Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM METALURGI II

ANODIZING ALUMINIUM

Disusun oleh :
Nama Praktikan : Aditya Rahman
NPM : 3334190060
Kelompok : 25
Rekan : 1. Chessa Yhosika
: 2. Edwin Maulana
Tanggal Praktikum : 20 Maret 2022
Tanggal Pengumpulan Lap. : 25 Maret 2021
Asisten : Thoriq Shafri Dewantara

LABORATORIUM METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2022
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Tanggal Masuk Laporan Tanda Tangan

Disetujui untuk Laboratorium Metalurgi FT. UNTIRTA


Cilegon, Maret 2022

(Thoriq Shafri Dewantara)

ii
iii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………...i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………...ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………..v
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………vi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………...vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………...1
1.2 Tujuan Percobaan ………………………………………………..1
1.3 Batasan Masalah………………………………………………….1
1.4 Sistematika Penulisan…………………………………………….2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Korosi ……………………………………………………………3
2.2 Pencegahan Korosi ..……………………………………………..5
2.3 Teknik Pelapisan ...……………………………………………….5
2.4 Elektrokimia ……………………...……………………………...6
2.5 Anodizing Aluminium ……………………………………………8
2.5.1 Tahapan Proses Anodizing ……………………………….10
2.5.2 Jenis-jenis Anodizing Berdasarkan Elektrolit …………….11
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir…………………………………………………….13
3.2 Alat dan Bahan…………………………………………………. 14
3.2.1 Alat-alat yang Digunakan……………………………….14
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan…………………………..14
3.3 Prosedur Percobaan …………………………………………….15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan…………………………………………………22
4.2 Pembahasan……………………………………………………..22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………….. 23
5.2 Saran…………………………………………………………….23
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv

LAMPIRAN
LAMPIRAN A. CONTOH PERHITUNGAN……………………………………25
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS……….28
LAMPIRAN C. GAMBAR ALAT DAN BAHAN………………………………34
LAMPIRAN D. BLANGKO PERCOBAAN…………………………………….37

iv
v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 2.1 Teknik Pelapisan Bahan ..……………………………………………..6
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan ………………………………………………..16

v
vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Proses Anodizing …………………………………………………10
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan ………………………………………….13
Gambar 4.1 Diagram Batang Variasi Tegangan Terhadap Selisih Massa ……..19
Gambar 4.2 Diagram Batang Variasi Konsentrasi Terhadap Selisih Massa …..20
Gambar 4.3 Diagram Pourbaix Aluminium …………………………………..22
Gambar B.1 Carabiner ………………………………………………………...32
Gambar C.1 Aquades ………………………………………………………….35
Gambar C.2 Rectifier …………………………………………………………..35
Gambar C.3 Sarung Tangan .…………………………………………………..35
Gambar C.4 Pipet Tetes ..………………………………………………………35
Gambar C.5 Labu Ukur ...……………………………………………………...35
Gambar C.6 Gelas Ukur ……………………………………………………….35
Gambar C.7 Corong ……………...……………………………………………35
Gambar C.8 Gelas Baker ………………………………………………………35
Gambar C.9 Ruang Asam ……………………………………………………...36
Gambar C.10 H2SO4 98% ……………………………………………………….36
Gambar C.11 Neraca Digital ……………………………………………………36
Gambar C.12 Pelat Al …………………………………………………………...36
Gambar C.13 Pelat Pb …………………………………………………………..36

vi
vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran A. Contoh Perhitungan………………………………………………...26
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus……………………………29
Lampiran C. Gambar Alat dan Bahan…………………………………………….35
Lampiran D. Blangko Percobaan ..……………………………………………….38

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan material logam sangatlah banyak
digunakan. Logam memiliki banyak fungsi seperti untuk bahan infrastruktur,
elektronik, bahkan sampai alat masak, dan lain-lain. Sudah pasti logam yang
digunakan haruslah tahan dan awet. Namun, terdapat beberapa permasalahan yang
dialami oleh kebanyakan orang terkait logam ini, salah satunya adalah terjadinya
korosi. Korosi pada logam sangatlah merugikan umat manusia. Hal ini dikarenakan
logam dapat memakan biaya seperti untuk perawatan dan perbaikan. Korosi pada
logam tidak dapat dihilangkan, akan tetapi laju korosinya dapat dihambat. Oleh
karenanya, banyak sekali upaya yang dilakukan guna mengurangi kerusakan yang
terjadi pada material logam khususnya pada masalah korosi tersebut. Salah satu
perbaikan dan penyempurnaan pada suatu produk adalah dengan proses anodizing.
Dengan ini proses anodizing akan diperoleh suatu material seperti material baru
yang mempunyai sifat yang lebih baik. Proses perlakuan anodizing aluminium ini
sangatlah penting bagi mahasiswa teknik metalurgi. Oleh karena itu, diperlukanlah
suatu percobaan anodizing aluminium guna memahami proses dari anodizing
aluminium.

1.2 Tujuan Percobaan


Pada tujuan percobaan anodizing aluminium kali ini adalah untuk mengetahui
serta membandingkan pengaruh konsentrasi dan tegangan pada proses anodizing
dan memahami proses pelapisan logam pada proses anodizing.

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada percobaan ini yaitu terdiri dari variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas dari percobaan pasir cetak ini adalah
konsentrasi H2SO4, waktu, dan tegangan. Sedangkan untuk variabel terikatnya yaitu
2

besar kuat arus dan massa akhir logam.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulian pada laporan praktikum anodizing aluminium terdiri
dari 5 bab dimana pada Bab I berisikan tentang latar belakang, tujuan percobaan,
batasan masalah, serta sistematika penulisan. Kemudian dilanjut dengan Bab II
yang berisikan tentang teori-teori yang ada pada anodizing aluminium yang disusun
dalam bentuk tinjauan pustaka. Berikutnya Bab III yang menjelaskan mengenai
metode percobaan dalam bentuk diagram alir dan prosedur percobaan serta
menerangkan alat dan bahan yang digunakan. Berikutnya Bab IV yang berisi
tentang hasil percobaan dan pembahasan mengenai percobaan yang telah
dilakukan. Dan pada Bab V berisi mengenai kesimpulan yang diperoleh serta saran
untuk praktikum selanjutnya. Selain itu, laporan ini juga terdapat daftar pustaka dan
lampiran-lampiran yang terdiri dari contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan
tugas khusus, gambar alat dan bahan, serta blangko percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Korosi
Kata korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang artinya perusakan
logam atau berkarat. Korosi adalah terjadinya perusakan material (khususnya
logam) akibat lingkungannya. Pada logam terjadinya akibat reaksi kimia yaitu
pada temperatur yang tinggi antara logam dan gas atau terjadi korosi elektrokimia
dalam lingkungan air atau udara basah (Supardi, 1997). Reaksi langsung disebut
juga korosi kering dan reaksi penggantian disebut korosi basah (Trethewey, 1991).
Reaksi langsung (korosi kering) termasuk oksidasi di udara, rekasi dengan
uap belerang, hidrogen sulfida dan kandungan udara kering lainnya, juga reaksi
dengan logam cair lainnya misalnya natrium. Reaksi ini nyata dan umum terjadi
pada suhu relatif tinggi. Pada dasarnya reaksi korosi logam berlangsung secara
elektrokimia yang terjadi pada daerah katoda dan anoda dengan membentuk
rangkaian arus tertutup (Trethewey, 1991). Korosi terjadi disebabkan oleh reaksi
kimia atau eletrokimia. Selain itu juga terdapat beberapa faktor utama yang harus
dipenuhi agar reaksi tersebut dapat berlangsung (Nestor, 2004), faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Material
Suatu material dalam peristiwa korosi akan memiliki sifat sebagai anoda.
Sifat ini mengakibatkan suatu material akan mengalami reaksi oksidasi.
Reaksi oksidasi adalah suatu reaksi dalam reaksi redoks dimana suatu
unsur akan mengalami peningkatan nilai bilangan oksidasi. Peningkatan
bilangan oksidasi ini disebabkan oleh berkurangnya suatu elektron dalam
suatu unsur pada saat reaksi oksidasi terjadi (Nestor, 2004).
b. Lingkungan
Berbeda dengan material, lingkungan pada peristiwa korosi akan
memiliki sifat sebagai katoda. Sebagai katoda, suatu material akan
mengalami reaksi reduksi. Reaksi reduksi adalah reaksi yang
4

menyebabkan suatu material mengalami penurunan bilangan oksidasi.


Hal ini disebabkan oleh penambahan elektron pada suatu unsur. Namun
tidak semua jenis lingkungan yang ada di bumi dapat bersikap sebagai
katoda. Beberapa lingkungan yang dapat bersikap sebagai katoda antara
lain adalah lingkungan yang lembab, bersifat asam, atau tempat yang
panas (Nestor, 2004).
c. Reaksi antara material dan lingkungan
Peristiwa korosi baru akan terjadi ketika terjadi kontak antara material
dengan lingkungannya. Reaksi ini merupakan reaksi reduksi dan oksidasi
dimana ligkungan akan mengalami reduksi sedangkan materialnya akan
mengalami reaksi oksidasi. Peristiwa ini juga merupakan reaksi yang
spontan. Reaksi spontan adalah reaksi yang membutuhkan rangsangan
dari luar (Nestor, 2004).
d. Elektrolit
Elektrolit adalah suatu zat yang terlarut dalam suatu fluida atau pelarut.
Zat-zat ini berbentuk ion-ion. Ion-ion inilah yang menjadikan larutan
elektrolit dapat menghantarkan listrik. Oleh karena itu, elektrolit menjadi
penyebab berlangsungnya suatu reaksi dalam peristiwa korosi ini
(Nestor, 2004).
Selain faktor utama terjadinya korosi, terdapat faktor lain yang dapat
mempercepat laju korosi pada logam. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah air
dan oksigen dimana semakin lembab udara sekitar logam, maka reaksi korosi akan
semakin cepat terjadi. Demikian pula dengan banyaknya gas oksigen disekitar
logam yang juga mempercepat laju korosi pada logam. Selain itu, ada faktor lainnya
seperti kadar keasaman pada lingkungan. Saat lingkungan di sekitar logam
memiliki suasana yang asam, maka logam akan lebih cepat terkorosi. Hal ini
disebabkan oleh adanya reaksi reduksi tambahan pada katoda yang membuat
banyak atom logam teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam
semakin besar (Mars, 1987).
Selain itu, ada juga korosi yang terjadi karena adanya bakteri. Bakteri ini
dapat mempercepat laju korosi karena bakteri ini mengubah suasana lingkungan di
5

sekitar logam. Nilai pH di sekitar logam akan turun sehingga lingkungan akan
bersuasana asam. Hal ini dapat mempercepat laju korosi pada besi. Kemudian yang
terakhir adalah adanya pengaruh logam lain yang memiliki beda potensial yang
saling berkontak pada lingkungan yang lembab. Adanya beda potensial ini
membuat logam yang nilai potensialnya lebih rendah daripada logam lainnya akan
teroksidasi sehingga logam yang potensialnya lebih rendah tadi akan terkorosi
(Mars, 1987).

2.2 Pencegahan Korosi


Peristiwa korosi pada logam adalah suatu peristiwa yang tidak dapat
dihentikan oleh manusia, namun peristiwa ini dapat diperlambat dengan berbagai
macam pencegahan untuk mencegah kerugian besar yang diakibatkan oleh
peristiwa korosi ini. Pencegahan ini juga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari
suatu barang dikarenakan usia pemakaiannya yang semakin lama. Selain itu, upaya
pencegahan korosi ini diharapkan dapat menurunkan biaya operasional dari suatu
produksi karena anggaran yang ditujukan untuk maintenance alat yang disebabkan
oleh korosi telah direduksi sedemikian rupa (Mars, 1987). Ada beberapa macam
pencegahan korosi, yakni:
a. Mencegah terjadinya kontak antara besi dengan lingkungan.
b. Perlindungan katoda.
c. Pengecatan.
d. Pelumuran oli atau gemuk.
e. Pemalutan logam dengan plastik.
f. Tin plating (pelapisan timah).
g. Galvanisasi atau pelapisan dengan seng.
h. Chromium plating (pelapisan kromium).
i. Inhibitor.

2.3 Teknik Pelapisan


Teknologi pelapisan atau yang biasa disebut coating adalah suatu teknik
pelapisan suatu bahan material di bagian permukaannya. Pengaplikasiannya hanya
6

digunakan untuk melindungi benda/material dari pengaruh lingkungan, sehingga


akan memperpanjang waktu pakai. Implikasinya dengan menggunakan bahan
material yang sedikit lebih murah kita akan mendapatkan struktur mekanis
permukaan yang diinginkan, dengan cara penghematan energi, akan mengahasilkan
suatu konsekuensi ekonomi yang cukup baik dalam hal penghematan hal teknologi
pelapisan permukaan suatu logam. Proses coating dapat ditunjukan pada tabel 2.1
mengilustrasikan proses coating yang cukup beragam tersedia secara komersial dan
dapat melindungi permukaan suatu benda agar dapat memperpanjang waktu pakai
dari suatu material logam, komponen, dan peralatan. Bagaimanapun metode teknik
coating yang digunakan, selalu dibutuhkan tahap awal dari suatu proses pelapisan
biasa disebut pre-treatment dan pembersihan permukaan suatu benda material yang
sesuai, agar memaksimalkan kinerja dari hasil coating (Kanani, 2005). Berikut ini
adalah yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Teknik Pelapisan Bahan (Kanani, 2005)
Process Process Variant
Chemical Vapour Deposition (CVD)
Evaporation Physical Vapour Deposition (PVD)
Sputtering
Weld-Surface
Hot Metal Process Hot-dip Galvanizing
Roll-Coating
Inorganic Coating
Painting Organic Coating
Low-friction Coating
Thermal Spraying Flame Spraying
Electroless Metal Coating
Metalising
Electroplated Metal Coating

2.4 Elektrokimia
Sel elektrokimia adalah suatu reaksi yang terjadi antara 2 buah elektroda. Di
dalam sebuah larutan elektrolit dimana peristiwa yang terjadi di dalamnya adalah
proses perpindahan elektron atau reaksi redoks. Reaksi redoks adalah suatu reaksi
dimana pada reaksi oksidasi, suatu reaktan akan mengalami pengurangan jumlah
elektron sehingga bilangan oksidasinya akan bertambah. Sedangkan pada reaksi
reduksi, suatu reaktan akan mengalami penambahan jumlah elektron sehingga
7

bilangan oksidasinya akan berkurang. Bilangan oksidasi adalah suatu muatan dalam
suatu molekul atau senyawa yang ditentukan oleh harga keelektronegatifan
(Harahap, 2016).
Terdapat dua jenis sel elektrokimia, yaitu sel galvani atau sel volta dimana
pada sel volta ini terdapat suatu reaksi redoks yang akan mengubah energi kimia
menjadi energi listrik. Pada sel ini, katoda yang dicelupkan ke dalam larutan garam
akan memiliki kutub yang positif sedangkan anoda akan berkutub negatif. Anoda
dan katoda pada sel volta ini akan dicelupkan ke dalam larutan elektrolit yang
terhubung dengan jembatan garam. Jembatan garam ini memiliki fungsi sebagai
pemberi suasana netral (grounding) dari kedua larutan yang menghasilkan listrik
(Harahap, 2016).
Dikarenakan listrik yang dihasilkan harus melalui reaksi kimia yang spontan
maka pemilihan dari larutan elektrolit harus mengikuti kaidah deret volta. Deret
volta disusun berdasarkan daya oksidasi dan reduksi dari masing-masing logam.
Sel volta ini dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan penggunaannya. Sel volta
primer adalah yang pertama. Sel volta primer merupakan sel volta yang tidak dapat
diperbarui (sekali pakai) dan bersifat tidak dapat balik (irreversible) contohnya
adalah baterai kering. Sedangkan sel volta sekunder merupakan sel volta yang dapat
diperbarui (sekali pakai) dan bersifat dapat balik (reversible) ke keadaan semula
contohnya baterai aki. Sel Volta bahan bakar (fuel cell) adalah sel volta yang tidak
dapat diperbarui tetapi tidak habis contohnya sel campuran bahan bakar pesawat
luar angkasa (Harahap, 2016).
Reaksi yang kedua adalah sel elektrolisis dimana pada sel ini terjadi
perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Pada sel elektrolisis katoda memiliki
muatan negatif sedangkan anoda memiliki muatan positif. Sesuai dengan prinsip
kerja arus listrik. Terdiri dari zat yang dapat mengalami proses ionisasi, elektroda
dan sumber listrik (baterai). Listrik dialirkan dari kutub negatif dari baterai ke
katoda yang bermuatan negatif. Larutan akan mengalami ionisasi menjadi kation
dan anion. Kation di katoda akan mengalami reduksi sedangkan di anoda akan
mengalami oksidasi. Salah satu aplikasi dari sel elektrolisis yaitu penyepuhan
logam emas dengan menggunakan larutan elektrolit yang mengandung unsur emas
8

(Au). Hal ini dilakukan untuk melapisi kembali perhiasan yang kadar emasnya
sudah berkurang (Harahap, 2016).

2.5 Anodizing Aluminium


Aluminium adalah material logam yang banyak digunakan pada berbagai
macam aplikasi seperti di bidang industri hingga keperluan rumah tangga.
Alumunium memiliki beberapa kelebihan yaitu memiliki rasio terhadap beban yang
tinggi, ringan, tahan terhadap korosi dari berbagai macam bahan kimia, memiliki
konduktifitas termal maupun listrik yang tinggi, memantulkan cahaya dan tidak
bersifat magnet. Dari kelebihan tersebut aluminium juga memiliki beberapa
kekurangan seperti mudah mengalami deformasi serta memiliki nilai kekerasan
yang rendah. Untuk memperbaiki sifat fisik maupun mekanik dari aluminium,
dilakukan suatu metode perlakuan dengan cara anodizing.
Anodizing adalah teknik yang banyak digunakan untuk menghasilkan lapisan
anorganik pelindung oksida dari beberapa bahan rekayasa seperti aluminium,
magnesium, titanium dan beberapa logam paduan non-ferrous lainnya dengan
penerapan potensi anodik yang secara normal akan cukup korosif jika bukan karena
hambatan yang diciptakan oleh proses itu sendiri. Dari semua logam yang memiliki
kapabilitas untuk dilakukan anodizing, yang mendominasi adalah paduan
aluminium dikarenakan aplikasinya yang menghasilkan sejumlah banyak variasi
implementatif. Anodizing dilakukan dengan mencelupkan aluminium ke dalam
larutan elektrolit asam dan mengalirkan arus listrik melalui medium tersebut.
Sebuah katoda dipasangkan agar terjadi proses pelapisan. Aluminium bertindak
sebagai anoda. Ion oksigen dilepaskan dari larutan elektrolit untuk dikombinasikan
dengan atom-atom aluminium pada permukaan logam yang di-anodizing , sehingga
akan terjadi suatu perpindahan ion dari katoda menuju ke anoda (Kanani, 2005).
Anodizing diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
a. chromic acid anodizing,
b. sulphuric acid anodizing
c. hard anodizing
9

Teknik yang paling umum digunakan dalam anodizing berdasarkan jenis


elektrolit yang digunakan adalah jenis sulfuric acid anodizing atau anodizing
menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan salah satu jenis asam
kuat. Hal ini disebabkan teknik ini yang paling bernilai ekonomis dan efektif untuk
menghasilkan lapisan oksida yang cukup tebal. Konsentrasi asam sulfat yang paling
optimum digunakan untuk teknik anodizing adalah 40% karena pada konsentrasi
40%, karakteristik permukaan logam aluminium hasil anodizing memberikan
tingkat kekerasan dan keausan yang paling optimal. Ada banyak alasan serta
pertimbangan dari sebuah industri untuk meng-anodizing sebuah part berbasis
paduan aluminium. Berikut ini adalah alasan mengapa paduan aluminium di
anodizing sebelum dikomersialkan kepada pelanggan oleh industri terkait (Vargel,
2020).
1. Appearance
Produk terlihat lebih beres, bersih, lebih baik dan bertahan lebih lama.
2. Ease in Cleaning
Semua produk anodizing akan lebih bersih lebihlama dan lebih mudah
dibersihkan bila diperlukan.
3. Non-galling
Sekrup dan komponen bergerak lainnya tidak akan menangkap, terseret,
atau macet ketika keausan pada area ini berkurang. Gun sight,
instrument, dan ulir sekrup adalah aplikasi yang khas digunakan.
4. Heat absorption
Anodizing dapat menghasilkan sifat menyerap panas yang seragam
ataupun selektif pada aluminium untuk industri pemrosesan makanan.
5. Heat Radiation
Anodizing digunakan sebagai metode untuk menyelesaikan penghilangan
panas elektronik dan radiator.
10

Al → Al2O3 H++e- = H2

Gambar 2. 1 Proses Anodizing (Vargel, 2020)

2.5.1 Tahapan Proses Anodizing


Proses anodizing terdiri dari beberapa langkah yang harus dilakukan
sebelum perlakuan electroplating. Hal ini terbagi dalam istilah pre-treatment,
anodizing dan post-treatment. Proporsi ini dilakukan dengan tujuan untuk
memenuhi standar prosedur yang sudah ditetapkan sehingga produk dapat
dikomersialkan dengan jaminan mutu yang baik. Tahapan pada proses
anodizing yang dilakukan secara umum antara lain adalah sebagai berikut ini
(Kanani, 2005) :
1. Pre-treatment
Pembersihan dilakukan pada sebuah non-etsa, detergen alkalin
dipanaskan hingga kurang lebih 800ºC. proses ini bertujuan untuk
menghilangkan kontaminasi dan minyak.
2. Rinsing
Beberapa kali bilasan, beberapa menggunakan air deionisasi secara
ketat, mengikuti setiap langkah proses.
3. Etching (Chemical milling)
Etsa dalam sodium hidroksida larutan untuk menyiapkan aluminium
untuk anodizing dengan menghilangkan lapisan tipis aluminium
secara kimiawi. Bak alkalin ini memberikan permukaan aluminium
sebuah permukaan matte (kusam, pudar).
4. Desmutting
11

Pembilasan dalam sebuah larutan asam, larutan untuk


menghilangkan unsur partikel paduan yang tidak diinginkan dengan
proses etsa.
5. Anodizing
Aluminium dimasukkan kedalam tank berisikan larutan asam
elektrolit yang mana arus elektrik langsung melewati sel elektrolit
antara part aluminium yang berperan sebagai anoda dan tank
terpolarisasi sebagai katoda.
6. Colouring
Film anodic sangat cocok untuk berbagai variasi metode pewarnaan
termasuk pencelupan absorptive, baik zat pewarna organik dan
anorganik, dan pewarnaan elektrolitik.
7. Sealing
Dalam semua proses anodizing, sealing yang sesuai pada lapisan
oksida berpori adalah benar-benar penting untuk performa yang
memuaskan pada lapisan. Pori-pori harus diberikan non absorbent
untuk menghasilkan resistansi maksimum pada korosi dan noda.
2.5.2 Jenis-jenis Anodizing berdasarkan Elektrolit
Terdapat tiga jenis anodizing yang umum digunakan jika dilihat
berdasarkan jenis elektrolit yang digunakan seperti yang sudah di singgung
sebelumnya. Jenis anodizing berdasarkan larutan elektrolit tersebut antara
lain adalah (Kanani, 2005):
a. Chromic Acid Anodizing (Tipe I)
Tipe ini menggunakan larutan elektrolit chromic acid dan
menghasilkan lapisan yang paling tipis, hanya sekitar 0,5 hingga
2,5 mikron. Pada saat proses berlangsung, 50% Al2O3 terintegrasi
ke dalam substrat dan 50% pertumbuhan lapisan ke arah luar.
Dapat meningkatkan ketahanan korosi pada alumunium.
b. Sulfuric Acid Anodizing (Tipe II)
Tipe ini adalah tipe yang paling umum dilakukan yaitu dengan
menggunakan larutan asam sulfat sebagai elektrolit dengan
12

kemampuan menghasilkan lapisan oksida hingga 50 mikron.


Selama proses berlangsung, 67% oksida protektif terintegrasi ke
dalam substrat dan sisanya tumbuh kearah luar. Lapisan yang
dihasilkan permeable dan porous sehingga dapat dilakukan
pewarnaan. Tipe II biasa digunakan untuk aplikasi arsitektur,
bagian pesawat terbang, otomotif, maupun komputer.
c. Hard Anodizing (Tipe III)
Menggunakan larutan elektrolit yang sama dengan tipe II namun
dengan konsentrasi yang lebih tinggi pada temperatur yang lebih
rendah. Lapisan yang dihasilkan lebih tangguh, memiliki
ketahanan abrasi yang baik, ketahanan korosi, anti pudar, tahan
terhadap suhu tinggi, dan memiliki kekerasan yang baik. Lapisan
mencapai ketebalan 75 mikron sehingga juga dapat menjadi
insulator listrik yang baik. Umumnya digunakan pada peralatan
yang membutuhkan ketahanan aus yang sangat tinggi seperti pada
piston dan hydraulic gear.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir


Untuk mencapai keberhasilan dari suatu percobaan, maka dibutuhkanlah
suatu diagram alir. Diagram alir pada percobaan anodizing aluminium kali ini dapat
dilihat pada Gambar 3.1.
Pelat Pb, Al, Aquades, dan Larutan H2SO4
98%

Larutan H2SO4 diencerkan hingga 1M dan 2M

Pelat Pb dan pelat Al dibersihkan dengan


ampelas

Pelat ditimbang dengan neraca digital

Rectifier disusun dan diatur dengan tegangan


sebesar 10 Volt serta pelat Pb dipasang pada
katoda sedangkan pelat Al pada anoda

Proses anodizing dilakukan selama 10 menit

Kedua pelat diangkat dan dicatat besar arus


terakhir serta dikeringkan dengan
menggunakan hair dryer

Kedua pelat ditimbang dengan neraca digital


14

Percobaan dilakukan kembali dengan


konsentrasi H2SO4 1M dengan tegangan 15
Volt dan konsentrasi H2SO4 2M dengan
tegangan 10 Volt

Data Pengamatan

Pembahasan Literatur

Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat-alat yang Digunakan
Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan pada percobaan kali ini.
1. Ampelas 100#
2. Capit buaya
3. Gelas kimia 100ml
4. Gelas ukur 10ml; 20ml; dan 100ml
5. Labu ukur 100ml
6. Hair dryer
7. Masker
8. Neraca digital
9. Pipet
10. Rectifier
11. Ruang asam
12. Sarung tangan
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan
Berikut ini adalah bahan-bahan yang digunakan pada percobaan kali
15

ini.
1. Aquades
2. Larutan H2SO4 98%
3. Pelat Al
4. Pelat Pb

3.3 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan yang dilakukan pada praktikum ini adalah
sebagai berikut.
1. Aquades disiapkan sebanyak 100 ml untuk proses pengenceran H2SO4;
2. H2SO4 disiapkan sebanyak 5,46 ml untuk 1M dan 10,92 ml untuk 2M;
3. Proses pengenceran dilakukan;
4. Pelat Pb dan pelat Al disiapkan masing-masing sebanyak 3 buah dan
diampelas dengan ampelas 100# serta ditimbang beratnya;
5. Rangkaian anodizing disusun dengan rectifier dan capit buaya;
6. Pelat Pb dipasangkan pada arus negatif sebagai katoda dan pelat Al
dipasangkan pada arus positif sebagai anoda;
7. Proses anodizing dilakukan dengan konsentrasi H2SO4 dan tegangan
sebesar 10 Volt selama 10 menit;
8. Kedua pelat diangkat dan dicatat besar arus terkahir serta dikeringkan
dengan menggunakan hair dryer;
9. Kedua pelat ditimbang pada neraca digital;
10. Percobaan diulangi untuk konsentrasi H2SO4 1M dengan tegangan 15
Volt dan untuk konsentrasi H2SO4 2M dengan tegangan 10 Volt.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Dari percobaan anodizing aluminium yang telah dilakukan, maka
didapatkanlah hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan
Tegangan Waktu Arus Berat Awal (g) Berat Akhir (g)
H2SO4
(V) (menit) (A) Al Pb Al Pb
1M 10 10 0,19 12 16,851 12,007 16,859
1M 15 10 0,2 11,791 15,216 11,779 15,197
2M 10 10 0,31 9,831 16,622 9,828 16,599

4.2 Pembahasan
Anpdizing adalah teknik yang banyak digunakan untuk menghasilkan lapisan
anorganik dari pelindung oksida. Anodizing dilakukan dengan mencelupkan
aluminium ke dalam larutan elektrolit asam dan mengalirkan arus listrik melalui
medium tersebut. Sebuah katoda dipasangkan agar terjadi proses pelapisan.
Aluminium bertindak sebagai anoda. Ion oksigen dilepaskan dari larutan elektrolit
untuk dikombinasikan dengan atom-atom aluminium pada permukaan logam yang
di-anodizing , sehingga akan terjadi suatu perpindahan ion dari katoda menuju ke
anoda. Teknik yang paling umum digunakan dalam anodizing berdasarkan jenis
elektrolit yang digunakan adalah jenis sulfuric acid anodizing atau anodizing
menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan salah satu jenis asam
kuat. Hal ini disebabkan teknik ini yang paling bernilai ekonomis dan efektif untuk
menghasilkan lapisan oksida yang cukup tebal. Konsentrasi asam sulfat yang paling
optimum digunakan untuk teknik anodizing adalah 40% karena pada konsentrasi
40%, karakteristik permukaan logam aluminium hasil anodizing memberikan
tingkat kekerasan dan keausan yang paling optimal. Ada banyak alasan serta
17

pertimbangan dari sebuah industri untuk meng-anodizing sebuah part berbasis


paduan aluminium. Anodizing terdiri dari beberapa langkah yang harus dilakukan
seperti pre-treatment, rinsing, etching, desmutting, anodizing, colouring, dan
sealing. Terdapat 3 jenis anodizing yang umumnya digunakan berdasarkan jenis
elektrolit yang digunakan, seperti chromic acid anodizing, sulfuric acid anodizing,
dan hard anodizing.
Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi proses dari anodizing.
Faktor-faktor tersebut antara lain suhu, kerapatan arus, nilai pH, dan waktu. Suhu
sangat penting untuk menyeleksi cocoknya jalan reaksi dan melindungi pelapisan.
Untuk anodizing dekoratif, proses pelapisan dilakukan pada suhu ruang. Kerapatan
arus adalah arus yang digunakan pada saat proses pelapisan per satuan luas bahan,
bagaimana pun nilai kerapatan arus mempengaruhi waktu plating untuk mencapai
ketebalan yang diinginkan. Derajat keasaman (pH) merupakan faktor penting dalam
mengontrol larutan elektrolit. Dan terakhir waktu proses dimana waktu ini
menentukan berapa lama proses anodizing berlangsung (Santhiarsa, 2009).
Pada percobaan anodizing aluminium ini, dilakukanlah suatu prosesdur
percobaan dimana prosedur ini dimulai dari memperiapkan alat dan bahan yang
selanjutnya adalah melakukan proses pengenceran larutan H2SO4 menjadi 1M dan
2M. Proses ini dilakukan dengan cara menyiapkan aquades pada gelas baker
sebanyak 100 ml. Tahapan yang selanjutnya adalah menyiapkan larutan H2SO4
98% dengan bantuan gelas ukur sebanyak 5,5 ml untuk konsentrasi 1M dan 11 ml
untuk konsentrasi 2M. Banyaknya volume H2SO4 yang akan diencerkan menjadi
1M dan 2M didapatkan dari rumus yang dapat dilihat pada persamaan rumus 4.1.
M1V1=M2V2 ………………………………..(4.1)
Dimana M1 adalah konsentrasi awal dari larutan H2SO4, yakni sebesar 98% atau
18,3M. Konsentrasi larutan H2SO4 98% didapatkan dengan menggunakan rumus
yang dapat dilihat pada persamaan rumus 4.2.
%×ρ×10
M= Mr H ……………………………….(4.2)
2 SO4

Dimana % yang dimaksud adalah persentase kelarutan H2SO4, yakni 98%. Massa
jenis dari senyawa H2SO4 adalah sebesar 1,83 g/cm3 dan Mr H2SO4 sebesar 98
g/mol (Lestari, 2013). Sehingga didapatkanlah konsentrasi dari larutan H2SO4 98%
18

adalah sebesar 18,3M. Dengan menggunakan pesamaan rumus 4.1, volume larutan
H2SO4 yang diinginkan adalah 100 ml, maka volume H2SO4 98% yang akan
diencerkan adalah sebanyak 5,5 ml untuk konsentrasi 1M dan 11 ml untuk
konsentrasi 2M. Kemudian, tahapan yang berikutnya adalah proses pengenceran
dimana aquades dituang terlebih dahulu ke dalam labu ukur 100 ml sekiranya
setengah dari ukuran labu ukur. Lalu berikutnya adalah menuangkan larutan H2SO4
yang telah dipersiapkan. Hal ini dilakukan supaya air tidak akan memercikan cairan
asam. Hal tersebut karenakan dalam pencampuran akan terjadi panas. Reaksi
pelarutan ini sangat eksotermik. Air dapat mendidih dan memercikkan asam apabila
air ditambahkan ke dalam asam. Sebab kalor ini ditimbulkan di daerah dimana air
yang kurang rapat meneyentuh asam yang lebih rapat secara struktural. Selain itu,
asam sulfat memiliki sifat yang sangat korosif dan higroskopis (Fredman, 2000).
Kemudian, aquades dituangkan kembali hingga volume H2SO4 1M dan 2M
mencapai 100 ml. Lalu, larutan H2SO4 yang telah diencerkan dituangkan ke dalam
gelas baker yang berbeda.
Tahapan yang berikutnya dilakukan adalah tahapan anodizing dimana pelat
Al dan Pb disiapkan masing-masing 3 pelat untuk 3 macam percobaan yang
berbeda. Keenam pelat tersebut dibersihkan dengan cara diampelas. Hal ini
dilakukan untuk membersihkan pelat dari kotoran-kotoran yang ada di permukaan
pelat. Kemudian, keenam pelat tersebut ditimbang terlebih dahulu untuk
mendapatkan massa awal sebelum dilakukannya proses anodizing. Berikutnya
adalah Menyusun rangkaian anodizing seperti rangkaian elektrolisis dengan
menggunakan rectifier dan capit buaya. Rectifier digunakan untuk mengubah arus
AC menjadi DC. Hal ini dikarenakan tegangan yang ada pada arus AC yang terlalu
besar sehingga dapat membahayakan praktikan dan arus positif dan negatif pada
arus AC tidaklah jelas sedangkan proses anodizing membutuhkan arus yang jelas
dikarenakan nantinya, pelat Pb akan ditempatkan pada katoda dimana arus katoda
sendiri adalah arus negatif sedangkan pelat Al akan ditempatkan sebagai anoda
dimana arus pada anoda adalah arus yang positif. Kemudian tahapan yang
berikutnya adalah mencapit pelat sesuai dengan penjelasan diatas dengan
menggunakan capit buaya. Selanjutnya adalah melakukan proses anodizing yang
19

dilakukan dengan cara mencelupkan kedua pelat secara bersamaan ke dalam larutan
H2SO4. Proses anodizing ini dilakukan selama 10 menit dengan 3 variabel yang
berbeda-beda. Variabel yang pertama adalah konsentrasi H2SO4 yang sebesar 1M
dengan tegangan yang sebesar 10 Volt. Lalu pada variabel yang kedua adalah
konsentrasi H2SO4 yang sebesar 1M dengan tegangan yang sebesar 15 Volt.
Sedangkan pada variabel yang pertama adalah konsentrasi H2SO4 yang sebesar 2M
dengan tegangan yang sebesar 10 Volt. Kemudian tahapan yang berikutnya adalah
mengamati fenomena-fenomena yang terjadi selama proses anodizing berlangsung.
Setelah proses anodizing selesai dilakukan, arus yang ditunjukkan dicatat dan kedua
pelat diangkat dari larutan H2SO4. Kemudian tahapan yang berikutnya adalah
mengeringkan pelat-pelat tersebut dengan menggunakan hair dryer. Setelah pelat-
pelat tersebut kering, tahapan yang berikutnya adalah penimbangan yang dilakukan
dengan neraca digital. Proses pengeringan pelat dengan bantuan hair dryer
dilakukan supaya pada saat proses penimbangan tidak ada air yang ikut tertimbang.
Sedangkan proses penimbangan dilakukan untuk mendapatkan massa akhir dari
pelat setelah proses anodizing sehingga didapatkanlah selisih massa dari pelat-pelat
tersebut antara sebelum dengan sesudah proses anodizing dilakukan.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkanlah hasil berupa variasi
tegangan terhadap selisih massa yang digambarkan dalam diagram batang yang
dapat dilihat pada Gambar 4.1.

0,025

0,02
Selisih Massa (g)

0,015

0,01

0,005

0
I II III
Percobaan ke-

Gambar 4.1 Diagram Batang Variasi Tegangan Terhadap Selisih Massa


20

Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahui bahwa semakin besar tegangan yang
diberikan untuk proses anodizing, maka semakin besar pula selisih massa yang
dihasilkan. Dapat dilihat pada percobaan ke-1 dimana dengan tegangan sebesar 10
Volt, didapatkanlah selisih massa pada pelat Al sebesar 0,007 gram dan pada pelat
Pb sebesar 0,008 gram sedangkan pada percobaan ke-2 dimana tegangan yang
digunakan sebesar 15 Volt sehingga didapatkanlah selisih massa pelat Al sebesar
0,012 gram dan pada pelat Pb sebesar 0,019 gram. Sedangkan pada percobaan ke-
3 dengan tegangan sebesar 10 Volt, didapatkanlah selisih massa pelat Al sebesar
0,003 gram dan pada pelat Pb sebesar 0,023 gram. Terjadi perbedaan antara
percobaan ke-1 dengan percobaan ke-3 meskipun memiliki tegangan yang besarnya
sama. Hal ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi H2SO4 antara percobaan ke-1
dengan percobaan ke-3 yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.

0,025

0,02
Selisih Massa (g)

0,015

0,01

0,005

0
1 1 2
Molaritas H2SO4

Gambar 4.2 Diagram Batang Variasi Konsentrasi Terhadap Selisih Massa

Dari diagram diatas, dapat diketahui bahwa besarnya konsentrasi larutan


H2SO4 dapat mempengaruhi laju proses anodizing yang dapat dilihat dari selisih
massa dimana pada percobaan ke-1 dengan konsentrasi sebesar 1M, didapatkanlah
selisih massa pada pelat Al sebesar 0,007 gram dan pada pelat Pb sebesar 0,008
gram sedangkan pada percobaan ke-2 dimana konsentrasi yang digunakan sebesar
1M sehingga didapatkanlah selisih massa pelat Al sebesar 0,012 gram dan pada
pelat Pb sebesar 0,019 gram. Sedangkan pada percobaan ke-3 dengan konsentrasi
21

sebesar 2M, didapatkanlah selisih massa pelat Al sebesar 0,003 gram dan pada pelat
Pb sebesar 0,023 gram. Terjadi perbedaan antara percobaan ke-1 dengan percobaan
ke-2 meskipun memiliki konsentrasi yang besarnya sama. Hal ini dikarenakan oleh
besarnya tegangan yang berbeda seperti yang dijelaskan oleh pada gambar 4.1.
Melalui percobaan ini, dapat diketahui bahwa logam katoda mengalami
pembentukan gelombang melalui media larutan elektrolit. Hal ini diakibatkan oleh
adanya reaksi elektrolisis atau pemecahan senyawa yang terjadi pada larutan
elektrolisis dalam daerah katodik. Dalam hal ini, logam katodik (timbal) tidak
mengalami reaksi dikarenakan sifatnya yang inert atau tidak akan ikut bereaksi.
Persamaan yang terjadi memenuhi reaksi kimia seperti yang dapat dilihat pada
persamaan rumus 4.3.
Pb + H2SO4 → PbSO4 + H2 …..………………….(4.3)
Yang dimana pada persamaan 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa larutan H2SO4
mengalami hidrolisis pelepasan senyawa hidrogen H+ dan logam Pb mengikat ion
negatif SO4- . Sementara logam aluminum bereaksi dengan larutan elektrolit yang
diberikan arus listrik sehingga mengikat senyawa oksigen yang memenuhi
persamaan yang dapat dilihat pada persamaan rumus 4.4.
2Al + 3PbSO4 → 3Pb + Al2(SO4)3 …………………..(4.4)
Hal ini mengakibatkan pembentukan gelembung hidrogen dan pembentukan
senyawa PbSO4 yang nantinya akan bereaksi dengan aluminum dalam
pembentukan senyawa oksida (Febriyanti, 2011). Berdasarkan penjelasan tersebut,
dapat dikaitkan dengan percobaan yang dilakukan dimana terjadi gelembung udara
pada pelat Pb yang disebabkan oleh adanya gas hidrogen yang terjadi akibat hasil
reaksi yang tertera pada persamaan rumus 4.3. Kemudian, keruhnya warna larutan
yang terjadi disebabkan adanya senyawa yang merupakan produk dari proses
anodizing seperti yang tertera pada persamaan rumus 4.4.
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui berbagai faktor yang
mempengaruhi percobaan seperti pada saat proses pengenceran dimana senyawa
H2SO4 yang seharusnya diencerkan bukanlah volume yang seharusnya. Hal ini
dikarenakan oleh kurangnya alat yang memadai sehingga proses pengenceran harus
dilakukan dengan volume H2SO4 98% yang telah dibulatkan. Kemudian faktor
22

lainnya adalah pada saat proses anodizing dimana jika kedua pelat dipasang
terbalik, maka yang akan terjadi bukanlah proses anodizing melainkan proses
electroplating. Lalu faktor yang lainnya adalah pada saat proses pengeringan
dengan bantuan hair dryer yang mana apabila kedua pelat tidak dikeringkan hingga
benar-benar kering, maka massa akhir dari pelat-pelat tersebut bukanlah massa air
yang seharusnya dikarenakan oleh masih adanya air yang terdapat pada pelat.
Proses anodizing yang telah dilakukan dapat dilihat dari diagram pourbaix
untuk aluminium murni yang dapat dilihat pada Gambar 4.3
E(V)

1.0
Corrosion
0.5 Corrosion
Al3+
0 AlO2-
Passivation
-0.5
Al2O3.3H2O
-1.0
-1.5
-2.0 Immunity
Al
-2.5
2 4 6 8 10 12 14
-2.5
Gambar 4.3 Diagram Pourbaix Aluminium (Makanas dkk, 2011)

Berdasarkan diagram ini, dapat dilihat apakah logam bersifat aktif, pasif atau kebal.
Diagram ini menunjukkan bahwa aluminium bersifat pasif antara pH 3 dan 5, pada
potensial yang lebih tinggi dari -1,7 mV SHE. Menurut diagram, aluminium tidak
kebal sampai potensinya mencapai di bawah -1,7 V SHE di lingkungan asam dan
bahkan aluminium harus memiliki potensial yang lebih rendah ketika berada di
lingkungan pH yang terelevasi, sesuai dengan diagram. Penelitian ini telah
menunjukkan bahwa aluminium praktis tidak memiliki zona kekebalan, karena
pembentukan hidrida aluminium yang membuat oksida tidak stabil.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan pada kali ini, dapat diketahui bahwa:
1. Proses anodizing pada aluminum melibatkan proses elektrolisis dan
elektrokimia.
2. Semakin besar konsentrasi larutan, maka pembentukan senyawa akan
semakin tebal dan cepat dikarenakan mobilitas ion akan semakin mudah
dan tinggi.
3. Semakin besar tegangan yang diberikan, maka proses anodizing juga
akan bertambah cepat dikarenakan tegangan akan mempengaruhi arus
listrik yang dihasilkan sehingga perpindahan elektron akan semakin
mudah.
4. Molaritas larutan elektrolit berpengaruh kepada selisih massa yang
terjadi pada logam Al, pada sampel dengan molaritas 1M menghasilkan
selisih sebanyak 0,007 g dan 0,012. Sementara pada molaritas 2M
menghasilkan selisih massa sebesar 0,003 g.
5. Voltase berpengaruh pada selisih massa yang terjadi pada logam Al,
dimana pada tegangan sebesar 10V dihasilkan selisih massa sebanyak
0,007 g dan 0,003 g. Sementara pada tegangan sebesar 15V dihasilkan
selisih massa sebesar 0,012 g.

5.2 Saran
Dari percobaan ini, saran yang dapat dibagikan ialah
1. Memasang alat holder untuk proses anodizing untuk menghindari
kesalahan individu dalam menggenggam selama waktu yang ditentukan.
2. Menggunakan pengukuran dengan dua opsi untuk meningkatkan presisi
data yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Christian Vargel. (2020) Corrosion of Aluminium. New York: Elsevier Inc.


Diyah Erlina Lestari, Setyo Budi Utomo, Harsono, dan Amril. (2013). “Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Dan Aplikasi Reaktor Nuklir”. Evaluasi
Pengoperasian Sistem Injeksi Bahan Kimia Pengendali pH (PAQ03) Pada
Sistem Pendingin Sekunder Reaktor RSG-GAS.
Febriyanti, E. (2011). "Jurnal Majalah Metalurgi." Optimalisasi Proses Pelapisan
Anodesi Keras Pada Paduan Aluminum dengan Elektrolit H2SO4.
Leonard J. Fredman. (2000). The History Of The Contact Sulfurie Acid Process.
Amerika: Boca Raton
Fontana Mars G. (1987). Corrosion Engineering. Singapura: McGraw Hill
I Gusti Ningrat Nitya Santhiarsa. (2009). “Jurnal Ilmu Teknik Mesin Cakra”.
Pengaruh Kuat Arus Listrik Dan Waktu Proses Hard Anodizing Pada
Aluminium Terhadap Kekerasan Dan Ketebalan Lapisan. Vol. 3. No. 2
Kanani, N. (2005). Basic Principles, Process, And Practice Of Coatings. Berlin:
Elsevier Ltd.
Macanas J, dkk. (2011). Hydrogen Generation by Aluminum Corrosion in Aqueous
Alkaline Solutions of Inorganic Promoters: The AlHidrox Process. Oxford,
England: Elsevier Limited
Muhammad Ridwan Harahap. (2016). “Circuit”. Sel Elektrokimia: Karakterisitik
dan Aplikasi. Vol. 2. Hal. 177-180
Perez Nestor. (2004). Electrochemistry And Corrosion Science. Belanda: Academic
Publisher
Rochmat Supardi. (1997). Korosi. Bandung: Tarsito
Trethewey K. R. dan Chamberlain J. (1991). Korosi Untuk Mahasiswa Sains Dan
Rekayasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
26

Lampiran A. Contoh Perhitungan


1. Menghitung konsentrasi larutan H2SO4
a. Konsentrasi 1 M
98 % x 1,83 x 10
=18,3 M
98
M1V1 = M2V2
(18,3)(V1) = (1M)(100)
V1 = 5,5 ml
b. Konsentrasi 2 M
98 % x 1,83 x 10
=18,3 M
98
M1V1 = M2V2
(18,3)(V1) = (2M)(100)
V1 = 11 ml
2. Menghitung Selisih Massa Al
∆MAl =|Mawal -Makhir |
a. Selisih masa sampel I
∆MAl =|12-12,007| g
∆MAl =0,007 g
b. Selisih masa sampel II
∆MAl =|11,791-11,779| g
∆MAl =0,012 g
c. Selisih masa sampel III
∆MAl =|9,831-9,828| g
∆MAl =0,003 g
3. Menghitung Selisih Massa Pb
∆MPb =|Mawal -Makhir |
a. Selisih masa sampel I
∆MPb =|16,851-16,859| g
∆MPb =0,008 g
b. Selisih masa sampel II
27

∆MPb =|15,216-15,197| g
∆MPb =0,019 g
c. Selisih masa sampel III
∆MPb =|16,622-16,599| g
∆MPb =0,023 g
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
29

Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus


B.1 Jawaban Pertanyaan
1. Sebutkan dan jelaskan macam-macam anodizing! (minimal 3)
Jawab:
a. Hard anodizing
Merupakan metode anodizing dengan temperatur operasi dan kerapatan
arus yang sangat tinggi
b. Chromic anodizing
Larutan ini mengandung lebih dari 3% berat CrO3. Dapat menghasilkan
lapisan oksida lebih tipis
c. Sulfuric anodizing
Prinsip dasar operasi ini sama dengan proses chromic anodizing
Dimana menggunakan asam sulfur sebagai bahan utama dari larutan
elektrolitnya. menjadi lapisan anodic ketika di sel pada didihan larutan
dikromat.

2. Mengapa proses sealing tidak dilakukan pada hard anodizing!


Jawab:
Dikarenakan proses sealing menggunakan temperatur suhu dan tekanan
yang tinggi maka hasil dari pelapisan tersebut akan sangat tebal sehingga
tidak memerlukan lagi proses sealing.

3. Jelaskan perbedaan antara anodizing dan electroplating!


Jawab:
Proses anodizing merupakan proses pelapisan logam dengan menggunakan
prinsip pelapisan secara elektrolisis menggunakan katoda dan anoda serta
hasilkan lapisan oksida logam tanpa mengurai katoda yang ada sedangkan
pada proses electroplating memanfaatkan prinsip yang sama yaitu
elektrokimia namun pada katoda terjadi penguraian dimana unsur yang
terurai akan terikat pada anoda yang ada.
30

4. Sebutkan dan jelaskan tahapan proses anodizing secara lengkap!


Jawab:
Ada dua tahapan secara garis besar pada proses anodizing diantaranya:
a. Pre-treatment
Pre-treatment dibagi menjadi beberapa tahapan lagi antara lain:
i. Desmutting
Proses yang dilakukan dengan cara melakukan pembilasan di
dalam sebuah larutan asam untuk menghilangkan unsur yang tidak
diinginkan dalam prosesnya.
ii. Cleaning
Proses pembersihan permukaan benda kerja dengan menggunakan
ampelas untuk mengangkan segala jenis kerak atau kotoran yang
ada pada permukaan logam
iii. Etching
Etching merupakan suatu metode pembersihan dari lapisan oksida
alami yang diciptkan dari logam itu sendiri.
b. Post treatment
Post treatment dibagi menjadi beberapa tahapan lagi antara lain:
i. Anodizing
Aluminium dan elektroda lain dimasukkan ke dalam larutan
elektrolit dan dilakukan prinsip kerja elektrolisis dimana akan
terjadi pelapisan oksida pada anoda dari hasil reaksi yang tercipta
pada proses elektrolisis.
ii. Colouring
Pewarnaan dilakukan untuk menambahkan nilai estetik produk
hasil dari pelapisan logam yang dikerjakaan pada proses dengan
warna menarik,

5. Bagaimana aspek termodinamika dan kinetika dalam proses anodizing?


Jawab:
Proses anodizing ditinjau dari aspek termodinamika adalah larutan elektrolit
31

yang sangat diperlukan, biasanya menggunakan larutan asam sulfat.


Konsentrasi dari asam sulfat akan mempengaruhi hasil dari anodizingseperti
ketebalan lapisan dan kekerasan permukaan. Alumunium merupakan suatu
logam yang secara termodinamika adalah logam reaktif (mudah bereaksi).
Sedangkan, proses anodizing ditinjau dari aspek kinetika adalah dilihat dari
pembentukan lapisan barrier yang terbentuk lebih dulu daripada lapisan
porous.

6. Amati secara visual hasil anodizing serta perubahan berat dari praktikum
anda dan buat pembahasannya!
Jawab:
Bahwasannya pada sampel 1 larutan elektrolit H2SO4 yang memiliki
konsentrasi sebesar 1 molar dialiri beda potensial sebesar 10 Volt dengan
kuat arus yang terbaca pada rectifier sebesar 0,19 A. Kemudian hasil
perubahan berat pelat aluminium sebesar 0,007 gram. Sedangkan untuk
sampel 2 dengan konsentrasi H2SO4 yang sama sebesar 1 molar dengan beda
potensial yang dialirkan sebesar 15 Volt. Kemudian untuk besar kuat arus
listrik yang tercatat pada alat rectifier sebesar 0,2 A. Kemudian hasil
perubahan berat pelat aluminium sebesar 0,012 gram. Dari grafik tersebut
dapat dilihat bahwasannya sampel 2 memiliki perubahan massa lebih
banyak dibandingkan dengan sampel 1. Hal sesuai dengan studi literatur
yang ada dimana semakin besar tegangan yang dipakai maka akan semakin
tebal atau banyak penambahan kapisan oksidanya. Hal ini dikarenakan
semakin banyak tegangan yang dialirkan maka semakin banyak ion elektron
yang mengalir di dalam larutan elektrolit. Semakin banyak ion elektron yang
ada semakin banyak juga lapisan yang berhasil diciptakan dari proses
anodizing aluminium.

7. Jelaskan mekanisme pembentukan pori pada proses anodizing!


Jawab:
Saat alumunium bereaksi dengan larutan elektrolit, yaitu larutan asam
32

sulfat. Larutan asam sulfat tersebut masuk ke dalam pori-pori menghasilkan


berbagai warna yang kemudian akan terbentuk lapisan oksida.

B.2 Tugas Khusus


1. Sebutkan 1 contoh penerapan anodizing aluminium! Fotokan aplikasi
tersebut menggunakan kartu praktikum kalian!
Jawab:

Gambar B.1 Carabiner

Carabiner merupakan salah satu peralatan yang digunakan untuk panjat


tebing dimana alat ini memiliki fungsi sebagai penghubung antara tali
dengan pemanjat, tali dengan tali, pemanjat dengan anchor sebagai
pengaman untuk panjat tebing.

2. Jelaskan secara lengkap fenomena yang terjadi di anodizing aluminium!


Jawab:
Terjadinya gelembung udara pada pelat Pb yang disebabkan oleh adanya
gas hidrogen yang terjadi akibat hasil reaksi yang tertera pada persamaan
rumus 4.3. Kemudian, keruhnya warna larutan yang terjadi disebabkan
adanya senyawa yang merupakan produk dari proses anodizing seperti yang
tertera pada persamaan rumus 4.4.

3. Sebutkan larutan yang dapat dijadikan elektrolit untuk proses elektrolisis


dan sertakan sitasi!
Jawab:
Terdapat tiga jenis anodizing yang umum digunakan jika dilihat
berdasarkan jenis elektrolit yang digunakan seperti yang sudah di singgung
33

sebelumnya. Jenis anodizing berdasarkan larutan elektrolit tersebut antara


lain adalah (Kanani, 2005):
a. Chromic Acid Anodizing (Tipe I)
Tipe ini menggunakan larutan elektrolit chromic acid dan
menghasilkan lapisan yang paling tipis, hanya sekitar 0,5 hingga 2,5
mikron. Pada saat proses berlangsung, 50% Al2O3 terintegrasi ke dalam
substrat dan 50% pertumbuhan lapisan ke arah luar. Dapat
meningkatkan ketahanan korosi pada alumunium.
b. Sulfuric Acid Anodizing (Tipe II)
Tipe ini adalah tipe yang paling umum dilakukan yaitu dengan
menggunakan larutan asam sulfat sebagai elektrolit dengan
kemampuan menghasilkan lapisan oksida hingga 50 mikron. Selama
proses berlangsung, 67% oksida protektif terintegrasi ke dalam substrat
dan sisanya tumbuh kearah luar. Lapisan yang dihasilkan permeable
dan porous sehingga dapat dilakukan pewarnaan. Tipe II biasa
digunakan untuk aplikasi arsitektur, bagian pesawat terbang, otomotif,
maupun komputer.
c. Hard Anodizing (Tipe III)
Menggunakan larutan elektrolit yang sama dengan tipe II namun
dengan konsentrasi yang lebih tinggi pada temperatur yang lebih
rendah. Lapisan yang dihasilkan lebih tangguh, memiliki ketahanan
abrasi yang baik, ketahanan korosi, anti pudar, tahan terhadap suhu
tinggi, dan memiliki kekerasan yang baik. Lapisan mencapai ketebalan
75 mikron sehingga juga dapat menjadi insulator listrik yang baik.
Umumnya digunakan pada peralatan yang membutuhkan ketahanan aus
yang sangat tinggi seperti pada piston dan hydraulic gear.
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT DAN BAHAN
35

Lampiran C. Gambar Alat dan Bahan

Gambar C.1 Aquades Gambar C.2 Rectifier

Gambar C.3 Sarung Tangan Gambar C.4 Pipet Tetes

Gambar C.5 Labu Ukur Gambar C.6 Gelas Ukur

Gambar C.7 Corong Gambar C.8 Gelas Baker


36

Gambar C.9 Ruang Asam Gambar C.10 H2SO4 98%

Gambar C.11 Neraca Digital Gambar C.12 Pelat Al

Gambar C.13 Pelat Pb


LAMPIRAN D
BLANGKO PERCOBAAN

Anda mungkin juga menyukai