pada pekerjaan penyayatan

72
untuk meratakan dan menghaluskan suatu bidang, membuat rata dan
menyiku antara bidang satu dengan bidang lainnya, membuat rata
dan sejajar, membuat bidang-bidang berbentuk dan sebagainya.

e. Mesin Bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat


pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin
tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah
operasi menghasilkan lubang berbentuk bulat dalam lembaran-kerja
dengan menggunakan pemotong berputar yang disebut BOR

73
f. Mesin Las

g. Kain Majun

h. Kuas

74
i. Cairan Bromus (coolant), cairan yang digunakan untuk
mendinginkan besi pada saat mengalami gesekan/pengikisan
(Biasanya pada saat dibubut)

2. Setelah semua bahan dan alat siap proses selanjutnya yang kita lakukan
adalah mengukur besi dengan menggunakan jangka sorong untuk
kemudian kita potong menjadi 2 bagian yaitu gagang palu dan kepala
palu dengan menggunakan gergaji besi. Ukuran-ukurannya dapat dilihat
pada gambar ini

75
3. Setelah memotong besi sesuai dengan ukurannya, dilanjutkan dengan
membubut gagang palu dengan menggunakan mesin bubut sesuai ukuran
yang telah ditentukan, selagi menggunakan mesin bubut, besi yang
dibubut harus sering di beri cairan bromus yang dibasahi pada kuas agar
tidak panas, sedangkan dibawah mesin bubut dialasi dengan kain majun
agar tetesan cairan bromus tidak mengalir ke lantai. Jika proses bubut
sudah selesai maka gagang palu juga sudah selesai.

4. Selanjutnya mengolah kepala palu dengan merapikan potongan sisi


miringnya menggunakan alat kikir, setelah itu kepala palu di bor
menggunakan mesin bor agar gagang dan kepala palu dapat disatukan

76
5. Agar gagang dan kepala palu bisa menyatu dengan baik, bagian atas
lubang pada kepala palu dapat di las menggunakan mesin las
6. Sisa Lasan tersebut akan menimbulkan permukaan besi tidak rata,
pertama kita buang keraknya dengan memukul kepala palu dengan palu,
lalu kita lanjutkan dengan merapikan hasil las nya di mesin gerinda.
Setelah dirasa cukup rata maka palu pun sudah jadi dan siap digunakan.

77
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan dan Saran

6.1.1 Kesimpulan

a) Pengerjaan Mesin Bubut


• Setiap mahasiswa teknik industri dapat mengoperasikan mesin
bubut dengan baik.
• Setiap mahasiswa teknik industri dapat mengetahui cara kerja
dari mesin bubut.
• Setiap mahasiswa teknik industri mampu berkreatifitas sesuai
dengan keahliannya.
• Setiap mahasiswa teknik industri mampu menciptakan rasa
tanggung jawab dan kekompakan dalam tim.
• Setiap mahasisiwa teknik industri agar bisa lebih disiplin dan
tepat waktu dalam setiap pembuatan laporan.

b) Kerja Bangku
• Praktikum Proses Produksi melatih mahasiswa Teknik Industri
dalam ketelitian dimana dalam hal ini adalah mengukur kerataan
sisi dari sebuah benda, kesikuan dan juga dimensi dari benda,
serta tepat waktu dimana dalam hal ini adalah para mahasiswa
harus bisa menyelesaikan atau membuat benda kerja sesuai
dengan waktu yang telah diberikan oleh dosen mata kuliah
Praktik Proses Produksi Setiap mahasiswa teknik industri dapat
mengetahui cara kerja dari Kerja Bangku

c) Las Listrik

78
• Hasil pengelesan yang baik akan di dapat bila proses penyetelan
ampere listrik pada mesin las di lakukan dengan tepat dan benar
• Besar arus di pengaruhi dengan jenis elektroda dan ketebalan
benda kerja
• Terak akan lengket pada benda kerja, dan susah di hilangkan bila
penyetelan arus kurang pas.
• Jarak ujung elektroda kebenda kerja sangat mempengaruhi hasil
las.
• Untuk dapat mengelas dengan hasil las yang baik, perlu latihan
dalam waktu yang tidak cepat.
• Dalam mengelas kecepatan menggeser elektroda sangat
menentukan hasil las, jika cepat tembusan lasnya dangkal, oleh
karena itu kecepatan saat mengelas harus stbil dan benar.
• Pada akhir penulisan ini dapat kita ketahui las listrik dengan
pengertiannya, alat-alat yang digunakan posisi pengelasan,
tingkat kesulitan las listrik, dan keselamatan kerja yang
semestinya

6.1.2 Saran

a) Pengerjaan Mesin Bubut


• Dalam praktikum mesin bubut semua mahasiswa dapat
mengikut dengan baik semua proses pengerjaan Tugas
Kelompok berupa Palu besi, akan tetapi dapat dilihat kurangnya
pemerataan kemampuan di seluruh mahasiswa dalam
pengoperasian mesin bubut, alangkah baiknya apabila
dilakukan latihan lebih lanjut.

b) Kerja Bangku

79
• Dalam Praktikum kerja bangku sebaiknya peralatan APD (alat
pelindung diri) selalu dipakai mengingat bahayanya apabila
tidak memakai APD
c) Las Listrik Bekerjalah dengan hati-hati dan serius, karena apabila
kita bermin-main dapat menyebabkan kecelakaan baik bagi diri
sendiri dan lingkungan kerja. Aturlah arus mesin las dengan baik
agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Jika ditemukan kendala
saat pengerjaan, seperti :
1) Ujung elektroda menempel pada benda kerja
2) Terlalu cepat menggeser elektroda sehingga tembusannya
dangkal
3) Tidak memakai topeng las dan sarung tangan sehingga mata
perih.
Maka hal yang harus dilakukan untuk solusinya adalah :
1) Supaya elektroda tidak menempel pada benda kerja
diposisikan agar ujung elektroda tidak terlalu dekat
2) Tidak terlalu segera memindahkan elektroda saat
melakukan alur, agar hasilnya bagus
3) Pakailah topeng atau kacamata las saat kerja las.

80
DAFTAR PUSTAKA

http://adigarma.blogspot.com/2018/01/kerja-bangku.html
file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/134336187-Alat-Gambar-Dan-Ukur-
Kerja-Bangku.pdf
http://chandradwi18.blogspot.com/2012/10/menggambar-pada-kerja-bangku-
mesin-d3.html
https://docplayer.info/73053903-Pengertian-fungsi-cara-dan-jenis-ragum-dalam-
dunia-industri.html
http://saepulmubarok163030042.blogspot.com/2017/01/dasar-teori

81

Anda mungkin juga menyukai