Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PENYELIDIKAN GEOTEKNIK

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Mata Kuliah SIA – 355 Penyelidikan Geoteknik.

Dosen Pengajar:
Benny Moestofa, Ir., M.Sc.

Disusun Oleh :
Rahmatia F. Karomah 222016238
Ary Riski Ramdhani 222016243
Heikal Fajar Ramadhan 222016246
Bayu Priyanda 222016257
Juvita Ines S. Viani 222015141
Akbar Maulana 222015144
Ferdinan Frans 222015150
Nurul Wulansari 222015229
Rizal Mutaqin 222015230
Dini Shafira Nabila 222015240

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wata'ala yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
melaksanakan salah satu tugas mata kuliah Penyelidikan Geoteknik tepat pada
waktunya. Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah mengenai insitu testing,


pengujian di laboratorium, dan instrumentasi geoteknik ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandung, 20 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan .......................................................................................... 1
1.2.1 Maksud ..................................................................................................... 1
1.2.2 Tujuan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3


2.1 Instrumentasi Geoteknik .................................................................................. 3
2.1.1 Inclinometer ............................................................................................ 3
2.1.2 Settlement Plate ...................................................................................... .4
2.1.3 Piezometer .............................................................................................. .5
2.1.4 Dilatometer ............................................................................................ .8
2.1.5 Ekstensometer ........................................................................................ 12
2.2 In Situ Testing ................................................................................................... 7
2.2.1 Desdructive Test .................................................................................... 14
2.2.2 Standart Penetration Test (SPT) ............................................................ 14
2.2.3 Cone Penetration Test (CPT) ................................................................ 24
2.2.4 Dynamic Cone Penetrometer (DCP)...................................................... 28
2.2.5 Bor Mesin .............................................................................................. 30
2.2.6 Vane Shear Test (VST) ......................................................................... 32
2.2.7 Sumur Uji ............................................................................................... 36
2.3 Pengujian Laboratorium ................................................................................. 38
2.3.1 Pengujian Kadar Air Tanah Asli ........................................................... 38
2.3.2 Pengujian Berat Jenis Tanah .................................................................. 39
2.3.3 Pengujian Densitas Tanah ..................................................................... 40
2.3.4 Pengujian Batas Cair dan Batas Plastis Tanah ....................................... 41
2.3.5 Analisa Ukuran Butir Tanah Metode Ayakan ....................................... 43

ii
2.3.6 Analisa Ukuran Butir Tanah Metode Hidrometer ................................. 44
2.3.7 Pengujian Kuat Geser Langsung (Direct Shear Test) ............................ 46
2.3.8 Pengujian Triaxial Test .......................................................................... 49
2.3.9 Pengujian Unconfined Compression Strength ....................................... 51
2.3.10 Pengujian Konsolidasi .......................................................................... 53

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 58


3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 58

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari dan mengembangkan
pengetahuan yang berkaitan dengan kebumian meliputi bentuk muka bumi, jenis
material penyusun, sifat-sifat fisika dan kimia yang terjadi dalam proses-proses
pembentukannya dan sejarah bumi, serta upaya-upaya pengendalian bumi demi
mendukung kehidupan manusia. Sedangkan dalam proses-proses geologi dapat
bersifat menguntungkan maupun merugikan bagi kelangsungan hidup manusia.
Salah satu bentuk proses yang merugikan seperti gerakan tanah, banjir, dan lain-
lain. Oleh karena itu Penyelidikan Geoteknik dilaksanakan dengan memperhatikan
aspek-aspek geologi dan melakukan rekayasa geoteknik untuk mengurangi
dampak negatif yang merugikan bagi manusia secara langsung.
Didalam penyelidikan geoteknik terdapat beberapa aspek didalamnya
antara lain insitu testing, pengujian di laboratorium, dan instrumentasi geoteknik.
Yang akan dibahas pada makalah tugas kali ini.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Dengan adanya wawasan mengenai ilmu tentang insitu testing, pengujian
di laboratorium, dan instrumentasi geoteknik diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui macam-macam pengujian dilapangan, jenis dari pengujian di
laboratorium baik untuk mengetahui sifat fisiknya dan sifat mekanisnya, juga
dapat mengenal tentang instumentasi geoteknik.

1.2.2 Tujuan
1. Mengetahui gambaran secara umum mengenai materi yang akan
dibahas kali ini.
2. Menambah wawasan tentang insitu testing, pengujian di laboratorium,
dan instrumentasi geoteknik.

1
3. Diharapkan mahasiswa mampu mendefinisikan fungsi dari setiap
pengujian dan instrumentasi geoteknik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Instrumentasi Geoteknik


Instrumentasi geoteknik adalah suatu bentuk kegiatan untuk melakukan
pekerjaan monitoring/controlling terhadap suatu konstruksi agar konstruksi
tersebut tidak mengalami keruntuhan atau collapse. Dalam instrumentasi
geoteknik terdapat macam-macam metode sesuai kebutuhan yang di butuhkan,
seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.

2.1.1 Inclinometer
Inclinometer ialah termasuk alat instrumen monitoring geoteknik yang
memiliki fungsi membaca pergerakan tanah (kemiringan tanah). instrumen ini
dipasang didalam pipa inclino dengan panjang lebih dari 20meter, pipa ini bersifat
elastis yang mampu melindungi istrumen pada saat ditanam didalam tanah.

Gambar 2.1 Alat dari Inclinometer Serta Penjelesannya

Prinsip kerja dari inclinometer yaitu dengan menanamkan “casing


Inclinometer” sedalam ketentuan yang telah ditentukan dan diasumsikan akan
terjadi pergerakan untuk mendapatkan informasi pergerakan pada kedalaman
tertentu, saat terjadi pergerakan maka profil casing yang telah tertanam akan
mengikuti pergerakan yang akan terjadi, maka dari itu kita mengetahui besarnya
pergerakan, dan arah pergerakan yang terjadi untuk kemudian kita monitoring
pergerakan tanah dengan menggunakan alat Mens Digital Inclinometer. Proses

3
pengambilan data dilakukan sesuai dengan prosedur dan quantitynya
disesuaikan permintaan oleh konsultan.

Gambar 2.2 Penanaman Alat Inclinometer

2.1.2 Settlement Plate


Settlement Plate (SP) yang fungsinya untuk mengukur penurunan
tanah yang terjadi selama periode waktu tertentu yang kita amati dengan
survey menggunakan alat baik itu sokkia maupun topcon. Penurunan tanah
ini yang nantinya akan menjadi dasar apakah kondisi tanah tersebut masih
mengalami penurunan (intermediate settlement) atau sudah mengalami
penurunan akhir (final settlement) artinya sudah tidak terjadi penurunan
lagi. Namun data dari SP ini belum begitu valid karena bisa dikarenakan
proses pemasangannya yang salah atau kondisi material yang tidak bagus
sehingga mudah rusak atau bisa juga dikarenakan SP tidak berfungis
dengan baik akibat penempatannya yang tidak mewakili lokasi yang akan
dianalisa.

Gambar 2.3 Bentuk Settlement Plate dan Ilustrasai Penerapannya

Dalam mengantisipasi ketidakvalidan data akibat SP tersebut maka


salah satu instrument lain untuk mengontrol data tersebut adalah

4
Pneumatic Piezometer yang fungisnya untuk memonitor tekanan air pori. Tekanan
air pori ini sangat penting terkait dengan penurunan tanah karena jika tekanan air
pori tanah besar maka akan mengakibatan tegangan efektif tanah dalam fungsinya
sebagai daya dukung akan berkurang. Sehingga instrument ini sangat dibutuhkan
apalagi dengan adanya vertikal drain tekanan air tanah akan berkurang dan untuk
mengetahui serta memonitoring tingkat tekanan air pori tersebut Piezometer
sangat berperan. Jika tekanan air pori sudah kita ketahui maka dengan mudah kita
dapat menentukan apakah kondisi tanah tersebut masih mengalami penurunan
(intermediate settlement) atau sudah mengalami penurunan akhir (final settlement)
artinya sudah tidak terjadi penurunan lagi.
Instrument geoteknik yang dipakai untuk salah satu untuk mendeteksi
bahwa penurunan yang terjadi tidak membahayakan struktur sekitar adalah
Inclinometer yang fungsinya untuk mengukur dan menghitung kuat geser tanah.
Artinya dengan alat tersebut kita dapat memberikan “early warning” apakah tanah
timbunan tersebut kuat gesernya masih mampu dalam menampung tanah
timbunan diatasnya agar tidak mengalami kelongsoran.

2.1.3 Piezometer
Piezometer merupakan sebuah alat yang berfungsi mengukur tekanan air
pori dan permukaan air tanah, selain itu Piezometer juga dapat digunakan sebagai
berikut :
a. Memprediksi stabilitas lereng
b. Merancang untuk teganan laterall
c. Mengevaluasi keefektifan drainase
Jika kita ingin mendirikan suatu bangunan di atas permukaan tanah, maka
kita harus mengetahui kandungan pori dan tekanan air di dalam tanah agar
struktur tanah tidak terlalu lunak dan bisa dijadikan landasan pondasi bangunan.
Disinilah dibutuhkan alat khusus untuk mendeteksi tekanan air tanah yang
bernama Piezometer. Instrument ini sering digunakan kontraktor untuk mengukur
dan menganalisa air tanah pada titik tertentu.

5
Gambar 2.4 Skema Lapisan Air Tanah

Pengertian Piezometer secara definisi yaitu alat untuk


memverifikasi fluktuasi muka air tanah dan mengukur tekanan air pori
tanah pada setiap tahap penggalian dan pembebanan. Bahan dasar yang
digunakan piezometer yaitu bahan baja dan konektor untuk menunjukkan
tekanan air Ketika Kabel terhubung ke alat baca. Nantinya alat baca
tersebut menampilkan bacaan di salah satu digit, frekuensi (Hz), periode
(mikrodetik), atau microstrain (με). Juga menampilkan suhu transduser
(tertanam thermistor) dengan resolusi 0,1 ° C.

Gambar 2.5 Alat Piezometer

Prinsip kerja dari piezometer, ialah pertama kali yang harus


dilakukan yaitu melakukan pengeboran tanah sampai kedalaman yang
sudah ditetapkan. Setelah itu, kedalaman lubang diverifikasi dan
dibersihkan, dilanjutkan dengan pemasangan pipa sampai kedalaman
tertentu. Kemudian, masukan pasir di sekitar sisi lubang bor yang sudah
dimasukan pipa. Pada titik ini, bor casing atau berongga bagian batang
auger diangkat.

6
Lalu dilanjutkan dengan tahap pengisian lubang pipa memakai bahan pasir
urug secara perlahan. Pengisian harus stabil dan untuk mencegah migrasi yang
tidak diinginkan (intrusi) dari tanah ke zona instalasi zona piezometer. Bahan
mengisi ini memiliki sekitar 1 meter dengan ketebalan (masing-masing tebal 50
cm untuk area di bawah dan di atas piezometer). Di atas timbunan pasir, lubang
diisi dengan bahan grouting (semen-bentonit) hingga elevasi permukaan tanah.

Gambar 2.6 Keterangan Bagian-Bagian Piezometer

Tanpa adanya piezometer maka para kontraktor bisa kesulitan dalam


menentukan tanah sondir dan juga kondisi air tanah, karena air di dalam tanah
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap tingkat kelunakan pada tanah. Jika
tanah terlalu lunak maka tidak bisa dijadikan dasar atau tumpuan untuk pondasi
bangunan.
Memang harus diakui jika Piezometer memiliki peran yang sangat penting
dalam suatu konstruksi bangunan seperti mengukur penurunan tanah, pembuatan
pondasi, hingga untuk mengukur tekanan air pada bendungan. Namun, pastikan
piezometer yang digunakan memiliki kualitas yang bagus karena gesekan di
dalam tanah cukup keras.
Dibawah ini merupakan jenis-jenis dari piezometer:
a. Standpipe Piezometer
Piezometer jenis ini memiliki karakteristik tegak lurus, yang terdiri dari ujung
filter bergabung ke pipa riset yang meluas ke permukaan. Air akan mengalir
melalui ujung filter kedalam pipa riser dan dengan alat indicator akan
mendapatkan nilai atau bacaan.
b. Vibrating Wire Piezometer

7
Piezometer ini cocok digunakan untuk dipasangkan kedalam tanah, bisa
gunakan dalam berbagai macam aplikasi. Dengan bantuan data logger nilai
dari pengujan piezometer akan muncul di layar laptop
c. Pneumatic Piezometer
Piezometer Pneumatic ini dapat dioperasikan dengan tekanan gas, bisa
dipasangkan pada pipa dan ditanam kedalam tanah. Pembacaan dapat
dilakukan dengan menggunakan Pneumatic Indicator
d. Titanium Piezometer
Piezometer ini mempunyai kekuatan 4-20 mA yang langsung dapat
terhubung dengan data logger industri, penggunaan piezometer ini umumnya
digunakan dalam penarikan.

2.1.4 Dilatometer
Flat Plate Dilatometer (DTM) merupakan salah satu alat
instrumentasi di bidang geoteknik yang bertujuan untuk mengetahui
nilai modulus geser yang dimiliki tanah in-situ. Flat Dilatometer Test
(DMT) dibuat dan dikembangkan di Itali oleh Silvano Marchetti pada
tahun 1975. Pada awalnya diperkenalkan di Amerika Utara dan Eropa
pada tahun 1980 dan saat ini telah digunakan di lebih dari 40 negara
sebagai alat uji penetrasi in-situ dalam bidang investigasi geoteknik.
Peralatan DMT, metode pengujian dan korelasi awal disajikan dan
digambarkan oleh Marchetti pada tahun 1980 dalam In-situ Test by Flat
Dilatometer, dan selanjutnya DMT telah secara luas digunakan dan
dikalibrasi terhadap endapan tanah yang diuji di seluruh dunia. Uji
dilatometer (Marchetti 1980, Schmertmann, 1988) merupakan uji
sederhana untuk mengukur modulus tanah. Alat ini berupa suatu blade
dengan lebar 95 mm dan tebal 15 mm. Ditengahnya terdapat suatu plat
lingkaran yang dapat bergerak keluar jika dikembangkan.

8
Alat Flat Dilatometer Test memiliki komponen-komponen sebagai berikut :
1. Dilatometer Blade
Bagian ini memiliki fungsi seperti pisau untuk membuat suatu
lubang ketika dilatometer diinjeksi ke dalam tanah dan dapat berputar
dengan sudut putar antara 240 sampai dengan 320 dengan panjang bagian ujung
pisau ke bagian bawah pisau 50 mm. Blade ini dapat menembus ke dalam tanah
dengan aman tanpa menyebabkan failure pada tanah dengan tahanan ujung 250
kN. Pada bagian tengah terdapat membran dengan diameter 60 mm yang
berfungsi untuk mengukur ketahanan geser tanah yaitu dengan diberikan tekanan
udara dan dapat berkembang hingga mencapai 1,1 mm ke dalam tanah.

Gambar 2.7 Dilatometer Blate

2. Control Unit
Pada bagian ini sebagai pengukur tekanan gas yang diberikan kedalam
Dilatometer Blade setelah diinjeksi ke dalam tanah. Bagian ini akan dihubungkan
dengan menggunakan kabel pneumatik listrik yang berfungsi untuk mengatur
katup yang mengalirkan gas dan ventilasi dari sistem alat Dilatometer. Control
Unit memiliki dua bagian yang dihubungkan secara paralel, yaitu pengukur
tekanan dengan skala rendah (skala terbesar 1 Mpa), dan pengukur dengan
skala tinggi (skala terbesar 6 Mpa).

9
Gambar 2.8 Control Unit

3. Pneumatic Electical Cable


Bagian ini memiliki fungsi sebagai penghubung Control Unit dengan
Dilatometer Blade yang akan mengalirkan listrik untuk menghasilkan gas serta
membuat membran mengembang sehingga dapat diketahui besarnya tegangan
geser yang dimiliki tanah akibat pengaliran gas ke dalam sistem dilatometer.
Pneumatic kabel terbuat kawat stainless steel tertutup dalam nilon tabung dengan
konektor logam khusus di kedua ujung. Pneumatic cable terdapat dua jenis, yaitu
pneumatic yang dapat di sambung (Extended Cable) dan pneumatic yang tidak
dapat disambung (Non- Extended Cable).

Gambar 2.9 Pneumatic Cable

4. Sumber Tekanan Gas


Sumber tekanan gas yang dibutuhkan yaitu dapat menghasilkan
output pada kiasaran 7-8 Mpa. Dalam praktiknya di lapangan tekanan gas diatur

10
menghasilkan output pada kisaran 3-4 Mpa pada tanah keras untuk menghindari
kerusakan alat ataupun keruntuhan pada tanah.

5. Penetrometer Truck
Peralatan yang digunakan dapat berupa peralatan yang sama dengan tes
CPT yaitu Penetrometer Truck yang mampu mempenetrasi batang konus dengan
diameter 44 mm hingga 50 mm yang memiliki tahanan ujung konus 15 cm2.

Gambar 2.10 Penetrometer Truck

Prosedur percobaan yang dilakukan untuk melakukan pengujian dengan


menggunakan alat Flat Dilatometer yaitu sebagai berikut :
1. Dilatometer dimasukkan kedalam lubang galian, lakukan pembacaan
setelah dikoreksi (p1).
2. Membran dikembangkan dan tekanan dibaca saat mencapai 1.1. mm (p2).
3. Tekanan diturunkan dan saat membran kembali keposisi semula, kembali
dibaca (p3).
4. Dilatometer diturunkan ke titik berikutnya dan langkah 1 s/d 3 diulang
kembali.
Setiap pengujian hanya membutuhkan waktu 1-2 menit. Keuntungan
utama dari dilatometer adalah bahwa alat ini dapat memperkirakan tekanan
at rest di lapangan dan modulus geser dari suatu tanah.

11
Gambar 2.11 Korelasi Antara Jenis Tanah dengan Indeks Material dan Modulus Dilatometer

2.1.5 Ekstensometer
Daerah di sekitar Pegunungan dan bukit menjadi salah satu titik
rawan longsor. Maka dari itu, pemerintah setempat membatasi
pembangunan rumah di sekitar area tersebut. Hal ini bertujuan untuk
menghindari timbulnya korban ketika longsor terjadi. Di Indonesia sudah
sangat banyak kejadian longsor yang menimbulkan banyak korban jiwa
dan hilangnya harta benda.
Karena itulah daerah rawan longsor harus dipantau secara bertahap
menggunakan sebuah alat atau instrument yang bernama extensometer.

Gambar 2.12 Alat dari Ekstensometer

12
Extensometer adalah alat elektronika yang berfungsi untuk mengatur
pergeseran tanah pada permukaan yang rawan longsor. Extensometer juga
mempunyai sensor yang bisa tahan terhadap perubahan cuaca yang sering terjadi
berubah – ubah dengan cepat.
Extensometer mempunyai beberapa jenis, yaitu :
1. Single, Point, Rod, Mechanical : Alat ini berfungsi untuk melindungi para
pekerja di tambang, jika ada getaran atau pergeseran tanah maka alat ini akan
berfungsi sehingga tidak ada kecelakaan yang terjadi pada tambang tersebut
2. Multiple Point, Rod, Groutable : Alat ini berfungsi untuk membantu proses
pengerjaan sumur, biasanya alat ini di pasang pada lubang bor ke arah bawah.
3. Multiple Point, Rod, Snap ring : Alat ini mempunyai kemiripan dengan alat
yang sebelumnya, alat ini dapat mengcengkram lubang bor sampai delapan
jangkar dan di pasang dalam berbagai macam kedalaman.
4. Multiple Point, Rod, Hydraulic : Alat ini berfungsi untuk sistem hidrolic pada
permukaan tanah yang lunak dan permukaan yang kasar.
5. Multiple Point, Rod, Flexible : Alat ini sangat fleksibel untuk digunakan pada
lubang bor, alat ini dapat memantau pergerakan pada tanah.
6. Multiple Point, Retrievable : Alat ini dapat memantau pada balok, kolom
pada sebuah bangunan, cara kerja alat ini adalah lubangi beton tersebut
menggunakan bor kemudia masukan alat ini pada lubang tersebut.
7. Anchors : Alat ini dapat di gunakan untuk pengerjaan struktur bangunan yang
berhubungan dengan materi tanah dan bebatuan untuk bagian dari
strukturnya.
8. Settlement Point (Borros Type) : Alat ini mempunyai jangkar bertangkai tiga,
pipa luar dan dalam, pipa bagian dalam menempel pada anchors dan bebas
bergerak melalui pipa luar.
9. Tape Extensometer : Alat ini dapat menghitung pergeseran tanah dan juga
untuk menghitung deformasi pada struktur beton bangunan.
10. Magnetic Extensometer : Alat ini untuk mengukur kedalaman tanah yang
telah di bor, Sebuah probe diturunkan di dalam tabung pemandu teleskop
untuk mendeteksi dan mengukur posisi jangkar magnetik.

13
2.2 In Situ Testing
Penyelidikan tanah di lapangan di butuhkan untuk data perancangan
fondasi bangunan-bangunan, seperti bangunan gedung, dinding penahan tanah,
bendungan, jalan, dermaga, dll. Bergantung pada maksud dan tujuannya,
penyelidikan dapat dilakukan dengan cara-cara : menggali lubang uji (test pit),
pengeboran, dan uji secara langsung di lapangan ( in-situ test ). Dari data yang
diperoleh sifat-sifat teknis tanah dipelajari, kemudian digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menganalisa kapasitas dukung dan penurunan.
In situ testing adalah metode penyelidikan tanah dengan cara mengadakan
suatu pengujian langsung pada tempatnya. In situ testing terbagi menjadi 2, yaitu:
2.2.1 Destructive Test
Destructive test adalah metode pengujian tanah langsung yang bersifat
merusak. Adapun yang termasuk destructive testing adalah sebagai berikut:

2.2.2 Standard Penetration Test (SPT)


A. Dasar Teori
SPT (Standard Penetration Test) adalah salah satu jenis uji tanah yang
sering digunakan untuk mengetahui daya dukung tanah selain CPT. SPT
dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui baik perlawanan
dinamik tanah maupun pengambilan contoh terganggu dengan teknik
penumbukan. Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke
dalam tanah dan disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung
belah sedalam 300 mm (1 ft) vertikal.
Tujuan dari pengujian SPT yaitu untuk mengetahui kedalam lapisan tanah
keras serta sifat daya dukung setiap kedalaman. Selain itu juga dari pengujian SPT
dapat memperoleh parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah timbunan yang
telah dikerjakan sebelumnya oleh kontraktor. Parameter tersebut diperoleh dari
jumlah pukulan terhadap penetrasi konus, yang dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi kepadatan perlapisan tanah yang merupakan bagian dari
persyaratan desain. Dilakukan dengan memukul sebuah tabung standar kedalam
lubang bor sedalam 450 mm menggunakan palu 63,5 kg yang jatuh bebas dari
ketinggian 760 mm, yang dihitung adalah jumlah pukulan untuk melakukan

14
penetrasi sedalam 150 mm. Jumlah pukulan yang digunakan adalah pada penetrasi
sedalam 300 mm terakhir. Sewaktu melakukan pengeboran inti, jika kedalaman
pengeboran telah mencapai lapisan tanah yang akan diuji, mata bor dilepas dan
diganti dengan alat yang disebut tabung belah standar (Standar Split barrel
sampler). Setelah tabung ini dipasang, bersama-sama dengan pipa bor, alat
diturunkan sampai ujungnya menumpu lapisan tanah dasar, dan kemudian dipukul
dari atas.
Dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis tanah secara visual, juga
Dapat digunakan untuk mendapatkan parameter tanah secara kualitatif melalui
korelasi empiris. Keunggulan SPT Profil kekuatan tanah tidak menerupakan
dalam sistem beban jatuh ini, digunakan palu dengan beban 140 lb (63,5 kg) yang
dijatuhkan secara berulang dengan ketinggian 30 in (0,76 m). Pelaksanaan
pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturut-turut setebal 6 in (150 mm)
untuk masing-masing tahap.
Tahap pertama dicatat sebagai dudukan, sementara jumlah pukulan untuk
memasukkan tahap kedua dan ketiga dijumlahkan untuk memperoleh nilai
pukulan N atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan per 0,3 m atau
pukulan per foot(ft)). Uji SPT dilakukan pada setiap 2m pengeboran dan
dihentikan pada saat uji SPT N diatas 60 N berturut turut sebanyak 3 kali.
Merupakan singkatan dari standard penetration test, merupakan salah satu
uji tanah yang paling sering dilakukan, dilakukan dengan menjatuhkan batangan
besi (pemukul) ke bor yang ada di dalam tanah, dan menghitung jumlah pukulan
yang diperlukan untuk memperdalam lubang bor sedalam 15 cm. Semakin banyak
pukulan yang diperlukan, semakin keras tanah yang sedang diteliti, dan dapat
disimpulkan juga semakin besar phi ataupun kohesi dari tanah tersebut.
SPT Merupakan singkatan dari standard penetration test, merupakan salah
satu uji tanah yang paling sering dilakukan, dilakukan dengan menjatuhkan
batangan besi (pemukul) ke bor yang ada di dalam tanah, dan menghitung jumlah
pukulan yang diperlukan untuk memperdalam lubang bor sedalam 15 cm.
Semakin banyak pukulan yang diperlukan, semakin keras tanah yang sedang
diteliti, dan dapat disimpulkan juga semakin besar phi ataupun kohesi dari tanah
tersebut.

15
Standart Penetration Test (SPT) dilakukan untuk mengestimasi nilai
kerapatan relatif dari lapisan tanah yang diuji.Untuk melakukan pengujian SPT
dibutuhkan sebuah alat utama yang disebut Standard Split Barrel Sampler atau
tabung belah standar.Alat ini dimasukkan ke dalam Bore Hole setelah dibor
terlebih dahulu dengan alat bor.Alat ini diturunkan bersama-sama pipa bor dan
diturunkan hingga ujungnya menumpu ke tanah dasar.Setelah menumpu alat ini
kemudian dipukul (dengan alat pemukul yang beratnya 63,5 kg) dari atas.
Pada pemukulan pertama alat ini dipukul hingga sedalam 15 cm.Kemudian
dilanjutkan dengan pemukulan tahap kedua sedalam 30 cm dan dilanjutkan
sedalam 45. Pukulan kedua dan ketiga inilah muncul nilai "N" yang merupakan
manifestasi jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk membuat tabung standar
mencapai kedalaman 45 cm.
Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam
tanah, disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah
sedalam 300 mm vertikal. Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan
berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m.
Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturut-turut setebal 150
mm untuk masing-masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai dudukan,
sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga
dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT (dinyatakan
dalam pukulan/0,3 m).
Teknik pemboran yang baik merupakan salah satu prasyarat untuk
mendapatkan hasil uji SPT yang baik. Teknik pemboran yang umum digunakan
adalah teknik bor bilas (wash boring), teknik bor inti (core drilling) dan bor ulir
(auger boring). Peralatan yang digunakan pada masing-masing teknik pemboran
harus mampu menghasilkan lubang bor yang bersih untuk memastikan bahwa uji
SPT dilakukan pada tanah yang relatif tidak terganggu Bila digunakan teknik bor
bilas maka mata bor yang digunakan harus mempunyai jalan air melalui samping
mata bor dan bukan melalui ujung mata bor.
Apa bila air yang dipompakan melalui batang pancang kedasar lubang
keluar dari ujung mata bor maka aliran air dari ujung mata bor tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya pelunakan\ganguan pada dasar lubang bor, yang pada

16
gilirannya akan menghasikkan nilai N yang lebih rendah dari pada yang
seharusnya.
B. Hal-Hal yang perlu diperhatikan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian penetrasi dengan SPT
adalah:
1. Peralatan harus lengkap dan laik pakai;
2. Pengujian dilakukan dalam lubang bor;
3. Interval pengujian dilakukan pada kedalaman antara 1,50 m s.d 2,00 m
(untuk lapisan tanah tidak seragam) dan pada kedalaman 4,00 m kalau
lapisan seragam;
4. Pada tanah berbutir halus, digunakan ujung split barrel berbentuk konus
terbuka (open cone); dan pada lapisan pasir dan kerikil, digunakan ujung
split barrel berbentuk konus tertutup (close cone);
5. Contoh tanah tidak asli diambil dari split barrel sampler;
6. Sebelum pengujian dilakukan, dasar lubang bor harus dibersihkan terlebih
dahulu;
7. Jika ada air tanah, harus dicatat;
8. Pipa untuk jalur palu harus berdiri tegak lurus untuk menghindari
terjadinya gesekan antara palu dengan pipa;
9. Formulir-formulir isian hasil pengujian.

C. Peralatan
Peralatan yang diperlukan dalam uji penetrasi dengan SPT adalah sebagai
berikut:
1. Mesin bor yang dilengkapi dengan peralatannya;
2. Mesin pompa yang dilengkapi dengan peralatannya;
3. Split barrel sampler yang dilengkapi dengan dimensi seperti diperlihatkan
pada Gambar 1 (ASTM D 1586-84);
4. Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset ±1%.
5. Alat penahan (tripod);
6. Rol meter;
7. Alat penyipat datar;

17
8. Kerekan;
9. Kunci-kunci pipa;
10. Tali yang cukup kuat untuk menarik palu;
11. Perlengkapan lain.

Gambar 2.13 Alat Pengambilan Contoh Tabung Belah

D. Bahan dan Perlengkapan


Bahan penunjang pengujian yang dipergunakan adalah:
1. bahan bakar (bensin, solar);
2. bahan pelumas;
3. balok dan papan;
4. tali atau selang;
5. kawat;
6. kantong plastik;
7. formulir untuk pengujian;
8. perlengkapan lain.
E. Cara Pengujian
a. Persiapan Pengujian
Lakukan persiapan pengujian SPT di lapangan dengan tahapan sebagai
berikut (Gambar 2):

18
1. Pasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor;
2. Beri tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang berada di
atas penahan;
3. Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian
dari bekas-bekas pengeboran;
4. Pasang split barrel sampler pada pipa bor, dan pada ujung
lainnya disambungkan dengan pipa bor yang telah dipasangi blok
penahan;
5. Masukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau
sampai kedalaman pengujian yang diinginkan;
6. Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15
cm, 30 cm dan 45 cm.

Gambar 2.14 Penetrasi dengan SPT

b. Prodesur Pengujian
Lakukan pengujian dengan tahapan sebagai berikut:
1. Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau pada
interval sekitar 1,50 m s.d 2,00 m atau sesuai keperluan;
2. Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai pada tanda yang telah
dibuat sebelumnya (kira-kira 75 cm);

19
3. Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan (Gambar 3)
4. Ulangi 2) dan 3) berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15 cm;
5. Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15 cm yang
pertama;
6. Ulangi 2), 3), 4) dan 5) sampai pada penetrasi 15 cm yang ke-dua dan
ke-tiga;
7. Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm: 15 cm pertama
dicatat N1; 15 cm ke-dua dicatat N2; 15 cm ke-tiga dicatat N3; Jumlah
pukulan yang dihitung adalah N2 + N3. Nilai N1 tidak
diperhitungkan karena masih kotor bekas pengeboran;
8. Bila nilai N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan pengujian
dan tambah pengujian sampai minimum 6 meter;
9. Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis tanah
batuan.

Gambar 2.15 Skema Urutan Uji Penetrasi Standar (SPT)

F. Koreksi Hasil Uji SPT


Dalam pelaksanaan uji SPT di berbagai negara, digunakan tiga jenis
palu (donut hammer, safety hammer, dan otomatik, periksa Gambar 4) dan
empat jenis batang bor (N, NW, A, dan AW), lihat Pedoman penyelidikan
geoteknik untuk fondasi bangunan air”, Vol.1 (Pd.T-03.1-2005-A). Ternyata
uji ini sangat bergantung pada alat yang digunakan dan operator pelaksana
uji. Faktor yang terpenting adalah efisiensi tenaga dari sistem yang

20
digunakan. Secara teoritis tenaga sistem jatuh bebas dengan massa dan tinggi
jatuh tertentu adalah 48 kg-m (350 ft-lb), tetapi besar tenaga sebenarnya lebih
kecil karena pengaruh friksi dan eksentrisitas beban. Adapun koreksi hasil uji
SPT adalah sebagai berikut :

Gambar 2.16 Contoh palu yang biasa digunakan dalam uji SPT

Menurut ASTM D-4633 setiap alat uji SPT yang digunakan harus
dikalibrasi tingkat efisiensi tenaganya dengan menggunakan alat ukur strain
gauges dan aselerometer, untuk memperoleh standar efisiensi tenaga yang
lebih teliti. Di dalam praktek, efisiensi tenaga sistem balok derek dengan
palu donat (donut hammer) dan palu pengaman (safety hammer) berkisar
antara 35% sampai 85%, sementara efisiensi tenaga palu otomatik
(automatic hammer) berkisar antara 80% sampai 100%. Jika efisiensi yang
diukur (Ef) diperoleh dari kalibrasi alat, nilai N terukur harus dikoreksi terhadap
efisiensi sebesar 60%, dan dinyatakan dalam rumus

dengan :
N60 : efisiensi 60% ;
Ef : efisiensi yang terukur ;
NM : nilai N terukur yang harus dikoreksi.

21
Nilai N terukur harus dikoreksi pada N60 untuk semua jenis tanah.
Besaran koreksi pengaruh efisiensi tenaga biasanya bergantung pada lining
tabung, panjang batang, dan diameter lubang bor (Skempton (1986) dan
Kulhawy & Mayne (1990)). Oleh karena itu, untuk mendapatkan koreksi yang
lebih teliti dan memadai terhadap N60, harus dilakukan uji tenaga Ef.
Efisiensi dapat diperoleh dengan membandingkan pekerjaan yang telah dilakukan
W = Fxd = gaya x alihan ;
tenaga kinetik (KE = ½ mv2)
tenaga potensial : PE = mgh ;
dengan :
m : massa (g) ;
v : kecepatan tumbukan (m/s);
g : konstanta gravitasi (= 9,8 m/s2 = 32,2 ft/s2 );
h : tinggi jatuh (m).

Jadi rasio tenaga (ER) ditentukan sebagai rasio ER= W/PE atau ER
= KE/PE. Semua korelasi empirik yang menggunakan nilai NSPT untuk
keperluan interpretasi karakteristik tanah, didasarkan pada rasio tenaga rata-rata
ER ~ 60%
Dalam beberapa hubungan korelatif, nilai tenaga terkoreksi N60 yang
dinormalisasi terhadap pengaruh tegangan efektif vertikal (overburden),
dinyatakan dengan (N1)60, seperti dijelaskan dalam persamaan (2), (3) dan
Tabel 1. Nilai (N1)60 menggambarkan evaluasi pasir murni untuk
interpretasi kepadatan relatif, sudut geser, dan potensi likuifaksi.
(N1)60 = NM x CN x CE x CB X CR X CS
CN= 2,2/ (1,2 + (σ’vo/Pa))
dengan :
(N1)60 : nilai SPT yang dikoreksi terhadap pengaruh efisiensi tenaga 60%;
NM : hasil uji SPT di lapangan;
CN : faktor koreksi terhadap tegangan vertikal efektif (nilainya ≤
1,70);
CE : faktor koreksi terhadap rasio tenaga palu (Tabel 1);

22
CB : faktor koreksi terhadap diameter bor (Tabel 1);
CR : faktor koreksi untuk panjang batang SPT (Tabel 1);
CS : koreksi terhadap tabung contoh (samplers)dengan atau tanpa
pelapis (liner) (Tabel 1);
σ’vo : tegangan vertikal efektif (kPa);
Pa : 100 kPa.

Tabel 2.1 Koreksi-koreksi yang digunakan dalam uji SPT(Youd, T.L. & Idriss, I.M., (2001)

G. Laporan Uji
Hasil uji penetrasi lapangan dengan SPT dilaporkan menjadi satu dengan
log bor dari hasil pengeboran dalam bentuk formulir, yang antara lain memuat hal-
hal sebagai berikut:
1. Nama pekerjaan dan lokasi pekerjaan, dan tanggal pengujian;
2. Nama penguji, nama pengawas, dan nama penanggung jawab hasil uji dengan
disertai tanda tangan (paraf) yang jelas;
3. Nomor lubang bor, kedalaman pengeboran, muka air tanah elevasi titik
bor dan hasil pengujian SPT;
4. Tipe ujung split barrel yang digunakan, apakah berbentuk konus
terbuka atau konus tertutup;
5. Catatan setiap penyimpangan pada waktu pengujian.

23
2.2.3 Cone Penetration Test (CPT)
Riwayat penetrometer konus lapangan dimulai dari suatu desain oleh the
Netherlands Department of Public Works pada tahun 1930. Penetrometer buatan
Belanda atau alat sondir adalah alat yang dioperasikan secara mekanik
menggunakan manometer untuk pembacaan beban dan pasangan batang dalam
dan luar yang didorong dalam interval 20 cm. Pada tahun 1948 konus elektronik
mulai digunakan untuk pengujian menerus ke bawah. Pada tahun 1965 tambahan
penutup alat ukur friksi juga digunakan untuk pengujian secara tidak langsung
dalam membantu mengklasifikasi jenis-jenis tanah. Kemudian, pada tahun 1974
penggunaan konus elektronik digabung dengan pisoprobe sehingga membentuk
penetrometer pisokonus pertama.
Uji penetrasi konus atau uji sondir adalah uji lapangan yang paling
terkenal di Indonesia, karena dapat dilakukan dengan cepat, ekonomis, dan
memberikan gambaran profil lapisan tanah yang kontinu untuk digunakan dalam
evaluasi karakteristik tanah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji CPT ialah
sebagai berikut.
a. Uji ini dapat dilakukan untuk alat dengan sistem mekanik konvensional (SNI
03-2827, ASTM D-3441), dan alat dengan sistem elektronik (ASTM D 5778).
Pengujian dilakukan dengan mendorong probe baja silindris ke dalam tanah
dengan kecepatan konstan 20 mm/detik dan mengukur besarnya tahanan
konus. Penetrometer standar mempunyai ujung yang berbentuk konus
bersudut puncak 600, diameter selubung 35,7 mm (luas proyeksi =10 cm2),
dan lengan friksi 150 cm2. Tahanan terukur pada ujung atau tahanan ujung
konus dinyatakan dengan qc, sedangkan tahanan gesek terukur atau friksi
dinyatakan dengan fs. Alat dengan diameter konus lebih besar, yaitu 43,7 mm
(luas ujung 15 cm2 dan lengan 200 cm2) juga diperbolehkan dalam standar
ASTM.
b. Uji CPT dapat digunakan dalam tanah lempung sangat lunak sampai pasir
padat, tetapi tidak memadai untuk kerikil atau batuan. Uji CPT memberikan
hasil yang lebih akurat dan lebih dapat dipercaya (lebih handal) untuk analisis,
tetapi tidak dapat digunakan untuk pengambilan contoh uji. Oleh karena itu,

24
hasilnya sangat bermanfaat untuk melengkapi hasil pengeboran dengan
pengambilan contoh yang diuji di laboratorium dan uji SPT.
Keuntungan dan kerugian uji CPT dijelaskan sebagai berikut.
A. Keuntungan CPT
(1) cepat dan menghasilkan profil tanah yang kontinu,
(2) ekonomis dan produktif,
(3) hasilnya tidak bergantung pada operator, tetapi pada peralatan elektronik,
(4) dasar interpretasi dapat dipertanggung jawabkan secara teoritis,
(5) cocok untuk tanah lunak.
B. Kerugian CPT
(1) investasi modal tinggi,
(2) perlu dikalibrasi pada setiap pengujian, perlu diperiksa electronic drift
dan bising(noise),
(3) tidak diperoleh contoh tanah,
(4) tidak cocok untuk deposit kerikil atau bongkah
c. Akhir-akhir ini, telah dilakukan tambahan sensor untuk membentuk alat khusus
seperti konus resistivitas, konus akustik, konus gempa, konus getar, alat
tekanan konus, dan konus tegangan lateral. Selain itu, dengan pemeliharaan
tanda, penyaringan, pengerasan, dan pendigitisasi telah digabung dengan
probe, sehingga menjadi konus elektronik (Mayne dkk, 1995).
d. Pada umumnya kabel yang diperlukan konus elektronik, dipasang melalui
batang-batang yang dihubungkan dengan sumber tenaga (mesin) dan sistem
data akuisisi di permukaan. Alat konversi digital analog dengan komputer
laptop dapat digunakan untuk pengumpulan data pada interval kira-kira 1
detik.
e. Kedalaman ujung konus dipantau dengan menggunakan baik potensiometer
(wirespooled LVDT), roda pengukur kedalaman dengan kabel ataupun sensor
ultra sonik. Sistem ini dapat diberi tegangan dengan menggunakan generator
(AC) atau batere (DC), atau diganti dengan aliran listrik. Pengembangan baru
yang ada terdiri atas
1. penggunaan signal audio untuk memindahkan data digital pada batang
tanpa kabel

25
2. penggunaan sistem memokonus dengan chip komputer dalam
penetrometer yang dapat menyimpan data waktu pendugaan.

A. Sondir elektrik (CPTu)


Belakangan ini telah terdapat sondir elektrik untuk mengukur tekanan
konus dan tekanan friksi secara menerus dengan akurasi jauh lebih baik dari pada
sondir mekanik. Koreksi berat tiang tekan seperti yang dilakukan untuk sondir
mekanik tidak perlu dilakukan untuk sondir listrik karena sensor tepat berada
diujung konus. Dengan demikian, sondir elektrik cukup sensitif untuk tanah liat
sangat lunak sehingga baik digunakan untuk proyek-proyek reklamasi. Untuk
sondir elektrik, telah diciptakan pula sensor untuk mengukur tekanan air pori yang
sangat berguna untuk penentuan jenis tanah, yaitu :
a. Tekanan air pori yang cenderung sama dengan tekanan air hidrostatis
menunjukkan tanah jenis pasiran
b. Tekanan air pori yang lebih besar dari tekanan hidrostatis menunjukan tanah
liat lunak hingga sedang
c. Untuk tanah liat atau pasir sangat padat; tekanan air pori cenderung lebih kecil
dari pada tekanan hidrostatis.
Uji dissipation yang menghentikan penetrasi sondir dan membiarkan air
pori kembali ke kondisi hidrostatis sangat berguna untuk mempelajari kecepatan
konsolidasi (rate of consolidation). Apabila tekanan air pori dibiarkan terus
sampai stabil, tekanan air tersebut menunjukkan tekanan hidrostatisnya. Korelasi
Umum Hasil Sondir Hasil sondir biasanya ditampilkan dalam grafik tekanan
konus (qc), tekanan friksi (fs) serta perbandingan friksi dan konus (FR = fs/qc x
100%) dengan kedalaman. Untuk sondir elektrik, grafik tegangan air pori juga
ditampilkan dengan kedalaman. Dari grafik sondir, dapat diperoleh korelasi
dengan jenis tanah serta sifat mekanis lainnya. Penggunaan tabel korelasi tersebut
perlu diverifikasi dengan data pengeboran untuk memastikan akurasi. Penggunaan
dan Batasan Sondir Sondir digunakan untuk mengetahui profil tanah dan mencari
kuat geser tanah melalui korelasi empiris. Sondir elektrik dengan uji disipasi
berguna untuk mencari koefisien konsolidasi tanah lateral yang sering dipakai
pada perencanaan reklamasi dengan vertical drains. Penyelidikan tanah dengan

26
sondir tanpa dibarengi pengeboran sangat tidak dianjurkan terutama pada daerah
baru tanpa pengalaman yang memadai karena Sondir tidak dapat memperoleh
contoh tanah. Sondir yang tidak dapat menembus tanah keras bukan jaminan
bahwa lapisan keras tersebut cukup tebal. Oleh karena itu, Sondir hanya dilakukan
sebagai pelengkap penyelidikan yang dikombinasikan dengan pengeboran dan
pengambilan contoh tanah. Sondir mekanis kurang sensitif pada tanah liat sangat
lunak dan dianjurkan untuk menggunakan sondir elektrik. Sondir juga tidak dapat
dipakai pada tanah berbatuan atau berkerikil. Pengujian ini dianjurkan untuk tanah
sangat lunak seperti pada proyek reklamasi. Biasanya harus diikuti pengeboran
tangan pada penyelidikan detail.
Sondir Elektrik mampu mengukur tekanan konus dan tekanan friksi secara
menerus dengan akurasi jauh lebih baik daripada sondir mekanik. Koreksi berat
tiang tekan seperti yang dilakukan untuk sondir mekanik tidak perlu dilakukan
untuk sondir listrik karena sensor tepat berada diujung konus.

Gambar 2.17 Konus Sondir Elektrik

a. Kelebihan Sondir Elektrik


1. Sondir Elektrik lebih superior dari pada Sondir Mekanis
2. Lebih sensitif, akurat dan memberi hasil yang nyaris kontiniu
3. Respon tekanan air pori dapat memberi informasi tambahan yang dapat
memberi informasi jenis tanah lebih lebih akurat akurat.
b. Kekurangan Sondir Elektrik
1. Mahal
2. Sangat Peka sehingga mudah rusak dimana perbaikan biasanya hanya bisa
dilakukan diluar negeri

27
3. Butuh operator yang berpengalaman untuk persiapan konus terutama
proses penjenuhan filter keramik untuk memperoleh hasil yang bisa
dipercaya.
4. Perlu penetrometer hidrolis dengan kecepatan dorong yang konstan.
Operasi secara manual tidak dianjurkan.

2.2.4 Dynamic Cone Penetrometer (DCP)


Dynamic Cone Penetrometer adalah suatu alat yang digunakan untuk
menguji dengan cepat kekuatan lapisan tanah. DCP dilakukan untuk mengetahui
nilai CBR tanah berdasarkan ASTM D6951. Pengujian dilakukan menerus sampai
kedalaman 100 cm. Alat DCP terdiri atas tangkai baja yang di bagian ujung
dipasang konus baja dengan ukuran dan sudut tertentu, dan di bagian atas
dilengkapi dengan batang pengarah jatuh palu penumbuk.
Metode DCP ini adalah cara pengujian kekuatan lapisan perkerasan jalan
(tanah dasar, pondasi bahan berbutir) yang relatif cepat, yaitu dengan menekan
ujung konus yang ditimbulkan oleh pukulan palu dengan beban dan tinggi jatuh
tertentu menerus sampai kedalaman tertentu.
Untuk memperkirakan nilai CBR tanah atau bahan granular dapat
menggunakan beberapa metode, namun yang cukup akurat dan paling murah
sampai saat ini adalah dengan alat Penetrasi Konus Dinamis atau dikenal dengan
nama Dynamic Cone Penetrometer (DCP). Di samping itu DCP adalah salah satu
cara pengujian tanpa merusak atau Non Destructive Testing (NDT), yang
digunakan untuk lapis pondasi batu pecah, pondasi bawah sirtu, stabilisasi tanah
dengan semen atau kapur dan tanah dasar.
Sampai saat ini alat DCP yang sudah banyak dikenal dan digunakan adalah
DCP yang diperkenalkan oleh TRL yang dilaporkan pada Overseas Road Note 31,
Crowthorne, UK (1993), untuk kondisi tropis dan sub-tropis. Grafik hubungan
yang digunakan adalah perumusan dari Smith dan Pratt, 1983 untuk sudut konus
30O dengan persamaan Log CBR = 2,503 – 1,15(Log DCP), dan TRL, 1990
untuk sudut konus 60Odengan persamaan Log CBR = 2,48 – 1,057(Log DCP).
Pengujian ini bertujuan untuk mendapat nilai kekuatan tanah di kedalaman
± 1,0 meter yang dapat dikorelasikan dengan nilai CBR di lapangan.

28
Peralatan yang digunakan:
1. Hammer/penumbuk beban (9,07 kg)
2. Konus dan stang/stick untuk penetrasi ke dalam
3. Mistar ukur yang dilekatkan pada stang/stick

Gambar 2.18 Sketsa alat DCP berdasarkan ASTM D 6951 -03

Pengujian DCP memerlukan 3 orang teknisi atau operator, yaitu:


1) Satu orang memegang peralatan yang sudah terpasang dengan tegak;
2) Satu orang untuk mengangkat dan menjatuhkan palu;
3) Satu orang untuk mencatat hasil.

Adapun cara pengujian DCP sebagai berikut:


1. Sambungkan seluruh bagian peralatan dan pastikan bahwa sambungan tangkai
atas dengan landasan serta tangkai bawah dan kerucut baja sudah tersambung
dengan kokoh;
2. Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak di atas dasar yang rata
dan stabil, kemudian catat pembacaan nol sebagai pembacaan awal pada
mistar pengukur kedalaman.
3. Cara mengangkat dan menjatuhkan palu serta jumlah pukulan, antara lain:
(a) Angkat palu pada tangkai bagian atas dengan hati-hati sehingga
menyentuh batas handel;
(b) Lepaskan palu sehingga jatuh bebas dan tertahan pada landasan.

29
(c) Lakukan langkah-langkah pada Butir 1) dan 2) di atas sesuai ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
i) Untuk lapisan perkerasan yang normal, pencatatan dilakukan pada
setiap kedalaman 10 mm; walaupun demikian, masih memungkinkan
mengubah jumlah pukulan antara pembacaan bila kekuatan lapisan
yang diuji berubah lebih keras;
ii) Untuk pondasi yang terbuat dari bahan berbutir yang cukup keras,
maka harus dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5 sampai 10
pukulan;
iii) Untuk pondasi bawah atau tanah dasar yang terbuat dari bahan yang
tidak keras maka pembacaan kedalaman pada sudah cukup untuk setiap
1 atau 2 pukulan.
Apabila kecepatan penetrasi kurang dari 0,5 mm/pukulan, pembacaan
masih dibenarkan tetapi bila setelah 20 pukulan tidak menunjukkan adanya
penurunan, maka pengujian harus dihentikan. Selanjutnya lakukan pengeboran
atau penggalian pada bagian tersebut sampai mencapai bagian yang dapat diuji
kembali. Cara mengangkat tangkai dan peralatan DCP, antara lain:
1) Siapkan bahwa peralatan akan diangkat atau dicabut ke atas;
2) Angkat palu dan pukulkan beberapa kali dengan arah ke atas sehingga
menyentuh handel dan tangkai bawah terangkat ke atas permukaan tanah.
Untuk menentukan nilai CBR dapat menggunakan tabel korelasi antara hasil
pengujian DCP dengan nilai CBR yang ada di dalam standar ASTM ataupun
dengan menggunakan rumus:

2.2.5 Bor Mesin


Uji bor mesin merupakan pengujian lapangan yang paling baik dan akurat
untuk segala jenis tanah dan diperlukan untuk pengujian lain, sedangkan kerugian
dari pengeboran ini yaitu mahal, berat (perlu menggunakan alat angkut yang
memadai), waktu pelaksanaan lama dan kurang cocok untuk bangunan sederhana.
Tujuan dari melakukan uji bor mesin yaitu Pengujian pemboran memberikan
informasi kondisi tanah dasar fondasi. Penyelidikan detail pengeboran diikuti

30
dengan pengujian dilaboratoriun dan dilapangan. Uji bor merupakan pengujian
lapangan yang paling baik dan akurat untuk segala jenis tanah dan diperlukan
untuk test-test yang lain, sedangkan kerugiannya adalah : mahal, berat (perlu alat
angkut yang memadahi), waktu pelaksanaan lama dan kurang cocok untuk
bangunan sederhana. Setiap pelaksanaan uji bor selalu diikuti dengan uji penetrasi
baku (SPT). Bagian bor mesin pada umumnya terdiri dari bagian-bagian berikut:
1. Alat yang dapat memutar stang-stang bor dengan kecepatan yang bisa diatur
dan dapat memberikan gaya ke bawah.
2. Pompa yang berfungsi untuk memompakan air pencuci (wash water) ke bawah
melalui bagian dalam stang bor.
3. Roda pemutar (winches) dan derrick atau tripod untuk menarik dan
menurunkan stang-stang dan alat-alat bor ke dalam lubang.
Ada bermacam-macam alat bor (tools) yang dapat dipasang pada ujung ke
bel roda pemutar atau stang-stang bor. Macam-macam alat yang dipergunakan
disesuaikan dengan macam tanah dan maksud perbuatan lubang bor tersebut.
Cara-cara serta macam-macam alat yang dipakai pada penggunaan alat-alat bor
dengan motor pergerak, dapat diutarakan secara ringkas sepakai berikut:
1. Pemboran Tumbuk (Percussion Drilling)
Pemboran tumbuk dilakukan dengan memakai bermacam-macam auger dan
alat-alat yang biasanya dikenal sebagai cable tools. Cable tools ini diikatkan
pada ujung kabel dan diturunkan atau dijatuhkan ke dalam lubang bor dengan
memakai roda pemutar dan tripod atau derrick. Pemboran tumbuk biasanya
dilakukan terhadap kerikil dan pasir dimana tidak mungkin dipakai auger atau
core barrels.
2. Pemboran dengan air (Wash Boring)
Dalam bahan-bahan lunak atau yang lepas, kadang-kadang dilakukan wash
boring. Dalam hal ini, air dipompakan ke bawah melalui stang-stang bor ke
alat pemotong (cutting tools) atau pahat pemotong (cutting bit) serta ait
pemboran ini mengangkut potongan-potongan atau hancuran tanah tersebut
kembali keatas permukaan tanah. Bahan-bahan yang didapatkan ini
bercampuran dengan air dan hal ini tidak memungkinkan kita untuk
mendapatkan keterang-keterang yang dapat dipercaya tentang keadaan asli

31
dari bahan-bahan tersebut di dalam tanh. Karena itu, wash boring tidak
dianjurkan untuk dilakukan saat kita memerlukan catatan yang tepat mengenai
bahan-bahan yang dibor tersebut
3. Flight Auger dan Core Cutters
Pemboran yang digunakan untuk menembus bahan-bahan yang lunak, seperti
lempung lanau dan pasir kelanauan. Flight auger teristimewa baik dipakai saat
membtuhkan kemajuan cepat. Walaupun tanah didapatkan tidak asli
(disturbed), tetapi tanah tersebut masih menunjukan kadar air sebagaimana
aslinya. Hal tesebut terjadi dikarenakan pada pemboran tidak dipakai
penggalian air. Core cutters dapat dipakai untuk mendapatkan inti (core) yang
sambung menyambung dan dalam keadaan hamper asli (undisturbed). Dalam
bahan yang lunak core cutter dapat dengan mudah ditekan langsung ke dalam
tanah tanpa diputar. Dalam bahan-bahan yang lebih keras mungkin kedua-
duanya harus dilakukan dengan wanktu yang bersamaan harus ditekan sambil
diputar.

2.2.6 Vane Shear Test (VST)


Vane Shear Test (VST) merupakan alat in-situ yang digunakan untuk
menentukan nilai kuat geser tak terdrainase dari suatu tanah. Kapasitas VST dapat
mencapai pada kuat geser hingga 200 kPa pada tanah lunak jenuh air. Dari
penelitian sebelumnya, pengujian VST pada tanah dengan konsistensi medium
hingga lempung lunak diperoleh nilai su ≤ 50 kPa. VST juga dapat digunakan
pada tanah lanau, gembur dan material tanah lainnya yang dapat diprediksi
kekuatan geser tak terdrainase-nya.
Metode penggunaan VST ini tidak dapat diaplikasikan pada 10 tanah pasir,
gravel, dan jenis tanah lainnya yang memiliki permeabilitas tinggi. Pada penelitian
sebelumnya diperoleh bahwa alat VST memang dibutuhkan untuk tes pada tanah
yang memiliki permeabilitias rendah untuk respon dari suatu pengujian untuk
menggambarkan kuat geser tak terdrainase. Tes ini dilakukan pada tahun 1919 di
Swedia kemudian dikembangkan oleh John Olsson (di Flodin dan Broms, 1981).
VST terdiri dari empat baling-baling (blade) berbentuk persegi panjang dengan
sudutnya 90˚, baling-baling tersebut kemudian akan didorong masuk ke dalam

32
tanah kemudian diikuti dengan pengukuran torsi yang dibutuhkan pada prosedur
uji ketika baling-baling menggeser tanah. Torsi yang didapat dapat mengukur
seberapa besar perlawanan tanah yang muncul akibat pergeseran yang diterima
dari baling-baling.
Beberapa keuntungan dari penggunaan VST ini adalah :
1) Salah satu metode in-situ yang ekonomis dan cukup cepat dalam prosedur
pengujian di lapangan.
2) Dapat mengukur kuat geser tanah dalam kapasitas yang besar hingga 200
kPa.
3) VST dapat menentukan propertis tanah lunak sensitif yang sulit dilakukan di
laboratorium tanpa perlakuan yang halus.
4) Salah satu alat yang sering digunakan dalam menganalisis kuat geser tak
terdrainase.
Adapun beberapa kekurangan dari penggunaan VST ini adalah :
1) VST dapat terjadi kesalahan (error) yang diakibatkan oleh kelebihan gaya
gesek pada batang VST, kalibrasi torsi yang tidak sesuai, derajat putaran yang
tidak memenuhi standar.
2) Sangat tergantung pada operator dalam memutar VST sehingga keakuratan
hasil sangat dipengaruhi pada operator yang melakukan.
ASTM D2573 memberikan beberapa sumber-sumber mayor mengenai
eror yang terjadi di alat uji vane shear. Bor putar (rotary drill)Tujuan pengeboran
salah satunya untuk mengambil sampel tanah asli (undisturbed sample) dan
sampel tanah tidak asli(disturbed sample), sehingga kita dapat mengidentifikasi
jenis-jenis lapisan tanah pada setiap kedalaman, apakah tanahtersebut berjenis
pasir, lanau, lempung atau berupa gabungan dari jenis-jenis tanah tersebut.
(a) Undisturbed sample/Contoh tanah asli
Contoh tanah asli adalah suatu contoh yang masih menunjukkan sifat-sifat
asli dari tanah yang ada padanya.Contoh ini tidak mengalami perubahan dalam
struktur, kadar air (water content) atau susunan kimia. Contoh yang benar-benar
asli (truly undisturbed samples) tidak mungkin diperoleh, akan tetapi dengan
teknis pelaksanaan sebagaimana mestinya dan cara pengamatan yang tepat maka
kerusakan-kerusakan contoh dapat diminimumkan. Contoh tanah asli ini diambil

33
dengan memakai tabung-tabung contoh (sample tube). Alat ini berupa silinder
berdinding tipis yang disambung dengan suatu pemegang tabung contoh, alat ini
dipakai untuk lempung lunak sampai sedang. Tabung ini dimasukkan kedalam
dasar lubang bor dan kemudian ditekan/ dipalukedalam tanah asli yang akan
diambil contohnya. Uraian secara jelas tentang cara pengambilan sampel dibahas.
(b) Disturbed sample/Contoh tanah tidak asli
Contoh tanah tidak asli diambil tanpa adanya usaha yang dilakukan untuk
melindungi struktur tanah asli. Contoh ini dibawa ke laboratorium dalam tempat
tertutup (kantung plastik) agar kadar air dalam tanah tidak berubah.Contoh ini
dipakai untuk menentukan ukuran butiran, batas-batas atterberg, pemadatan, BJ
dan lainnya.

Gambar 2.19 Peralatan Vane Shear Test

A. Peralatan
Alat bor terdiri dari :
1) stang bor secukupnya
2) kunci mata bor
3) T + engkol2
Alat sampling terdiri dari :
1) Tabung sampel
2) Stick aparat + kunci yang sesuai
Alat Vane terdiri dari :
1) Mata Vane + koupling
2) Stang vane secukupnya + kepala
3) Torsimeter

34
Perlengkapan :
1) Kunci pipa
2) Parafin
3) Obeng / spatula
4) Kompor
5) Dongkrak & angker
6) Panci
B. Prosedur Kerja
Pengambilan Contoh Tanah Asli
1) Contoh tanah asli diambil pada setiap interval tertentu.
2) Pada kedua sisi lubang bor dipasang angker tempat dudukan rangka
dongkrak.
3) Dasar lubang dibersihkan dari runtuhan tanah (memakai tangan kalau
memungkinkan).
4) Mata bor dilepas dari stangnya dan diganti dengan stick aparat untuk
memasang tabung sampel.
5) Ukur panjang tabung sampel kemudian tabung sampel dimasukkan ke
dalam lubang bor hingga dasar lubang.
6) Pada bagian atas dari stangnya dipasang kepala untuk dudukan alas
martil.
7) Tekan dengan cara memukul dudukan alas dengan martil sampai tabung
sample terisi penuh.
8) Setelah tabung sampel penuh stang diputar 180 derajat untuk memutuskan
tanah dibagian bawah tabung sampel kemudian ditarik ke atas dan
dikeluarkan dari lubang.
9) Segera lepaskan tabung sampel dari stangnya lalu dibersihkan. Tanah
pada kedua ujungnya dikorek sedikit kemudian ditutup dengan parafin
cair yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian diberi label.
Vane Shear Test
1) Stel alat Vane yang terdiri dari mata vane (bagian bawah), kopling stang
dan kepala (connection).

35
2) Masukkan alat Vane ke dalam lubang bor, di tekan/ dipukul hingga mata
sampai kopling benar-benarmasuk ke dalam tanah asli.
3) Dengan menggunakan kunci pas, putar stang bolak-balik hingga bagian
stang terbebas dari pengaruh gesekan tanah.
4) Pasang torsi meter lalu putar perlahan-lahan searah dengan putaran jarum
jam hingga terjadi keruntuhan yang ditunjukkan oleh menurunnya bacaan
jarum hitam dari torsimeter sedangkan jarum merah menunjukkan bacaan
maksimum kemudian catat bacaan tersebut.

2.2.7 Sumur Uji


Sumur-sumur uji adalah lubang-lubang hasil pengalian dengan diameter 1–
1,5 meter, hingga mencapai kedalaman tertentu selama kohesi tanah yang digali
masih memungkinkan dan permukaan air tanah di tempat tersebut lebih dari.
Sumur uji paling sesuai dilakukan untuk tempat sumber material bagi
pembangunan karena contoh yang banyak dapat terlihat secara lansung. Sumur uji
dapat digunakan untuk mendapatkan contoh-contoh tidak terganggu (undisturbed
sampels) yang diambil dengan rapih dan teliti untuk pengujian di laboratorium.
Selain itu sumur uji dapat dipakai sebagai tempat pengujian lapangan, biasanya uji
pembebanan secara berangsur-angsur untuk dapat mensimulasikan suatu pondasi.
Ini disebut ”Uji Pelat Beban (plate load test)” dan kapasitas beban pelat yang
terbesar di kaitkan dengan tekanan tanah ijin yang direkomendasikan kapada para
perencana untuk desain pondasi.
Uji sumur digali dengan menggunakan Bachoe atau Frontend Loader,
tetapi mempunyai kedalaman yang terbatas, memerlukan tempat yang cukup luas
dan biaya pelaksanaannya cukup mahal. Uji sumur jarang digali dengan tangan
karna banyaknya waktu dan tenaga yang dibutuhkan. Selain itu, uji sumur dapat
dipakai sebagai tempat pengujian lapangan, biasanya uji penbebanan dengan
menggunakan pelat logam dasar. Untuk pekerjaan-pekerjaan penimbunan tanah,
Uji sumur sangat berguna untuk mengetahui angka pori dan kondisi lapisan tanah
jelek mungkin dapat ditemui pada lokasi tempat pengambilan tanah urungan
(borrow area). Selain itu cara ini sangat berguna dalam penyelidikan tanah untuk

36
pondasi bangunan yang ringan seperti bangunan gedung, tangki, dinding penahan
tanah, dan jalan raya.
Perlu diperhatikan bahwa, uji sumur tidak perlu dibuat pada tempat-tempat
dinding atau kolom yang akan diletakan. Jika kedalaman uji sumur lebih dalam
dari kedalaman pondasi, maka tanah urug akan ditimbun untuk mencapai elevasi
kedalaman dasar pondasi yang dibutuhkan dapat mengurangi kekuatan tanah dasar
galiannya. Oleh karena itu, uji sumur sebaiknya dilakukan pada titik-titik yang di
anggap atau dipartimbangkan penting.
A. Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang diperlukan dalam melakukan pengujian uji sumur
yaitu:
1) Bachoe.
2) Cangkul.
3) Sekop.
4) Linggis.
5) Meteran.
6) Keranjang.
7) Bahan yang diperlukan tanah lapangan dalam kondisi asli.
B. Langkah Kerja
Lakukan pengujian dengan tahapan sebagai berikut:
1) Pembentukan lokasi tempat pembuatan sumur uji.
2) Siapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan sumur uji.
3) Bersihkan tempat / titik yang akan digunakan sebagai pembuatan sumur uji
dari berbagai material yang dapat menghambat dalam melakukan
pengujian.
4) Lakukan penggalian pada titik yang telah di tentukan denagan ukuran
kedalaman ± 1 meter.
5) Tanah hasil galian diangkut ke suatu tempat untuk dijadikan sebagai
sampel pada pengujian laboratorium.
6) Amati kondisi tanah pada lubang galian yaitu jenis tanah, warna, serta
tebal lapisan tanah tersebut.

37
Gambar 2.20 Pengujian Uji Sumur dengan Manual

2.3 Pengujian Laboratorium


Pengujian tanah di laboratorium dilakukan terhadap semua contoh tanah
yang diperoleh dari lapangan berupa contoh tanah terganggu dan contoh tanah
tidak terganggu. Pengujian-pengujian yang dilakukan bertujuan untuk
memperoleh data dan informasi parameter sifat fisik maupun sifat mekanika
tanah, selanjutnya parameter-parameter tersebut akan digunakan sebagai bahan
analisis dan pertimbangan dalam perencanaan dan desain tipe penanganan
longsoran.

2.3.1 Pengujian Kadar Air Tanah Asli


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat di
dalam pori-pori suatu contoh. Prinsipnya adalah kadar air tanah dapat ditentukan
dari perbandingan antara berat air yang terkandung dalam pori-pori butir tanah
dengan berat butir tanah itu sendiri setelah dikeringkan pada kondisi standar.
Benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air tanah tergantung
pada ukuran butir maximum dari contoh yang diperiksa sebagaimana tersaji pada
tabel 6.
Peralatan yang digunakan untuk pengujian terdiri dari oven yang dilengkapi
thermostat, krus atau cawan alumunium, dan timbangan dengan ketelitian 0,001
gram. Adapun prosedur kerja pengujian kadar air tanah asli sebagai berikut:
1. Benda uji dipersiapkan

38
2. Timbang krus aluminium kosong 2 buah lalu dicatat masing-masing
beratnya (W1);
3. Keluarkan tanah dari tabung menggunakan extruder, sehingga tanah tersebut
keluar sepanjang 1 cm dipotong dan dibagi 4 bagian;
4. Pada 4 bagian diambil 2 bagian yang bertolak belakang dan masing-masing
masukan ke dalam krus;
5. Timbang krus berisi benda uji lalu dicatat beratnya (W2);
6. Krus aluminium berisi benda uji dikeringkan dalam oven pada suhu 110oC ±
5° selama 24 jam;
7. Setelah 24 jam pengeringan, krus berisi benda uji dikeluarkan dari oven lalu
didinginkan dalam desikator;
8. Setelah dingin krus aluminium berisi benda uji timbang lalu dicatat
beratnya (W3);

2.3.2 Pengujian Berat Jenis Tanah


Pengujian berat jenis tanah (specific gravity) bertujuan untuk menentukan
berat jenis tanah yang mempunyai butiran lewat saringan No.10 dengan
menggunakan alat picnometer. Prinsipnya bahwa berat jenis tanah (specific
gravity) ditentukan dengan cara memperbandingkan antara berat butir tanah
tersebut dengan berat air suling (aquades) yang mempunyai isi yang sama pada
suhu standar.
Bahan uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan berat jenis tanah terdiri dari :
a. Benda uji lolos saringan no.10 yang didapati dengan cara perempat (cone
quartering)
b. Air suling (aquades)
Sedangkan peralatan yang digunakan berupa:
a. Picnometer dengan kapasitas minimum 100 ml;
b. Desikator;
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu tetap;
d. Neraca dengan ketelitian 0,001 gram;
e. Thermometer ukuran 0 – 50oC dengan ketelitian pembacaan 1oC;
f. Saringan No.4 dan No. 10 dan penadahnya;

39
g. Botol semprot berisi air suling;
h. Bak peredam;
i. Alat pemanas (hot plate);
j. Mortar dan penumbuknya.
Pengujian berat jenis tanah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Preparasi benda uji dengan cara cone quartering;
b. Timbang berat picnometer dan tutupnya (kosong) dengan ketelitian 0,01 gram.
c. Masukan benda uji ke dalam picnometer dan timbang bersama tutupnya
dengan ketelitian 0,01 gram.
d. Tambahkan air suling sehingga picnometer terisi dua pertiga
e. Untuk bahan yang mengandung lempung, diamkan benda uji paling sedikit 24
jam.
f. Didihkan isi picnometer dengan hati-hati (tutup dilepas) selama minimal 10
menit dan miringkan botol sekali-kali untuk membantu mengluarkan udara
yang tersikap.
g. Kemudian diinginkan sampai suhu kamar dengan istilah picnometer dengan
air suling sampai penuh atau biarkan picnometer beserta isinya direndam
dalam bejana air sampai mencapai suhu konstan. Ukur dan catat suhu air
dalam picnometer kemudian picnometernya dipasang dan timbang dengan
ketelitian 0,01 gram.
h. Keringkan bagian luarnya dan timbang ketelitian dengan 0,01 gram;
i. Pemeriksaan dilakukan 2 kali. Apabila hasil kedua pemeriksaan memiliki
selisih > 1,02 maka pemeriksaan harus diulang

2.3.3 Pengujian Densitas Tanah


Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat isi, angka pori dan derajat
jenuh dari contoh tanah. Prinsinya bahwa berat berat isi ditentukan dengan cara
memperbandingkan antara berat contoh tanah dengan volume tanah.

40
Bahan atau benda uji yang dipergunakan berbentuk silinder yang telah
dipreparasi dan siap untuk dikerjakan. Sedangkan peralatan yang digunakan
meliputi:
a. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
b. Oven listrik dengan pengatur suhu maksimal 110oC
c. Ring/cincin dengan ukuran cukup dan tidak berkarat
d. Pisau perata
e. Jangka sorong (schlipper)
f. Desikator

Pengujian densitas tanah dilakukan dengan langkah – langkah sebagai


berikut:
a. Timbang ring atau cincin lalu catat beratnya (W1);
b. Ring atau cincin diletakkan di ujung tabung contoh, kemudian ditekan setinggi
cincin;
c. Tanah ditekan keluar dengan extruder secukupnya hingga cincin berada di luar
dan dapat dipotong dengan pisau perata;
d. Setelah dibersihkan timbang tanah dan ring dan catat beratnya (W2);
e. Ukur diameter ring, tinggi ring dan hitung volume tanahnya (V);
f. Hitung berat isi tanah asli (γ), berat isi tanah kering (γd), angka pori (e),
porositas (n), dan derajat kejenuhan (Sr) dengan persamaan-persamaan
berikut:

2.3.4 Pengujian Batas Cair dan Batas Plastis Tanah


A. Pengujian Batas Cair
Pengujian batas cair tanah bertujuan untuk menentukan kadar air tanah
dalam keadaan batas air. Prinsipnya adalah contoh tanah dicampur air sehingga
menjadi suatu pasta “diuji dalam casagrande apparatus” kemudian dipotong
“standard groove” dan dijatuhkan dengan tinggi 1 cm, maka tanah dikatakan
dalam keadaan batas cair apabila 25 kali jatuh telah berimpit sepanjang 12,70 mm.

41
Bahan yang dipergunakan untuk uji batas cair terdiri dari benda uji uji lolos
saringan 40 sebanyak 200 gr dan air suling sebanyak 200 ml. Sedangkan perlatan
yang digunakan untuk pengujian terdiri dari :
a. Alat batas cair standar (casagrande apparatus)
b. Alat pembuat alur (standard grove)
c. Sendok dempul
d. Pelat kaca 45 x 45 x 0,6 cm
e. Timbangan dengan ketelitian 0,001 gr
f. Cawan mineral 4 buah
g. Spatula dengan panjang 12,5 cm
h. Botol tempat air suling
i. Oven yang dilengkapi dengan thermostat
Pengujian batas cair tanah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Siapkan benda uji dengan fraksi lolos saringan no.40 peralatan dan bahan
lainnya.
2. Letakkan 150 gram fraksi lolos saringan no.40, peralatan dan bahan lainnya.
3. Dengan menggunakan spatula, aduklah benda uji tersebut dengan menambah
air suling sedikit demi sedikit sampai homogen.
4. Setelah contoh menjadi campuran yang merata, ambil sebagian benda uji ini
dan letakan di atas mangkok alat batas cair, ratakan permukaannya ini dan
letakkan di atas mangkok batas cair, ratakan permukaannya sedemikian rupa
sehingga sejajar dengan dasar alat, bagian yang paling tebal harus 1 cm.
5. Buat alur dengan jalan membagi benda uji menjadi dua bagian dengan
menggunakan alat “grooving tool”
6. Putarlah alat dengan kecepatan 120 rpm. Pemutaran ini dilakukan terus sampai
dasar alur bersinggungan sepanjang 12,70 mm, catat jumlah jatuhan dan
periksa kadar airnya.
7. Ulangi langkah b sampai c dengan variasi kadar air yang berbeda sampai
minimal 3 kali. Usahakan diperoleh jumlah pukulan antara 40 – 47 , 30 – 40,
20 – 30, 10 – 20.

42
B. Pengujian Batas Plastis
Pengujian batas plastis tanah bertujuan untuk menentukan kadar air suatu
tanah pada keadaan batas plastis. Batas plastis ialah kadar air minuman dimana
suatu tanah masih dalam keadaan plastis.
Bahan yang digunakan berupa benda uji lolos saringan no. 40 dan air
suling. Sedangkan peralatan yang digunakan untuk pengujian terdiri dari:
a. Plat kaca 45 x 45 x 0,9 cm
b. Batang pembanding dengan diameter 3 mm, panjang 15 cm.
c. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
d. Cawan untuk menentukan kadar air 2 buah
e. Botol semprot tempat air suling
f. Oven yang dilengkapi dengan thermostat

Pengujian batas plastis tanah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai


berikut:
a. Siapkan contoh lolos saringan no.40 sebanyak 30 gram;
b. Letakkan benda uji di atas plat kaca, kemudian diaduk sampai kadar airnya
merata;
c. Setelah kadar airnya merata, geleng-gelenglah di atas plat kaca sampai
mencapai diameter 3 mm;
d. Apabila sebelum diameter 3 mm sudah retak, maka benda uji disatukan dan air
suling diaduk sampai rata. Apabila sudah mencapai dimeter 3 mm belum
menunjukkan keretakan, maka benda uji dibiarkan beberapa saat di udara agar
kadar airnya berkurang sedikit;
e. Pengadukan dan penggelengan diulangi terus sampai retakan-retakan itu
terjadi tepat pada saat gelengan berdiameter 3 mm
f. Periksa kadar air batang pada kondisi (d=3 mm), dilakukan dua kali
pemeriksaan.

2.3.5 Analisa Ukuran Butir Tanah Metode Ayakan


Pengujian ini bertujuan untuk menentukan pembagian ukuran butir (gradasi)
dari tanah yang lewat saringan no. 4.

43
Benda uji yang digunakan berupa contoh tanah terganggu maupun contoh
tanah tak terganggu. Sedangkan peralatan yang digunakan terdiri dari:
a. Mesin ayakan (sieve sheker)
b. Saringan No.4,9,10,20,40,60,80,100,200
c. Neraca analitik dengan tingkat ketelitian 0,01 gram
d. Pan untuk penambangan
e. Alat pembagi seperti cone quartering dan splinter
f. Oven dilengkapi dengan thermostat pengatur suhu untuk mengatur pemanas
110oC

Prosedur kerja analisa ukuran butir tanah metode ayakan sebagai berikut:
a. Benda uji dijemur atau dioven sampai kering.
b. Bila banyak dilakukan cone quatering atau spliter untuk mendapatkan yang
representatif.
c. Timbang 50 gram dan disaring
d. Dan tiap saringan ditimbang berat tertahan tiap mesh (saringan)
e. Hitung persen berat tertahan dan persen berat lolos tiap mesh.

2.3.6 Analisa Ukuran Butir Tanah Metode Hidrometer


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian ukuran butir
(gradasi) dari tanah yang lewat saringan No. 10.
Peralatan yang digunakan dalam analisa ukuran butir metode hidrometer
terdiri dari:
a. Hydrometer dengan skala konsentrasi (5 – 60 gram/lt) atau untuk pembacaan
berat jenis campuran (0,995 – 1,038)
b. Tabung jelas ukur dengan kapasitas 1000 ml
c. Termometer 0 – 50 oC dengan ketelitian 0,01 oC
d. Pengaduk mekanis dan mangkok dispresi (mechanical stirrer)
e. Saringan-saringan no. 10, 20, 40, 60, 80, 100 dan 200.
f. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
g. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk melunasi sampai 110oc
h. Tabung-tabung gelas ukuran 50 ml dan 100 ml

44
i. Batang pengaduk dari gelas dan stop watch.

Benda uji yang akan digunakan dipreparasi dengan beberapa kategori


berikut:
a. Jenis-jenis tanah yang tidak mengandung batu dan hampir semua butirannaya
lebih halus dari saringan no.10. Dalam hal ini benda uji tidak perlu
dikeringkan dahulu dan tidak perlu disaring dengan saringan no.10 (2,00 mm)
b. Jenis-jenis tanah yang mengandung batu atau banyak mengandung butiran
yang lebih kasar dari saringan no.10 (2,00 mm)
c. Tentukan kadar airnya untuk menentukan berat benda uji.

Langkah kerja pemeriksaan ukuran butir tanah metode ayakan sebagai


berikut:
a. Rendamlah benda uji tersebut dengan larutan sodium hexamethophospat
sebanyak 125 ml, aduklah sampai merata dengan pengaduk gelas dan biarkan
terendam selama 24 jam.
b. Sesudah perendaman pindahkan campuran semuanya ke dalam mangkok
pengaduk dan tambahkan air suling/air bebas mineral sampai kira-kira
setengah penuh. Aduklah campuran kira-kira 15 menit.
c. Pindahkan campuran semuanya ke dalam tabung gelas ukur dan tambahkan
air suling sampai campuran 1000 ml. Tutuplah rapat-rapat mulut tabung
tersebut dengan telapak tangan dan kocoklah dalam arah mendatar selama 1
menit.
d. Segera setelah dikocok letakan tabung dengan hati-hati masukan hydrometer
bulb. Biarkan hydrometer bulb terapung bebas dan tekanlah stop watch.
Bacalah angka skalanya 1,2,4 menit dan seterusnya. Bacalah pada puncak
meniscusnya dan catatlah pembacaan itu sampai 0,5 gram/lt yang terdekat
atau 0,001 berat jenis. Sesudah pembacaan kedua angkatlah hydrometer
dengan hati-hati. Cuci dengan air suling dan masukan ke dalam tabung yang
berisi air suling yang bersuhu sama seperti suhu tabung percobaan.
e. Masukan kembali hydrometer dengan hati-hati ke dalam tabung dan lakukan
pembacaan hydrometer pada saat-saat 4,8, 15, 30,60, 120, 240 dan 1440

45
menit. Sesudah setiap pembacaan cuci dan kembalikan hydrometer bulb ke
dalam tabung air suling, lakukan proses mengangkat dan masukan
hydrometer bulb selama 10 detik.
f. Ukur suhu campuran sekali dalam 15 menit yang pertama dan kemudian pada
pembacaan berikutnya.
g. Sesudah pembacaan yang terakhir, pindahkan campuran ke dalam saringan
no. 200 dan cucilah sampai air pencucinya jernih dan biarkan air ini mengalir
terbuang. Fraksi yang tertinggal di atas saringan no. 200 harus dikeringkan
dan lakukan pemeriksaan saringan dengan cara analisa pemeriksaan saringan
agregat halus dan kasar.

2.3.7 Pengujian Kuat Geser Langsung (Direct Shear Test)


Pengujian kekuatan geser langsung (direct shear) bertujuan untuk
mengukur kohesi dan sudut geser dalam dari suatu contoh. Prinsipnya bahwa
kohesi dan sudut geser dalam ditentukan minimum 3 kali pengujian dengan
tegangan normal yang berbeda-beda. Hubungan antara tegangan normal dan
tegangan geser menghasilkan grafik linier, dimana perpotongan grafik tersebut
dengan sumbu tegak adalah nilai kohesi. Sedang sudut yang dibentuk oleh grafik
dengan garis horisontal adalah sudut geser dalam. Peralatan yang digunakan
berupa:
a. Alat geser langsung terdiri dari :
1. Setang penekan dan pemberi beban
2. Alat penggeser lengkap dengan proving ring dan 2 buah arloji geser
(extension meter)
3. Cincin pemeriksa yang terbagi dua.
4. Beban-beban
5. Dua buah batu pori.
b. Alat pengeluar contoh (ekstruder) dan pisau potong
c. Cincin cetak benda uji
d. Neraca dengan ketelitian 0,001 gram
e. Stop watch
f. Oven yang diperlengkapi pengatur suhu.

46
Prosedur kerja uji kekuatan geser langsung (direct shear test) sebagai
berikut:
Siapkan 3 (tiga) buah benda uji yang telah dipreparasi dan peralatan;
1. Timbang benda uji
2. Masukan benda uji ke dalam cincin pemeriksa yang telah terkunci menjadi
satu dan pasanglah batu pori pada bagian atas dan bawah benda uji.
3. Setang penekan dipasang vertikal untuk memberi beban normal pada benda uji
dan diatur sehingga beban yang diterima oleh benda uji sama dengan beban
yang diberi pada setang tersebut.
4. Penggeser benda uji dipasang pada arah mendatar untuk memberi beban
mendatar pada bagian atas cincin pemeriksa. Atur pembacaan arloji geser.
Sehingga menunjukkan angka nol kemudian buka kunci cincin pemeriksa.
5. Diamkan benda uji sehingga konsolidasi selesai. Catat proses konsolidasi
tersebut pada waktu-waktu tertentu sesuai cara pemeriksaan konsolidasi.
6. Sesudah konsolidasi selesai hitung t50 untuk menentukan kecepatan
penggeseran. Konsolidasi dibuat dalam tiga beban yang diperlukan. Kecepatan
pergeseran dapat ditentukan dengan membagi deformasi geser maximum kira-
kira 10% diameter asli benda uji.
7. Lakukan pemeriksaan sehingga tekanan geser konstan dan bacalah arloji geser
setiap 15 detik
8. Berikan beban normal pada benda uji kedua sebesar dua kali beban normal
yang pertama langkah-langkah (f), (g), (h).
9. Berikan beban normal pada benda uji ketiga sebesar dua kali beban normal
benda uji yang kedua dan lakukan langkah-langkah (f), (g), (h).

Cara perhitungan :
Hitung gaya geser (P) dengan jalan mengalikan pembacaan arloji geser
dan angka kalibrasi cincin uji dan hitung tegangan geser maximum yaitu gaya
geser maximum dibagi luas bidang geser.

47
dimana :
t = tegangan geser maximum (kg/cm2
Pmax = gaya geser maximum (kg)
A = Luas bidang geser benda uji (cm2)

Buatlah grafik hubungan antara tegangan normal dengan tegangan geser


maximum. Hubungan ketiga titik yang diperoleh sehingga membentuk garis lurus
yang memotong sumbu vertikal pada harga kohesi dan memotong sumbu
horizontal membentuk sudut geser dalam. Untuk mendapatkan parameter
mekanika tanah atau batuan seperti kohesi (C) dan sudut geser dalam (Φ), ada
baiknya dipahami bahwa terdapat perbedaan tipe pengujian triaksial test dan
hubungannya dengan pengujian pada sampel batuan dan pada sampel tanah,
karena pengujian triaksial di dunia teknik sipil dan dunia teknik pertambangan
agak berbeda, penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada bagian akhir,
Secara sederhana yang membedakan anatara triksial dan direct shear test
adalah; pada direct shear test diberikan gaya normal konstan pada bidang vertical
(Fz) dan kemudian diberikan gaya geser pada bidang horizontal (Fx) sampai
batuan pecah atau mengalami keruntuhan, sedangkan pada pengujian triaksial
diberikan gaya tekan konstan diseluruh arah pada bidang lateral/ horizontal
sampel batuan (σ3) dan kemudian diberikan gaya tekan pada bidang aksial /
vertical atau (σ1) hingga batuan mengalami keruntuhan.

48
2.3.8 Pengujian Triaxial Test

Gambar 2.21 Sketsa Triaxial

Pada tes kompresi triaksial konvensional, suatu spesimen silinder yang


dibungkus dengan membran karet dan diletakkan pada suatu sel triaksial di mana
dia dikenakan tekanan fluida. Suatu beban kemudian diberikan mengikuti sumbu
spesimen, menaikan tegangan sumbu sampai keruntuhan terjadi. Pada kondisi-
kondisi tersebut, tegangan-tegangan minor dan pertengahan, masing masing σ3
dan σ2, sama dengan tekanan fluida; tegangan utama mayor, σ1, disediakan oleh
baik tekanan fluida dan tegangan aksial yang diberikan oleh piston beban.
Tegangan deviator atau perbedaan tegangan utama adalah (σ1- σ3) yaitu
perbedaan antara tegangan-tegangan utama mayor dan minor.
Kondisi-kondisi drainase selama pemberian tekanan sel dan beban aksial, masing-
masing menjadi dasar klasifiksasi umum tes kompresi triaksial ada 3 yaitu:
a. Tak terkonsolidasi dan tak terdrainase (UU). Pada tes ini, suatu tekanan sel
diberikan pada spesimen tes dan tegangan deviator atau penggeseran diberikan
segera setelah tekanan sel stabil. Drainase tidak diizinkan selama pemberian
tekanan sel (tegangan keliling) dan drainase tidak diizinkan selama pemberian
tegangan deviator. Pengujian Unconsolidated Undrained (UU) dilakukan
untuk mensimulasikan kondisi di lapangan apabila penambahan/pemberian
beban relatif cepat sehingga lapisan tanah belum sempat terkonsolidasi (air di
dalam pori tanah tidak sempat mengalir ke luar selama proses pemberian
beban), oleh karena itu pengujian ini juga dinamakan quick test. Sebagai

49
contoh dalam kasus ini adalah suatu lapisan tanah yang menerima beban relatif
cepat seperti beban urugan yang berlangsung relatif singkat.

Gambar 2.22 Ilustrasi Pengujian Triaksial Unconsolidated Undrained

b. Terkonsolidasi-tak terdrainase (CU). Pada tes ini, drainase diizinkan selama


pemberian tegangan keliling dan spesimen sepenuhnyan terkonsolidasi di
bawah tegangan ini. Drainase tidak diizinkan selama pemberian tegangan
deviator. Pengujian Consolidated Undrained (CU) dilakukan untuk
mensimulasikan kondisi lapisan tanah yang telah terkonsolidasi dan kemudian
menerima penambahan beban yang relatif cepat. Pada kasus ini mula-mula air
di dalam pori tanah dibiarkan mengalir keluar akibat proses konsolidasi, dan
setelah tanah terkonsolidasi sempurna (100%), lapisan tanah tersebut
menerima tambahan beban yang relatif cepat sehingga air di dalam pori tanah
pada saat penambahan beban tidak sempat mengalir ke luar. Sebagai contoh
pada kasus ini adalah beban tanki yang didirikan di atas suatu urugan pada
tanah lempung yang telah mengalami konsolidasi 100%.

Gambar 2.23 Ilustrasi Pengujian Triaksial Consolidated Undrained

c. Terkonsolidasi-terdrainase (CD). Pada tes ini, drainase diizinkan baik selama


pemberian tegangan keliling dan tegangan deviator sehingga spesimen

50
sepenuhnya terkonsolidasi di bawah tegangan keliling dan tekanan pori ekses
tidak terbentuk selama penggeseran. Pengujian Consolidated Drained (CD)
dilakukan untuk mensimulasikan kondisi pemberian beban pada tanah yang
telah terkonsolidasi dengan kecepatan yang relatif lambat dibandingkan
dengan keluarnya air dari pori tanah.

Gambar 2.24 Ilustrasi Pengujian Triaksial Consolidated Drained

2.3.9 Pengujian Unconfined Compression Strength


Sebenarnya udah lama mau buat sendiri artikel tentang UCS Test, memang
klo di lihat ada banyak blog yang membahas tentang pengujian UCS ini, tapi
kebanyakan ga teratur dan ga jelas kemana arah dan ga ada hasilnya sama sekali.
Kali ini kami akan mencoba dan menjelaskan apa fungsi dan tujuan dari UCS test,
bagimana melakukan testnya dan nanti akan kami sertakan juga bagaimana
saampai akhirnya kita mendapatkan nilai UCS dari suatu sampel batuan, ya batuan
bukan tanah.

Gambar 2.25 Alat Pengujian UCS

51
Setiap material apabila dikenai beban maka akan mengalami perubahan
bentuk (deformasi). Gaya atau tekanan per satuan luas disebut stress, ( ). Selain
stress, perubahan bentuk dalam hal ini perubahan dalam panjang, (∆l) dibanding
dengan panjang semula, (l) disebut strain, (ε). Untuk tingkat tegangan yang lemah
plot antara stress vs strain akan membentuk suatu garis lurus seperti yang terjadi
pada material logam yang merupakan jenis material linear elastis. Gambar 1.
menunjukkan keadaan tersebut.

Gambar 2.26 Hubungan Stress-Strain untuk Material Elastis

Tentu saja ada stress maksimum yang dapat diterima oleh suatu bahan
sebelum patah. Material untuk pemipaan seperti baja, peralon, mempunyai sifat
seperti ini, ketika stress dinaikkan sampai tingkat paling tinggi maka patahan akan
terjadi. Pada material rapuh seperti batuan, patahan bisa terjadi tiba-tiba dengan
sedikit tambahan strain. Stress yang dibutuhkan untuk menyebabkan patahan
disebut dengan uniaxial compressive strength, (Co). Closure pressure (stress)
adalah harga rata-rata minimum dimana rekahan dapat terjadi. Nilai ini dapat
meningkat jika tekanan pori-pori naik (poro-elasticeffect).
Unconfined Compression Strength test atau pengujian kuat tekan batuan
utuh untuk menentukan kuat kekuatan batuan intact dengan sampel berbentuk
silinder hasil dari pengeboran full coring. Pengujian ini menggunakan mesin tekan
untuk menekan sampel batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaksial).
Perbandingan antara tinggi dan diameter percontoh (l/D) mempengaruhi nilai kuat
tekan batuan. Untuk pengujian kuat tekan secara umum digunakan perbandingan

52
L= 2D. L adalah Length atau panjang dari sampel sedangkan D adalah diameter
dari sampel batuan yang akan diuji. Sebagai standard bisa dicek di ASTM D 2166
Unconfined Compressive Strength.
Berikut ilustrasi gaya-gaya regangan yang bekerja pada saat dilakukannya
penjuian kuat tekan batuan

Gambar 2.27 Regangan yang Dihasilkan dari Pengujian Kuat Tekan Batuan

Perpindahan gaya regangan dari sampel batuan baik aksial (∆l) maupun
lateral (∆D) selama pengujian dapat diukur dengan menggunakan dial gauge
secara manual yang membutuhkan ketelitian tinggi atau bisa juga dengan electric
strain gauge yang hasilnya akan tercatat secara otomatis secara komputerisasi dan
lebih praktis. Dari hasil pengujian kuat tekan, dapat digambarkan kurva tegangan-
regangan (stress-strain) untuk tiap sampel batu, kemudian dari kurva ini dapat
ditentukan sifat mekanik batuan. Sebenarnya dari UCS test tidak hanya nilai UCS
yang bisa kita dapat tetapi nilai nilai seperti batas elastik.

2.3.10 Pengujian Konsolidasi


Bila suatu lapisan tanah mengalami tambahan beban di atasnya maka air
pori akan mengalir dari lapisan tersebut dan volumenya akan menjadi lebih kecil.
Peristiwa inilah yang disebut dengan konsolidasi. Pada umumnya konsolidasi ini
akan berlangsung dalam satu jurusan vertikal saja karena lapisan yang mendapat
beban tambahan tersebut tidak dapat bergerak dalam jurusan horizontal (ditahan
oleh tanah sekelilingnya).

53
Dalam keadaan seperti ini pengaliran air juga akan berjalan terutama
dalam jurusan vertikal saja. Ini disebut dengan konsolidasi satu jurusan (one
dimensional consolidation) dan perhitungan konsolidasi hampir selalu didasarkan
pada teori ini.
Pada waktu konsolidasi berlangsung, gedung atau bangunan di atas lapisan
tersebut akan menurun. Dalam bidang teknik sipil ada dua hal yang perlu
diketahui mengenai penurunan tersebut, yaitu :
a. Besarnya penurunan yang akan terjadi.
b. Kecepatan penurunan.
Bila tanahnya berjenis lempung, maka penurunan akan agak besar,
sedangkan kalau tanah terdiri dari pasir, penurunannya akan kecil. Karena itu
lempung dikatakan mempunyai High Compressibility dan pasir mempunyai Low
Compresibility. Penurunan pada lempung biasanya memakan waktu yang lama,
karena daya rembesan air sangat lemah.
Sebaliknya penurunan pada pasir berjalan sangat cepat sehingga pada
waktu pembangunan di atas pasir sudah selesai, maka penurunan juga dianggap
selesai. Karena itu biasanya orang hanya memperhitungkan penurunan lapisan
pada tanah lempung. Ada dua istilah yang dipakai untuk menggambarkan suatu
sifat yang penting dari lapisan lempung endapan (sedimentary clays). Lapisan
semacam ini setelah pengendapannya akan mengalami konsolidasi dan penurunan
akibat tekanan dari lapisanlapisan yang kemudian mengendap di atasnya. Endapan
yang terjadi pada lapisan lempung ini lama-kelamaan mungkin menjadi hilang
lagi oleh karena sebab-sebab biologi, misalnya erosi oleh air atau es. Ini berarti
lapisan-lapisan bawah pada suatu saat dalam sejarah geologinya pernah
mengalami konsolidasi akibat tekanan yang lebih tinggi dari pada tekanan yang
berlaku di atasnya pada masa sekarang ini.
Lapisan semacam ini disebut Over Consolidated. Sedangkan lapisan yang
belum pernah mengalami tekanan yang lebih tinggi di atasnya daripada tekanan
yang berlaku pada masa sekarang disebut Normally Consolidated.
Kecepatan penurunan pada konsolidasi tergantung kepada beberapa faktor,
yaitu :

54
a. Daya rembesan air tanah (permeability), inilah yang menentukan kecepatan air
yang mengalir dari tanah.
b. Compressibility tanah, inilah yang menentukan banyaknya air yang mengalir.
Sifat tanah lempung setelah pemadatan akan bergantung pada cara atau
usaha pemadatan, macam tanah dan kadar airya ( penelitian seed dan chan, 1959).
Kadar air tanah yang dipadatkan didasarkan pada posisi kadar air sisi kering
optimum (dry side of optimum), dekat dengan optimum, dan sisi basah optimum (
wet side of optimum). Kering optimum didevinisikan sebagai kadar air yang
kurang dari kadar air optimumnya, sedangkan basah optimum didevinisikan
sebagai kadar air yang berarti kurang lebih mendekati optimumnya. Pada keadaan
kerig optimum tanah terflokulasi sedangkan pada keadaan basah optimum
susunan tanah lebih terdispersi beraturan. Permeabilitas akan lebih tinggi bila
tanah dipadatkan pada kering optimum dibandingkan tanah dipadatkan pada
keadaan basah optimum. Kompresibilitas atau sifat mudah mampat lempung yang
dipadatkan adalah fungsi dari tingkat tekanan yang dibebankan pada tanahnya.
Tujuan dari pengujian konsolidasi adalah untuk mendapatkan koefisien indeks
pemampatan dan pengembangan (Cc, Cr) , koefisien konsolidasi (Cv) serta
tekanan prakonsolidasi (pc).

Alat-alat yang digunakan dalam pengujian konsolidasi adalah:


a. Satu unit alat konsolidasi
b. Pisau kawat
c. Alat pengeluar contoh tanah dari tabung (sample extruder)
d. Beban-beban untuk pembebanan
e. Stop watch
f. Oven
g. Neraca / timbangan
h. Cawan
i. Desicator

Adapun bahan-bahan yang digunakan:


a. Aquades

55
b. Kertas saring
c. Contoh tanah dari tabung boring

Prosedur pengujian konsolidasi sebagai berikut:


a. Persiapan Pengujian
1. Cincin dibersihkan dan dikeringkan kemudian timbang beratnya
2. Keluarkan contoh tanah dari tabung dengan extruder
3. Contoh tanah dimasukkan kedalam cincin kemudian potong dengan
pisau perata dan ujungnya diratakan
b. Pelaksanaan Pengujian
1. Timbang berat cincin (W1)
2. Timbang berat benda uji dan cincin (W2)
3. Letakkan cincin benda uji diantara batu berpori dengan dilapisi kertas
saring pada sel konsolidasi
4. Atur alat (nivo) pada posisi seimbang (balance) dengan memutar span
skrup pengatur dan letakkan bola baja kecil dalam coakan plat
penekan supaya menyentuh bola baja
5. Atur arloji pengukur (dial deformasi) pada posisi tertekan diatas batu
pori kemudian di-nol-kan
6. Tuangkan air pada sel konsolidasi dan diamkan selama 24 jam agar
contoh tanah jenuh air
7. Setalah itu letakkan beban pertama pada tempat beban sehingga besar
tekanan yang diterima oleh contoh tanah yaitu sebesar 0.25 kg/cm2
8. Lepaskan span baut pengatur
9. Baca penurunan pada 0 menit, 0.25 menit, 1 menit, 2.25 menit, 4
menit, 6.25 menit, 9 menit, 12.25 menit, 20.25 menit, 25 menit, 36
menit, 60 menit, 120 menit, 240 menit, 480 menit dan 1440 menit (24
jam)
10. Setelah dilakukan pembacaan selama 24 jam, tambahkan beban kedua
sebesar 0,5 kg/cm2 dan atur baut pengatur hingga menyentuh lengan
beban dan lakukan pembacaan seperti langkah-langkah pada
pembenanan yang pertama.

56
11. Setelah itu dilakukan penambahan beban ketiga dan seterusnya.
12. Setelah dilakukan pembebanan maksimum, kurangi beban dalam dua
tahap sampai mencapai beban pertama. Baca dial deformasi 24 jam
setelah pengurangan beban lalu beban dikurangi lagi. Lakukan
pembacaan kembali setelah 24 jam berikutnya.
13. Pada akhir pembacaan, keluarkan benda uji kemudian timbang
beratnya dan ukur tinggi contoh tanahnya
14. Masukkan contoh tanah kedalam oven untuk ditentukan kadar airnya

57
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyelidikan tanah di lapangan di butuhkan untuk data perancangan
fondasi bangunan-bangunan, seperti bangunan gedung, dinding penahan tanah,
bendungan, jalan, dermaga, dll. Bergantung pada maksud dan tujuannya,
penyelidikan dapat dilakukan dengan cara-cara : menggali lubang uji (test pit),
pengeboran, dan uji secara langsung di lapangan ( in-situ test ). Dari data yang
diperoleh sifat-sifat teknis tanah dipelajari, kemudian digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menganalisa kapasitas dukung dan penurunan.
In situ testing adalah metode penyelidikan tanah dengan cara mengadakan suatu
pengujian langsung pada tempatnya.

Pengujian tanah di laboratorium dilakukan terhadap semua contoh tanah


yang diperoleh dari lapangan berupa contoh tanah terganggu dan contoh tanah
tidak terganggu. Pengujian-pengujian yang dilakukan bertujuan untuk
memperoleh data dan informasi parameter sifat fisik maupun sifat mekanika
tanah, selanjutnya parameter-parameter tersebut akan digunakan sebagai bahan
analisis dan pertimbangan dalam perencanaan dan desain tipe penanganan
longsoran.
Instrumentasi geoteknik adalah suatu bentuk kegiatan untuk melakukan
pekerjaan monitoring/controlling terhadap suatu konstruksi agar konstruksi
tersebut tidak mengalami keruntuhan atau collapse. Dalam instrumentasi
geoteknik terdapat macam-macam metode sesuai kebutuhan yang di butuhkan,
seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.

58
59

Anda mungkin juga menyukai