Anda di halaman 1dari 110

ii

LEMBAR PENGESAHAN
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM METALURGI I

Disetujui untuk Jurusan Teknik Metalurgi FT UNTIRTA oleh

Koor. Asisten Lab. Metalurgi Ka. Lab. Metalurgi


FT UNTIRA FT UNTIRTA

Tubagus Maulan Ichsan Tiara Triana, S.T., M.T.


NIM. 3334180054 NIP.199209142019032016

Ketua Jurusan Metalurgi


FT UNTIRTA

Adhitya Trenggono, S.T. M.Sc


NIP. 1977804102003121001

ii
iii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan


rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku panduan praktikum laboratorium metalurgi
I ini dapat disusun dengan baik dan selesai tepat waktu. Sebagai media yang
membantu proses pemahaman kepada mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum
laboratorium I ini, maka kami menyajikan suatu buku panduan pelaksanaan
praktikum yang pada dasarnya merupakan hasil rangkuman dari berbagai referensi
sebagai tuntutan praktikan dalam melaksanakan proses praktikum. Dilengkapi
dengan tujuan, teori dasar, hingga prosedur percobaan dari setiap modulnya. Buku
panduan ini merupakan revisi dan pembakuan dari buku panduan terdahulu. Besar
harapan bahwa buku panduan praktikum ini dapat bermanfaat bagi praktikan dan
berbagai pihak yang membutuhkan. Saran-saran ataupun kritik yang membangun
dari berbagai pihak kami butuhkan dalam menyempurnakan buku panduan ini.
Maka kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam
penyusunan buku panduan praktikum laboratorium metalurgi I ini semoga
bermanfaat dalam keberlangsungan praktikum.

Cilegon, Agustus 2021

Tim Laboratorium Metalurgi

iii
iv

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
MODUL PRAKTIKUM ....................................................................................... 2
A. Modul I Ball Mill ...........................................................................2
B. Modul II: Mineral Sampling ..........................................................6
C. Modul III: Magnetic Separation ....................................................8
D. Modul IV: Sluice Box ..................................................................13
E. Modul V: Jigging Concentrator ..................................................16
F. Modul VI: Reaksi Kalsinasi Batu Kapur .....................................20
G. Modul VII: Korosi Galvanik ........................................................24
H. Modul VIII: Korosi Lingkungan ..................................................27
I. Modul IX: Pelapisan Tembaga ....................................................30
J. Modul X: Pengelasan Oksiasetilen ..............................................33
K. Modul XI: Pengelasan SMAW ....................................................37
PERATURAN PRAKTIKUM ........................................................................... 43
SOP PRAKTIKUM OFFLINE .......................................................................... 45
DRAF PRAKTIKUM ......................................................................................... 47
FORMAT VIDEO PRAKTIKUM .................................................................... 48
TEKNIS PENGUMPULAN LAPORAN .......................................................... 49
TEKNIS SIDANG PRAKTIKUM ..................................................................... 50
PERSENTASE NILAI PRAKTIKUM.............................................................. 52
BOBOT NILAI .................................................................................................... 53
INFORMASI TAMBAHAN............................................................................... 54

iv
v

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55


LAMPIRAN FORMAT DRAF PRAKTIKUM................................................ 56
LAMPIRAN FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM ....................................... 57
LAMPIRAN FORMAT BLANGKO................................................................. 58

v
PENDAHULUAN

Mahasiswa prodi Teknik Metalurgi diharapkan menguasai teori dan praktik


pada bidang keilmuan metalurgi. Mata kuliah praktikum dibentuk untuk
memberikan pengalaman kepada mahasiswa dengan mengintegrasikan teori dan
praktik sehingga mahasiswa dapat mengembangkan keterampilannya secara
langsung. Beberapa mata kuliah dasar dan unggulan diupayakan untuk integrasi
dengan praktikum di laboratorium agar kecakapan mahasiswa dapat terbentuk
dengan matang. Selain itu mata kuliah praktikum juga bertujuan untuk mengasah
keterampilan mahasiswa dalam memahami dan mengerti kegunaan peralatan-
peralatan praktikum yang sudah ada di Laboratorium Metalurgi Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa sesuai dengan mata kuliah. Proses pembelajaran mata kuliah
Praktikum Laboratorium Metalurgi I pada prodi Teknik Metalurgi Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa dilakukan di lingkungan Laboratorium Metalurgi Untirta.
Berdasarkan Surat Edaran Dekan Fakultas Teknik No.
B/164/UN43.3/KP02.02/2020 tentang Petunjuk Teknis Kegiatan Akademik di
Lingkungan Fakultas Teknik Selama Masa Darurat COVID-19, maka kegiatan
Praktikum Laboratorium Metalurgi I akan dilaksanakan secara daring. Oleh karena
itu dibuatlah buku panduan ini guna membantu mahasiswa dalam menjalani
praktikum daring dengan baik. Buku Panduan ini berisi modul, alur, peraturan, dan
parameter penilaian praktikum. Praktikum terdiri dari 11 modul yaitu, Ball Mill,
Mineral Sampling, Magnetic Separation, Sluice Box, Jigging Concentrator, Reaksi
Kalsinasi Batu Kapur, Korosi Galvanik, Korosi Lingkungan, Pelapisan Tembaga,
Pengelasan Oksi Asetilen, dan Pengelasan SMAW
MODUL PRAKTIKUM

A. Modul I Ball Mill


1. Tujuan Percobaan
Memahami mekanisme penggerusan, mengetahui pengaruh parameter
waktu dan jumlah media gerus pada produk grinding menggunakan Ball Mill,
serta dapat memahami sieving test pada produk hasil grinding.

2. Teori Dasar
Bijih merupakan bahan galian yang mengandung sejumlah mineral dan
dapat dimanfaatkan secara ekonomis dengan menggunakan teknologi yang
ada pada saat itu dalam waktu tertentu Mineral adalah padatan senyawa
kimia homogen, non-organik, yang memiliki struktur kristal tertentu dan
terbentuk secara alami. Mineral terdapat di dalam bijih yang berada di alam.
Mineral hasil tambang harus diolah terlebih dahulu karena masih
mengandung mineral-mineral pengotor lain. Pada pengolahan mineral, hasil
produk yang diambil adalah mineral berharga yang ada di dalam bijih,
sedangkan mineral pengotor atau tailingnya dibuang. Mineral yang diolah
harus memiliki kandungan mineral berharga yang tinggi dan tailing yang
rendah (Kelly, 1982).
Pengolahan bahan galian atau mineral dressing adalah istilah umum
yang biasa digunakan untuk proses pengolahan semua jenis bahan galian atau
mineral yang berasal dari endapan-endapan alam pada kulit bumi, untuk
dipisahkan menjadi produk-produk berupa satu macam atau lebih mineral
berharga dan sisanya dianggap sebagai mineral kurang berharga, yang
terdapat bersama-sama dalam alam (Sudarsono, 1999).
Secara umum mineral dressing adalah suatu proses pengolahan bahan
galian hasil penambangan guna memisahkan mineral berharga dari mineral
pengotornya yang kurang berharga, yang terdapat bersama-sama (gangue).
3

Bijih mempunyai ukuran optimum yang ekonomis agar dapat dipisah secara
mekanik dengan memanfaatkan sifat-sifat fisiknya. Proses pemisahan
mineral berharga dari mineral pengotornya yang kurang berharga merupakan
inti dari proses pengolahan bahan galian. Proses ini terdiri dari beberapa
langkah:
1. Comminution (Pengecilan ukuran dengan alat crushing dan grinding).
2. Sizing (Penyeragaman ukuran dengan screening dan classifier).
3. Concentration (Pemisahan mineral berharga dari pengotornya).
4. Dewatering (Pengeringan).

Gambar 1. 1 Skematis Arah Gaya pada Grinding Mill

Sebelum menjadi bijih, bongkahan hasil bahan galian diremukkan


(crushing) dan digerus (grinding) agar mempermudah dalam proses
berikutnya. Proses peremukkan, bahan galian diberikan tekanan untuk
memecah bahan galian. Pada penggerusan, mekanisme pengecilan ukuran
dilakukan dengan mengadu bijih dengan logam yang lebih keras pada suatu
wadah. Dinding wadah diberi pelapis yang bertujuan untuk menjaga agar
permukaan dinding pelapis tidak hancur akibat hantaman antara logam keras
dan bijih yang akan dihancurkan serta untuk mengangkat bijih agar terangkat
dan terjatuh bertumbukkan dengan logam keras. Pada rpm rendah bola
menggelincir terjadi gaya gesek dan kompresi maka ukuran produk halus,
dan pada rpm tinggi bola jatuh bebas terjadi gaya impak dan kompresi maka
4

ukuran produk kasar. Contoh alat-alat penggerusan adalah autogeneous mill,


semi- autogeneous mill, rod mill, ball mill, pebble mill, dan lainnya.

2𝑀𝑣 2
𝐹𝑐 = ( ) Cos θ
𝐷
..................................... (1.1)
Keterangan :
Fc : Gaya sentrifugal
M : Massa bola
v : Kecepatan
D : Diameter mill
Fg : Gaya gravitasi (m x g)
d : Diameter bola

Hal-hal yang berlaku pada gambar 1.1 adalah jika Fc > Fg maka bola
menempel padadinding, jika Fc < Fg maka bola jatuh bebas dan pada saat Fc
= Fg terdapat kecepatan kritis yang didapat dari penyederhanaan persamaan
gaya gravitasi dan gaya sentrifugal. Dalam cell terdapat tiga hal yang
berkaitan dengan kecepatan putar Cell, yaitu:
1. Kecepatan kritis
Merupakan kecepatan putar cell pada operasi milling dimana pada saat
itu grinding media menempel pada dinding cell sehingga tidak terjadi
proses abrasi maupun impak.
2. Cataracting
Merupakan kecepatan putar dari cell mill dimana grinding media akan
menimbulkan impak yang lebih besar dibandingkan abrasi.
3. Cascading
Merupakan kecepatan putar pada cell mill pada operasi milling yang
mengakibatkan grinding media lebih dominan bekerja secara abrasi
maupun impak. Diamater media gerus bervariasi mulai dari 25 sampai
dengan 150 cm. Berdasarkan cara pengeluaran produknya ball mill
5

dibedakan menjadi dua bagian yaitu :


a. Overflow Mill
Dimana produk hasil pengeluaran akan keluar dengan sendirinya disalah
satu ujung pengeluaran.
b. Grate Discharge Mill
Dimana produk hasil pengeluaran akan keluar melalui saringan yang
dipasang pada salah satu ujung pengeluaran. Produk dapat keluar dengan
bebas sehingga dapat menghindari terjadinya overgrinding.

3. Alat dan Bahan


1. Ball mill
2. Batu bara
3. Media penggerus
4. Neraca digital
5. Screening
6. Spatula
7. Stopwatch

4. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan batu bara dan mengayak dengan ukuran yang
ditentukan oleh asisten menjadi homogen;
2. Menimbang massa setiap fraksi ukuran;
3. Memasukkan batu bara kedalam ball mill dan melakukan proses
penggerusan dengan waktu dan jumlah media penggerus yang
ditentukan oleh asisten;
4. Mengeluarkan hasil penggerusan;
5. Memisahkan hasil dari proses penggerusan berdasarkan fraksi
ukuran menggunakan screening dan menimbang massa tiap-tiap
fraksi ukuran.
6

5. Tugas dan Pertanyaan


1. Sebutkan dan jelaskan kriteria yang digunakan untuk penentuan
grinding dapat dilakukan secara kering atau basah!
2. Gambarkan secara skematika, perilaku muatan saat mill berputar!
3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam bentuk cell pada milling!
4. Sebutkan dan jelaskan faktor penting yang menentukan besarnya
diameter dan panjang mill tube!
5. Apa yang dimaksud dengan kecepatan kritis relatif dan kecepatan
gaya sentrifugal dan sebutkan nilai optimum pada masing-masing
kecepatan tersebut!
6. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang berpengaruh pada kerja
ball mill!
7. Sebutkan dan jelaskan komposisi bola grinding yang digunakan
dalam ball mill!

B. Modul II: Mineral Sampling


1. Tujuan percobaan
Mempelajari teknik mineral sampling dengan menggunakan metode
coning and quartering dalam proses pengolahan mineral.

2. Teori Dasar
Pengolahan mineral merupakan proses pemisahan mineral berharga
dari mineral pengotornya berdasarkan sifat fisik dari masing-masing mineral.
Proses pengolahan mineral, penentuan kadar umpan adalah salah satu faktor
penting yang harus diketahui sebelum proses dilakukan. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu teknik analisis kadar bijih untuk menentukan kadar umpan
sebelum proses pengolahan mineral dilakukan.
Conto berasal dari bahasa Inggris “sample”, yaitu sebagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Ronald (1995) mendefinisikan
conto adalah suatu himpunan bagian dari populasi. Conto adalah sebagian
7

dari populasi. Artinya tidak akan ada conto jika tidak ada populasi. Populasi
adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Kesimpulan dari
populasi yang mendekati kebenaran diawali dengan pengambilan conto yang
benar.
Metode sampling merupakan metode pengambilan data dari sebagian
kecil conto, dan data yang kita pilih mewakili sifat keseluruhan dari setiap
material yang ingin diperiksa. Metode sampling harus efektif, cukup
seperlunya tapi representatif atau mewakili (Solihin, 1998).
Metode sampling harus dilakukan dalam tahapan yang benar sehingga
hasil metode sampling yang didapat mampu mewakili material yang begitu
banyak dan dapat digunakan secara representatif untuk mengontrol apakah
proses pengolahan tersebut berjalan dengan baik atau tidak. Untuk hasil lebih
baik dilakukan analisa menggunakan mikroskop optik. Proses sampling
menjadi penting dilakukan untuk meningkatkan akurasi proses pengolahan
mineral secara keseluruhan sehingga proses pengolahan mineral menjadi
efektif dan efisien.
Salah satu metode sampling yang dapat digunakan untuk mengurangi
ukuran conto dan menghasilkan subconto yang mewakili, yaitu metode
coning. Semua conto primer dicampur merata, kemudian dibuat kerucut
(cone) atau gunung-gunungan kemudian dipipihkan, dibelah dua dan dibelah
empat. Tiap-tiap bagian tersebut merupakan subconto. Proses tersebut dapat
diteruskan sehingga mendapatkan subconto yang sesuai. Metode sangat
sederhana dan tidak memerlukan peralatan tertentu tetapi memerlukan tempat
kerja yang bersih dan cukup luas.

3. Alat dan Bahan


1. Ayakan ukuran 40# dan 60#
2. Mikroskop optik
3. Neraca digital
4. Preparat mika
8

5. Pasir besi
6. Pasir kuarsa

4. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan pasir besi dan pasir kuarsa sesuai yang ditentukan
asisten;
2. Menyusun ayakan dengan ukuran 40# dan 60#;
3. Melakukan pengayakan selama 5 menit;
4. Menimbang fraksi ukuran;
5. Membuat pasir hingga seperti kerucut (menggunung);
6. Menekan kerucut pasir hingga permukaan sama rata;
7. Membagi pasir menjadi empat bagian;
8. Melakukan quartering (homogenisasi);
9. Menimbang masing-masing bagian;
10. Mengulangi langkah 5 sampai 9 untuk bagian terberat;
11. Menyebar conto pada kotak preparat mika ukuran 3 x 3 cm;
12. Menghitung jumlah pasir besi dan pasir kuarsa dengan mikroskop;
13. Menghitung kadar pasir besi dan pasir kuarsa.

5. Tugas dan Pertanyaan


1. Jelaskan mengapa metode mineral sampling perlu dilakukan!
Jelaskan menggunakan kalimat Anda.
2. Jelaskan fungsi pengayakan pada proses mineral sampling!
3. Jelaskan fungsi grid pada preparat!
4. Sebutkan dan jelaskan secara singkat macam-macam metode
sampling yang anda ketahui, minimal 3!
5. Sebutkan dan jelaskan mengenai keuntungan dan kerugian metode
coning and quartering!

C. Modul III: Magnetic Separation


9

1. Tujuan Percobaan
Melakukan pemisahan mineral berdasarkan perbedaan sifat
kemagnetannya dengan menggunakan alat magnetic separator.

2. Teori Dasar
Pengolahan mineral (mineral processing atau mineral dressing)
merupakan suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan sifat-
sifat fisik bahan galian untuk memperoleh mineral berharga dari pengotornya
dengan cara mekanis. Pengolahan mineral ini terdiri dari beberapa tahap,
yaitu kominusi, sizing dan classification dan konsentrasi. Konsentrasi adalah
sebuah tahap dalam pengolahan mineral, pada tahap ini mineral berharga
dipisahkan dari mineral pengotornya berdasarkan sifat fisiknya. Adapun sifat
fisik yang dijadikan basis dalam pemisahan mineral ini adalah sifat
kelistrikannya, kemagnetannya, berat jenis dan lain- lain (Ajie, 2004).
Magnetic separation adalah salah satu metode konsentrasi mineral
dangan menggunakan basis pemisahan sifat kemagnetan partikel mineral.
Metode ini telah banyak digunakan untuk memisahkan partikel mineral
berharga berupa besi dari partikel pengotornya. Pada saat ini, hampir 90%
dari proses konsentrasi besi menggunakan metode magnetic separation.
Berdasarkan sifat kemagnetannya, secara umum mineral dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Ferromagnetic, yaitu material yang dapat ditarik oleh magnet secara
kuat (bersifat sangat magnet);
2. Paramagnetic, yaitu material yang dapat ditarik oleh magnet secara
lemah (bersifat magnet lemah);
3. Diamagnetic, yaitu material yang tidak dapat ditarik oleh magnet
(bersifat nonmagnetik).
Berdasarkan peralatannya, magnetic separation terbagi menjadi dua
jenis, yaitu low intensity dan high intensity magnetic separators. Baik low
intensity maupun high intensity magnetic separators dapat dilakukan secara
10

kering atau basah. Proses basah banyak dilakukan pada low intensity
magnetic separator (concurrent, counter-rotation, counter-current) dan
proses kering banyak dilakukan pada high intensity magnetic separator
(induced roll, cross belt). Namun, wet high intensity magnetic separator
(carousel type, canister type) sangat baik digunakan untuk mineral yang
bersifat paramagnetic. Dry low intensity magnetic separator (high speed
drum, ball-norton type) baik digunakan untuk mengkonsentrasi magnetite.

Gambar 3. 1 Skema Alat Magnetic Separator

Seperti pada gambar 3.1, mekanisme kerja magnetic separation


tergantung pada gaya yang dimiliki oleh masing-masing partikel mineral
yang akan dipisahkan. Sedangkan gaya yang bekerja pada partikel mineral
tergantung pada separator (pemisah) yang digunakan. Pada drum separator,
jika yang digunakan adalah proses basah maka partikel akan mengalami
empat gaya, yaitu:
1. Gaya magnet (Fm)
2. Gaya gravitasi (Fg)
3. Gaya drag (Fd)
4. Gaya sentrifugal (Fc)
Dalam proses magnetic separation terdapat suatu variabel yang
menentukan berhasil atau tidaknya proses pemisahan mineral, yaitu magnetic
susceptibility. Magnetic susceptibility merupakan sifat material yang
11

menentukan mudah atau tidaknya material mengalami pengaruh dalam


medan. Terdapat parameter yang dapat menentukan apakah proses
pemisahan dapat dilakukan dengan cara berdasarkan sifat kemagnetannya
atau tidak, yaitu nilai entrapment ratio. Nilai entrapment ratio adalah rasio
gaya magnet terhadap gaya sentrifugal, gaya gravitasi dan gaya drag.
Mekanisme kerja magnetic separation tergantung pada gaya yang dimiliki
oleh masing-masing partikel mineral-mineral yang akan dipisahkan.
Sedangkan gaya yang bekerja pada partikel mineral tergantung pada
separator (pemisah) yang digunakan pada proses pemisahannya. Rumus
untuk entrapment ratio ini yaitu sebagai berikut.
𝐹𝑚
𝐸𝑅 =
(𝐹𝑐 + 𝐹𝑔 + 𝐹𝑑) ................................... (3.1)
Jika ER > 1, maka proses pemisahan berdasarkan sifat kemagnetannya
dapat dilakukan. Pada kondisi ER > 1, artinya medan magnet memberikan
pengaruhnya jauh lebih besar dibanding dengan total dari tiga gaya lainya.
Jika entrapment ratio kurang dari 1 atau ER < 1, maka proses pemisahan
tidak dapat dilakukan berdasarkan sifat kemagnetannya

3. Alat dan Bahan


1. Low intensity magnetic separator
2. Magnet
3. Neraca digital
4. Pasir besi
5. Pasir kuarsa
6. Screening
7. Stopwatch

4. Prosedur Percobaan
1. Menimbang pasir kuarsa dan pasir besi sesuai ketentuan asisten.
12

2. Mengayak pasir kuarsa dan pasir besi dengan screen sesuai


ketentuan asisten.
3. Menyiapkan alat magnetic separator dengan tegangan rotor sesuai
ketentuan asisten.
4. Menyiapkan stopwatch.
5. Melakukan proses pemisahan sesuai dengan waktu yang
ditentukan asisten.
6. Menimbang berat yang diperoleh dari proses pemisahan.
7. Melakukan proses pemisahan pasir besi dengan pasir kuarsa.
8. Menimbang konsentrat dan tailing yang diperoleh.
9. Mengayak pasir besi yang diperoleh pada konsentrat.
10. Menimbang pasir besi yang telah diayak berdasarkan fraksi
ukurannya.
11. Mengulangi prosedur yang sama untuk komposisi conto yang sama
dengan variabel tegangan dan waktu pemisahan yang berbeda.

5. Tugas dan Pertanyaan


1. Berdasarkan sifat kemagnetannya, material dapat dibedakan
menjadi 4 jenis, sebutkan dan jelaskan!
2. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
efisiensi pemisahan pada magnetic separator!
3. Sebutkan dan jelaskan jenis magnetic separator berdasarkan
intensitas magnetnya!
4. Apabila didapat 18 gram pasir besi dan 3 gram pasir kuarsa di
dalam konsentrat, serta total umpan sebesar 40 gram dengan
perbandingan antara pasir besi dan kuarsa adalah 1:1, maka berapa
nilai recovery untuk proses ini dan tentukan % berat yang hilang!
5. Gambarkan dan jelaskan secara skematik mekanisme terjadinya
proses pemisahan mineral dengan metode magnetic separation
dengan skema!
13

6. Syarat apa yang harus dipenuhi oleh feed agar dapat dilakukan
pemisahan dengan magnetic separator!

D. Modul IV: Sluice Box


1. Tujuan percobaan
Memahami proses pemisahan mineral dengan menggunakan metode
fluid film concentration menggunakan alat sluice box.

2. Teori Dasar
Fluid film concentration merupakan salah satu metode klasifikasi
mineral berdasarkan perbedaan berat jenis partikel. Prinsip dari metode ini
dengan cara mengalirkan partikel-partikel dalam suatu aliran tipis dengan
kecepatan alir tertentu yang dijaga mengalir secara laminar. Dengan
demikian partikel yang mempunyai berat jenis (density) paling besar akan
mengendap terlebih dahulu, kemudian diikuti partikel-partikel dengan berat
jenis yang lebih ringan.
Sluice box merupakan suatu alat konsentrasi mineral bijih yang paling
sederhana yang termasuk kedalam gravity concentration. Mineral yang
memiliki densitas yang tinggi dapat mengendap yang nantinya akan diambil
sebagai konsentrat dan terjebak di riffle sedang mineral yang ringan akan ikut
terbawa aliran air sebagai tailing. Riffle (penghalang) merupakan perangkat
dukung yang berfungsi untuk menangkap partikel-partikel yang memiliki
densitas yang tinggi. Material dengan persen solid tertentu dialirkan dengan
kecepatan tertentu pada suatu bidang miring. Kemudian pengendapan
partikel yang terjadi ditahan dengan riffle yang sudah diatur jaraknya. Setelah
aliran dihentikan, akan didapat klasifikasi mineral yang tertahan di riffle
(Kelly E.G, 1982).
Hal-hal yang mempengaruhi pemisahan mineral dengan menggunakan
sluice box diantaranya seperti:
1. Kecepatan aliran dan ketebalan fluida
14

Kecepatan dan ketinggian fluida yang terlalu besar akan


mengakibatkan arus yang terjadi merupakan arus turbulen sehingga
membuat material yang tertahan di riffle loncat dari riffle.
2. Berat jenis material yang akan dipisahkan
Berat jenis dari material harus cukup besar karena material itu harus
dapat mengimbangi derasnya arus dengan gaya berat sehingga
material itu akan dapat terhalangi oleh riffle. Bila material itu
mempunyai berat jenis yang kecil, akan hanyut terbawa oleh aliran
air.
3. Banyaknya air atau fluida
Bila air yang digunakan untuk memisahkan mineral ini hanya
sedikit, maka mineral tersebut tidak akan terpisahkan atau hasilnya
adalah heterogen.
4. Ketinggian riffle
Ketinggian riffle harus sebanding dengan ketebalan aliran air, paling
tidak harus melebihi 0,5 cm dari permukaan riffle. Selama proses
pemisahan, mineral dengan berat jenis besar akan mengendap
karena adanya turbulensi dari aliran fluida yang tertahan oleh riffle.
Tetapi untuk mineral dengan berat jenis kecil akan terkena efek
turbulensi dan ikut terbawa oleh arus air.

Gambar 4. 1 Pergerakan Partikel pada Riffle


5. Panjang box
Panjang box sangat menentukan proses pemisahan, karena semakin
panjang akan semakin besar kemungkinan material itu untuk
tersangkut pada riffle sehingga hasilnya semakin besar.
15

3. Alat dan Bahan


1. Magnet
2. Neraca digital
3. Pasir besi
4. Pasir kuarsa
5. Oven
6. Sluice box

4. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan pasir besi dan pasir kuarsa sesuai yang ditentukan
asisten;
2. Mencampurkan pasir besi dan pasir kuarsa;
3. Menempatkan dalam feeder;
4. Meletakan riffle pada tempatnya;
5. Mengalirkan air dengan debit yang ditentukan asisten;
6. Menuangkan campuran pasir besi dan pasir kuarsa hingga habis;
7. Mengambil pasir besi dan pasir kuarsa pada masing-masing riffle;
8. Mengeringkan pasir besi dan pasir kuarsa menggunakan oven;
9. Memisahkan pasir besi dan pasir kuarsa menggunakan magnet
pada setiap fraksi;
10. Menimbang fraksi dengan teliti.

5. Tugas dan Pertanyaan


1. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemisahan mineral pada sluice box!
2. Jelaskan pengaruh kecepatan aliran fluida terhadap pemisahan
mineral pada sluice box!
3. Sebutkan dan jelaskan kelebihan dan kekurangan alat sluice box
dalam pemisahan mineral berdasarkan density!
16

4. Gambarkan dan jelaskan riffle serta ukuran sluice box yang baik
secara ekonomis dan efektif!
5. Jelaskan yang dimaksud dengan kriteria konsentrasi!
6. Apakah pasir besi dan pasir olivin dapat dipisahkan dengan
menggunakan metode pemisahan mineral berbasis berat jenis
dengan media air? Jelaskan pendapat saudara dengan analisis
menggunakan kriteria konsentrasi!
7. Jelaskan istilah-istilah berikut:
a. Metallurgical balance
b. Recovery
c. Ratio of concentration
d. Run of Mine

E. Modul V: Jigging Concentrator


1. Tujuan Percobaan
Meningkatkan kandungan kadar besi (Fe) pada pasir besi melalui proses
pemisahan berdasarkan perbedaan berat jenis atau density serta mengetahui
mekanisme yang terjadi pada proses pemisahan dengan menggunakan
jigging concentrator.

2. Teori Dasar
Sebelum melakukan proses ekstraksi, bijih harus terlebih dahulu
melewati proses pra olahan atau preparasi bijih. Hal ini dikarenakan ukuran
bijih masih sangat besar yang dapat menyebabkan proses tidak berjalan
efektif dan efisien serta tidak ekonomis. Untuk mendapatkan mineral yang
diinginkan (mineral berharga). Proses preparasi bijih itu sendiri terdiri dari
kominusi, sizing and classification, dan konsentrasi.
Peningkatan kadar suatu logam berharga dilakukan pada proses
konsentrasi dimana pada proses ini mineral dipisahkan dari yang berharga
dan pengotornya. Mineral berharganya biasa disebut konsentrat dan mineral
17

pengotornya biasa disebut tailing. Salah satu caranya adalah dengan


memisahkan mineral berdasarkan sifat gravitasi dan berat jenis dari mineral
tersebut atau biasa disebut konsentrasi gravitasi. Alat yang umum dipakai
dalam konsentrasi gravitasi (gravity concentration) salah satunya adalah jig.
Dalam jig, pemisahan mineral berharga (umumnya dengan berat jenis tinggi)
dari pengotornya (berat jenis rendah) dilakukan di dalam suatu aliran fluida.
Jig merupakan alat pemisah yang bekerja berdasarkan prinsip stratifikasi.
Mineral yang berat akan mengendap di atas bed dan mineral yang ringan akan
terbawa aliran arus horizontal. Mineral berat berukuran besar akan
mengendap diatas bed untuk proses pulsion, sedangkan mineral ringan akan
terbawa aliran arus horizontal. Fungsi alat jig adalah untuk meningkatkan
kadar mineral tertentu.
Sama seperti heavy medium separation, jig digunakan sebagian besar
untuk proses batu bara. Jig juga digunakan sebagai alat konsentrasi timah di
Asia Tenggara dan tempat lainnya. Jenis mineral yang dapat dipisahkan oleh
jig sangat banyak, mulai dari batu bara hingga intan, dan dari emas sampai
batu jalanan (Irwan, 2012).
Mekanisme konsentrasi gravitasi dapat dibedakan menjadi:
1. Konsentrasi gravitasi yang berkaitan dengan gerakan partikel pada
bidang vertikal dan stratifikasi.
2. Konsentrasi gravitasi yang berkaitan dengan gerakan pertikel pada
bidang miring atau konsentrasi film.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung besaran operasi
konsentrasi berdasarkan gravitasi adalah sebagai berikut:
(𝑏 − 𝑓)
𝐾𝐾 =
(𝑟 − 𝑓)
......................................... (5.1)
Keterangan :
KK = Kriteria Konsentrasi
b = Spesifik gravity mineral berat
18

f = Spesifik gravity fluida


r = Spesifik gravity mineral ringan
KK > 2,5 →pemisahan dapat dilakukan dengan mudah pada segala ukuran.
1, 5 < KK < 2,5 →pemisahan relatif sulit dilakukan, namun masih bisa
dilakukan.
KK < 1, 5 →pemisahan tidak mungkin dilakukan.

Gambar 5. 1 Tangki Jig


Keterangan :
1. Umpan
2. Over Flow
3. Sekat Tailing
4. Rag
5. Screening
6. Tangki
7. Lubang
8. Konsentrat
9. Hutch Water
10. Sekat Longitudinal
11. Diafragma
12. Esentrik
19

3. Alat dan Bahan


1. Jigging concentrator
2. Neraca digital
3. Oven
4. Pasir besi
5. Pasir kuarsa
6. Penjepit
7. Spatula

4. Prosedur Percobaan
1. Timbang pasir besi dan pasir kuarsa sesuai ketentuan asisten;
2. Aturlah alat jigging concentrator sesuai dengan voltage motor jig
dan debit air sesuai ketentuan asisten;
3. Tangki jig diisi dengan air hingga penuh;
4. Hidupkan motor jig beberapa saat sebelum umpan dimasukkan;
5. Hitung spm (stroke per minute) saat sebelum proses pengumpanan
berlangsung;
6. Masukkan umpan ke dalam pulp;
7. Setelah proses selesai motor jig dimatikan;
8. Keluarkan tailing yang terbawa oleh air wadah penampungnya
setelah proses jigging selesai;
9. Keluarkan konsentrat dari wadah (pada bagian bawah tangki);
10. Keringkan konsentrat dan tailing dengan oven;
11. Pisahkan pasir besi pada konsentrat dan tailing menggunakan
magnet;
12. Timbang massa pasir besi dan pasir kuarsa pada konsentrat
dan tailing menggunakan neraca digital;
13. Ulangi prosedur diatas dengan voltage motor jig yang berbeda;
14. Lakukan analisis kadar Fe yang tertampung (konsentrat).
20

5. Tugas dan Pertanyaan


1. Sebutkan alat (metode) untuk pemisahan mineral berdasarkan
perbedaan spesific gravity dan jelaskan mekanismenya! (minimal
3 metode)
2. Sebutkan dan jelaskan fungsi dari masing-masing bagian jigging
concentrator!
3. Jelaskan tiga mekanisme yan terjadi pada pergerakan partikel-
partikel saat proses jigging dilakukan!
4. Sebutkan dan jelaskan dua macam proses jigging!
5. Apa yang dimaksud dengan rag dan kegunaannya dalam proses
jigging!
6. Sebutkan dan jelaskan secara singkat macam-macam tipe jig!
7. Sebutkan perusahaan atau industri yang menggunakan alat jigging
concentrator!
8. Jelaskan mekanisme terjadinya proses pemisahan mineral dengan
metode jig dengan tepat?
9. Sebutkan kriteria konsentrasi pada jigging concentrator dan
tuliskan secara matematis persamaan tersebut!

F. Modul VI: Reaksi Kalsinasi Batu Kapur


1. Tujuan percobaan
Memahami konsep kalsinasi dari aspek termodinamika, mass balance,
dan mekanisme difusi pada reaksi kalsinasi batu kapur.

2. Teori Dasar
Proses kalsinasi merupakan proses perlakuan panas pada suhu tinggi
dibawah melting point sehingga terjadi dekomposisi gas yang memiliki
ikatan kimia dengan bijih, serta proses eliminasi air kristal yang terkandung
dalam bijih. Dalam proses kalsinasi batu kapur, terjadi eliminasi senyawa
21

yang berikatan secara kimia dengan batu kapur yaitu karbon dioksida dan air
kemudian dihasilkan kalsin sebagai produk kalsinasi terdekomposisi. Proses
yang dilakukan adalah pemanasan dengan temperatur yang bervariasi
tergantung dari jenis senyawa karbonat yang digunakan (Yang Liu, 2014).
Proses kalsinasi untuk kalsium karbonat diperlukan suhu 900℃ agar
dapat terdekomposisi hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Ikatan kimia pada air kristal yang sangat kuat.
2. Penyediaan panas
3. Pertimbangan kinetik
Reaksi pada proses kalsinasi membutuhkan energi yang lebih untuk dapat
terjadi. Setiap satu mol penguraian CaCO3 membutuhkan energi sebesar 42,5
kkal. Secara kinetik, agar reaksi berlangsung cepat maka PCO saat disosiasi
lebih besar dari PCO2 pada kondisi standar.
Kalsinasi adalah proses yang endotermik, yaitu memerlukan panas, hal
ini dapat dilihat dari nilai ΔH° yang positif. Panas diperlukan untuk melepas
ikatan kimia dari air kristal untuk merenggangkan ikatan kimia, dengan batu
kapur menjadi oksidanya. Proses kalsinasi tentunya lebih endotermik
dibandingkan proses drying. Reaksi transfer panas yang terjadi proses
kalsinasi dapat dilihat pada gambar 6.1.

Gambar 6. 1 Ilustrasi Transfer Panas Kalsinasi


22

Dekomposisi batu kapur merupakan reaksi kimia yang sederhana. Batu


kapur dikalsinasi menghasilkan unslaked lime atau kalsium oksida. Reaksi
dekomposisi termal dari kalsium karbonat dinyatakan dengan persamaan
reaksi berikut:
CaCO3∙H2O →CaO + CO2 + H2O ΔH°298= 42,5 kkal .............. (6.1)
Temperatur kalsinasi dipengaruhi oleh tekanan udara di dalam furnace.
Disosiasi batu kapur diatas temperatur dekomposisi dapat dijelaskan melalui
lima tahap:
1. Panas ditransfer ke permukaan partikel yang akan didekomposisi.
2. Panas kemudian dialirkan secara konduksi dari permukaan ke
antarmuka reaksi melalui lapisan mikropori kapur.
3. Panas yang sampai pada bagian antarmuka reaksi menyebabkan reaksi
disosiasi CaCO3 menjadi CaO dan CO2.
4. Produk CO2 bermigrasi dari antarmuka reaksi, melalui lapisan kapur ke
permukaan partikel dan secara bersamaan dipanaskan dari temperatur
zona reaksi ke temperatur permukaan.
5. CO2 bermigrasi keluar dari permukaan ke gas kiln.
Laju kalsinasi batu kapur memiliki persamaan dengan reaksi yang
dikendalikan oleh difusi. Dengan ukuran dan bentuk butiran yang sama,
semakin tinggi temperatur semakin cepat proses dekomposisi. Waktu yang
diperlukan dalam proses kalsinasi tergantung pada ukuran dan bentuk dari
butiran batu kapur. Perhitungan laju kalsinasi untuk setiap conto berbeda-
beda tergantung pada bentuk conto. Pada conto yang menyerupai bola, laju
reaksi berdasarkan fraksi yang bereaksi yaitu:

.......................................... 6.2)

3. Alat dan Bahan


1. Batu kapur
2. Furnace
23

3. Gelas beker
4. Helm gerinda
5. Jangka sorong
6. Kertas saring
7. Masker
8. Mesin gerinda
9. Neraca digital
10. Penjepit
11. Sarung tangan

4. Prosedur Percobaan
1. Meyiapkan batu kapur;
2. Membentuk batu kapur sesuai geometri yang ditentukan;
3. Menimbang conto menggunakan neraca digital;
4. Memasukkan conto ke dalam muffle furnace selama waktu yang
ditentukan;
5. Mengeluarkan conto, kemudian dinginkan conto, dan timbang
dengan neraca digital;
6. Memasukkan conto ke dalam gelas beker yang berisi air;
7. Menyaring conto menggunakan kertas saring;
8. Mengeringkan conto menggunakan oven;
9. Menimbang conto yang tidak larut didalam air dan menghitung
persen kalsinasi.

5. Tugas dan Pertanyaan


1. Jelaskan pengertian kalsinasi! Apa tujuan proses kalsinasi?
Sebutkan reaksi kalsinasi selain kalsinasi batu kapur?
2. Sebutkan minimal 3 aplikasi proses kalsinasi di Industri Metalurgi,
dan jelaskan fungsi CaO dalam Industri peleburan baja?
24

3. Buatlah neraca massa dan energi dari proses kalsinasi batu kapur
pada praktikum ini, kemudian hitunglah tekanan gas CO2 yang
terbentuk pada proses kalsinasi dengan asumsi CaCO3 100 gram!
4. Sebutkan furnace yang digunakan pada proses kalsinasi selain
shaft furnace? Sebutkan dan jelaskan zona-zona yang terdapat pada
shaft furnace!
5. Tuliskan persamaan reaksi kalsinasi batu kapur! Berapa temperatur
minimal agar reaksi kalsinasi berlangsung secara spontan?
Jelaskan! Buktikan bahwa kalsinasi merupakan reaksi endoterm!

G. Modul VII: Korosi Galvanik


1. Tujuan Percobaan
Memahami nilai potensial masing-masing logam yang berbeda pada
media korosif dan pengaruhnya terhadap korosi galvanik pada logam
tersebut.

2. Teori Dasar
Korosi adalah proses terdegradasi atau rusaknya suatu material karena
pengaruh dari lingkungannya. Korosi galvanik adalah korosi yang terjadi
apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di lingkungan
elektrolit saat terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang berbeda
potensial tersebut akan menimbulkan aliran elektron atau listrik diantara
kedua logam. Sehingga Salah satu dari logam tersebut akan mengalami
korosi, sedangkan logam lainnya akan terlindungi dari serangan korosi.
Dalam korosi ini, logam yang memiliki potensial lebih positif akan bersifat
katodik, sedangkan yang berpotensial negatif akan bersifat anodik. Pada
kondisi ini akan timbul suatu tegangan listrik sedemikian sehingga logam
yang lebih anodik (logam yang pada kondisi tidak terhubungkan mempunyai
potensial yang lebih negatif) akan bertindak sebagai anode, sedangkan logam
25

lainnya menjadi katode. Pada daerah anode akan terjadi pelarutan logam
karena terjadi oksidasi (Mulyonono, 2005).

Gambar 7. 1 Skematik Korosi Galvanik

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi korosi galvanik yaitu :


1. Lingkungan
Tingkatan korosi galvanik tergantung pada keagresifan dari
lingkungannya. Pada umumnya logam dengan ketahanan korosi yang
lebih rendah dalam suatu lingkungan berfungsi sebagai anode.
2. Jarak
Laju korosi berkurang dengan makin bertambahnya jarak dari
pertemuan kedua logam tersebut. Pengaruh jarak ini tergantung pada
konduktivitas larutan dan korosi galvanik dapat diketahui dengan
adanya serangan korosi lokal pada daerah dekat pertemuan logam.
3. Luas Penampang
Luas penampang elektroda terhadap korosi galvanik adalah pengaruh
perbandingan luas penampang katodik terhadap anodik. Jika luas
penampang katodik jauh lebih besar dari pada katode. Makin besar
rapat arus pada daerah anode mengakibatkan laju korosi makin cepat
pula.
Cara pengendalian korosi galvanik antara lain:
1. Pemilihan material yang tepat
26

2. Menghindarkan penggunaan dua jenis logam yang saling


berhubungan dalam suatu kontruksi.
3. Lakukan penggunaan lapis lindung.
4. Hindari kombinasi luas penampang material dengan anode kecil
sedangkan luas penampang katode besar.
5. Tambahkan inhibitor untuk mengurangi keagresifan lingkungan.
6. Rancang dengan baik agar dapat mengganti bagian-bagian anode
yang rusak dengan menggunakan bahan-bahan yang siap pakai
atau buatlah anodik yang lebih tebal agar lebih tahan lama.

3. Alat dan Bahan


1. Aquades
2. Garam dapur
3. Gelas beker
4. Gelas ukur
5. Multitester
6. Neraca digital
7. Pelat Cu, Pb, dan Zn
8. Spatula

4. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan pelat Pb, Cu dan Zn;
2. Membuat larutan NaCl 3%;
3. Menyiapkan multitester;
4. Menghubungkan pelat logam yang berbeda dengan multitester;
5. Mencelupkan dua pelat logam yang terhubung dengan multitester
pada larutan NaCl 3% secara bersamaan;
6. Mengamati tegangan yang ditunjukkan oleh multitester dengan
variabel waktu tertentu;
27

7. Mengulangi prosedur percobaan dengan menggunakan pasangan


pelat logam yang lainnya.

5. Tugas dan Pertanyaan


1. Gambarkan dan jelaskan mekanisme korosi galvanik!
2. Tuliskan masing-masing reaksi anodik dan katodik serta tentukan
logam yang berperan sebagai anode dan katode! (minimal 3) dari
logam berikut ini, logam manakah yang lebih cepat terkorosi
berdasarkan perhitungan
a. Mg dengan Sn
b. Sn dengan Cu
c. Cu dengan Mg
3. Sebutkan dan jelaskan material atau bahan yang dapat digunakan
untuk melapisi baja agar dapat melindungi baja dari proses korosi!
4. Jelaskan dan gambarkan kurva polarisasi dan pasivasi.
5. Jelaskan fenomena yang terjadi di sekitar anda mengenai korosi
galvanik dan berikan cara menanggulanginya!

H. Modul VIII: Korosi Lingkungan


1. Tujuan Percobaan
Memahami uniform corrosion dan pengaruh inhibitor terhadap
lingkungan yang korosif.

2. Teori Dasar
Beberapa pengertian korosi antara lain:
1. Korosi merupakan penurunan kualitas material yang disebabkan
oleh reaksi kimia bahan dengan unsur-unsur lain yang terdapat di
alam.
2. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat bereaksi
dengan lingkungan yang korosif.
28

3. Korosi didefinisikan sebagai degradasi material (khususnya logam


dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan
lingkungannya.
4. Korosi adalah suatu reaksi redoks antara logam dengan berbagai zat
yang ada di lingkungannya sehingga menghasilkan senyawa-
senyawa yang tidak dikehendaki.

Gambar 8. 1 Korosi Lingkungan

Korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali, namun korosi
dapat dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses
perusakannya. Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara menyeluruh
di seluruh permukaan logam, sehingga umumnya akan terjadi pengurangan
dimensi per satuan waktu. Korosi ini terjadi jika lingkungan korosif
mempunyai akses yang sama ke seluruh bagian dari permukaan logam (D.L.
Graver, 1985).
Salah satu pengendalian dari proses korosi adalah dengan
menggunakan inhibitor. Inhibitor merupakan zat kimia yang sengaja
ditambahkan untuk meredam sifat korosif dari lingkungan terhadap material
logam. Zat kimia ini ditambahkan dalam jumlah tertentu pada suatu sistem
korosi untuk meminimalkan laju korosi pada konsentrasi tertentu

3. Alat dan Bahan


1. Empat botol air mineral
29

2. Empat paku baja tidak berlapis


3. Gelas ukur
4. Kopi
5. Tali rapia
6. Pengaduk kaca
7. Oven

4. Prosedur Percobaan
A. Pembuatan ekstrak kopi:
1. Memasukkan ¼ kg biji kopi ke dalam oven untuk dikeringkan
dan ditumbuk hingga halus;
2. Melarutkan 50 gram bubuk kopi ke dalam 200 ml air PDAM;
3. Menyaring larutan bubuk dari endapan menggunakan kertas
saring, dan menutup larutan dengan penutup plastik selama 24
jam.
B. Pengamatan proses korosi pada paku:
1. Menempatkan setiap botol air mineral yang sudah diberi
nomor pada tempat yang telah disediakan;
2. Memasukkan setiap botol air mineral dengan lingkungan yang
berbeda, botol I dan II diisi dengan air PDAM (tanpa
penambahan inhibitor), botol III dan IV diisi dengan air
PDAM sebanyak 500 ml dengan penambahan larutan inhibitor
sebanyak 10 ml;
3. Membersihkan paku dengan amplas;
4. Menimbang massa awal paku;
5. Mengikat paku menggunakan tali rapia dan memasukkan paku
kedalam botol air mineral;
6. Membiarkan botol yang sudah berisi paku selama tiga hari,
dan kemudian amati berdasarkan waktu yang ditentukan
asisten.
30

5. Tugas dan Pertanyaan


1. Sebutkan dan jelaskan minimal 3 jenis korosi beserta faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi laju korosi?
2. Gambarkan dan jelaskan mekanisme korosi merata pada baja!
3. Berikan minimal 3 contoh, dan jelaskan mekanisme pengendalian
korosi dalam penerapan industri!
4. Gambarkan dan jelaskan daerah-daerah pada diagram pourbaix Fe!
5. Sebutkan dan jelaskan jenis inhibitor beserta mekanismenya!

I. Modul IX: Pelapisan Tembaga


1. Tujuan Percobaan
Mempelajari salah satu proses pelapisan bahan menggunakan pelapis
tembaga, dan mengetahui pengaruh variasi voltase, konsentrasi larutan
elektrolit, potensial elektroda masing-masing pelat logam yang digunakan
dan waktu terhadap massa.

2. Teori Dasar
Pelapisan atau electroplating adalah proses pengendapan zat (ion
logam) pada elektroda (katode) dengan cara elektrolisis atau disebut juga
proses pelapisan logam. Terjadinya pengendapan pada proses ini karena
adanya ion-ion bermuatan listrik yang berpindah dari suatu elektroda melalui
elektrolit yang mana hasil dari elektrolisis tersebut akan mengendap pada
elektroda lain (katode). Cara pelapisan ini memerlukan arus listrik searah
(DC).
Tahapan sehingga proses pelapisan dapat terjadi:
1. Sebuah atom dalam larutan atau dalam logam anode kehilangan sebuah
elektron sehingga berubah menjadi sebuah ion di dalam larutan.
2. Ion yang bermuatan positif ditarik menuju anode (strip baja yang akan
dilapisi) dan bergerak ke arah katode tersebut.
31

3. Ion-ion yang mendapatkan elektron dan permukaan katode berubah


menjadi atom yang stabil dan berbentuk logam yang diendapkan pada
permukaan katode/strip baja.
Adapun susunan sel elektrolisis pada proses pelapisan tembaga
ditunjukkan pada Gambar 9.1.

Gambar 9. 1 Skema Elektrolisis

Katode dan anode ditentukan dari harga potensial yang dimiliki oleh
setiap logam. Urutan logam dengan harga potensial yang makin besar atau
urutan logam yang makin mudah mengalami reduksi disebut deret volta.
Deret volta tersebut adalah sebagai berikut.
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, (H), Sb,
Bi, Cu, Hg, Ag, Pt, Au
Deret volta di atas dari kiri ke kanan makin mudah mengalami reduksi
atau sifat oksidator makin kuat, sedangkan dari kanan ke kiri mudah
mengalami oksidasi atau sifat reduktor makin kuat. Logam-logam yang
berada di sebelah kiri atom H mempunyai harga Eº negatif, sedangkan yang
di sebelah kanan mempunyai harga Eº positif.

3. Alat dan Bahan


1. Ampelas
2. Aquades
3. Gelas kimia
32

4. Gelas ukur
5. Hairdryer
6. Larutan elektrolit H2SO4
7. Neraca digital
8. Pelat Cu dan Fe
9. Rectifier
10. Tisu

4. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan larutan H2SO4 yang ditentukan oleh asisten;
2. Menyusun rangkaian percobaan seperti pada Gambar 9.1;
3. Melakukan preparasi spesimen yang akan digunakan pelapisan;
4. Menimbang masa awal katode dan anode;
5. Melakukan proses electroplating dengan variabel percobaan yang
diberikan oleh asisten;
6. Mengeringkan pelat katode dan anode dengan hairdryer;
7. Menimbang massa akhir pelat anode dan katode.

5. Tugas dan Pertanyaan


1. Jelaskan prinsip dasar proses pelapisan tembaga, beserta reaksi
yang berlangsung!
2. Gambarkan sel elektrolisis dan mekanisme yang terjadi pada
pelapisan tembaga!
3. Jelaskan apa saja yang terjadi selama proses elektrolisis percobaan
pelapisan Cu!
4. Jelaskan aspek termodinamika dan kinetika dari pelapisan
tembaga!
5. Jelaskan parameter apa saja yang berpengaruh dalam proses
pelapisan tembaga (Cu)?
33

6. Sebutkan dan jelaskan macam-macam larutan elektrolit yang dapat


digunakan pada proses pelapisan tembaga (Cu)!
7. Sebutkan dan jelaskan macam-macam pelapisan logam (selain
pelapisan Cu)!
8. Sebutkan perusahaan yang melakukan proses pelapisan tembaga
serta produk yang dihasilkan!

J. Modul X: Pengelasan Oksiasetilen


1. Tujuan Percobaan
Mengetahui pengaruh kadar asetilen dan oksigen terhadap nyala api
yang ditimbulkan dan pengaruh deposit logam las pada pengelasan
oksiasetilen terhadap kecepatan pengelasan.

2. Teori Dasar
Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua logam atau lebih
dengan menggunakan energi panas. Logam sekitar lasan atau sambungan,
akan mengalami siklus termal yang cepat yang menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan metalurgi yang rumit, deformasi dan tegangan-
tegangan termal. Hal ini sangat erat hubungannya dengan kekuatan, cacat
lasan dan lain sebagainya yang pada umumnya mempunyai pengaruh yang
fatal terhadap keamanan dari konstruksi yang di las.
Salah satu metode pengelasan yang sering digunakan adalah pengelasan
yang menggunakan bahan bakar gas. Pengelasan dengan gas dilakukan
dengan membakar bahan bakar gas yang dicampur dengan oksigen (O2)
sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu tinggi (3000℃) yang mampu
mencairkan logam induk dan logam pengisinya. Jenis bahan bakar gas yang
digunakan asetilen, propan atau hidrogen, sehingga cara pengelasan ini
dinamakan las oksiasetilen atau dikenal dengan nama las karbit. Reaksi yang
terjadi dalam tabung asetilen adalah:
CaC2 + 2H2O → Ca(OH)2 + C2H2 ............................ (10.1)
34

Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter


asetilen. Sifat dari asetilen (C2H2) yang merupakan gas bahan bakar adalah
tidak berwarna, tidak beracun, berbau, lebih ringan dari udara, cenderung
untuk memisahkan diri bila terjadi kenaikan tekanan dan suhu (di atas 1,5 bar
dan 350°C), dapat larut dalam massa berpori (aseton). Dibawah ini dijelaskan
lebih lanjut tentang nyala oksiasetilen.
1. Nyala netral: Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan
asetilen 1:1. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih
bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening.
2. Nyala asetilen lebih: Bila asetilen yang digunakan melebihi daripada
jumlah untuk mendapatkan nyala netral maka diantara kerucut dalam
dan luar akan timbul kerucut nyala berwarna biru.
3. Nyala oksigen lebih: Bila gas oksigen lebih dari pada jumlah gas
asetilen maka nyala menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah
dari putih bersinar menjadi ungu. Bila nyala digunakan untuk mengelas
maka akan terjadi proses oksidasi atau dekarburisasi.
Pengelasan gas umumnya dipergunakan dalam proses maintenance dan
perbaikan karena fleksibilitas dalam hal lokasi pengelasan. Proses dengan
pembakaran gas ini juga banyak diterapkan pada proses, brazing, cutting, dan
perlakuan panas.

3. Alat dan Bahan


1. Brander
2. Kacamata las
3. Kunci tabung
4. Meja kerja
5. Pelat dan filler metal
6. Pembersih nosel
7. Pemantik api
8. Regulator
35

9. Sarung tangan
10. Selang las
11. Sikat kawat
12. Tabung gas asetilen
13. Tabung gas oksigen
14. Tabung pemadam
15. Tang

4. Prosedur Percobaan
A. Langkah Percobaan
1. Mengecek kelengkapan dan kondisi peralatan;
2. Membuka keran tabung oksigen dan bahan bakar;
3. Memeriksa tekanan gas oksigen dan gas asetilen pada
regulator;
4. Menyiapkan pelat dan filler metal;
5. Menimbang pelat dan filler metal sebagai massa awal (G0
atau F0).
B. Langkah Penyalaan Las Gas
1. Mengarahkan ujung brander ke bagian bawah;
2. Membuka secara perlahan keran gas asetilen;
3. Menyalakan dengan pemantik gas pada ujung brander
hingga gas terbakar;
4. Mengatur keran gas oksigen dan gas asetilen sesuai dengan
ketentuan.
C. Proses Pengelasan
1. Meletakkan benda kerja di atas meja kerja;
2. Menyalakan api las sesuai langkah B;
3. Memanaskan terlebih dahulu benda kerja;
4. Mendekatkan filler metal ke arah nosel hingga ikut mencair;
36

5. Mencatat waktu yang diperlukan untuk mengelas pelat yang


tersedia dari awal sampai akhir pengelasan;
6. Membiarkan pelat yang sudah dilas di udara terbuka;
7. Menimbang kembali pelat tersebut dan filler metal sebagai
massa akhir (G1 atau F1) dan hitung perubahan massanya;
8. Menghitung kecepatan las;
9. Mengulang percobaan dengan nyala api yang berbeda-beda.
D. Proses Mematikan Nyala Api
1. Mengarahkan ujung nosel ke bawah;
2. Menutup keran oksigen perlahan-lahan hingga tertutup rapat;
3. Menutup keran gas asetilen perlahan-lahan hingga tertutup
rapat;
4. Membiarkan benda kerja dan nosel hingga dingin;
5. Menutup kembali keran oksigen dan gas asetilen pada tabung
dan memperhatikan regulator;
6. Menggulung kembali selang.

5. Tugas dan Pertanyaan


1. Jelaskan bagian-bagian pada alat pengelasan oksi-asetilen!
2. Jelaskan dengan menggunakan gambar mengenai temperatur yang
terdapat pada nyala api oksi-asetilen!
3. Sebutkan dan jelaskan nyala api pada proses pengelasan oksi-
asetilen beserta gambarnya!
4. Jelaskan reaksi gas yang terjadi pada pengelasan oksi-asetilen!
5. Jelaskan keunggulan dan kerugian dari pengelasan oksi-asetilen
dibanding pengelasan SMAW!
37

K. Modul XI: Pengelasan SMAW


1. Tujuan Percobaan
Mengidentifikasi koefisien pencairan elektroda dan koefisien
penambahan logam las pada produk lasan setelah dilakukan pengelasan
SMAW (Shielded Metal Arc Welding), kecepatan pengelasan, laju lelehan
elektroda serta mengukur pengaruh parameter-parameter las terutama arus
dan tegangan listrik (voltase) terhadap heat input (panas yang dipakai) dan
produk lasan yang dihasilkan.

2. Teori Dasar
Dalam industri manufaktur, tidak diragukan lagi pengelasan merupakan
salah satu proses terpenting dalam membentuk bahan baku menjadi suatu
produk. Karena secara luas, penggunaan teknik las telah banyak digunakan
di industri khususnya dalam penyambungan batang konstruksi bangunan baja
dan konstruksi mesin.
Teknik las sendiri dapat diartikan sebagai penyambungan dua logam
atau lebih dengan melibatkan energi panas dan melelehkan sebagian dari
logam tersebut. Las busur listrik yaitu pengelasan menggunakan listrik dan
elektrodanya terbungkus oleh fluks. Cara mengelas yang sering dipergunakan
dalam praktek dan termasuk klasifikasi las busur listrik: las elektroda
terbungkus, las busur dengan pelindung gas dan las busur dengan pelindung
bukan gas. Adapun dalam praktikum ini yang akan dipelajari adalah las
elektroda terbungkus (SMAW).
Las elektroda terbungkus adalah cara pengelasan yang banyak
digunakan pada masa ini. Dalam cara pengelasan ini kawat elektroda logam
yang dibungkus dengan fluks. Pada gambar dibawah ini dapat dilihat dengan
jelas bahwa busur listrik terbentuk di antara logam induk dan ujung elektroda.
Karena panas dari busur ini maka logam induk dan ujung elektroda tersebut
mencair dan kemudian membeku bersama (Wiryosumarto, 1996). Gambar
bentuk rangkaian proses pengelasan SMAW dapat dilihat pada Gambar 11.1.
38

Gambar 11. 1 Rangkaian Proses Las SMAW

Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda


mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa oleh arus busur listrik yang
terjadi. Jika digunakan arus listrik yang besar maka butiran logam cair yang
terbawa menjadi halus seperti pada Gambar 11.2. Dalam proses pengelasan
hal yang penting untuk diperhatikan adalah bahan fluks yang digunakan.
Bahan-bahan tersebut antara lain oksida-oksida logam, karbonat, silikat,
fluorida, zat organik, baja paduan dan serbuk besi. Fungsi dari fluks yaitu
sebagai pelindung gas yang mana akan melindungi logam cair dari udara,
sebagai deoksidan, sebagai penyetabil busur dan sebagai logam penambah
(unsur paduan).

Gambar 11. 2 Pemindahan Logam Cair


39

3. Alat dan Bahan


1. Mesin las SMAW
2. Elektroda las
3. Pelat logam
4. Meja kerja las
5. Helm las
6. Kacamata las
7. Sarung tangan dan Apron
8. Penggaris/meteran
9. Spidol
10. Stopwatch
11. Jangka sorong
12. Tang penjepit
13. Sikat baja
14. Palu terak
15. Timbangan

4. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan pelat logam;
2. Menimbang pelat tersebut sebagai massa awal sebelum di las
(GH0);
3. Menyiapkan elektroda yang sesuai (jumlah elektroda yang
digunakan tergantung panjang pelat yang akan di las) dan
menimbang sejumlah elektroda yang akan dipakai tersebut terlebih
dahulu sebagi massa awal elektroda sebelum pencairan (GP0);
4. Memasangkan elektroda pada kutub positif atau negatif pada mesin
las SMAW (jenis polaritas yang dipakai ditentukan asisten);
5. Mengatur mesin las SMAW pada arus dan voltase yang ditentukan
oleh asisten;
6. Menyiapkan stopwatch;
40

7. Melakukan proses pengelasan sesuai dengan alur yang ditentukan


asisten;
8. Mencatat waktu yang diperlukan untuk mengelas pelat yang
tersedia dari awal sampai akhir pengelasan;
9. Membiarkan pelat yang sudah dilas di udara terbuka;
10. Menimbang kembali pelat tersebut dengan massa akhir (GH1) dan
menghitung perubahan massa ∆G atau ∆GH.

5. Tugas dan Pertanyaan


1. Sebutkan klasifikasi penyambungan pada logam dan jelaskan
perbedaan dari masing-masing penyambungan tersebut!
2. Gambarkan dan jelaskan daerah-daerah pada hasil lasan !
3. Jelaskan bagaimana logam pada elektroda SMAW dapat meleleh
dan berpindah ke logam induk (base metal) sehingga memicu
berlangsungnya proses pengelasan!
4. Sebutkan dan jelaskan bagian-bagian berikut!

5. Jelaskan bagaimana kriteria weldability serta jelaskan bagaimana


pengaruhnya terhadap pengelasan!
6. Apakah proses pengelasan SMAW bisa dipadukan dengan proses
pengelasan yang lain dalam satu sambungan yang sama? Jelaskan
jawaban Anda!
7. Apakah perbedaan dari DCEP (Direct Current Electrode Positive)
dan DCEN (Direct Current Electrode Negative)? Dan apa
pengaruhnya dalam pengelasan? Jelaskan menurut bahasa Anda!
41

8. Sebutkan jenis-jenis fluks pada elektroda SMAW serta jelaskan


masing-masing peruntukannya pada proses pengelasan!
9. Bagaimana cara memilih elektroda yang baik? Jelaskan menurut
bahasa Anda!
10. Sebutkan dan jelaskan keuntungan dan kerugian las SMAW!
11. Sebutkan dan jelaskan minimal lima jenis cacat las serta cara
menanggulangi cacat-cacat tersebut!
12. Sebutkan dan jelaskan posisi-posisi pengelasan!
ALUR PRAKTIKUM
LABORATORIUM METALURGI I
2021 - 2022

Pembuatan Draf Pelaksanakan Pengumpulan


Praktikum dan Video Praktikum Laporan

1. Draf praktikum dan video menjadi kelengkapan sebagai syarat ikut Praktikum
Laboratorium Metalurgi I.
2. Asisten akan memberikan revisi draf praktikum maksimal 1 hari setelah
praktikum selesai.
3. Jika draf terindikasi plagiasi atau arsip, maka nilai Bab I, Bab II, dan Bab III
pada laporan bernilai 0.
4. Laporan dikumpulkan 3 hari kerja setelah praktikum selesai.
5. Laporan akhir dapat direvisi oleh asisten.

Keterangan:
Draf berisi Cover, Bab I, Bab II, Bab III, dan Daftar Pustaka.
Laporan disusun dengan melanjutkan draf yang sudah dikumpulkan.
PERATURAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM METALURGI I
2021 - 2022

Shift 1 (08.00-12.00 WIB) Shift 2 (13.00-17.00 WIB)


1. Setelah asisten praktikum ditentukan, praktikan segera membuat WhatsApp
group dan mengundang asisten terkait serta menyepakati teknis praktikum yang
akan dilakukan.
Format penamaan grup chat: [Kode Asisten]_Kelompok_Nama Modul
Contoh: [TS]_7_JC
2. Praktikan dan asisten wajib mengenakan pakaian rapi dan sopan berupa kemeja
saat melakukan sesi praktikum.
3. Tidak diperbolehkan menyisip atau change shift. Pelaksanaan praktikum harus
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
4. Praktikan wajib melengkapi syarat ikut praktikum berikut:
a. Mengirimkan draf praktikum sesuai ketentuan.
b. Mengunggah video sesuai modul di google drive.
(catatan: apabila tidak dilengkapi, maka praktikan dilarang mengikuti
praktikum).
5. Praktikan wajib menyalakan kamera selama praktikum berlangsung dengan
menunjukkan wajah hingga bahu.
6. Pada saat sesi praktikum tidak diperkenankan bercanda.
7. Selama sesi praktikum dilarang meninggalkan atau keluar grup video call tanpa
izin asisten terkait.
8. Bukti kehadiran diambil oleh praktikan berupa screenshot dan dikirim
bersamaan dengan laporan. Format penamaan bukti kehadiran: [Kode
Asisten]_Kelompok_Nama Modul
Contoh: [TS]_7_JC
44

9. Asisten berhak mengembalikan laporan apabila terdapat ketidaksesuaian


dengan format yang telah ditentukan.
10. Laporan telat maksimal H+3 dengan pengurangan nilai 10% per hari. Lebih dari
itu nilai laporan 0.
11. Pengumpulan laporan dilakukan pada hari kerja (Senin–Sabtu, pada jam 08.00-
16.00 WIB).
12. Revisi laporan akhir hanya keluar 1x.
13. Jika revisi tidak diperbaiki, maka nilai laporan hangus.
14. Jika tidak mengumpulkan laporan sebanyak 3 modul, maka nilai Praktikum
Laboratorium Metalurgi I adalah E.
15. Jika tidak mengikuti praktikum sebanyak 3 kali, maka nilai Praktikum
Laboratorium Metalurgi I adalah E.
16. Jika terdapat indikasi plagiasi atau mengarsip, maka nilai laporan untuk modul
tersebut adalah 0.
SOP PRAKTIKUM OFFLINE
PRAKTIKUM LABORATORIUM METALURGI I

Shift 1 (08.00-12.00 WIB) Shift 2 (13.00-17.00 WIB)


1. Praktikan wajib hadir tepat waktu sesuai jadwal praktikum.
2. Praktikan membuat WAG dengan format yang telah ditentukan dan
mengundang asisten pada jadwal praktikum.
3. Praktikan wajib mengumpulkan draf praktikum, link video, serta membawa
blangko percobaan pada jadwal praktikum.
4. Praktikan wajib melaksanakan protokol kesehatan sebagai berikut.
a. Menjaga jarak minimal 1 m dari tiap orang.
b. Menggunakan masker 2 rangkap yang terdiri dari masker kain dan masker
medis.
c. Membawa handsanitizer ukuran individu.
d. Membawa masker cadangan.
e. Mencuci tangan sebelum masuk Laboratorium menggunakan
handrub/sabun dan sejenisnya.
5. Praktikan mengisi Catatan Kesehatan Harian (CKH).
6. Praktikan wajib mengenakan kemeja, jas laboratorium lengan panjang, sepatu
safety, kaos kaki panjang, sarung tangan karet (latex), dan celana jeans.
7. Praktikan yang berambut panjang diwajibkan untuk diikat rapi.
8. Tidak diperkenankan menggunakan aksesoris yang berlebihan.
9. Pada saat praktikum tidak diperkenankan bercanda dan menggunakan alat
komunikasi/gawai.
10. Tidak diperkenankan makan dan minum pada saat praktikum berlangsung.
11. Selama praktikum dilarang meninggalkan laboratorium tanpa seizin asisten.
12. Dilarang mengoperasikan alat sebelum ada instruksi dari asisten.
13. Praktikan wajib membawa sarung tangan karet (latex), susu, dan tisu pada
modul yang berlangsung di ruang kimia.
46

14. Praktikan wajib membawa buff atau topi, kacamata las hitam, jaket jeans, dan
susu pada modul pengelasan.
15. Praktikan wajib membersihkan dan meletakkan kembali alat-alat praktikum ke
tempat semula.
16. Apabila praktikan merusak atau menghilangkan alat, wajib mengganti
maksimal 7 hari setelah praktikum selesai.
17. Apabila praktikan tidak mengikuti peraturan di atas, maka praktikan tidak bisa
mengikuti praktikum.
18. Draf dan laporan praktikum mengikuti peraturan praktikum online.
DRAF PRAKTIKUM
LABORATORIUM METALURGI I
2021 – 2022

1. Draf praktikum dikumpulkan sebelum praktikum dimulai melalui WhatsApp


group dengan asisten.
2. Draf praktikum berisi cover, Bab I, Bab II, Bab III dan daftar pustaka.
3. Draf praktikum dikerjakan sesuai format yang telah ditentukan.
4. Draf revisi diberikan oleh asisten maksimal 1 hari setelah praktikum selesai.
5. Jika draf praktikum terindikasi plagiasi atau arsip maka nilai laporan pada Bab
I, Bab II dan Bab III adalah 0.
Format draf praktikum berupa .docx, dengan nama file:
[Draf Praktikum] _Kelompok_Modul_Nama_NIM
Contoh:
[Draf Praktikum]_11_PS_Ade Muhamad Yusuf_3334180059
6. Format draf praktikum terlampir.
FORMAT VIDEO PRAKTIKUM
LABORATORIUM METALURGI I
2021 – 2022

1. Video dikumpulkan maksimal pukul 23.59 WIB pada saat grup chat dengan
asisten telah dibentuk.
2. Nama file: Kelompok_Nama Modul.
Contoh: 7_Jigging Concentration
3. Durasi video minimal 5 menit dan maksimal 10 menit.
4. Isi video berupa:
I : Latar Belakang
II : Tujuan Percobaan
III : Teori Dasar
IV : Prosedur Percobaan
V : Hipotesa Awal
5. Video pendahuluan di upload ke google drive dan link video dishare ke grup
chat dengan asisten.
TEKNIS PENGUMPULAN LAPORAN
PRAKTIKUM LABORATORIUM METALURGI I
2021 – 2022

1. Praktikan mengumpulkan laporan melalui WhatsApp group untuk diperiksa


asisten terkait dalam bentuk .docx.
2. Toleransi kesalahan margin maksimal 10 halaman. Jika lebih dari 10 halaman
laporan dikembalikan.
3. Setelah diterima oleh asisten terkait, maka praktikan mengumpulkan laporan
dalam bentuk .pdf dan .docx serta screenshoot bukti kehadiran peserta melalui
email metalurgilaboratorium@gmail.com dan CC ke email asisten terkait.
4. Apabila laporan direvisi maka sertakan file pdf laporan revisi.
5. File laporan dan subject email dinamakan dengan format [Kode
asisten]_Kelompok_Modul_Nama_NIM.
Contoh: [TS]_7_JC_Aliman Rafi_ 3334180099
Format apabila laporan di Revisi: REV_[TS]_7_JC_Aliman Rafi_3334180099
6. Laporan tidak akan diterima apabila telah lewat dari pukul 16.00 WIB (tidak
ada toleransi).
7. Laporan tidak diterima apabila terdapat kesalahan pada nama file dan subjek
email.
8. Format laporan terlampir.
TEKNIS SIDANG PRAKTIKUM
LABORATORIUM METALURGI I
2021 – 2022

1. Sidang dilaksanakan secara daring sesuai kelompok dengan jadwal yang telah
ditentukan.
2. Setiap kelompok wajib membuat dan menyerahkan kelengkapan sidang yaitu
file presentasi sidang dengan ketentuan:
a. Terdiri dari tujuan percobaan, hasil, pembahasan (tabel/grafik/gambar), dan
kesimpulan dari setiap modul.
b. Sidang dibuat mengikuti urutan modul pada Modul Praktikum Labmet I
tahun 2021.`
c. File sidang dikirim ke google drive yang telah ditentukan dengan format
file: Sidang labmet_kelompok (Nomor) dalam bentuk .pptx.
Contoh: Sidang labmet_kelompok 1.
d. File sidang dikumpulkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan asisten.
e. File yang dipresentasikan adalah file yang dikumpulkan.
3. Link grup video call sidang diberikan oleh asisten melalui koordinator
praktikan.
4. Praktikan wajib hadir tepat waktu.
5. Selama sidang berlangsung praktikan diwajibkan berada di tempat yang
kondusif.
6. Praktikan wajib memakai pakaian rapi dan sopan yaitu kemeja putih, dasi, dan
kerudung hitam segi empat, celana/rok bahan hitam serta rambut harus rapi.
7. Praktikan diberikan waktu selama 30 menit untuk memaparkan hasil praktikum
dari keseluruhan modul. Setiap anggota kelompok wajib turut serta menjelaskan
hasil praktikum. Setelah itu dilakukan sesi tanya jawab dengan asisten.
8. Selama sidang berlangsung dilarang meninggalkan atau keluar dari grup video
call tanpa seizin ketua sidang.
51

9. Selama sidang berlangsung dilarang bercanda dan memainkan perangkat


elektronik selain laptop atau handphone sebagai media sidang.
10. Penilaian sidang meliputi:
a. Kerapihan (15%)
b. Sidang (35%)
c. Penguasaan materi (50%)
PERSENTASE NILAI PRAKTIKUM
LABORATORIUM METALURGI I
2021 – 2022

Tes Pendahuluan 5%
Video 10%
Praktikum
Sikap 10%
BAB I 10% Maks. 2 hal
BAB II 10% Min. 7 hal
BAB III 5% Maks. 3 hal 50%
BAB IV 40% Min. 5 hal
Laporan 25%
BAB V 5% Maks. 2 hal
Tugas Khusus 10%
Kerapihan & Kelengkapan 10%
Jawaban soal & Lampiran 10%
Sidang 20%
UTS/Tugas 30%
Total 100%
BOBOT NILAI
LABORATORIUM METALURGI I
2021 – 2022

Rentang Nilai Nilai Huruf Bobot


0-49,99 E 0
50-55,99 D 1
56-59,99 C 2
60-64,99 C+ 2,5
65-69,99 B- 2,75
70-74,99 B 3
75-79,99 B+ 3,5
80-89,99 A- 3,75
90-100 A 4
INFORMASI TAMBAHAN
KODE ASISTEN

Ade Muhamad Yusuf [MY]


Aliman Rafi [AL]
Mochamad Afriansyah Zunaidi [MA]
Muhamad Mizar Muzaki [MM]
Muhammad Fikri Imbar Ramadhan [FI]
Muhammad Rachmansyah Poetra [RP]
Muhammad Rafli Supriadi [RS]
Rosita Utari [RU]
Thoriq Shafri Dewantara [TD]
Tika Sahfira [TS]
Tubagus Maulana Ichsan [TB]
55

DAFTAR PUSTAKA

Ajie, Mokh. Winanto, dkk. 2004.Pengolahan Bahan Galian. Jurusan Teknik


Pertambangan, T, UPN “Veteran” Yogyakarta
D.L. Graver (Ed.). 1985. Corrosion Data Survey-Metals Section, Sixth Edition,
NACE, International, Houston.
Irwan. 2012. Pengolahan Bahan Galian, Pemisahan Bijih Timah Dengan Jig,
mesh ruber screen. Balunijuk: Universitas Bangka Belitung.
Kelly, E,G, 1982, Introduction to Mineral Processing, John Willie & Sons. Inc.,
New York.
Mulyonono, Trio. Kajian Inhibisi Korosi Galvanik Sistem Baja Karbon – Logam
Lasan Secara Metode Polarisasi Potensiodinamik Dan Galvanostatik.
2005; No.2, Vol.6; 7.
Prijono, A. 1997. The lndonesian Mining lndustri Its Present and Future. Jakarta:
Indonesian Mining Association
Solihin. 1998. Kajian Perbandingan Teknik Sampling antara metoda
Coning/Quartering dan Riffle dengan Memakai Sample Kasiterit.
Bandung: Universitas Islam Bandung.
Sudarsono, Arief, dkk. 1999. Perubahan Struktur Kristal dan Indeks Kerja Bijih
Emas Cimanggu, Jawa Barat Akibat Pemanasan Gelombang Mikro.
Bandung: TEKMIRA.
Wiryosumarto, Harsono. 1996. Teknologi pengelasan logam. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Yang Liu, Yongping Yang. 2014. Evolution of the Surface Area of Limestone
during Calcination and Sintering. Beijing: School of Energy Power and
Mechanical Engineering.
LAMPIRAN
FORMAT DRAF PRAKTIKUM
DRAF PRAKTIKUM (TNR 14)
LABORATORIUM METALURGI I (TNR 14; Spasi 1,5)
(1 kali Enter TNR 16)
JUDUL MODUL (TNR 16)
(1 kali Enter TNR 16)

4 x 4 cm

(2 kali Enter TNR 14)

2 cm 7,5 cm
dari batas margin Disusun oleh : dari batas margiin
Nama Praktikan :
NPM :
Kelompok :
Rekan : 1.
2.

4 kali Enter TNR 16; Spasi 1,5

LABORATORIUM METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN (TNR 14; Spasi 1,5)
2021
BAB I
PENDAHULUAN (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)

1.1 Latar Belakang


Latar belakang menjawab pertanyaan mengapa harus dilakukan percobaan
tentang modul tersebut.
(1 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan disesuaikan dengan tujuan percobaan yang ada pada
modul praktikum laboratorium metalurgi I.
(1 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah terdiri atas dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.

Catatan:
-BAB 1 maksimal 2 halaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA(TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)

2.1 Korosi (TNR 12; Spasi 1,5)


Korosi adalah suatu proses degradasi sifat maupun bentuk fisik suatu
material karena adanya kontak dengan lingkungan di sekitarnya sehingga terjadi
proses elektrokimia yang berjalan lambat [1]. Jenis-jenis korosi antara lain [1]:
a. Pitting corrosion
b. Intergranular corrosion
Untuk mencegah terjadinya korosi salah satunya dapat dilakukan dengan
metode electroplating yang dapat dilihat pada Gambar 2. 1.

Gambar 2. 1 Skematik Electroplating [2]

(1 kali Enter TNR 12, Spasi 1,5)


........................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3

....................................................................................................................................
.........................................................................dapat dilihat pada Tabel 2. 1.
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Baja AISI 1045 [3]
Bahan Kimia Konsentrasi (%)
Karbon 0,42 – 0,50
Mangan 0,50 – 0,80
Silikon Maks. 0,40
Sulfur 0,02 – 0,04
Krom + Molibdenum + Nikel Maks. 0,63
(1 kali Enter TNR 12, Spasi 1,5)
........................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
.....................................................................[4].
2.1.1 .................
............................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
............................................ dapat dilihat pada persamaan rumus 2.1 [5].
M1 x V1 = M2 x V2 ............................................... (2.1)
(1 kali Enter, Spasi 1,5)
2.2 .................
........................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
................................................dapat dilihat pada persamaan rumus 2.2 [5].
Cu → Cu2+ + 2e ............................................ (2.2)
4

2.2.1 .................
............................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
................................................................................... dapat dilihat pada
Gambar 2. 2 [5].

Gambar 2. 2 Mekanisme Kerja Magnetic Separator [6]

Catatan:
-Bab II minimal 6 halaman sampai batas margin bawah
-1 paragraf terdiri dari 4 kalimat
-Tidak boleh mengambil gambar yang terdapat watermark
-Keterangan huruf pada gambar diharuskan jelas dan mudah terbaca
-Ukuran gambar maksimal 7 x 8 cm (tinggi x lebar)
BAB III
METODE PERCOBAAN (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)

3.1 Diagram Alir


........................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
............................................... dapat dilihat pada Gambar 3. 1 (prolog).

Persiapan Bahan

Proses

Data Pengamatan

Pembahasan Literatur

Kesimpulan

Gambar 3. 1 Diagram Alir Percobaan (Judul Praktikum)


(1 kali Enter, Spasi 1,5)
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat-alat yang Digunakan

............................................................................................................
.............................................................................. (prolog).
a. Neraca digital
b. Thermocouple
6

3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan

............................................................................................................
.............................................................................. (prolog).
a. Larutan H2SO4 1 M
b. Pelat Cu
(1 kali Enter, Spasi 1,5)
3.3 Prosedur Percobaan

........................................................................................................................
.................................................................. (prolog).
1.
2.

Catatan:
-Bab III maksimal 3 halaman
-Sesuaikan dengan percobaan yang telah dilakukan
-Menggunakan kalimat pasif
-Alat dan bahan diurutkan sesuai abjad
DAFTAR PUSTAKA (IEEE style)

[1] Nama penulis., judul. Kota/Negara: penerbit, tahun. → untuk pengambilan


dari buku

[2] Nama penulis, judul buku text book, terbitan atau edisi, kota/Negara: nama
penerbit, tahun. [URL]. → untuk pengambilan dari buku elektronik

[3] Nama penulis, “judul bab dalam jurnal,” judul jurnal, volum atau edisi,
halaman jurnal, bulan. Tahun. →untuk pengambilan dari jurnal

[4] Penulis. Penulis. (tahun, bulan, hari). Judul (edisi) [Jenis media]. Tersedia
pada: Nama URL.[Waktu Akses] → contoh pengambilan dari online.

KETERANGAN:
[1] Daftar pustaka minimal 5 (jurnal dan/atau buku), diperbolehkan
pakai website jika daftar pustaka ≥ 5 (jurnal dan/atau buku).
[2] Web yang diperbolehkan yang berbasis bahasa inggris.
[3] Tidak diperbolehkan mencantumkan blog, wordpress, wikipedia,
modul praktikum, catatan kuliah, dan PPT perkuliahan sebagai
referensi penulisan laporan.
[4] Untuk setiap judul buku/jurnal, jarak antara baris adalah satu spasi,
sedangkan jarak antara judul adalah dua spasi.
[5] Contoh penulisan daftar pustaka IEEE style terlampir
8

KETERANGAN FORMAT DRAF:


1. Jenis huruf TIMES NEW ROMAN (termasuk, rumus, keterangan, dan angka
pada grafik/diagram)
2. Selain yang diberi keterangan, spasi 1,5 untuk setiap paragraf dengan before
dan after = 0
3. Selain yang diberi keterangan, font size = 12
4. Margin atas dan kiri 4 cm, margin kanan dan bawah 3 cm.
5. Untuk ejaan bahasa asing menggunakan italic.
6. Penggunaan kata harus konsisten (contoh: penggunaan bahasa asing atau
bahasa indonesia).
7. Penamaan file draf:
[Draf Praktikum] _Kelompok_Modul_ Nama_NIM
Contoh:
[Draf Praktikum]_11_PS_Ade Muhamad Yusuf_3334180059
8. Format file berupa .docx.

8
LAMPIRAN
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM (TNR 14)
LABORATORIUM METALURGI I (TNR 14; Spasi 1,5)
(1 kali Enter TNR 16)
JUDUL MODUL (TNR 16)
(1 kali Enter TNR 16)

4 x 4 cm

(2 kali Enter TNR 14)

2 cm
7,5 cm
dari batas margin Disusun oleh : (TNR 12, Center) dari batas margiin
Nama Praktikan :
NPM :
Kelompok :
Rekan : 1.
2.
Tanggal Praktikum :
Tanggal Pengumpulan Lap. :
Asisten :

3 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5

LABORATORIUM METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN (TNR 14; Spasi 1,5)
2021
LEMBAR PENGESAHAN (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)
(Tabel TNR 12; Center; Spasi 1,5)

Tanggal Masuk Laporan Tanda Tangan


1,5 cm

5 cm

(TNR 12, 5 kali Enter)


Disetujui untuk Laboratorium Metalurgi FT. UNTIRTA
Cilegon, Bulan 2021
(TNR 12, 5 kali Enter)

(Nama Lengkap Asisten)

ii
DAFTAR ISI (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)

(TNR 11) Halaman


HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang (TNR 12; Spasi 1).................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...........................................................................1
1.3 Batasan Masalah ............................................................................1
1.4 Sistematika Penulisan (TNR 12; Spasi 1,5) ...................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Korosi (TNR 12; Spasi 1) ..............................................................2
2.1.1 ................. ...........................................................................3
2.2 ........................................................................................................3
2.2.1 ................. ...........................................................................4
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir ..................................................................................5
3.2 Alat dan Bahan ...............................................................................5
3.2.1 Alat-alat yang Digunakan...................................................5
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan ...........................................6
3.3 Prosedur Percobaan (TNR 12; Spasi 1,5) ......................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan .............................................................................7
4.2 Pembahasan (TNR 12; Spasi 1,5) ..................................................7
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ....................................................................................9
5.2 Saran (TNR 12; Spasi 1,5) .............................................................9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
LAMPIRAN A. CONTOH PERHITUNGAN ...................................................... 11
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS ........... 13
LAMPIRAN C. BLANGKO PERCOBAAN ....................................................... 15

iv
DAFTAR TABEL (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)

Tabel (TNR 11) (TNR 11; Spasi 1) Halaman


Tabel 2.1 Komposisi Kimia Baja AISI 1045 (TNR 12; Spasi 1,5) ..........................3
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan 1 ............................................................................8
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan 2 ............................................................................8

Catatan:
-Apabila dalam laporan hanya ada 1 tabel, maka tidak perlu dibuat daftar
tabel

v
DAFTAR GAMBAR (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)

Gambar (TNR 11) (TNR 11; Spasi 1) Halaman


Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Magnetic Separation ...................................3
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Tegangan Rotor terhadap Laju Pengumpanan
(TNR 12; Spasi 1,5) ............................................................................5
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Tegangan Rotor terhadap Konsentrat ..................15
Gambar B.1 Magnet ..............................................................................................30
Gambar B.2 Pasir Besi ..........................................................................................30

vi
DAFTAR LAMPIRAN (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)

Lampiran (TNR 11) (TNR 11; Spasi 1)Halaman


Lampiran A. Contoh Perhitungan ..........................................................................12
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus ...........................................14
Lampiran C. Blangko Percobaan ...........................................................................17

vii
BAB I
PENDAHULUAN (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)

1.1 Latar Belakang


Latar belakang menjawab pertanyaan mengapa harus dilakukan percobaan
tentang modul tersebut.
(1 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan disesuaikan dengan tujuan percobaan yang ada pada
modul praktikum laboratorium metalurgi I.
(1 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah terdiri atas dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
(1 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan berisi tentang susunan laporan yang telah dibuat
beserta keterangannya dimulai dari Bab I hingga lampiran blanko percobaan.

Catatan:
BAB I maksimal 2 halaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)

2.1 Korosi (TNR 12; Spasi 1,5)


Korosi adalah suatu proses degradasi sifat maupun bentuk fisik suatu
material karena adanya kontak dengan lingkungan di sekitarnya sehingga terjadi
proses elektrokimia yang berjalan lambat [1]. Jenis-jenis korosi antara lain [1]:
c. Pitting corrosion
d. Intergranular corrosion
Untuk mencegah terjadinya korosi salah satunya dapat dilakukan dengan
metode electroplating yang dapat dilihat pada Gambar 2. 1.

Gambar 2. 1 Skematik Electroplating [2]

(1 kali Enter TNR 12, Spasi 1,5)


........................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3
....................................................................................................................................
.........................................................................dapat dilihat pada Tabel 2. 1.
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Baja AISI 1045 [3]
Bahan Kimia Konsentrasi (%)
Karbon 0,42 – 0,50
Mangan 0,50 – 0,80
Silikon Maks. 0,40
Sulfur 0,02 – 0,04
Krom + Molibdenum + Nikel Maks. 0,63
(1 kali Enter TNR 12, Spasi 1,5)
........................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
.....................................................................[4].
2.1.1 .................
............................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
............................................ dapat dilihat pada persamaan rumus 2.1 [5].
M1 x V1 = M2 x V2 ............................................... (2.1)
(1 kali Enter, Spasi 1,5)
2.2 .................
........................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
................................................dapat dilihat pada persamaan rumus 2.2 [5].
Cu → Cu2+ + 2e ............................................ (2.2)
4
2.2.1 .................
............................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
................................................................................... dapat dilihat pada
Gambar 2. 2 [5].

Gambar 2. 2 Mekanisme Kerja Magnetic Separator [6]

Catatan:
-Bab II minimal 6 halaman sampai batas margin bawah
-1 paragraf terdiri dari 4 kalimat
-Tidak boleh mengambil gambar yang terdapat watermark
-Keterangan huruf pada gambar diharuskan jelas dan mudah terbaca
-Ukuran gambar maksimal 7 x 8 cm (tinggi x lebar)
BAB III
METODE PERCOBAAN (TNR 14; Spasi 1,5)
(2 kali Enter TNR 12; Spasi 1,5)

3.1 Diagram Alir


........................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
............................................... dapat dilihat pada Gambar 3. 1 (prolog).

Persiapan Bahan

Proses

Data Pengamatan

Pembahasan Literatur

Kesimpulan

Gambar 3. 1 Diagram Alir Percobaan (Judul Praktikum)


(1 kali Enter, Spasi 1,5)
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat-alat yang Digunakan

............................................................................................................
.............................................................................. (prolog).
a. Neraca digital
6
b. Thermocouple
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan

............................................................................................................
.............................................................................. (prolog).
a. Larutan H2SO4 1 M
b. Pelat Cu
(1 kali Enter, Spasi 1,5)
3.3 Prosedur Percobaan

........................................................................................................................
.................................................................. (prolog).
1.
2.

Catatan:
-Bab III maksimal 3 halaman
-Sesuaikan dengan percobaan yang telah dilakukan
-Menggunakan kalimat pasif
-Alat dan bahan diurutkan sesuai abjad
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


........................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................... dapat dilihat pada Tabel 4. 1 (prolog).
Tabel 4. 1 Data Hasil Percobaan
A B (Voltase) C (Ampere) D (Menit)

(1 kali Enter, Spasi 1,5)


4.2 Pembahasan
........................................................................................................................
..........................................................dapat dilihat pada Gambar 4. 1 (prolog).

0.35
Rata-rata Laju Korosi

0.3
0.25
(V/menit)

0.2
0.15
0.1
0.05
0
Cu/Zn Cu/Pb Pb/Zn
Pelat Logam

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Pelat Logam dengan Rata-rata Laju Korosi
8
........................................................................................................................
....................................................................................................................................
........................................................................................................dapat dilihat pada
Gambar 4. 2 (prolog).

Gambar 4.2 Mikroskop Optik[7]

Catatan :
-Bab IV minimal 6 halaman hingga batas margin bawah
-Jelaskan dalam bentuk paragraf
-1 paragraf terdiri dari 4 kalimat
-Ukuran gambar maksimal 7 x 8 cm (tinggi x lebar)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
........................................................................................................................
..........................................................(prolog).
1.
2.
3.

5.2 Saran
........................................................................................................................
..........................................................(prolog).
1.
2.
3.

Catatan :
-Kesimpulan berupa poin dan terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif.
-Saran tidak diperbolehkan menyalahkan alat dan bahan serta human error.
DAFTAR PUSTAKA (IEEE style)

[1] Nama penulis., judul. Kota/Negara: penerbit, tahun. → untuk pengambilan


dari buku

[2] Nama penulis, judul buku text book, terbitan atau edisi, kota/Negara: nama
penerbit, tahun. [URL]. → untuk pengambilan dari buku elektronik

[3] Nama penulis, “judul bab dalam jurnal,” judul jurnal, volum atau edisi,
halaman jurnal, bulan. Tahun. →untuk pengambilan dari jurnal

[4] Penulis. Penulis. (tahun, bulan, hari). Judul (edisi) [Jenis media]. Tersedia
pada: Nama URL.[Waktu Akses] → contoh pengambilan dari online.

KETERANGAN:
[1] Daftar pustaka minimal 5 (jurnal dan/atau buku), diperbolehkan
pakai website jika daftar pustaka ≥ 5 (jurnal dan/atau buku).
[2] Web yang diperbolehkan yang berbasis bahasa inggris.
[3] Tidak diperbolehkan mencantumkan blog, wordpress, wikipedia,
modul praktikum, catatan kuliah, dan PPT perkuliahan sebagai
referensi penulisan laporan.
[4] Untuk setiap judul buku/jurnal, jarak antara baris adalah satu spasi,
sedangkan jarak antara judul adalah dua spasi.
[5] Contoh penulisan daftar pustaka IEEE style terlampir
11

AMPIRAN
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN (TNR 12; Spasi 1,5)
12
Lampiran A. Contoh Perhitungan
1. Text here
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS (TNR 12; Spasi 1,5)
14
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus
B.1 Jawaban Pertanyaan
1. ..........................................................?
Jawab:
............................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
............................................................. (TNR 12, Spasi 1,5)

B.2 Tugas Khusus


1. ..........................................................?
Jawab:
............................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
............................................................. (TNR 12, Spasi 1,5)
LAMPIRAN C
BLANKO PERCOBAAN
16
KETERANGAN:
1. Jenis huruf TIMES NEW ROMAN (termasuk nomor halaman, rumus,
keterangan, dan angka pada grafik/diagram)
2. Selain yang diberi keterangan, spasi 1,5 untuk setiap paragraf dengan
before dan after = 0
3. Selain yang diberi keterangan, font size = 12
4. Margin atas dan kiri 4 cm, margin kanan dan bawah 3 cm.
5. Untuk ejaan bahasa asing menggunakan italic.
6. Penggunaan kata harus konsisten (contoh: penggunaan bahasa asing atau
bahasa indonesia)
7. Ketentuan nomor halaman angka:
a. Header from top = 2 cm
b. Footer from bottom = 2 cm
8. Keterangan pemberian halaman:
a. Untuk lembar pengesahan, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan
daftar lampiran berada dibawah tengah (romawi: i,ii,iii,dst).
b. Untuk cover, halaman bab, daftar pustaka, dan halaman awal lampiran
tidak perlu diberi halaman.
c. Selain halaman bab nomor halaman berada di pojok kanan atas (angka).
9. File laporan dan subject email dinamakan dengan format sebagai berikut.
[Kode asisten]_Kelompok_Modul_ Nama_NIM
Contoh: [TS]_7_JC_Aliman Rafi_3334180099
Format apabila laporan di Revisi yaitu sebagai berikut.
REV_[TS]_7_JC_ Aliman Rafi_3334180099
LAMPIRAN
FORMAT BLANGKO
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

Tanggal : DATA PERCOBAAN Kelompok :


BALL MILL

Massa awal (gram)

Waktu (menit)

Jumlah penggerus

Massa (gr)
Fraksi ukuran (#)
I II III
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

% Berat
Fraksi Ukuran Ukuran % Berat
Berat (gr) % Berat Kumulatif
(#) Ayakan Kumulatif
Tertampung Lolos
(#)

No. Nama NPM Asisten

1.

2.

3.

4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

Tanggal : DATA PERCOBAAN Kelompok :


MINERAL SAMPLING

......#. ..... # = …. Gram ..….#. .... # = …. Gram


Berat Jumlah
Mineral Butiran Jumlah butir x Butiran Jumlah butir x Galat (%)
Jenis Total (%)
% Berat % Berat
I II Berat Jenis I II Berat Jenis

Jumlah

No. Nama NPM Asisten

1.

2.

3.
4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

Tanggal : DATA PERCOBAAN Kelompok :


MAGNETIC SEPARATION

Feed
Tegangan Laju
Pasir Besi Pasir Kuarsa Waktu
No. Rotor Pengumpanan
Ukuran Massa (detik)
Ukuran Massa (volt) (g/detik)
(#) (gram) (#) (gram)

Concentrate Tailing
Pasir Pasir f (%) c (%) t (%) R (%)
Ukuran Pasir Besi Pasir Besi
Kuarsa Kuarsa
(#)
Massa Massa Massa Massa
(gram) (gram) (gram) (gram)

No. Nama NPM Asisten

1.

2.

3.

4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

Tanggal : DATA PERCOBAAN Kelompok :


SLUICE BOX

Massa Tertampung % Massa Kumulatif % Kumulatif % Massa


Riffle
(gram) Tertampung Massa Tertampung Lolos

No. Nama NPM Asisten

1.

2.

3.

4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

Tanggal : DATA PERCOBAAN Kelompok :


JIGGING CONCENTRATOR

Feed Stroke Tailing Konsentrat


Nisbah
Recovery
(gr) (spm) Konsentrasi Pasir besi Pasir kuarsa Pasir besi Pasir kuarsa

No. Nama NPM Asisten

1.

2.

3.

4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

Tanggal : DATA PERCOBAAN Kelompok :


REAKSI KALSINASI BATU KAPUR

Temperatur Waktu Massa (gram)


No Conto P CO2 % Kalsinasi
(oC) (menit) M0 M1 M2

Keterangan:
M0 = Massa Sebelum Pemanasan (g)
M1 = Massa Sesudah Pemanasan (g)
M2 = Massa Sesudah Pelarutan (g)
No. Nama NPM Asisten

1.

2.

3.

4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

Tanggal : DATA PERCOBAAN Kelompok :


KOROSI GALVANIK

Rata-
Waktu E Korosi Ē Korosi ΔE° Laju Korosi rata
Material E° Redoks
(Menit) (Volt) (Volt) (Volt) (Volt/Menit) Laju
Korosi

Cu/Zn

Cu/Pb

Pb/Zn

No. Nama NPM Asisten

1.

2.

3.

4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

Tanggal : DATA PERCOBAAN Kelompok :


KOROSI LINGKUNGAN

Hari / Tabel Percobaan

Tanggal Conto I Conto II Conto III Conto IV


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

Massa Awal Massa Akhir Selisih Massa Jumlah Laju Korosi


Conto
(M0) (gram) (M1) (gram) (∆M) (gram) Hari (gram/hari)

II

III

IV

No. Nama NPM Asisten

1.

2.

3.

4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

Tanggal : DATA PERCOBAAN Kelompok :


PELAPISAN TEMBAGA

Conto Konsentrasi (M) Voltase (Volt) Arus (Ampere) Waktu (menit)

I II III
Conto
Cu Fe Cu Fe Cu Fe

Massa awal
(gram)

Massa akhir
(gram)

Selisih Massa
(gram)

No. Nama NPM Asisten

1.

2.

3.

4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

Tanggal : DATA PERCOBAAN Kelompok :


PENGELASAN OKSIASETILEN

No Jenis Nyala Api Hasil Pengamatan

G0 G1 Gr x t S F0 F1 Fr v
Pelat
(g) (g) (g) (cm) (det) (cm/det) (g) (g) (g) (g/det)

Keterangan :
G0 = Massa pelat awal (g) S = Kecepatan pengelasan (cm/det)
G1 = Massa pelat akhir (g) F0 = Massa filler metal awal (g)
Gr = Deposit metal las (g) F1 = Massa filler metal akhir (g)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

x = Panjang lasan (cm) Fr = filler metal yang terpakai (g)


t = Waktu pengelasan (det) v = Laju deposit metal las (g/det)

No. Nama NPM Asisten

1.

2.

3.

4. (................................)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

Tanggal : DATA PERCOBAAN Kelompok :


PENGELASAN SMAW

LAS SMAW POLARITAS: ELEKTRODA:


GH0 GH1 ∆GH αH GP0 GP1 ∆GP αρ
Pelat
(g) (g) (g) (g/A.det) (g) (g) (g) (g/A.det)

II

II

FLUX: POSISI LAS:

I ØE L t S T v Q
Pelat
(Ampere) (mm) (mm) (detik) (mm/det) (mm) (g/det) (kJ/menit)

II

III
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

Keterangan :
∆GH = Selisih massa pelat (g) I = Arus listrik (A)
GH0 = Massa pelat awal (g) ØE = Diameter elektroda (mm)
GH1= Massa pelat akhir (g) L = Panjang hasil lasan (mm)
αH= Koefisien deposit metal las (g/A.det) t = Waktu pengelasan (det)
GP0 = Massa elektroda awal (g) S = Kecepatan pengelasan (mm/det)
GP1 = Massa elektroda akhir (g) T = Panjang elektroda sisa (mm)
∆GP = Selisih massa elektroda (g) v = Laju Lelehan Elektroda (g/det)
αρ = Koefisien deposit elektroda las (g/A.det) Q = Heat Input (kJ/menit)

No. Nama NPM Asisten

1.

2.

3.

4. (................................)

Anda mungkin juga menyukai