PENGUJIAN MERUSAK
STRUKTUR MICRO
Disusun Oleh :
Nama Praktikan : Ade Fahmi Auzan
NPM : 3331200109
Kelompok : 34
Rekan : 1. Dimas Maulana Putra
2. Husain Haafizh
3. Fikri Adytama Maha Putra
6 Mei 2021
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan......................................................................2
1.3 Batasan Masalah........................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Moduus Elastis............................................................................3
2.2 Pengujian Tarik dan Sifat Uji Tarik............................................
BAB III DIAGRAM ALIR
3.1 Diagram Alir...............................................................................
3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan.................................................
3.3 Prosedur Percobaan.....................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan...........................................................................
4.2 Pembahasan.................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..................................................................................
5.2 Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN
A. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS..........................
A.1 JAWABAN PERTANYAAN......................................................
A.2 TUGAS KHUSUS........................................................................
B. BLANGKO PERCOBAAN......................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.1 Diagram Alir....................................................................................
Gambar 4.1 Hasil Percobaan................................................................................
Gambar A.1 Bagian – Bagian Mikroskop............................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS.............................
A.1 JAWABAN PERTANYAAN.........................................................
A.2 TUGAS KHUSUS..........................................................................
B. BLANGKO PERCOBAAN.........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Metalografi
Metalografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari karakteristik
mikrostruktur dan makrostruktur suatu logam, paduan logam dan material
lainnya serta hubungannya dengan sifat-sifat material atau biasa juga
dikatakan suatu proses mengukur suatu material bahan secara kualitatif
maupun kuantitatif berdasarkan informasi-informasi yang didapatkan dari
material yang diamati.
Dalam ilmu metalurgi struktur mikro merupakan hal yang sangat
penting untuk dipelajari karena struktur mikro sangat berpengaruh pada
sifat-sifat mekanik suatu logam. Struktur mikro yang kecil akan membuat
kekerasan logam meningkat dan juga sebaiknya, struktur mikro yang besar
akan membuat logam menjadi ulet atau kekerasannya menurun. Struktur
mikro itu sendiri dipengaruhi oleh komposisi kimia dari logam tersebut
serta yang dialaminya. Karena pada dasarnya tujuan dari pengujian ini
adalah untuk mendapatkan sifat mekanik dan sifat fisik dari suatu material
logam maka sangat penting sekali kita harus mempertimbangkan design
dari suatu struktur atau mesin maka yang harus kita lakukan adalah
melihat kekuatan dari mesin yang akan kita coba, untuk menjalankan
fungsinya secara aman dan baik.
Contoh sebuah crane harus mendukung (support) beban tanpa terjadi
perpatahan atau tanpa pembengkokan(bending) sehingga tidak
mempersulit operator crane. “untuk memperbaiki sifat mekanik suatu
material dapat dilakukan dengan cara perlakuan panas pada material,
proses ini meliputi pemanasan material pada suhu tertentu, dipertahankan
pada waktu tertentu, dan didinginkan pada media tertentu pula. Perlakuan
panas mempunyai tujuan untuk meningkatkan kekerasan,
menghilangkan tegangan internal, menghaluskan butiran kristal,
meningkatkan kekerasan, meningkatkan tegangan tarik logam”. Pada
analisa mikro digunakan mikroskop optik untuk menganalisa strukturnya,
berhasil atau tidaknya analisa itu ditentukan oleh preparasi benda uji,
semakin sempurna preparasi benda uji maka semakin jelas gambar struktur
mikro yang diperoleh. Adapun tahapan persiapan benda uji metalografi
pada percobaan ini secara umum adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan sempel (sampling)
Untuk pengambilan sampel diambil pada posisi ¼ dari
lebar sampel, karena ¼ dari lebar sampel dianggap telah
mewakili. Ada tiga lokasi pengambilan sampling yaitu posisi
di luar pecahan, pecahan, dan ujung pecahan.
2. Pemotongan benda uji (cutting)
Pemotongan pada benda uji jangan sampai merusak
struktur bahan yang diakibatkan oleh gesekan alat potong
dengan benda uji. Untuk menghindari pemanasan setempat
dapat digunakan air sebagai media pendingin. Pada saat
pendinginan sebaiknya terdapat minyak yang larut dalam air,
adapun fungsinya yaitu :
Mencegah karat
Mengurangi kemungkinan terbakar
Memberikan kualitas potong yang baik
Teknik pemotongan sampel dapat dilakukan dengan :
Pematahan : untuk bahan getas yang keras
Pengguntingan : untuk baja karbon rendah yang tipis dan
lunak
Penggergajian : untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB
Pemotongan abrasi
Electric discharge machining : untuk bahan dengan
konduktivitas baik dimana sampel rendam dalam fluida
dielektrik lebih dahulu sebelum dipotong dengan memasang
satu listrik antara elektroda dan sampel.
3. Pemasangan sempel (Mounting)
Mounting disebut juga proses pembingkaian sampel. Sampel
dimounting dengan alat mounting press dengan penambahan
bakelit/resin yang akan menggumpal dan membingkai sampel.
Selain bakelit juga masih banyak bahan yang dapat digunakan
untuk mounting. Hasil mounting yaitu berbentuk bulat dengan
ukuran 1 inchi – 1 ½ inchi. Adapun tujuan dari mounting yaitu:
Untuk memudahkan saat melakukan preparasi atau handling.
Untuk mendapatkan kerataan permukaan
Memungkinkan preparasi spesimen lebih dari satu
Memperpanjang bahan polishing
Meningkatkan keamanan bagi penguji
Mempermudah melihat struktur mikro
Melindungi spesimen dari kerusakan
mekanis maupun non mekanis
Mempermudah pemberian identitas sampel
Memudahkan dalam penyimpanan
4. Pengamplasan (grinding)
Pengamplasan bertujuan untuk meratakan dan menghaluskan
permukaan sampel yang akan diamati. Pengamplasan ini dilakukan
secara berurutan yaitu dengan memakai amplas kasar hingga
amplas halus. Pengamplasan kasar dilakukan dengan menggunakan
amplas dengan nomor dibawah 180#, sedangkan pengamplasan
halus menggunakan amplas dengan nomor lebih tinggi dari 180#.
Pengamplasan dimulai dengan meletakkan sampel pada kertas
amplas dengan permukaan yang aka diamati bersentuhan langsung
dengan bagian kertas amplas tang kasar, kemudian sampel ditekan
dengan gerakan searah. Selama pengamplasan terjadi gesekan
antara permukaan sampel dan kertas amplas yang memungkinkan
terjadinya kenaikan suhu yang dapat mempengaruhi mikro struktur
sampel sehingga diperlukan pendinginan dengan cara dialiri air.
Apabila ingin mengganti arah pengamplasan, Sampel diusahakan
berada pada kedudukan tegak lurus terhadap arah mula-mula.
Pengamplasan selesai apabila tidak teramati lagi adanya goresan-
goresan pada permukaan sampel, selanjutnya sampel siap dipoles.
5. Pemolesan (Polishing)
Pemolesan bertujuan untuk lebih menghaluskan dan melicinkan
permukaan sampel yang akan diamati setelah pengamplasan.
Seperti halnya pengamplasan, pemolesan dibagi dua yaitu
pemolesan kasar dan halus. Pemolesan kasar menggunakan
abrasive dalam range sekitar 30 - 3 µm, sedangkan pemolesan
halus menggunakan abrasive sekitar 1 µm atau dibawahnya.
Sebelum pemolesan dilakukan, sampel terlebih dahulu dibersihkan
dengan air. Pemolesan dimulai dengan menyalakan mesin poles
sambil dialiri air. Sampel digerakkan secara radial dengan bagian
permukaan sampel yang telah dipoles harus dilihat secara berkala.
Berikutnya dilakukan pemolesan halus dengan cara yang sama
seperti di atas tetapi dengan mengganti air dengan autosol.
Polishing terbagi menjadi dua bagian yaitu:
Mechanical polishing
Electro polishing, dilakukan apabila proses mechanical
polishing tidak bisa dilakukan untuk suatu spesimen.
6. Etsa (Etching)
Proses etsa dilakukan dengan tujuan untuk mengikis daerah
batas butir sehingga struktur bahan dapat diamati dengan jelas
dengan bantuan mikroskop optik. Zat etsa bereaksi dengan sampel
secara kimia pada laju reaksi yang berbeda tergantung pada batas
butir, kedalaman butir dan komposisi dari sampel. Sampel yang
akan dietsa haruslah bersih dan kering. Selama etsa, permukaan
sampel diusahakan harus selalu terendam dalam etsa. Waktu etsa
harus diperkirakan sedemikian sehingga permukaan sampel yang
dietsa tidak menjadi gosong karena pengikisan yang terlalu lama.
Oleh karena itu sebelum dietsa, sampel sebaiknya diolesi alkohol
untuk memperlambat reaksi. Pada pengetsaan masing- masing zat
etsa yang digunakan memiliki karakteristik tersendiri sehingga
pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Zat
etsa yang umum digunakan untuk baja ialah larutan nital. Setelah
reaksi etsa selesai, zat etsa dihilangkan dengan cara mencelupkan
sampel ke dalam aliran air panas. Seandainya tidak
memungkinkan dapat digunakan air bersuhu ruang dan
dilanjutkan dengan pengeringan dengan alat pengering.
Permukaan sampel yang telah dietsa tidak boleh disentuh untuk
mencegah permukaan menjadi kusam. Setelah dietsa, sampel siap
untuk diperiksa di bawah mikroskop.
Adapun manfaat metalografi adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui dampak perlakuan panas dan media
pendingin terhadap karakteristik logam.
2. Dapat melihat perbedaan setiap fasa logam yang diuji.
3. Dapat mengoperasikan mikroskop untuk pengamatan pada
bahan yang lain.
4. Mengamati perubahan struktur mikro akibat proses yang
dilakukditujukan terutama untuk pengontrolan kualitas
komponen.
5. Menganalisis perubahan struktur mikro,dimensi cacat,penjalaran
retak dan menghubungkannya dengan prediksi kerusakan
komponen.
Data Pengamatan
Pembahasan Literatur
Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram alir
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik struktur logam atau paduan logam memiliki sifat fisis
dan mekanis yang berbeda tergantung dari jenis perlakuan panas
dan proses pendinginannya.
2. Kekuatan dan keuletan suatu material yang telah mengalami proses
perlakuan panas akan dipengaruhi jenis media pendingin yang
digunakan. Urutan ketangguhan bahan menurut media
pendinginnya yaitu : air garam, air, solar, oli dan udara.
3. Fasa-fasa yang terbentuk adalah : Ferit, sementit, perlit,
martensit,austenit, bainit dan ladeburit.
4. Struktur butir suatu material yang telah mengalami proses
perlakuan panas sangat ditentukan oleh jenis media pendingin yang
digunakan.
5.2 Saran
Berikut ini adalah saran yang dapat diberikan untuk percobaan
metalografi:
1. Sebelum praktikum dimulai lebih baik membaca modul
dan mempelajari teori terlebih dahulu supaya kita sudah
matang mengetahui step by step yang akan dilakukan
saat praktikum
2. Pengambilan gambar struktur mikro harus fokus.
DAFTAR PUTAKA
1. Lensa Okuler
Lensa okuler pada mikroskop cahaya memiliki fungsi
untuk membentuk bayangan nyata yang berasal dari
bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif. Jumlah
lensa okuler pada mikroskop beragam: dua lensa okuler
pada mikroskop binokuler dan satu lensa okuler pada
mikroskop monokuler.
2. Lensa Objektif
Fungsi lensa objektif pada mikroskop cahaya adalah
membentuk bayangan nyata dari suatu objek pengamatan.
Jumlahnya ada tiga hingga empat, tergantung pada jenis
mikroskop.
3. Revolver
Revolver merupakan bagian mikroskop cahaya yang
menyangga lensa objektif. Fungsi revolver untuk
mempermudah pengaturan nilai pengamatan dari sebuah
mikroskop.
4. Meja preparat
Bagian dari mikroskop ini berfungsi sebagai tempat
meletakkan objek pengamatan dengan dilengkapi capita
tau penjapit agar preparat tidak bergeser.
5. Kaki penyangga Mikroskop
Kaki penyangga mikroskop bisa ditemukan pada
mikroskop cahaya jenis terbaru. Fungsinya untuk
menyangga mikroskop saat diletakkan di bidang yang
tidak datar.
6. Diafragma
Diafragma berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang
masuk dan difokuskan ke objek pengamatan.
7. Lengan Mikroskop
Lengan mikroskop digunakan sebagai frame atau rangka
yang memudahkan penggunaan mikroskop ketika
pengamatan dilakukan. Begitu juga dengan saat
mikroskop dipindahkan dari satu tempat ke tempat
lainnya.
8. Skala preparat
Bagian dari mikroskop cahaya ini merupakan bagian
tambahan yang tidak ditemukan pada semua jenis
mikroskop. Fungsi utamanya adalah untuk memudahkan
penempatan preparat sebelum diamati.
9. Makrometer dan Mikrometer
Makrometer dan mikrometer mikroskop cahaya digunakan
untuk memfokuskan lensa pada objek pengamatan baik
secara horizontal maupun vertikal.
10. Tuas pengatur kecerahan
Tuas ini adalah potensiometer yang terhubung dengan
bola lampu di mikroskop yang fungsinya mengatur
kecerahan cahaya yang dihasilkan untuk melakukan
pengamatan.
STRUKTUR MIKRO