Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK MANUFAKTUR 1

LAS SMAW

Nama : Muhammad Yusuf Alfarizqi


NPM : 3331190063
Kelompok : 10

LABORATORIUM TEKNOLOGI MANUFAKTUR


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
NOVEMBER 2020

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK MANUFAKTUR I

LAS SMAW
Disiapkan dan disusun oleh:
Muhammad Yusuf Alfarizqi 3331190063

Telah disahkan oleh Asisten Laboratorium Teknologi Manufaktur FT. Untirta,


pada:

Pengumpulan Laporan Pengumpulan Revisi Laporan

Tanggal : 13 November 2020 Tanggal :

Keterangan : Keterangan :

Mengetahui:
Asisten Laboratorium

AGUNG SETIAWAN
NIM. 3331170095

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. kita panjatkan karena atas berkah, rahmat, dan
karunia-Nya Laporan Praktikum Teknik Manufaktur Modul Las SMAW ini dapat
saya susun dengan lancar dan selesai tepat pada wakltunya.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi syarat
kelulusan pada mata kuliah Praktikum Teknik Manufaktur. Laporan ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang las SMAW bagi
penulis serta para pembaca.

Dalam pelaksanaannya, praktikum di tengah situasi wabah Covid-19


membuat proses transfer ilmu menjadi agak terhambat. Kami hanya bisa
melaksanakan praktikum secara daring lewat media video conference. Selain kami
tidak dapat bertatap muka langsung, kami juga tidak dapat menggunakan alat
praktikum yang semesti dapat dicoba di laboratorium. Walaupun begitu, penulisan
laporan ini dapat diwujudkan karena materi-materi masih tetap bisa disampaikan
kepada kami. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih kepada Asisten
Laboratorium Teknologi Manufaktur yang telah memfasilitasi jalannya praktikum
agar dapat terlaksana dengan efektif di tengah situasi ini.

Saya sangat menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari
sempuerna. Oleh sebab itu, saya secara terbuka menerima semua kritik serta saran
yang membangun supaya laporan ini dapat disusun dengan lebih baik lagi.
Semoga tulisan hasil praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Cilegon, 10 November 2020

Penulis

iii
ABSTRAK

Seiring kemajuan dunia industri yang pesat, maka setiap industri –industri
yang ada terutama di bidang manufaktur berkompetisi ingin menjadikan usahanya
maju dengan pesat, berdaya saing dunia Dengan kemajuan yang dapat dicapai
sampai saat ini, kebutuhan welder berkualifikasi akan terus meningkat dan tidak
akan habis. Pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding) adalah proses
menyambung dua atau lebih bagian komponen berbahan logam menggunakan
panas yang berasal dari listrik hingga mencair dan menjadikannya satu unit utuh
sama lain yang memiliki fungsi. Pelaksanaan praktikum las di Jurusan Teknik
Mesin Fakultasa Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dapat menambah
pengetahuan yang mendalam tentang pengelasan SMAW ini mulai dari definisi,
prinsip kerja, elektroda, posisi, alur, serta hasil akhir benda kerja dari pengelasan
SMAW.

Kata Kunci: Cacat Las, Elektroda, Las SMAW, Sambungan.

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................ii
KATA PENGANTAR ................................................................................iii
ABSTRAK ......................................................................................................iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum ...............................................................................1
1.3 Manfaat Praktikum .............................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan .........................................................................2
BAB II TEORI DASAR .............................................................................3
2.1 Definisi Sambungan ...........................................................................3
2.2 Macam-Macam Sambungan ...............................................................3
2.2.1 Sambungan Tetap .....................................................................3
2.2.2 Sambungan Tidak Tetap ..........................................................4
2.3 Definisi Las SMAW ...........................................................................4
2.4 Prinsip Kerja Las SMAW ...................................................................5
2.5 Bagian Mesin Las SMAW .................................................................6
2.5.1 Power Source............................................................................6
2.5.2 Kabel Penghubung ...................................................................6
2.5.3 Penjepit atau Klem ...................................................................7
2.5.4 Elektroda ..................................................................................7
2.5.5 Palu ..........................................................................................7
2.6 Jenis-Jenis Elektroda & Kode Elektroda ............................................7
2.7 Acuan dalam Menghitung Arus Las ...................................................9
2.8 Posisi Pengelasan ...............................................................................10
2.9 Macam-Macam Cacat pada Lasan dan Solusinya ..............................11

v
2.10 Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Pengelasan .....................13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...........................................14
3.1 Diagram Alir .......................................................................................14
3.2 Data yang Didapat ..............................................................................15
3.3 Prosedur Praktikum ............................................................................15
3.4 Alat yang Digunakan ..........................................................................16
BAB IV PEMBAHASAN ..........................................................................17
4.1 Perhitungan Arus ................................................................................17
4.2 Gambar Benda Kerja (CAD) ..............................................................17
4.3 Proses Pengelasan ...............................................................................17
4.4 Penyebab Kegagalan Benda Kerja Pada Praktikum ...........................18
BAB V PENUTUP .......................................................................................19
5.1 Kesimpulan .........................................................................................19
5.2 Saran ...................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................20


LAMPIRAN ...................................................................................................21
1. Gambar Benda Kerja (CAD)
2. Form Work Instructon

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengelasan SMAW...........................................................................5


Gambar 2.2 Penampang Elektroda Las SMAW...................................................8
Gambar 2.3 Kode Pembungkus Elektroda Las SMAW........................................9
Gambar 3.1 Diagram Alir Praktikum Las SMAW.............................................14

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pemilihan Besar Arus Terhadap Diameter Inti Elektroda.....................10

Tabel 2.2 Pemilihan Besar Arus Terhadap Diameter Elektroda dan Tebal Benda10

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring kemajuan dunia industri yang pesat, maka setiap industri –
industri yang ada terutama di bidang manufaktur berkompetisi ingin
menjadikan usahanya maju dengan pesat, berdaya saing dunia. Untuk
memenuhi kebutuhannya pasti di cari tenaga kerja yang berkualitas, handal,
mandiri dan berdisiplin tinggi. Kemampuan setiap mahasiswa dalam
melakukan pengelasan di lapangan dengan bersungguh-sungguh dan disiplin
yang tinggi, akan menjadi salah satu prioritas utama untuk mengisi peluang
kerja yang ada.
Pada tahap-tahap permulaan dari pengembangan teknologi las
biasanya pengelasan hanya digunakan pada sambungan-sambungan dari
reparasi yang kurang penting. Tapi setelah melalui pengalaman dan praktek
yang banyak dan waktu yang lama maka sekarang penggunaan proses-proses
pengelasan dan penggunaan konstruksi-konstruksi las merupakan hal yang
umum disemua negara di dunia.
Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membatu
memperluas ruang lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar
ukuran bangunan konstruksi yang dapat di las. Dengan kemajuan yang dapat
dicapai sampai saat ini, kebutuhan welder berkualifikasi akan terus
meningkat dan tidak akan habis.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum las SMAW kali ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami sambungan dan pengelasan.
2. Memahami pengertian dan prinsip las SMAW.
3. Memahami pola dan posisi dalam pengelasan.
4. Mengetahui jenis-jenis elektroda las.

1
5. Menganalisis benda kerja serta mengetahui hubungan antara arus,
elektroda, dan tebal material.

1.3 Manfaat Praktikum


Manfaat yang diperoleh dari mengikuti praktikum las SMAW ini
adalah sebagai berikut.
1. Praktikan mengetahui pengertian sambungan dan pengelasan.
2. Praktikan mengetahui las SMAW sebagai salah satu proses produksi
dalam manufaktur.
3. Praktikan mengetahui prinsip kerja las SMAW.
4. Praktikan mengetahui pola dan posisi pada proses pengelasan SMAW.
5. Praktikan mengetahui jenis elektroda las SMAW.
6. Praktikan melatih dan mempersiapkan keterampilan diri untuk dapat terjun
di dunia teknik manufaktur.

1.4 Sistematika Penulisan


Dalam penyusunan laporan ini, terdapat sebanyak lima bab. Bab I
yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan praktikum, manfaat
praktikum dan sistematika penulisan. Bab II yaitu teori dasar yang berupa
definisi dan pengertian yang dikutip dari sejumlah jurnal yang memiliki kaitan
dengan penyusunan laporan praktikum serta dari beberapa literatur yang juga
relevan dan berhubungan dengan penelitian. Bab III yaitu metodologi
penelitian yang mencakup di antaranya diagram alir, alat dan bahan serta
prosedur percobaan. Bab IV yaitu pembahasan data yang telah didapatkan dari
percobaan. Bab V yaitu kesimpulan dan saran. Berikutnya terdapat daftar
pustaka berisi referensi materi dan terdapat pula lampiran yang berisi tentang
Form Work Instruction.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Sambungan


Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian komponen
atau konstruksi dengan menggunakan suatu cara tertentu menjadi satu
kesatuan yang utuh agar memiliki fungsi. Ukuran dan dimensi dari komponen
sambungan lebih kecil daripada elemen atau komponen mesin yang
disambung, sehingga menyebabkan beban lebih terkonsentrasi pada
sambungan tersebut. Karena beban yang terkonsentrasi pada sambungan oleh
karena itu sambungan tersebut harus dirancang sedemikian rupa agar supaya
mampu menahan beban yang berlebih sehingga aman dan mampu berfungsi
dengan baik. Tiap mesin atau konstuksi terbentuk dari beberapa suku bagian,
macam-macam bagian, lalu sesamanya dihubungkan. Salah satu cara
menghubungkan suatu bagian ke suku bagian yang lain diperlukan suatu
sambungan yang jenisnya harus disesuaikan dengan kebutuhan.

2.2 Macam-Macam Sambungan


Sambungan yang digunakan untuk menyatukan atau menghubungkan
bagian-bagian dari sebuah konstruksi tadi tersedia beberapa cara atau macam-
macam dari sambungan. Jenis sambangun tersebut adalah dengan sambungan
tetap dan dengan menggunakan sambungan tidak tetap.
2.2.1 Sambungan Tetap
Sambungan tetap merupakan jenis sambungan atau cara
penyambungan yang dipakai untuk menghubungkan bagian-bagian
dari sebuah konstruksi secara permanen (tetap). Sambungan tetap
dilepas dengan menggunakan cara merusak sambungan tersebut.
Sambungan tetap pada kontruksi contohnya adalah sambungan keling
dan sambungan dari pengelasan.
Sambungan keling atau rivet adalah sebuah batang silinder
dengan terdapat sebuah kepala pada bagian atasnya, silinder pada
bagian tengah sebagai badan dan pada bagian bawah yang membentuk

3
kerucut sebagai ekor. Konstruksi kepala dan ekor pada paku keling
dipatenkan dan permanen agar mampu menahan kedudukan paku
keling tersebut untuk sambungan. Badan paku keling yang berbentuk
silinder dirancang secara kokoh dan kuat sehingga mampu mengikat
sambungan serta menahan beban muatan yang diterima oleh benda
yang disambung. Paku keling berfungsi sebagai sambungan permanen
atau tetap antara pelat-pelat logam, mulai dari konstruksi dengan skala
ringan sampai dengan konstruksi berskala besar.
Sambungan las adalah penyambungan dua buah bagian logam
atau lebih dengan cara memanaskan logam tersebut sehingga mencapai
titik lebur logam tersebut sehingga logam dapat menyatu dengan
menggunakan logam pengisi ataupun tanpa logam pengisi. Sambungan
las termasuk kedalam jenis sambungan tetap karena bersifat permanen,
oleh karena itu banyak digunakan untuk menyambungkan komponen-
komponen logam yang bersifat permanen. 
2.2.2 Sambungan Tidak Tetap
Sambungan tidak tetap merupakan salah satu jenis sambungan
yang bersifat sementara dan temporer untuk kebutuhan komponen
tertentu, sehingga sambungan tersebut dapat dibongkar pasang dengan
catatan kondisi sambungan masih baik, tidak rusak ataupun berkarat.
Contoh dari pengaplikasian sambungan tidak tetap yaitu sambungan
ulir atau dikenal mur-baut (screwed joint). Sambungan ulir merupakan
salah satu jenis sambungan yang menerapkan prinsip kerja ulir untuk
menyambungkan antar komponen mesin dan konstruksi. Sambungan
ulir termasuk kedalam jenis sambungan semi permanent, yaitu dapat
dibongkar pasang tanpa merusak sambungan tersebut.

2.3 Definisi Las SMAW


Mengacu pada AWS (American Welding Society), proses pengelasan
adalah proses penyambungan antara metal atau non-metal yang menghasilkan
satu bagian yang menyatu, dengan memanaskan material yang akan
disambung sampai pada suhu pengelasan tertentu, dengan atau tanpa

4
penekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi. Energi masukan panas las
busur listrik bersumber dari beberapa alternatif diantaranya energi dari panas
pembakaran gas, atau energi listrik.Panas yang ditimbulkan dari hasil proses
pengelasan ini melebihi dari titik lebur bahan dasar dan elektroda yang di las.
Kisaran temperatur yang dapat dicapai pada proses pengelasan ini mencapai
2000-3000º C. Pada temperatur ini daerah yang mengalami pengelasan
melebur secara bersamaan menjadi suatu ikatan metalurgi logam lasan.
Proses pengelasan dibagi mejadi beberapa macam salah satunya adalah las
SMAW.

Gambar 2.1 Pengelasan SMAW

SMAW (Shield Metal Arch Welding) adalah las busur nyala api
listrik terlindung dengan mempergunakan busur listrik sebagai sumber panas
pencair logam induk dan elektroda. Proses jenis ini paling banyak dipakai
dimana–mana untuk hampir semua keperluan pekerjaan pengelasaan,
utamanya pada pengelasan singkat dalam produksi, pemeliharaan dan
perbaikan, dan untuk bidang konstruksi.

2.4 Prinsip Kerja Las SMAW


SMAW merupakan pekerjaan manual dengan peralatan meliputi
power source, kabel elektroda (electrode cable) , kabel kerja (work cable),
electrode holder, work clamp, dan elektroda. Elektroda dan sistem kerja
adalah bagian dari rangkaian listrik. Salah satu dari dua kabel dari sumber
listrik terpasang ke bekerja, selebihnya melekat pada pemegang elektroda.

5
Prinsip dari las SMAW adalah menggunakan panas dari busur api
listrik untuk mencairkan logam dasar dan ujung sebuah consumable elektroda
berssalutan dengan tegangan listrik yang dipakai 23-45 Volt, dan untuk
pencairan digunakan arus listrik hingga 500 ampere yang umum digunakan
berkisar antara 80–200 ampere. Dimana dalam proses SMAW dapat terjadi
oksidasi, hal ini perlu dicegah karena oksidasi metal merupakan senyawa
yang tidak mempunyai kekuatan mekanis. Adapun untuk mencegah hal
tersebut maka bahan penambah las dilindungi dengan selapis zat pelindung
yang disebut flux atau slag yang ikut mencair ketika pengelasan. Tetapi
karena berat jenisnya lebih ringan dari bahan metal yang dicairkan, cairan
flux akan mengapung di atas cairan metal, sekaligus mengisolasi metal
tersebut sehingga tidak beroksidasi dengan udara luar seperti pada Gambar
2.1.

2.5 Bagian Mesin Las SMAW


2.5.1 Power Souce

Sumber tegangan diklasifikasikan sebagai mesin las AC dan


mesin las DC, mesin las AC biasanya berupa trafo las, sedangkam mesin
las DC selain trafo juga ada yang dilengkapi dengan rectifier atau diode
(perubah arus bolak balik menjadi arus searah) biasanya menggunakan
motor penggerak baik mesin diesel, motor bensin dan motor listrik. Saat
ini banyak digunakan mesin las DC karena DC mempunyai beberapa
kelebihan dari pada mesin las AC yaitu busur stabil dan polaritas dapat
diatur.

2.5.2 Kabel Penghubung

Kabel penghubung dibedakan menjadi dua, yaitu kabel massa


(ground cable) dan kabel elektroda. Kabel massa menghubungkan
sumber listrik dari mesin las ke klem massa, sedangkan kabel elektroda
menghubungkan penjepit elektroda kembali ke mesin las. Kabel ini
haruslah fleksibel untuk memudahkan proses pengelasan dan harus tebal
sebab suhu panas pengelasan bisa saja merusak isolasi panas kabel dan
berpotensi membahayakan keselamatan.

6
2.5.3 Penjepit atau Klem

Penjepit atau klem dibedakan menjadi dua yaitu penjepit massa


dan penjepit elektroda. Penjepit massaa berguna untuk menghubungan
kabel massa dari mesin las dengan material biasanya klem masa
mempunyai per untuk penjepitnya. Klem ini sangat penting karena
apabila klem longgar arus yang dihasilkan tidak stabil sehingga
pengelasan tidak dapat berjalan dengan baik. Sedangkan penjepit
elektroda berfungsi untuk memegang elektroda supaya welder aman dari
panas yang timbul.

2.5.4 Elektroda

Sebagian besar elektroda las SMAW dilapisi fluks yang


berfungsi sebagai pembentuk gas yang melindungi cairan logam dari
kontaminasi udara sekelilingnya. Fluks ini juga berguna juga untuk
membentuk terak las yang juga berfungsi melindungi cairan las dari
udara sekelilingnya.

2.5.5 Palu

Terak atau slag yang timbul setelah proses pengelasan SMAW


perlu disingkirkan. Caranya yaitu dengan memukul-mukulnya dengan
palu agar terbuka lapisannya. Slag yang telah lepas dapat dibersihkan
lagi menggunakan sikat.

2.6 Jenis-Jenis Elektroda dan Kode Elektroda


Elektroda adalah suatu benda yang dipergunakan untuk melakukan
pengelasan listrik yang berfungsi sebagai pembakar yang akan menimbulkan
busur nyala. Las SMAW akan mencairkan kedua benda induk dan
elektrodanya dalam proses penyambungan untuk mengisi kampuh las.
Setelah membeku maka akan didapatkan dua komponen yang tersambung
secara tetap atau permanen.
Elektroda untuk pengelasan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
elektroda tanpa pembungkus atau fluks, elektroda dengan fluks tipis, dan
elektroda dengan fluks tebal. Fluks ini memiliki fungsi penting yaitu

7
melindungi cairan las dari kontak dengan udara luar selama proses
pembakaran. Udara luar yang mengandung O2 dan N akan dapat
mempengaruhi sifat mekanik dari logam Ias. Cairan selaput yang disebut
terak akan terapung dan membeku melapisi permukaan las yang masih panas.

Gambar 2.2 Penampang Elektroda Las SMAW

Sering disebut sebagai kawat las, elektroda khususnya yang dipakai


dalam SMAW mempunyai kode penamaan. Kode ini telah distandarisasi
yang mengandung arti kekuatan tarik, posisi pengelasan, dan jenis bahan
kimia tertentu sebagai fluksnya. Kawat las smaw jenis ini ditunjukkan dengan
kode E (xx)xx (4 angka). Sebagai contoh kawat las E6010 cara membacanya
adalah sebagai berikut.
 E = elektroda untuk jenis las SMAW
 E60xx = dua digit pertama (angka 60) menunjukan kekuatan tariknya
dalam ksi (kilopound-square–inch). Angka 60 berarti kekuatan tariknya
60 ksi, Apabila diganti angkanya 70 maka kekuatan tariknya 70 ksi.
Untuk penggunaan dalam satuan psi (pound square inch), maka sama
dengan 70000 psi.
 Exx1x = digit ketiga (angka 1) adalah posisi pengelasan yang akan
dilakukan. kode angka 1 menunjukkan untuk semua posisi, kode angka 2
menunjukkan untuk posisi flat dan horizontal, kode angka 3 berarti
hanya untuk posisi flat.
 Exxx0 = digit keempat (angka 0) adalah material penyusun fluks.

8
Gambar 2.3 Kode Pembungkus Elektroda Las SMAW

2.7 Acuan Dalam Menghitung Arus Las


Salah satu parameter utama dalam pengelasan listrik adalah besar arus
listrik yang digunakan. Arus pengelasan las listrik adalah besarnya aliran atau
arus listrik yang keluar dari mesin las. Besar kecilnya arus pengelasan dapat
diatur dengan alat yang ada pada mesin las. Jika kita mengetahui cara
mengatur besar arus las dengan baik maka hal tersebut dapat mempermudah
kita dalam mengelas dan mendapatkan hasil lasan yang terbaik.
Penyetelan arus listrik untuk proses pengelasan SMAW tidak bisa
sembarangan. Arus listrik akan mempengaruhi pengelasan, dimana besarnya
arus listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan, geometri
sambungan pengelasan, macam elektrode dan diameter inti elektrode.
Semakin kecil diameter elektroda yang digunakan, maka arus yang
digunakan juga semakin kecil. Sebaliknya jika dimeter kawat las yang
dipakai semakin besar, maka arus yang digunakan juga semakin besar. Untuk
besar ampere elektroda yang dipakai dapat melihat table 2.1 dan untuk besar
ampere benda kerja dapat dilihat pada table 2.2.

9
Tabel 2.1 Pemilihan Besar Arus Terhadap Diameter Inti Elektroda

Tabel 2.2 Pemilihan Besar Arus Terhadap Diameter Elektroda dan Tebal Benda

2.8 Posisi Pengelasan


Posisi pengelasan merupakan posisi sambungan yang akan dilakukan
pengelasan terhadap suatu benda kerja. Posisi pengelasan mengacu pada posisi
pengelas (welder) terhadap lokasi sambungan las. Posisi pengelasan adalah
sangat penting karena di beberapa posisi, proses pengelasan jauh lebih mudah.
Masing-masing posisi pengelasan mempunyai kualifikasi welder dan prosedur
pengelasan tersendiri. Sebagai contoh, seorang welder yang cukup terampil
untuk memenuhi syarat pada pengelasan posisi flat, tetapi dapat tidak
memenuhi untuk pengelasan yang sama dalam posisi vertikal.

10
Posisi pengelasan ditentukan oleh kombinasi angka dan huruf. Angka
mengacu pada posisi, sedangkan huruf mengacu pada jenis pengelasan. Huruf
F dipakai untuk jenis las fillet, sedangkan huruf G untuk las groove (alur).
Posisi pengelasan alur pada pipa yaitu:
 1 G (Posisi Pengelasan datar).
 2G (Posisi Pengelasan Horizontal).
 3G (Posisi Pengelasan Vertikal).
 4G (Posisi Pengelasan di atas kepala atau Overhead).
Posisi pengelasan alur pada pipa yaitu:
 1 G (Posisi Pengelasan datar).
 2G (Posisi Pengelasan Horizontal).
 3G (Posisi Pengelasan Vertikal).
 4G (Posisi Pengelasan di atas kepala atau Overhead).

2.9 Macam-Macam Cacat pada Lasan dan Solusinya


Weld Defect atau cacat las adalah hasil pengelasan yang tidak
memenuhi syarat keberterimaan yang sudah dituliskan di dalam standar yang
ada yaitu standar ASME IX, AWS, API, dan ASTM. Proses persiapan yang
kurang dan prosedur pengelasan yang tidak benar merupakan penyebab
utama timbulnya cacat pada produk las. Oleh sebab itu, hal-hal yang
menimbulkan cacat las perlu diketahui sehingga produk yang dihasilkan
dapat diterima dan bernilai. Jenis-jenis cacat las yang sering dijumpai adalah
sebagai berikut.
A. Undercut
Penyebab terjadinya cacat undercut adalah:
 Arus listrik terlalu besar
 Laju pengelasan terlalu cepat
 Posisi elektroda selama pengelasan salah
 Ayunan elektroda tidak teratur
Solusi untuk menghindari terjadinya undercut adalah:
 Mengatur arus dengan tepat

11
 Mengatur laju pengelasan agar tidak terburu-buru
 Mempertahankan panjang busur sestabil mungkin
 Merapikan ayunan elektroda
B. Porositas
Penyebab terjadinya cacat porositas adalah:
 Nyala busur terlalu panjang
 Arus terlalu kecil
 Benda kerja tidak bersih dan kering
 Laju pengelasan terlalu cepat
 Terbentuk gas hidrogen akibat suhu tinggi dari las
Solusi untuk mencegah porositas adalah:
 Memperpendek nyala busur
 Menyetel arus sesuai dengan rekomendasi
 Membersihkan dan melakukan pemanasan awal pada benda
kerja
 Menggunakan elektroda low hydrogen.
C. Slag Inclusion
Penyebab cacat slag inclusion adalah:
 Pembersihan slag yang kurang maksimal
 Arus terlalu kecil
 Sudut pengelasan yang tidak benar
 Busur las terlalu jauh
Solusi untuk menghindari slag inclusion adalah:
 Memastikan lasan bersih dari slag sebelum mengelas lagi
 Menyesuaikan arus las sesuai rekomendasi
 Menyesuaikan sudut pengelasan
 Menjaga jarak busur las.
D. Over Splatter
Penyebab over splatter adalah:
 Arus listrik terlalu besar
 Jarak elektroda dan benda induk terlalu jauh

12
 Elektroda basah atau lembab
Solusi untuk menghindari oversplatter adalah:
 Mengecilkan arus sesuai dengan rekomendasi
 Menjaga jarak busur
 Memanaskan elektroda sebelum digunakan dengan oven

2.10 Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Pengelasan


Pemahaman tentang K3 dalam bidang manufaktur adalah hal yang
sangat dibutuhkan di lapangan. Pada dasarnya, dalam setiap pekerjaan
memang selalu menimbulkan risiko bahaya. Oleh karena itu, setiap sedang
sedang melakukan pekerjaan las maka diwajibkan untuk mengenakan alat
pelindung diri. Baik itu untuk las SMAW, GMAW, GTAW, SAW atau las
gas seperti OAW, menggunakan APD las adalah protocol yang harus
dipatuhi. Jika kita memakai alat keselamatan sesuai standar maka jika ada
kecelakaan kerja dapat diminimalisir. Alat yang berfungsi sebagai pelindung
diri selama proses pengelasan SMAW adalah sebagai berikut.
A. Wearpack atau Apron
Wearpack adalah perangkat pakaian yang dapat melindungi sekujur
tubuh dari panas dan percikan yang timbul pada proses pengelasan.
Sebagai lapisan pengama ekstra, dapat dikenakan juga apron las.
B. Sarung Tangan
Sarung tangan las dibuat khusus untuk pekerjaan pengelasan yang
mampu melindungi kedua tangan welder dari percikan dan panas
dari las.
C. Sepatu Safety
Sepatu kulit yang bagian depannya terdapat plat baja yang
melindungi kaki dari tertimpa benda berbahaya dan sengatan listrik.
D. Helm atau Topeng Las
Alat yang berfungsi melindungi kepala dan wajah dari percikan dan
panas las. Selain itu, lapisan kaca pada helm dan topeng ini
melindungi mata dari sinar las ketika sedang bekerja.
E. Masker Las

13
Masker las digunakan agar selama proses las terhindar dari
menghirup asap las yang dapat membahayakan system pernapasan.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Diagram Alir Percobaan


Diagram alir pada pelaksanaan praktikum pengelsaan SMAW dapat dilihat
pada gambar 3.1

Mempelajari Modul
Praktikum dan Materi

Literatur

Mesin Las SMAW Dinyalakan dan Elektroda dijepit di Holder


Las (-)

Benda Kerja Diletakkan di Meja dan Ujungnya Dijepit dengan


Kabel Massa Alas (+)

Arus Pengelasan Diatur Sesuai dengan Hasil Perhitungan

Dilakukan Pengelasan dengan Alur dan Posisi Tertentu

14
Besar Arus Dihitung Mengacu pada Variabel yang Diketahui

Data Pengamatan

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Praktikum Las SMAW

3.2 Data yang Didapat


Adapun data yang didapat pada praktikum pengelasan SMAW kali ini
adalah sebagai berikut:
1. Elektroda jenis E 6014 dengan diameter 2,5 mm dengan kuat arus
rekomendasi 80 – 125 A.
2. Dimensi benda kerja dengan panjang 500 mm, lebar 300 mm, dan
ketebalan 5 mm dengan kuat arus rekomendasi 60 – 120 A
3. Batasan minimal arus pengelasan sebesar 70 A dan Batasan
maksimalnya sebesar 122.5 A.

3.3 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan pada praktikum pengkuran dimensi kali ini
adalah sebagai berikut:
1. Berdoa sebelum memulai praktikum.
2. Siapkan peralatan pengelasan (mesin las, sarung tangan, benda kerja,
kacamata, wearpack, dll.)
3. Hitung besar arus yang ingin dipakai dengan variable yang diketahui
4. Nyalakan mesin las SMAW dan jepit elektroda pada ujung stang las
untuk kutub negative.

15
5. Letakkan benda kerja pada meja dan jepit ujungnya dengan kabel
massa alas untuk kutub positif.
6. Atur arus pengelasan sesuai hasil perhitungan
7. Lakukan pengelasan dengan alur dan posisi tertentu
8. Membersihkan dan merapihkan kembali peralatan pengelasan setelah
digunakan

3.3 Alat yang Digunakan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum las SMAW kali ini
adalah sebagai berikut:
1. Plat Besi
2. Palu
3. Elektroda
4. Mesin Las SMAW
5. Pengjepit Elektroda
6. Penjepit Massa
7. Gerinda
8. KAcamata Las
9. Wearpack
10. Sarung Tangan
11. Meja Las

16
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Arus


Arus adalah salah satu parameter penting dalam pengelasan yang tidak
bisa diabaikan. Penggunaan besar arus yang tepat akan mempengaruhi hasil
produk lasan yang akan dibuat. Perhitungan arus las diawali dengan
memperhatikan spesifikasi kode elektroda. Arus las berdasarkan diameter
elektroda dapat ditentukan berdasarkan Tabel 2.1. Kemudian menentukan arus
berdasarkan ketebalan benda kerja dengan mengacu pada Tabel 2.2. Langkah
berikutnya yaitu menentukan nilai minimal arus dan nilai maksimal arus yang
ditulis berikut ini.

Nilai minimal arus = arus min. elektroda + arus min. benda kerja
2
Nilai maksimal arus = nilai maks. elektroda + nilai maks. benda kerja
2
Dari perhitungan di atas, diperoleh nilai arus minimalnya 70 A dan nilai arus
maksimalnya 122,5 A.

4.2 Gambar Benda Kerja (CAD)


Gambar dari benda kerja pada praktikum pengelasan ini terlampir
pada laporan praktikum.

4.3 Proses Pengelasan


Proses pengelasan yang dilaksanakan dalam praktikum ini dengan
memahami Form Work Instruction terlebih dahulu untuk mengetahui produk
lasan yang akan dibuat. Setelah segala peralatan dan bahna disiapkan
selanjutnya mengenakan semua peralatan pelindung diri sebagai langkah
keselamatan dan keamanan kerja selama proses pengelasan. Sesudah
menyiapkan diri maka busur listrik dinyalakan dan memulai pengelasan
Pengelasan dilakukan dengan hati-hati sesuai dengan instruksi yang
diberikan. Setelah pengelasan selesai, las dapat dimatikan dan benda kerja

17
dibiarkan hingga membeku. Peralatan yang digunakan untuk praktikum
dirapihkan kembali ke tempat semula. Ketika benda kerja sudah membeku,
slag yang ada pada lasan diketuk menggunakan palu agar rontok dan
bersihkan lasan dari slag tesebut.

4.4 Penyebab Kegagalan Benda Kerja pada Praktikum


Setelah benda kerja dibersihkan dari slag yang menempel maka benda
kerja dapat diamati dari hasil proses pengelasan. Inspeksi terhadap lasan
benda kerja dilakukan untuk mencari bentuk cacat dan kegagalan benda
kerja. Hasil pengelasan yang didapatkan pada praktikum kali ini tentu tidak
sempurna. Kegagalan benda kerja dapat disebabkan oleh factor-faktor
berikut.
 Kurangnya persiapan sebelum melakukan pengelasan
 Terjadi kesalahan dalam pemilihan arus
 Pelaksanaan las yang tidak sesuai FWI
 Kurangnya keterampilan dan pengalaman praktikan

18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum las SMAW kali ini dapat disimpulkan:
1. Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) sebagai proses
pengelasan listrik dengan elektroda consumables mempunyai aplikasi luas
di dalam dunia industri dan mempunyai keunggulan yaitu dapat
diandalkan untuk mengelas berbagai tipe sambungan, posisi, serta lokasi
yang sulit dikerjakan.
2. Dimensi ketebalan dari benda kerja dan jenis serta diameter dari elektroda
yang digunakan memiliki peran penting dalam menentukan besarnya arus
pengelasan SMAW.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum las SMAW kali ini terdapat beberapa hal
yang perlu ditingkatkan yaitu:
1. Sebaiknya praktikan diberikan pemahaman materi yang lebih mendalam
lagi dengan video peragaan pengelasan SMAW yang lebih informatif.
2. Sebaiknya praktikan menyimak instruksi dari asisten laboratorium terkait
penggunaan Form Work Instructions.

19
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. 2019. Macam Macam Cacat Las dan Penyebabnya Serta Cara
Mengatasinya. https://www.pengelasan.net/cacat-las/. Diakses pada 11 November
2020
Achmadi. 2019. Posisi Pengelasan. https://www.pengelasan.net/posisi-
pengelasan/. Diakses pada 11 November 2020

BE, Probo Antonius 1999, Pengetahuan Elektroda Las dan Simbol Las, Jakarta.

Sonawan, H, 2003, Las Listrik SMAW dan Pemeriksaan Hasil Pengelasan,


Alfabeta, Bandung.

Sukaini, Tarkina, dan Fandi, 2013, Teknik Las SMAW, Kementerian Pendidikan &
Kebudayaan, Malang.

Wiryosumarto. H dan Okumura, 2000, Teknologi Pengelasan Logam. PT Pradnya


Paramita, Jakarta

20
LAMPIRAN

21
 Gambar Benda Kerja (CAD)

22
LABORATORIUM TEKNOLOGI MANUFAKTUR
JURUSAN TEKNIK MESINFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman Km 3 Cilegon

Asisten : Agung Setiawan FORM WORK INTRUCTION


Nama : Muhammad Yusuf Alfarizqi

NPM : 3331190063

Kelompok : 10
Tanggal
: 6 November 2020
Praktikum

Las SMAW

Data
Data :: Alat yang Digunakan :

ElektrodaEE6014
Elektroda 6014
1. Plat besi 6. Penjepit massa
2. Palu 7. Gerinda
3. Elektroda 8. Kacamata las
4. Mesin Las SMAW 9. Wear pack
5. Penjepit Elektroda 10. Sarung tangan
11. Meja las

23

Anda mungkin juga menyukai