Oleh :
Herdian Riskianto
NIM. 122110101180
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
iii
7. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember angkatan 2012;
8. Teman-teman sekelompok Praktik Kerja Lapang, Rochmanita Ulfa dan
Azzumrotul Baroroh yang selalu menemani dan memberikan keceriaan pada
setiap kegiatan.
9. Teman-teman seperjuangan dari Universitas Diponegoro Fakultas Teknik
Lingkungan: Windy, Wafa, Trisna, Yosep atas kebersamaanya selama Praktik
Kerja Lapang di Bagian Lingkungan
10. Teman-teman kontrakan, Sony Kandi Lesmana, Galang Pranata Kurniawan,
Wak Kaji, yang selalu memberikan semangat hidup.
11. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan serta motivasi
guna terselesaikannya laporan ini.
Untuk lebih menyempurnakan laporan ini, penulis berharap adanya kritik
dan saran membangun dari semua pihak yang membaca demi kesempurnaan
laporan Praktik Kerja Lapang ini dan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan
bagi pembaca baik disengaja atau tidak disengaja, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis berharap semoga laporan Praktik Kerja Lapang ini dapat berguna
bagi kita semua di masa yang akan datang. Atas perhatian dan dukungannya,
penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
2.4.4 Alat Pengukur Gas SO2 ............................................................................. 12
4.5 Pengolahan Emisi Di Pabrik Asam Sulfat Unit Produksi III ...................... 26
4.5.1 Sulfur Dioksida (SO2) ............................................................................... 26
4.5.2 Debu ......................................................................................................... 29
4.6 Katalis V2O5 ............................................................................................. 29
4.7 Hasil Data Emisi dan Ambient Gas SO2 Di Pabrik Asam Sulfat ................ 29
4.7.1 Hasil Data Emisi Gas SO2 ......................................................................... 30
5.3.1 Evaluasi Hasil Pengukuran Emisi Gas SO2 Tahun 2014 ............................ 38
5.3.2 Evaluasi Hasil Pengukuran Emisi Gas SO2 Tahun 2015 ............................ 40
5.4 Evaluasi Kualitas Udara Ambient Gas SO2 Pada Pemukiman .................... 41
5.4.1 Kualitas Udara Ambient SO2 Lokasi Pertigaan Randu Agung ................... 41
5.4.2 Kualitas Udara Ambient SO2 Lokasi Depan Wisma Kebomas ................... 43
5.4.3 Kualitas Udara Ambient SO2 Lokasi depan Lapangan PT. Petro Central ... 44
5.4.4 Kualitas Udara Ambient SO2 Lokasi Simpang Lima Sukorame ................. 45
5.4.5 Kualitas Udara Ambient SO2 Lokasi Alun-alun Kabupaten Gresik ............ 46
5.4.6 Rata-Rata Konsentrasi SO2 dalam Udara Ambient di Pemukiman ............. 47
5.4.7 Rata-Rata Konsentrasi SO2 dalam Udara Ambient di Pemukiman Pada
Waktu Pagi, Siang, dan Sore ..................................................................... 48
5.5 Penanganan Permasalahan ........................................................................ 48
5.5.1 Teknologi Non Thermal Plasma ................................................................ 49
5.5.2 Sistem CSNOx........................................................................................... 50
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 53
6.1 Kesimpulan............................................................................................... 53
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 5 Kualitas Udara Ambient (SO2) di Lapangan depan PT. Petro Central 32
Tabel 4. 6 Kualitas Udara Ambient (SO2) di Simpang Lima Sukorame .............. 33
Tabel 4. 7 Kualitas Udara Ambient (SO2) di Alun-alun Kabupaten Gresik ......... 33
Tabel 4. 8 Rata-rata Konsentasi SO2 dalam Udara Ambient di Pemukiman
Sekitar PT. Petrokimia Gresik ............................................................ 33
Tabel 4. 9 Rata-rata Konsentrasi SO2 dalam Udara Ambient Udara Ambient pada
waktu pagi, siang, dan sore ................................................................ 34
Tabel 5. 1 Baku Mutu Emisi Gas Pabrik Asam Sulfat ....................................... 36
Tabel 5. 2 Baku Mutu Ambient Untuk Industri atau Kegiatan Usaha Lainnya. ... 37
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
A. Dokumentasi ................................................................................................. 56
B. Flow Diagram Pabrik Sulfat .......................................................................... 58
x
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
urea, ZA, SP-36, KCl, NPK Phonska, DAP, NPK Kebomas, ZK, dan pupuk
organik yaitu Petroganik. Sedangkan hasil produksi non pupuk PT. Petrokimia
Gresik meliputi asam sulfat, asam fosfat, amoniak, dry ice, alumunium fluoride,
cement retarder, karbon dioksida, dan nitrogen. Produk yang dihasilkan oleh PT.
Petrokimia sangat beragam, maka beragam pula limbah yang dihasilkan sehingga
PT. Petrokimia Gresik memiliki pengolahan limbah tersendiri untuk limbah padat,
cair dan gas, sehingga effluent yang akan dibuang kelingkungan dapat memenuhi
standart baku mutu di Indonesia serta tidak mencemari lingkungan.
Pada unit Produksi III terdapat Pabrik Asam Phospat, Asam Sulfat, ZA II,
Cement Retarder, dan Alumunium Fluorida dengan kapasitas produksi terbesar
yaitu Asam Sulfat yang menghasilkan emisi gas Sulfur dioksida (SO 2). Limbah
yang beripa kontaminan udara ini dihasilkan baik dari proses produksi dan
pengolahannya.
Emisi gas yang di hasilkan oleh PT. Petrokimia Gresik yaitu NH 3, SO2,
fluor, HCl, dimana dapat membahayakan bagi kesehatan manusia. Contohnya SO2
(Sulfur Dioksida), dimana polutan SOx mengakibatkan iritasi pada sistem
pernafasan manusia. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa iritasi pada
tenggorokan terjadi pada konsentrasi SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada
beberapa individu yang sensitif, iritasi terjadi pada konsentrasi 1-2 ppm. SO2
adalah polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama manusia berusia lanjut
dan penderita kronis pada sistem pernafasan dan kardiovaskular (Kristanto, 2013 :
167-168). Menurut (Juanda, 2011) secara umum pemaparan terhadap SO2 akan
merasakan rasa terbakar di hidung dan tenggorokan dan bisa juga membuat sesak
napas. Pemaparan jangka panjang dengan SO2 akan menyebabkan penurunan
fungsi paru dan memperberat penyakit jantung.
Limbah yang berupa emisi gas SO2 dihasilkan baik dari proses produksi dan
pengolahannya. Demi memperhatikan kondisi lingkungan untuk menciptakan
kenyamanan bagi para pekerja dan masyarakat yang tinggal di sekitar industri
tersebut, PT. Petrokimia Gresik mempunyai unit-unit pengendali pencemaran
udara untuk meminimalisir limbah yang dihasilkan agar tidak berdampak pada
kesehatan dan lingkungan.
3
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengevaluasi Usaha Pengendalian Emisi Gas SO2 Pada Unit Gas Scrubber
Di Pabrik Asam Sulfat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
a. Mampu mengetahui proses pengendalian emisi gas SO2 pada unit Gas
Scrubber
b. Mampu merumuskan dan memberikan rekomendasi terkait dampak
lingkungan dan masyarakat terhadap gas SO2
5
6
MINGGU KE-
KEGIATAN
I II III IV V VI VII VIII IX
Pra Pelaksanaan Magang/PKL
Pengarahan
Persiapan
Pembekalan
Pelaksanaan Magang/PKL
Pelaksanaan
Supervisi
Pasca Pelaksanaan Magang/PKL
Seminar
Collecting Nilai
Evaluasi
17
18
4.2.2 Misi
a. Mendukung penyediaan pupuk nasional untuk tercapainnya program
swasembada pangan;
b. Meningkatkan hasil usaha untuk menunjang kelancaran kegiatan operasional
dan pengembangan usaha;
c. Mengembangkan potensi usaha untuk pemenuhan industri kimia nasional dan
berperan aktif dalam Community Development;
4.4 Proses Produksi Asam Sulfat di Pabrik Asam Sulfat Unit Produksi III
Kapasitas produksi pada unit ini sebesar 700.000 ton/tahun. Proses yang
digunakan adalah Double Contact Double Absoption (DC/DA) yang dirancang
oleh Hitachi Zoseb/TJ. Brouder.
a. Bahan baku yang digunakan adalah belerang padat dengan komposisi :
1. Kadar sulfur 98,11% berat
2. Kadar H2O 2,5% berat
3. Kadar ash 0,90% berat
4. Aciditas 0,52% berat
5. Impurities HC, NaCl, Fe, K, Na
b. Untuk tahapan proses pembuatan Asam Sulfat adalah
1. Sulfur Handling
Alat utamanya adalah Melter yang berfungsi untuk melebur belerang
dengan pemanas steam tekanan 7 kg/cm2 temperatur 170o C melalui coil.
Untuk meratakan panas dan mengurangi kotoran pada dasar melter
dilengkapi pengaduk sedangkan untuk mengatasi terjadinya asam bebas
ditambahkan dengan serbuk kapur. Sulfur cair yang terbentuk selanjutnya
23
udara kering yang dihasilkan dengan suhu 110oC digunakan sebagai udara
pembakar pada Sulfur Furnace. Penyerapan gas SO3 dari bed 3 dan 4
dilakukan di Absorber Tower dengan H2SO4 sebesar 98,5% yang
merupakan reaksi eksothermis, yaitu :
SO3 + H2O H2SO4 + Q
Asam sulfat dari Drying Tower dan Absorber Tower ditampung dalam unit
penampungan, apabila konsentrasi asam sulfat masih terlalu tinggi maka
ditambah air sehingga diperoleh H2SO4 sebesar 98,5%
5. Penyimpanan dan Loading
Produk H2SO4 yang dihasilkan disimpan dalam Acid Storage Tank yang
berkapasitas 10.000 ton (masing-masing tanki) dan selanjutnya akan
ditransfer ke unit-unit yang memerlukan serta sebagian lagi untuk product
loading. Produk H2SO4 memiliki temperatur 45oC, konsentrasi 98,5%
berat(min) kadar H2O 2% berat (maks), Fe 100 ppm, dan SO2 150 ppm.
25
Udara kering
LPS Condensate BFW Flow = 175.000
Nm3/jam
UNIT AIR
UNIT SULFUR Liquid UNIT SO2 SO2 UNIT SO2 SO3 DRYING & H2SO4 produk
Flake Sulfur HANDLING Sulfur GENERATION N2 CONVERTION N2 SO3 1800 ton/hari
600 ton/hari O2 O2 ABSORBTION
Sisa Sisa
Bed-I
0
430 C SO2 = 307,57 kgmol/h
( 4.42 % mol )
6100C Volume katalis = 55000 ltr Conversi = 60 %
SO3 = 461,35 kgmol/h
Out Bed-I
( 6,63 % mol )
/ E-1201 shell side 4400C Bed-II
O2 = 508,50 kgmol/h
0
520 C 67000 ltr SO2 = ( 7,33
99,96%kgmol/h
mol )
Conversi = 27 %
( 1`,46 kgmol/h
N2 = 5677,07 % mol )
Out Bed-II
SO3 = ( 888,96
81,62 %kgmol/h
mol )
/ E-1202 shell side
4300C Bed-III
( 9,76 % mol )
0
450 C 72000 ltr Conversi = 7 %
O2 = 405,69 kgmol/h
Product 1st Contact
Out T-1302 ( 5,82 % mol )
SO2 = 48,14 kgmol/h
/ E-1201&02 4200C Bed-IV N2 = 5677,07 kgmol/h
( 0,88 % mol )
tube side ( 82,66 % mol )
4400C 84000 ltr Conversi = 3,73 % SO3 = 722,78 kgmol/h
( 10,59 % mol )
Kumulatif Conversi = 99,73 %
Product
O2 2nd Contact
= 378,78 kgmol/h
( 0,03 %kgmol/h
N2 = 5677,07 mol )
Diameter 25-35 mm
SO3 = (44,78
83,18kgmol/h
% mol )
Layer :
( 0,74 % mol )
Atas = 8000 kg
O2 = 356,75 kgmol/h
Bawah = 8000 kg
Gambar 4. 3 Proses Pengolahan SO2 di Convertion/Reactor ( 5,87 % mol )
Demister
H2SO4
Cons. 98,50%
Product 1st Contact
Outlet bed-III
SO2 = 48,14 kgmol/h
( 0,88 % mol )
SO3 = 722,78 kgmol/h
( 10,59 % mol ) Ceramic
O2 = 378,78 kgmol/h Mini Ring
( 5,55 % mol )
N2 = 5677,07 kgmol/h
( 83,18 % mol )
H2SO4
Cons. 99,30%
c. Untuk menjaga emisi yang dikeluarkan tidak melebihi baku mutu, maka
dilakukan beberapa cara yaitu :
1. Menjaga temperatur dan kepekatan tetap stabil. Temperatur berkisar 70 oC-
80oC dan kepekatan 98%
29
4.5.2 Debu
Pengolahan debu dapat dilakukan dengan :
a. Ditangkap dengan bag filter.
b. Ditangkap dengan Electrostatic Precipitator (EP).
c. Dipisahkan dalam dry cyclone dan wet cyclone.
d. Diserap dalam scrubber dan larutan yang didaur ulang.
4.7 Hasil Data Emisi dan Ambient Gas SO2 Di Pabrik Asam Sulfat Unit
Produksi III
Pemantauan kualitas udara emisi SO2 dilaksanakan oleh Laboratorium Uji
Kimia PT. Petrokimia Gresik yang dilakukan setiap bulan sekali dengan standart
baku yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk pengukuran ambient udara sekitar
30
lingkungan PT. Petrokimia Gresik dilakukan oleh Balai Besar Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP).
Rata-rata 314.85
Rata-rata 411.29
a. Hasil Pengkuran Kualitas Udara Ambient SO2 Lokasi Pertigaan Randu Agung
Tabel 4. 3 Hasil Pengukuruan Kualitas Udara Ambient (SO2) di Pertigaan
Randu Agung
Baku Mutu
Pergub
No Bulan/Tahun Jatim Pagi Siang Sore
No.10/2009
(µg/Nm3)
1 Feb-15 262 4,726 3,997 31,845
2 Sep-15 262 0,378 0,444 39,234
Sumber : Departemen Lingkungan
b. Hasil Pengkuran Kualitas Udara Ambient SO2 Lokasi Depan Wisma Kebomas
Tabel 4. 4 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambient (SO2) di Depan Wisma
Kebomas
Baku Mutu
Pergub
No Bulan/Tahun Jatim Pagi Siang Sore
No.10/2009
(µg/Nm3)
1 Feb-15 262 23,613 2,365 9,352
2 Sep-15 262 5,762 3,185 4,164
Sumber : Departemen Lingkungan
c. Hasil Pengkuran Kualitas Udara Ambient SO2 Lokasi Lapangan depan PT.
Petro Central
Tabel 4. 5 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambient (SO2) di Lapangan depan
PT. Petro Central
Baku Mutu
Pergub
No Bulan/Tahun Jatim Pagi Siang Sore
No.10/2009
(µg/Nm3)
1 Feb-15 262 0,11 2,211 12,817
2 Sep-15 262 3,446 2,071 3,22
Sumber : Departemen Lingkungan
33
35
36
Industri Pupuk. Standart ini mengatur tentang baku mutu udara emisi sumber
tidak bergerak. Standart ini sebagai batasan emisi gas di Pabrik Asam Sulfat yaitu
kadar Sulfur Dioksida (SO2). Baku mutu emisi gas pabrik asam sulfat adalah
sebagai berikut :
Tabel 5. 1 Baku Mutu Emisi Gas Pabrik Asam Sulfat (Kepmen LH No. 133 tahun
2004)
Standart baku mutu ini dibuat oleh pemerintah untuk menjaga kelestarian
lingkungan dan membatasi pencemaran udara berlebih yang dapat berdempak
buruk terhadap kesehatan pekerja di lingkungan kerja PT. Petrokimia Gresik.
Namun, PT. Petrokimia Gresik sendiri sudah melakukan pengolahan emisi gas
secara maksimal sebelum dibuang ke atmosfer.
37
Buffer
Potasium
Yodida
Ekstraktif, AAS
Pengabuan
Ionization HC Analyzer
38
Standart baku mutu ini dibuat oleh pemerintah untuk menjaga kelestarian
lingkungan dan membatasi pencemaran udara berlebih yang dapat berdampak
buruk terhadap kesehatan masyarakat di pemukiman sekitar PT. Petrokimia
Gresik. Diharapkan usaha pengendalian pencemaran udara dari PT. Petrokimia
Gresik dapat mengurangi emisi yang dihasilkan dari kegiatan industri pabrik-
pabrik.
5.3 Evaluasi Kadar Emisi Gas SO2 pada Pabrik Asam Sulfat Unit Produksi
III PT. Petrokimia Gresik
Berdasarkan pada data hasil pengujian emisi gas di wilayah kerja pabrik
Asam Sulfat unit produksi III PT. Petrokimia Gresik, dipseroleh beberapa hasil
pengukuran emisi gas pada setiap bulan selama satu tahun. Hasil tersebut
kemudian dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan di PT. Petrokimia
Gresikyaitu KepMen LH No. 133 tahun 2004 tentang Baku Mutu Emisi Bagi
Kegiatan Industri Pupuk. Berikut merupakan grafik dari hasil pengukuran emisi
gas SO2 pada tahun 2014 dan 2015 pada titik sampling yang telah ditentukan di
pabrik Asam Sulfat unit produksi III PT. Petrokimia Gresik.
5.3.1 Evaluasi Hasil Pengukuran Emisi Gas SO2 Tahun 2014
Gambar 5. 1 Grafik Perbandingan Emisi Gas SO2 pada Tahun 2014 dengan Baku
Mutu
39
Gambar 5. 2 Grafik Perbandingan Emisi Gas SO2 pada tahun 2015 dengan Baku
Mutu
Gambar grafik 5.2 menunjukkan hasil pengukuran kandungan SO2 pada
tahun 2015 di lingkungan kerja pabrik asam sulfat unit produksi III dan
perbandingannya dengan Baku Mutu menurut KepMen LH no. 133 Tahun 2004.
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa, pada tahun 2015 khususnya bulan April,
terjadi peningkatan buangan emisi gas SO2. Hal tersebut terjadi karena
melonjaknya produksi pupuk disertai dengan perbaikan pada bagian scrubber,
sehingga terjadi peningkatan buangan emisi SO2 yang cukup signifikan. Meskipun
dengan peningkatan produksi pupuk serta terdapat proses perbaikan pada
scrubber, emisi gas SO2 yang dikeluarkan setiap bulannya masih memenuhi baku
mutu yang telah di tetapkan, hal itu dikarenakan PT. Petrokimia Gresik telah
melakukan pengelohan gas emisi gas SO2 dengan baik sehingga emisi yang
dikeluarkan tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.
41
5.4 Evaluasi Kualitas Udara Ambient Gas SO2 Pada Pemukiman Sekitar
PT.Petrokimia Gresik
Berdasarkan pada data hasil pengujian kualitas udara ambien di pemukiman
sekitar PT. Petrokimia Gresik, diperoleh beberapa hasil pengukuran kualitas udara
ambien dari beberapa titik sampling. Hasil tersebut kemudian dibandingkan
dengan baku mutu yang diterapkan di PT. Petrokimia Gresik yaitu PERGUB
JATIM No.10 Tahun 2009. Pengujian kualitas udara ambient dilakukan sebanyak
dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari dan September. Berikut evaluasi
hasil pengukuran ambient pada pemukiam sekitar PT. Petrokimia gresik.
5.4.1 Evaluasi Pengukuran Kualitas Udara Ambient SO2 Lokasi Pertigaan Randu
Agung
tingginya kadar SO2 sama-sama terjadi pada bulan februari dan bulan September.
Namun kualitas udara ambient SO2 tetap memenuhi baku mutu yang sesuai
dengan PERGUB JATIM No. 10 tahun 2009 yaitu sebesar 262 µg/Nm3.
Kemungkinan tingginya konsentrasi SO2 dalam udara ambient di Pertigaan Randu
Agung pada sore hari didukung oleh adanya pengembangan industri yang
mempengaruhi kondisi lingkungan berupa peningkatan ataupun penurunan
temperatur udara yang dapat mempengaruhi kekuatan berupa angin lokasi. Hal ini
dikarenakan perbedaan temperatur darat laut yang menyababkan perubahan
tingkat kecepatan angin, yang merupakan angin permukaan. Menurut data laporan
hasil pengujian kualitas udara ambient SO2 yang dilakukan oleh BBTKLPP
Surabaya, menyebutkan bahwa pada pukul sore tersebut, arah angin menuju ke
barat laut.
Angin merupakan unsur yang paling aktif dalam hal disperse polutan. Pada
kenyataannnya angin tidak pernah berhembus secara halus. Kecepatannya
berfluktuasi secara tidak beraturan, kadang-kadang rebut, dan reda (gust and
lulls), sesuai dengan karakteristik dari semua gerak alami udara. Semua gerak
udara adalah turbulen. Intensitas turbulensi bervariasi dengan lingkungannya.
Makin besar turbulensinya makin besar penyebaran polutan dari sumbernya.
43
5.4.2 Evaluasi Pengukuran Kualitas Udara Ambient SO2 Lokasi Depan Wisma
Kebomas
Gambar 5. 5 Grafik Kualitas Udara Ambient SO2 di depan Lapangan PT. Petro
Central
Pada gambar grafik 5.5 dapat dilihat bahwa, pada bulan Februari kadar SO2
tertinggi terjadi pada sore hari sedangkan pada bulan September kadar SO2
tertinggi terjadi pada pagi hari. Namun kualitas udara ambient SO2 masih
memenuhi baku mutu yang sesuai dengan PERGUB JATIM No. 10 tahun 2009
yaitu sebesar 262 µg/Nm3. Hal ini dikarenakan karena stabilitas atmosfer
mempunyai peranan penting dalam dispersi polutan dan pengenceran kadar
polutan oleh pembersihan udara atas. Apabila udara adalah lembab, maka
konsentrasi polutan berkurang, karena sebagian polutan, terutama bahan
higroskopis akan bertindak sebagai inti kondensasi atau bereaksi dengan uap air di
dalam atmosfer. Pada pagi dan sore hari, atmosfer umumnya stabil, dan
sebaliknya di atas jalan-jalan beraspal pada tengah hari, atmosfernya tidak stabil.
Kondisi tidak stabil cenderung mempercepat dipersi polutan dan
mengurangi kadar polutan, sedangkan kondisi stabil cenderung memperlambat
45
disperse polutan dan meningkatkan kadar polutan. Pada kondisi netral kadar
polutan adalah lebih kecil dari kondisi stabil.
5.4.4 Evaluasi Pengukuran Kualitas Udara Ambient SO2 Lokasi Simpang Lima
Sukorame
No. 10 Tahun 2009 yaitu 262. Sehingga tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan dan lingkungan dan dapat dikatakan bahwa sistem pengolahan
emisi gas SO2 di PT. Petrokimia Gresik sudah memenuhi Standard.
5.5.3 Biofilter
Biofilter merupakan teknologi penanganan gas secara bilogi dengan
melewatkan gas ke media yang berisi materi organik yang mengandung
mikroorganisme. Kelebihan biofilter adalah penggunaan biofilter lebih efisien dan
tidak mahal, khususnya untuk polutan dengan konsentrasi rendah. Biofilter tidak
membutuhkan lahan yang luas untuk instalasinya sehingga tepat digunakan pada
industri yang padat. Penggunaan biofilter tidak menghasilkan produk limbah lebih
lanjut dan pressure drop yang rendah. Kelemahan biofilter yaitu tidak cocok untuk
zat pencemar konsentrasi tinggi, pH dah Kelembapan sulit dikendalikan, keadaan
medium yang dapat memburuk, serta dapat terjadi penyumbatan.
Prinsip kerja biofilter adalah dengan melewatkan udara kotor ke dalam
kolam-kolam biofilter yang telah diisi oleh bahan pengisi. Gas tersebut mengalami
biodegradasi dan diabsorbsi ke dalam biofilm yang selanjutnya terjadi proses
difusi dan biodegradasi secara aerobic yang terjadi bersama proses fisika, kimia,
dan interaksi biologi. Terdapat komponen gas akan diuraikan menjadi CO 2, H2O,
garam mineral, beberapa senyawa organik, dan sel-sel mikroorganisme.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan magang dan pembahasan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Dalam proses pembuatan asam sulfat dimulai dengan proses Sulfur Handling
yaitu berfungsi untuk melebur belerang dengan pemanas. Setelah itu
dilanjutkan dengan pembuatan gas SO2 dengan peralatan furnace yang
fungsinya membakar sulfur cair dengan udara. Sulfur cair dari storage tank
dialirkan secara spray ke dalam sulfur Furnace dengan ditambahkan udara
kering dari Drying Tower. Setelah itu masuk pada proses pengkonversian SO2
menjadi SO3 dengan bantuan katalis Vanadium Pentaoksida. Setelah proses
pengubah SO2 dilanjutkan dengan proses pengeringan udara dan penyerapan
SO3. Setelah semua proses selesai, produk H2SO4 yang dihasilkan disimpan
dalam Acid Storage Tank yang berkapasitas 10.000.
b. Unit pengolahan emisi gas sudah terkait langsung (built-in) dalam masing-
masing gas meliputi SO2 Convertion/Reaction. Pengolahan debu dapat
dilakukan dengan bag filter, Electrostatic Precipitator (EP), dry cyclone dan
wet cyclone setelah itu diserap dalam scrubber dan larutan yang didaur ulang.
c. Pada bulan mei sampai desember 2014 terjadi peningkatan buangan emisi SO2,
hal itu disebabkan karena terjadi peningkatan produksi pupuk. Meskipun
dengan peningkatan produksi pupuk, emisi gas SO2 yang dikeluarkan setiap
bulannya tidak melebihi baku mutu yang telah di tetapkan. Pada tahun 2015
khususnya bulan April, terjadi peningkatan buangan emisi gas SO 2. Hal
tersebut terjadi karena melonjaknya produksi pupuk disertai dengan perbaikan
pada bagian scrubber, sehingga terjadi peningkatan buangan emisi SO2 yang
cukup signifikan. Meskipun dengan peningkatan produksi pupuk serta terdapat
proses perbaikan pada scrubber, emisi gas SO2 yang dikeluarkan setiap
bulannya tidak melebihi baku mutu yang telah di tetapkan, hal itu dikarenakan
PT. Petrokimia Gresik telah melakukan pengelohan gas emisi gas SO 2 dengan
53
54
baik sehingga emisi yang dikeluarkan tidak melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan.
d. Rata-rata konsentrasi pengukuran kualitas udara ambient SO2, tertinggi terletak
pada titik sampling di Simpang Lima Sukorame. Kadar SO2 tertinggi terjadi
pada waktu siang hari. Kemungkinan hal ini dapat terjadi karena arah angin
menuju ke arah Simpang Lima Sukorame, serta aktivitas warga pada siang hari
yang cukup tinggi pada Simpang Lima Sukorame dapat menyebabkan
tingginya kadar SO2. Sumber SO2 tidak hanya berasal dari pabrik, namun juga
bersal dari aktivitas manusia seperti kendaraan bermotor yang dapat
menyebabkan tingginya kadar SO2 pada Simpang Lima Sukorame.
6.2 Saran
a. Dilakukan pemantauan emisi gas secara berkala baik secara internal oleh pihak
PT. Petrokimia Gresik, maupun eksternal yaitu pihak-pihak terkait. Agar dapat
termonitor dengan baik. Sehingga apabila emisi gas melebihi baku mutu dapat
dilakukan penanganan lebih lanjut agar tidak menyebabkan pencemaran
lingkungan.
b. Dikarenakan bahaya SO2 sangat buruk maka di sarankan untuk selalu memakai
alat pelindung diri, khususnya masker, kaca mata, serta pakaian khusus ketika
memasuki pabrik asam sulfat.
c. Perawatan peralatan scrubber secara rutin dan terjadwal.
d. Sosialisasi kepada masyarakat sekitar PT. Petrokimia Gresik, agar selalu
memakai masker kepada pengendara motor, dikarenakan bahaya polutan SO 2
dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan.
e. Penggunaan teknologi non thermal plasma dan biofilter, disarankan di
aplikasikan pada pengolohan emisi gas SO2 untuk mengurangi kadar SO2 lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Juanda, A. (2011, Januari 1). Kesehatan Kerja. Retrieved Maret 3, 2016, from
Bahaya SO2: http://www.kesehatankerja.com/SO2.html
Onny. (2015, Desember 1). Metode Mengendalikan Emisi SO2 Pada Gas Buang
Boiler. Retrieved Maret 3, 2016, from TECHNO-ART: http://artikel-
teknologi.com/metode-mengendalikan-emisi-so2-pada-gas-buang-boiler/#
Seinfeld Jh, P. (2006). Atmosferic Chemistry and Physic : From Air Pollution to
Climate Change, Second Edition. United State of America: John Wiley &
Sons, Inc.
55
LAMPIRAN
A. Dokumentasi
57
B. Flow Diagram Pabrik Sulfat
58
C. Surat Keterangan PKL di PT. Petrokimia Gresik
59
D. Absensi Selama di PT. Petrokimia Gresik
60
61