Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat
sehat dan kesempatan serta rahmat dan hidayahnya yang senantiasa tercurahkan
kepada kita yang tak terhingga ini. Sholawat serta salam kita panjatkan kepada
junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya, beserta
pengikutnya sampai akhir zaman amin ya robal alamin.
Saya menyampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah REKAYASA
LALULINTAS, yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini dan
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga saya
dapat menyelesaikannya makalah ini dengan tepat waktu.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi
para pembaca pada umumnya.
LATAR BELAKANG

Pada tahun 1988, OECD (Organitation for Economic Coorporation and


Development) di Paris,yakni organisasi pertama yang menyatakan bahwa negara-
negara maju setiap tahunnya kehilangan millyaran dolar Amerika dari bidang
transportasi hanya karena pengemudi tidak mempunyai cukup informasi terkait
mengenai navigasi [Krakiwsky, 1993]. IVHS AMERIKA (1992) adalah
organisasi pertama yang mengkuantifikasi pernyataan OECD tersebut. Dalam
laporannya, IVHS AMERIKA melaporkan bahwa pada tahun 1991 di Amerika
Serikat 41.000 meninggal akibat kecelakaan lalu lintas dan lebih dari 5 juta orang
terluka. Disamping itu, kemacetan lalu lintas disebut sebagai faktor penghilang
produktifitas kerja yang dianggap merugikan Amerika Serikat sebesar 100 milyar
dollar per tahun. Kecelakaan-kecelakaan lalu lintas, yang terkait dengan
kemacetan lalu lintas, mengkontribusikan kerugian lainya yang diperkirakan
sebesar 70 milyar dollar per tahun. Setelah mempelajari karakterisrik persoalan
tersebut, IVHS AMERIKA kemudian menyimpulkan bahwa sistem navigasi
IVHS (Intelligent Vehicle Highway systems), sekarang dinamakan ITS
(Intelligent Transportation Systems) dapat digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan diatas. ITS memadukan antara faktor manusia (people), jalan
(road), dan kendaraan (vehicles) dengan memanfaatkan stade of the art teknologi
informasi.
Rajeev Verma dan Domitilla Del Vecchio, peneliti dari MIT, menggunakan
sebuah sistem bernama ITS (Intelligent Transportation System). Pada dasarnya,
ITS merupakan sebuah sistem keamanan yang bertujuan untuk menghindari
terjadinya tabrakan. Hal ini terwujud dengan adanya kelengkapan seperti cruise
control otomatis, radar atau sensor yang membantu mengurangi kecepatan mobil
saat mendekati mobil lain, sistem peringatan dalam blind-spot pengemudi, serta
traction control dan stability assist. Sistem ini telah banyak digunakan dalam
produksi mobil-mobil terbaru, tetapi hingga saat ini masih bergantung pada
kemahiran pengemudinya dalam menghindari kecelakaan. Para peneliti dari MIT
sedang mengembangkan sebuah algoritma ITS yang memungkinkan sistem
tersebut mengambil alih gerak kendaraan demi menghindari terjadinya
kecelakaan.
Del Vecchio dan Verma melakukan percobaan algoritma ITS dengan
menggunakan dua kendaraan mini dalam satu lintasan berliku. Satu kendaraan
dikontrol oleh komputer dan satu lagi dikontrol oleh manusia. Percobaan ini
diikuti oleh delapan orang sukarelawan dan 100 kali percobaan. Dari semua
percobaan tersebut, 97 di antaranya menunjukkan keberhasilan algoritma ITS
dalam menghindari terjadinya tabrakan. Apabila algoritma ITS ini berhasil
dikembangkan dan dapat digunakan dalam kendaraan di jalan, nampaknya
beberapa dekade ke depan, jumlah kecelakaan dapat berkurang secara signifikan.
ITS merupakan perpaduan dari beberapa teknologi seperti penentuan posisi,
komunikasi, sistem informasi, kontrol dan elektronik. Dalam kaitannya dengan
teknologi pendukung ITS, GPS biasanya berperan sebagai teknologi penentuan
posisinya dan GIS (Geographic Information System) berperan sebagai teknologi
sistem informasinya [Arronoff, 1989; Autenucci et al.,1991].
Rumusan masalah

1. Apa konsep dari ITS?


2. Apa saja ruang lingkup ITS?
3. Apa saja klasifikasi ITS?
4. Apa peran ITS?
Konsep Intelligent Transport System

Intelligent Transport System dalam bahasa Indonesia berarti sistem transportasi


cerdas. Intelligent Transport System atau biasa disingkat ITS pada prinsipnya
adalah penerapan teknologi maju di bidang elektronika, komputer dan
telekomunikasi untuk membuat prasarana dan sarana transportasi lebih informatif,
lancar, aman dan nyaman sekaligus ramah lingkungan. Sistem ini mempunyai
tujuan dasar untuk membuat sistem transportasi yang mempunyai kecerdasan,
sehingga dapat membantu pemakai transportasi dan pennguna transportasi untuk:
• Mendapatkan informasi.

• Mempermudah transaksi.

• Meningkatkan kapasitas prasarana dan sarana transportasi.

• Mengurangi kemacetan atau antrian.

• Meningkatkan keamanan dan kenyamanan.

• Mengurangi polusi lingkungan.

• Mengefisiensikan pengelolaan transportasi.

Penerapan ITS telah dilakukan dinegara-negara maju seperti : Amerika Serikat,


Jepang, Kanada, Korea Selatan dan sebagainya. Negara berkembang juga sudah
mulai menerapkan ITS dalam skala terbatas, misalanya sistem pengempulan tol
secara elektronis dan sistem informasi lalu lintas. Contoh beberapa negara
tetangga yang telah menggunakan sistem pengumpulan tol adalah Malaysia dan
Philipina. Pengorganisasian ITS di negara-negara maju dilaksanakan secara
bersama oleh pemerintah, kepolisian, operator transportasi dan kalangan industri.
Selain masalah kebijakan, industri-industri terkait juga turut mendukung dari segi
riset dan pengembangan teknologi. Kalangan indurstri yang terkait antara lain
industri automotive, elektronika, komputer, telekomunikasi, penerbangan,
perhubungan dan jalan tol. Karena itu ITS menjadi primadona dan dianggap
sebagai masa depan transportasi.

Ruang Lingkup ITS

Lingkup ITS dapat berbeda pada masing-masing negara tergantung kepada


kebijakan yang dibuat. Secara umum ITS mempunyai lingkup-lingkup sebagai
berikut:

1. Advanced Traveller Information System


Sistem ini secara prinsip adalah sistem informasi yang menjadi panduan
kendaraan untuk mendapatkan route jalan yang optimal. Pada
pengembangan selanjutnya sistem ini bahkan diharapkan mampu untuk
membantu pengemudi mengontrol kendaraan agar sampai ditujuan dengan
aman, nyaman dan lancar.Advanced Traveller Information System
merupakan terminologi dari ITS America, sedangkan pada ITS Japan
mengembangkan jenis Advances Navigation System. Teknologi yang
digunakan adalah peta digital berbasis Geographic Information System
(GIS), yang dipasang pada on board unit di kendaraan yang mirip dengan
PDA (Personal Digital Assistant).
2. Advanced Traffic Management System
Advanced Traffic Managent System digunakan oleh pengelola jalan untuk
memantau lalu lintas dan memberikan informasi real time kepada
pengguna jalan. Tujuan sistem ini agar lalu lintas dapat dioptimalkan pada
seluruh route alternatif yang ada, sehingga kemacetan dapat dihindari atau
dikurangi dengan memberikan saran kepada pemakai jalan. Sistem ini juga
memberikan informasi adanya hambatan atau kecelakaan pada route yang
akan ditempuh, sehingga pengemudi dapat memakai alternatif route
lain.Input informasi di dapat dari sensor-sensor yang terpasang di ruas
jalan, misalkan: digital camera video atau cctv, traffic analyzer, traffic
counter dan sebagainya. Sedangkan untuk menyampaikan informasi
kepada pemakai jalan, dapat digunakan berbagai alternatif media,
misalkan: variable message sign atau electronic sign board, radio siaran
khusus pemakai jalan dan sebagainya.
3. Incident Management System.
Incident Management System adalah sistem informasi yang digunakan
untuk berbagai kejadian darurat, misalkan kecelakaan, longsor atau
bencana lainnya. Berdasarkan hasil pemantauan sensor-sensor pada Traffic
Management System, pengelola jalan atau pihak yang berwenang dapat
memperoleh informasi lebih awal. Informasi dapat berupa besarnya
kecelakaan, fatalitas kecelakaan, jumlah ambulans yang diperlukan, tenaga
medis yang harus dikirim, alat penolong yang harus didatangkan dan
sebagainya. Informasi ini juga dapat diteruskan ke pihak-pihak lain yang
terkait, misalkan rumah sakit, pemadam kebakaran dan lainnya. Sistem ini
juga dapat memberikan informasi ke rumah sakit mana yang harus dituju
agar korban kecelakaan segra sampai dengan cepat. Selian itu kondisi
korban dapat terlebih dahulu disampaikan ke rumah sakit tersebut sebelum
korban sampai di tempat.
4. Electronic Toll Collection System
Persoalan klasik pada jalan tol adalah lama waktu yang diperlukan untuk
transaksi pelanggan di gerbang tol. Electronic Toll Collection diterapkan
untuk mempersingkat waktu transaksi di gerbang tol dengan prinsip :
• E-Payment atau Cashless Payment, yaitu pembayaran secara elektronis,
tanpa menggunakan uang tunai.
• Pemrosesan transaksi secara eletronis menggunakan jalur telekomunikasi
antar gerbang tol.
Pada beberapa negara seperti Jepang, Australia dan Amerika Serikat,
proses transaksi di gerbang tol dapat dilakukan tanpa kendaraan harus
berhenti. Proses transaksi dilakukan secara wireless antara unit elektronis
yang ada di kendaraan (on board unit) dengan computer network di jalan
tol. Sedangkan sebagian negara seperti malaysia, menggunakan metoda
yang masih memerlukan kendaraan untuk berhenti sebentar, karena
pemakai jalan masih harus melakukan scanning kartu pembayaran pada
reader yang tersedia di gardu tol.
5. Assistance For Safe Driving
Assistance for Safe Driving adalah bentuk dari ITS yang sangat maju.
Kendaraan di

lengkapi dengan sejumlah sensor yang dapat mengarahkan pengemudi unuk


berkendara dengan aman. Sensor tersebut dihubungkan dengan sebuah komputer
yang terpasang pada kendaraan. Manfaat dari sensor dan komputer pada
kendaraaan adalah memberitahukan kepada pengemudi jika tanpa sengaja sang
pengemudi melakukan hal-hal:

• Jarak dengan kendaraan lain terlalu dekat.

• Berada di lajur jalan yang salah.

• Kecepatan terlalu tinggi.

• Terlalu dekat dengan tepi jalan, dsb.

6. Support for Public Transportation


ITS jenis ini diterapkan pada moda transpotasi umum, misalnya: pesawat
terbang, bus, kapal laut, ferri, monorail dan kereta api. Selain diterapkan
pada wahana transportasi publik, sistem ini juga diterapkan pada pada
prasarana transportasi publik seperti: stasiun kereta api, terminal bus,
shelter bus, pelabuhan dan bandara. Tujuan penerapan ini agar pemakai
transportasi umum mendapatkan informasi dan proses transaksi yang
nyaman dan cepat.

Klasifikasi Intelligent Transportation System (ITS)

Sistem navigasi ITS dapat diklasifikasikan dalam empat tipe yaitu : Autonomous
ITS, Fleet Management ITS, Advisory ITS dan Inventory ITS.Sistem
Autonomous ITS terdiri dari sistem penentuan posisi dan sistem peta elektronik
yang ditempatkan pada kendaraan dan dimaksudkan untuk memberikan
kemampuan navigasi yang lebih baik bagi pengemudi kendaraan yang
bersangkutan. Sarana ini tidak mempunyai komunikasi dengan sistem luar
kendaraan kecuali kalau menggunakan GPS untuk penentuan posisinya dimana
dalam hal ini diperlukan antena untuk menerima sinyal GPS.
Fleet Management ITS berfungsi untuk mengelola kendaraan dari pusat
pengontrol (dispatch center) melalui hubungan komunikasi. Dalam sistem ini,
kendaraan-kendaraan yang bersangkutan dilengkapi dengan sistem penentuan
posisi tetai umumya tidak dilengkapi dengan sistem peta elektronik. Kendaraan-
kendaraan tersebut melaporkan posisinya kepusat pengontrol sehingga pusat
pengontrol mempunyai kemudahan untuk mengelola pergerakan kendaraan.
Disamping memberikan instruksi-instruksi mengenai pengarahan, pusat
pengontrol juga bertanggung jawab memberikan informasi-informasi yang
diperlukan oleh pengemudi kendaraan sepeti informasi cuaca dan keadaan lalu
lintas.

Advisory ITS menggabungkan aspek penentuan posisi dan sistem peta elektronik
dari sistem autonomous ITS dengan aspek komunikasi dari arsitektur sistem fleet
management ITS. Sistem advisory ITS adalah autonomous dalam artian bahwa
sistem ini tidak di kontrol oleh suatu pusat pengontrol (dispatch center), tetapi
pada saat yang sama sistem ini merupakan bagian dari armada kendaraan yang
mendapat pelayanan dari pusat informasi lalu lintas. Pada beberapa sistem
advisory ITS, kendaraan – kendaraan tertentu berdiri sendiri sebagai traffic
probes, yang memberikan kendaraan-kendaraan lainnya (yang tidak terdefinisikan
oleh pusat informasi lalu lintas) informasi-informasi terbaru tentang kondisi lalu
lintas dan cuaca.

Yang terakhir adalah Inventory ITS System. Sistem ini biasanya terdiri atas
kendaraan yang berdiri sendiri dan dilengkapi dengan kamera video digital untuk
mengumpulkan data (lengkap dengan koordinat dan waktu pengambilan) yang
terkait dengan jalan. Sistem ini diperlukan antara lain untuk keperluan
inventarisasi jalan, pemeliharaan jalan, serta penyelidikan objek-objek
pengganggu lalu lintas. Kendaraan – kendaraan yang digunakan dilengkapi
dengan alat penentuan posisi, data logger, serta pendisplay data dalam bentuk peta
elektronik.

Penerapan dan Fungsi Sistem Transportasi Intelijen (ITS)

Sistem Transportasi Intelijen (ITS) adalah penerapan teknologi informasi dan


komunikasi dalam infrastruktur transportasi dan kendaraan sebagai alternatif
solusi untuk masalah kepadatan yang semakin tinggi di kota-kota besar/
metropolitan. Sistem ini diterapkan untuk mengendalikan dan mengelola lalu
lintas kendaraan, distribusi kendaraan dan infrastruktur untuk mencapai sistem
transportasi yang lebih aman, lebih teratur dan perbaikan efisiensi sistem transit
dan infrastruktur lalu lintas. Sistem ini akan mengurangi kepadatan lalu lintas
sehingga penggunaan energi lebih efisien dan otomatis emisi gas rumah kaca akan
lebih rendah. Penerapan sistem ini membutuhkan kajian yang lebih intensif dan
perencanaan yang hati-hati untuk menyesuaikan dengan sistem transportasi lokal.
Sistem ini diperkirakan menelan biaya infrastruktur hampir 900 juta rupiah,
sumber lain menyebutkan sampai 1,2 trilyun rupiah. Singapura menghabiskan
sekitar 125 juta dolar Amerika pada tahun 1995 untuk menerapkan Electronic
Road Pricing (ERP).

Skema ERP di Singapura adalah penarikan biaya secara elektronik terhadap setiap
kendaraan yang melewati jalur tertentu. Hal ini dilakukan untuk menegelola lalu
lintas dengan penarikan biaya penggunaan jalan (road pricing) dan penarikan
biaya di kepadatan tinggi (congestion pricing). Singapura adalah kota pertama di
dunia yang menerapkan penarikan biaya jalan tol secara elektronik. Sejak 2007,
sistem ERP telah diperbaiki dengan penggunaan alat untuk memperkirakan
kepadatan lalu lintas yang disebut Traffic Estimation and Prediction Tool
(TrEPS). Tujuan penggunaan TrEPS adalah untuk menentukan biaya yang lebih
akurat yang berdasarkan pada real-time variable pricing sehingga biaya
penggunaan jalan bisa lebih bervariasi dan lebih adil.

ERP diterapkan dengan penempatan gerbang baja yang dilengkapi alat sensor dan
kamera di setiap jalan yang berhubungan dengan daerah pusat bisnis yang lalu
lintasnya padat. Selain di daerah bisnis, kerangka baja bersensor ini ditempatkan
juga di tempat lain seperti di beberapa jalan tol dan jalan arteri untuk mengurangi
kepadatan pada jam-jam tertentu. Alat yang disebut In-Vehicle Unit (IU)
ditempatkan di setiap mobil yang terdaftar di Singapura. Alat tersebut adalah
untuk pembayaran biaya penggunaan jalan dengan cara mengurangi nilai dari
kartu yang dapat diisi ulang (cash card) saat kendaraan melewati jalan yang
menerapkan ERP. Teknologi ini disinyalir akan digantikan dengan teknologi
berbasis GPS (Global Positioning System), karena penempatan gerbang yang
tidak fleksibel sehingga sulit dipindahkan bila diperlukan. Teknologi yang sama
juga digunakan untuk menentukan harga parkir kendaraan (electronic parking
system/ EPS).

ITS juga dapat diterapkan untuk mengatasi kemacetan karena ITS merupakan
gabungan dari sistem transportasi dengan teknologi informasi demi meningkatkan
aksesibilitas dan efisiensi serta keamanan transportasi. Dengan diterapkannya ITS
di Indonesia maka setiap pengguna jalan akan dapat mengaksesnya secara real
time dan mudah. Hanya dengan menggunakan handphone maka setiap orang bisa
mengetahui kondisi jalan apakah sedang mengalami macet atau lancar. Selain itu,
ITS juga mampu mengatasi kecelakaan yang terjadi di kereta api. Karena bila alat
tersebut terpasang maka kereta yang saling berhadapan akan berhenti dengan
sendirinya.Secara umum ruang lingkup ITS terdiri dari beberapa hal, diantaranya
sistem informasi dan navigasi yang modern. Dengan sistem ini akan memberikan
informasi tentang pilihan rute jalan yang optimal kepada pelaku perjalanan. ITS
juga berperan sebagai sistem manajemen lalulintas yang dapat memberi informasi
real time tentang kondisi lalu lintas yang sedang terjadi.

ITS juga berperan sebagai sistem manajemen kecelakaan yang digunakan untuk
mendeteksi kejadian darurat seperti kecelakaan lalu lintas, kebakaran, banjir,
longsor atau bencana lainnya. Fungsi lainnya, ITS juga berperan sebagai sistem
pengumpulan pembayaran transportasi elektronik dan sistem untuk bantuan
mengemudi seperti jarak dengan kendaraan yang terlalu dekat, berada di lajur
jalan yang salah, kecepatan terlalu tinggi atau terlalu dekat dengan tepi jalan.

Anda mungkin juga menyukai