KERJA PRAKTEK
Oleh:
Nama : Muhammad Jalalludin
Npm : 18520061
Oleh :
Nama :Muhammad Jalalludin
Npm : 18520061
Metro Januari,2022
Menyetujui,
Mengetahui,
Pimpinan Perusahaan
Ketua Program Studi Teknik Mesin
ii
KATA PENGANTAR
Metro,Januari 2022
Muhammad Jalalludin
NPM.18520061
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAH...............................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
B I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1LATAR BELAKANG...................................................................................1
1.2Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3Tujuan............................................................................................................3
1.4Metodologi......................................................................................................3
1.5Batasan Masalah............................................................................................3
1.6Manfaat penulisan.........................................................................................4
2.1Profil Perusahaan..........................................................................................6
2.2Struktur Organisasi....................................................................................10
2.4Sistem Produksi............................................................................................12
3.1Mesin Creeper..............................................................................................28
3.2Mangel..........................................................................................................32
3.3Keausan........................................................................................................35
iv
3.4Rumus Perhitungan....................................................................................39
BAB VPENUTUP.................................................................................................45
5.1Kesimpulan..................................................................................................45
5.2Saran.............................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 27 Keausan Abrasif pada Shaft..........................................................36
Gambar 28 Keausan Adhesif Wear....................................................................37
Gambar 29 Keausan Flow Wear........................................................................37
Gambar 30 Keausan Fatigue Wear...................................................................37
Gambar 31 Keausan Fatigue Wear Pada Permukaan.......................................38
Gambar 32 Keausan Abrasif.............................................................................
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Kerja praktek adalah salah satu syarat terselesaikannya study sarjana (S1)
pada kurikulum teknik mesin di perguruan tinggi universitas muhammadiyah
metro. Tujuan dari kerja praktek ini untuk memperkenalkan keadaan yang
sesungguhnya di industri. Dari pelaksanaan kerja praktek ini setiap
mahasiswa memiliki kesempatan untuk dapat mengaplikasikanilmu-ilmu
yang diperoleh dari kuliah pada kondisi yang lebih nyata di Industri.
1
getah karet diendapkan dikolam pengendapan selama 15 jam guna untuk
membekukan latek, setelah latek beku kemudian latek dipipihkan
menggunakan mesin crepper 1 sehingga ketebalan latek menjadi 5 cm setelah
itu latek dipipihkan kembali menggunakan mesin crepper 2 sehingga latek
memiliki ketebalan 3cm lalu latek dipipihkan lagi di mesin crepper 3 yang
membuat latek memiliki ketebalan 1,5 cm dan langsung diremah oleh mesin
hammer mill sehingga latek tercacah mencadi bagian yang kecil kecil, setelah
dilakukan peremahan latek kemudian dicuci dan ditampung ditroli yang
didesain seperti keranjang, kemudian dimasukan di mesin pengering ( mesin
driyer) setelah latek matang atau kering, lalu didinginkan menggunakan kipas
pendingin selama 15 menit, kemudian dilakukan penimbangan,
dipenimbangan karet yang masak ditimbang seberat 35 kg dan dipres di
mesin pengepresan agar karet menjadi padat, setelah dipres karet melewati
mesin metal detector guna mendekteksi apakah adanya logam atau tidak, jika
tidak ada logam dikaret, karet langsung memasuki proses pengemasan dan
disimpan di gudang penyimpanan sembri menunggu mobil untuk di eksor.
2
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Metodologi
1. MetodeInterview,
Dengancaramemberikanpertanyaankepadapembimbingataupetugas yang
berwenang, untukmendapatkaninformasidandata yang tidakdiperoleh di
lapangan.
2. MetodeObservasi,
Dengan cara melakukan pengamatan secara sistematis mengenai hal-hal
yang terjadi di lapangan.
3
3. StudiLiteratur,
Menambahwawasan atau pengetahuanmengenaitopik-topik yang
ingindikuasaipadasaatkerjaprakteksaatinidenganmenelaahliteratur-literatur
yang berhubungandanbersesuaian.
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada hal-hal yang berkaitan dengan mesin
crepper di PT.Perkebunan Nusantara VII.
2. Penelitian ini hanya membahas mengenai komponen komponen, prinsip
kerja dan laju keausan roll pada mesin crepper di PT.Perkebunan
Nusantara VII
Adapun manfaat laporan kerja praktek (KP) ini adalah sebagai berikut :
4
2. Menerapkan segala kemampuan dari teori – teori yang diperoleh dibangku
kuliah yang di butuhkan oleh perusahaan demi tercapainya suatu kebiasaan
hidup pada dunia kerja.
3. Melatih mahasiswa untuk berinteraksi dan berkoordinasi dengan orang lain
dalam bekerja dan melatih kedisiplinan dan tanggung jawab.
4. Untuk memenuhi syarat-syarat yang dibutuhkan dalam menyelasaikan
program strata- 1 atau sarjana.
5
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 ProfilPerusahaan
2.1.1 Sejarah PT Perkebunan Nusantara VII Way Berulu
6
Perusahaan perseroan PT Perkebunan Nusantara (PTPN VII) Unit
Usaha Kedaton (UU Keda) dan Unit Usaha Way Berulu (UU Wabe)
berada dalam kelompok perkebunan wilayah kerja pengelolaan distrik
Way Sekampung dengan jenis komoditas yang diusahakan adalah tanaman
karet.Perusahaan perseroan PT Perkebunan Nusantara (PTPN VII) UU
Keda dan UU Wabe pada awalnya memproduksi Ribbed Smoke Sheet
(RSS). Kemudian pada tahun 1980 pemerintah Indoneria mendirikan
pabrik pengolahan karet remah Standard Indonesian Rubber (SIR), mulai
dioperasikan pada tahun 1982 dan produksi Ribbed Smoke Sheet (RSS)
pundihentikan.Tahun 1988 pemerintah Indonesia mendirikan pabrik
pengolahan lateks pekat di PTPN VII (Persero) Unit Usaha Kedaton (UU
Keda) dan Unit Usaha Way Berulu (UU Wabe) yang mulai dioperasikan
pada pertengahan tahun 1989.
7
PETA WILAYAH KERJA
8
Sumber : (PTPN VII UNIT WAY BERULU)
b. Hari Jumat :
Pukul 07.30-11.30 WIB Kerja Aktif
Pukul 11.30-14.00 WIB Istirahat
Pukul 14.00-16.00 WIB Kerja Aktif
c. Hari Sabtu :
9
Pukul 07.30-11.30 WIB Kerja Aktif
Pukul 11.30-13.00 WIB Istirahat
Pukul 13.00-15.00 WIB Kerja Aktif
2.1 Struktur Organisasi
10
2.2 Struktur Organisasi
11
c. Menggunakan teknologi budidaya dan proses yang efisien dan
akrab dengan lingkungan untuk menghasilkan produk berstandar
baik untuk pasar domestik maupuninternasional.
d. Memperhatikan kepentingan Sharehorders dan Stakeholders,
khususnya pekerja mitra tani, pemasok, dan mitra usaha,
untuk bersama-sama mewujudkan daya saing guna menumbuh
kembangkan perusahaanPT Perkebunan Nusantara VII(Persero).
Pengolahan lateks adalah suatu proses atau teknik yang dilakukan untuk
mengubah lateks menjadi produk yang diinginkan guna meningkatkan
value atau nilai guna produk tersebut. Dalam hal ini produk yang
diinginkan adalah produk karet remah Standard Indonesian Rubber (SIR).
Standard Indonesian Rubber (SIR) adalah karet alam yang diperoleh dari
pengolahan lateks, coagulum karet atau bahan olah karet yang berasal dari
pohon Hefea brasiliansis secara mekanis atau tanpa bahan kimia,
berbentuk karet remah (crumb rubber) atau karet bongkah (block rubber)
yang sifatnya ditetapkan berdasarkan kriteria mutu. Standar Indonesian
Rubber (SIR) adalah produk olahan lateks yang berbentuk remahan yang
dipadatkan. Produk standar indonesian rubber (SIR) yang diproduksi oleh
PTPN VII unit way berulu yang terdiri dari 2 produk yaitu:
1. SIR 3L atau Standard Indonesian Rubber – 3 Light Merupakan jenis
olahan karet remah high grade dengan spesifikasi warna kuning terang,
tidak memiliki white spot, remahan balle yang kokoh dan padat, serta
tidak memiliki rongga di dalam balenya.
2. SIR 3 WF atau Standard Indonesian Rubber – 3 Whole Field
Merupakan jenis olahan karet remah yang memiliki kualitas di bawah SIR
3 L dengan spesifikasi terkadang memiliki warna kuning tua sampai
kecoklatan, remahan balle yang kurang kokoh, serta memiliki rongga di
dalam balenya.
12
Gambar 2. Alur Proses Produksi SIR
Sumber: (Personalia PT.PN VII Way Berulu
2.5.1 Penerimaan Lateks
13
3. Petugas penerimaan lateks memberi ganjalan kayu pada bagian depan
mobil pengangkut lateks, yang siap untuk dituangkan kedalam
bulking tank.
4. Siapkan talang untuk mengalirkan lateks ke Bulking Tank (tempat
penampungan tank di pabrik).
5. Buka kran tangki bagian belakang mobil pengangkut lateks.
6. Lateks dialirkan dari tangki mobil pengangkut lateks ke dalam
Bulking Tank alami melalui saringan berukuran 20 mesh, hal ini
untuk menjamin konsistensi mutu.
7. Lateks dikumpulkan di Bulking Tank sebelum dialirkan ke bak-bak
pembekuan lateks / coagulating through.
8. Dibersihkan peralatan setelah selesai pemakaian. Bahan baku
diperoleh dari setiap afdeling dengan proses penerimaan sebagai
berikut:
a. Penimbangan lateks
b. Pengambilan sampel K3 ( Kadar Karet Kering).
\
2.5.2 Pengujian K3 (Kadar Karet Kering)
14
Pengujian Kadar Karet Kering bertujuan untuk mengetahui
kadar/kandungan karet yang ada didalam bahan baku karet yang akan
digunakan sebagai bahan baku pengolahan RSS dan SIR. Rumus
penetapan Kadar Karet Kering
15
2.5.3 Penampung Lateks
16
mesh, hal ini untuk menjamin konsisteni mutu agar tidak
terkontaminasi.
5. Lateks dikumpulkan di Bulking Tank sebelum dialirkan ke bak-bak
pembekuan lateks / coagulating through.
6. Bersihkan peralatan sebelum dan sesudah digunakan yang bertujuan
untuk menghindari Terkontaminasi.
17
Gambar 2.6. Penggumpalan / Pembekuan Latek
Sumber: (PTPN VII UNIT WAY BERULU)
Penggumpalan lateks SIR 3L/3WF bertujuan untuk menggumpalkan
lateks yang diterima pabrik dan menghasilkan bekuan yang sempurna.
Petunjuk pelaksana:
1. Siapkan bak penggumpal lateks (coagulating trugh) yang sudah
dibersihkan
2. Tambahkan asam semut dengan konsentrasi maksimal 2% untuk
penggumpalan lateks pemberiannya secara titer (match flow) .( 4
liter asam semut /1000 liter lateks)
3. Tuangkan lateks yang sudah di homogenkan di bulking tank
melalui talang transfer lateks ke bak penggumpal bersamaan
dengan di alirkan nya asam semut maksimal 2%.
4. Transfer lateks ke bak penggumpal bersamaan dengan dialirkannya
asam semut 2-3 % asam semut / 1000 liter lateks.
5. Setelah lateks berada di bak coagulum kemudian diendapkan
selama 15-17 jam untuk menunggu lateks menjadi beku dan di
tutup dengan terpal untuk mencegah terkontaminasi dan terjadinya
oksidasi.
6. Lakukan pembersihan sebelum dan sesudah pelaksanaan proses
pembekuan.
7. Catat pemakaian bahan kimia pengolahan pada formulir
pengenceran dan penggumpalan dan hasil penggumpalan pada
formulir pemeriksaan koagulum.
18
Gambar 2.7. Proses Pnggilingan Latek
Sumber: (PTPN VII UNIT WAY BERULU)
19
Gambar 2.8. Hasil Remahan Latek
Sumber: (PTPN VII UNIT WAY BERULU)
20
4. Tekan tombol ON Vortek Pump jika unit Schredder atau Hammer
Mill mulai dioperasikan.
5. Isikan remahan karet yang dikeluarkan Vortek Pump melalui Static
Screen ke box trolly.
6. Hindari penekanan atau pemadatan remahan karet didalam box
trolly,agar tidak menyebabkan terjadinya white spot
(kontaminasi ).
7. Di lalukan pengisian Remahan karet ke dalam trolly, lalu dorong
trolly yang telat berisi remahan karet kedalam input Driyer.
8. lakukan terus secara berulang sampai berakhirnya shift.
9. Trolly yang sudah selesai dipakai lalu dicuci ditempat pencucian
sampai bersih.
10. Tekan tombol OFF untuk mematikan Vortek Pump.
2.5.8 Pengeringan
21
12. Melakukan pengecekan Unit Driyer, cek ketegangan V-Belt pada
setiap Contrifugal Fan, dan lakukan pelumasan pada setiap Bearing
13. Operasikan Driyer dengan langkah sebagai berikut:
a. Hidupakan switch utama dan kunci switch
b. Hidupkan switch exhaust fan
c. Hidupakan swutch kontrifugal
d. Hidupakan swucth transfer heat
e. Hidupkan switch cooling fan
f. Hidupkan bumer
g. Lalu tunggu temperatur drayer sampai temperatur yang
diinginka (118 ◦C- 139◦C)
h. Hidupkan switch stimer ke auto atau manual, seting trimer
untuk lama waktu oengeringan yaitu selama 15 menit
i. Letakan 1 unit trolling pada unit pendorong
22
2.5.10 Pengepresan dan Penimbangan Bale
23
1. Pastikan dan periksa semua permukaan conveyor no. I,II, III dan
Metal Detector agar tidak terdapat kontaminasi.
2. Pengoprasian conveyor dan metal detector bersamaan dengan
pengoprasian balling press.
3. Hidupkan conveyor metal detector no. III, II, Dan I seacara
berurutan dengan cara menekan tombol ON pada panel.
4. Periksa kondisi fisik bale SIR yang keluar dari Balling press,
Kemudian pastikan bale terbebas dari kontaminan non logam dan
white/black spot pada permukaannya.
5. Masukan bale SIR ke unit Metal detector menggunakan conveyor,
jika bale terkontaminasi dengan benda keras atau serpihan besi
maka conveyor akan berhenti lalu sirine/alarm akan berbunyi.
6. Periksa bale SIR yang yang terkontaminasi bahan logam dengan
caraa membelah bale sampai titik lateks yang terkontaminasi
ditemukan, lalu benda logam yang di temukan akan di buang.
7. Bale SIR yang lolos seleksi metal detector kemudian di bungkus
menggunakan plastik bungkus 0,03 mm.
8. Matikan semua conveyor dan metal detector secara berurutan
dengan cara menekan tombo OFF setelah semua produksi SIR
telah selesai.
9. Kondisi dan lingkungan sekitar metal detector harus bersih dan
terpelihara.
2.5.12 Pengemasan
24
Gambar 2.13. Proses Pengemasan
Sumber: (PTPN VII UNIT WAY BERULU)
25
12. Pastikan selama proses pengemasan peralatan dan tempat harus
bersih dari kontaminan.
13.Matikan kompor listrik dan rapihkan semua peralatan ditempat
penyimpanan peralatan bila selesai digunakan.
14. Pidahkan peti pallet/ forming box yang telah penuh ke dalam
gudang menggunakan forklift.
15. Buat formulir penyerahan hasil jadi produksi jadi SIR ke Bagian
TUK.
16. Peti pallet/forming box yang telah penuh ditindih dengan batu
tindih seberat ± 2 ton selama 1-2 hari.
17. Bila kondisi bale yang melewati permukaan peti pallet/forming
box sudah turun/rata permukaan peti pallet/forming box,
turunkan batu tindih dan pindahkan ke tempat penyusunan batu
tindih di gudang.
18. Khusus untuk penggunaan forming box, setelah batu tindih
diturunkan, angkat forming box dari alas SW dan letakkan
forming box diatas alas SW yang masih kosong untuk
digunakan kembali pada proses pengemasan.
19. Pasang tutup palet pada produksi SIR kemasan pallet (FS )
dengan menggunakan bendyzer atau pasang plastik sungkup
pada produksi SIR kemasan SW yang sudah siap kirim.
26
BAB III
LANDASAN TEORI
(Sumber Pribadi)
27
Adapun komponen yang ada pada mesin creper antara lain yaitu :
1. Rangka
Gambar 3.2 Rangka Mesin Creper Di PTPN VII Unit Usaha Way Berulu
(Sumber Pribadi)
2. Roll Mesin Creper
Roll merupakan salah satu komponen yang terdapat pada mesin creper. Fungsi
roll yaitu mengerol lumb yang mempunyai ukuran tebal menjadi ukuran yang
lebih tipis. Roll pada mesin creper berbentuk silinder dengan ukuran Ø356 x711,
dimana permukaan pada silinder tersebut bergerigi berbentuk batik persegi
(Mangel). Rol tersebut dirancang oleh para ahli sesuai dengan fungsinya yaitu
untuk mengerol jenis karet yang akan digiling (Silaen, 2013).
28
Gambar 3.3Roll Mesin Creper Di PTPN VII Unit Usaha Way Berulu
(Sumber Pribadi)
Roda gigi yang digunakan untuk rol ini memakai jenis roda gigi lurus,
dimana roda gigi pada mesin creper terdapat empat buah yang masingmasing
mempunyai diameter berbeda-beda. Roda gigi lurus pada mesin creper
inidigunakan untuk memindahkan putaran dari motor listrik menuju main rollatau
dari main roll menuju feeder roll
Gambar 3.4roda gigi Pada Mesin Crepeer Di PTPN VII Unit Usaha Way
Berulu( Sumber Pribadi)
4.Bantalan (Bearing)
Bearing adalah komponen mesin yang yang digunakan untuk menumpu poros
berbeban tinggi maupun poros berbeban rendah sehingga poros yang bergerak
memutar bolak balik dapat berlangsung secara halus, aman dan berumur panjang.
Fungsi bearing pada dasarnya yaitu mengurangi gesekan antara dua buah
komponen yang saling berputar. Adanya bearing pada suatu mesin akan
menyebabkan operasi mesin menjadi lebih maksimal akan tetapi juga tergantung
29
pada pemilihan bearing yang tepat, pemasangan yang baik serta pelumasan dan
perawatan yang tepat.
Gambar 3.5ThrustBearing Pada Mesin Creper Di PTPN VII Unit Usaha Way
Berulu(Sumber Pribadi)
Berdasarkan gerakan dan penggunaannya bearing dibagi menjadi tiga jenis yaitu
radial bearing, thrust bearing dan guide bearing. Radial bearing yaitu bearing
yang digunakan untuk menyokong beban yang bekerja pada poros dimana beban
ini dapat masuk kedalam atau keluar poros,seperti bearing yang digunakan pada
roda-roda kendaraan. Sedangkan jenis thrust bearing yaitu bearing yang
digunakan untuk menyokong beban secara aksial. Thrust bearing banyak
digunakan pada pabrik-pabrik industri. Jenis bearing selanjutnya yaitu guide
bearing, dimana guide bearing merupakan bearing yang digunakan untuk
menyokong beban yang mempunyai arah meluncur, guide bearing merupakan
jenis bearing yang banyak digunakan pada industri manufaktur (Fiatna, 2016).
5.Kopling
a. Kopling Tetap
30
Kopling tidak tetap yaitu kopling yang digunakan untuk menghubungkan
poros yang digerakan oleh poros penggerak dengan putaran yang sama
dalam meneruskan daya serta dapat melepaskan kopling ketika poros
sedang beroperasi. Contoh dari pada kopling tidak tetap yaitu kopling
cakar, kopling kerucut dan kopling sentrifugal.
6.V-belt.
V-belt merupakan suatu komponen yang terbuat dari karet dan tenunan yang
pada umumnya berpenampang trapesium. V-belt merupakan salah satu komponen
yang terdapat pada mesin creper. V-belt digunakan untuk meneruskan daya putar
dari benda satu ke benda yang lain. V-belt mempunyai tegangang yang lebih
rendah dibandingkan dengan rantai ataupun roda gigi serta dapat bekerja lebih
halus. Selain dari pada itu V-belt juga mempunyai kelemahan dibandingkan
dengan komponen yang lain yaitu tidak tahan terhadap panas baik panas dari
temperatur sekitar maupun yang ditimbulkan akibat gesekan (Hermawan, 2016).
Gambar 3.6 V-BELT Pada Mesin Creeper Di PTPN VII Unit Usaha Way
Berulu (Sumber Pribadi)
3.2 Mangel
Mangel merupakan salah satu komponen yang terdapat pada roll mesin
creper yang berfungsi untuk mencegah terjadinya slip pada proses pengerolan
karet lumb di pabrik karet. Roll pada mesin creper terdapat dua buah atau satu
pasang yaitu main roller dan feeder roller. Prinsip kerja dari pada roller ini yaitu
berawal dari motor listrik yang dihubungkan dengan gearbox menuju main roller.
Dengan bantuan roda gigi, putaran pada main roller dapat dihubungkan ke feeder
31
roller sehingga kedua roller tersebut dapat berputar. Berikut adalah gambar
mengenai mangel pada roll.
( Sumber Pribadi )
1. Roll
Roll merupakan bagian mangel yang bersentuhan langsung dengan bahan
dimana bahan tersebut pada kasus ini adalah karet lumb. Permukaan roll pada
mangel menyerupai bentuk belah ketupat dimana bentuk permukaan tersebut
digunakan untuk menarik bahan yang akan di roll-press dengan cara memutar.
Gambar 3.8 Roll Pada Mesin Creper Di PTPN VII Unit Usaha Way
Berulu(Sumber Pribadi)
2. Shaft
Shaft merupakan salah satu bagian dari roll yang berfungsi sebagai
penyangga sekaligus meneruskan daya mesin untuk memutarkan roll. Pada shaft
terdapat dua penyangga yang ditumpu menggunakan bearing sehingga daya yang
diterima roll dari mesin sesuai dengan yang diinginkan (Suganda, 2012).
32
Gambar 3.9Shaft Di PTPN VII Unit Usaha Way Berulu(Sumber Pribadi)
3. Key-groove
Key-groove merupakan alur pasak yang terdapat pada ujung poros dimana
key-groove ini berfungsi sebagai pengunci gear yang menempel pada ujung poros.
Dengan adanya key-grove maka gesekan yang terjadi pada poros dan gear dapat
ditahan sehingga bagian shaft yang bersentuhan dengan gear tidak mengalami
keausan dan dapat berumur panjang.
Key-grove
Gambar 3.10Key-groove Di PTPN VII Unit Usaha Way Berulu
(sumber Pribadi)
4. Dudukan Bearing
33
Dudukan bearing yaitu suatu bagian yang terdapat pada mangel dimana pada
bagian inilah bearing dipasang. Dudukan bearing ini merupakan mangel shaft
yang diameternya sama dengan diameter dalam pada bearing yang
digunakan.Gambar 3.11Dudukan Bearing Di PTPN VII Unit Usaha Way
3.3 Keausan
Definisi keausan yaitu hilangnya suatu bahan pada permukaan yang
disebabkan oleh interaksi antar benda baik itu secara statik maupun dinamik.
Adapun parameter yang menyebabkan keausan mempunyai mekanisme yang
berbeda-beda antara lain yaitu bahan, lingkungan, kondisi operasi dan geometri
permukaan benda yang terjadi keausan. Dari parameter tersebut keausan dapat
dikategorikan menjadi dua jenis yaitu keausan yang disebabkan oleh perilaku
mekanik (mechanical) dan keausan yang disebabkan oleh perilaku kimia dan
bahan (chemicalandthermal wear) .
Berikut adalah contoh keausan pada suatu mangel.
34
1. Keausan Mekanik
Keausan abrasif wear yaitu keausan yang terjaadi akibat partikel atau
permukaan yang keras, kasar dan tajam menggerus partikel atau permukaan yang
lebih lunak sehingga partikel yang lebih lunak kehilangan material atau
kekurangan volume material. Adapun gambar ilustrasi mengenai abrasif wear
yaitu :
Berikut adalah contoh keausan abarasif yang terjadi pada kebanyakan industri
proses khususnya pada poros.
Gambar 3.14 Keausan Abrasif pada ShaftDi PTPN VII Unit Usaha Way
Berulu(Sumber Pribadi)
b. Adhesif Wear
35
Keausan adhesif wear yaitu keausan yang terjadi akibat permukaan yang
lebih lunak menempel dan menekan permukaan yang lebih keras sehingga
permukaan yang lunak terlepas dari material dasarnya dan menempel pada
permukaan yang lebih keras.
Berikut gambar ilustrasi dari adhesif wear yaitu :
Gambar 3.15 Keausan Adhesif Wear (Sumber ,Nurdiansyah, 2011).
c. Flow Wear
Keausan flow wear yaitu keausan suatu material yang disebabkan karena
meleleh. Hal tersebut diakibatkan karena kontak dengan permukaan yang lebih
keras. Berikut gambar mengenai keausan flow wear :
d. Fatigue Wear
36
Keausan fatigue wear adalah keausan yang disebabkan oleh beban berulang
(cyclic loading). Karakter keausan fatigue wear yaitu retak yang tegak lurus
dengan permukaan tanpa deformasi plastis yang besar. Contoh keausan fatigue
wear yaitu ball bearing dan roller bearing.
Berikut gambar mengenai keausan fatigue wear :
(Sumber,Nurdiansyah, 2011).
37
Keausan oxidative dan corrosive merupakan keausan yang disebabkan karena
udara dan oksigen pada lingkungan yang bergesekan dengan benda kerja sehingga
menimbulkan karat pada benda kerja. Keausan oxidative dan corrosive dapat
dihindari dengan cara pelumasan pada benda kerja secara rutin. Keausan oxidative
dan corrosive pada awalnya ditandai dengan adanya batas butir yang mengalami
korosif dan pembentukan lubang kemudian pada permukaan korosif tersebut
terjadi gesekan sehingga terjadilah keausan oxsidative dan corrosive.
3. Thermal Wear
Thermal wear adalah keausan suatu material yang terjadi akibat perilaku
panas. Thermal wear terbagi menjadi dua yaitu melt wear dan diffusife wear.
Adapun penjelasan dari kedua jenis thermal wear tersebut yaitu :
a. Melt Wear
Melt wear adalah keausan yang terjadi karena panas yang muncul akibat
gesekan benda sehingga permukaan aus meleleh. Pada kasus ini panas yang
terjadi pada benda,suhunya mencapai titik lebur material tersebut sehingga benda
tersebut meleleh dengan sendirinya.
b. Diffusive Wear Keausan diffusive wear yaitu keausan yang terjadi karena
panas yang timbul dari pancaran (diffusion) elemen pada bidang kontak
seperti pada mesin perkakas
3. Pemberia
n Grease
4. Pastikan instalasi air berfungsi
dengan baik
5. Pengecekan oil pada gear box
38
6. Pastikan putaran transmisi
berfungsi dengan baik.
Keterangan :
√ = Kondisi Baik
X = Kondisi tidak normal
c. laju keausan
Untuk mengetahui laju keausan roll mangle di PTPNVII dapat diketahui
rumus sebagai berikut:
39
∆V
Rumus K= (Sumber: yusuf kaelani 2016)
F .L
Keterangan:
K= nilai laju keausan spesifik(mm3/Nm)
∆ v =perubahan volume pin (cm)3
F=beban normal(N)
L=panjang wear track(m)
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
40
sampai 14 hari proses penjemuran agar karet benar-benar kering dengan
sempurna
Untuk menggetahui faktor keausan pada roll mesin mangle di PT.
Perkebunan Nusantara VII dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai
berikut:
4.3 PERHITUNGAN
a. Perubahan Volume roll baru
V= π × r ² ×t
Dimana
π = 3,14
r = 31,5cm
t = 120cm
V¿ 3,14 ×31,5 cm ×31,5 cm ×120 cm
V = 373,8 cm3
Catatan = Perubahan volume roll baru didapatkan hasil sebesar
373,8 cm3
c. Panjang Lintasan
L = K ×N
Dimana =
L = Panjang Lintasan (cm)
41
K= 198 (cm)
N= 4320 kali
K = 198cm × 4320
= 855.360 cm = 8.553,6 m
Catatan : Panjang lintasan sebesar 855.360 cm dan dikonversi
ke meter (m) didapatkan hasil 8.553,6 m
d. Faktor Keausan
∆V
K=
F .L
Dimana =
K= (mm3/Nm)
∆ V = 82,6 (cm3) =82600 mm3
F= 320 (N)
L= 8553,6(m)
82600 mm3
K=
320 N × 8553,6 M
82,6 mm 3
=
2.737 .152 N / m
= 0,003mm3/Nm
Catatan : Nilai ∆ V didapat dari hasil akhir pengurangan
diameter awal dan akhir.
42
Berikut gambar keausahan pada mesin creper
4.6 PEMBAHASAN
43
kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau
keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan
pada waktu proses produksi. Daily inspection atau perawatan harian
rutinitas pengecekan dilakukan setiap hari, baik sebelum dan dapat
memberikan informasi kondisinalat secara menyeluruh.
Untuk perubahan volume roll lama dengan yang baru juga sudah
dapat diketahui, untuk volume roll baru yaitu= 373,8cm 3 dan yang lama =
291,2 cm3. Dan kita juga sudah mengetahui laju keausan yang ada pada roll
mesin creper di PT. Perkebunan Nusantara VII yaitu = 0,003 mm3/Nm.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dan analisa yang telah dilakukan dan telah dibahas
diatas maka penulis dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan data diatas menjelaskan mengenai komponen-komponen
utama pada mesin creper yaitu: Rangka,Roll Mesin Crepper, Roda Gigi
Penggerak Roll,Bearing,Kopling,V-belt.
2. prinsip kerja mesin mangle adalah mesin yang digunakan untuk
menggiling keret menjadi lembaran lembaran creper,biasanya ketebalan
lembaran-lembaran creper
3. Preventive maintenance adalah perawatan pencegahan pemeliharaan dan
perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-
kerusakan yang tidak terduga.
Daily inspection atau perawatan harian rutinitas pengecekan dilakukan
setiap hari.
4. Laju keausan yang ada pada roll mesin mangle di PT. Perkebunan
Nusantara VII yaitu = 0,003 mm3/Nm.
5.2 Saran
44
Untuk mendapatkan menjadi yang diinginkan maka penulis memberikan
saran sebagai berikut:
1. Perawatan mesin mangle creper lebih ditingkatkan agar performa mesin
dapat mencapai performa yang baik sehingga bisa layak pakai dalam
jangka waktu yang lama.
2. Saat akan melakukan penggilingan hendaknya bahan baku di rendam di
asam sulfat terlebih dahulu jangan menyiramkan cairan asam sulfat ketika
mesin sedang beroperasi karena dapat mengakibatkan korosi pada
komponen komponen pada mesin mangle tersebut terutama pada roll
mesin mangle.
3. Usahakan ketika mesin sehabis beroperasi di laukakn pencucian disekitar
komponen-komponen yang biasanya bersentuhan langsung dengan asam
amonia.
DAFTAR PUSTAKA
Aidi dan Daslin., 1995. Pengelohan Bahan Tanaman Karet. Pusat Penelitian
Karet. Palembang: Balai Penelitian Sembawa.
Alissa Mutiara Dewi, Heris Syamsuri, 2019. Perancangan Mesin Penggiling Karet
Dari Lateks Menjadi Sheet Skala Home Industry. Jurnal Media Teknologi.
Vol. 06 No. Page 181 – 186.
45
Miswanto, 2013.Profil Proses Koagulasi Lateks Kebun Oleh Petani Karet Di
Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. (Online).
(https://123dok.com/document/eqojknmz-profil-proses-koagulasi-lateks-
petani-kabupaten-provinsi-lampung.html).
Sularso, Kiyokatsu suga, 1983. Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin.
PT. Pradnya paramita jakarta.
LAMPIRAN
46
47
48
49
50