Anda di halaman 1dari 9

Indonesia Prosedur Pengelolaan Air Limbah Domestik

Tujuan
Prosedur ini menguraikan persyaratan minimum dalam pengelolaan air limbah domestik untuk memastikan
penaatan terhadap persyaratan kontrak dan peraturan perundangan. Hal ini berlaku untuk semua proyek Thiess di
Indonesia
Prosedur ini tidak bermaksud untuk menggantikan standar yang lebih tinggi yang dimiliki oleh pemerintah, klien
dan Thiess.

Key Deliverables
Indonesia Prosedur Pengelolaan Air Limbah Domestik harus dilengkapi di setiap site sehingga:
» Thiess memenuhi dengan regulasi, approval, dan kontrak
» Air Limbah Domestik dapat terkelola dengan baik dan memenuhi seluruh aspek legal
» Pemantauan kualitas dilakukan selama operasional penambangan dilakukan
» Site memiliki perlengkapan dan prosedur yang dikomunikasikan dimana menjadi persyaratan Thiess Global
untuk pengelolaan Air Limbah Domestik

Legislasi
Segala aspek dari kegiatan pengelolaan air limbah domestik harus memenuhi semua ketentuan dari peraturan
perundangan berikut:
» Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
» Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara
» Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik
» Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 142 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air
» Peraturan daerah terkait yang berlaku
» AMDAL atau UKL/UPL yang telah disetujui oleh pemerintah terkait
» Izin pembuangan limbah cair yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait
» Kontrak kerja yang disepakati dengan klien atau subkontraktor terkait

Ruang Lingkup
Prosedur ini mencakup pada semua sistem instalasi pengolahan air limbah domestik pada fasilitas seperti Camp
dan Office

Terminologi
» Air Limbah Domestik: air limbah yang berasal dari aktivitas hidup sehari-hari manusia yang berhubungan
dengan pemakaian air, meliputi air dari aktivitas mandi cuci kakus (MCK), air dari aktivitas kantin, maupun
kotoran.
» IPAL: Instalasi Pengolahan Air Limbah merupakan bangunan instalasi sistem pengolah limbah rumah tangga
atau limbah cair domestik.

Title: Indonesia Prosedur Pengelolaan Air Limbah Domestik


ID: MSID-#-### Version: 1.0 Date: 00/00/0000
Thiess Governance System – Uncontrolled Document when Printed
» IPLC: Izin Pembuangan Limbah Cair merupakan izin yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait sebagai syarat
yang harus dipenuhi oleh penghasil limbah cair (baku mutu) sebelum membuang keluaran air limbah ke badan
air.
» Alokasi beban pencemar air: besaran beban pencemar yang masih diperbolehkan untuk dibuang atau
besaran beban pencemar yang harus diturunkan di wilayah administrasi dan/atau DAS dari masing-masing
sumber pencemar.
» Titik penaatan: satu lokasi atau lebih yang dijadikan acuan untuk pemantauan dalam rangka penaatan baku
mutu lindi.
» Daya tampung beban pencemaran air: kemampuan air pada suatu sumber air untuk menerima masukan
beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi cemar.
» Bangunan bak atau sumur pengumpul: merupakan salah satu bangunan pendukung yang berfungsi untuk
mengumpulkan air limbah domestik dari sub-sistem pengumpulan
» Grease trap: salah satu bangunan pengolahan air limbah yang berfungsi untuk memisahkan kotoran berukuran
besar, lemak, & minyak dengan air kotor.
» Baku Mutu Air Limbah: ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu
usaha dan atau kegiatan.
» pH: Potential of Hydrogen adalah derajat keasaman
» TSS: Total Suspended Solid merupakan jumalh padatan yang tersuspensi
» BOD: Biological Oxygen Demand merupakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk penguraian senyawa
organik secara biologi
» COD: Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk penguraian senyawa organik
secara kimiawi

Prosedur
1. Perencanaan
Akuntabilitas: Penanggung Jawab Area & Site Environmental Representative

Kapasitas bangunan instalasi pengolahan air limbah domestik dapat ditentukan berdasarkan 2 parameter, yaitu
jumlah debit air limbah yang masuk baik pada kondisi minimum, rata-rata, maupun maksimum dan kualitas air
limbah domestik berdasarkan pengujian laboratorium.

1.1.1. Penetapan Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik


» Penetapan teknologi untuk pengolahan air limbah domestik dilakukan dengan merujuk pada hasil pengujian
laboratorium terhadap karakteristik air limbah domestik
» Pengujian awal air limbah domestik harus dilakukan di laboratorium terakreditasi
» Parameter dasar kualitas air limbah yang wajib diuji sebagai pengujian awal meliputi pH, TSS, BOD, COD, dan
debit

1.1.2. Penetapan Kriteria Desain Unit Pengolahan


» Fasilitas pengolah limbah domestik sekurang-kurangnya di desain memiliki fasilitas pengolahan fisik, kimia dan
biologi
» Penetapan kriteria desain unit pengolahan dilakukan dengan memperhatikan analisis kesetimbangan massa
untuk parameter debit, BOD, COD, dan TSS
» Secara umum, terdapat beberapa tahapan pengolahan yang harus dilakukan dalam pengolahan air limbah
domestik, yakni Tahap Pertama, Tahap Kedua, Tahap Ketiga, Tahap Lanjutan, dan Tahap Pengolahan Lumpur

Title: Indonesia Prosedur Pengelolaan Air Limbah Domestik


ID: MSID-#-### Version: 1.0 Date: 00/00/0000
Thiess Governance System – Uncontrolled Document when Printed
2 of 9
» Tahap ketiga dan Lanjutan merupakan opsi yang dapat direncanakan jika masih terdapat parameter tertentu
yang berpotensi melebihi baku mutu lingkungan dan adanya rencana pemanfaatan air hasil olahan
1.1.3. Pengolahan Tahap Pertama
» Pengolahan Tahap Pertama bertujuan untuk menyisihkan material kasar, diskrit, dan tersuspensi (suspended
solid) sebelum dialirkan menuju ke unit pengolahan selanjutnya
» Pengolahan Tahap Pertama dilakukan dengan menggunakan prinsip pengolahan fisik, meliputi proses
penyaringan, tahapan ini bertujuan untuk menyisihkan benda-benda berukuran besar seperti kain, plastik,
kertas, metal, dan sejenisnya, berlaku pula pengolahan serupa untuk limbah dari aktivitas kantin dan MCK
» Limbah MCK dan aktivitas kantin di areal camp wajib di desain memiliki saluran menuju fasilitas pengolah air
limbah domestik dan dilengkapi dengan grease/food trap
» Instalasi pengolahan air limbah domestik wajib dilengkapi dengan saluran drainase dan bak kontrol.
» Pada pengolahan tahap pertama proses fisik juga dilakukan untuk menyisihkan material organik tersuspensi.
» Penyisihan dilakukan dengan melakukan rekayasa terhadap kecepatan aliran sehingga memberikan
kesempatan terhadap partikel padatan mengendap secara gravitasi menuju ke dasar bak.
» Pengolahan tahap pertama meliputi pemompaan pada bak pengumpul dan pengolahan pada bak ekualisasi
1.1.3.1. Perencanaan Bak/Sumur Pengumpul
» Bangunan inlet penting untuk direncanakan karena umumnya posisi sub-sistem pengumpulan yang menuju ke
sub-sistem pengolahan terpusat berada pada elevasi yang rendah di bawah permukaan tanah sehingga
memerlukan upaya pemompaan untuk menaikkan elevasi air agar dapat dialirkan secara gravitasi ke setiap unit
pengolahan.
» Perencanaan bak atau sumur pengumpul bergantung pada tipe, konfigurasi, dan kontrol (konstan atau variabel
kecepatan atau elevasi muka air) pompa yang digunakan.
» Sumur pengumpul direncanakan dengan kapasitas yang cukup besar untuk mencegah kerja pompa yang terus
menerus
» Waktu detensi yang dapat digunakan dalam sumur pengumpul yakni < 10 menit (merujuk pada Permen PUPR
No. 04 Tahun 2017)
» Penentuan volume dapat dilakukan dengan menghitung waktu detensi yang telah ditetapkan dengan debit air
limbah yang masuk ke dalam sumur pengumpul. Persamaan yang dapat digunakan, yakni:

» Kedalaman sumur pengumpul direncanakan dengan mempertimbangkan jenis atau tipe pompa.
» Penentuan dimensi, panjang dan lebar, sumur pengumpul dapat ditentukan menyesuaikan dengan kondisi
lahan
» Lokasi grease trap atau food trap harus mempertimbangkan lokasi pompa dan jenis pompa yang digunakan
guna mencegah penyumbatan pada pompa.

Title: Indonesia Prosedur Pengelolaan Air Limbah Domestik


ID: MSID-#-### Version: 1.0 Date: 00/00/0000
Thiess Governance System – Uncontrolled Document when Printed
3 of 9
» Melekat pada bangunan bak atau sumur pengumpul, stasiun pompa dibangun dengan tujuan untuk menaikkan
elevasi air limbah domestik sehingga sub-sistem pengolahan terpusat dapat direncanakan dengan metode
aliran gravitasi.
» Perencanaan pemompaan air limbah domestik harus mempertimbangkan berbagai hal berikut.
a. Kebutuhan head total, harus dihitung dengan seksama dengan mempertimbangkan total head loss yang dapat
diakibatkan karena head loss major maupun head loss minor
b. Ketersediaan Pompa. Perencanaan pompa juga harus mempertimbangkan ketersediaan spesifikasi pompa dari
produsen. Faktor ini akan mempengaruhi jumlah pompa yang harus disediakan di dalam rumah pompa.
c. Rencana Pengembangan. Perencanaan pompa, khususnya terkait dengan jumlah pompa, dapat disesuaikan
dengan rencana atau tahapan perencanaan
1.1.3.2. Perencanaan Desain Bak Ekualisasi
» Bak ekualisasi berfungsi untuk menyeragamkan debit air limbah domestik yang berfluktuasi pada kondisi
puncak dan minimum
» Pertimbangan menggunakan bak ekualisasi dalam sistem ini ialah untuk meningkatkan kinerja pengolahan
biologi karena akan mengurangi potensi efek shock loading serta dapat menstabilkan pH
» Waktu detensi di bak ekualisasi maksimum 30 menit untuk mencegah terjadinya pengendapan dan
dekomposisi air limbah domestik
» Tinggi muka air saat kondisi puncak harus berada di bawah aliran masuk agar tidak terjadi aliran balik.
» Perencanaan bak ekualisasi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan fluktuasi baik kualitas maupun debit
air limbah dengan menggunakan pendekatan fluktuasi pemakaian air bersih.
» Terdapat beberapa komponen utama dan pendukung yang harus diperhatikan dalam melakukan perencanaan
bak ekualisasi. Adapun komponen-komponen tersebut yakni:
d. Rumah Pompa. Untuk mengatur debit air limbah domestik, maka penggunaan pompa dapat diatur dengan debit
sesuai penghitungan debit ekualisasi
e. Mixer/Aerator. Komponen ini berfungsi untuk menyeragamkan air limbah domestik, khususnya terkait kualitas,
selama berada di dalam bak ekualisasi agar tidak terjadi pengendapan material padatan ke dasar bak.
1.1.4. Pengolahan Tahap Kedua
» Pengolahan tahap kedua direncanakan untuk menyisihkan material organik yang ada dalam air limbah
domestik dalam bentuk terlarut (soluble) maupun koloid (colloid) yang tersisa dari hasil penyisihan pada
pengolahan tahap pertama.
» Proses ini dilakukan dengan menggunakan prinsip pengolahan biologi melalui pemanfaatan peran
mikroorganisme yang sudah terkandung di dalam air limbah domestik.
» Pada proses ini pengolahan biologi yang dipakai adalah teknologi aerob atau anaerob maupun kombinasi
keduanya
» Pemilihan teknologi aerob dan anaerob dapat disesuaikan dengan kajian teknis yang dilakukan dengan
memperhatikan biaya investasi, pengoperasian, dan pemeliharaan.
1.1.5. Pengolahan Tahap Ketiga
» Pengolahan tahap ketiga harus dilakukan jika masih terdapat parameter yang belum memenuhi baku mutu
lingkungan yang berlaku sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
» Beberapa parameter yang perlu diperhatikan, yakni total koliform, amonia nitrogen, fosfor, dan total suspended
solid (TSS)
» Adapun beberapa proses yang dapat dilakukan dalam pengolahan tahap ketiga, yakni desinfeksi, aerasi,
flokulasi-koagulasi, filtrasi, dan wetland

Title: Indonesia Prosedur Pengelolaan Air Limbah Domestik


ID: MSID-#-### Version: 1.0 Date: 00/00/0000
Thiess Governance System – Uncontrolled Document when Printed
4 of 9
» Pemilihan teknologi pengolahan di tahap ketiga dapat disesuaikan dengan kajian teknis yang dilakukan dengan
mempertimbangkan biaya investasi, pengoperasian, dan pemeliharaan.

1.1.6. Penentuan Lokasi


» Lokasi bangunan instalasi pengolahan limbah dan titik penaatan harus berada di dalam konsesi tambang yang
telah disetujui oleh klien
» Diupayakan untuk memilih lokasi yang tidak akan terkena kegiatan penambangan
» Bangunan instalasi pengolahan air limbah domestik tidak boleh berada di jalur drainase atau badan air untuk
menghindari sumber air masuk di luar perencanaan ke dalam bangunan instalasi pengolahan air limbah
» Hindari lokasi yang memungkinkan limpasan air hujan langsung masuk ke dalam instalasi pengolahan air
limbah domestik
» Hindari lokasi yang ditempatkan di atas areal kerja, fasilitas umum, dan lokasi sensitif lainnya
» Environmental representative bersama dengan penanggung jawab area dan klien menetapkan titik penaatan
untuk pengambilan contoh uji air limbah domestik dan koordinat titik penaatan.
» Lokasi tata letak IPAL harus mempertimbangkan:
a. Geometri lokasi IPALD
b. Topografi lokasi
c. Kondisi tanah dan pondasi
d. Lokasi saluran pengumpul air limbah
e. Lokasi pembuangan air hasil pengolahan
f. Gradien hidrolis lokasi
g. Jenis-jenis proses
h. Efisiensi pengolahan proses
i. Akses transportasi
j. Aksesibilitas untuk pekerja
k. Reliabilitas dan ekonomi operasional
l. Estetika dan lingkungan
m. Ketersediaan lahan untuk perluasan bangunan di masa yang akan datang

1.1.7. Penentuan Kapasitas dan Desain Bangungan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik
Kapasitas bangunan instalasi pengolahan air limbah domestik dapat ditentukan berdasarkan 2 parameter, yaitu
debit air masuk dan rencana waktu tinggal air.
» Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P68 Tahun 2016
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan air limbah
domestik wajib melakukan pengelolaan air limbah domestik yang dihasilkannya dengan mengalirkan air limbah
ke dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah.
» Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 142 Tahun 2003 tentang
Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air
atau Sumber Air setiap usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan air limbah wajib melakukan kajian teknis
mengenai penanganan air limbah domestik.

Title: Indonesia Prosedur Pengelolaan Air Limbah Domestik


ID: MSID-#-### Version: 1.0 Date: 00/00/0000
Thiess Governance System – Uncontrolled Document when Printed
5 of 9
» Kajian teknis penanganan air limbah domestik wajib didokumentasikan dalam perencanaan penanganan air
limbah dan memuat informasi mengenai jumlah beban air limbah harian yang akan dikelola, desain bangunan
IPAL, dan layout lokasi IPAL.
» Environmental representative bertanggung jawab untuk melakukan kajian teknis penanganan air limbah
domestik
» Environmental representative wajib untuk memastikan dan memeriksa tata cara pembuangan dan pemindahan
limbah sudah benar dan melakukan perbaikan jika dibutuhkan
» Environmental representative wajib menghitung daya tampung beban pencemaran air dan alokasi beban
pencemaran air yang merujuk pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P68 Tahun 2016
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik Pasal 10(1) dan didokumentasikan dalam kajian teknis penanganan air
limbah domestik
» Bangunan instalasi pengolahan air limbah domestik yang direncanakan harus memiliki kapasitas untuk
mengelola air limbah sekurang-kurang nya 85% dari konsumsi air bersih setiap 100L/orang/hari.

2. Perizinan
Akuntabilitas: Penanggung Jawab Operasional, Project Technical Service Lead/Occupational Health & Safety Lead,
Penanggung Jawab Area, dan Site Environmental Representative

» Setiap bangunan atau fasilitas pengelolaan air limbah domestik yang mengalirkan air limbah menuju lingkungan
harus memiliki izin pembuangan limbah cair yang masih berlaku dari pemerintah terkait.
» Environmental representative wajib untuk membuat kajian teknis sebagai syarat pengajuan perizinan ke
pemerintah
» Environmental representative bersama penanggung jawab area melengkapi semua persyaratan yang ada
didalam kajian teknis terpenuhi dan dilaksanakan di lapangan
» Technical Service Dept. Head/Occupational Health & Safety Dept. Head harus memastikan semua persyaratan
yang ada di dalam kajian teknis terpenuhi dan dilaksanakan di lapangan
» Pengurusan izin pembuangan limbah cair termasuk perpanjangannya ke pemerintah dilakukan oleh klien
» Environmental representative dan Technical Service Dept. Head/Occupational Health & Safety Dept. Head
berkoordinasi dengan klien untuk proses pengajuan maupun perpanjangan izin pembuangan limbah cair
» Penanggung jawab operasional wajib berkoordinasi dengan pemegang otoritas tertinggi dalam organisasi klien
(KTT) guna memantau dan menindak lanjuti dari proses pengajuan dan perpanjangan izin pembuangan limbah
cair.

3. Pengaturan Operasional
Akuntabilitas: Penanggung Jawab Area & Site Environmental Representative

3.1. Konstruksi
» Instalasi Pengolah Air Limbah Domestik dibuat dan memiliki izin dari pemerintah daerah, dan dilakukan
perpanjangan setiap 5 Tahun sekali dan memiliki titik penaatan
» Mengalirkan sumber limbah cair yang dihasilkan masuk ke instalasi pengolahan air limbah domestik
» Memisahkan saluran pengumpul air limbah domestik saluran air hujan
» Menggunakan instalasi pengolahan air limbah domestik dan saluran air limbah domestik kedap air sehingga
tidak terjadi perembesan air limbah domestik ke lingkungan;
» Instalasi pengolahan air limbah domestik dilengkapi dengan saluran drainase dan bak kontrol yang dirancang
sesuai dengan kapasitas air limbah yang diolah
» Instalasi dibuat dengan fasilitas pengolah fisik, pengolah biologis dan pengolah kimia
» Memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah domestik di titik penaatan
Title: Indonesia Prosedur Pengelolaan Air Limbah Domestik
ID: MSID-#-### Version: 1.0 Date: 00/00/0000
Thiess Governance System – Uncontrolled Document when Printed
6 of 9
» Fasilitas keselamatan dalam sarana instalasi dibuat dengan baik seperti platform dan tangga
» Menyediakan papan pemantauan air limbah harian yang memuat informasi nomor izin pembuangan air limbah,
lokasi titik penaatan beserta titik koordinatnya, bulan pemantauan, dan parameter yang dipersyaratkan dalam
izin untuk dipantau sebagai sarana dokumentasi kegiatan pemantauan harian yang telah dilakukan.

3.2. Pengelolaan
» Penanggung jawab area bertanggung jawab untuk mengontrol penanganan limbah, tata cara pembuangan dan
pemindahan limbah dari area yang menjadi tanggung jawabnya.
» Pengolahan air limbah domestik dilakukan untuk memastikan air limbah yang keluar sesuai dengan baku mutu
» Environmental representative memastikan pengolahan air limbah domestik telah sesuai dan air hasil olahan
telah memenuhi baku mutu limbah domestik
» Melakukan pengukuran terhadap parameter pH,TSS, dan debit harian pada air keluaran IPAL
» Jika nilai pH dan TSS melebihi ketentuan baku mutu air limbah domestik yang ditetapkan, maka harus
dilakukan pengolahan sesuai prosedur tanggap darurat air limbah domestik
» Pengelolaan Air Limbah Domestik perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

3.2.1. Operasional Peralatan


» Operasional IPAL dilakukan oleh penanggung jawab area masing-masing
» Environmental Representative melakukan inspeksi di areal IPAL dengan memperhatikan saringan pompa inlet,
ketebalan lumpur kolam sediment, fungsional pengolahan biologi serta ketersediaan bahan kimia pada proses
kimia masih berjalan dengan baik
» Peralatan yang digunakan dalam melakukan pengurasan, yaitu pompa, sekop, mistar ukur, dan pengangkut
lumpur.
» Seluruh aliran dalam IPAL harus dipastikan mengalir dengan lancar, jika terdapat tanda-tanda sumbatan segera
lakukan pembersihan non rutin

3.2.2. Inspeksi Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik


» Environmental representative melakukan inspeksi bulanan pada sistem IPAL meliputi sistem perpipaan, blower
dan panel kontrol
» Tindakan perbaikan yang perlu diambil sebagai rekomendasi dari inspeksi tersebut harus dikomunikasikan ke
penanggung jawab area dan dibuat CAR di Synergy.

3.3. Pemeliharaan
3.3.1. Pemeliharaan
» Jadwal pengurasan bak kontrol disesuaikan dengan kondisi masing - masing bak.
» Pemeriksaan kondisi bak kontrol dilakukan seminggu sekali, meliputi kondisi kebersihan permukaan air yang
akan diolah dan kedalaman lumpur yang terbentuk.
» Environment Representative sebaiknya meninjau akses tiap bak penampungan dan IPAL untuk memastikan
apakah akses cukup aman untuk melakukan pembersihan atau pengurasan.
» Pekerjaan harus dilakukan secara berkelompok, minimal dilakukan oleh 2 (dua) orang
» Pemeliharaan non rutin dilakukan apabila ditemukan ketidaksesuaian dari hasil inspeksi instalasi pengolahan
air limbah domestik, dan/ atau kualitas air yang dialirkan ke badan air memiliki kualitas dibawah baku mutu yang
telah ditentukan.

3.3.2. Pembersihan
» Pembersihan atau pengurasan wajib dilakukan secara rutin sesuai dengan kajian teknis yang telah dibuat

Title: Indonesia Prosedur Pengelolaan Air Limbah Domestik


ID: MSID-#-### Version: 1.0 Date: 00/00/0000
Thiess Governance System – Uncontrolled Document when Printed
7 of 9
» Penanggung jawab area bersama dengan environmental representative wajib mementukan lokasi pembuangan
akhir untuk lumpur hasil pengurasan IPAL
» Environment Representative memastikan perencanaan pembuangan, termasuk pemilihan alat yang digunakan
pada waktu loading lumpur dilakukan secara efektif dan efisien.
» Environment Representative harus memastikan tidak ada tumpahan ketika proses pengangkutan lumpur
dilakukan
» Environment Representative sebaiknya memastikan akses jalan dari bak kontrol menuju areal penimbunan
yang telah ditentukan haruslah aman, efektif dan cukup terpelihara.

3.3.3. Perbaikan
» Environment Representative dengan berkonsultasi dengan penanggung jawab area akan menentukan waktu
yang tepat guna perbaikan perbaikan yang akan dilaksanakan.
» Environment Representative bertanggung jawab untuk berkoordinasi dengan penanggung jawab area untuk
pengerahan alat gali yang akan digunakan
» Environment Representative harus memastikan pemeliharaan dan pembersihan lumpur dari instalasi
pengolahan air limbah domestik dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.
» Perbaikan-perbaikan yang terpisah mungkin memerlukan JSEA atau Prosedur yang khusus, hal-hal ini harus
dipersiapkan oleh pihak-pihak yang bertanggungjawab pada saat adanya kebutuhan untuk proses perbaikan
instalasi pengolahan air limbah domestik

4. Monitoring dan Pelaporan


Akuntabilitas: Site Environmental Representative

4.1. Monitoring
4.1.1. Pengambilan Sampel Awal
» Pekerjaan harus dilakukan secara berkelompok, minimal dilakukan oleh 2 (dua) orang.
» Environment representative memastikan akses ke pengambilan sampel aman dan terpelihara.
» Environmental Representative harus memastikan alat ukur telah terkalibrasi

4.1.2. Pemantauan Awal Melibatkan Laboratorium Eksternal


» Pengujian laboratorium Air Limbah Domestik dilakukan pada laboratorium terakreditasi sekurang-kurangnya 1
kali dalam 1 bulan atau menyesuaikan dengan ketentuan yang tertulis di dalam AMDAL atau UKL/UPL yang
telah disetujui dengan parameter sebagai berikut:

Parameter Satuan Kadar maksimum


pH - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak & mg/L 5
lemak
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100mL 3000
Debit L/orang/hari 100

Title: Indonesia Prosedur Pengelolaan Air Limbah Domestik


ID: MSID-#-### Version: 1.0 Date: 00/00/0000
Thiess Governance System – Uncontrolled Document when Printed
8 of 9
4.1.3. Pemantauan Harian
Pemantauan harian yang dilakukan harus mempertimbangkan hal-hal berikut.
» Environmental representative memastikan pengolahan air limbah domestik telah sesuai dan air hasil olahan
telah memenuhi baku mutu limbah domestik
» Melakukan pengukuran terhadap parameter pH,TSS, dan debit harian atau parameter lainnya yang
dipersyaratkan dalam izin pembuangan limbah cair pada air keluaran IPAL
» Mencatat nilai hasil pengukuran
Pemantauan sampel dengan menggunakan alat yang dapat diukur insitu/diukur langsung di tempat, harus
mempertimbangkan hal-hal berikut.
» Memastikan alat pengukur telah terkalibrasi
» Menggunakan botol sampel yang telah dibersihkan
» Mencuci sensor alat dengan air suling/aquades dan menyimpannya dengan rapi
» Mengeringkan alat dengan tissue atau majun dan menyimpannya dengan rapi
» Mencatat nilai dari hasil pengukuran yang telah dilakukan

4.2. Pelaporan
» Environmental representative melakukan pengukuran dan pencatatan debit, TSS, dan nilai pH harian atau
parameter lainnya yang dipersyaratkan dalam izin.
» Environmental representative bertanggung jawab membuat laporan hasil monitoring harian outlet air limbah
domestik dan melaporkan kepada pihak terkait
» Environmental representative melakukan pengujian kualitas air limbah ke laboratorium eksternal yang
terakreditasi KAN setiap bulan.
» Environment reps bertanggung jawab membuat laporan swapantau dan melaporkan kepada klien setiap bulan
» Membuat event di Synergy jika hasil monitoring bulanan tidak memenuhi standard bakumutu yang ditetapkan

5. Penanganan Keadaan Darurat Air Limbah Domestik


Akuntabilitas: Penanggung Jawab Area & Environmental Representative

Jika dari hasil pemantauan harian didapatkan bahwa air keluaran dari STP melebihi baku mutu baik itu pH maupun
TSS, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu:
» Penutupan valve pada pipa outlet agar air limbah tidak mengalir ke badan air (rawa atau sungai)
» Melaporkan pada pengawas atau Environmental Representative
» Semua keadaan tanggap darurat dan insiden harus ditangani sesuai dengan prosedur tanggap darurat air
limbah domestik dan Pedoman klasifikasi dan definisi kejadian
» Penentuan dari jenis dan kelas insiden lingkungan harus berdasarkan Matrix klasifikasi kejadian

Title: Indonesia Prosedur Pengelolaan Air Limbah Domestik


ID: MSID-#-### Version: 1.0 Date: 00/00/0000
Thiess Governance System – Uncontrolled Document when Printed
9 of 9

Anda mungkin juga menyukai