i
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
BAB 1......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................1
1.4 Batasan Masalah....................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................3
2.1 Pemahaman Sifat-sifat Mekanik, Diantaranya :................................3
2.2 Pengertian dan Spesifikasi Tensile Test...............................................5
2.3 Tensile Properties...................................................................................6
2.4 Engineering Stress-Strain & True Stress-Strain................................6
2.5 Elastic Recovery.....................................................................................7
BAB III...................................................................................................................8
3.1 Peralatan dan Benda Kerja yang Digunakan dalam Pengujian.......8
3.2 Langkah-langkah Pengujian.................................................................8
3.3 Flowchart Langkah Kerja.....................................................................9
BAB IV..................................................................................................................10
4.1 Data Hasil Pengujian...........................................................................10
4.2 Pemaparan Hasil Pengujian................................................................10
4.3 Analisis Data dan Perhitungan...........................................................11
4.4 Tabel Perhitungan dan Grafik...........................................................16
4.5 Pembahasan Hasil Analisis Data........................................................22
BAB V...................................................................................................................27
BAB VI..................................................................................................................28
6.1 Evaluasi.................................................................................................28
6.2 Saran.....................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
ii
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1) Peralatan pengujian dianggap telah diatur dengan baik dan benar
2) Pengujian yang dilakukan berbasis JIS Z 2241
3) Spesimen yang digunakan berbasis JIS Z 2201
4) Proses pengujian dan observasi nilai pembebanan dilakukan oleh
operator berpengalaman.
2
BAB II
DAFTAR TEORI
3
panjang ukuran asli spesimen dan panjangnya mengalami fracture, dapat
menggunkan rumus sebagai berikut:
l f −l 0
percent elongation= ( )l0
×100 %
4
Creep merupakan kecenderungan suatu material untuk mengalami
deformasi plastik yang besarnya adalah fungsi waktu pada saat material
tersebut mendapat beban yang besarnya relatif permanen & umumnya
dipengaruhi oleh temperature. Creep strength merupakan kekuatan
material terhadapa creep yang dapat dihitung menggunakan berbagai cara
salah satunya menggunakan cara mensimulasikan material dengan
berbagai kondisi dan dihubungkan dengan fungsi waktu.
2.1.8 Lelah (Fatigue)
Lelah atau fatigue merupakan kecenderungan dari suatu material
untuk mengalami kegagalan jika mendapat tegangan berulang – ulang
yang besarnya masih jauh di bawah batas kekuatan elastisitasnya. Fatigue
umumnya terjadi pada struktur yang bergerak secara berulang misalnya
turbin dalam kincir angin.
2.1.9 Resillience
Resilience merupakan kemampuan suatu material untuk
menyerap energi tanpa menyebabkan material mengalami deformasi
plastis dan bisa dinyatakan dengan banyaknya energi yang diperlukan
untuk mencapai batas elastis. Resilien dinyatakan menggunakan Modulus
Resilien, Modulus Resilien digambarkan dengan luas daerah dalam grafik
strain – stress pada yield point. Modulus resilience dapat didapatkan
menggunakan rumus sebagai berikut:
2
1 1 σ pl
ur = σ pl ϵ pl =
2 2 E
2.1.10 Plasticity
Plasticity merupakan keadaan material ketika mengalami
sejumlah deformasi plastik tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan.
Plasticity disebut pula dengan keuletan. Suatu material yang mempunyai
keuletan tinggi, maka deformasi plastiknya relatif banyak. Dilihat menurut
regangan plastisnya pada diagram sifat mekanik. Bahan material yang
mempunyai keuletan tinggi disebut bahan yang ductile. Pada grafik strain
– stress plasticity digambarkan setelah melwati yield point.
2.1.11 Elasticity
Elasticity adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima
tegangan tanpa menyebabkan deformasi permanen setelah tegangan
dihilangkan. Jika tegangan yang bekerja tidak melebihi nilai batas tertentu,
deformasi yang terjadi hanya bersifat sementara, deformasi hilang dengan
hilangnya tegangan. tetapi bila tegangan yang bekerja telah melampaui
batas tersebut maka sebagian dari perubahan bentuk itu tetap ada walaupun
tegangan telah dihilangkan. Elastisitas dilihat dari modulus resilien.
Semakin besar wilayah resiliennya maka akan semakin elastis material
tersebut. Elastisitas ini ditunjukan oleh titik yield.
5
2.2 Pengertian dan Spesifikasi Tensile Test
2.2.1 Pengertian Tensile Test
Pengujian tarik atau tensile test merupakan salah satu pengujian
yang sering dilakukan guna mengetahui mechanical properties. Tensile test
umumnya dilakukan terhadap spesimen atau batang uji standar. Bahan
yang diuji tarik mula-mula dibentuk sebagai batang uji dengan bentuk
sesuai dengan standar. Bagian dari tengah batang adalah bagian yang
menerima tegangan uniform, dan dalam bagian ini selalu diukur “panjang
uji” (gauge length), yaitu bagian yang dianggap mendapat pengaruh dari
pembebanan. Bagian ini selalu diukur panjangnya selama proses
pengujian.
Batang uji dipasang pada mesin tarik, lalu dijepit secara vertikal
dengan pencekam dari mesin tarik pada ujung-ujungnya dan ditarik
memanjang secara perlahan. Selama penarikan setiap saat dicatat besarnya
gaya tarik yang bekerja dan besarnya pertambahan panjang sebagai akibat
dari gaya tarik tersebut. Penarikan berlangsung sampai batang tersebut
putus.
2.2.2 Spesifikasi Tensile Test
Spesifikasi alat yang dipakai dalam praktikum tensile test ini
merupakan sesuai dengan standar international untuk tensile test yaitu
berbasis JIS Z 2241. JIS Z 2241 merupakan standar internasional yang
digunakan untuk tensile test, sedangkan spesimen yang digunakan
merupakan JIS Z 2201, spesimen standar internasional untuk tensile test.
Penggunaaan standar intenasional bertujuan agar hasil tes menjadi lebih
valid dan seksama lantaran telah memenuhi standar internasional.
6
stress - strain untuk memudahkan perhitungan. Untuk mencari engineering
stress dapat menggunakan rumus:
F
σ engineering=
Ao
Dimana:
σ engineering = Engineering stress
F = Gaya (N)
A0 = Luas permukaan awal (mm2)
Dan untuk mencari engineering stress dapat menggunakan rumus
sebagai berikut:
∆l
Ɛ engineering= x 100 %
l0
Dimana:
Ɛ engineering = engineering strain
∆l = perubahan panjang
Lo = panjang mula – mula
2.4.2 True stress – strain
True stress-strain merupakan nilai tegangan dan regangan yang
sebenarnya, dimana perubahan luas penampang spesimen seiring dengan
penambahan beban juga diperhitungkan. Nilai true stress true strain dapat
dihitung dengan mengkonversi nilai dari engineering stress - strain dengan
persamaan sebagai berikut :
F
σ=
Ao
Dimana:
σ = true stress (MPa)
F = Gaya (N)
A0 = Luas permukaan awal (mm2)
Dan untuk mencari nilai true strain menggunakan rumus sebagai
berikut :
l
Ɛ =ln
l0
Dimana:
Ɛ = true strain
l = panjang akhir
lo = panjang mula – mula
7
Elastic strain recovery merupakan elastic recovery setelah material
mengalami deformasi plastis, material tetapkan akan berubah ke bentuk
semula setelah terkena deformasi plastis akan tetapi tidak bisa sama seperti
kondisi awalnya karena telah mengalami deformasi plastis.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
8
9
3.3 Flowchart Langkah Kerja
MULAI
END
10
11
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
b. Baja Polos
12
Pengujian tarik dengan benda uji berupa baja polos ini
menghasilkan data berupa dimensi akhir baja polos. Dimensi awal baja
tulangan adalah panjang awal 298 mm, diameter awal 15,7 mm, dan
gauge length awal sebesar 200 mm. Setelah dilakukan pengujian,
dimensi baja tulangan berubah menjadi panjang akhir 341 mm,
diameter akhir 12,5 mm, dan gauge length sebesar 243 mm.
Pembebanan yang dialami benda uji yaitu sebesar 66 N untuk
pembebanan lumer dan 92,5 N untuk pembebanan maksimum.
Baja polos mengalami perubahan dimensi. Panjang dari benda uji
ini mengalami pertambahan sekitar 51 mm. Sedangkan untuk diameter
benda uji menngalami pengecilan sekitar 3,2 mm.
l s =l 0+ Δl
l0 × A 0
A s=
ls
a. Baja Tulangan
Mencari Skala Grafik P,embebanan – Pertambahan Panjang
13
P max
SkalaY =
Jumlah kotak pada sumbu y maksimum
208
SkalaY =
65
SkalaY =3,2
∆ L setelah patah
Skala X =
Jumlah kotak pada sumbu x maksimum
23
Skala X =
50
Skala X =0,46
P
σ teknik=
A0
208 ×1000
σ teknik=
1740,81
σ teknik=119,48 MPa
Mencari elongasi
l 1−l 0
EL= ×100 %
l0
14
EL=11,5 %
A1 −A 0
RA= ×100 %
A0
1561,26−1740,81
RA= ×100 %
1740,81
RA=−10,31 %
Mencari toughness
U t =∑ Luas Daerah Grafik
εf
U t =∫ σdε
0
U t =MPa
1
Ur= σ y ε y
2
U r =208 ×0,108
U r =22,464 MPa
b. Baja Polos
Mencari Skala Grafik Pembebanan – Pertambahan Panjang
P max
SkalaY =
Jumlah kotak pada sumbu y maksimum
92,5
¿
28
15
¿ 3,03
∆ L setelah patah
Skala X =
Jumlah kotak pada sumbu x maksimum
43
¿
72
¿ 0,597
P
σ teknik=
A0
92,5 ×1000
σ teknik=
1497,93
σ teknik=61,751 MPa
Mencari elongasi
l 1−l 0
EL= ×100 %
l0
EL=0,215 ×100 %
EL=21,5 %
16
A1 −A 0
RA= ×100 %
A0
1305,13−1497,93
RA= ×100 %
1497,93
RA=12,8 %
Mencari toughness
U t =∑ Luas Daerah Grafik
εf
U t =∫ σdε
0
U t =MPa
1
Ur= σ y ε y
2
U r =92,5 ×0.194
U r =17,945 MPa
17
4.4 Tabel Perhitungan dan Grafik
18
Tabel 4.2 Baja Tulangan
0,120
0,080
0,040
0,000
0 5 10 15 20 25
Δl (mm)
19
Stress-Strain Baja Tulangan
140.00
119.48
120.00
102.94
100.00 89.03
Stress(Mpa)
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Strain(mm/mm)
8.00
Stress(Mpa)
6.00
4.00
2.00
0.00
0 10 20 30 40 50 60
Strain(mm/mm)
Gambar 4. 5 Grafik Tegangan-Regangan Sebenarnya Baja Tulangan
20
Tabel Baja Polos
21
22
Tabel 4.3 Baja Polos
23
Grafik Baja Polos
0,040
0,020
0,000
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Δl (mm)
70
Stress-Strain Teknik Baja
61.74
Polos
60
50 41.9
Stress(Mpa)
40 40.79
30
20
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Strain(mm/mm)
Stress-Strain Sebenarnya
80
70 71.32
60
Stress(Mpa)
50 43.77
40
30
20
10
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
Strain(mm/mm)
24
4.5 Pembahasan Hasil Analisis Data
c. Perbandingan Grafik Tegangan-Regangan Teknik dan
Sebenarnya Baja Tulangan
100.00 93.82
89.03 102.94
Stress(Mpa)
80.00
Engineering Stress-Strain
Diagram
60.00
True Stress-Strain Diagram
40.00
20.00
0.00
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Strain(Mpa)
25
pengurangan luas penampang sebesar 10.31%, dengan modulus
ketangguhan sebesar 22.464 kN/mm², nilai modulus resillience sebesar
6.452 kN/mm², dan nilai modulus young sebesar 1106.33 kN/m².
Kemudian, pada kurva tegangan-regangan sebenarnya dapat
diketahui bahwa semula tegangan hampir sama dengan nol dan hampir
menyentuh sumbu x yang menandakan nilai tegangan nol. Lalu seiring
dengan pertambahan panjang, tegangan sebenarnya tersebut terus
bertambah secara proporsional sampai dengan titik yield. Pada kurva
tegangan sebenarnya baja tulangan ini dapat diketahui nilai dari yield
strength dengan mengetahui titik yield terlebih dahulu. Nilai yield strength
sebenarnya pada baja tulangan yaitu sebesar 93.82 Mpa. Kurva terus
bergerak naik dan agak mendatar ketika menuju ultimate tensile strength
dimana pembebanan maksimum terjadi dan tegangan maksimum terjadi
pula di titik tersebut. Dapat diketahui bahwa nilai ultimate tensile strength
sebenarnya dari baja tulangan sebesar 131.67 Mpa. Setelah melewati titik
ultimate, kurva bergerak mendatar lalu terus menurun sampai dengan titik
fracture.
Jika dilihat pada gambar 4.9 kurva tegangan-regangan teknik dan
kurva tegangan-regangan sebenarnya terlihat sama pada permulaan
pembebanan lalu terjadi perbedaan yang jauh ketika sudah berada di
daerah elastis sampai dimana baja tulangan tersebut patah. Terlihat secara
keseluruhan bahwa nilai tegangan sebenarnya lebih besar daripada nilai
tegangan teknik. Perbedaan antara kedua kurva tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor seperti perlakuan fisik dan penyusunan kimia dari material
tersebut. Faktor fisik yang dimaksud misalnya adanya perlakuan suhu dari
lingkungan sekitar akan mempengaruhi nilai-nilai data yang didapatkan
dan terutama mempengaruhi kekuatan suatu spesimen dengan material
tertentu. Dimana pada umumnya material tersebut sebenarnya sudah
diketahui nilai-nilai pokok seperti yield strength, ultimate strength, dan
nilai lainnya dengan berpedoman pada kurva teknik suatu material. Kurva
teknik tersebut dijadikan basis desain untuk pemilihan material suatu
komponen dengan kondisi dan parameter standar yang telah disepakati
para ilmuan. Sedangkan pada kurva sebenarnya terjadi pembebanan dan
nilai pada suatu material dengan terspesifikasi bukan secara general
dengan nilai tertentu yang telah disepakati tetapi tetap berpedoman pada
kurva teknik yang telah disepakati untuk suatu material tertentu. Pada
kurva sebenarnya juga didapatkan nilai-nilai pokok seperti yield strength,
ultimate strength, modulus elastisitas dan sebagainya dengan terspesifikasi
setelah adanya pengaruh suhu atau masa simpan dari material tersebut.
26
d. Perbandingan Grafik Tegangan-Regangan Teknik dan
Sebenarnya Baja Polos
50 43.77
Stress(Mpa)
40 41.9 40.79
Engineerin
30 g Stress-
Strain
20 Diagram
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Strain(mm/mm)
27
pemilihan material suatu komponen disebabkan faktor keamanan yang
dipertimbangkan.
28
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.11, dapat diketahui bahwa
kurva tegangan-regangan teknik pada baja tulangan berada di atas
kurva tegangan-regangan teknik baja polos. . Terlihat bahwa kurva
tegangan-regangan teknik pada baja tulangan berada jauh di atas kurva
tegangan-regangan teknik pada baja polos. Nilai perbedaan tersebut
mencapai dua kali lipat bahkan lebih. Dari grafik juga dapat dilihat
bahwa kurva tegangan-regangan teknik baja tulangan memiliki
tegangan paling tinggi dan melampaui tegangan pada baja polos.
Sedangkan kurva tegangan-regangan teknik pada baja polos memiliki
regangan paling besar pada titik fracture dan melampaui titik fracture
pada baja tulangan. Hal ini menunjukkan bahwa beban atau tegangan
yang dapat diterima oleh baja tulangan lebih besar dari pada baja
polos. Diketahui bahwa nilai dari ultimate tensile strength pada baja
tulangan, yakni sebesar 131.67 MPa, sedangkan pada baja polos 71.32
MPa.
Demikian pula pada grafik tegangan-regangan sebenarnya, kurva
baja tulangan berada di atas kurva baja polos yang menandakan bahwa
baja tulangan dapat menerima beban dan tegangan lebih besar dari
pada baja polos. Namun, apabila diamati dengan seksama kurva baja
polos terhadap sumbu x lebih lebar dari kurva baja tulangan
menandakan bahwa baja polos dapat berdeformasi plastis lebih tinggi
dari baja tulangan.
Maka dari grafik dan tabel data hasil perhitungan baja tulangan
dan baja polos dapat dibandingkan dan dianalisis berdasarkan grafik
tegangan-regangan teknik mauapun grafik tegangan-regangan
sebenernya bahwa spesimen baja tulangan memiliki kekuatan yaitu
dimana baja tulangan tersebut dapat menerima beban maksimum lebih
besar dibandingkan dengan baja polos sebelum mengalami necking.
Dapat disimpulkan pula bahwa baha tulangan memiliki kekuatan tarik
atau tensile strength yang lebih tinggi dibandingkan dengan baja polos.
Hal ini dibuktikan dengan tensile strength sebesar 119,48 MPa, lebih
besar dari dua kali lipat kuat tarik baja polos yaitu 41,89 MPa. Sifat
mekanik lainnya adalah baja tulangan memiliki nilai keuletan yang
lebih unggul atau memiliki sifat ductile dibandingkan baja polos yang
memiliki sifat brittle atau kegetasan sehingga baja tulangan lebih
mampu menerima beban yang lebih besar dibandingkan baja polos.
29
BAB V
KESIMPULAN
30
BAB VI
EVALUASI DAN SARAN
6.1 Evaluasi
Pada praktikum pengujian tarik yang penulis lakukan, ketika
ditelaah lebih dalam, ada beberapa evaluasi yang perlu penulis
sampaikan, yaitu pemberian data yang tidak masuk akal (luas akhir lebih
besar dari luas awal dan elongasi saat yield lebih panjang daripada
elongasi saat UTS).
6.2 Saran
Menanggapi evaluasi yang ditulis pada sub-bab 6.1, penulis
memberikan saran untuk pelaksanaan praktikum selanjutnya, yaitu
memberikan data yang lebih relevan lagi agar praktikan tidak menjadi
bingung saat seusai praktikum karena salah satu tujuan praktikum adalah
untuk menanamkan pemahaman terkait materi yang diujikan. Apalagi
pada masa pandemi yang diharuskan daring, pemahaman praktikan harus
diarahkan dengan effort lebih.
31
DAFTAR PUSTAKA
32