Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN

KULIAH KERJA PRAKTEK

ANALISIS EFEKTIVITAS PRODUKSI MENGGUNAKAN


METODE FAILURE MODE AND EFECT (FMEA) DI PT
DELIMAS LESTARI JAYA DI KOTA CILEGON

Disusun Oleh :

NAMA : AGIL GILANG PRAKOSO

NIM : 21218012

NOMOR KKP : SK-116

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SERANG RAYA
TAHUN 2022
PERSETUJUAN

ANALISIS EFEKTIVITAS PRODUKSI MENGGUNAKAN


METODE FAILURE MODE AND EFECT (FMEA)

Nama : AGIL GILANG PRAKOSO

NIM : 21218012

Program Studi : Teknik Industri

Serang, 31 Desember 2021

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing

Pada tanggal :……………………….

Pembimbing lapangan Pembimbing Kerja Praktek

Saiful Rahman Eka Indah Yuslistyari,ST,MT.


PENGESAHAN

Kuliah Kerja Praktek (KKP) dinyatakan lulus setelah diseminarkan

Program Studi Teknik Industri

Fakultas Teknik Universitas Serang Raya

Tanggal : 31 Desember 2021

Judul : “ANALISIS EFEKTIVITAS PRODUKSI MENGGUNAKAN


METODE FAILURE MODE AND EFECT (FMEA)”
Nama : AGIL GILANG PRAKOSO

NIM : 21218012

Serang, 31 Desember 2021

Penguji,

Eka Indah Yuslistyari,ST.,MT.


PENGESAHAN

Laporan KKP

“ANALISIS EFEKTIVITAS PRODUKSI MENGGUNAKAN


METODE FAILURE MODE AND EFECT (FMEA)”

Yang Dilaksanakan Oleh :

Nama : AGIL GILANG PRAKOSO

NIM : 21218012

No. Nota Dinas : SK – 116

Program Studi : Teknik Industri

Disahkan Oleh :

Dekan Fakultas Teknik Ketua Prodi Teknik Industri

(Wahyu Oktri Widyarto, ST., MT) (Sahrupi, ST., MT)


PERSEMBAHAN

LAPORAN KKP INI KU PERSEMBAHKAN KEPADA :

ALLAH SWT YANG MAHA ESA DAN NABI MUHAMMAD S.A.W

BESERTA PARA SAHABAT DAN PENGIKUTNYA YANG TELAH

MEMBAWA KITA DARI ZAMAN JAHILIYYAH KE ZAMAN

ISLAMIYYAH SEPERTI SAAT INI

MAMAH YANG SELALU MENGAJARKAN KETABAHAN, BAPAK

YANG MENGAJARKAN KEBERANIAN DAN PANTANG MENYERAH

DALAM MENJALANI KEHIDUPAN YANG SELALU DIIRINGI

DENGAN DOA TENTUNYA, SERTA KAKAK DAN ADIK YANG TIDAK

LUPA JUGA MEMBERIKAN MOTIVASI DAN DUKUNGAN

SAHABAT – SAHABAT DAN REKAN – REKAN MAHASISWA

SEPERJUANGAN JURUSAN TEKNIK INDUSTRI 2021/2022 YANG

SALING MENGINGATKAN DAN SELALU MEMBERIKAN SEMANGAT


Abstraksi

Agil Gilang Prakoso “ANALISIS EFEKTIVITAS PRODUKSI


MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFECT (FMEA)”Laporan
Kuliah Kerja Praktek, Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas Serang Raya, dibawah bimbingan Eka Indah Yulistyari,ST., MT.
. 31 Desember 2021. Halaman + xi + Halaman lampiran.

PT. Delimas Lestari Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang

pertambangan dengan komoditas Perdagangan dan jasa. PT Delimas Lestari Jaya

terletak di Jl Fatahillah No 29 Lingkungan Cirubuh Randakari Kec Ciwandan

Kota Cilegon. Seiring dengan makin suksesnya penjualan, Pemasaran Produk di

PT Delimas telah dilakukan antar kota dan luar kota beberapa diantaranya telah di

distribusikan ke kota Jakarta, Tangerang, Bogor dll.


KATA PENGANTAR

Bismillahhirrohmannirrohim,

Puji syukur khadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
kepada kita sekalian, khususnya kepada penulis, sehingga Laporan KKP
denganjudul “ANALISIS EFEKTIVITAS PRODUKSI MENGGUNAKAN
METODE FAILURE MODE AND EFECT (FMEA)” dapat terselesaikan dengan
baik. Di dalam penyelesaiannya penulis banyak sekali dibantu oleh beberapa
pihak, oleh karenanya pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima
kasih kepada:
1. Allah SWT yang selalu memberikan kekuatan kepada penulis, khususnya

pada saat penyelesaian laporan KKP ini yang walaupun dalam diri ini

banyak sekali berbuat salah dan dosa kepada-MU.

2. Bapak Drs. H. Hamdan, MM sebagai Rektor Universitas Serang Raya.

3. Bapak Wahyu Oktri Widyarto, ST., MT sebagai Dekan Fakultas Teknik

Universitas Serang Raya.

4. Bapak Sahrupi, ST., MT Sebagai Ketua Program Studi Teknik Industri

Universitas Serang Raya.

5. Ibu Eka Indah Yulistyari, ST., MT sebagai dosen Pembimbing yang telah

memberikan masukan dan pengarahan yang positif.

6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Teknik Industri Serang Raya.

7. Bapak, Ibu, Adik, dan keluarga besar yang selalu memberikan doa dan

dukungan moril maupun materil.


8. Bapak Saiful Rohman. Sebagai pembimbing lapangan PT. DELIMAS

LESTARI JAYA.

9. Seluruh staf dan karyawan PT. DELIMAS LESTARI JAYA yang telah

memberikan motivasi dan dukungan saat kuliah kerja prektek berlangsung.

10. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Teknik Industri 2021/2022.

11. Semua pihak yang membantu selama Kuliah Kerja Praktek dan dalam

penyusunan laporan ini yang tidak bias penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan

dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun serta penulis berharap semoga laporan ini dapat

bermanfaat untuk semua pihak.

Serang, 31 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i
PENGESAHAN ii
PENGESAHAN iii
PERSEMBAHAN iv
Abstraksi v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBARxi
DAFTAR TABEL xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................4
1.4 Batasan Masalah.................................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian..............................................................................................4
BAB II Gambaran Umum Perusahaan 5
2.1 Sejarah Perusahaan.............................................................................................5
2.2 Tujuan Perusahaan.............................................................................................5
2.3 Struktur Organisasi.............................................................................................6
2.4 Lokasi dan Layout Pabrik...................................................................................7
2.5 Iklim dan Curah Hujan.......................................................................................8

viii
ix

BAB III SISTEM PRODUKSI, PEMASARAN 10


DAN KESELAMATAN KERJA (K3) 10
3.1 Tahap Produksi.................................................................................................10
3.1.1

Kominusi…………………………………………………………………………………………… 10
3.1.1.1. Primary Crushing 11
3.2 Proses Kerja Pabrik Peremuk...........................................................................13
3.2.1 Penumpahan Batu Andesit ke Hopper 14
3.2.2 Penampung Umpan (Hopper) 15
3.2.3 Pengumpanan (Feeder) 16
3.2.4 Peremukan Batu Andesit dengan Jaw Crusher 16
3.2.5 Peremukan di Cone Crusher I 17
3.2.6 Peremukan di Cone Crusher II 18
3.2.7 Pengayakan Pada Screen 18
3.2.8 Pengangkutan dengan Belt Conveyor 20
3.3 Hasil Produksi pada Mesin Peremuk................................................................21
3.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja...................................................................21
3.4.1 Keselamatan (Safety) dan Kesehatan (Healty) Kerja 22
3.5 Pemasaran Produk............................................................................................22
BAB IV TUGAS KHUSUS 23
4.1 Landasan Teori.................................................................................................23
4.2 Metode Penelitian.............................................................................................25
4.2.1 Tempat Penelitian 25
4.2.2 Metode Pengumpulan Data 25
4.2.3 Tahap Penelitian 25
4.2.4 Diagram Alir Penelitian 26
4.3.1 Pengumpulan Dan Pengolahan Data.............................................................27
4.3.1 Pengumpulan Data Penelitian 27
4.3.2 Pengolahan Data Penelitian 28
4.3.3 Analisis Data FMEA 31
x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 35


DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Struktur Organisasi..........................................................................16
Gambar 2. 2 Sumber: PT Delimas Lestari Jaya...................................................17
Gambar 2. 3 Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Cilegon 2010-2020.............18
Gambar 2. 4 Grafik data hujan bulanan rata-rata tahun 2010 - 2020...................19

Gambar 3. 1 Jaw Crusher.....................................................................................23


Gambar 3. 2 Tahapan Pengolahan........................................................................24
Gambar 3. 3 Penumpahan Muatan Dumptruck ke Dalam Hopper.......................24
Gambar 3. 4 Hopper.............................................................................................25
Gambar 3. 5 Feeder..............................................................................................26
Gambar 3. 6 Jaw Crusher.....................................................................................27
Gambar 3. 7 Cone Crusher I.................................................................................27
Gambar 3. 8 Cone Crusher II...............................................................................28
Gambar 3. 9 Single-deck Vibrating Screen..........................................................29
Gambar 3. 10 Quad-deck Vibrating Screen.........................................................30
Gambar 3. 11 Belt Conveyor................................................................................30

Gambar 4. 1 Diagram Alir Penelitian...................................................................37

xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Tabel Kategori Pengumpulan Data......................................................40
Tabel 4. 2 Tabel probabilitas penurunan produksi................................................41
Tabel 4. 3 Nilai Occurrence, Severity, Detection dan RPN untuk tiap Produksi..43
Tabel 4. 4 Daftar Produksi Kritis..........................................................................44
Tabel 4. 5 Tabel 5W + 1H.....................................................................................45

xi
xii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam

rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang

meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta

kegiatan pasca tambang. Kekayaan alam yang terkandung didalamnya bumi dan

air yang biasa disebut dengan bahan-bahan galian, dimana terkandung dalam

UndangUndang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi “bahwa bumi, air, dan

kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Amanat UUD 1945

ini merupakan landasan pembangunan pertambangan dan energi untuk

memanfaatkan potensi kekayaan sumber daya alam, mineral, dan energi yang

dimiliki secara optimal dalam mendukung pembangunan nasional yang

berkelanjutan. Indonesia sangat kaya akan sumber daya alamnya yang sangat

melimpah sehingga pertambangan merupakan salah satu usaha industri yang dapat

diandalkan untuk mendatangkan devisa negara bagi Indonesia. Selain itu, industri

pertambangan juga menciptakan lapangan kerja di kabupaten dan kota dimana

merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Efektivitas produksi bulan pertama tidak tercapai maka untuk menutupi

produksi bulan tersebut, pada bulan selanjutnya produksi harus ditingkatkan.

1
2

Dalam rangka mencapai target produksi maka para pelaku tambang perlu

menggunakan peralatan seefektif dan seproduktif mungkin.

PT. Delimas Lestari Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang

pertambangan dengan komoditas Perdagangan dan jasa. Produksi pada unit mesin

saat ini, berdasarkan data yang diperoleh adalah 155,99 ton/jam. Distribusi tonase

produknya adalah produk lolos ayakan -30+20 mm adalah sebesar 60,55 ton/jam,

produk lolos ayakan -20+10 mm adalah sebesar 47,09 ton/jam, produk lolos

ayakan -10+5 mm adalah sebesar 29,81 ton/jam, dan produk lolos ayakan -5 mm

adalah sebesar 18,53 ton/jam.

Permasalahan yang sering timbul pada unit mesin produksi ialah tidak

terpenuhinya sasaran produksi yang direncanakan baik kuantitas maupun

fragmentasinya, hal ini dapat terjadi karena setting dari unit mesin belum sesuai,

waktu kerja efektif belum tercapai, dan aliran proses produksi belum baik pada

sistem operasi yang telah diterapkan

Setiap proses produksi umumnya memiliki peluang untuk terjadinya

permasalahan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan

pendekatan FMEA untuk mengelola proses dalam sistem produksi agar lebih

efektif dan efisien. Konsep FMEA mengevaluasi kemungkinan terjadinya sebuah

kegagalan dari sebuah sistem, desain, proses atau servis untuk dibuat langkah

penanganannya. Dalam FMEA, setiap kemungkinan kegagalan yang terjadi

dikuantifikasi untuk dibuat prioritas penanganan. kuantifikasi penentuan prioritas

dilakukan berdasarkan hasil perkalian antara rating frekuensi, tingakat kerusakan

dan tingkat deteksi dari mesin tersebut. Dalam pengetahuan, maka kontrol yang
3

dibuat adalah berdasarkan proses yang paling berisiko terjadinya tidak

terpenuhinya target produksi.

Terkait dengan kemampuan metode FMEA tersebut, maka penelitian ini

diajukan untuk menerapkan metode FMEA untuk kuantifikasi dan pencegahan

risiko akibat terjadinya less production pada proses produksi.

Seiring dengan perkembangan dan berbagai kebijakan pemerintah,

Undang-Undang No 11 Tahun 1967 diganti dengan dibentuknya Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang

kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010

tentang wilayah pertambangan, Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, dan

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan

Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Semangat otonomi daerah

dalam penyelenggaraan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indinesia telah

membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara Pemerintah dan

Pemerintah Daerah, termasuk dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan efektivitas produksi Split Stone dengan

menggunakan metode Failure Mode and Effect?

2. Bagaiman Upaya Pengendalian Efektivitas produksi Split Stone dengan

pendekatan 5W + 1H ?
4

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pada mesin.

2. Meningkatkan target produksi yang awalnya sebesar 1200, ton/hari

menjadi 1200 ton/hari sesuai dengan permintaan produksi.

1.4 Batasan Masalah

1. Penelitian dilakukan pada bagian produksi.

2. Data produksi yang digunakan diambil dari bulan November sampai

Desember 2021.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan kemampuan Peneliti dalam mengidentifikasi, merumuskan

dan memecahkan masalah yang ada di PT Delimas Lestari Jaya.

2. Meningkatkan penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan bagi

mahasiswa sebelum menyelesaikan pendidikan Strata (S1).


5

BAB II

Gambaran Umum Perusahaan

2.1 Sejarah Perusahaan

PT Delimas Lestari Jaya atau disingkat dengan PT. DLJ merupakan

perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan. Awal pembebasan lahan pada

tahun 2010 dan mulai berdiri pada tahun 2012 pada saat itu pertama kali

mendapatkan project pembangunan PT. Krakatau Posco, dan mendapatkan Po 2

Juta M3 project pembangunan PT tersebut berjalan hingga 2013.

Lokasi penambangan secara administrasi berada di Kelurahan Cirubuh

Randakari, Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon, Provinsi Banten dengan luas

Wilayah Ijin Usaha Penambangannya (WIUP) adalah 14,6 Ha. Lokasi berada

kurang lebih 25 kilometer ke arah barat laut dari Kota Cilegon.

Ditunjang dengan peralatan handal dan sumber daya manusia terampil,

serta didukung sarana dan prasarana yang memadai memungkinkan untuk

memenuhi permintaan yang besar dari luar pulau. Tahapan kegiatan penambangan

meliputi pembersihan lahan, pengupasan lapisan tanah penutup, pembongkaran,

pemuatan, pengangkutan, pengolahan, serta pemasaran.

2.2 Tujuan Perusahaan

VISI :
6

 Menjadi Perusahaan tambang yang dapat menciptakan produk

berkualitas.

MISI :

 Meningkatkan mutu produk berdasarkan pada tepat kualitas,

kuantitas dan waktu sehingga kepuasan pelanggan tetap terjaga.

 Menggunakan bahan baku dan bahan pendukung yang ramah

lingkungan sehingga perusahaan dapat berkontribusi aktif

terhadap pelestarian lingkungan.

2.3 Struktur Organisasi

Presiden Direktur

Direktur Keuangan Direktur Operasi Direktur Pemasaran

Kepala Divisi Pengolahan Kepala Divisi


Pertambangan

Kepala Seksi

Gambar 2. 1 Engineer Struktur


Organisasi
7

2.4 Lokasi dan Layout Pabrik

Lokasi penambangan secara administratif terletak di Kecamatan

Ciwandan, Kota Cilegon, Provinsi Banten dengan batas daerah:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Citangkil Kota Cilegon.


b. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cibeber. Kota Cilegon
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Anyar Kabupaten Serang.

Secara astronomis PT. DLJ terletak 05°54’24,74”-05°54’34,36” LS dan

106°00’42,38”- 106°01’5,94” BT. Lokasi tambang berjarak sekitar ±23 km ke

arah Barat Laut dari Kota Serang. Jika perjalanan dari Unsera, perjalanan dapat

ditempuh menggunakan transportasi darat. Bisa melalui jalan Tol Tangerang-

Merak lalu ke arah utara menuju Exit Tol Cilegon Timur sampai di Kecamatan

Rrandaksari lokasi tambang PT. DLJ

Gambar 2. 2 Sumber: PT Delimas Lestari Jaya


8

2.5 Iklim dan Curah Hujan

Kota Cilegon mempunyai iklim tropis, dengan dua musim yaitu musim

kemarau dan musim penghujan. Secara topografi letak Kota Cilegon memiliki

wilayah dataran dan bergelombang berada pada ketinggian 0 m – 450 m di atas

permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 144,57 mm/bulan. Suhu udara di

Kota Cilegon berkisar 23,1 -31,3 ℃ , sedangkan tingkat kelembaban rata-rata

sekitar 78% dan rata-rata penyinaran matahari mencapai 69,2%. Data curah hujan

rata-rata dan hari hujan rata-rata Provinsi Banten dapat dilihat pada Lampiran A.

Adapun grafik curah hujan bulanan rata-rata dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan

grafik hari hujan bulanan rata-rata dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2. 3 Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Cilegon 2010-2020


9

Gambar 2. 4 Grafik data hujan bulanan rata-rata tahun 2010 - 2020


10

BAB III

SISTEM PRODUKSI, PEMASARAN

DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Pada proses pengolahan andesit memiliki tiga tahapan proses

penghancuran yakni penghancuran tahap pertama (primary crushing),

penghancuran tahap kedua (secondary crushing), dan pengolahan tahap ketiga

(tertiary crushing). Pada unit pengolahan batuan andesit ditunjang dengan

berbagai alat seperti hopper, feeder, crusher, screen, dan belt conveyor. Di dalam

kegiatan pengolahan komoditas tambang terdapat beberapa tahap yang dilakukan

yaitu kegiatan preparasi, konsentrasi, dan dewatering.

3.1 Tahap Produksi

Tahap awal merupakan tahap persiapan material agar ukuran material

sesuai dengan kebutuhan konsumen sebelum dilakukan proses konsentrasi. Dalam

tahap preparasi dibagi menjadi dua proses yaitu kominusi dan sizing.

3.1.1 Kominusi

Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir sehingga menjadi lebih

kecil dari ukuran semula. Proses ini dapat dilakukan dengan “crushing”

(peremukan) yang bertujuan mereduksi ukuran sedangkan “grinding”

(penggilingan) digunakan untuk mereduksi ukuran sampai halus. Kominusi

umumnya terbagi dalam beberapa tahapan (Currie, 1973). Tahapannya yaitu


11

primary crushing, secondary crushing, dan tertiary crushing. Tahapan ini

menyesuaikan antara ukuran umpan terbesar dengan ukuran produk yang

diharapkan.

3.1.1.1. Primary Crushing

Primary crushing merupakan proses peremukan pertama dalam kominusi

(Ajie dkk, 2001), yang bertujuan untuk mereduksi ukuran butir mineral agar

ukuran material tersebut sesuai dengan kebutuhan konsumen atau tahap

selanjutnya. Produk dari primary crushing biasanya menjadi umpan secondary

crusher. Alat yang digunakan untuk primary crushing adalah jaw crusher,

hammer crusher, dan gyratory crusher.

Jaw crusher atau biasa disebut dengan peremuk rahang merupakan

peremuk yang terdiri dari dua rahang. Saat bekerja salah satu rahang tetap diam

(fixed jaw) sedangkan rahang satunya akan bergerak maju dan mundur (swing

jaw). Gerakan ini akan menghasilkan suatu tekanan pada batuan yang berdiameter

lebih besar dari closed setting yang mengakibatkan pecahnya batuan.

Jaw crusher cocok digunakan untuk menghancurkan material yang cukup

keras dengan ukuran yang besar. Bagian-bagian pada jaw crusher dapat dilihat

pada Gambar 3.1 dan fungsi dari bagian-bagian jaw crusher dapat dijabarkan

sebagai berikut: (Ajie dkk, 2001)

1. Fixed jaw adalah rahang yang tidak dapat bergerak yang berfungsi sebagai

pemberi gaya penahan pada material umpan.

2. Mouth yaitu bagian mulut dari alat peremuk yang berfungsi sebagai lubang

penerima.
12

3. Moving jaw adalah rahang yang dapat bergerak yang berfungsi sebagai

pemberi gaya tekan pada material umpan.

4. Fly wheel adalah roda yang berfungsi menggerakkan swing jaw.

5. Eccentric shaft adalah poros yang berputar yang menyebabkan alat

bergerak.

6. Setting block yaitu bagian untuk mengatur agar lubang bukaan ukurannya

sesuai dengan yang dikehendaki. Bila setting block dimajukan maka jarang

antara fixed jaw dan swing jaw menjadi lebih pendek atau lebih dekat,

begitu pula sebaliknya.

7. Throat yaitu bagian paling bawah dari alat peremuk yang berfungsi sebagai

lubang pengeluaran.

8. Gape yaitu jarak horizontal pada mouth (lubang penerimaan).

9. Open setting yaitu jarak terjauh antara fixed jaw dan swing jaw.

10. Closed setting yaitu jarak terdekat antara fixed jaw dan swing jaw.

11. Throw yaitu selisih jarak pada saat rahang terbuka (open setting) dengan

saat rahang menutup (closed setting).

12. Nip angle yaitu sudut yang dibentuk dari garis singgung yang dibuat antara

jaw (swing dan fixed) dengan material batuan.


13

Sumber: Wills, 2006


Gambar 3. 1 Jaw Crusher

Proses peremukan andesit pada pabrik peremuk PT. Delimas Lestari Jaya

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pasar akan andesit sebagai bahan dasar

dalam pembangunan. Pemenuhan kebutuhan akan umpan untuk alat peremuk

dilakukan penambangan pada site yang lokasinya sama dengan lokasi pabrik

peremuk.

3.2 Proses Kerja Pabrik Peremuk

Proses produksi pada pabrik peremuk andesit terdapat beberapa tahapan

yang saling berkaitan. Tahapan tersebut meliputi pemuatan dengan alat angkut ke

hopper dengan menggunakan dumptruck, pengumpanan material dengan

menggunakan reciprocating-plate feeder, peremukan untuk memperkecil ukuran

material tahap pertama (primary crushing) yaitu dengan jaw crusher, lalu
14

peremukan untuk memperkecil ukuran tahap kedua (secondary crushing) yaitu

dengan cone crusher, pengayakan untuk memisahkan hasil peremukan dengan

menggunakan vibrating screen yang terpasang dengan ukuran lubang bukaan

tertentu dan pengangkutan material dengan belt conveyor.

Gambar 3. 2 Tahapan Pengolahan


3.2.1 Penumpahan Batu Andesit ke Hopper

Andesit sebagai bahan baku proses ini tumpahkan ke dalam hopper dengan

dumptruck Mitsubishi 190 PS Super Truck (Gambar 3.2)

Gambar 3. 3 Penumpahan Muatan Dumptruck ke Dalam Hopper


3.2.2 Penampung Umpan (Hopper)

Hopper adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang berfungsi

sebagai tempat menerima material umpan yang berasal dari lokasi stockyard
15

sebelum material tersebut masuk ke dalam alat peremuk. Hopper (Gambar 4.3)

yang digunakan berbentuk bidang trapesium dengan ukuran untuk permukaan atas

(6 x 4,5) m, dan bawah (4,33 x 1,05) m dan tinggi 1,53 m. Hasil perhitungan

menunjukkan bahwa volume hopper sebesar 30,82 m3, sehingga kapasitas hopper

sebesar 82,28 ton. (dapat dilihat pada lampiran C dan D).

Gambar 3. 4 Hopper

3.2.3 Pengumpanan (Feeder)

Kegiatan feeding dilakukan dengan alat vibrating reciprocating plate

feeder yang terletak di bawah hopper dengan dimensi (4.330 x 1.050) mm, ukuran

umpan maksimal adalah 1000 mm (dapat dilihat pada lampiran C dan D). Feeder
16

akan bekerja menyalurkan umpan menuju jaw crusher saat operator di menara

pengawas menekan tombol feeder. (Gambar 3.5).

Gambar 3. 5 Feeder

3.2.4 Peremukan Batu Andesit dengan Jaw Crusher

Proses peremukan andesit dengan jaw crusher pada Gambar 3.6

menggunakan alat Jaw Crusher Nordberg C100B (Lampiran C). Closed setting

yang digunakan adalah 100 mm.

Produk hasil peremukan akan dibawa oleh belt conveyor I dan selanjutnya
akan masuk ke dalam cone crusher I.

Gambar 3. 6 Jaw Crusher


17

3.2.5 Peremukan di Cone Crusher I

Cone Crusher I pada Gambar 3.7 digunakan sebagai secondary crushing

(peremukan tahap kedua), dengan Cone Crusher NS300 merk Trimax

menggunakan setting 40 mm.

Hasil dari Cone Crusher I akan dibawa menuju Screen I untuk dilakukan

pengayakan yang selanjutnya undersize (-5 mm atau base course) akan dibawa ke

belt conveyor 4 sebagai produk, lalu untuk oversize (+5 mm) akan dibawa ke

Screen II melalui Belt Conveyor 5 untuk dilakukan pengayakan 4 tingkat.

Gambar 3. 7 Cone Crusher I

3.2.6 Peremukan di Cone Crusher II

Cone Crusher II digunakan untuk batuan yang berasal dari oversize screen

I. Cone Crusher yang digunakan bermerk Shanbao PYB 1200 (Gambar 3.8) yang

menggunakan setting 30 mm.


18

Gambar 3. 8 Cone Crusher II


3.2.7 Pengayakan Pada Screen

Pengayakan pada rangkaian peremuk menggunakan dua rangkaian Screen,

yaitu single-deck vibrating screen dan quad-deck vibrating screen.

1. Single-deck Vibrating Screen

Pengayakan pada single-deck vibrating screen (Gambar 3.9) memiliki

ukuran lubang bukaan 5 mm. Hasil pengayakan ini adalah:

a. Fraksi +5 mm (Fraksi ini dibawa menuju quad-deck vibrating screen).

b. Fraksi -5 mm sebagai produk IV.

2. Quad-deck Vibrating Screen

Pengayakan pada quad-deck vibrating screen (Gambar 3.10) memiliki

ukuran lubang bukaan 30 mm untuk deck I, 20 mm untuk deck II, 10 mm untuk

deck III, dan 5 mm untuk deck IV. Hasil pengayakan ini adalah:

a. Fraksi +30 mm (Fraksi ini dibawa menuju Cone Crusher II).

b. Fraksi -30+20 mm (Fraksi ini tertahan di deck I) sebagai produk I.

c. Fraksi -20+10 mm (Gabungan produk yang lolos dari deck pertama dan

tertahan di deck II) sebagai produk II.


19

d. Fraksi -10+5 mm (Gabungan produk yang lolos dari deck kedua dan

tertahan di deck III) sebagai produk III.

e. Fraksi -5 mm sebagai produk IV.

Gambar 3. 9 Single-deck Vibrating Screen

Gambar 3. 10 Quad-deck Vibrating Screen


20

3.2.8 Pengangkutan dengan Belt Conveyor

Belt Conveyor digunakan untuk membawa material produk dari hasil

peremukan dari alat peremuk dan material hasil ayakan menuju lokasi stockpile

produk menggunakan ban berjalan sebanyak 11 unit (Gambar 3.11).

Gambar 3. 11 Belt Conveyor

3.3 Hasil Produksi pada Mesin Peremuk

Produksi pada unit peremuk saat ini, berdasarkan data yang diperoleh

adalah 155,99 ton/jam. Distribusi tonase produknya adalah produk lolos ayakan -

30+20 mm adalah sebesar 60,55 ton/jam, produk lolos ayakan -20+10 mm adalah

sebesar 47,09 ton/jam, produk lolos ayakan -10+5 mm adalah sebesar 29,81

ton/jam, dan produk lolos ayakan -5 mm adalah sebesar 18,53 ton/jam. Umpan

dari stockyard akan diteruskan melalui hopper, vibrating reciprocating-plate

feeder, lalu diremukkan dengan jaw crusher, cone crusher I dan cone crusher II,

dan akan masuk ke screen. Berdasarkan data yang diambil di lapangan dapat
21

ditentukan efisiensi, beban edar, efektivitas, hambatan kerja, kesediaan

penggunaan alat, serta mekanik yang dibutuhkan.

3.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut peraturan menteri pekerjaan umum R.I No. 09/PER/M/2008,

sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem

manajemen dari keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaanm tanggung

jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat,

aman efisien dan produktif.

SMK 3 merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang

meliputi struktur oganisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,

proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,

pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan

kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja

guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan efektif. Tujuan

diterapkannya SMK3 yaitu untuk menciptakan suatu sistem keselamatan dan

kesehatan kerja di tempat kerja, dimana terdapat unsur tenaga kerja, lingkungan

kerja, dan berbagai pihak yang terlibat di dalamnya


22

3.4.1 Keselamatan (Safety) dan Kesehatan (Healty) Kerja

Menurut Sibarani Mutiara (2012), “Keselamatan dan Kesehatan kerja

adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan

baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya, dan manusia pada

umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur”.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan suasana dan

lingkungan kerja yang menjamin kesehatan dan keselamatam karyawan agar tugas

pekerjaan di wilayah kerja perusahaan dapat berjalan lancar (Prawirosentono

Suyadi, 2002)

3.5 Pemasaran Produk

PT. Delimas Lestari Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang

pertambangan dengan komoditas Perdagangan dan jasa. PT Delimas Lestari Jaya

terletak di Jl Fatahillah No 29 Lingkungan Cirubuh Randakari Kec Ciwandan

Kota Cilegon. Seiring dengan makin suksesnya penjualan, Pemasaran Produk di

PT Delimas telah dilakukan antar kota dan luar kota beberapa diantaranya telah di

distribusikan ke kota Jakarta, Tangerang, Bogor dll.


23

BAB IV

TUGAS KHUSUS

4.1 Landasan Teori

Sistem Produksi Menurut Nasution (2003), sistem produksi adalah

kumpulan komponen-komponen yang saling mempengaruhi satu dengan yang

lainnya untuk tujuan mentransformasikan input produksi menjadi output produksi.

Dalam proses produksi mempunyai elemen-elemen utama yaitu input, proses, dan

output. Menurut Gaspersz (1998), konsep dasar sistem produksi terdiri dari :

1. Elemen Input dalam Sistem Produksi

Elemen input dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis, yaitu: input tetap

(fixed input) merupakan input produksi yang tingkat penggunaannya tidak

bergantung pada jumlah output yang akan diproduksi. Sedangkan input variabel

(variable input) merupakan input produksi yang tingkat penggunaannya

bergantung pada output yang akan diproduksi. Dalam sistem produksi terdapat

beberapa input baik variabel maupun tetap adalah sebagai berikut :

a. Tenaga Kerja ( labor )

Operasi sistem produksi membutuhkan campur tangan manusia dan

orang-orang yang terlibat dalam proses sistem produksi. Input tenaga

kerja yang termasuk diklasifikasikan sebagai input tetap.


24

b. Modal

Operasi sistem produksi membutuhkan modal. Berbagai macam fasilitas

peralatan, mesin produksi, bangunan, gudang, dapat dianggap sebagai

modal. Dalam jangka pendek modal diklasifikasikan sebagai input

variabel.

c. Bahan Baku

Bahan baku merupakan faktor penting karena dapat menghasilkan suatu

produk jadi. Dalam hal ini bahan baku diklasifikasikan sebagai input

variabel.

d. Energi

Dalam aktivitas produksi membutuhkan banyak energi untuk

menjalankan aktivitas seperti untuk menjalankan mesin dibutuhkan

energi berupa bahan bakar atau tenaga listrik, air untuk keperluan

perusahaan. Input energi diklasifikasikan dalam input tetap atau input

variabel tergantung dengan penggunaan energi itu tergantung pada

kuantitas produksi yang dihasilkan.


25

4.2 Metode Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Desember sampai dengan 30

Desember 2021 di PT. Delimas Lestari Jaya. Terletak di Kelurahan Cirubuh

Randakari, Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon, Provinsi Banten dengan luas

Wilayah Ijin Usaha Penambangannya (WIUP) adalah 14,6 Ha. Lokasi berada

kurang lebih 25 kilometer ke arah barat laut dari Kota Cilegon.

4.2.2 Metode Pengumpulan Data

Proses penelitian ini dimulai dengan studi literatur mengenai proses

produksi batu split. Proses selanjutnya adalah pengumpulan data. Data diperoleh

melalui pengamatan di lapangan. Setelah data dikumpulkan, data selanjutnya

diolah untuk menentukan bobot produksi. Tahap selanjutnya adalah pembahasan

dan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan yang telah dilakukan.

4.2.3 Tahap Penelitian

Pada tahap ini penelitian menggunakan penelitian Failure Mode Effect

Analysis (FMEA) dengan melihat secara langsung system kerja produksi pada

mesin. Setelah mengetahui system produksi peneliti langsung menjabarkan pada

Bab IV mulai dari diagram penelitian, hasil pembahasan, pengumpulan data, dan

pengolahan data.
26

4.2.4 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Pengumpulan Data :
Tahapan Penelitian
Perencanaan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data

Kelengkapan
Data

Pengolahan Data
FMEA

Hasil dan Analisis

Selesai

Gambar 4. 1 Diagram Alir Penelitian


27

4.3.1 Pengumpulan Dan Pengolahan Data

4.3.1 Pengumpulan Data Penelitian

Adapun data yang diperoleh dari perusahaan adalah data dari hasil

dilapangan. Dari hasil pengamatan, penulis mendapatkan beberapa maaslah yang

pernah terjadi pada perusahaan, yang dikategorikan dalam macam-macam

kategori :

1. Over Production

 Produk Rusak

2. Over Processing

 Karyawan mencoba memperbaiki mesin yang rusak

3. Defects

 Tertinggalnya produk

 Hasil produktivitas tidak tepat waktu

 Sarana Mesin tidak berfungsi dengan baik

4. Motion

 Karyawan sering bolak-balik Gudang

Data-data diatas di kumpulkan dari lapangan mulai dari tanggal 1 Desember

Sampai 30 Desember 2021.


28

4.3.2 Pengolahan Data Penelitian

Pengolahan data menggunakan menggunakan metode FMEA bertujuan

untuk mendapatkan hasil produksi yang merupakan risiko-risiko yang akan

dianalisis lebih lanjut. Setelah dilakukan perhitungan Risk Priority Number (RPN)

untuk setiap mesin yang telah teridentifikasi. Berikut adalah langkah

menentukan Langkah produktivitas pada mesin menggunakan metode FMEA.

1. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko merupakan proses dalam menentukan apa, kenapa dan

bagaimana suatu risiko dapat terjadi. Tujuan dari proses ini adalah untuk

mengenali risiko yang mungkin terjadi lebih awal sehingga dapat mengurangi

atau mengeliminir kesalahan system produksi tersebut. Output yang diharapkan

dari proses identifikasi ini adalah daftar atau list total mesin yang nantinya akan

masuk dalam tahap pengendalian resiko menurunya produktivitas.

Identifikasi waste dilakukan dalam kegiatan pengoperasian mesin

porduktivitas batu split

Penulis melakukan beberapa tahapan dalam mengidentifikasi mesin

produktivitas batu split

- Mengumpulkan dan mempelajari kegiatan oprasional PT.

Delimas Lestari Jaya

- Melihat secara langsung bagaimana system produksi Batu Split di

PT Delimas Lestari Jaya


29

Tabel 4. 1 Tabel Kategori Pengumpulan Data

DAFTAR PENYEBAB EFEK


KATEGORI
NO MESIN MESIN TERJADINYA PADA
MAINTENANCE MESIN

Kurangnya Setting Terlambatnya


1 Jaw Crusher Produk hasil
peremukan Waktu Pada Mesin Produksi Pada
supaya lebih Tahap Awal
pertama
cepat waktu
peremukan

Peremukan Turunya produksi


Digunakan sebagai Mengubah closed yang diharapkan
2 Di secondary crushing setting pada cone crusher pada proses
(peremukan tahap I kedua
Cone Crusher I kedua)

Digunakan untuk Kurang konsisten dalam Butuh extra time


batuan yang berasal menyiapkan mesin tidak untuk melakukan
3 Cone Crusher II dari oversize screen sesuai prosedur tahap ketiga
Cone Crusher yang
digunakan untuk
memisahkan struktur
batu
4 Single-deck Pengayakan pada Terlalu dipaksakan/ Over Waktu Saat
Vibrating Screen rangkaian peremuk Kapasitas yang seharusnya Penagayakan
memiliki ukuran lubang 5mm melebihi kurang optimal
lubang bukaan 5 mm kapasitas dari ukuran
lubang tersebut

5 Quad-deck memiliki ukuran Lamanya proses Mengurangi


lubang bukaan 30 pengayakan dari mesin Produktivitas
Vibrating Screen sebelumnya
mm
30

digunakan untuk
membawa material Kurang konsisiten dalam
produk dari hasil melakukan standar Terhambatnya
6 Belt Conveyor peremukan dari alat proses ke tahap
peremuk dan operasional pada mesin
material hasil selanjutnya
ayakan menuju
lokasi selanjutnya
(Sumber Pengolahan Data)

Setelah diperoleh item maintenance maka langkah berikutnya adalah

penentuan rating probilitas terjadinya maintenance (occurrence), dampak akibat

maintenance (severity), dan deteksi maintenance (detection). Penentuan ketiga

ranting tersebut akan sangat menentukan proses memprioritaskan daftar

kerusakan/ penentuan diidapat melalui proses brainstorming dengan para

karyawan yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.

Tabel 4. 2 Tabel probabilitas penurunan produksi

Skala
Produksi Kriteria
Kejadian Frekuensi Kejadian
Pada Variabel
Mesin
Probilitas
Maintenance terjadinya
Hampir tidak
1 hampir tidak
pernah maintenance
pernah
< 1X / Hari
Probilitas
Maintnance yang terjadinya
2 Rendah terjadi pada
tingkat rendah Maintenace
1 – 2 X / Hari
Probilitas
Maintenance terjadinya
3 Sedang yang terjadi pada
tingkat sedang Maintenance
2 – 3 X / Hari
31

Probilitas
terjadinya
Maintenance
4 Agak tinggi yang terjadi agak Maintenance
tinggi 3–4X/
Hari
Probilitas
Maintenance terjadinya
5 Tinggi yang terjadi
Maintenance
Tinggi
> 5 X / Hari
Probabilitas
Maintenance Terjadinya
6 Sedang yang terjadi pada
Maintenance
tingkat Sedang
> 2 X / Hari
(Sumber Pengolahan Data)

4.3.3 Analisis Data FMEA


Setelah maintenance teridentifikasi maka akan ditentukan nilai

occurrence, severity, dan detection. Untuk menentukan nilai tersebut

menggunakan data kualitatif maka didapatkan nilai occurrence, severity, dan

detection untuk tiap risiko dapat dilihat pada table Perhitungan RPN merupakan

bagian penting dalam FMEA karena dari nilai RPN akan diketahui prioritas

produksi yang termasuk produksi kritis. RPN dihitung menggunakan persamaan

berikut :
32

Tabel 4. 3 Nilai Occurrence, Severity, Detection dan RPN untuk tiap Produksi

No Kateg ori Penyebab


O S D RP N
Maintenance Maintenance Maintenance
Cara
Setting
92.26
Kurang 2.81 14.73 2.23
sempurna
Kurang
konsisten
dalam
Over menjalankan
2.81 9.65 2.00 54.21
1 Produ ction prosedur
SOP
Kurang
konsisten
dalam
50.04
menjalankan 2.81 9.65 1.85
prosedur
SOP
Adanya
Over
target 62.46
2 Processing 3.21 12.67 1.54
produksi

Kurang

3 Defect s telitinya 2.85 13.12 2.46 91.89


karyawan
Tidak ada
Under
jadwal 80.9
4 3.23 11.23 2.23
Utilization 4
meeting
(Sumber Pengolahan Data)
33

Berdasarkan maintenance yang telah terdaftar dan diketahui nilai RPN

masing-masing, maka dapat ditentukan maintenance tersebut yang akan

dianalisis lebih lanjut sebagai langkah awal dari tindakan penanganan penurunan

produksi untuk mempertahan kan kinerja di PT Delimas Lestari Jaya. Suatu

maintenance dikategorikan sebagai maintenance jika memiliki nilai RPN di atas

nilai kritis. Nilai kritis RPN ditentukan dari rata-rata nilai RPN dari seluruh

Maintenance

Nilai RPN=

Berdasarkan nilai RPN yang menunjukan nilai 107,95 dapat diketahui

maintenance-maintenance ringan tersebut berjumlah 107,95

Tabel 4. 4 Daftar Produksi Kritis

No Kategori Penyebab Produksi RPN


Rangking Produksi

1. Over Production Cara Penyajian Kurang Sempurna 92,26


2. Defects Kurang Telitinya Karyawan 91,89
3. Behavioral Karyawan Kurang disiplin 85,71
4. Inventory Kurang Konsisten dalam menjalankan 81,95
Prosedur
(Sumber Pengolahan Data)

Dapat disimpulkan dari table diatas nilai yang paling besar penyebab

produk kurang efektivitas di PT. Delimas Lestari Jaya dikarenakan cara penyajian

Operator kurang sempurna.


34

Tabel 4. 5 Tabel 5W + 1H

Sumber Waktu Saran


Jenis Produksi Penanggung Alasan Terjadi
Produksi Terjadi Perbaikan
(What) Jawab (Who) (Why)
(Where) (When) (Why)

Setting waktu
produksi pada
Mesin ke 5
Cara Harus lebih
Penyajian teliti supaya
(Over Kurang tidak sering
Setiap
Production) Sempurna terjadinya
Pada Mesin Operator Proses
Penumpukan Dan Maintenance.
Produksi Produksi Porduksi
Proses Pada Maintenance Serta
Berjalan
Mesin Pada Mesin Dilakukan
Kadang Perawatan
Sering Terjadi Rutin pada
Mesin-Mesin
Produksi

(Sumber Pengolahan Data)

Untuk penelitian dilapangan digunakan metode ini sebagai kebenaran konsep

yang akan dibuat sehingga dapat efisien dan produktivitas dalam proses produksi.
35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan Hasil pengolahan data dan analisis menggunakan metode Failure

Mode and Effect maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat 6 jenis mesin produksi yang terdeteksi pada PT. Delimas Lestari

Jaya dengan nilai RPN paling besar 2 diantaranya yaitu: Cara penyajian

kurang sempurna dengan nilai RPN 92.96 dan kurang telitinya karyawan

dalam menjalankan SOP dengan nilai RPN 91,89.

Terlihat pada mesin produksi ke 5 Quad-deck Vibrating Screen sering

terjadi maintenance yang hampir sehari 5x trouble dan pada mesin tersebut

yang bisa menurunkan efektivitas produksi Split Stone yang paling kritis

pada system produksi di PT. Delimas Lestari Jaya

2. Menurut pendekatan menggunakan 5W+1H dapat dikatakan bahwa pada

proses produksi diketahui terjadi penumpukan produksi dikarenakan cara

penyajian kurang sempurna dan maintenance pada mesin kadang sering

terjadi serta setting waktu produksi pada Mesin ke 5 Harus lebih teliti

supaya tidak sering terjadinya Maintenance.


36

Saran

Saran yang penulis berikan untuk proses produksi yang lebih efektivitas adalah

sebagai berikut:

1. Meningkatkan kinerja operator baik sebelum bekerja lebih baik

dilakukan brefing.

2. Di tekankan kepada operator untuk lebih teliti dalam cara penyajian

proses produksi.

3. Mengevaluasi kegiatan kerja para pekerja dalam kegiatan produksi

secara intensif.

4. Melakukan pengecekan kondisi mesin atau area kerja secara berkala.

5. Dilakukan perawatan rutin pada mesin-mesin produksi minimal 1 bulan

3x perawatan.

6. Melihat keadaan pada mesin sesuaikan target produksi sesuai standar

mesin tersebut agar tidak sering terjadi maintenance/over production.


37

DAFTAR PUSTAKA

Carbone,T. (2004). Project Risk Management Using he Project Risk FMEA


Engineering Management Journal. Vol 16, No.4. hal 31.

Sutrisno, Agung. (2016) Integrating SWOT analysis into the FMEA Methodology
to improve corrective action decision making. Int. J. of Productivity and
Quality Management. Vol 17. No1 PP 104-126.

Cayman Business System. 2002. Failure Mode and Effect Analysis. juni 11, 2012.
http://www.fmeainfocentre.com/ handbooks/FMEA-N.pdf

Adisaputra, Muhammad Fuad, dkk. 2014. Penerapan Inovasi dan Manajemen


Produk di McDonald’s (Makalah). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember

AlQadrie, Syarif Fayed Fahlevi, Syahrudin Syahrudin, and M. Khalid Syafrianto.


"ANALISA TINGKAT KEHILANGAN BATUBARA PADA PT KTC
COAL MINING & ENERGY JOBSITE PT BERKAT BUMI PERSADA
DI DESA LEMO I KECAMATAN TEWEH TENGAH KABUPATEN
BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH." JeLAST:
Jurnal PWK, Laut, Sipil, Tambang 8.2.

Putra, Candra Dwi, Akhmad Syarief, and Hajar Isworo. "Analisa Kegagalan
Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analisys (FMEA) Pada
Unit Off-Highway Truck 777D." Scientific Journal of Mechanical
Engineering Kinematika 3.1 (2018): 33-42.

Anda mungkin juga menyukai