Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Strata-1
Teknik Mesin
Diajukan oleh
NAMA : Mu’izzaddin Wa’addulloh
NIM : 163010125
i
HALAMAN PENGESEHAN
Pembimbing 1 Koordinator KP
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Menyatakan bahwa laporan kerja praktek ini bukan merupakan jiplakan dan juga
bukan dari karya orang lain.
( )
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas karunia dan anugerah Allah Subhanahu Wa
Ta`ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat
terselesaikannya penulisan laporan kerja praktek di PT Lamongan Marine Industry
bagian Qc(quality control)yang beralamat di Jl.Deandles km
63,kemantren,paciran,kabupaten Lamongan,Jawa Timur. Pelaksanaan kerja praktek
ini di laksanakan pada tanggal 5 Juni -5 Juni 2017.
Pembuatan laporan kerja praktek ini merupakan hasil dari pengamatan,
percobaan dan pengumpulan data selama pelaksanaan kegiatan kerja praktek, untuk
itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Agus PS selaku Senior Manager dept.QA/QC PT. Lamongan marine
industry,Lamongan yang telah memberikan ijin untuk dapat melaksanakan
kerja praktek.
2. Bapak SM.Bondan Respati,M.T. Selaku dosen pembimbing dalam pembuatan
laporan kerja praktek ini.
3. Bapak Abtri selaku Manager. dept.QA/QC PT. Lamongan marine
industry,Lamongan beserta staf dan segenap karyawan yang telah membantu
memberikan informasi tentang proses produksi yang ada diperusahaan
tersebut.
Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan kerja praktek ini masih jauh
dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan. Atas perhatian
dan bantuan dari semua pihak penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
iv
HALAMAN PENGESEHAN..................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN.................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................4
DASAR TEORI.......................................................................................................4
2.3 Electroda.....................................................................................................7
BAB III..................................................................................................................21
METODE...............................................................................................................21
v
3.2. Wawancara...........…..............................................................................22.
BABIV...................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................28
4.1 Kesimpulan..............................................................................................28
4.2 Saran........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30
LAMPIRAN .........................................................................................................31
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar III.7. Proses pengelasan SMAW..............................................................................
36
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Kerja Praktik ini dilakukan replating pada Lambung kapal container
100 Teus dimana replating dilakukan sebanyak 1x, 2x dan 3x diberikan perlakuan
panas berupa Post Weld Heat Treatment (PWHT). Mengapa hal ini perlu dilakukan
karena untuk mengurangi tegangan sisa yang terdapat dalam pengelasan ulang
tersebut, dan untuk mengubah struktur mikro di dalam sebuah material tersebut
yang mana pemberian panas Post Weld Heat Treatment (PWHT) dan apakah
perubahan butiran-butiran di dalam material tersebut berubah secara signifikan
1
2
atau tidak setelah dilakukan pemberian panas berupa Post Weld Heat Treatment
(PWHT).
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan Kerja Praktik ini adalah:
DASAR TEORI
2.1 Proses Pengelasan
Deutche Industrie Normen (DIN) mendefinisikan las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam atau logam paduan yang dilakukan pada keadaan lumer atau cair. Dari
definisi diatas dapat dijabarkan bahwa las adalah sambungan setempat dari berbagai batang
logam dengan menggunakan energy panas. [Wiryosumarto, 2000]
Las (welding) adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan
mencairkannya melalui pemanasan. Mengingat kegunaannya yang sangat penting dalam
sistem penyambungan berbagai benda padat/logam, maka teknologi pengelasan selalu
mengalami pembaharuan dan perkembangan. [Widharto, 2001]
Pengelasan dilakukan untuk menyambung dua bagian logam menjadi satu, tanpa
mengurangi kekuatan dan bentuk dari material logam tersebut. Selain itu, pengelasan cukup
ekonomis dan efisien karena cara penyambungannya dengan cara tetap, artinya tidak mudah
untuk melepas atau membongkar kembali. Dalam praktek, proses pengelasan sangat banyak
ragamnnya demikian pula dengan bentuk sambungan yang akan di las, jenis kampuh las
(weldment) dan posisi yang akan dilakukan.
4
5
dengan kata lain teknik pengelasan ini memanfaatkan panas busur listrik yang timbul karena
perbedaan tegangan antara elektroda terbungkus dengan material yang akan disambung. Panas
O O
yang ditimbulkan ion listrik ini besarnya dapat mencapai 4000 dan 4500 Celcius. Sumber
tegangan yang digunakan ada dua macam yaitu listrik AC (arus bolak-balik) dan listrik DC (arus
searah). [ASTM Metal Handbook, Vol 6]
pengelasan selesai. SMAW umumnya banyak diaplikasikan di industri karena relatif simpel
dan sederhana peralatannya. [JWES - IWS, 2011]
2.3 Elektroda
Elektroda yang digunakan dalam proses SMAW memiliki banyak perbedaan, baik
komposisi kawat las maupun jenis fluks. Diameter standard (diameter kawat las) bervariasi
mulai dari 1.6 mm hingga 8 mm, sedangkan panjangnya mulai dari 230 mm hingga 455 mm.
elektroda las tidak hanya merupakan kawat logam tetapi juga dilindungi atau diselimuti oleh
fluks. Ujung elektroda yang tidak terbungkus fluks digunakan sebagai tempat elektrik pada
electrode holder. Pada saat pengelasan, fluks ini ikut mencair dan bercampur dengan cairan
logam yang berasal dari logam induk dan kawat las. Lapisan pelindung pada elektroda
berfungsi sebagai: [ASM Metal Handbook, Vol 6]Penghasil gas, biasanya karbon dioksida,
yang dibuat dari dekomposisi fluks untuk melindungi busur dan area pengelasan dari
atmosfir.Penghasil deoksidasi, sebagai pengangkat kotoran dan pemurni logam las.Penghasil
slag, berfungsi sebagai pelindung logam las dari oksidasi dan membantu membentuk alur
las.Elemen paduan untuk menghasilkan karakteristik khusus yang lebih baik pada logam
las.Elektroda dalam pengerjaan tugas akhir ini memakai elektroda E7016. American Welding
Society (ASW) telah menerapkan sebuah system identifikasi klasifikasi dari berbagai tipe
elektroda. Semua SMAW menggunakan awalan E pada jenis elektroda. Berbagai symbol
setelah awalan E menunjukkan kriteria dari elektroda, antara lain komposisi kimia dari logam
las, sifat mekanis logam, dan proses pengelasan. Berdasarkan klasifikasi AWS E7016
memiliki arti sebagai berikut: [ASM Metal Handbook, Vol 6]
E70XX : Minimum tensile strength 70-72 ksi, minimum yield strength 390-
down, overhead)
ASTM A36 merupakan material yang sangat banyak digunakan. Memiliki weldability
yang sangat baik dan sangat cocok untuk berbagai macam proses produksi, seperti grinding,
punching, tapping, drilling dan permesinan. ASTM A36 memiliki nilai yield strength yang
lebih rendah dibandingkan Cold Rolled Steel C1018 (54.000 psi), hal tersebut membuat
ASTM A36 lebih mudah bentuk. ASTM A36 biasa digunakan dalam bentuk sebagai berikut
[ASTM A36, 1997]:
Element Content
Carbon, C 0.25 – 0.29 %
Copper, Cu 0.2 %
Iron, Fe 98 %
Manganese, Mn 1.03%
Phosphorus, P 0.04 %
Silicon, Si 0.28 %
Sulfur, S 0.05 %
Sumber: ASTM A36, 1997
9
Kelelahan (fatigue) merupakan kecenderungan dari logam untuk patah bila menerima
tegangan berulang-ulang yang besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan elastisnya.
Post Weld Heat Heat Treatment (PWHT), juga disebut “annealing tegangan sisa”, ini
dilakukan terutama untuk melepaskan tegangan sisa pada lasan. PWHT memiliki efek yang
menurunkan kekerasan, meningkatkan keuletan dan ketangguhan pada lasan, dan
menghilangkan hidrogen dari lasan. Kondisi spesifik PWHT ditunjukkan dalam table II.2.
Secara normal, PWHT tidak dilakukan pada baja tahan karat austenitic (autenitic stainless
steel). Dilain pihak, pengerjaan panas solid solution, pengerjaan panas stabilizing atau
pengerjaan panas stress relief mungkin dilakukan dalam kasus dimana pengelasan sambungan
yang digunakan untuk penggunaan pada lingkungan yang korosif, presipitasi karbida dan
pengeresan dengan cold forming. [JWES - IWS, 2011]
Post Weld Heat Treatment (PWHT) adalah proses perlakuan panas pada baja sesudah
dilakukan pengelasan yang dilakukan berdasarkan syarat aplikasi yang mengacu pada standart
yang ada, PWHT dilakukan berdasarkan untuk meningkatkan ketahanan terhadap sifat getas
dan meringankan tegangan sisa, selain itu hasil yang diharapkan juga dapat berupa
pengurangan kekersan dan perubahan kekuatan material. PWHT digunakan untuk
meminimalkan kemungkinan hydrogen induced cracking (HIC). HIC terjadi karena beberapa
variable, yang dapat dilihat pada gambar 2.3. [Funderburk, 1998]
Proses PWHT dapat dilakukan dengan dua cara yaitu memasukkan benda uji ke dalam
dapur atau melakukan pemanasan setempat (localized) di deket daerah pengelasan saja.
Metode mana yang akan dilakukan lebih bersifat kepada pertimbangan ekonomi saja.
Parameter dalam PWHT yang perlu dijaga adalah heating rate, holding temperatur, dan
cooling rate. [Funderburk, 1998]
Sifat-sifat baja dapat berubah secara signifikan dengan perlakukan panas. Perlakuan
panas berdasarkan jenisnya terdiri dari normalizing, anneling, dan quenching serta tempering.
Dalam perlakuan panas, pengaruh komposisi kimia, bentuk dan ketebalan material,
temperatur dan waktu tahan selama pemanasan dan pendinginan harus dipertimbangkan.
a) Normalizing
Normalizing adalah prses perlakukan panas yang sering dilakukan atas pertimbangan
segi panas dan mikrostruktur baja. Pada pertimbangan segi panas, normalizing adalah
suatu proses austenitzing yang diikuti pendinginan dengan udara yang banyak atau sedikit.
O
Khususnya, pengerjaannya adalah dilakukan pemanasan 55 C di atas garis upper critical
diagram fasa baja karbid, seperti yang ditunjukkan pada gambar II.4, bisa dilihat diatas
AC3 untuk baja hipoeutektoid dan di atas Acm untuk baja hipereutektoid. Agar dapat
dikelaskan ke perlakuan normalizing, porsi pemanasan pada proses harus dapat
memproduksi fasa austenit homogen. Gambar II.5 menerangkan perbandingan waktu dan
suhu dari normalizing. Standar suhu normalizing yang berlaku pada material dapat dilihat
pada table 2.3. [ASM International 1991]
13
Tabel II.3. Standar perlakuan normalizing pada baja karbon dan alloy
Tabel II.4. Standar perlakuan normalizing pada baja karbon dan alloy (Continued)
b) Annealing
Annealing merupakan suatu proses perlakuan panas yang dilakukan dengan pemanasan
pada suhu tertentu dan menahannya, diikuti dengan pendinginan pada tingkat tertentu, dan
yang utama, dapat melunakkan material metalik. Pada baja karbon, Annealing
menghasilkan mikrostruktur yang bersifat ferlit-perlit, yang dapat dilihat pada gambar 2.6.
Baja yang di-Annealing untuk memfasilitasi pengerjaan dingin (cold working) maupun
machining, untuk mengubah mechanical properties, atau menaikkan stabilitas
dimensional. [ASM International 1991]
Proses annealing akan menurunkan sifat mekanik seperti kuat tarik dan kekerasan,
namun logam akan menjadi lunak dan ulet. Proses annealing yang dilakukan pada logam
akan mengalami perubahan yang berurutan, yaitu: pemulihan (recovery), rekristalisasi
(recrystallization), dan pertumbuhan butir (grain growth). Agar dapat memahami proses
Annealing lebih lanjut, dapat menggunakan diagram baja-karbon biner yang dilihat pada
gambar II.7. [ASM International 1991]
Gambar II.7. Diagram baja-karbon biner.
Sumber: ASM International 1991
Tabel II.6. Suhu kritis baja karbon dan baja alloy. (Continued)
b. Air
didinginkan pada tingkat yang sesuai, yang mana dilakukan pada baja yang
sudah dilakukan normalizing atau pengerasan terlebih dahulu. Tujuan
dilakukkannya tempering adalah untuk meningkatkan sifat ulet dan
toughness, tetapi dapat juga meningkatkan ukuran butir kristal. Biasanya
tempering dilakukan dengan quenching dari suhu di atas suhu upper
critical. Selain itu, tempering juga digunakan untuk menghilangkan
tegangan. Proses ini biasanya dilakukan dengan memanaskan kembali
material ke suatu temperatur dan menahannya selama 1-2 jam, kemudian
didiginkan kembali. Tingginya temperatur pemanas dan lamanya waktu
penahan sangat menentukan kekerasan yang terjadi setelah dilakukan
process tempering. [ASM International 1991]
BAB III
METODE
3.1.Metode Observasi
Metode Observasi dilakukan dengan mengamati langsung proses pengelasan baja
Di PT.Lamongan Marine Industry yang dari beberapa item yaitu:
1.Persiapan Material
a. Material
b. Kawat Las
c. Alur Las
2. Peralatan Penelitian
a. Peralatan untuk persiapan material
b. Peralatan untuk proses pengelasan
3.2 Wawancara
Selain melakukan pengamatan langsung pengambilan data tentang proses dilakukan
replating pada Lambung kapal container 100 Teus dimana replating dilakukan sebanyak 1x,
2x dan 3x diberikan perlakuan panas berupa Post Weld Heat Treatment (PWHT).untuk
mencari solusi seputar permasalahan-permasalahan yang sering dialami khususnya pada
pengelasan pada kapal.Dari hasil wawancara diperoleh informasi sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
b. Tahap pengelasan
c. Tahap pengelasan
21
BAB IV
4.1.Diagaram Alir
Diagram alir dari penelitian ini dapat dilihat
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Penyiapan Spesimen
(Baja Karbon A36 ukuran 1200x300x16 mm)
Proses Pengelasan
(Pengelasan SMAW dengan elektroda E 7016)
A
23
Bentuk alur las pada pengerjaan material pada tugas akhir ini dapat dilihat pada
Gambar 3.4 dibawah ini.
2. Mesin gerinda.
3. Penggaris
3. Welding helmet.
4. Weldng glove.
5. Sikat.
6. Palu.
7. Oven material.
Joints
1. Joints Design Butt Joint
2. Type Single V
3. Backing NA
4. Root Opening 0 – 3 [mm]
5. Root Face Dimension 0 – 2 [mm]
O
6. Groove Angle 60
7. Gouging Grinding
8. Back Weld N/A
Base Metal
9. Plate Thickness 10 [mm]
10. Type Grade A36
11. Plate Thickness Range 3 ~ 20 [mm]
12. Preheat Temperatur NA
13. Interpass Temperatur NA
O
14. PWHT 595 C
Position
15. Position 3G
Filler Metal
16. AWS Classification E 7016
Electrical Characteristics
17. Type of Polarity DCEP
18. Ampere Range 60 - 180 [A]
19. Voltage Range 20 – 24 [V]
20. Travel Speed Range 43 – 140 [mm/min]
27
Berdasarkan parameter yang telah ditetapkan di atas, maka dilakukan tahap pegelasan
sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
b.Persiapkan mesin las SMAW sesuai dengan parameter yang telah ditentukan.
Setelah dilakukan tahap persiapan di atas, maka dilakukan tahapan pengelasan. Proses
pengelasan ini tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Pada test coupon 1 tidak dilakukan pengelasan ulang sehingga langsung dibuat 5 layer.
Berdasarkan parameter yang telah ditetapkan di atas, maka dilakukan tahap pegelasan
sebagai berikut:
28
3. Tahap pengelasan
Setelah dilakukan tahap persiapan di atas, maka dilakukan tahapan pengelasan. Proses
pengelasan ini tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Pada test coupon 1 tidak dilakukan pengelasan ulang sehingga langsung dibuat 5 layer.
b. Pada test coupon 2 dilakukan pengelasan ulang sebanyak 1 kali. Setelah pengelasan
dilakukan dan terbentuk 5 layer, bagian atas layer dihilangkan dengan cara gouging
menggunakan gerinda. Kemudian dilakukan pengelasan untuk menutupi layer bagian atas.
c. Pada test coupon 3 dilakukan pengelasan ulang sebanyak 2 kali. Setelah pengelasan
dilakukan dan terbentuk 5 layer, bagian tengah layer sampai keatas dihilangkan
dengan cara gouging menggunakan gerinda. Kemudian dilakukan pengelasan ulang
dengan cara yang sama untuk menutupi layer tersebut.
d. Pada test coupon 4 dilakukan pengelasan ulang sebanyak 3 kali. Setelah pengelasan
dilakukan dan terbentuk 5 layer, bagian bawah layer sampai keatas dihilangkan
dengan cara gouging menggunakan gerinda. Kemudian dilakukan pengelasan ulang
dengan cara yang sama untuk menutupi layer tersebut.
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
1. Dari hasil pengujian tarik dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan nilai
ultimate tensile strength dan yield strength setiap dilakukan proses
pengelasan ulang, dimana proses PWHT (Post Weld Heat Treatment)
berpengaruh terhadap penurunan nilai cenderung lebih stabil. Terlihat
bahwa dari data diatas nilai dari nilai yield strength dan ultimate tensile
strength penurunan tetapi tidak terlalu signifikan. Hal ini menjelaskan
bahwa apabila material sering dilakukan pengelasan ulang material
tersebut akan berkurang nilai kuat tariknya, tetapi tidak terlalu signifikan
dan heat treatment berupa Post Weld Heat Treatment yang membuat
material tersebut menjadi lebih elastis.
29
30
5.2. Saran
Saran yang dapat diajukan agar percobaan berikutnya dapat lebih baik
dan dapat menyempurnakan percobaan yang telah dilakukan dalam tugas akhir
ini adalah:
31
32
LAMPIRAN
GABARAN UMUM PERUSAHAAN
PT. Daya Radar Utama Unit 5 Cabang Lamongan merupakan salah
satuperusahaan Swasta yang bergerak dibidang industri perkapalan di Indonesia.
Perusahaan ini memiliki beberapa keunggulan perlengkapan yang lengkap, tenaga
kerja yang berpengalaman, letak galangan yang strategis, areanya yang luas, dsb.
Hal ini dapat dilihat dari fasilitas-fasilitas yang dimiliki PT. Daya Radar Utama
Unit 5 Cabang Lamongan antara lain:
1.Luas : 40 ha
Water Front : 33400 m2
Fasilitas Penunjang, meliputi:
b. Fasilitas Pendukung, berupa kapal, mooring boat dan Crane P & H 320 15
Ton, gudang tertutup dan terbuka, Dongkrak Takero 50 Ton, Dongkrak Wipro
50 Ton, dapur umum, tenaga listrik, air tawar, air laut, sarana oksigen.
PT. Lamongan Marine Industri atau PT. Daya Radar Utama Unit 5 adalah
sebuah galangan kapal yang berdiri sejak tahun 2007 yang bertempat di Jl.
Daendles KM 36 Desa Sidokelar, Paciran, Lamongan. Dengan adanya kebijakan
pemerintah yaitu setiap pendirian perusahaan di wilayah Lamongan harus
menggunakan kata Lamongan sehingga terciptalah PT. Lamongan Marine
Industry
PT. Daya Radar Utama sendiri telah berdiri sejak tahun 1972 di kawasan
Tanjung Priok, Jakarta. Awalnyaa DRU memulai bisnis sebagai sebuah
perusahaan jasa dan perdagangan umum, termasuk di dalamnya usaha galangan
kapal (shipyard). Bisnis galagan kapal baru benar – benar digeluti pada tahun
1980 dengan proyek perdana berupa pembangunan kapal baru jenis pilot boat
untuk perusahaan offshore minyak dan gas bumi dan telah menjadi salah satu
galangan kapal yang aktif membangun berbagai jenis kapal sampai ukuran
17500 LTDW.
33
PT. Daya Radar Utama juga sudah berhasil membangun dan memperbaiki
kapal-kapal baja dan fibre glass. Untuk bangunan baru atau shipbuilding, PT.
Daya Radar Utama telah membangun berbagai ukuran dan tipe kapal seperti Ferry
tipe Ro-Ro sampai ukuran 1500 GRT, Passenger dan Coaster 1200 GT, Harbour
Tug, Landing Ship Tank (LST) AT-3, kapal container 100 TEUs, Kapal Tanker
17.500 LTDW, dan masih banyak lainnya. Divisi perbaikan kapal PT. Daya Daya
Radar Utama berpengalaman dalam memperbaiki kapal-kapal jenis Tanker,
Passenger, Z-Drive Tug Boat, High Speed Ferry, konversi dari kapal container
menjad i accommodation untuk menunjang kegiatan offshore.
Untuk menjamin bahwa organisasi dapat memberikan produk atau jasa yang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan perlu dilakukan verifikasi dalam
implementasinya dari pihak internal maupun eksternal. Dalam rangka penerapan
system
manajemen mutu ISO 9001:2008, PT. Daya Radar Utama berusaha memenuhi
seluruh persyaratan ISO 9001:2008 yang ditetapkan.