Disusun Oleh:
Syaifani Nurullah ( D500140055 )
Arista Dwi Rahmawati ( D500140056 )
Masrifatul Nurul Ulfa ( D500140079 )
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................x
INTISARI............................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Sejarah Pabrik PT. Petrokimia Gresik .............................................1
I.2 Sejarah Berdirinya ............................................................................2
I.3 Lokasi Pabrik PT. Petrokimia Gresik ..............................................4
I.4 Perluasan PT. Petrokimia Gresik .....................................................6
I.5 Profil Perusahaan PT. Petrokimia Gresik.........................................9
I.6 Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan .................................10
I.7 Manajemen Produksi ......................................................................15
I.8 Unit Produksi .................................................................................24
I.9 Unit Prasarana Pendukung .............................................................40
I.10 Yayasan Petrokimia Gresik ............................................................43
I.11 Koperasi .........................................................................................45
BAB II DESKRIPSI PROSES
II.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk ..............................................47
II.1.1 Bahan Baku ........................................................................47
II.1.2 Bahan Penunjang................................................................48
II.1.3 Produk ................................................................................49
II.1.4 Konsep Proses Urea ...........................................................49
II.1.5 Diagram Alir Proses Produksi Pupuk Urea ........................50
II.1.6 Tahapan Proses PembuatanPupuk Urea .............................50
II.1.6.1 Unit Sintesa ......................................................52
II.1.6.2 Unit Purifikasi ..................................................59
II.1.6.3 Unit Recovery ..................................................63
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
INTISARI
PT. Petrokimia Gresik sendiri merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Negara dalam lingkup Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI yang
benaung dibawah Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC). PT. Petrokimia
bergerak dibidang produksi pupuk, non pupuk, bahan-bahan kimia dan jasa
lainnya seperti jasa konstruksi dan engineering. Pabrik yang berlogo kerbau emas
ini bertekad untuk menjadi produsen pupuk dan bahan kimia lainnya yang
berdaya saing tinggi dan produknya paling diminati konsumen dengan
memberikan jaminan pemenuhan persyaratan dan pelayanan yang terbaik. Pabrik
pupuk ini memiliki 3 Unit Produksi, yaitu unit produksi I, unit produksi II dan
unit produksi III. Unit produksi I merupakan pabrik yang memproduksi pupuk
Nitrogen (pupuk ZA I/III, dan pupuk urea). PT. Petrokimia Gresik merupakan
pabrik yang banyak memakai bahan-bahan kimia berbahaya. Kesehatan dan
Keselamatan Kerja menjadi perhatian yang utama. Hal ini tampak dari
penanganan K3 yang dikelola serius oleh pihak perusahaan.
Unit produksi 1 khususnya pabrik urea merupakan tujuan utama kerja
praktek kami. Pabrik urea berbahan baku NH3 (Amoniak) dan CO2 (Karbon
Dioksida) memiliki kapasitas produksi sebesar 1400 ton/hari. Beberapa tahapan
proses penting dalam pembuatan pupuk urea pertama tahap sintesa, merupakan
tahap terpenting dalam pabrik urea. Tahap ini berfungsi membentuk urea dengan
mereaksikan NH3 cair dan gas CO2 yang dikirm dari unit NH3. Kedua adalah
tahap purifikasi, pada tahap ini ammonium karbamat, air dan NH3 yang
terkandung larutan urea diuraikan dan dipisahkan dengan cara pemanasan dan
penurunan tekanan. Ketiga adalah tahap konsentrasi, dalam tahap ini larutan urea
dipekatkan mencapai 99,7% berat sebelum dikirim ke prilling tower. Keempat
adalah tahap pembutiran, larutan urea dengan konsentrasi 99,7% berat dialirkan
ke dalam prilling tower. Di dalam prilling tower larutan urea dispray, didinginkan
dan dipadatkan untuk memperoleh urea prill. Kelima adalah tahap recovery, gas
NH3 dan CO2 yang terlepas dari purifikasi diabsorpsi dalam tahap recovery
menggunakan kondensat proses sebagai absorben. Gas NH3 dan CO2 diabsorbsi
BAB I
PENDAHULUAN
G
a
m
b
a
r
I.1. Peta Lokasi PT. Petrokimia Gresik
c. Arti Logo
1. Warna kuning emas melambangkan keagungan, kejayaan dan
keluhuran budi
2. Daun hijau berujung lima mempunyai arti:
a) Daun hijau melambangkan kesuburan dan kesejahteraan
b) Berujung lima melambangkan kelima sila dari Pancasila
3. Huruf PG merupakan singkatan dari Petrokimia Gresik
4. Warna putih pada tulisan PG melambangkan kesucian, kejujuran
dan kemurnian.
d. Arti Keseluruhan Logo
“Dengan hati yang bersih berdasarkan kelima sila Pancasila, PT.
Petrokimia Gresik berusaha mencapai masyarakat yang adil dan
makmur untuk menuju keagungan bangsa”.
I.6.2 Ketenagakerjaan
N total (%) : 45
P2O5 (%) : 40
Air (%) : 5 maks
Kadmium (ppm ) : 100 maks
Timbal (ppm) : 500 maks
Raksa (ppm) : 10 maks
Arsen (ppm) : 100 maks
Bentuk : Butiran Ukuran butir : 80 % 2 – 4 mm
Warna : Hitam atau abu – abu
2. Sifat Pupuk
a. Mudah larut dalam air
b. Kemasan dalam kantong bercap Kerbau Emas dengan isi
50 kg
Bentuk : Granul
Warna : Kecoklatan
pH : 5-8
Kadar Air : < 20%
Kemasan : Kedap UV, udara dan air
2. Manfaat
a. Menyediakan unsur hara dalam tanah
b. Merangsang perkembangan dan pertumbuhan akar
c. Mempercepat masa panen
d. Meningkatkan hasil panen
e. Ramah lingkungan
a. Lactobacillus plantarum
b. Nitrosomonas europea
c. Bacillus Subtilis
d. Bacillus apiarius
Bentuk : Cair
Warna : Coklat
Kemasan : Kedap UV dan udara
2. Manfaat
a. Presentase kehidupan ikan/udang menjadi tinggi atau
mortalitas benih ikan dan udang menurun
b. Pertumbuhan pakan alami lebih banyak
c. Efisiensi penggunaan pakan dan pupuk
d. Menghambat pertumbuhan patogen merugikan
e. Meningkatkan hasil panen
D. Sarana Distribusi
Untuk memperlancar distribusi pupuk kekonsumen, PT. Petrokimia
Gresik mempunyai gudang utama di Gresik, ratusan gudang
penyangga dan distributor, serta ribuan kios resmi yang tersebar di
seluruh provinsi di Indonesia. Sarana distribusi lain berupa jalan
kereta api yang dihubungkan dengan jalan utama Perumka. Digunakan
utnuk pengangkutan pupuk dari gedung PT. Petrokimia Gresik ke
stasiun terdekat dengan konsumen. Selain itu juga ada prasarana
penunjang transportasi bahan baku dan hasil produksi terdapat ban
berjalan (belt conveyor) yang menghubungkan dermaga dengan
pabrik-pabrik di unit produksi I, II dan III dengan total bentang
panjang sekitar 22 km.
E. Kebun Percobaan (Buncob)
Untuk menguji hasil riset dan formula yang diperoleh dari
laboratorium, PT. Petrokimia Gresik memiliki kebun percobaan seluas
5 hektar yang dilengkapi dengan fasilitas laboratorium untuk tanah,
tanaman dan kultur jaringan, rumah kaca, miniplant pupuk NPK,
pabrik pupuk organik (Petroganik), pupuk hayati dan petroseed (benih
padi bersertifikat). Secara umum buncob berfungsi untuk:
1. Tempat pengujian produk komersil
2. Pencontohan pemeliharaan tanaman dan ternak
3. Indikator lingkungan
4. Penelitian dan pengembangan produk inovatif
5. Media belajar dan wisata bagi pelajar, mahasiswa, petani, dan
masyarakat umum
6. Sarana pendidikan dan latihan
Dikebun percobaan ini setiap tahun diadakan Petro Agrifood
Expo dalam rangka HUT PT. Petrokimia Gresik.
F. Laboratorium
1. Laboratorium Produksi
2. Laboratorium Kalibrasi
I.11 Koperasi
Koperasi Karyawan Keluarga Besar Petrokimia Gresik (K3PG)
didirikan sejak 13 Agustus 1983. Sampai akhir Juni 2003
memiliki anggota 6342 orang. Bidang usahanya meliputi :
a. Unit toko swalayan, toko bahan bangunan dan alat listrik, toko elektronik
dan apotik.
b. Unit simpan pinjam, jasa service AC, jasa bengkel motor, wartel, warnet
dan kantin.
c. Unit stasiun pompa bensin umum (SPBU).
d. Unit pabrik air minum kemasan (Air ―K‖).
K3PG ini mempunyai fungsi:
a. Sebagai salah satu anggota dari PT. Petrokimia Gresik yang
bergerak dibidang perkoperasian.
b. Pembuka lapangan kerja bagi masyarakat.
Beberapa penghargaan K3PG:
a. Koperasi fungsional Terbaik I Nasional 1989
b. Koperasi fungsional Teladan Nasional 1990
c. Koperasi fungsional Teladan Nasional 1991
d. Koperasi fungsional Andalan Pemula Jawa Timur 1990
e. Koperasi fungsional Andalan Tingkat Jawa Timur 1991
BAB II
DESKRIPSI PROSES
Hydrogen : 0,8 %
Total Sulfur : 19,3 Kg/cm2
H2 O : Saturated
Tekanan : 1 Kg/cm2
Temperatur : 35 oC
II.1.3 Produk
Pupuk Urea (SNI 2801-2010) dengan spesifikasi :
N-total : 46,5% berat min
Biuret : 1,2% berat max
Moisture : 0,5% berat max
Besi : 0,5 ppm berat max
NH3 bebas : 100 ppm berat max
Abu : 10 ppm berat max
Bentuk : prill
Ukuran butir : 1,00 mm – 3,35 mm : 90,0 minimum
Warna : Putih (non-subsidi), Pink (subsidi)
Sifat : Higroskopis, mudah larut dalam air
1. Reaktor (DC-101)
Reaktor DC-101 adalah menara vertikal dengan 9 interval baffle dan
dinding bagian dalam yang dilapisi stainless steel 316 L Urea Grade
sebagai bahan anti korosi dari zat-zat pereaksi dengan produk. Baffle plate
di dalamnya digunakan untuk menghindari back mixing.
b) Pengaruh Tekanan
Konversi amonium karbamat menjadi urea hanya berlangsung pada
fasa cairan, jadi diperlukan tekanan yang tinggi. Tekanan operasi yang
terlalu tinggi akan dapat menyebabkan kerusakan pada dinding reaktor
apabila melebihi tekanan desain. Tekanan yang rendah akan
menurunkan pembentukan urea karena larutan yang menguap
bertambah. Reaktor beroperasi pada tekanan 167-175 kg/cm2. Tekanan
keseimbangan di dalam reaktor ditentukan oleh temperatur operasi dan
molar ratio N/C. Apabila reaktor dioperasikan di atas tekanan
keseimbangan, maka rasio konversi akan naik. Tekanan operasi yang
tinggi akan mengakibatkan temperatur operasi di stripper tinggi. Hal
ini dimaksudkan untuk mencapai dekomposisi yang cukup terhadap
bahan yang keluar dari reaktor belum terkonversi. Sementara itu
kondisi yang demikian akan mengakibatkan hidrolisa urea dan
pembentukan biuret di stripper bertambah.
c) Pengaruh Waktu Tinggal
Untuk mencapai konversi urea yang tinggi, diperlukan waktu
reaksi yang cukup. Waktu reaksi diatur atau dikendalikan dengan
ketinggian level cairan dalam reaktor. Level tinggi menyebabkan
adanya larutan yang terbawa ke scrubber. Level yang rendah akan
mengurangi waktu reaksi sehingga konversi yang diinginkan tidak
tercapai. Level operasi berkisar 51-53%. Ketinggian level diatur
dengan bukaan valve pada bagian keluaran reaktor. Untuk
meminimalkan waktu tinggal, di dalam reaktor dipasang baffle plate.
Hal ini digunakan untuk menghindari pencampuran balik dari larutan
sintesis.
d) Perbandingan Molar NH3/CO2
Untuk mencapai homogenitas reaksi diperlukan reaktan dengan
konsentras tinggi. Di antara kedua reaktan (NH3 dan CO2), NH3 lebih
mudah dipisahkan dari aliran gas daripada CO2. Untuk memisahkan
NH3 dari aliran gas dapat dilakukan dengan absorpsi menggunakan air.
2. Stripper (DA-101)
Stripper berfungsi untuk menguraikan larutan karbamat yang tidak
terkonversi dan memisahkan NH3 dan CO2 dari laurtan urea. Ekses NH3
dipisahkan dari aliran dengan menggunakan tray-tray pada bagian atas
stripper. Reaksi penguraian yang terjadi :
NH2COONH4 2NH3 + CO2 - Q
Kalor untuk reaksi penguraian diperoleh dari steam yang dialirkan pada
falling type heater.
Pada stripper dialirkan gas CO2, dengan adanya aliran ini akan
meningkatkan tekanan parsial CO2 yang mengakibatkan larutan karbamat
terurai. Gas CO2 terlebih dahulu dikompresi dengan CO2 compressor
(GB-101) dan diinjeksikan udara lewat interstage CO2 compressor.
Penginjeksian udara berfungsi untuk anti korosi atau pasivasi pada logam-
logam peralatan proses. Tray dipasang di bagian atas dari stripper untuk
memisahkan amoniak dan mengatur molar rasio N/C larutan pada
komposisi yang tepat untuk operasi stripping. Supaya proses pada stripper
sesuai dengan kebutuhannya diperlukan kontrol terhadap temperatur,
level, aliran CO2, tekanan steam, tekanan operasi, dan komposisi larutan
sintesa urea.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Operasi Stripper :
a) Temperatur
3. Scrubber (DA-102)
Scrubber berfungsi untuk mengabsorp gas-gas dari reaktor dengan
menggunakan larutan karbamat recycle. Absorpsi terjadi dengan adanya
reaksi pembentukkan karbamat dari gas-gas tersebut.
2NH3 + CO2 NH4COONH2 + Q
Larutan dialirkan ke carbamate condenser (EA-101). Gas-gas yang
tidak terabsorp dikirim ke HP absorber (DA-401) untuk diabsorp lebih
lanjut.
1. HP Decomposer (DA-201)
Di dalam HP decomposer (DA-201), karbamat masih perlu diuraikan
dengan pemanasan menggunakan steam condensate di dalam falling film
type internal heat exchanger. Gas dari scrubber (DA-102) masuk ke
bagian bawah HP decomposer sebagai purge gas yang bertujuan untuk
mencegah korosi, karena purge gas tersebut mengandung oksigen (anti
corrosion effect of oxygen). Sedangkan gas amoniak dan CO yang tejadi
dari penguraian karbamat dikirim ke seksi recovery yaitu HP absorber
(EA-401). Dalam proses dekomposisi dan pemisahan diperlukan kontrol
terhadap temperatur, tekanan, dan level.
Faktor yang Mempengaruhi HP Decomposer :
a) Pengaruh Suhu
Temperatur dalam bagian ini dikontrol dengan tujuan untuk
meminimalisir terjadinya korosi pada peralatan dan meminimalisir
terjadinya pembentukan biuret serta hidrolisa urea. Suhu operasi dari HP
decomposer dijaga pada suhu 158°C dengan mengontrol aliran steam
condensate ke Falling Film Heater. Temperatur operasi menunjukkan
jumlah kalor yang tersedia. Temperatur rendah akan menurunkan jumlah
dekomposisi karbamat sehingga menambah beban LP decomposer (DA-
202). Temperatur tinggi dapat menyebabkan korosi pada peralatan dan
pembentukanbiuret serta hidrolisa air:
NH2COONH2 + H2O 2NH3 + CO2 - Q
2NH2CONH2 NH2COONH4 (biuret) + NH3 - Q
DA-201 beroperasi pada temperatur 158 - 159°C.
b) Pengaruh Tekanan
Laju dekomposisi meningkat dengan penurunan tekanan operasi dan
sebaliknya. Tetapi tekanan yang terlalu rendah akan menurunkan
temperatur operasi. DA-201 beroperasi pada tekanan 17 - 17,5 kg/cm2.
Pada bagian ini diharapkan jumlah NH3 dan CO2 di dalam larutan sekecil
mungkin untuk mengurangi beban peralatan tersebut. Jika jumlah NH3 dan
CO2 dalam liquid bertambah, maka suhu kesetimbangan pada LP absorber
akan turun dan air yang diumpankan ke larutan recovery harus ditambah.
Tekanan operasi ditentukan dengan mempertimbangkan faktor tersebut.
c) Level
Level menunjukkan lamanya larutan di dalam DA-201. Level yang
tinggi dapat menyebabkan terjadi reaksi samping berupa pembentukan
biuret. Level rendah akan menyebabkan terjadinya kesalahan pengukuran
pada alat kontrol temperatur. Bila ini terus berlanjut akan menyebabkan
tekanan larutan menuju DA-202 melebihi tekanan desain. Level pada DA-
201 dijaga pada 31-33%. Larutan urea dari DA-201 dialirkan ke DA-202.
2. LP Decomposer (DA-202)
Larutan urea dari DA-201 yang masih mengandung NH3, CO2 dan
karbamat dimurnikan lebih lanjut. Proses pemurnian dilakukan dengan
penurunan tekanan menjadi 2,5-2,6 kg/cm2, pemanasan dengan steam
condensate dan CO2 stripping. Agar proses pemurnian berjalan dengan
baik perlu dikontrol temperatur, tekanan dan aliran CO2
Faktor yang Mempengaruhi LP Decomposer :
a) Pengaruh Suhu
Peningkatan temperatur akan mempermudah pelepasan gas dari
larutan, tetapi apabila temperatur terlalu tinggi akan terjadi
pembentukan biuret dan hidrolisa urea. Temperatur operasi DA-202
adalah 123-125°C.Suhu dikontrol oleh Falling Film Heater.
b) Pengaruh Tekanan
1. HP Absorber (EA-401A/B)
Gas CO2 dan NH3 keluaran HP Decomposer (DA-201)
dikontakkan absorben berupa larutan karbamat dari EA-402. Aliran gas
dimasukkan pada bagian bawah dan didistribusikan melalui nozzle dan
absorben dialirkan dari bagian atas. Pengontakkan menghasilkan reaksi
pembentukan karbamat dan aquaamoniak, kedua senyawa ini terlarut di
dalam absorben. Proses absorpsi menghasilkan panas dan dimanfaatkan
untuk pemanasan larutan urea dan produksi air panas. Gas yang tidak
terabsorp dialirkan ke washing column (DA-401) untuk diabsorp lebih
lanjut. Agar proses absorpsi berlangsung dengan efisien hal yang perlu
dikontrol adalah level , konsentrasi, tekanan dan temperatur.
Faktor yang Mempengaruhi Operasi HP Absorber :
a) Pengaruh Level
Level larutan dalam EA-401 menentukkan waktu kontak
antara absorben dan gas. Level rendah akan menghasilkan proses
absorpsi yang tidak efisien. Level tinggi akan menyebabkan sebagian
absorben terbawa aliran gas. Level operasi 65-75%.
b) Pengaruh Tekanan dan Temperatur
2. LP Absorber (EA-402)
Gas NH3 dan CO2 keluaran LP decomposer diabsorp dengan
larutan absorben dari DA-401 kolom atas. Proses absorpsi sama dengan
proses di HP absorber. Temperatur operasi dijaga di atas 40°C. Pada
temperatur ini akan terjadi pembentukan padatan karbamat. Untuk
menjaga efisiensi absorpsi diperlukan waktu kontak yang mencukupi.
Level operasi 64 - 85%, pada level ini waktu kontak untuk absorpsi
mencukupi. Gas yang tidak terabsorp dialirkan final absorber (DA503)
untuk diabsorp lebih lanjut. Larutan absorben dialirkan ke DA-401
kolom bawah.
Pada tekanan vakum 150 mmHg air memiliki titik didih 80°C.
Dengan penurunan titik didih air akan mempermudah pemisahan air dari
larutan. Temperatur operasi dijaga di atas titik didih air. Temperatur
operasi pada 81-81°C.
Kondisi vakum mempengaruhi densitas kristal. Tingkat
kevakuman rendah akan meningkatkan temperatur dan densitas kristal
menurun. Tingkat kevakuman tinggi menurunkan titik didih air sehingga
banyak air yang menguap dan densitas kristal meningkat. Peningkatan
kristal terlalu tinggi dan menyebabkan penyumbatan pada pipa. Larutan
dari FA-202B dengan kepekatan sekitar 84% berat selanjutnya dipanaskan
pada heater for FA-202 (EA-201) menggunakan steam tekanan rendah
hingga temperatur 133-134°C.
Tingkat kevakuman operasi sama dengan FA-202B. Tingkat
kevakuman yang tinggi akan meningkatkan konsentrasi urea, tetapi
apabila terlalu tinggi dapat menyebabkan choking pada pipa aliran.
Tingkat kevakuman rendah akan menurunkan konsentrasi urea dan
menambah beban pada final separator (FA-203).
Larutan selanjutnya dimasukkan ke dalam vacuum concentrator
upper (FA202A). Di dalam alat ini larutan urea dipekatkan lebih lanjut
hingga mencapai konsentrasi 97,7% berat. Temperatur operasi berkisar
133-134°C. Temperatur terlalu rendah akan menyebabkan terjadinya
choking (penyumbatan pada pipa karena pembentukan kristal urea).
Temperatur terlalu tinggi akan mendorong terbentuknya biuret.
Faktor yang Mempengaruhi Operasi Vacuum Concentration Bagian
Bawah
(FA-202B) :
a) Pengaruh Kelarutan Urea
Kelarutan berubah terhadap suhu, biasanya kelarutan yang
tinggi terjadi pada suhu yang tinggi pula. Jadi, kristal dapat
terbentuk dengan pendinginan larutan jenuh.
b) Pengaruh Suhu dan Tekanan
BAB III
SPESIFIKASI ALAT
Kapasitas : 151,7 m3
Tebal : 90 mm
Kapasitas : 2,55 m3
d. Carbamat Condenser (EA-101)
Fungsi : Mengkondensasikan gas buangan dari
rectifying column
Material : Shell = A516 GR70
Tube =DP12
Material : CS/11 CR
Laju Alir : 466,2 kW
Tekanan Operasi : ± 10 kg/cm2 > tekanan sintesa
b. Carbamat Pump (GA-102)
Tipe : Centrifugal
Material : SCS 11 MOR / Ferralium 255
Tekanan Operasi : ± 10 kg/cm2 > tekanan sintesa
c. Vacuum Concentrator Upper (FA-202 A)
Tipe : Silinder Vertikal
Material : Shell A240 Tipe 304
Kapasitas : 143,9 m3
Tekanan Operasi : 1,75 dan FV Vacuum
Temperatur Operasi : 1700C
d. Vacuum Concentrator Lower (FA-202 B)
Tipe : Silinder Vertikal
Material : 304 SS CLAD + A516 GR60
Tekanan Operasi : 1,75 dan FV Vacuum
Temperatur Operasi : Shell 1100C
Tube 1200C
e. Urea Hydrolyzer Pump (GA-502)
Fungsi : Memompakan urea dari proses kondensat
Tipe : Centrifugal
Material : 304 SS
Kapasitas : 46,5 m2/hari
Tekanan : 19 kg/cm2
Rate BHP : 48,2 kW
f. Heater (EA-201)
Tipe : V-BEM
Ukuran : (Shell ID x L tube) = 1000 x 6000
Kondisi Operasi : Shell 143/1430C Tube 85/1320C
Material : Shell = CS
Tube = 304 SS
g. First Ejector (EE-501)
Tipe : Steam Ejector
Kapasitas : 273 kg/hari
Desain : Tekanan 8 kg/cm2
Temperatur 2000C
h. Second Ejector (EE-502)
Tipe : Steam Ejector
Kapasitas : 231 kg/hari
Desain : Tekanan 8 kg/cm2
Temperatur 2000C
i. Ammoniac Feed Pump (GA-101)
Tipe : Centrifugal
Kapasitas : 56 m3/hari
Tipe Driver : Turbin
Material : CS/13 CR
Desain : Tekanan 156 kg/cm2
j. Urea Solution Pump (GA-201)
Tipe : Centrifugal
Kapasitas : 73 m3/hari
Tipe Driver : Motor
Material : 304 SS
Desain : Tekanan 1,5 kg/cm2
k. Washing Column (DA-401)
Tipe :Vertikal (ujung elips)
Material : A240 T340
Ukuran : (ID x tinggi) = 700 x 5450
Desain : Temperature 1300C
l. Flash Separator (FA-205)
Tipe : Vertikal (ujung elips) dan flat bottom
Material : A240 T304
BAB IV
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
DEPARTEMEN PRODUKSI I
IV.1 Utilitas
Bagian Utilitas I PT. Petrokimia Gresik adalah unit pendukung
produksi yang ada di Departemen Produksi I secara langsung dan sebagai
pendukung pabrik II maupun pabrik III serta anak perusahaan secara tidak
langsung.
Bagian utilitas I adalah bagian yang bertugas sebagai:
1. Unit penyediaan air
Ada beberapa macam spesifikasi air yaitu air proses, air minum, air
hidrant, air demineralisasi, air service, dan air pendingin.
2. Unit penyediaan steam
Digunakan untuk menggerakkan pompa turbine dan compressor
turbine, alat penukar panas, pemanas pipa atau bejana agar fluida di
dalamnya tetap panas dan untuk campuran proses itu sendiri.
3. Unit penyediaan tenaga listrik
Digunakan untuk penerangan, penggerak motor listrik, elektrik heater,
power instrument pabrik, dan lain-lain.
4. Unit penyediaan instrument air (udara instrumen) dan plant air
Digunakan untuk sarana instrumentasi pabrik, yaitu penggerak control
valve pneumatic.
5. Unit penyediaan bahan bakar
Hard Water
TK 951 TK 1103
(kapasitas 15.000 m3) (kapasitas 21.000
m3 )
TK 1202 AB
(kapasitas 400 m3)
Cooling
Water
Drinking
Lime Softening Unit Water
(LSU)
Kesadahan mineral < 70
ppm
Demin Plant
Untuk menghilangkan mineral (kesadahan tetap)
Demineralized
Water
Gambar IV.1. Diagram Distribusi Air Dari Water Intake Gunungsari dan Babat
Bengawan Solo
Raw Water
Chlorine (Cl)
Settling Pit
Polyelectrolite
Distribution Structure I
Chlorine (Cl)
Lime
Distibution Structure II
Al2SO4
Pulsator Clarifier
Sand Filter
Turbidity 5 NTU
GRESIK
Unit ini menampung hard water dari water intake Gunungsari dan
water intake babat di TK 951 yang mempunyai kapasitas 15.000 m3 dan
TK 1103 yang berkapasitas 17.000 m3. Tugas utama dari lime softening
unit adalah mengolah hard water dari TK 951 menjadi soft water dengan
penambahan larutan kapur dan polyelectrolite. Soft water ini digunakan
sebagai bahan baku air demin yang diolah di unit demint plant yang
menghasilkan demin water untuk keperluan baik proses maupun sebagai
air umpan boiler.
Air dari TK 951 dengan spesifikasi :
Ca2+ : 200 ppm sebagai CaCO3
Mg2+ : 20 ppm sebagai CaCO3
Na+ : 140 ppm sebagai CaCO3
CO3H+ : 250 ppm sebagai CaCO3
Cl- : 30 ppm sebagai CaCO3
SO42- : 80 ppm sebagai CaCO3
Aquazur
TK Circulator
Filter
951 Clarifier
Lumpur / sludge
Demin TK TK
Plant II 10 1201
Gambar IV.4. Diagram Blok Pengolahan Air pada Lime Softening Unit (LSU)
2. Cooling Tower
Unit ini bertugas untuk menyediakan air pendingin dengan suhu 30 -
31,5oC untuk unit utilitas dan proses. Kapasitas proses produksi
keseluruhan adalah 23.000 m3 sirkulasi dan diolah di 3 cooling tower,
yaitu :
1) Cooling Tower T 1201 A, terdiri dari 6 sel yang didesain untuk
keperluan power station existing. Namur karena saat ini power station
existing tidak beroperasi, maka cooling tower A diinterkoneksikan
manual. Untuk pabrik Amoniak dan Urea, terdapat cooling tower baru,
yaitu T 2211 A/B seperti pada Gambar IV.6.
T 2211 A, terdiri dari 5 sel yang digunakan untuk pendingin air pabrik
amoniak dari suhu 42oC menjadi 32oC.
T 2211 B, terdiri dari 3 sel yang digunakan sebagai pendingin air
pabrik urea dari suhu 42oC menjadi 32oC. Kontrol operasional dan
bahan kimia yang dipakai di T 2211 AB sama dengan T 1201
ABCDEF.
3. Unit Demineralisasi
Unit ini mengolah soft water menjadi air bebas mineral yang
digunakan untuk air proses dan air umpan boiler. Kapasitas unit ini adalah
sebagai berikut:
Demint Plant I (untuk ke boiler B1102) : 120 m3/jam
Demint Plant II (untuk ke Water Heat Boiler) : 115 m3/jam
a. Quartzite Filter
Alat ini berisi gravel dan pasir yang berfungsi untuk menurunkan
turbidity soft water hingga sekitar 2 ppm. Kapasitas desain tiap vessel
adalah 35 m3/jam. Namun dalam operasi dapat ditingkatkan menjadi 65
m3/jam. Indikator kejenuhan filter dapat dilihat dari kenaikan delta press
dan turbidity air. Backwash dilakukan dengan menghembuskan udara,
kemudian mengalirkan soft water dari TK 1201 setelah itu dilakukan
pembilasan dengan soft water tersebut.
c. Degasifier (D 1221)
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan gas CO2 yang terlarut di
dalam air yaitu dengan cara produk air yang keluar dari cation exchanger
di spray dari atas dan dikontakkan dengan udara terkompresi oleh blower
C 1234 dari bawah. Untuk meringankan beban kerja dari unit degasifier,
maka diberi vent untuk gas-gas tersebut.
pH : 8,0 – 9,5
SiO2 : maksimal 0,02 ppm
Pengaman yang ada pada WHB B-2220 adalah sebagai berikut :
1. Low Level Indicator HP Drum : 39,0%
2. Low Level Indicator LP Drum : 32,3%
3. Low Level Condensat Tank : 1 meter
4. High Level Indicator HP Drum : 78%
5. High Temperature Furnace : 710oC
6. Low Pressure Steam HP Drum : 71 kg/cm2
7. High Pressure Gas : 21,1 kg/cm2
8. Low Pressure Gas : 10 kg/cm2
9. Low Pressure Instrument Air : 4 kg/cm2
IV.1.4 Unit Penyediaan Instrument Air (Udara Instrumen) dan Plant Air
Instrument air biasa digunakan untuk menggerakkan control valve
pneumatic. Fase dari instrument air yakni gas. Gas effluent dari Ammonia
Plant (101-J) dialirkan menuju Tangki D-2231 untuk menghilangkan
kondensat dan mengatur tekanan, kemudian didistribusikan ke user
sebagai plant air. Sedangkan yang digunakan untuk udara instrument
harus diproses lebih lanjut dengan memfilter udara di Fil-2231 AB
kemudian dikeringkan di dalam dryer (D-2232 ABC), di dalam D-2232
ABC terjadi penyerapan air oleh molecular sieve. Kemudian udara
kembali dialirkan menuju Filter (Fil-2232 AB) baru kemudian dialirkan ke
Tangki D-2233 untuk dipisahkan dari sisa-sisa kondensatnya. Produk
Instrument Air yang berupa udara kering (P=7 kg/cm2g, Dew Point= - 40
o
C, Kondisi= bebas debu dan minyak) selanjutnya didistribusikan untuk
digunakan di pabrik amoniak, urea, ZA I/III, utilitas, dan CO2. Diagram
proses penyediaan Instrument Air dan plant air dapat dilihat pada Gambar
IV.12.
Gambar IV.12. Diagram Proses Penyediaan Instrument Air dan plant air
PABRIK I
Bak
PABRIK Equalizer Thickener
sedimentas
II
i
PABRIK Laut Bak
III Koagulasi
Kolam
Bak Iso IPAL aqualizer
Laut
Limbah Cair
CaSO4
Gambar IV.14. Diagram Proses Pengolahan Limbah Cair
masih tinggi. Air limbah dari open ditch dimasukkan ke bak agitator untuk
direaksikan dengan kapur. Bak agitator dilengkapi dengan pengaduk
(agitator) untuk mempercepat reaksi penetralan. Reaksi yang terjadi
adalah:
3CaO + 2H3PO4 Ca3(PO4)2 + 3H2O
CaO + 2HF CaF3 + 3 H2O
Setelah reaksi penetralan di bak agitator air limbah ini kemudian
dialirkan ke bak pengendap I untuk menurunkan TSS/ padatan
tersuspensinya. Bak pengendap I terdiri dari dua train yang dioperasikan
secara bergantian, jika bak yang satu sudah penuh maka aliran diarahkan ke
bak kedua. Bak ini dilengkapi dengan sekat berfungsi untuk menahan agar
endapan tidak terikut dalam aliran. Setelah endapan di bak pengendap penuh
sludge dikuras, endapan/ sludge dibuang ke penimpunan.
Setelah diendapkan di bak pengendap I, air limbah dimasukkan ke bak
pengendap II yang berfungsi untuk pengendapan lebih lanjut, bak ini
ukurannya lebih kecil dibandingkan bak pengendap I dan hanya terdiri dari
satu bak saja. Setelah endapan di bak pengendap penuh sludge dikuras,
endapan/ sludge dibuang ke penimbunan. Aliran keluar dari bak pengendap
II masuk ke bak pengendap III yang terdapat dalam Equalizer.
c. Equalisasi
Setelah diendapkan di bak pengendap I dan II, air limbah dimasukkan
ke bak pengendap II, sebelum masuk pengendap III air limbah pabrik II dan
III dicampur dengan air limbah dari netralisasi Pabrik I. Jika campuran air
limbah dari Pabrik I, II, dan III masih rendah, maka sebelum bak pengendap
III diinjeksikan NaOH untuk menetralkan air limbah. Bak pengendap III ini
berfungsi untuk pengendapan lebih lanjut, baik ini ukurannya lebih kecil
dibandingkan dengan bak pengendap I & II dan hanya terdiri dari satu bak
saja. Setelah endapannya penuh sludge dikuras, endapan/ sludge dibuang ke
bak penimbunan. Air limbah yang sudah netral dibuang ke laut dengan pH
6-9.
BAB V
selisih berat yang diperoleh adalah berat urea yang akan dianalisa
sesuai IK-39-1216 pengambilan contoh.
B. Uji Urea Metode Gravimetri
Kadar urea dalam larutan urea ditetapkan dengan cara gravimetri.
Kadar urea dihitung dari sisa penguapan dikurangi kadar biuret.
C. Uji Biuret metode Kolorimetri
Sisa uap dari penentuan urea dalam larutan urea setelah dilarutkan
dengan air ditentukan secara kolorimetri dengan penambahan Cupper
Kompleks. Ketajaman warna yang terjadi dibaca pada
spektrophotometer dengan panjang gelombang 530 nm.
D. Uji Urea Metode Kolorimetri
Urea yang mempunyai kadar kecil direaksikan dengan larutan asam P-
dimethyl amino benzal dehyde membentuk warna kompleks kuning.
Ketajaman warna yang terjadi dapat dibaca pada spektrophotometer
dengan panjang gelombang 430 nm.
E. Uji CO2 dalam larutan Carbamate
Larutan Ammonium Carbamate bereaksi dengan larutan H2SO4. Gas
CO2 yang ditambahkan diukur dengan wet test meter.
F. Uji Ammonia dengan Metode Volumetri
Ammonia dalam larutan urea bereaksi dengan H2SO4 berlebih.
Kelebihan asam dapat ditentukan dengan alkalimetri.
G. Uji N/C, H/C dan konversi
Ratio N/C, H/C dan konversi ditentukan dengan metode perhitungan
hasil - hasil analisa.
H. Uji CO2 dalam Larutan Urea
CO2 bereaksi dengan BaCl2 menjadi endapan Barium karbonat.
Endapan yang terjadi disaring, filtrat untuk analisa ammonia bebas.
BAB VI
VI.1 Pendahuluan
PT. Petrokimia Gresik merupakan industri besar berteknologi canggih
dengan jumlah karyawan yang banyak serta bergerak dalam bidang kimia
dan produk jasa lainnya. Hal ini dapat mengundang bahaya potensial yang
tinggi terhadap karyawan dan masyarakat sekitar pabrik. Dengan demikian,
perlu adanya pengendalian sedini mungkin terhadap penyebab timbulnya
bahaya, yang bertujuan melindungi seluruh karyawan dan masyarakat
sekitarnya, serta menekan kerugian perusahaan yang dapat ditimbulkan
karena kecelakaan yang terjadi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan program yang
mutlak harus dikerjakan bagi setiap perusahaan sebagai upaya pencegahan
dan pengendalian kerugian akibat kecelakaan, kerusakan harta benda
perusahaan, serta kerusakan lingkungan, dan penyakit akibat kerja.
Penerapan K3 di PT. Petrokimia Gresik sebagai usaha penjabaran Undang –
Undang No. 1 Tahun 1970 dan peraturan K3 lainnya dalam rangka
perlindungan terhadap seluruh aset perusahaan baik sumber daya manusia
dan faktor produksi lainnya.
Program K3 yang terintegrasi dalam seluruh fungsi perusahaan, baik
fungsi perencanaan, produksi dan pemasaran serta fungsi lainnya dalam
perusahaan. Tanggung jawab pelaksanaannya merupakan kewajiban seluruh
karyawan dan orang yang berada atau bekerja di lingkungan perusahaan.
Keberhasilan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang diambil oleh
pimpinan perusahaan diantaranya adalah:
1. Komitmen top manajemen.
2. Kepemimpinan yang tegas.
3. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja didalam struktur
organisasi perusahaan.
1. Kurangnya pengetahuan
2. Kelalaian dan sikap meremehkan
3. Kurangmampuan atau keidakpuasan
4. Kekurangan peralatan dan sarana
5. Bekerja tanpa diberi wewenang
6. Memakai jalan pintas
7. Tidak mematuhi peraturan
B. Kondisi yang tidak aman
1. Peralatan pelindung yang tidak memenuhi standar keselamatan
2. Bahan, peralatan yang rusak atau cacat
3. Bising
4. Terlalu sesak
5. Ventilasi dan penerangan yang kurang
6. Perawatan yang jelek
7. Tidak mematuhi peraturan
8. Paparan radiasi
9. Dll.
C. Lain-lain
1. Bencana alam
2. Kerusuhan (demonstrasi)
VI.7 Organisasi K3
Organisasi K3 dibentuk sebagai berikut:
A. Organisasi Struktural
Organisasi K3 struktural dibentuk agar dapat menjamin penerapan
K3 di PT. Petrokimia Gresik sesuai dengan Undang – undang N0. 1 / 70
serta peraturan K3 lainnya dan penerapan K3 dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya sehingga tercapai kondisi yang aman nyaman dan
produktif. Organisasi structural yang membidangi K3 adalah K3 dan
bertanggung jawab kepada biro lingkungan dan K3. Organisasi
structural yang membidangi K3 adalah bagian K3 dan bertanggung
jawab kepada Biro Lingkungan dan K3.
- Audit Internal
Audit K3 intern dilakukan setiap 6 bulan sekali.
- Audit Eksternal
Audit K3 ekstern dilakukan setiap 3 tahun sekali atau sesuai
dengan kebutuhan.
BAB VII
PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan kerja praktek
selama satu bulan di Departemen produksi I, khususnya bagian Urea PT
Petrokimia Gresik adalah sebagai berikut :
1. Departemen Produksi I pada PT. Petrokimia Gresik terdiri dari 6
bagian antara lain : Utilitas, Pabrik Amoniak, Pabrik Urea, dan
Pabrik ZA I/III, Perencanaan dan Pengendalian, dan Unit
Pengantongan.
2. Dalam proses pembuatan pupuk, bahan baku yang digunakan yakni :
a. Pabrik Amoniak adalah Gas alam dan N2.
b. Pabrik Urea adalah NH3 liquid dari pabrik amoniak serta gas
karbondioksida (CO2) yang diambil langsung dari udara bebas.
c. Pabrik ZA I/III berbahan baku Gas NH3 dan Asam sulfat.
3. Bagian Utilitas I adalah bagian unit yang bertanggung jawab
terhadap
penyediaan steam, power, penyediaan air, serta penyediaan solar.
4. PT. Petrokimia Gresik menggunakan proses continue, sehingga
gangguan pada salah satu proses sangat mempengaruhi unit-unit proses
yang lainnya. Oleh karena itu diperlukan kontrol yang teliti
terhadap proses maupun manajemen produksinya serta dengan
mengadakan spare part equipment sebagai cadangan pencegah
terakhir agar proses mampu berlangsung terus.
5. Unit produksi I menghasilkan produk samping berupa CO2 cair
dengan kapasitas produksi sebesar 10.000 ton/tahun dan CO2 Padat
(dry ice) dengan kapasitas produksi sebesar 4.000 ton/tahun.
6. Bagian utilitas I adalah bagian yang bertanggungjawab terhadap :
a. Unit penyediaan air dan pendistribusian air
b. Unit penyediaan steam
c. Unit penyedian tenaga listrik
VII.2 Saran
1. Bagi mahasiswa yang sedang melaksanakan kerja praktek di PT
Petrokimia Gresik perlu dioptimalkan waktu dalam peninjauan
lapangan.
2. Pabrik di PT Petrokimia Gresik harus mampu menjaga kualitas produk
serta selalu mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) unutk
mencapai target zero accident seperti yang diharapkan.
3. Perlu dilakukan pergantian beberapa fasilitas yang sudah lapuk dalam
pabrik sehingga saat fasilitas tersebut digunakan tidak menimbulkan
bahaya bagi pekerja dan tidak akan mengalami pabrik tidak beroperasi
yang tidak direncanakan.
4. Pelaksanaan Kerja Praktek di Pabrik Produksi I PT Petrokimia
Gresik telah cukup memberi gambaran langsung mengenai proses
dan peralatan industri, tetapi hanya memberi gambaran sekilas
mengenai profesi engineer dalam dunia industri. Sebaiknya peserta
Kerja Praktek dapat juga mempelajari dan mengamati profesi
engineer melalui interaksi langsung dalam suasana dunia kerja dan
kerja sama dalam menangani dan memecahkan suatu problem
industri.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Processes and Unit Operation, 3rd ed. India:
PrenticeHall,
Inc.
Santoso, Cynthia. 2015. LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN
PRODUKSI I UNIT PRODUKSI UREA PT PETROKIMIA GRESIK. Gresik.
Seha Laila, Novia & Dicky. 2016. LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN
PRODUKSI I UNIT PRODUKSI UREA PT PETROKIMIA GRESIK. Gresik.