TIMUR
Oleh:
SURABAYA
2016
Page i
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
LEMBAR PENGESAHAN
Catatan/komentar:
Dosen Pembimbing
Pembimbing Lapangan
Page ii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
LEMBAR PENGESAHAN
LAPANGAN
Bontang, xx September
2016 Mengesahkan,
Pembimbing Lapangan
Achmad Endin
NPK. 0903922
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan kerja praktik di PT.
Pupuk Kalimantan Timur dapat diselesaikan dengan baik.
Kerja praktik merupakan salah satu tugas yang harus ditempuh sebagai
persyaratan menyelesaikan studi program strata 1 (S-1) di Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
Page iv
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir
kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
penyusun
Page v
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................ii
KATA PENGANTAR .................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................vi
DAFTAR TABEL......................................................................................iix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1.
Latar Belakang...............................................................................1
1.2.
Tujuan...............................................................................................1
1.3.
Ruang Lingkup..................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................3
2.1. Sejarah dan Profil Perusahaan...........................................................3
2.2. Visi Misi dan Nilai-Nilai Perusahaan..............................................11
2.3. Lokasi Pabrik ...................................................................................13
2.4. Lambang PT. Pupuk Kalimantan Timur .........................................14
2.5. Jenis Perusahaan..............................................................................18
2.6. Struktur Organisasi PT. Pupuk Kalimantan Timur ....................19
2.7. Tenaga Kerja dan Waktu Kerja.....................................................23
2.8. Fasilitas Publik .................................................................................24
2.9. Fasilitas dan Jaminan Sosial............................................................25
Page vi
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah dan Profil Perusahaan
Pertanian merupakan salah satu sektor pembangunan di Indonesia yang
mendapat perhatian besar dari pemerintah, mengingat Negara Indonesia adalah
salah satu negara agraris. Selain itu, dari sektor inilah kebutuhan masyarakat
akan
pangan dapat terpenuhi. Dapat dikatakan bahwa pupuk memegang peranan
penting dalam usaha-usaha meningkatkan hasil-hasil pertanian. Disamping
digunakan pada sektor pertanian, pupuk sendiri juga dibutuhkan di sektor
industri. Pupuk memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas produksi
hasil
pertanian. Salah satu jenis pupuk yang banyak digunakan oleh petani adalah
pupuk urea, yang memiliki fungsi sebagai sumber nitrogen bagi tanaman. Dalam
peternakan, urea merupakan nutrisi makanan ternak yang dapat meningkatkan
produksi susu dan daging. Selain itu, pupuk urea memiliki prospek yang cukup
besar dalam bidang industry, antara lain digunakan sebagai bahan dalam
pembuatan resin, produk-produk cetak, pelapis, perekat, bahan anti kusut dan
pembantu pada pencelupan di pabrik tekstil. Oleh karena itu, kebutuhan pupuk
urea semakin bertambah seiring berjalannya waktu.
PT. Pupuk Kalimantan Timur adalah salah satu anak perusahaan dari Pupuk
Indonesia Holding Company (PIHC) yang lahir untuk memenuhi kebutuhan
pupuk yang semakin meningkat seiring dengan tingginya perkembangan pertanian
di Indonesia. Pupuk Kaltim merupakan perusahaan penghasil Urea dan Amoniak
terbesar di Indonesia. Kapasitas produksi mencapai 2,98 juta ton Urea dan 1,85
juta ton Amoniak, 350 ribu ton NPK, dan 45 ribu ton pupuk organic per tahun.
Pada awalnya, proyek PT. Pupuk Kalimantan Timur dikelola oleh Pertamina
sebagai unit-unit pabrik terapung yang terdiri dari 1 unit pabrik amoniak dan 1
unit pabrik urea dengan beberapa bangunan pendukungnya di pantai. Hal ini
dengan pertimbangan jika sewaktu-waktu cadangan gas di Kalimantan Timur
habis, maka pabrik ini dapat dipindahkan ke daerah yang memiliki sumber gas
alam yang baru. Pabrik pupuk ini juga didirikan dengan adanya pertimbangan
sulitnya memperoleh pupuk dari dalam negeri. Sementara pada saat itu
pemerintah sedang mengupayavan program swasembada pangan. Oleh karena itu
pada tahun 1973, Pertamina mencetuskan ide untuk mendirikan pabrik terapung
ini. Peralatan pabrik mulai dibangun di Eropa pada tahun 1974 dengan alas an
karena dana untuk pelaksanaan proyek ini didapat dari pinjaman negara-negara
anggota Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Berdasarkan KEPRES No. 43 Tahun
1975 dibentuk suatu tim yang bertugas meninjau dan meneliti program
pembangunan pabrik terapung tersebut. Setelah meninjau dan menilai kembali
konsep pabrik terapung ini, dengan memperhatikan aspek teknis dan bahan baku
maka pembangunan pabrik dilanjutkan di darat.
Berdasarkan Kepres No.39 Tahun 1976 dilakukan serah terima proyek ini dari
Pertamina ke Departemen Perindustrian oleh Direktorat Jenderal Industri Kimia
Dasar pada tahun 1976. Setelah penyelesaian proses hukum dalam rangka serah
terima peralatan pabrik di Eropa, maka pada tanggal 7 Desember 1977 didirikan
sebuah Persero Negara untuk mengelola usaha ini dengan nama PT. Pupuk
Kalimantan Timur. Proses pemindahan lokasi pabrik ke darat memerlukan
perubahan dan penyesuaian desain pabrik setelah dilakukan berbagai pengkajian
dari segi teknis.
Berikut sejarah perjalana PT. Pupuk Kalimantan Timur:
Table 1.1 Sejarah Perjalanan PT. Pupuk Kalimantan Timur
No Tanggal Keterangan
1. 7 Desember 1977 Berdirinya PT. Pupuk Kalimantan Timur
2. 8 Januari 1979 Penandatanganan kontrak pembangunan Pabrik-1
3. 23 Maret 1982 Penandatanganan kontrak pembangunan Pabrik-2
4. 30 Desember 1983 Produksi pertama ammoniak Pabrik-1
5. 2 Februari 1984 Pengapalan pertama ammoniak ke PT. Petrokimia Gresik
6. 24 Januari 1984 Ekspor pertama Amoniak ke India
7. 15 April 1984 Produksi pertama pipik urea Pabrik-1
8. 24 Juli 1984 Pengapalan pertama pupuk urea ke Surabaya
9. 28 Oktober 1984 Peresmian Pabrik-1 dan Pabrik-2 oleh Presiden
Pada saat ini PT. Pupuk Kalimantan Timur, mengoperasikan 5 buah pabrik
yaitu Pabrik-2, Pabrik-3, Pabrik-4, Pabrik-5, dan POPKA. Setiap pabrik terdiri
dari tiga unit yaitu unit Utility, Unit Ammonia, Unit Urea, sedangkan POPKA
hanya mempunyai Unit Utility dan Unit Granul.
Selain itu juga didirakan juga beberapa perusahaan patungan dengan perusahaan
besar Nasional dan Internasional, seperti:
4. Departemen Kesekretariatan
5.Departemen Humas
6.Departemen K&MR
7.Departemen sispro
Hubind
14. KA Balikpapan
PT. Pupuk Kalimantan Timur memiliki tenaga kerja sebanyak 2544 orang
yang tersebar di departemen-departemen yang ada di PT. Pupuk Kaltim. Waktu
kerja bagi karyawan PT. Pupuk Kalimantan Timur dibagi dua, yaitu karyawan
shift dan non-shift . Untuk pembagian kerja karyawan shift , , terdiri dari 3 shift
yang masing-masing bekerja selama 8 jam setiap shift . Adapun ketiga shift
tersebut adalah:
1. Pelabuhan
Dermaga I (Contruction Jetty) untuk kapal sampai 6.000 DWT
2. Gudang
Urea Curah : 70.000 ton
Urea Kantong : 10.000 ton
Ammonia : 52.000 ton
Gudang Spare Part dan Chemical
Karyawan PT. Pupuk Kalimantan Timur menerima fasilitas dan jaminan sosial
sebagai berikut:
2.11.1 Ammonia
3. Kalimantan Timur
4. Kalimantan Tengah
5. Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan
Sulawesi Utara
6. NTB dan NTT
7. Maluku
8. Papua
Untuk pemasaran pupuk ke luar negeri yang dilayani oleh PT. Pupuk
Kalimantan Timur berdasarkan kuota dari APPI meliputi:
1. Malaysia
2. Vietman
3. Jepang
4. China
5. Srilangka
6. Philipina
b. Pemasaran Ammonia
Produk ammonia sebagian besar diekspor ke luar negeri, antara lain:
1. Korea Selatan
2. India
3. Yordania
4. Tanzania
5. Spanyol
6. Thailand
7. Malaysia
Satu unit klorinasi (CX-1201) dibangun dekat dengan cooling water basin (AP-
1203). Unit ini berfungsi untuk menginjeksi larutan sodium hypochlorite (NaOCl)
untuk mencapai sisa konsentrasi klorin dalam sirkulasi air larut sebesar 0.4 ppm di
sea water (sw) circulation return header .
Unit ini didesain untuk menghasilkan 60 kg/jam ekuivalen klorin dan memiliki
kemampuan dosing untuk 120% dari kebutuhan normal pada dosing rate yang
direkomendasikan.
3) Reaksi sekunder
Sodium hypochlorite (NaCl) yang diperoleh dari reaksi sekunder efektif untuk
mencegah pertumbuhan biota laut seperti kerang laut, rumput laut dll. yang dapat
melekat di perpipaan, tube condenser , dan filter . Larutan Sodium hypochlorite yang
dihasilkan oleh unit klotinasi diinjeksikan terus menerus ke dalam basin sedangkan
injeksi klorin di pipa sea water intake (SWI) berasal dari unit klorinasi pabrik-4 dan
POPKA. Dengan adanya injeksi klorin, maka system air laut di pabrik akan
terlindungi dari masalah melekatnya pertumbuhan organisme laut. Berbeda dari
system injeksi gas klorin, system elektroklorinasi dapat menguraikan chlorine yang
berupa cairan (liquid ). Dengan demikian, penanganan akan sangat mudah dan tidak
perlu kuatir terjadi kebocoran gas berbahaya .
Air laut yang berasal dari intake basin dikirim ve cooling tower basin
(AP1203) sebagai make-up sea cooling water dengan menggunakan control
flow FV-2220 untuk menjaga agar flow make-up tetap konstan. Cooling tower
basin (AP1203) di desain untuk dapat menampung cadangan sea cooling
water selama 10 menit apabila sea cooling water yang disirkulasikan sebanyak
59.000 m 3/jam dan tanpa make-up.
Sistem ini berbeda dari pabrik-pabrik lain yang ada di PT. Pupuk
Kalimantan Timur, karena air laut yang digunakan terus menerus disirkulasi dan
ketika dibuang ke laut sudah berada pada suhu yang mendekati suhu air laut pada
saat itu. Sedangkan pada pabrik lain, air laut setelah digunakan akan dibuang
langsung ke laut dalam keadaan suhu sedikit diatas suhu air laut. Sistem sirvulasi
ini digunakan oleh Pabrik-5 untuk menjaga kondisi lingkungan air laut tetap
terjaga.
Untuk menjaga rate sirkulasi sweet cooling water yang hilang akibat
adanya penguapan ketika proses pendinginan, maka perlu ditambahkan make-up
sweet cooling water yang berasal dari tangki penyimpanan Demin water.
Sama seperti air laut, sweet cooling water juga diinjeksikan chemical untuk
menjaga kualitas air pendingin. Chemical yang diinjeksikan adala anti-bakteri
untuk membunuh mikroorganisme serta alga yang dapat menyebabkan fouling di
perpipaan atau peralatan dan juga untuk mencegah terjadinya korosi.
Kapasitas desain cooling tower ini sebesar 59.000 m3/jam atau setara
dengan 125% kapasitas total cooling tower . Meskipun satu cell dalam
kondisi tidak beroperasi, cooling tower masih mampu memenuhi
kebutuhan maksimum untuk sea water cooling.
Air dingin yang keluar dari sisi bawah bahan isian ditampung
didalam sea water cooling tower basin terletak di bagian dasar sea water
cooling tower . Kanal dari beton akan mengalirkan air laut dingin menuju
tempat penampungan untuk selanjutnya dihisap oleh pompa dsn
diresikulasi menuju alat penukar panas dan surface condenser.
d. UF Permeate Tank
UF Permeate Tank berfungsi untuk menampung produk air permeate
keluaran UF membrane. Kapasitas tangki sebesar 300 m 3. Outlet tangki ini
akan dialirkan ke SWRO system.
2. Reverse Osmosis
Desalinasi air laut menggunakan dua tingkatan membrane RO yaitu Sea Water
Reverse Osmosis (SWRO) dan Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO), dengan
produk desalinasi sebanyak 7,2 megaliteres per day (MLD) atau sama dengan
7.200 m3 /hari. Alat yang terdapat pada subunit reverse osmosis ini adalah:
Product Requirement
1. STG-1
STG-1 berlokasi di area Pabrik-5 yang sistem kelistrikan mampu beroperasi
parallel secara kontinu antara Pabrik-5 dengan sistem integrasi 33 kV yang
menggunakan transformer Wye-delta dan transformer ini mempunyai
fasilitas On Load Tap Changer (OLTC)
2. STG-2
STG-2 berlokasi di area Kaltim-1 yang sistem kelistrikannya mampu
beroperasi parallel secara kontinyu antara Pabrik-5 dengan sistem integrasi
33kV. STG-2 menggunakan transformer Wye-delta dan transformer ini
mempunyai fasilitas On Load Top Changer (OLTC).
3.7 Steam System
Beberapa sumber utama steam yang digunakan di Pabrik-5 antara lain disuplai
dari:
1. Boiler Batubara yaitu steam SH dengan tekanan 80,5 kg/cm2G dan suhu
480
steam 5,5 kg/cm2. Continuous blow down dari waste heat boiler EA-803 di
lakukan untuk mempertahankan tingkat kualitas dalam boiler.
BAB IV
1. N2 : 0,08 %
2. CH4 : 83,72 %
3. C2H6 : 5,40 %
4. C3H8 : 2,88 %
5. iC4 : 0,55 %
6. nC4 : 0,62 %
7. iC5 : 0,21 %
8. nC5 : 0,14 %
9. C6 : 0,12%
10. C7 : 0,15%
11. CO2 : 6,13 %
12. S : 5 ppmv (normal / 50 ppmv (max) total S sebagai H2S
13. Moisture : 20 lbs/MMSCF
14. Hg : 300 ppv vol (perkiraan)
4.1.2.1 Ammonia
1. Bau :Tajam
2. Formula :Liquid
3. Warna : Tidak berwarna
4. Densitas (kg/m3) : 617
5. Korosif : Korosif terhadap (Cu) alloy tembaga
2. Primary reforming
4. Secondary Reforming
7. Methanasi
9. Cryogenic purification
Amoniak cair dengan tekanan 200 kg/cm2G dan temperatur 138oC dari
Second Ammonia Preheater (EA103) dari unit persiapan bahan baku mula-mula
diumpankan ke HP Carbamate Ejector (EE101). EE101 menarik larutan Urea-
Carbamate dari EA101. Pada EE101, tekanan berlebih dari amoniak cair
digunakan sebagai tenaga penggerak untuk mensirkulasikan urea di sintesa loop
serta rasio molar NH3/CO2dinaikkan dari 2.9 (Outlet EA101) ke 3.7 (Inlet
DC101) untuk meningkatkan reaksi sintesis urea. Larutan Ammonia-Urea-
Carbamate dari discharge EE101 selanjutnya diumpankan ke DC10.
Campuran larutan Urea-Carbamate dan amoniak cair keluar dari EE101
masuk ke bagian bawah reaktor. Sebagian kecil gas CO 2(sekitar 18% dari total
CO2 yang diumpankan ke Unit Sintesa) dari CO2 Compressor (GB101) pada unit
kompresi amoniak dan CO2 disuplai ke DC101 bersamaan dengan udara
passivasiuntuk menaikkan temperatur Reaktor ke 182-184 o C serta untuk
mendukung reaksi dehidrasi ammonium carbamate membentuk urea seperti
ditunjukkan pada reaksi kimia berikut:
2 NH3 (g) + CO2(g) NH4COONH2(s) + H2O(l) Q = + 157.5
kJ/mol (2)
( AmmoniumCarbamate)
sintesa Urea kemudian mengalir kebawah sebagai lapisan film tipis pada interior
tube, kontak secara counter-current dengan gas CO2 yang mengalir keatas dalam
tube. Ammonium Carbamate yang tidak bereaksi terdekomposisi menjadi
Ammonia dan CO2 melalui reaksi pada persamaan (2) pada temperatur yang
tinggi. Saturated steam bertekanan 20 kg/cm2G pada sisi shell yang panasnya
digunakan untuk untuk mendekomposisi Ammonium Carbamate di sisi tube akan
mengkondensasi di Saturation Drum (FA101). Ammonia dan CO2 yang
terdekomposisi ditransfer ke fase uap dibantu gas CO 2 sebagai media
stripping . Sebagian besar Ammonium Carbamate dan ammonia yang terkandung di
larutan sintesa urea terdekomposisi dan dipisahkan di DA101, menghasilkan
larutan Urea yang terdiri atas 49% Urea, 12,9% Ammonia dan 12,7% CO 2.
Proses stripping dikontrol dengan mengatur tekanan pada FA101. Off gas yang
telah mengalami
stripping dikirimke bagian bawah EA101.
EA101 terdiri dari 2 seksi utama, yaitu seksi kondensasi-reaksi dan seksi
scrubbing di bagian atas. Packed bed disediakan pada seksi scrubbing pada
bagian atas untuk meng-absorb Ammonia dan gas CO2 yang tidak terkondensasi
dari seksi kondensasi-reaksi ke dalam larutan Carbamate Recycle yang dikirim
dari GA102-A/B pada bagian atas packed bed. Overhead gas dari
seksi scrubbing
bagian atas dikirim ke HP Absorber (EA401) di Unit Recovery untuk me-recovery
Ammonia dan gas CO2 lebih lanjut. Sebagian kecil overhead gas EA101 (25
kg/cm2G) dikirim ke HP Decomposer (DA201) pada Unit Purifikasi yang
memanfaatkan oksigen di overhead gassebagai udara passivasiuntuk DA201.
Larutan Carbamate yang telah digunakan untuk mengabsorb Ammonia dan
CO2yang tidak terkondensasi di packed bed dialirkan ke bagian bawah seksi
kondensasi-reaksi melaluipipa internal down-flow secara gravitasi.
Seksi kondensasi-reaksi dilengkapi dengan bundle U-tube vertical dan
9baffle plate. Seksi ini dioperasikan pada temperatur 180-182oC di mana
campuran amoniak dan gas CO2dari DA101 dimasukkan ke bagian bawah sisi
shell untuk kontak dengan larutan Carbamate dari seksi Scrubbing yang akan
menghasilkan Ammonium Carbamate(persamaan (2)). Selanjutnya, Ammonium
Carbamate didehidrasi membentuk Urea (persamaan (3)). Sekitar 46% CO2,
via
H2O/CO2mol rasio adalah 0,58; NH3/CO2mol rasio adalah 3,7 dan tekanan 155
kg/cm2Gdengan konversi CO2 mencapai 63%.
2. Stripper (DA101)
Stripper berfungsi untuk menyerap dan mendekomposisi sisa karbamat
yang tidak bereaksi di reaktor urea. Reaksi dekomposisi ammonium carbamate
yang terjadi adalah sebagai berikut:
NH2COONH4 2NH3 + CO2 - Q kkal (4.3)
kg/cm2G. DA201 adalah alat penukar panas tipe vertikal, dimana sisi shell
dipartisi menjadi seksi upper dan lower . Pada bagian channel atas, uap ter- flash
dipisahkan dan hanya fase liquid yang mengandung Urea, ekses ammonia,
Ammonium Carbamate dan air dibagi secara merata ke masing- masing tube
dengan “Swirl ” yang dipasang pada masing- masing top end tube, yang
membentuk lapisan film liquid pada dinding interior tube dengan aliran liquid
melingkar. Larutan Urea kemudian mengalir ke bawah sebagai lapisan film tipis
pada dinding interior tube, dipanasi dengan LP steam dan steam kondensat MP
dari bagian luar tube. Ammonium Carbamate yang tidak bereaksi terdekomposisi
menjadi Ammonia dan CO2melalui reaksi balik pada persamaan (2). Panas
kondensasi steam bertekanan 4,5 kg/cm 2G di seksi upper dari sisi shell dan
panas
sensible kondensat MP pada seksi lower dimanfaatkan untuk mendekomposisi
Ammonium Carbamate pada sisi tube. Temperatur bagian bawah DA201 harus
dikontrol dengan hati-hati antara 152 dan 153 oC untuk mencegah pembentukan
biuret. Larutan Urea kemudian dimurnikan agar mengandung 60%wt Urea, 8%wt
Ammonia dan 3%wt CO2 kemudian dikumpulkan pada bagian bawah level
control.
Larutan Urea meninggalkan bagian bawah DA201 kemudian dikirim ke
LP Decomposer (DA202) dengan penurunan tekanan menjadi 2,6 kg/cm 2 G.
Larutan kemudian dimurnikan agar mengandung residual Ammonia sebesar
0,7%wt. DA202 merupakantower yang dilengkapi dengan empat tingkat
tray
section pada sisiupper, shell&tube heater section pada bagian tengah, dan
packed bed section pada sisi lower . Larutan Urea dari DA201 dimasukkan ke
bagian atas DA202 dimana uap ter- flash pertama kali terpisahkan.
Selanjutnya, larutan Urea dimasukkan ke empat tingkat tray section
dimana sebagian besar residual
Ammonium Carbamate dan ekses ammonia terdekomposisi.
Panas untuk mendekomposisi Ammonium Carbamate dan distilat
campuran larutan Urea-Ammonia-Carbamate pada tray section disuplai dengan
kondensasi uap air yang terkandung dalam campuran gas dikirim dari bagian atas
Process Condensate Stripper (DA501) di unit Process Condensate Treatment .
Distilat larutan Urea meninggalkan tray section memasuki seksi heater. Pada
sisi
[Type text] Page 95
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Makromolekul
ΔE Elektrodialisis
ΔP Reverse Osmosis,Nanofiltrasi,
Ultrafiltrasi, Mikrofiltrasi
ΔT Distilasi membran
Page v
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Page vi
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Modul terdiri atas membran, struktur penahan tekanan, inlet feed, outlet permeate
dan outlet rententate.
Modul
Umpan
Permeate
yaitu :
1. Untuk menjaga pada level membran, sirkulasi fluida yang diolah dapat berjalan
dengan baik dan tidak tergantung oleh adanya polarisai konsentrasi dan
endapan partikel.
2. Untuk menghasilkan modul yang kompak, sehingga diperoleh pertukaran luas
permukaan maksimum per satuan volume.
3. Untuk menghindari kebocoran-kebocoran antara bagian umpan dan permeate.
Dalam perencanaan harus diperhatikan beberapa aspek penting yaitu
kerapatan pemasangan (packing density) yang tinggi, biaya pembuatan yang
efektif, kemudahan yang tinggi, biaya pembuatan yang efektif, kemudahan
pembersihan membran, kemudahan penggantian membran, dan hold – up
volume yang rendah.
Page vii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
(Gambar 2.10c). Untuk melewatkan air melalui membran, tekanan yang diberikan
harus lebih besar dari tekanan osmotik (tekanan osmotik air laut sekitar 25 bar).
Water Recovery Rate
Pada sistem RO, kita perlu memonitor secara rutin untuk memastikan sistem
membran bekerja dengan baik. Salah satu parameter untuk mengukurnya dengan
menghitung tingkat pemulihan air (water recovery rate), dengan rumus sebagai
berikut:
Semakin tinggi persentase tingkat pemulihan (recovery rate) maka semakin kecil
konsentrasi air yang keluar membran (semakin murni pada permeate), hal ini
dapat juga disebabkan garam-garam terlarut mengendap dan meningkat
konsentrasinya diatas permukaan membran. Sistem membran RO untuk SWRO
biasanya didesign memiliki tingkat pemulihan 45%.
Berbeda dengan istilah Fouling, dimana merupakan jenis endapan berasal dari
senyawa organik di alam meliputi lumpur/pasir, tanah liat, zat-zat yang termasuk
dalam ukuran koloid (colloidal & suspended matter) , oksida metal, manganese
(Mn), aluminium, biological growth (bakteri, alga/ganggang), Sulphide dan
sulphur.
Fouling yang disebabkan oleh alga dan bakteri biasanya terjadi pada air umpan
yang berasal dari air permukaan. Bakteri akan menempel dan tumbuh diatas
permukaan membran dan membentuk biofilm membentuk bioufuling yang dapat
menyebabkan problem dalam pengoperasian membran RO.
Page xv
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Fabrikator - Hyflux
Jumlah Train Ea 4
Jumlah Module Tiap Ea 100
Train
Page xvi
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Fabrikator - Toray
Jumlah Train Ea 2
Jumlah Module Tiap
Train Ea 196
Dimensi (Diameter x
Panjang) inch/inch 8 x 40
Jumlah Pressure
Ea 28
Vessel/Train
Recovery Rate % 45
II.3.2 BWRO Membrane
Pemilihan BWRO membrane didasarkan pada tingkat salinitas produk air SWRO.
Sistem BWRO mempunyai dua train dengan total module sebanyak 252 buah
membrane module. Masing‐masing train terdiri 126 membran module yang
berada di dalam 18 pressure vessel (module). Kapasitas dari sistem membrane
BWRO ini sebesar 300 m3/jam.
Data Spesifikasi membrane BWRO sebagai berikut :
Page xvii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
scale mineral, sedangkan cleaning dengan pH tinggi (pH sekitar 11-12) untuk
menghilangkan foulants seperti mikroorganisme dan senyawa organik. Secara
umum untuk pH rendah digunakan chemical berikut ini; Citric Acid pada pH 4
untuk menghilangkan iron, garam garam calcium carbonate, calcium sulfate,
barium sulfate. Hydrochloric Acid (0,2%) untuk menghilangkan iron, manganese,
garam inorganic, koloid inorganik. Ascorbic Acid (Vitamin C) sangat efective
untuk penghilangan Besi dan Mangan. Chemical cleaning dilakukan dengan
metode sirkulasi larutan kimia pada membran, dengan flushing menggunakan air
sebelum dan sesudah proses chemical cleaning. Selama proses chemical cleaning,
fouling akan larut atau terlepas dan terbawa larutan kimia. Perlu dicatat bahwa
sifat membran RO akan mengalami penurunan performa setelah bertahun-tahun,
dan hal ini harus diperhitungkan ketika mengevaluasi keberhasilan dari prosedur
cleaning, selain parameter pressure drop membran (ΔP> 1,5 kg/cm2) dan Flow
produk < design.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Trans-Membrane Pressure (TMP) pada membran UF Salah satu parameter yang
dijadikan patokan untuk mengetahui kondisi membran apakah dalam kondisi
bersih atau kotor. Batasan maksimal nilai TMP adalah 1,4 kg/cm 2.
2. Pada sistem RO, kita perlu memonitor secara rutin untuk memastikan sistem
membran bekerja dengan baik. Salah satu parameter untuk mengukurnya dengan
menghitung tingkat pemulihan air (water recovery rate), yaitu pada SWRO 45%.
V.2 Saran
1. Pada membran UF agar selalu memperhatikan parameter seperti pressure , TMP,
kandungan Cl2 dan flow produk, melakukan cleaning secara tepat waktu dan tepat
sasaran sesuai prosedur.
2. Pada membran RO agar selalu memperhatikan parameter seperti pressure, flow
produk , recovery rate, ORP dan kandungan Cl 2.
Page xxii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
DAFTAR PUSTAKA
Cheryan M.. 1986. Ultrafiltration Handbook. Technomic Publishing Co. Inc.
Lancaster.
Redjeki S, 2004. Kajian Perlakuan Awal desalinasi air laut dengan proses
Mikrofiltrasi. Seminar Nasional Teknik Kimia”Kejuangan” 2004,
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran”Yogyakarta.
Simon G.P., (1986). “Desalination”, 59, August.
Departemen Teknik Kimia ITB. 2006. Desalinasi Air Payau dengan Membran
Reverse Osmosis (RO) Tekanan Rendah. http://library.its.ac.id.
Page xxiii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
LAMPIRAN
Rumus perhitungan Trans-Membrane Pressure (TMP) :
Page xxiv