LEMBAR PENGESAHAN
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM METALURGI I
ii
iii
KATA PENGANTAR
iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
MODUL PRAKTIKUM ....................................................................................... 2
A. Modul I Ball Mill ...........................................................................2
B. Modul II: Mineral Sampling ..........................................................6
C. Modul III: Magnetic Separation ....................................................8
D. Modul IV: Sluice Box ..................................................................13
E. Modul V: Jigging Concentrator ..................................................16
F. Modul VI: Reaksi Kalsinasi Batu Kapur .....................................20
G. Modul VII: Korosi Galvanik ........................................................24
H. Modul VIII: Korosi Lingkungan ..................................................27
I. Modul IX: Pelapisan Tembaga ....................................................30
J. Modul X: Pengelasan Oksiasetilen ..............................................33
K. Modul XI: Pengelasan SMAW ....................................................37
PERATURAN PRAKTIKUM ........................................................................... 43
SOP PRAKTIKUM OFFLINE .......................................................................... 45
DRAF PRAKTIKUM ......................................................................................... 47
FORMAT VIDEO PRAKTIKUM .................................................................... 48
TEKNIS PENGUMPULAN LAPORAN .......................................................... 49
TEKNIS SIDANG PRAKTIKUM ..................................................................... 50
PERSENTASE NILAI PRAKTIKUM.............................................................. 52
BOBOT NILAI .................................................................................................... 53
INFORMASI TAMBAHAN............................................................................... 54
iv
v
v
PENDAHULUAN
2. Teori Dasar
Bijih merupakan bahan galian yang mengandung sejumlah mineral dan
dapat dimanfaatkan secara ekonomis dengan menggunakan teknologi yang
ada pada saat itu dalam waktu tertentu Mineral adalah padatan senyawa
kimia homogen, non-organik, yang memiliki struktur kristal tertentu dan
terbentuk secara alami. Mineral terdapat di dalam bijih yang berada di alam.
Mineral hasil tambang harus diolah terlebih dahulu karena masih
mengandung mineral-mineral pengotor lain. Pada pengolahan mineral, hasil
produk yang diambil adalah mineral berharga yang ada di dalam bijih,
sedangkan mineral pengotor atau tailingnya dibuang. Mineral yang diolah
harus memiliki kandungan mineral berharga yang tinggi dan tailing yang
rendah (Kelly, 1982).
Pengolahan bahan galian atau mineral dressing adalah istilah umum
yang biasa digunakan untuk proses pengolahan semua jenis bahan galian atau
mineral yang berasal dari endapan-endapan alam pada kulit bumi, untuk
dipisahkan menjadi produk-produk berupa satu macam atau lebih mineral
berharga dan sisanya dianggap sebagai mineral kurang berharga, yang
terdapat bersama-sama dalam alam (Sudarsono, 1999).
Secara umum mineral dressing adalah suatu proses pengolahan bahan
galian hasil penambangan guna memisahkan mineral berharga dari mineral
pengotornya yang kurang berharga, yang terdapat bersama-sama (gangue).
3
Bijih mempunyai ukuran optimum yang ekonomis agar dapat dipisah secara
mekanik dengan memanfaatkan sifat-sifat fisiknya. Proses pemisahan
mineral berharga dari mineral pengotornya yang kurang berharga merupakan
inti dari proses pengolahan bahan galian. Proses ini terdiri dari beberapa
langkah:
1. Comminution (Pengecilan ukuran dengan alat crushing dan grinding).
2. Sizing (Penyeragaman ukuran dengan screening dan classifier).
3. Concentration (Pemisahan mineral berharga dari pengotornya).
4. Dewatering (Pengeringan).
2𝑀𝑣 2
𝐹𝑐 = ( ) Cos θ
𝐷
..................................... (1.1)
Keterangan :
Fc : Gaya sentrifugal
M : Massa bola
v : Kecepatan
D : Diameter mill
Fg : Gaya gravitasi (m x g)
d : Diameter bola
Hal-hal yang berlaku pada gambar 1.1 adalah jika Fc > Fg maka bola
menempel padadinding, jika Fc < Fg maka bola jatuh bebas dan pada saat Fc
= Fg terdapat kecepatan kritis yang didapat dari penyederhanaan persamaan
gaya gravitasi dan gaya sentrifugal. Dalam cell terdapat tiga hal yang
berkaitan dengan kecepatan putar Cell, yaitu:
1. Kecepatan kritis
Merupakan kecepatan putar cell pada operasi milling dimana pada saat
itu grinding media menempel pada dinding cell sehingga tidak terjadi
proses abrasi maupun impak.
2. Cataracting
Merupakan kecepatan putar dari cell mill dimana grinding media akan
menimbulkan impak yang lebih besar dibandingkan abrasi.
3. Cascading
Merupakan kecepatan putar pada cell mill pada operasi milling yang
mengakibatkan grinding media lebih dominan bekerja secara abrasi
maupun impak. Diamater media gerus bervariasi mulai dari 25 sampai
dengan 150 cm. Berdasarkan cara pengeluaran produknya ball mill
5
4. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan batu bara dan mengayak dengan ukuran yang
ditentukan oleh asisten menjadi homogen;
2. Menimbang massa setiap fraksi ukuran;
3. Memasukkan batu bara kedalam ball mill dan melakukan proses
penggerusan dengan waktu dan jumlah media penggerus yang
ditentukan oleh asisten;
4. Mengeluarkan hasil penggerusan;
5. Memisahkan hasil dari proses penggerusan berdasarkan fraksi
ukuran menggunakan screening dan menimbang massa tiap-tiap
fraksi ukuran.
6
2. Teori Dasar
Pengolahan mineral merupakan proses pemisahan mineral berharga
dari mineral pengotornya berdasarkan sifat fisik dari masing-masing mineral.
Proses pengolahan mineral, penentuan kadar umpan adalah salah satu faktor
penting yang harus diketahui sebelum proses dilakukan. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu teknik analisis kadar bijih untuk menentukan kadar umpan
sebelum proses pengolahan mineral dilakukan.
Conto berasal dari bahasa Inggris “sample”, yaitu sebagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Ronald (1995) mendefinisikan
conto adalah suatu himpunan bagian dari populasi. Conto adalah sebagian
7
dari populasi. Artinya tidak akan ada conto jika tidak ada populasi. Populasi
adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Kesimpulan dari
populasi yang mendekati kebenaran diawali dengan pengambilan conto yang
benar.
Metode sampling merupakan metode pengambilan data dari sebagian
kecil conto, dan data yang kita pilih mewakili sifat keseluruhan dari setiap
material yang ingin diperiksa. Metode sampling harus efektif, cukup
seperlunya tapi representatif atau mewakili (Solihin, 1998).
Metode sampling harus dilakukan dalam tahapan yang benar sehingga
hasil metode sampling yang didapat mampu mewakili material yang begitu
banyak dan dapat digunakan secara representatif untuk mengontrol apakah
proses pengolahan tersebut berjalan dengan baik atau tidak. Untuk hasil lebih
baik dilakukan analisa menggunakan mikroskop optik. Proses sampling
menjadi penting dilakukan untuk meningkatkan akurasi proses pengolahan
mineral secara keseluruhan sehingga proses pengolahan mineral menjadi
efektif dan efisien.
Salah satu metode sampling yang dapat digunakan untuk mengurangi
ukuran conto dan menghasilkan subconto yang mewakili, yaitu metode
coning. Semua conto primer dicampur merata, kemudian dibuat kerucut
(cone) atau gunung-gunungan kemudian dipipihkan, dibelah dua dan dibelah
empat. Tiap-tiap bagian tersebut merupakan subconto. Proses tersebut dapat
diteruskan sehingga mendapatkan subconto yang sesuai. Metode sangat
sederhana dan tidak memerlukan peralatan tertentu tetapi memerlukan tempat
kerja yang bersih dan cukup luas.
5. Pasir besi
6. Pasir kuarsa
4. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan pasir besi dan pasir kuarsa sesuai yang ditentukan
asisten;
2. Menyusun ayakan dengan ukuran 40# dan 60#;
3. Melakukan pengayakan selama 5 menit;
4. Menimbang fraksi ukuran;
5. Membuat pasir hingga seperti kerucut (menggunung);
6. Menekan kerucut pasir hingga permukaan sama rata;
7. Membagi pasir menjadi empat bagian;
8. Melakukan quartering (homogenisasi);
9. Menimbang masing-masing bagian;
10. Mengulangi langkah 5 sampai 9 untuk bagian terberat;
11. Menyebar conto pada kotak preparat mika ukuran 3 x 3 cm;
12. Menghitung jumlah pasir besi dan pasir kuarsa dengan mikroskop;
13. Menghitung kadar pasir besi dan pasir kuarsa.
1. Tujuan Percobaan
Melakukan pemisahan mineral berdasarkan perbedaan sifat
kemagnetannya dengan menggunakan alat magnetic separator.
2. Teori Dasar
Pengolahan mineral (mineral processing atau mineral dressing)
merupakan suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan sifat-
sifat fisik bahan galian untuk memperoleh mineral berharga dari pengotornya
dengan cara mekanis. Pengolahan mineral ini terdiri dari beberapa tahap,
yaitu kominusi, sizing dan classification dan konsentrasi. Konsentrasi adalah
sebuah tahap dalam pengolahan mineral, pada tahap ini mineral berharga
dipisahkan dari mineral pengotornya berdasarkan sifat fisiknya. Adapun sifat
fisik yang dijadikan basis dalam pemisahan mineral ini adalah sifat
kelistrikannya, kemagnetannya, berat jenis dan lain- lain (Ajie, 2004).
Magnetic separation adalah salah satu metode konsentrasi mineral
dangan menggunakan basis pemisahan sifat kemagnetan partikel mineral.
Metode ini telah banyak digunakan untuk memisahkan partikel mineral
berharga berupa besi dari partikel pengotornya. Pada saat ini, hampir 90%
dari proses konsentrasi besi menggunakan metode magnetic separation.
Berdasarkan sifat kemagnetannya, secara umum mineral dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Ferromagnetic, yaitu material yang dapat ditarik oleh magnet secara
kuat (bersifat sangat magnet);
2. Paramagnetic, yaitu material yang dapat ditarik oleh magnet secara
lemah (bersifat magnet lemah);
3. Diamagnetic, yaitu material yang tidak dapat ditarik oleh magnet
(bersifat nonmagnetik).
Berdasarkan peralatannya, magnetic separation terbagi menjadi dua
jenis, yaitu low intensity dan high intensity magnetic separators. Baik low
intensity maupun high intensity magnetic separators dapat dilakukan secara
10
kering atau basah. Proses basah banyak dilakukan pada low intensity
magnetic separator (concurrent, counter-rotation, counter-current) dan
proses kering banyak dilakukan pada high intensity magnetic separator
(induced roll, cross belt). Namun, wet high intensity magnetic separator
(carousel type, canister type) sangat baik digunakan untuk mineral yang
bersifat paramagnetic. Dry low intensity magnetic separator (high speed
drum, ball-norton type) baik digunakan untuk mengkonsentrasi magnetite.
4. Prosedur Percobaan
1. Menimbang pasir kuarsa dan pasir besi sesuai ketentuan asisten.
12
6. Syarat apa yang harus dipenuhi oleh feed agar dapat dilakukan
pemisahan dengan magnetic separator!
2. Teori Dasar
Fluid film concentration merupakan salah satu metode klasifikasi
mineral berdasarkan perbedaan berat jenis partikel. Prinsip dari metode ini
dengan cara mengalirkan partikel-partikel dalam suatu aliran tipis dengan
kecepatan alir tertentu yang dijaga mengalir secara laminar. Dengan
demikian partikel yang mempunyai berat jenis (density) paling besar akan
mengendap terlebih dahulu, kemudian diikuti partikel-partikel dengan berat
jenis yang lebih ringan.
Sluice box merupakan suatu alat konsentrasi mineral bijih yang paling
sederhana yang termasuk kedalam gravity concentration. Mineral yang
memiliki densitas yang tinggi dapat mengendap yang nantinya akan diambil
sebagai konsentrat dan terjebak di riffle sedang mineral yang ringan akan ikut
terbawa aliran air sebagai tailing. Riffle (penghalang) merupakan perangkat
dukung yang berfungsi untuk menangkap partikel-partikel yang memiliki
densitas yang tinggi. Material dengan persen solid tertentu dialirkan dengan
kecepatan tertentu pada suatu bidang miring. Kemudian pengendapan
partikel yang terjadi ditahan dengan riffle yang sudah diatur jaraknya. Setelah
aliran dihentikan, akan didapat klasifikasi mineral yang tertahan di riffle
(Kelly E.G, 1982).
Hal-hal yang mempengaruhi pemisahan mineral dengan menggunakan
sluice box diantaranya seperti:
1. Kecepatan aliran dan ketebalan fluida
14
4. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan pasir besi dan pasir kuarsa sesuai yang ditentukan
asisten;
2. Mencampurkan pasir besi dan pasir kuarsa;
3. Menempatkan dalam feeder;
4. Meletakan riffle pada tempatnya;
5. Mengalirkan air dengan debit yang ditentukan asisten;
6. Menuangkan campuran pasir besi dan pasir kuarsa hingga habis;
7. Mengambil pasir besi dan pasir kuarsa pada masing-masing riffle;
8. Mengeringkan pasir besi dan pasir kuarsa menggunakan oven;
9. Memisahkan pasir besi dan pasir kuarsa menggunakan magnet
pada setiap fraksi;
10. Menimbang fraksi dengan teliti.
4. Gambarkan dan jelaskan riffle serta ukuran sluice box yang baik
secara ekonomis dan efektif!
5. Jelaskan yang dimaksud dengan kriteria konsentrasi!
6. Apakah pasir besi dan pasir olivin dapat dipisahkan dengan
menggunakan metode pemisahan mineral berbasis berat jenis
dengan media air? Jelaskan pendapat saudara dengan analisis
menggunakan kriteria konsentrasi!
7. Jelaskan istilah-istilah berikut:
a. Metallurgical balance
b. Recovery
c. Ratio of concentration
d. Run of Mine
2. Teori Dasar
Sebelum melakukan proses ekstraksi, bijih harus terlebih dahulu
melewati proses pra olahan atau preparasi bijih. Hal ini dikarenakan ukuran
bijih masih sangat besar yang dapat menyebabkan proses tidak berjalan
efektif dan efisien serta tidak ekonomis. Untuk mendapatkan mineral yang
diinginkan (mineral berharga). Proses preparasi bijih itu sendiri terdiri dari
kominusi, sizing and classification, dan konsentrasi.
Peningkatan kadar suatu logam berharga dilakukan pada proses
konsentrasi dimana pada proses ini mineral dipisahkan dari yang berharga
dan pengotornya. Mineral berharganya biasa disebut konsentrat dan mineral
17
4. Prosedur Percobaan
1. Timbang pasir besi dan pasir kuarsa sesuai ketentuan asisten;
2. Aturlah alat jigging concentrator sesuai dengan voltage motor jig
dan debit air sesuai ketentuan asisten;
3. Tangki jig diisi dengan air hingga penuh;
4. Hidupkan motor jig beberapa saat sebelum umpan dimasukkan;
5. Hitung spm (stroke per minute) saat sebelum proses pengumpanan
berlangsung;
6. Masukkan umpan ke dalam pulp;
7. Setelah proses selesai motor jig dimatikan;
8. Keluarkan tailing yang terbawa oleh air wadah penampungnya
setelah proses jigging selesai;
9. Keluarkan konsentrat dari wadah (pada bagian bawah tangki);
10. Keringkan konsentrat dan tailing dengan oven;
11. Pisahkan pasir besi pada konsentrat dan tailing menggunakan
magnet;
12. Timbang massa pasir besi dan pasir kuarsa pada konsentrat
dan tailing menggunakan neraca digital;
13. Ulangi prosedur diatas dengan voltage motor jig yang berbeda;
14. Lakukan analisis kadar Fe yang tertampung (konsentrat).
20
2. Teori Dasar
Proses kalsinasi merupakan proses perlakuan panas pada suhu tinggi
dibawah melting point sehingga terjadi dekomposisi gas yang memiliki
ikatan kimia dengan bijih, serta proses eliminasi air kristal yang terkandung
dalam bijih. Dalam proses kalsinasi batu kapur, terjadi eliminasi senyawa
21
yang berikatan secara kimia dengan batu kapur yaitu karbon dioksida dan air
kemudian dihasilkan kalsin sebagai produk kalsinasi terdekomposisi. Proses
yang dilakukan adalah pemanasan dengan temperatur yang bervariasi
tergantung dari jenis senyawa karbonat yang digunakan (Yang Liu, 2014).
Proses kalsinasi untuk kalsium karbonat diperlukan suhu 900℃ agar
dapat terdekomposisi hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Ikatan kimia pada air kristal yang sangat kuat.
2. Penyediaan panas
3. Pertimbangan kinetik
Reaksi pada proses kalsinasi membutuhkan energi yang lebih untuk dapat
terjadi. Setiap satu mol penguraian CaCO3 membutuhkan energi sebesar 42,5
kkal. Secara kinetik, agar reaksi berlangsung cepat maka PCO saat disosiasi
lebih besar dari PCO2 pada kondisi standar.
Kalsinasi adalah proses yang endotermik, yaitu memerlukan panas, hal
ini dapat dilihat dari nilai ΔH° yang positif. Panas diperlukan untuk melepas
ikatan kimia dari air kristal untuk merenggangkan ikatan kimia, dengan batu
kapur menjadi oksidanya. Proses kalsinasi tentunya lebih endotermik
dibandingkan proses drying. Reaksi transfer panas yang terjadi proses
kalsinasi dapat dilihat pada gambar 6.1.
.......................................... 6.2)
3. Gelas beker
4. Helm gerinda
5. Jangka sorong
6. Kertas saring
7. Masker
8. Mesin gerinda
9. Neraca digital
10. Penjepit
11. Sarung tangan
4. Prosedur Percobaan
1. Meyiapkan batu kapur;
2. Membentuk batu kapur sesuai geometri yang ditentukan;
3. Menimbang conto menggunakan neraca digital;
4. Memasukkan conto ke dalam muffle furnace selama waktu yang
ditentukan;
5. Mengeluarkan conto, kemudian dinginkan conto, dan timbang
dengan neraca digital;
6. Memasukkan conto ke dalam gelas beker yang berisi air;
7. Menyaring conto menggunakan kertas saring;
8. Mengeringkan conto menggunakan oven;
9. Menimbang conto yang tidak larut didalam air dan menghitung
persen kalsinasi.
3. Buatlah neraca massa dan energi dari proses kalsinasi batu kapur
pada praktikum ini, kemudian hitunglah tekanan gas CO2 yang
terbentuk pada proses kalsinasi dengan asumsi CaCO3 100 gram!
4. Sebutkan furnace yang digunakan pada proses kalsinasi selain
shaft furnace? Sebutkan dan jelaskan zona-zona yang terdapat pada
shaft furnace!
5. Tuliskan persamaan reaksi kalsinasi batu kapur! Berapa temperatur
minimal agar reaksi kalsinasi berlangsung secara spontan?
Jelaskan! Buktikan bahwa kalsinasi merupakan reaksi endoterm!
2. Teori Dasar
Korosi adalah proses terdegradasi atau rusaknya suatu material karena
pengaruh dari lingkungannya. Korosi galvanik adalah korosi yang terjadi
apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di lingkungan
elektrolit saat terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang berbeda
potensial tersebut akan menimbulkan aliran elektron atau listrik diantara
kedua logam. Sehingga Salah satu dari logam tersebut akan mengalami
korosi, sedangkan logam lainnya akan terlindungi dari serangan korosi.
Dalam korosi ini, logam yang memiliki potensial lebih positif akan bersifat
katodik, sedangkan yang berpotensial negatif akan bersifat anodik. Pada
kondisi ini akan timbul suatu tegangan listrik sedemikian sehingga logam
yang lebih anodik (logam yang pada kondisi tidak terhubungkan mempunyai
potensial yang lebih negatif) akan bertindak sebagai anode, sedangkan logam
25
lainnya menjadi katode. Pada daerah anode akan terjadi pelarutan logam
karena terjadi oksidasi (Mulyonono, 2005).
4. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan pelat Pb, Cu dan Zn;
2. Membuat larutan NaCl 3%;
3. Menyiapkan multitester;
4. Menghubungkan pelat logam yang berbeda dengan multitester;
5. Mencelupkan dua pelat logam yang terhubung dengan multitester
pada larutan NaCl 3% secara bersamaan;
6. Mengamati tegangan yang ditunjukkan oleh multitester dengan
variabel waktu tertentu;
27
2. Teori Dasar
Beberapa pengertian korosi antara lain:
1. Korosi merupakan penurunan kualitas material yang disebabkan
oleh reaksi kimia bahan dengan unsur-unsur lain yang terdapat di
alam.
2. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat bereaksi
dengan lingkungan yang korosif.
28
Korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali, namun korosi
dapat dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses
perusakannya. Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara menyeluruh
di seluruh permukaan logam, sehingga umumnya akan terjadi pengurangan
dimensi per satuan waktu. Korosi ini terjadi jika lingkungan korosif
mempunyai akses yang sama ke seluruh bagian dari permukaan logam (D.L.
Graver, 1985).
Salah satu pengendalian dari proses korosi adalah dengan
menggunakan inhibitor. Inhibitor merupakan zat kimia yang sengaja
ditambahkan untuk meredam sifat korosif dari lingkungan terhadap material
logam. Zat kimia ini ditambahkan dalam jumlah tertentu pada suatu sistem
korosi untuk meminimalkan laju korosi pada konsentrasi tertentu
4. Prosedur Percobaan
A. Pembuatan ekstrak kopi:
1. Memasukkan ¼ kg biji kopi ke dalam oven untuk dikeringkan
dan ditumbuk hingga halus;
2. Melarutkan 50 gram bubuk kopi ke dalam 200 ml air PDAM;
3. Menyaring larutan bubuk dari endapan menggunakan kertas
saring, dan menutup larutan dengan penutup plastik selama 24
jam.
B. Pengamatan proses korosi pada paku:
1. Menempatkan setiap botol air mineral yang sudah diberi
nomor pada tempat yang telah disediakan;
2. Memasukkan setiap botol air mineral dengan lingkungan yang
berbeda, botol I dan II diisi dengan air PDAM (tanpa
penambahan inhibitor), botol III dan IV diisi dengan air
PDAM sebanyak 500 ml dengan penambahan larutan inhibitor
sebanyak 10 ml;
3. Membersihkan paku dengan amplas;
4. Menimbang massa awal paku;
5. Mengikat paku menggunakan tali rapia dan memasukkan paku
kedalam botol air mineral;
6. Membiarkan botol yang sudah berisi paku selama tiga hari,
dan kemudian amati berdasarkan waktu yang ditentukan
asisten.
30
2. Teori Dasar
Pelapisan atau electroplating adalah proses pengendapan zat (ion
logam) pada elektroda (katode) dengan cara elektrolisis atau disebut juga
proses pelapisan logam. Terjadinya pengendapan pada proses ini karena
adanya ion-ion bermuatan listrik yang berpindah dari suatu elektroda melalui
elektrolit yang mana hasil dari elektrolisis tersebut akan mengendap pada
elektroda lain (katode). Cara pelapisan ini memerlukan arus listrik searah
(DC).
Tahapan sehingga proses pelapisan dapat terjadi:
1. Sebuah atom dalam larutan atau dalam logam anode kehilangan sebuah
elektron sehingga berubah menjadi sebuah ion di dalam larutan.
2. Ion yang bermuatan positif ditarik menuju anode (strip baja yang akan
dilapisi) dan bergerak ke arah katode tersebut.
31
Katode dan anode ditentukan dari harga potensial yang dimiliki oleh
setiap logam. Urutan logam dengan harga potensial yang makin besar atau
urutan logam yang makin mudah mengalami reduksi disebut deret volta.
Deret volta tersebut adalah sebagai berikut.
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, (H), Sb,
Bi, Cu, Hg, Ag, Pt, Au
Deret volta di atas dari kiri ke kanan makin mudah mengalami reduksi
atau sifat oksidator makin kuat, sedangkan dari kanan ke kiri mudah
mengalami oksidasi atau sifat reduktor makin kuat. Logam-logam yang
berada di sebelah kiri atom H mempunyai harga Eº negatif, sedangkan yang
di sebelah kanan mempunyai harga Eº positif.
4. Gelas ukur
5. Hairdryer
6. Larutan elektrolit H2SO4
7. Neraca digital
8. Pelat Cu dan Fe
9. Rectifier
10. Tisu
4. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan larutan H2SO4 yang ditentukan oleh asisten;
2. Menyusun rangkaian percobaan seperti pada Gambar 9.1;
3. Melakukan preparasi spesimen yang akan digunakan pelapisan;
4. Menimbang masa awal katode dan anode;
5. Melakukan proses electroplating dengan variabel percobaan yang
diberikan oleh asisten;
6. Mengeringkan pelat katode dan anode dengan hairdryer;
7. Menimbang massa akhir pelat anode dan katode.
2. Teori Dasar
Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua logam atau lebih
dengan menggunakan energi panas. Logam sekitar lasan atau sambungan,
akan mengalami siklus termal yang cepat yang menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan metalurgi yang rumit, deformasi dan tegangan-
tegangan termal. Hal ini sangat erat hubungannya dengan kekuatan, cacat
lasan dan lain sebagainya yang pada umumnya mempunyai pengaruh yang
fatal terhadap keamanan dari konstruksi yang di las.
Salah satu metode pengelasan yang sering digunakan adalah pengelasan
yang menggunakan bahan bakar gas. Pengelasan dengan gas dilakukan
dengan membakar bahan bakar gas yang dicampur dengan oksigen (O2)
sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu tinggi (3000℃) yang mampu
mencairkan logam induk dan logam pengisinya. Jenis bahan bakar gas yang
digunakan asetilen, propan atau hidrogen, sehingga cara pengelasan ini
dinamakan las oksiasetilen atau dikenal dengan nama las karbit. Reaksi yang
terjadi dalam tabung asetilen adalah:
CaC2 + 2H2O → Ca(OH)2 + C2H2 ............................ (10.1)
34
9. Sarung tangan
10. Selang las
11. Sikat kawat
12. Tabung gas asetilen
13. Tabung gas oksigen
14. Tabung pemadam
15. Tang
4. Prosedur Percobaan
A. Langkah Percobaan
1. Mengecek kelengkapan dan kondisi peralatan;
2. Membuka keran tabung oksigen dan bahan bakar;
3. Memeriksa tekanan gas oksigen dan gas asetilen pada
regulator;
4. Menyiapkan pelat dan filler metal;
5. Menimbang pelat dan filler metal sebagai massa awal (G0
atau F0).
B. Langkah Penyalaan Las Gas
1. Mengarahkan ujung brander ke bagian bawah;
2. Membuka secara perlahan keran gas asetilen;
3. Menyalakan dengan pemantik gas pada ujung brander
hingga gas terbakar;
4. Mengatur keran gas oksigen dan gas asetilen sesuai dengan
ketentuan.
C. Proses Pengelasan
1. Meletakkan benda kerja di atas meja kerja;
2. Menyalakan api las sesuai langkah B;
3. Memanaskan terlebih dahulu benda kerja;
4. Mendekatkan filler metal ke arah nosel hingga ikut mencair;
36
2. Teori Dasar
Dalam industri manufaktur, tidak diragukan lagi pengelasan merupakan
salah satu proses terpenting dalam membentuk bahan baku menjadi suatu
produk. Karena secara luas, penggunaan teknik las telah banyak digunakan
di industri khususnya dalam penyambungan batang konstruksi bangunan baja
dan konstruksi mesin.
Teknik las sendiri dapat diartikan sebagai penyambungan dua logam
atau lebih dengan melibatkan energi panas dan melelehkan sebagian dari
logam tersebut. Las busur listrik yaitu pengelasan menggunakan listrik dan
elektrodanya terbungkus oleh fluks. Cara mengelas yang sering dipergunakan
dalam praktek dan termasuk klasifikasi las busur listrik: las elektroda
terbungkus, las busur dengan pelindung gas dan las busur dengan pelindung
bukan gas. Adapun dalam praktikum ini yang akan dipelajari adalah las
elektroda terbungkus (SMAW).
Las elektroda terbungkus adalah cara pengelasan yang banyak
digunakan pada masa ini. Dalam cara pengelasan ini kawat elektroda logam
yang dibungkus dengan fluks. Pada gambar dibawah ini dapat dilihat dengan
jelas bahwa busur listrik terbentuk di antara logam induk dan ujung elektroda.
Karena panas dari busur ini maka logam induk dan ujung elektroda tersebut
mencair dan kemudian membeku bersama (Wiryosumarto, 1996). Gambar
bentuk rangkaian proses pengelasan SMAW dapat dilihat pada Gambar 11.1.
38
4. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan pelat logam;
2. Menimbang pelat tersebut sebagai massa awal sebelum di las
(GH0);
3. Menyiapkan elektroda yang sesuai (jumlah elektroda yang
digunakan tergantung panjang pelat yang akan di las) dan
menimbang sejumlah elektroda yang akan dipakai tersebut terlebih
dahulu sebagi massa awal elektroda sebelum pencairan (GP0);
4. Memasangkan elektroda pada kutub positif atau negatif pada mesin
las SMAW (jenis polaritas yang dipakai ditentukan asisten);
5. Mengatur mesin las SMAW pada arus dan voltase yang ditentukan
oleh asisten;
6. Menyiapkan stopwatch;
40
1. Draf praktikum dan video menjadi kelengkapan sebagai syarat ikut Praktikum
Laboratorium Metalurgi I.
2. Asisten akan memberikan revisi draf praktikum maksimal 1 hari setelah
praktikum selesai.
3. Jika draf terindikasi plagiasi atau arsip, maka nilai Bab I, Bab II, dan Bab III
pada laporan bernilai 0.
4. Laporan dikumpulkan 3 hari kerja setelah praktikum selesai.
5. Laporan akhir dapat direvisi oleh asisten.
Keterangan:
Draf berisi Cover, Bab I, Bab II, Bab III, dan Daftar Pustaka.
Laporan disusun dengan melanjutkan draf yang sudah dikumpulkan.
PERATURAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM METALURGI I
2021 - 2022
14. Praktikan wajib membawa buff atau topi, kacamata las hitam, jaket jeans, dan
susu pada modul pengelasan.
15. Praktikan wajib membersihkan dan meletakkan kembali alat-alat praktikum ke
tempat semula.
16. Apabila praktikan merusak atau menghilangkan alat, wajib mengganti
maksimal 7 hari setelah praktikum selesai.
17. Apabila praktikan tidak mengikuti peraturan di atas, maka praktikan tidak bisa
mengikuti praktikum.
18. Draf dan laporan praktikum mengikuti peraturan praktikum online.
DRAF PRAKTIKUM
LABORATORIUM METALURGI I
2021 – 2022
1. Video dikumpulkan maksimal pukul 23.59 WIB pada saat grup chat dengan
asisten telah dibentuk.
2. Nama file: Kelompok_Nama Modul.
Contoh: 7_Jigging Concentration
3. Durasi video minimal 5 menit dan maksimal 10 menit.
4. Isi video berupa:
I : Latar Belakang
II : Tujuan Percobaan
III : Teori Dasar
IV : Prosedur Percobaan
V : Hipotesa Awal
5. Video pendahuluan di upload ke google drive dan link video dishare ke grup
chat dengan asisten.
TEKNIS PENGUMPULAN LAPORAN
PRAKTIKUM LABORATORIUM METALURGI I
2021 – 2022
1. Sidang dilaksanakan secara daring sesuai kelompok dengan jadwal yang telah
ditentukan.
2. Setiap kelompok wajib membuat dan menyerahkan kelengkapan sidang yaitu
file presentasi sidang dengan ketentuan:
a. Terdiri dari tujuan percobaan, hasil, pembahasan (tabel/grafik/gambar), dan
kesimpulan dari setiap modul.
b. Sidang dibuat mengikuti urutan modul pada Modul Praktikum Labmet I
tahun 2021.`
c. File sidang dikirim ke google drive yang telah ditentukan dengan format
file: Sidang labmet_kelompok (Nomor) dalam bentuk .pptx.
Contoh: Sidang labmet_kelompok 1.
d. File sidang dikumpulkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan asisten.
e. File yang dipresentasikan adalah file yang dikumpulkan.
3. Link grup video call sidang diberikan oleh asisten melalui koordinator
praktikan.
4. Praktikan wajib hadir tepat waktu.
5. Selama sidang berlangsung praktikan diwajibkan berada di tempat yang
kondusif.
6. Praktikan wajib memakai pakaian rapi dan sopan yaitu kemeja putih, dasi, dan
kerudung hitam segi empat, celana/rok bahan hitam serta rambut harus rapi.
7. Praktikan diberikan waktu selama 30 menit untuk memaparkan hasil praktikum
dari keseluruhan modul. Setiap anggota kelompok wajib turut serta menjelaskan
hasil praktikum. Setelah itu dilakukan sesi tanya jawab dengan asisten.
8. Selama sidang berlangsung dilarang meninggalkan atau keluar dari grup video
call tanpa seizin ketua sidang.
51
Tes Pendahuluan 5%
Video 10%
Praktikum
Sikap 10%
BAB I 10% Maks. 2 hal
BAB II 10% Min. 7 hal
BAB III 5% Maks. 3 hal 50%
BAB IV 40% Min. 5 hal
Laporan 25%
BAB V 5% Maks. 2 hal
Tugas Khusus 10%
Kerapihan & Kelengkapan 10%
Jawaban soal & Lampiran 10%
Sidang 20%
UTS/Tugas 30%
Total 100%
BOBOT NILAI
LABORATORIUM METALURGI I
2021 – 2022
DAFTAR PUSTAKA
4 x 4 cm
2 cm 7,5 cm
dari batas margin Disusun oleh : dari batas margiin
Nama Praktikan :
NPM :
Kelompok :
Rekan : 1.
2.
Catatan:
-BAB 1 maksimal 2 halaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA(TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)
....................................................................................................................................
.........................................................................dapat dilihat pada Tabel 2. 1.
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Baja AISI 1045 [3]
Bahan Kimia Konsentrasi (%)
Karbon 0,42 – 0,50
Mangan 0,50 – 0,80
Silikon Maks. 0,40
Sulfur 0,02 – 0,04
Krom + Molibdenum + Nikel Maks. 0,63
(1 kali Enter TNR 12, Spasi 1,5)
........................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
.....................................................................[4].
2.1.1 .................
............................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
............................................ dapat dilihat pada persamaan rumus 2.1 [5].
M1 x V1 = M2 x V2 ............................................... (2.1)
(1 kali Enter, Spasi 1,5)
2.2 .................
........................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
................................................dapat dilihat pada persamaan rumus 2.2 [5].
Cu → Cu2+ + 2e ............................................ (2.2)
4
2.2.1 .................
............................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
................................................................................... dapat dilihat pada
Gambar 2. 2 [5].
Catatan:
-Bab II minimal 6 halaman sampai batas margin bawah
-1 paragraf terdiri dari 4 kalimat
-Tidak boleh mengambil gambar yang terdapat watermark
-Keterangan huruf pada gambar diharuskan jelas dan mudah terbaca
-Ukuran gambar maksimal 7 x 8 cm (tinggi x lebar)
BAB III
METODE PERCOBAAN (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)
Persiapan Bahan
Proses
Data Pengamatan
Pembahasan Literatur
Kesimpulan
............................................................................................................
.............................................................................. (prolog).
a. Neraca digital
b. Thermocouple
6
............................................................................................................
.............................................................................. (prolog).
a. Larutan H2SO4 1 M
b. Pelat Cu
(1 kali Enter, Spasi 1,5)
3.3 Prosedur Percobaan
........................................................................................................................
.................................................................. (prolog).
1.
2.
Catatan:
-Bab III maksimal 3 halaman
-Sesuaikan dengan percobaan yang telah dilakukan
-Menggunakan kalimat pasif
-Alat dan bahan diurutkan sesuai abjad
DAFTAR PUSTAKA (IEEE style)
[2] Nama penulis, judul buku text book, terbitan atau edisi, kota/Negara: nama
penerbit, tahun. [URL]. → untuk pengambilan dari buku elektronik
[3] Nama penulis, “judul bab dalam jurnal,” judul jurnal, volum atau edisi,
halaman jurnal, bulan. Tahun. →untuk pengambilan dari jurnal
[4] Penulis. Penulis. (tahun, bulan, hari). Judul (edisi) [Jenis media]. Tersedia
pada: Nama URL.[Waktu Akses] → contoh pengambilan dari online.
KETERANGAN:
[1] Daftar pustaka minimal 5 (jurnal dan/atau buku), diperbolehkan
pakai website jika daftar pustaka ≥ 5 (jurnal dan/atau buku).
[2] Web yang diperbolehkan yang berbasis bahasa inggris.
[3] Tidak diperbolehkan mencantumkan blog, wordpress, wikipedia,
modul praktikum, catatan kuliah, dan PPT perkuliahan sebagai
referensi penulisan laporan.
[4] Untuk setiap judul buku/jurnal, jarak antara baris adalah satu spasi,
sedangkan jarak antara judul adalah dua spasi.
[5] Contoh penulisan daftar pustaka IEEE style terlampir
8
8
LAMPIRAN
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM (TNR 14)
LABORATORIUM METALURGI I (TNR 14; Spasi 1,5)
(1 kali Enter TNR 16)
JUDUL MODUL (TNR 16)
(1 kali Enter TNR 16)
4 x 4 cm
2 cm
7,5 cm
dari batas margin Disusun oleh : (TNR 12, Center) dari batas margiin
Nama Praktikan :
NPM :
Kelompok :
Rekan : 1.
2.
Tanggal Praktikum :
Tanggal Pengumpulan Lap. :
Asisten :
5 cm
ii
DAFTAR ISI (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)
iii
LAMPIRAN A. CONTOH PERHITUNGAN ...................................................... 11
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS ........... 13
LAMPIRAN C. BLANGKO PERCOBAAN ....................................................... 15
iv
DAFTAR TABEL (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)
Catatan:
-Apabila dalam laporan hanya ada 1 tabel, maka tidak perlu dibuat daftar
tabel
v
DAFTAR GAMBAR (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)
vi
DAFTAR LAMPIRAN (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)
vii
BAB I
PENDAHULUAN (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)
Catatan:
BAB I maksimal 2 halaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)
Catatan:
-Bab II minimal 6 halaman sampai batas margin bawah
-1 paragraf terdiri dari 4 kalimat
-Tidak boleh mengambil gambar yang terdapat watermark
-Keterangan huruf pada gambar diharuskan jelas dan mudah terbaca
-Ukuran gambar maksimal 7 x 8 cm (tinggi x lebar)
BAB III
METODE PERCOBAAN (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)
Persiapan Bahan
Proses
Data Pengamatan
Pembahasan Literatur
Kesimpulan
............................................................................................................
.............................................................................. (prolog).
a. Neraca digital
6
b. Thermocouple
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan
............................................................................................................
.............................................................................. (prolog).
a. Larutan H2SO4 1 M
b. Pelat Cu
(1 kali Enter, Spasi 1,5)
3.3 Prosedur Percobaan
........................................................................................................................
.................................................................. (prolog).
1.
2.
Catatan:
-Bab III maksimal 3 halaman
-Sesuaikan dengan percobaan yang telah dilakukan
-Menggunakan kalimat pasif
-Alat dan bahan diurutkan sesuai abjad
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
0.35
Rata-rata Laju Korosi
0.3
0.25
(V/menit)
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Cu/Zn Cu/Pb Pb/Zn
Pelat Logam
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Pelat Logam dengan Rata-rata Laju Korosi
8
........................................................................................................................
....................................................................................................................................
........................................................................................................dapat dilihat pada
Gambar 4. 2 (prolog).
Catatan :
-Bab IV minimal 6 halaman hingga batas margin bawah
-Jelaskan dalam bentuk paragraf
-1 paragraf terdiri dari 4 kalimat
-Ukuran gambar maksimal 7 x 8 cm (tinggi x lebar)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
........................................................................................................................
..........................................................(prolog).
1.
2.
3.
5.2 Saran
........................................................................................................................
..........................................................(prolog).
1.
2.
3.
Catatan :
-Kesimpulan berupa poin dan terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif.
-Saran tidak diperbolehkan menyalahkan alat dan bahan serta human error.
DAFTAR PUSTAKA (IEEE style)
[2] Nama penulis, judul buku text book, terbitan atau edisi, kota/Negara: nama
penerbit, tahun. [URL]. → untuk pengambilan dari buku elektronik
[3] Nama penulis, “judul bab dalam jurnal,” judul jurnal, volum atau edisi,
halaman jurnal, bulan. Tahun. →untuk pengambilan dari jurnal
[4] Penulis. Penulis. (tahun, bulan, hari). Judul (edisi) [Jenis media]. Tersedia
pada: Nama URL.[Waktu Akses] → contoh pengambilan dari online.
KETERANGAN:
[1] Daftar pustaka minimal 5 (jurnal dan/atau buku), diperbolehkan
pakai website jika daftar pustaka ≥ 5 (jurnal dan/atau buku).
[2] Web yang diperbolehkan yang berbasis bahasa inggris.
[3] Tidak diperbolehkan mencantumkan blog, wordpress, wikipedia,
modul praktikum, catatan kuliah, dan PPT perkuliahan sebagai
referensi penulisan laporan.
[4] Untuk setiap judul buku/jurnal, jarak antara baris adalah satu spasi,
sedangkan jarak antara judul adalah dua spasi.
[5] Contoh penulisan daftar pustaka IEEE style terlampir
11
AMPIRAN
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN (TNR 12; Spasi 1,5)
12
Lampiran A. Contoh Perhitungan
1. Text here
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS (TNR 12; Spasi 1,5)
14
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus
B.1 Jawaban Pertanyaan
1. ..........................................................?
Jawab:
............................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
............................................................. (TNR 12, Spasi 1,5)
Waktu (menit)
Jumlah penggerus
Massa (gr)
Fraksi ukuran (#)
I II III
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com
% Berat
Fraksi Ukuran Ukuran % Berat
Berat (gr) % Berat Kumulatif
(#) Ayakan Kumulatif
Tertampung Lolos
(#)
1.
2.
3.
4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com
Jumlah
1.
2.
3.
4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com
Feed
Tegangan Laju
Pasir Besi Pasir Kuarsa Waktu
No. Rotor Pengumpanan
Ukuran Massa (detik)
Ukuran Massa (volt) (g/detik)
(#) (gram) (#) (gram)
Concentrate Tailing
Pasir Pasir f (%) c (%) t (%) R (%)
Ukuran Pasir Besi Pasir Besi
Kuarsa Kuarsa
(#)
Massa Massa Massa Massa
(gram) (gram) (gram) (gram)
1.
2.
3.
4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com
1.
2.
3.
4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com
1.
2.
3.
4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com
Keterangan:
M0 = Massa Sebelum Pemanasan (g)
M1 = Massa Sesudah Pemanasan (g)
M2 = Massa Sesudah Pelarutan (g)
No. Nama NPM Asisten
1.
2.
3.
4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com
Rata-
Waktu E Korosi Ē Korosi ΔE° Laju Korosi rata
Material E° Redoks
(Menit) (Volt) (Volt) (Volt) (Volt/Menit) Laju
Korosi
Cu/Zn
Cu/Pb
Pb/Zn
1.
2.
3.
4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com
II
III
IV
1.
2.
3.
4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com
I II III
Conto
Cu Fe Cu Fe Cu Fe
Massa awal
(gram)
Massa akhir
(gram)
Selisih Massa
(gram)
1.
2.
3.
4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com
G0 G1 Gr x t S F0 F1 Fr v
Pelat
(g) (g) (g) (cm) (det) (cm/det) (g) (g) (g) (g/det)
Keterangan :
G0 = Massa pelat awal (g) S = Kecepatan pengelasan (cm/det)
G1 = Massa pelat akhir (g) F0 = Massa filler metal awal (g)
Gr = Deposit metal las (g) F1 = Massa filler metal akhir (g)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com
1.
2.
3.
4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com
II
II
I ØE L t S T v Q
Pelat
(Ampere) (mm) (mm) (detik) (mm/det) (mm) (g/det) (kJ/menit)
II
III
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com
Keterangan :
∆GH = Selisih massa pelat (g) I = Arus listrik (A)
GH0 = Massa pelat awal (g) ØE = Diameter elektroda (mm)
GH1= Massa pelat akhir (g) L = Panjang hasil lasan (mm)
αH= Koefisien deposit metal las (g/A.det) t = Waktu pengelasan (det)
GP0 = Massa elektroda awal (g) S = Kecepatan pengelasan (mm/det)
GP1 = Massa elektroda akhir (g) T = Panjang elektroda sisa (mm)
∆GP = Selisih massa elektroda (g) v = Laju Lelehan Elektroda (g/det)
αρ = Koefisien deposit elektroda las (g/A.det) Q = Heat Input (kJ/menit)
1.
2.
3.
4. (................................)