Disusun Oleh :
NIM : 21218012
NIM : 21218012
NIM : 21218012
Penguji,
Laporan KKP
NIM : 21218012
Disahkan Oleh :
PT Delimas telah dilakukan antar kota dan luar kota beberapa diantaranya telah di
Bismillahhirrohmannirrohim,
Puji syukur khadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
kepada kita sekalian, khususnya kepada penulis, sehingga Laporan KKP
denganjudul “ANALISIS EFEKTIVITAS PRODUKSI MENGGUNAKAN
METODE FAILURE MODE AND EFECT (FMEA)” dapat terselesaikan dengan
baik. Di dalam penyelesaiannya penulis banyak sekali dibantu oleh beberapa
pihak, oleh karenanya pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima
kasih kepada:
1. Allah SWT yang selalu memberikan kekuatan kepada penulis, khususnya
pada saat penyelesaian laporan KKP ini yang walaupun dalam diri ini
5. Ibu Eka Indah Yulistyari, ST., MT sebagai dosen Pembimbing yang telah
7. Bapak, Ibu, Adik, dan keluarga besar yang selalu memberikan doa dan
LESTARI JAYA.
9. Seluruh staf dan karyawan PT. DELIMAS LESTARI JAYA yang telah
11. Semua pihak yang membantu selama Kuliah Kerja Praktek dan dalam
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun serta penulis berharap semoga laporan ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN i
PENGESAHAN ii
PENGESAHAN iii
PERSEMBAHAN iv
Abstraksi v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBARxi
DAFTAR TABEL xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................4
1.4 Batasan Masalah.................................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian..............................................................................................4
BAB II Gambaran Umum Perusahaan 5
2.1 Sejarah Perusahaan.............................................................................................5
2.2 Tujuan Perusahaan.............................................................................................5
2.3 Struktur Organisasi.............................................................................................6
2.4 Lokasi dan Layout Pabrik...................................................................................7
2.5 Iklim dan Curah Hujan.......................................................................................8
viii
ix
Kominusi…………………………………………………………………………………………… 10
3.1.1.1. Primary Crushing 11
3.2 Proses Kerja Pabrik Peremuk...........................................................................13
3.2.1 Penumpahan Batu Andesit ke Hopper 14
3.2.2 Penampung Umpan (Hopper) 15
3.2.3 Pengumpanan (Feeder) 16
3.2.4 Peremukan Batu Andesit dengan Jaw Crusher 16
3.2.5 Peremukan di Cone Crusher I 17
3.2.6 Peremukan di Cone Crusher II 18
3.2.7 Pengayakan Pada Screen 18
3.2.8 Pengangkutan dengan Belt Conveyor 20
3.3 Hasil Produksi pada Mesin Peremuk................................................................21
3.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja...................................................................21
3.4.1 Keselamatan (Safety) dan Kesehatan (Healty) Kerja 22
3.5 Pemasaran Produk............................................................................................22
BAB IV TUGAS KHUSUS 23
4.1 Landasan Teori.................................................................................................23
4.2 Metode Penelitian.............................................................................................25
4.2.1 Tempat Penelitian 25
4.2.2 Metode Pengumpulan Data 25
4.2.3 Tahap Penelitian 25
4.2.4 Diagram Alir Penelitian 26
4.3.1 Pengumpulan Dan Pengolahan Data.............................................................27
4.3.1 Pengumpulan Data Penelitian 27
4.3.2 Pengolahan Data Penelitian 28
4.3.3 Analisis Data FMEA 31
x
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Tabel Kategori Pengumpulan Data......................................................40
Tabel 4. 2 Tabel probabilitas penurunan produksi................................................41
Tabel 4. 3 Nilai Occurrence, Severity, Detection dan RPN untuk tiap Produksi..43
Tabel 4. 4 Daftar Produksi Kritis..........................................................................44
Tabel 4. 5 Tabel 5W + 1H.....................................................................................45
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang
kegiatan pasca tambang. Kekayaan alam yang terkandung didalamnya bumi dan
air yang biasa disebut dengan bahan-bahan galian, dimana terkandung dalam
UndangUndang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi “bahwa bumi, air, dan
memanfaatkan potensi kekayaan sumber daya alam, mineral, dan energi yang
berkelanjutan. Indonesia sangat kaya akan sumber daya alamnya yang sangat
melimpah sehingga pertambangan merupakan salah satu usaha industri yang dapat
diandalkan untuk mendatangkan devisa negara bagi Indonesia. Selain itu, industri
1
2
Dalam rangka mencapai target produksi maka para pelaku tambang perlu
pertambangan dengan komoditas Perdagangan dan jasa. Produksi pada unit mesin
saat ini, berdasarkan data yang diperoleh adalah 155,99 ton/jam. Distribusi tonase
produknya adalah produk lolos ayakan -30+20 mm adalah sebesar 60,55 ton/jam,
produk lolos ayakan -20+10 mm adalah sebesar 47,09 ton/jam, produk lolos
ayakan -10+5 mm adalah sebesar 29,81 ton/jam, dan produk lolos ayakan -5 mm
Permasalahan yang sering timbul pada unit mesin produksi ialah tidak
fragmentasinya, hal ini dapat terjadi karena setting dari unit mesin belum sesuai,
waktu kerja efektif belum tercapai, dan aliran proses produksi belum baik pada
permasalahan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
pendekatan FMEA untuk mengelola proses dalam sistem produksi agar lebih
kegagalan dari sebuah sistem, desain, proses atau servis untuk dibuat langkah
dan tingkat deteksi dari mesin tersebut. Dalam pengetahuan, maka kontrol yang
3
hidup.
pendekatan 5W + 1H ?
4
Desember 2021.
BAB II
tahun 2010 dan mulai berdiri pada tahun 2012 pada saat itu pertama kali
Wilayah Ijin Usaha Penambangannya (WIUP) adalah 14,6 Ha. Lokasi berada
memenuhi permintaan yang besar dari luar pulau. Tahapan kegiatan penambangan
VISI :
6
berkualitas.
MISI :
Presiden Direktur
Kepala Seksi
arah Barat Laut dari Kota Serang. Jika perjalanan dari Unsera, perjalanan dapat
Merak lalu ke arah utara menuju Exit Tol Cilegon Timur sampai di Kecamatan
Kota Cilegon mempunyai iklim tropis, dengan dua musim yaitu musim
kemarau dan musim penghujan. Secara topografi letak Kota Cilegon memiliki
permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 144,57 mm/bulan. Suhu udara di
sekitar 78% dan rata-rata penyinaran matahari mencapai 69,2%. Data curah hujan
rata-rata dan hari hujan rata-rata Provinsi Banten dapat dilihat pada Lampiran A.
Adapun grafik curah hujan bulanan rata-rata dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan
grafik hari hujan bulanan rata-rata dapat dilihat pada Gambar 2.3.
BAB III
berbagai alat seperti hopper, feeder, crusher, screen, dan belt conveyor. Di dalam
tahap preparasi dibagi menjadi dua proses yaitu kominusi dan sizing.
3.1.1 Kominusi
kecil dari ukuran semula. Proses ini dapat dilakukan dengan “crushing”
diharapkan.
(Ajie dkk, 2001), yang bertujuan untuk mereduksi ukuran butir mineral agar
crusher. Alat yang digunakan untuk primary crushing adalah jaw crusher,
peremuk yang terdiri dari dua rahang. Saat bekerja salah satu rahang tetap diam
(fixed jaw) sedangkan rahang satunya akan bergerak maju dan mundur (swing
jaw). Gerakan ini akan menghasilkan suatu tekanan pada batuan yang berdiameter
keras dengan ukuran yang besar. Bagian-bagian pada jaw crusher dapat dilihat
pada Gambar 3.1 dan fungsi dari bagian-bagian jaw crusher dapat dijabarkan
1. Fixed jaw adalah rahang yang tidak dapat bergerak yang berfungsi sebagai
2. Mouth yaitu bagian mulut dari alat peremuk yang berfungsi sebagai lubang
penerima.
12
3. Moving jaw adalah rahang yang dapat bergerak yang berfungsi sebagai
bergerak.
6. Setting block yaitu bagian untuk mengatur agar lubang bukaan ukurannya
sesuai dengan yang dikehendaki. Bila setting block dimajukan maka jarang
antara fixed jaw dan swing jaw menjadi lebih pendek atau lebih dekat,
7. Throat yaitu bagian paling bawah dari alat peremuk yang berfungsi sebagai
lubang pengeluaran.
9. Open setting yaitu jarak terjauh antara fixed jaw dan swing jaw.
10. Closed setting yaitu jarak terdekat antara fixed jaw dan swing jaw.
11. Throw yaitu selisih jarak pada saat rahang terbuka (open setting) dengan
12. Nip angle yaitu sudut yang dibentuk dari garis singgung yang dibuat antara
Proses peremukan andesit pada pabrik peremuk PT. Delimas Lestari Jaya
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pasar akan andesit sebagai bahan dasar
dilakukan penambangan pada site yang lokasinya sama dengan lokasi pabrik
peremuk.
yang saling berkaitan. Tahapan tersebut meliputi pemuatan dengan alat angkut ke
material tahap pertama (primary crushing) yaitu dengan jaw crusher, lalu
14
Andesit sebagai bahan baku proses ini tumpahkan ke dalam hopper dengan
Hopper adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang berfungsi
sebagai tempat menerima material umpan yang berasal dari lokasi stockyard
15
sebelum material tersebut masuk ke dalam alat peremuk. Hopper (Gambar 4.3)
yang digunakan berbentuk bidang trapesium dengan ukuran untuk permukaan atas
(6 x 4,5) m, dan bawah (4,33 x 1,05) m dan tinggi 1,53 m. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa volume hopper sebesar 30,82 m3, sehingga kapasitas hopper
Gambar 3. 4 Hopper
feeder yang terletak di bawah hopper dengan dimensi (4.330 x 1.050) mm, ukuran
umpan maksimal adalah 1000 mm (dapat dilihat pada lampiran C dan D). Feeder
16
akan bekerja menyalurkan umpan menuju jaw crusher saat operator di menara
Gambar 3. 5 Feeder
menggunakan alat Jaw Crusher Nordberg C100B (Lampiran C). Closed setting
Produk hasil peremukan akan dibawa oleh belt conveyor I dan selanjutnya
akan masuk ke dalam cone crusher I.
Hasil dari Cone Crusher I akan dibawa menuju Screen I untuk dilakukan
pengayakan yang selanjutnya undersize (-5 mm atau base course) akan dibawa ke
belt conveyor 4 sebagai produk, lalu untuk oversize (+5 mm) akan dibawa ke
Cone Crusher II digunakan untuk batuan yang berasal dari oversize screen
I. Cone Crusher yang digunakan bermerk Shanbao PYB 1200 (Gambar 3.8) yang
deck III, dan 5 mm untuk deck IV. Hasil pengayakan ini adalah:
c. Fraksi -20+10 mm (Gabungan produk yang lolos dari deck pertama dan
d. Fraksi -10+5 mm (Gabungan produk yang lolos dari deck kedua dan
peremukan dari alat peremuk dan material hasil ayakan menuju lokasi stockpile
Produksi pada unit peremuk saat ini, berdasarkan data yang diperoleh
adalah 155,99 ton/jam. Distribusi tonase produknya adalah produk lolos ayakan -
30+20 mm adalah sebesar 60,55 ton/jam, produk lolos ayakan -20+10 mm adalah
sebesar 47,09 ton/jam, produk lolos ayakan -10+5 mm adalah sebesar 29,81
ton/jam, dan produk lolos ayakan -5 mm adalah sebesar 18,53 ton/jam. Umpan
feeder, lalu diremukkan dengan jaw crusher, cone crusher I dan cone crusher II,
dan akan masuk ke screen. Berdasarkan data yang diambil di lapangan dapat
21
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat,
kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan efektif. Tujuan
kesehatan kerja di tempat kerja, dimana terdapat unsur tenaga kerja, lingkungan
adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur”.
lingkungan kerja yang menjamin kesehatan dan keselamatam karyawan agar tugas
Suyadi, 2002)
PT Delimas telah dilakukan antar kota dan luar kota beberapa diantaranya telah di
BAB IV
TUGAS KHUSUS
Dalam proses produksi mempunyai elemen-elemen utama yaitu input, proses, dan
output. Menurut Gaspersz (1998), konsep dasar sistem produksi terdiri dari :
Elemen input dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis, yaitu: input tetap
bergantung pada jumlah output yang akan diproduksi. Sedangkan input variabel
bergantung pada output yang akan diproduksi. Dalam sistem produksi terdapat
b. Modal
variabel.
c. Bahan Baku
produk jadi. Dalam hal ini bahan baku diklasifikasikan sebagai input
variabel.
d. Energi
energi berupa bahan bakar atau tenaga listrik, air untuk keperluan
Wilayah Ijin Usaha Penambangannya (WIUP) adalah 14,6 Ha. Lokasi berada
produksi batu split. Proses selanjutnya adalah pengumpulan data. Data diperoleh
Analysis (FMEA) dengan melihat secara langsung system kerja produksi pada
Bab IV mulai dari diagram penelitian, hasil pembahasan, pengumpulan data, dan
pengolahan data.
26
Mulai
Pengumpulan Data :
Tahapan Penelitian
Perencanaan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Kelengkapan
Data
Pengolahan Data
FMEA
Selesai
Adapun data yang diperoleh dari perusahaan adalah data dari hasil
kategori :
1. Over Production
Produk Rusak
2. Over Processing
3. Defects
Tertinggalnya produk
4. Motion
dianalisis lebih lanjut. Setelah dilakukan perhitungan Risk Priority Number (RPN)
1. Identifikasi Risiko
bagaimana suatu risiko dapat terjadi. Tujuan dari proses ini adalah untuk
mengenali risiko yang mungkin terjadi lebih awal sehingga dapat mengurangi
dari proses identifikasi ini adalah daftar atau list total mesin yang nantinya akan
digunakan untuk
membawa material Kurang konsisiten dalam
produk dari hasil melakukan standar Terhambatnya
6 Belt Conveyor peremukan dari alat proses ke tahap
peremuk dan operasional pada mesin
material hasil selanjutnya
ayakan menuju
lokasi selanjutnya
(Sumber Pengolahan Data)
Skala
Produksi Kriteria
Kejadian Frekuensi Kejadian
Pada Variabel
Mesin
Probilitas
Maintenance terjadinya
Hampir tidak
1 hampir tidak
pernah maintenance
pernah
< 1X / Hari
Probilitas
Maintnance yang terjadinya
2 Rendah terjadi pada
tingkat rendah Maintenace
1 – 2 X / Hari
Probilitas
Maintenance terjadinya
3 Sedang yang terjadi pada
tingkat sedang Maintenance
2 – 3 X / Hari
31
Probilitas
terjadinya
Maintenance
4 Agak tinggi yang terjadi agak Maintenance
tinggi 3–4X/
Hari
Probilitas
Maintenance terjadinya
5 Tinggi yang terjadi
Maintenance
Tinggi
> 5 X / Hari
Probabilitas
Maintenance Terjadinya
6 Sedang yang terjadi pada
Maintenance
tingkat Sedang
> 2 X / Hari
(Sumber Pengolahan Data)
detection untuk tiap risiko dapat dilihat pada table Perhitungan RPN merupakan
bagian penting dalam FMEA karena dari nilai RPN akan diketahui prioritas
berikut :
32
Tabel 4. 3 Nilai Occurrence, Severity, Detection dan RPN untuk tiap Produksi
Kurang
dianalisis lebih lanjut sebagai langkah awal dari tindakan penanganan penurunan
nilai kritis. Nilai kritis RPN ditentukan dari rata-rata nilai RPN dari seluruh
Maintenance
Nilai RPN=
Dapat disimpulkan dari table diatas nilai yang paling besar penyebab
produk kurang efektivitas di PT. Delimas Lestari Jaya dikarenakan cara penyajian
Tabel 4. 5 Tabel 5W + 1H
Setting waktu
produksi pada
Mesin ke 5
Cara Harus lebih
Penyajian teliti supaya
(Over Kurang tidak sering
Setiap
Production) Sempurna terjadinya
Pada Mesin Operator Proses
Penumpukan Dan Maintenance.
Produksi Produksi Porduksi
Proses Pada Maintenance Serta
Berjalan
Mesin Pada Mesin Dilakukan
Kadang Perawatan
Sering Terjadi Rutin pada
Mesin-Mesin
Produksi
yang akan dibuat sehingga dapat efisien dan produktivitas dalam proses produksi.
35
BAB V
Kesimpulan
Mode and Effect maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat 6 jenis mesin produksi yang terdeteksi pada PT. Delimas Lestari
Jaya dengan nilai RPN paling besar 2 diantaranya yaitu: Cara penyajian
kurang sempurna dengan nilai RPN 92.96 dan kurang telitinya karyawan
terjadi maintenance yang hampir sehari 5x trouble dan pada mesin tersebut
yang bisa menurunkan efektivitas produksi Split Stone yang paling kritis
terjadi serta setting waktu produksi pada Mesin ke 5 Harus lebih teliti
Saran
Saran yang penulis berikan untuk proses produksi yang lebih efektivitas adalah
sebagai berikut:
dilakukan brefing.
proses produksi.
secara intensif.
3x perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno, Agung. (2016) Integrating SWOT analysis into the FMEA Methodology
to improve corrective action decision making. Int. J. of Productivity and
Quality Management. Vol 17. No1 PP 104-126.
Cayman Business System. 2002. Failure Mode and Effect Analysis. juni 11, 2012.
http://www.fmeainfocentre.com/ handbooks/FMEA-N.pdf
Putra, Candra Dwi, Akhmad Syarief, and Hajar Isworo. "Analisa Kegagalan
Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analisys (FMEA) Pada
Unit Off-Highway Truck 777D." Scientific Journal of Mechanical
Engineering Kinematika 3.1 (2018): 33-42.