PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebutuhan energi di indonesia sekarang sangat besar. Supply energi di
indonesia kebanyakan berasal dari BBM dan batu bara yang banyak menghasilkan
polusi. Salah satu cara untuk mereduksi polusi tersebut dengan menggunakan
energi alternatif yang bisa dijumpai di Indonesia, salah satunya adalah
pengkonversian energi biomassa Energi dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu
bentuk energi kinetik, energi potensial, energi Listrik, dan bentuk energi lainnya.
Biomassa bisa dikonversi menjadi biogas dan kemudian menjadi listrik tetapi hal
itu kurang efisien pada proses konversi karena masih ada energi yang terkonversi
menjadi panas, selain menjadi listrik. Setiap energi yang ada dapat dikonversi
menjadi energi listrik yang dimanfaatkan manusia untuk membantunya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian manusia menjadi lebih mudah dalam
melakukan berbagai hal dalam kesehariannya berkat energi yang dapat
dimanfaatkannya.
Sumber energi di alam terbagi menjadi dua yakni terbarukan dan tidak
terbarukan. Di Indonesia, sebagian besar sumber energi yang digunakan adalah
sumber energi fosil. Sumber energi fosil merupakan sumber energi yang tidak
terbarukan. Karena tingkat konsumsi yang semakin meningkat, akhirnya emisi gas
polusi yang dihasilkan sumber energi fosil semakin tidak terkontrol dan
menyebabkan Efek Rumah Kaca yang berakibat pada Global Warming. Perlu
dikembangkannya sumber-sumber energi alternatif yang dapat diperbarui dan
ramah lingkungan untuk mereduksi Global Warming. Teknologi penyediaan
sumber energi alternatif yang bisa dipergunakan saat ini sebagian sulit untuk
didapatkan contohnya adalah solar cell yang berharha mahal. Dalam mendapatkan
sumber energi alternatif lain yang terbarukan,
dimana elektron dihasilkan dari reaksi oksidasi di anoda yang mengalir menuju
katoda ( Heriyana, 2013 ). Maka dari itu peneliti membuat karya tulis yang
berjudul:
Aplikasi Microbial Fuel Cell Menghasilkan Listrik dari Limbah kulit buah
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep kerja dari microbial fuel cell ?
2. Bagaimana performa kulit buah naga dan kulit buah pepaya dalam
teknologi microbial fuel cell?
1.3 TUJUAN
1. untuk mengetahui konsep kerja dari microbial fuel cell
2. untuk mengetahui performa dari kulit buah dalam teknologi microbial
fuel cell
1.4 MANFAAT
1. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
praktis, sekurang-kurangnya dapat berguna untuk membuat sumber
energi alternatif baru.
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
Menambah wawasan penulis tentang sumber energi
alternatif terbarukan yakni microbial fuel cell
b. Bagi masyarakat
dapat menjadi teknologi alternatif dalam sumber energi
bagi masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA.
2.1 Microbial Fuel Cell
Microbial fuel cell merupakan alat yang menggunakan bakteri sebagai
katalis dalam proses oksidasi bahan organik maupun anorganik, Hasil dari
oksidasi tersebut akan menghasilkan arus listrik. Elektron yang dihasilkan dari
bakteri akan dialirkan ke anoda yang selanjutnya akan dialirkan menuju katoda
yang dihubungkan dengan bahan yang bersifat konduktif dalam mengalirkan
listrik. Prinsip kerja MFC dapat dilihat pada
gambar 1 berikut :
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Bangsa
: Caricales
Suku
: Caricaceae
Marga
: Carica
Jenis
: Carica papaya L.
Buah pepaya kaya akan Vitamin A dan C dan rasanya manis sehingga
banyak orang yang menyukai untuk mengonsumsi langsung buah pepaya ketika
telah masak. Tanaman pepaya memiliki kandungan kimia yang bermanfaat bagi
tubuh pada organ daun, buah, getah, maupun bijinya Buah pepaya juga kaya akan
serat dan memiliki fungsi utuk memperlancar pencernaan. Bagian buah pepaya
yang bisa dimakan hanyalah 75% saja. Komposisi kulit pepaya adalah sebagai
berikut
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Hamamelidae
Ordo
: Caryophyllales
Famili
: Cactaceae
Genus
: Hylocereus
Spesies
: Hylocereus polyrhizus
Kandungan kimia buah naga dan kulit buah naga yaitu flavonoid vitamin
A, C, E dan polifenol (Handayani, 2014). Buah naga merah mengandung
betacyanin yang telah terbukti secara invitro sebagai penghambat radikal
lipoperoksil di dalam membran mikrosoma (Indriasari, 2012). Tabel kandungan
kulit buah naga bisa dilihat pada tabel 2
2.4
Metode Aerasi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Isharhanto (2009) tentang
pengaruh aerasi dan penambahan bakteri Bacillus sp. dalam mereduksi limbah
organik, disebutkan bahwa aerasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam
kolom air. Aerasi dilakukan dengan bantuan alat bernama aerator.
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa penambahan aerasi selama 12 jam,
mampu mempercepat laju dari reaksi fuel cell. Aerasi dilakukan pada kontainer
yang berisikan air atau kontainer katoda. Aerasi dilakukan agar dalam pengikatan
oksigen bisa lebih cepat terjadi pada katoda sehingga terjadi akselerasi pada
kenaikan voltase dan kuat arus listrik dari rangkaian MFC.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan penelitian
Metode yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode eksperimen.
Metode eksperimen dilakukan untuk mengetahui berapa voltase dan kuat arus
listrik yang dihasilkan oleh limbah kulit buah naga dan limbah kulit buah pepaya.
Metode ini mempergunakan sel elektrolisis yang terbagi menjadi 2 bagian yang
disatukan dengan jembatan garam. Salah satu sel diisi dengan kulit buah yang
sudah dihancurkan dan sel lain mempergunakan air. Listrik mengalir dari
mikroorganisme yang berada di sel yang terdapat kulit buah yang dihaluskan
menuju ke lampu.
Kulit buah naga mempunyai kandungan kimia yaitu flavonoid vitamin A, C, E
dan polifenol. Sedangkan pada kulit buah pepaya mempunyai kadar pektin sebesar
7,82 % dan kadar air sebesar 16,74 %. Kedua kulit buah ini dikupas terlebih
dahulu lalu dihaluskan menggunakan blender. Kulit buah yang sudah halus
kemudian dimasukkan kedalam chamber yang berisi anoda. Fungsi dari kulit buah
ini adalah sebagai bahan organik yang akan dioksidasi oleh bakteri yang ada
dalam microbial fuel cell ini. Limbah kulit buah ini akan menghasilkan arus listrik
karena proses oksidasi yang dilakukan oleh bakteri.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
Microbial Fuel Cell (MFC) adalah sistem yang memanfaatkan bakteri
untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik (Ibrahim, 2014).pada penelitian
ini dgunakan microbial fuel cell dengan double chambers dimana salah satu
chamber diisi dengan air dan yang lainnya diisi dengan bahan organik. Bahan
organik yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah kulit buah naga dan
limbah kulit buah pepaya. Bakteri akan mengoksidasi bahan organik tersebut yang
kemudian akan dijadikan arus listrik. Arus listrik mengalir akan dialirkan ke
anoda yang kemudian ditransferkan ke katoda. Dari katoda, arus listrik akan
dialirkan ke LED. Pada penelitian ini digunakan multimeter untuk mengukur
besar arus listrik yang dihasilkan dan kuat arus listrik yang mengalir pada LED.
tanggal
Buah Naga
V ( mV )
A ( A )
Pepaya
V ( mV )
A ( A )
526
524
508
293
294
296
03-022016
11.40
12.40
13.41
7,1
6,9
6,4
2,3
2,3
2,3
14.40
514
6,5
297
2,3
569
594
558
541
571
10,1
10,6
9,8
9,8
10,6
296
294
297
300
302
2,3
2,3
2,3
2,3
2,4
590
580
585
558
578
12,9
12,7
12,4
12,1
12,1
290
290
292
290
292
2,3
2,3
2,3
2,2
2,2
669
680
682
691
661
679
18,5
18,7
19,4
19,7
18,4
18,5
337
353
350
350
356
357
2,7
2.8
2,8
2,9
2,9
2,9
699
704
710
708
20,2
20,4
21
20,5
287
283
283
281
2,3
2,3
2,3
2,3
734
22,6
255
2,1
768
744
777
772
770
26,9
27,6
27,3
27,2
27,5
244
245
249
248
245
2,2
2,3
2,3
2,3
2,2
768
770
815
28,3
28,6
30
259
260
261
2,5
2,5
2,5
786
781
786
19,8
20,0
19,9
265
266
264
2,4
2,4
2,5
04-022016
10.25
11.25
12.25
13.25
14.25
05-022016
11.15
12.18
13.19
14.19
15.22
09-022016
09.15
10.15
12.15
13.32
14.20
15.30
10-022016
11.00
13.12
14.31
15.16
12-022016
11.00
16-022016
10.00
12.00
13.00
14.10
15.00
17-022016
14.15
15.05
15.30
18-022016
09.55
10.33
11.43
13.00
15.00
787
792
19,7
19,5
262
261
2,5
2,5
780
791
15,3
15,8
264
264
2,4
2,5
766
771
766
760
764
9,2
9,3
9,2
9,0
8,9
273
273
272
270
268
2,7
2,7
2,7
2,7
2,6
766
8,4
269
2,8
762
762
8,0
7,9
272
268
2,9
2,9
763
764
769
771
772
770
8,0
8,1
8,2
8,4
8,4
8,4
267
264
267
267
267
267
2,8
2,8
2,8
2,9
2,9
2,9
778
779
780
752
783
785
9,0
9,2
9,4
9,0
9,5
9,6
255
256
259
259
253
289
2,8
2,8
2,8
2,8
2,8
2,8
830
826
17,6
18,5
253
250
3,3
3,3
19-022016
09.40
12.30
22-022016
10.26
12.21
13.20
15.00
16.09
23.-022016
10.24
24-022016
13.26
14.22
25-022016
10.00
11.00
12.00
13.20
14.20
15.20
26-022016
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
14.50
01-032016
11.45
15.40
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai arus listrik dan kuat arus listrik
terendah untuk limbah kulit buah naga adalah sebesar 526 V dan 7,1 A. Pada
limbah kulit buah pepaya didapatkan nilai arus listrik dan kuat arus listrik yaitu
sebesar 293 mV dan 2,3 A. Untuk limbah kulit buah naga, pada hari pertama
arus listrik menurun kemudian naik tetapi tidak signifikan namun kuat arus listrik
terus menerus menurun. Pada hari kedua nilai arus listrik dan kuat arus listrik
tidak stabil. Pada hari ketiga nilai arus listrik berubah secara terus meneru dan
kuat arus listrik cenderung stabil. Pada hari keempat nilai arus listrik sudah
mencapai 600 mV dan cenderung naik, sedangkan kuat arus listrik cenderung naik
nilainya. Pada hari kelima nilai arus listrik sudah mencapai 700 mV dan
cenderung stabil, sedangkan nilai kuat listrik sudah mencapai 20 A. Pada hari
keenam hanya dilakukan satu kali pengambilan data dimana nilai arus listrik
mencapai 734 mV dan 22,6 A. Pada hari ketujuh nilai arus listrik dan kuat arus
listrik cenderung stabil.pada hari kedelapan nilai arus listrik sudah mencapai 800
mV dan kuat arus listrik mencapai 30 A. Pada hari kesembilan nilai arus listrik
cenderung turun tetapi stabil dan kuat arus listrik turun drastis menjadi 20 A.
Pada hari kesepuluh nilai arus listrik naik dan kuat arus listrik turun. Pada hari
kesebelas nilai arus listrik cenderung stabil dan kuat arus listrik turun. Pada hari
keduabelas nilai arus turun dan kuat arus listrik turun. Pada hari ketigabelas nilai
arus listrik dan kuat arus listrik relatif stabil.pada hari keempatbelas nilai arus
listrik relatif naik dan kuat arus listrik relatif stabil. Pada hari kelimabelas nilai
arus listrik relatif naik dan kuat arus listrik relatif stabil. Pada hari keenambelas
nilai arus listrik naik dan kuat arus listrik naik.
Untuk limbah kulit buah pepaya nilai terendah untuk arus listrik adalah
293 mV dan kuat arus listrik sebesar 2,3 A. Pada hari pertama sampai hari
kelima nilai arus naik secara perlahan dan stabil begitu juga kuat arus listrik. Pada
hari keenam dan ketujuh nilai arus listrik turun secar perlhan dan stabil begitu
juga kuat arus listrik relatif turun. Pada hari kedelapan sampai hari kesebelas nilai
arus listrik dan kuat arus listrik naik secara perlahan. Pada hari keduabelas sampai
keenambelas nilai arus listrik turun tetapi kuat arus listrik bertambah.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
kulit buah yang digunakan bisa bervariasi agar lebih mengetahui apakah
ada kulit buah apa yang lebih berpotensi untuk menghasilkan arus listrik
lebih banyak
Penambahan intensitas waktu juga diperlukan agar bisa mengetahui
sampai kapan limbah kulit buah itu akan menghasilkan arus listrik atau
bisa dikatakn dapat mengetahui tingkat optimal dan juga minimal pada
limbah kulit buah.