“METALOGRAFI”
Diajukan sebagai tugas dari mata kuliah Karakterisasi Bahan
Dosen Pengampu: Arif Tjahjono S.T., M.Si.
Disusun oleh:
Niken Aprilia Eka Putri
(11160970000062)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa salawat serta
salam kami haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya
yang telah membawa kita pada zaman yang penuh berkah.
Makalah dengan judul Metalografi ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata
kuliah Karakterisasi Bahan. Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Arif Tjahjono S.T., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
2.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengujian Metalografi
2. Untuk mengetahui bahan dan alat yang digunakan dalam pengujian Metalografi
3. Untuk mengetahui tahapan preparasi spesimen Metalografi
4. Untuk mengetahui bentuk fasa dari logam
5. Untuk mengetahui karakteristik dan sifat mekanik logam
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Quantitative metallography: penampakan yang diobservasi dapat dianalisa untuk
mendapatkan ukuran karakteristik termasuk ukuran butir, fase pecahan volume,
dan dimensi-dimensi linearnya. Ukuran-ukurannya dapat diperoleh dengan cara
manual atau dengan metode semi-automatic komputerisasi dari gambar digital
yang diperoleh.
Aplikasi khas dalam pengujian Metalografi:
- Verifikasi perlakuan panas logam paduan
- Pengukuran ketebalan lapisan
- Pengevaluasian pada sendi pematrian atau lasan
- Penentuan kedalaman pengerasan permukaan
- Pengevaluasian ketahanan korosi
- Analisis kegagalan
- Kerusakan mikroskopik pada perlengkapan semikonduktor
- Susunan mikroskopik
Berdasarkan informasi-informasi tersebut, Metalografi dapat dijadikan alat analisis
yang baik. Sebagai contoh, jika material A menunjukan mikrostruktur yang lebih halus
dan homogen dibandingkan dengan material B maka material A akan memiliki sifat
mekanis yang lebih baik dibandingkan dengan material B khususnya temperatur ruang.
Sifat mekanis tergantung dari bentuk butir, ukuran butir, jumlah butir, dan distribusi
fasa. Oleh karena itu, Metalografi dapat dijadikan alat untuk memprediksikan sifat
mekanis material dan dapat menentukan apakah material telah diproses dengan tepat.
Selain itu, bagian terpenting dalam melakukan pengamatan Metalografi, yaitu
dengan melakukan preparasi sampel. Dalam pengamatan makrostruktur, preparasi
sampel tidak serumit pada pengamatan mikro. Pada pengamatan mikro, sampel
dilakukan etching untuk memperjelas alur butir atau indikasi perpatahan.
6
Kamera digital
Dryer
Kain poles
b. Bahan yang digunakan:
Sampel berupa logam yang di uji
Alkohol
Kertas amplas (grit: 100,200,300,400,600,800,1000, dan 1200)
Alumina
Air
Nital (HNO3 + alkohol)
7
¼ dari lebar sampel dianggap telah mewakili. Ada tiga lokasi pengambilan sampling
yaitu posisi di luar pecahan, pecahan, dan ujung pecahan.
Alat yang pada umumnya digunakan untuk melakukan proses pemotongan
sampel adalah: abrasive cutting (untuk logam dan metal matrix composites),
diamond wafer cutting (untuk keramik, elektronik, biomaterial, mineral), atau
pemotongan tipis menggunakan microtome (untuk plastik).
Dalam proses pemotongan sampel, kerusakan dan perubahan mikrostruktur
dari sampel tersebut tidak boleh terjadi, karena akan menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam karakteristik material. Sehingga dapat terjadi kesalahan analisa
Metalografi. Proses pemotongan yang sesuai membutuhkan pemilihan jenis abrasif,
ikatan, dan ukuran yang tepat.
Teknik pemotongan sampel dapat dilakukan dengan:
a. Pematahan: untuk bahan getas yang keras
b. Pengguntingan: untuk baja karbon rendah yang tipis dan lunak
c. Penggergajian: untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB
d. Pemotongan abrasi
e. Electric discharge machining: untuk bahan dengan konduktivitas baik
dimana sampel rendam dalam fluida dielektrik lebih dahulu sebelum
dipotong dengan memasang satu listrik antara elektroda dan sampel.
Dalam proses pemotongan sampel, daerah atau bagian dimana material induk
akan dipotong untuk sampel Metalografi ditentukan berdasarkan proses manufaktur,
bentuk material induk, dan lokasi pada material yang akan dipelajari lebih jauh. Pada
umumnya, pemotongan sampel untuk sheet, kawat dan tube dilakukan tegak lurus
terhadap arah rolling atau drawing yang biasa disebut pemotongan transversal.
Pemotongan transversal digunakan untuk melihat variasi mikrostruktur material dari
permukaan tengah, kedalaman cacat permukaan, kedalaman korosi, ketebalan
lapisan, dan retak. Sebaliknya, pemotongan sampel yang sejajar dengan arah rolling
dan drawing disebut dengan pemotongan longitudinal. Pemotongan jenis ini
umumnya oleh distorsi butir dan untuk memonitoring dari perlakuan panas yang anil.
Pada saat pemotongan benda uji jangan sampai merusak struktur bahan yang
diakibatkan oleh gesekan alat potong dengan benda uji. Untuk menghindari
pemanasan pada saat pemotongan, dapat digunakan air sebagai media pendingin.
Pada saat pendinginan sebaiknya terdapat minyak yang larut dalam air, adapun
fungsinya yaitu:
8
a. Mencegah karat
b. Mengurangi kemungkinan terbakar
c. Memberikan kualitas potong yang baik
b. Pembingkaian (Mounting)
9
Proses mounting yaitu dengan meletakkan sampel ke dalam bingkai cetakan
mounting, lalu masukkan resin yang telah dicampur dengan hardener. Larutan
mounting harus memiliki sifat:
- Tidak beraksi dengan sampel.
- Kekentalannya sedang dalam bentuk cair dan bebas udara pada bentuk
padatnya
- Adhesi yang baik dengan sampel
- Kekuatan dan ketahanan yang sama besar dengan sampel
- Kemampuan susut yang rendah permukaan sampel yang akan diuji harus ada
dibagian bawah. Setelah dibiarkan selama 15 menit maka bahan mounting
telah siap dan sampel telah siap dipreparasi dengan langkah berikutnya.
c. Pengamplasan (Grinding)
10
Manual grinding merupakan metode pengamplasan yang paling murah,
namun memiliki kelemahan yaitu prosesnya yang sangat lama dan sulit. Metode
yang saat ini sering digunakan adalah proses pengamplasan menggunakan rotating
disk. Pada metode ini, kertas amplas abrasive berbentuk lingkaran diletakan di atas
roda alumuinium/kuningan yang dapat bergerak otomatis, kemudian sampel ditahan
di atas roda yang berputar tersebut.
Semua metode pengamplasan memiliki urutan pengerjaan yang sama, yaitu:
proses pengamplasan dimulai dari grit yang paling kasar (100cw,400cw) agar dapat
membuat sampel menjadi rata dan menghilangkan efek deformasi dari pengerjaan
sebelumnya, seperrti pemotongan. Ukuran grit pertama yang dipakai tergantung
pada kekerasan permukaan dan kedalaman kerusakan yang ditimbulkan oleh
pemotongan.
Setelah itu dilanjutkan dengan kertas amplas dengan grit yang lebih halus
(600cw,800cw) guna menghilangkan goresan akibat amplas sebelumnya. Proses
penggantian kertas amplas dengan grit yang paling halus (1000cw,1200cw)
dilakukan beberapa kali hingga sampel menjadi rata dan memiliki satu goresan.
Terdapat beberapa hal penting dalam melakukan pengamplasan yaitu selama
pengamplasan terjadi gesekan antara permukaan sampel dan kertas amplas yang
memungkinkan terjadinya kenaikan suhu yang dapat mempengaruhi mikrostruktur
sampel sehingga diperlukan pendinginan dengan cara mengaliri air. Apabila ingin
mengganti arah pengamplasan, sampel diusahakan berada pada kedudukan tegak
lurus terhadap arah mula-mula. Pengamplasan selesai apabila tidak teramati lagi
adanya goresan-goresan pada permukaan sampel, selanjutnya sampel siap dipoles.
d. Pemolesan (Polishing)
11
Pemolesan merupakan langkah persiapan sampel Metalografi yang untuk
menghilangkan bekas goresan pada sampel akibat proses pengamplasan. Pada proses
ini di dapatkan permukaan sampel yang bebas gores dan mengkilap karena dapet
menghilangkan ketidakaturan sampel hingga orde 0,01 m. Permukaan sampel yang
akan diamati di bawah mikroskop harus benar benar rata. Jika permukaan sampel
kasar atau bergelombang, maka pengamatan struktur mikro akan sulit karena cahaya
yang datang dari mikro dipantulkan secara acak oleh perumkaan sampel.
Terdapat beberapa teknik dalam proses poles, yaitu: attack polishing, chemical
polishing, electromechanical polishing dan mechanical polishing. Mechanical
polishing merupakan teknik yang paling banyak digunakan mengingat metodenya
yang mudah dan cocok untuk banyak jenis material. Cara penggunaan mechanical
polishing tidak berbeda jauh dengan pengamplasan hanya saja kertas abrasive
diganti dengan kain abrasive yang diberikan suspensi alumina dan diamond serta air.
Urutan proses poles diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu poles kasar dan
poles halus, poles kasar menggunakan abrasive dengan rentang 30 - 3 mikron pada
kain low nap atau napless, sedangkan poles halus menggunakan abrasive dengan
rentang 1 mikron atau kurang pada kain low medium atau high nap.
Pergerakan sampel yang kostan akan mencegah terjadinya cacat ekor komet
dan cacat lainya yang berkaitan dengan arah poles. Proses pemolesan akan terus
berlanjut hingga goresan hasil pengamplasan hilang, sampel hasil poles dibersihkan
dengan air yang mengalir, kemudian dilap dengan kain katun lalu di keringkan.
Perbedaan antara pengerindaan dan pengamplasan terletak pada batasan
kecepatan dari kedua cara tersebut. Pengerindaan adalah suatu proses yang
memerlukan pergerakan permukaan abrasif yang sangat cepat, sehingga
menyebabkan timbulnya panas pada permukaan spesimen. Sedangkan pengamplasan
adalah proses untuk mereduksi suatu permukaan dengan pergerakan permukaan
abrasif yang bergerak relatif lambat sehingga panas yang dihasilkan tidak terlalu
signifikan.
e. Etsa (Ethcing)
Untuk berberapa jenis material, mikrostruktur baru muncul ketika diberi
zat etsa. Proses etsa dilakukan dengan tujuan untuk mengkikis daerah batas butir
sehingga struktur bahan dapat diamati dengan jelas dan tajam dengan bantuan
mikroskop optik.
12
Gambar 5 Pengetsaan Spesimen
f. Mikroskop Metalografi
(a) (b)
Gambar 6 (a) Mikroskop Metalografi (b) Hasil Pengujian Cast Iron
Flow Chart
Penentuan wilayah kerja sampel
Pembingkaian (Mounting)
Pengamplasan (Grinding)
Pemolesan (Polishing)
Pengetasaan (Ecthing)
Dokumentasi
15
persen berat unsur). Secara alamiah, suatu lingkungan yang padat akan cenderung
mencari kestabilan dengan mengurangi kepadatannya menuju lingkungan lain yang
kurang padat. Itu adalah proses difusi; dipengaruhi oleh gradien komposisi. Namun,
untuk bisa berpindah, butuh energi. Kombinasi dari keduanya, maka kita akan
mendapatkan ilmu pertama dari Ilmu dan Teknik Material adalah diagram fasa.
16
struktur mikro Delta Iron yang di etching menggunakan teknik metalurgi
khusus pada baja stainless steel.
17
Gambar 10 Cementite (Fe3C)
Pearlite (α + Fe3C)
Pearlite merupakan satu fasa yang terbentuk dari gabungan dua fasa, Ferrite
dan Cementite. Pearlite dianggap sebagai satu fasa sendiri, karena memberikan
kontribusi sifat yang seragam. Seperti dijelaskan di atas, di dalam satu fasa, biasa
terbentuk dalam satu butir. Namun, untuk Pearlite berbeda, karena ada dua fasa
dalam satu butir. Karena butir berukuran lebih besar dari ukuran fasa Ferrite dan
Cementite itu sendiri (ukuran terkecil yang bisa dikarakterisasi sebesar ukuran
indentasi dari uji keras mikro vickers, sekitar 50 mikron), maka Pearlite, atas
kesepakatan bersama para ahli material, digolongkan sebagai satu fasa dalam satu
butir. Pearlite memiliki morfologi mirip seperti lapisan (lamellae) antara Ferrite
(hitam) dan Cementite (putih). Pada gambar di sebelah kiri, bisa dilihat struktur
mikro dari pearlite tersebut. Perhatikan juga pembesaran yang ada di sebelah kanan
bawah, hal ini menunjukkan perbedaan gambar ini dengan gambar pada baja cor
putih. Perbedaannya pada pemberasan yang sama dengan baja cor putih, yaitu
distribusi dari fasa Pearlite dan Cementite nya.
18
memiliki ketahanan karat yang lebih baik daripada fasa yang lain. Austenite
merupakan fasa yang tidak stabil di temperatur kamar, sehingga dibutuhkan
komposisi paduan lain yang akan berungsi sebagai penstabil fasa austenite pada
temperatur kamar, contohnya adalah mangan (Mn).
19
struktur butirnya selain gambaran sifat mekaniknya yang dapat diketahui, fasa yang ada
juga dapat diketahui.
Karena pada dasarnya tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan sifat
mekanik dan sifat fisik dari suatu material logam maka sangat penting sekali kita harus
mempertimbangkan design dari suatu struktur atau mesin maka yang harus kita lakukan
adalah melihat kekutan dari mesin yang akan kita coba, untuk menjalankan fungsinya
secara aman dan baik. Contoh sebuah crane harus medukung (support) beban tanpa
terjadi perpatahan atau tanpa pembengkokan (bending) sehingga tidak mempersulit
operator crane.
Pada dasarnya sifat mekanis material meliputi: kekuatan (strength), kekakuan
(stiffness), elastisitas, plastisitas, resilience dan ketangguhan (toughness). Kekuatan
atau strength adalah kemampuan dari struktur atau komponen untuk tahan terhadap
pembebanan tanpa terjadi kerusakan (failure) yang disebabkan oleh tegangan eksternal
ataupun deformasi berlebihan. Sedangkan mechanical propertis adalah sesuatu yang
berhubungan dengan sifat elastis ataupun plastis material terhadap suatu pembebanan
yang diberikan.
Kekakuan (stiffnes) adalah besarnya deformasi elastis yang terjadi dibawah
pembebanan dan diukur melalui modulus elastis. Elasticity (elastisitas) adalah
kemampuan suatu material untuk berdeformasi tanpa terjadinya perubahan permanen
setelah tegangan dilepaskan. Plasticity (plastisitas) adalah kemampuan material untuk
berdeformasi permanen tanpa terjadi perpatahan. Ukuran plastisitas biasanya
ditunjukan dengan besarnya keuletan (ductility). Resilience adalah energi yang diserap
material didaerah elastis. Ketangguhan (taughness) adalah energi yang dibutuhkan
untuk mematahkan material.
Sifat mekanis terbagi menjadi dua yang sangat berpengaruh sekali terhadap
keadaan dari suatu material logam, yaitu sifat mekanik daerah plastis dan sifat mekanis
daerah elastis:
a. Sifat mekanik daerah elastis
Kekuatan elastis (yield strength) yaitu kemampuan suatu bahan untuk
menerima beban tanpa terjadi deformasi plastis, untuk logam yang getas titik
yield dicari dengan off set metode yaitu tarik garis sejajar dengan garis elatis
dari titik regangan 0,2% atau 3,5% hingga memotong kurva. Kekakuan
(stiffness) yaitu kemampuan suatu bahan pada daerah elastis dan hanya
mengalami deformasi elastis tetapi hanya sedikit. Parameter kekakuan adalah
20
modulus young (E), dirumuskan sebagai berikut / . Resilien yaitu
kemampuan menyerap energi tanpa terjadi deformasi plastis, parameternya
adalah modulus of resilience dirumuskan sebagai berikut:
2.. 2/2.E
b. Sifat mekanik daerah plastis
Tensile strength adalah suatu kemampuan bahan untuk menerima
beban tanpa menjadi putus, kekuatan seiring dengan kekerasan akan
mempengaruhi UTS (Ultimate Tensile Strength), UTS besar maka
kekerasannya akan meningkat. Keuletan (ductility) adalah kemampuan suatu
bahan untuk deformasi plastis tanpa patah, keuletan dinyatakan dengan %
perpanjangan dan % pengurangan luas penampang. Ketangguhan (toughness)
adalah banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan satu satuan
volume suatu bahan, secara grafik adalah luas penampang dibawah kurva
dari uji tarik.
Dalam tahapan pengerjaan, sebelum material logam diuji suatu material harus
diukur terlebih dahulu. Disini pengukuran tidak hanya ditekankan pada panjang, lebar
dan tinggi dari material saja, akan tetapi meliputi sudut, volume, massa, gaya, tekanan,
interval waktu, temperatur, arus listrik, tegangan listrik dan tahanan listrik. Setiap
pengukuran kecuali perhitungan (counting) selalu terdapat variasi kesalahan dan ini
harus terkontrol atau diketahui sehingga pengujian dapat disebut sebagi material logam
yang mempunyai kepresisian dan keakuratan yang nyata.
Error adalah suatu perbedaan antara nilai yang diobservasi dengan nilai yang
sesungguhnya. (the true value). Hal ini tidak dapat dihindari dan harus dipertimbangkan
pada setiap pengujian. Ada dua kesalahan pada setiap material logam antara lain: 1.
Systimatical error yang meliputi natural error (e.g expansion, humidity), instrument
error (i.e konstruksi alat), personal (human) error (i.e slow reaction to push the botton).
Sehingga error tersebut terakumulasi dan berbeda dengan nilai sebenarnya. 2.
Accidental error yang nilainya berada secara random (+/-) dari nilai sebenarnya
sehingga dapat terkompensasi mandiri (self compensating). Umumnya disebabkan oleh
ketidak mampuan peneliti (observer) untuk mencocokan peralatan ukur.
Setelah kita selesai dalam tahap pengukuran benda uji kita bisa langsung
mengoperasikan pengujian benda uji, pada umumnyasistem pengujian terdiri dari:
1. Recorder (perekaman data) mulai dari preparasi sampai hasil uji.
21
2. Operator (pengecekan semua peralatan, pemilihan rentang beban, dan membuat nol
mesin).
3. Observer (pengecekan peralatan ukur dan dalam urutan yang sesuai dan pengaturan
sampel hingga operasinya selesai).
4. Computer (membantu observer dalam pembacaan hasil pengujian), dalam suatu
pengujian (investigasi) dikatakan belum selesai jika belum dibuat suatu kesimpulan,
dicek kebenarannya dan di-intrepretasikan dalam suatu laporan pengujian (testing
report).
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metalografi ialah penggambaran secara topografi atau penampakan mikrostruktur
dari permukaan material yang telah disiapkan. Metalografi membahas tentang studi
karakteristik struktur logam (material) maupun paduannya. Informasi khusus yang dapat
diketahui antara lain: bentuk butir, fasa yang terbentuk, homogenitas kimia, distribusi
fasa, porositas, retak, bahkan proses perpatahan.
Terdapat 5 tahapan utama dalam preaparasi specimen Metalografi, antara lain:
Pemotongan sampel (Sectioning), Pembingkaian (Mounting), Pengamplasan (Grinding),
Pemolesan (Polishing), dan Pengetsaan (Ethcing). Pengamatan Metalografi dikalukan
dengan menggunakan mikroskop optik.
Bentuk fasa dari logam antara lain: Delta Iron (Delta Ferrite), Ferrite (α),
Cementite (Fe3C), Pearlite (α + Fe3C), Austenite (γ), Eutectic, Hypo-eutectoid dan
hyper-eutectoid. Beberapa sifat-sifat mekanik yang dimiliki oleh logam antara lain
kekuatan, kekerasan, ketangguhan, keuletan, mampu bentuk, dan mampu las.
23
DAFTAR PUSTAKA
24