LABORATORIUM METALURGI II
ANODIZING ALUMINIUM
Disusun oleh :
Nama Praktikan : Aditya Rahman
NPM : 3334190060
Kelompok : 25
Rekan : 1. Chessa Yhosika
: 2. Edwin Maulana
Tanggal Praktikum : 20 Maret 2022
Tanggal Pengumpulan Lap. : 25 Maret 2021
Asisten : Thoriq Shafri Dewantara
LEMBAR PENGESAHAN
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………...i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………...ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………..v
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………vi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………...vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………...1
1.2 Tujuan Percobaan ………………………………………………..1
1.3 Batasan Masalah………………………………………………….1
1.4 Sistematika Penulisan…………………………………………….2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Korosi ……………………………………………………………3
2.2 Pencegahan Korosi ..……………………………………………..5
2.3 Teknik Pelapisan ...……………………………………………….5
2.4 Elektrokimia ……………………...……………………………...6
2.5 Anodizing Aluminium ……………………………………………8
2.5.1 Tahapan Proses Anodizing ……………………………….10
2.5.2 Jenis-jenis Anodizing Berdasarkan Elektrolit …………….11
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir…………………………………………………….13
3.2 Alat dan Bahan…………………………………………………. 14
3.2.1 Alat-alat yang Digunakan……………………………….14
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan…………………………..14
3.3 Prosedur Percobaan …………………………………………….15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan…………………………………………………22
4.2 Pembahasan……………………………………………………..22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………….. 23
5.2 Saran…………………………………………………………….23
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. CONTOH PERHITUNGAN……………………………………25
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS……….28
LAMPIRAN C. GAMBAR ALAT DAN BAHAN………………………………34
LAMPIRAN D. BLANGKO PERCOBAAN…………………………………….37
iv
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Teknik Pelapisan Bahan ..……………………………………………..6
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan ………………………………………………..16
v
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Proses Anodizing …………………………………………………10
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan ………………………………………….13
Gambar 4.1 Diagram Batang Variasi Tegangan Terhadap Selisih Massa ……..19
Gambar 4.2 Diagram Batang Variasi Konsentrasi Terhadap Selisih Massa …..20
Gambar 4.3 Diagram Pourbaix Aluminium …………………………………..22
Gambar B.1 Carabiner ………………………………………………………...32
Gambar C.1 Aquades ………………………………………………………….35
Gambar C.2 Rectifier …………………………………………………………..35
Gambar C.3 Sarung Tangan .…………………………………………………..35
Gambar C.4 Pipet Tetes ..………………………………………………………35
Gambar C.5 Labu Ukur ...……………………………………………………...35
Gambar C.6 Gelas Ukur ……………………………………………………….35
Gambar C.7 Corong ……………...……………………………………………35
Gambar C.8 Gelas Baker ………………………………………………………35
Gambar C.9 Ruang Asam ……………………………………………………...36
Gambar C.10 H2SO4 98% ……………………………………………………….36
Gambar C.11 Neraca Digital ……………………………………………………36
Gambar C.12 Pelat Al …………………………………………………………...36
Gambar C.13 Pelat Pb …………………………………………………………..36
vi
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran A. Contoh Perhitungan………………………………………………...26
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus……………………………29
Lampiran C. Gambar Alat dan Bahan…………………………………………….35
Lampiran D. Blangko Percobaan ..……………………………………………….38
vii
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Korosi
Kata korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang artinya perusakan
logam atau berkarat. Korosi adalah terjadinya perusakan material (khususnya
logam) akibat lingkungannya. Pada logam terjadinya akibat reaksi kimia yaitu
pada temperatur yang tinggi antara logam dan gas atau terjadi korosi elektrokimia
dalam lingkungan air atau udara basah (Supardi, 1997). Reaksi langsung disebut
juga korosi kering dan reaksi penggantian disebut korosi basah (Trethewey, 1991).
Reaksi langsung (korosi kering) termasuk oksidasi di udara, rekasi dengan
uap belerang, hidrogen sulfida dan kandungan udara kering lainnya, juga reaksi
dengan logam cair lainnya misalnya natrium. Reaksi ini nyata dan umum terjadi
pada suhu relatif tinggi. Pada dasarnya reaksi korosi logam berlangsung secara
elektrokimia yang terjadi pada daerah katoda dan anoda dengan membentuk
rangkaian arus tertutup (Trethewey, 1991). Korosi terjadi disebabkan oleh reaksi
kimia atau eletrokimia. Selain itu juga terdapat beberapa faktor utama yang harus
dipenuhi agar reaksi tersebut dapat berlangsung (Nestor, 2004), faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Material
Suatu material dalam peristiwa korosi akan memiliki sifat sebagai anoda.
Sifat ini mengakibatkan suatu material akan mengalami reaksi oksidasi.
Reaksi oksidasi adalah suatu reaksi dalam reaksi redoks dimana suatu
unsur akan mengalami peningkatan nilai bilangan oksidasi. Peningkatan
bilangan oksidasi ini disebabkan oleh berkurangnya suatu elektron dalam
suatu unsur pada saat reaksi oksidasi terjadi (Nestor, 2004).
b. Lingkungan
Berbeda dengan material, lingkungan pada peristiwa korosi akan
memiliki sifat sebagai katoda. Sebagai katoda, suatu material akan
mengalami reaksi reduksi. Reaksi reduksi adalah reaksi yang
4
sekitar logam. Nilai pH di sekitar logam akan turun sehingga lingkungan akan
bersuasana asam. Hal ini dapat mempercepat laju korosi pada besi. Kemudian yang
terakhir adalah adanya pengaruh logam lain yang memiliki beda potensial yang
saling berkontak pada lingkungan yang lembab. Adanya beda potensial ini
membuat logam yang nilai potensialnya lebih rendah daripada logam lainnya akan
teroksidasi sehingga logam yang potensialnya lebih rendah tadi akan terkorosi
(Mars, 1987).
2.4 Elektrokimia
Sel elektrokimia adalah suatu reaksi yang terjadi antara 2 buah elektroda. Di
dalam sebuah larutan elektrolit dimana peristiwa yang terjadi di dalamnya adalah
proses perpindahan elektron atau reaksi redoks. Reaksi redoks adalah suatu reaksi
dimana pada reaksi oksidasi, suatu reaktan akan mengalami pengurangan jumlah
elektron sehingga bilangan oksidasinya akan bertambah. Sedangkan pada reaksi
reduksi, suatu reaktan akan mengalami penambahan jumlah elektron sehingga
7
bilangan oksidasinya akan berkurang. Bilangan oksidasi adalah suatu muatan dalam
suatu molekul atau senyawa yang ditentukan oleh harga keelektronegatifan
(Harahap, 2016).
Terdapat dua jenis sel elektrokimia, yaitu sel galvani atau sel volta dimana
pada sel volta ini terdapat suatu reaksi redoks yang akan mengubah energi kimia
menjadi energi listrik. Pada sel ini, katoda yang dicelupkan ke dalam larutan garam
akan memiliki kutub yang positif sedangkan anoda akan berkutub negatif. Anoda
dan katoda pada sel volta ini akan dicelupkan ke dalam larutan elektrolit yang
terhubung dengan jembatan garam. Jembatan garam ini memiliki fungsi sebagai
pemberi suasana netral (grounding) dari kedua larutan yang menghasilkan listrik
(Harahap, 2016).
Dikarenakan listrik yang dihasilkan harus melalui reaksi kimia yang spontan
maka pemilihan dari larutan elektrolit harus mengikuti kaidah deret volta. Deret
volta disusun berdasarkan daya oksidasi dan reduksi dari masing-masing logam.
Sel volta ini dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan penggunaannya. Sel volta
primer adalah yang pertama. Sel volta primer merupakan sel volta yang tidak dapat
diperbarui (sekali pakai) dan bersifat tidak dapat balik (irreversible) contohnya
adalah baterai kering. Sedangkan sel volta sekunder merupakan sel volta yang dapat
diperbarui (sekali pakai) dan bersifat dapat balik (reversible) ke keadaan semula
contohnya baterai aki. Sel Volta bahan bakar (fuel cell) adalah sel volta yang tidak
dapat diperbarui tetapi tidak habis contohnya sel campuran bahan bakar pesawat
luar angkasa (Harahap, 2016).
Reaksi yang kedua adalah sel elektrolisis dimana pada sel ini terjadi
perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Pada sel elektrolisis katoda memiliki
muatan negatif sedangkan anoda memiliki muatan positif. Sesuai dengan prinsip
kerja arus listrik. Terdiri dari zat yang dapat mengalami proses ionisasi, elektroda
dan sumber listrik (baterai). Listrik dialirkan dari kutub negatif dari baterai ke
katoda yang bermuatan negatif. Larutan akan mengalami ionisasi menjadi kation
dan anion. Kation di katoda akan mengalami reduksi sedangkan di anoda akan
mengalami oksidasi. Salah satu aplikasi dari sel elektrolisis yaitu penyepuhan
logam emas dengan menggunakan larutan elektrolit yang mengandung unsur emas
8
(Au). Hal ini dilakukan untuk melapisi kembali perhiasan yang kadar emasnya
sudah berkurang (Harahap, 2016).
Al → Al2O3 H++e- = H2
Data Pengamatan
Pembahasan Literatur
Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan
ini.
1. Aquades
2. Larutan H2SO4 98%
3. Pelat Al
4. Pelat Pb
4.2 Pembahasan
Anpdizing adalah teknik yang banyak digunakan untuk menghasilkan lapisan
anorganik dari pelindung oksida. Anodizing dilakukan dengan mencelupkan
aluminium ke dalam larutan elektrolit asam dan mengalirkan arus listrik melalui
medium tersebut. Sebuah katoda dipasangkan agar terjadi proses pelapisan.
Aluminium bertindak sebagai anoda. Ion oksigen dilepaskan dari larutan elektrolit
untuk dikombinasikan dengan atom-atom aluminium pada permukaan logam yang
di-anodizing , sehingga akan terjadi suatu perpindahan ion dari katoda menuju ke
anoda. Teknik yang paling umum digunakan dalam anodizing berdasarkan jenis
elektrolit yang digunakan adalah jenis sulfuric acid anodizing atau anodizing
menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan salah satu jenis asam
kuat. Hal ini disebabkan teknik ini yang paling bernilai ekonomis dan efektif untuk
menghasilkan lapisan oksida yang cukup tebal. Konsentrasi asam sulfat yang paling
optimum digunakan untuk teknik anodizing adalah 40% karena pada konsentrasi
40%, karakteristik permukaan logam aluminium hasil anodizing memberikan
tingkat kekerasan dan keausan yang paling optimal. Ada banyak alasan serta
17
Dimana % yang dimaksud adalah persentase kelarutan H2SO4, yakni 98%. Massa
jenis dari senyawa H2SO4 adalah sebesar 1,83 g/cm3 dan Mr H2SO4 sebesar 98
g/mol (Lestari, 2013). Sehingga didapatkanlah konsentrasi dari larutan H2SO4 98%
18
adalah sebesar 18,3M. Dengan menggunakan pesamaan rumus 4.1, volume larutan
H2SO4 yang diinginkan adalah 100 ml, maka volume H2SO4 98% yang akan
diencerkan adalah sebanyak 5,5 ml untuk konsentrasi 1M dan 11 ml untuk
konsentrasi 2M. Kemudian, tahapan yang berikutnya adalah proses pengenceran
dimana aquades dituang terlebih dahulu ke dalam labu ukur 100 ml sekiranya
setengah dari ukuran labu ukur. Lalu berikutnya adalah menuangkan larutan H2SO4
yang telah dipersiapkan. Hal ini dilakukan supaya air tidak akan memercikan cairan
asam. Hal tersebut karenakan dalam pencampuran akan terjadi panas. Reaksi
pelarutan ini sangat eksotermik. Air dapat mendidih dan memercikkan asam apabila
air ditambahkan ke dalam asam. Sebab kalor ini ditimbulkan di daerah dimana air
yang kurang rapat meneyentuh asam yang lebih rapat secara struktural. Selain itu,
asam sulfat memiliki sifat yang sangat korosif dan higroskopis (Fredman, 2000).
Kemudian, aquades dituangkan kembali hingga volume H2SO4 1M dan 2M
mencapai 100 ml. Lalu, larutan H2SO4 yang telah diencerkan dituangkan ke dalam
gelas baker yang berbeda.
Tahapan yang berikutnya dilakukan adalah tahapan anodizing dimana pelat
Al dan Pb disiapkan masing-masing 3 pelat untuk 3 macam percobaan yang
berbeda. Keenam pelat tersebut dibersihkan dengan cara diampelas. Hal ini
dilakukan untuk membersihkan pelat dari kotoran-kotoran yang ada di permukaan
pelat. Kemudian, keenam pelat tersebut ditimbang terlebih dahulu untuk
mendapatkan massa awal sebelum dilakukannya proses anodizing. Berikutnya
adalah Menyusun rangkaian anodizing seperti rangkaian elektrolisis dengan
menggunakan rectifier dan capit buaya. Rectifier digunakan untuk mengubah arus
AC menjadi DC. Hal ini dikarenakan tegangan yang ada pada arus AC yang terlalu
besar sehingga dapat membahayakan praktikan dan arus positif dan negatif pada
arus AC tidaklah jelas sedangkan proses anodizing membutuhkan arus yang jelas
dikarenakan nantinya, pelat Pb akan ditempatkan pada katoda dimana arus katoda
sendiri adalah arus negatif sedangkan pelat Al akan ditempatkan sebagai anoda
dimana arus pada anoda adalah arus yang positif. Kemudian tahapan yang
berikutnya adalah mencapit pelat sesuai dengan penjelasan diatas dengan
menggunakan capit buaya. Selanjutnya adalah melakukan proses anodizing yang
19
dilakukan dengan cara mencelupkan kedua pelat secara bersamaan ke dalam larutan
H2SO4. Proses anodizing ini dilakukan selama 10 menit dengan 3 variabel yang
berbeda-beda. Variabel yang pertama adalah konsentrasi H2SO4 yang sebesar 1M
dengan tegangan yang sebesar 10 Volt. Lalu pada variabel yang kedua adalah
konsentrasi H2SO4 yang sebesar 1M dengan tegangan yang sebesar 15 Volt.
Sedangkan pada variabel yang pertama adalah konsentrasi H2SO4 yang sebesar 2M
dengan tegangan yang sebesar 10 Volt. Kemudian tahapan yang berikutnya adalah
mengamati fenomena-fenomena yang terjadi selama proses anodizing berlangsung.
Setelah proses anodizing selesai dilakukan, arus yang ditunjukkan dicatat dan kedua
pelat diangkat dari larutan H2SO4. Kemudian tahapan yang berikutnya adalah
mengeringkan pelat-pelat tersebut dengan menggunakan hair dryer. Setelah pelat-
pelat tersebut kering, tahapan yang berikutnya adalah penimbangan yang dilakukan
dengan neraca digital. Proses pengeringan pelat dengan bantuan hair dryer
dilakukan supaya pada saat proses penimbangan tidak ada air yang ikut tertimbang.
Sedangkan proses penimbangan dilakukan untuk mendapatkan massa akhir dari
pelat setelah proses anodizing sehingga didapatkanlah selisih massa dari pelat-pelat
tersebut antara sebelum dengan sesudah proses anodizing dilakukan.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkanlah hasil berupa variasi
tegangan terhadap selisih massa yang digambarkan dalam diagram batang yang
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
0,025
0,02
Selisih Massa (g)
0,015
0,01
0,005
0
I II III
Percobaan ke-
Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahui bahwa semakin besar tegangan yang
diberikan untuk proses anodizing, maka semakin besar pula selisih massa yang
dihasilkan. Dapat dilihat pada percobaan ke-1 dimana dengan tegangan sebesar 10
Volt, didapatkanlah selisih massa pada pelat Al sebesar 0,007 gram dan pada pelat
Pb sebesar 0,008 gram sedangkan pada percobaan ke-2 dimana tegangan yang
digunakan sebesar 15 Volt sehingga didapatkanlah selisih massa pelat Al sebesar
0,012 gram dan pada pelat Pb sebesar 0,019 gram. Sedangkan pada percobaan ke-
3 dengan tegangan sebesar 10 Volt, didapatkanlah selisih massa pelat Al sebesar
0,003 gram dan pada pelat Pb sebesar 0,023 gram. Terjadi perbedaan antara
percobaan ke-1 dengan percobaan ke-3 meskipun memiliki tegangan yang besarnya
sama. Hal ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi H2SO4 antara percobaan ke-1
dengan percobaan ke-3 yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.
0,025
0,02
Selisih Massa (g)
0,015
0,01
0,005
0
1 1 2
Molaritas H2SO4
sebesar 2M, didapatkanlah selisih massa pelat Al sebesar 0,003 gram dan pada pelat
Pb sebesar 0,023 gram. Terjadi perbedaan antara percobaan ke-1 dengan percobaan
ke-2 meskipun memiliki konsentrasi yang besarnya sama. Hal ini dikarenakan oleh
besarnya tegangan yang berbeda seperti yang dijelaskan oleh pada gambar 4.1.
Melalui percobaan ini, dapat diketahui bahwa logam katoda mengalami
pembentukan gelombang melalui media larutan elektrolit. Hal ini diakibatkan oleh
adanya reaksi elektrolisis atau pemecahan senyawa yang terjadi pada larutan
elektrolisis dalam daerah katodik. Dalam hal ini, logam katodik (timbal) tidak
mengalami reaksi dikarenakan sifatnya yang inert atau tidak akan ikut bereaksi.
Persamaan yang terjadi memenuhi reaksi kimia seperti yang dapat dilihat pada
persamaan rumus 4.3.
Pb + H2SO4 → PbSO4 + H2 …..………………….(4.3)
Yang dimana pada persamaan 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa larutan H2SO4
mengalami hidrolisis pelepasan senyawa hidrogen H+ dan logam Pb mengikat ion
negatif SO4- . Sementara logam aluminum bereaksi dengan larutan elektrolit yang
diberikan arus listrik sehingga mengikat senyawa oksigen yang memenuhi
persamaan yang dapat dilihat pada persamaan rumus 4.4.
2Al + 3PbSO4 → 3Pb + Al2(SO4)3 …………………..(4.4)
Hal ini mengakibatkan pembentukan gelembung hidrogen dan pembentukan
senyawa PbSO4 yang nantinya akan bereaksi dengan aluminum dalam
pembentukan senyawa oksida (Febriyanti, 2011). Berdasarkan penjelasan tersebut,
dapat dikaitkan dengan percobaan yang dilakukan dimana terjadi gelembung udara
pada pelat Pb yang disebabkan oleh adanya gas hidrogen yang terjadi akibat hasil
reaksi yang tertera pada persamaan rumus 4.3. Kemudian, keruhnya warna larutan
yang terjadi disebabkan adanya senyawa yang merupakan produk dari proses
anodizing seperti yang tertera pada persamaan rumus 4.4.
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui berbagai faktor yang
mempengaruhi percobaan seperti pada saat proses pengenceran dimana senyawa
H2SO4 yang seharusnya diencerkan bukanlah volume yang seharusnya. Hal ini
dikarenakan oleh kurangnya alat yang memadai sehingga proses pengenceran harus
dilakukan dengan volume H2SO4 98% yang telah dibulatkan. Kemudian faktor
22
lainnya adalah pada saat proses anodizing dimana jika kedua pelat dipasang
terbalik, maka yang akan terjadi bukanlah proses anodizing melainkan proses
electroplating. Lalu faktor yang lainnya adalah pada saat proses pengeringan
dengan bantuan hair dryer yang mana apabila kedua pelat tidak dikeringkan hingga
benar-benar kering, maka massa akhir dari pelat-pelat tersebut bukanlah massa air
yang seharusnya dikarenakan oleh masih adanya air yang terdapat pada pelat.
Proses anodizing yang telah dilakukan dapat dilihat dari diagram pourbaix
untuk aluminium murni yang dapat dilihat pada Gambar 4.3
E(V)
1.0
Corrosion
0.5 Corrosion
Al3+
0 AlO2-
Passivation
-0.5
Al2O3.3H2O
-1.0
-1.5
-2.0 Immunity
Al
-2.5
2 4 6 8 10 12 14
-2.5
Gambar 4.3 Diagram Pourbaix Aluminium (Makanas dkk, 2011)
Berdasarkan diagram ini, dapat dilihat apakah logam bersifat aktif, pasif atau kebal.
Diagram ini menunjukkan bahwa aluminium bersifat pasif antara pH 3 dan 5, pada
potensial yang lebih tinggi dari -1,7 mV SHE. Menurut diagram, aluminium tidak
kebal sampai potensinya mencapai di bawah -1,7 V SHE di lingkungan asam dan
bahkan aluminium harus memiliki potensial yang lebih rendah ketika berada di
lingkungan pH yang terelevasi, sesuai dengan diagram. Penelitian ini telah
menunjukkan bahwa aluminium praktis tidak memiliki zona kekebalan, karena
pembentukan hidrida aluminium yang membuat oksida tidak stabil.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan pada kali ini, dapat diketahui bahwa:
1. Proses anodizing pada aluminum melibatkan proses elektrolisis dan
elektrokimia.
2. Semakin besar konsentrasi larutan, maka pembentukan senyawa akan
semakin tebal dan cepat dikarenakan mobilitas ion akan semakin mudah
dan tinggi.
3. Semakin besar tegangan yang diberikan, maka proses anodizing juga
akan bertambah cepat dikarenakan tegangan akan mempengaruhi arus
listrik yang dihasilkan sehingga perpindahan elektron akan semakin
mudah.
4. Molaritas larutan elektrolit berpengaruh kepada selisih massa yang
terjadi pada logam Al, pada sampel dengan molaritas 1M menghasilkan
selisih sebanyak 0,007 g dan 0,012. Sementara pada molaritas 2M
menghasilkan selisih massa sebesar 0,003 g.
5. Voltase berpengaruh pada selisih massa yang terjadi pada logam Al,
dimana pada tegangan sebesar 10V dihasilkan selisih massa sebanyak
0,007 g dan 0,003 g. Sementara pada tegangan sebesar 15V dihasilkan
selisih massa sebesar 0,012 g.
5.2 Saran
Dari percobaan ini, saran yang dapat dibagikan ialah
1. Memasang alat holder untuk proses anodizing untuk menghindari
kesalahan individu dalam menggenggam selama waktu yang ditentukan.
2. Menggunakan pengukuran dengan dua opsi untuk meningkatkan presisi
data yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
∆MPb =|15,216-15,197| g
∆MPb =0,019 g
c. Selisih masa sampel III
∆MPb =|16,622-16,599| g
∆MPb =0,023 g
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
29
6. Amati secara visual hasil anodizing serta perubahan berat dari praktikum
anda dan buat pembahasannya!
Jawab:
Bahwasannya pada sampel 1 larutan elektrolit H2SO4 yang memiliki
konsentrasi sebesar 1 molar dialiri beda potensial sebesar 10 Volt dengan
kuat arus yang terbaca pada rectifier sebesar 0,19 A. Kemudian hasil
perubahan berat pelat aluminium sebesar 0,007 gram. Sedangkan untuk
sampel 2 dengan konsentrasi H2SO4 yang sama sebesar 1 molar dengan beda
potensial yang dialirkan sebesar 15 Volt. Kemudian untuk besar kuat arus
listrik yang tercatat pada alat rectifier sebesar 0,2 A. Kemudian hasil
perubahan berat pelat aluminium sebesar 0,012 gram. Dari grafik tersebut
dapat dilihat bahwasannya sampel 2 memiliki perubahan massa lebih
banyak dibandingkan dengan sampel 1. Hal sesuai dengan studi literatur
yang ada dimana semakin besar tegangan yang dipakai maka akan semakin
tebal atau banyak penambahan kapisan oksidanya. Hal ini dikarenakan
semakin banyak tegangan yang dialirkan maka semakin banyak ion elektron
yang mengalir di dalam larutan elektrolit. Semakin banyak ion elektron yang
ada semakin banyak juga lapisan yang berhasil diciptakan dari proses
anodizing aluminium.