BAB I
PENDAHULUAN
akibat dari penggunaan logam, maka timbullah pengetahuan yang semakin luas dan
mendalam.
Kekerasan dari suatu logam sangat menentukan apakah loga itu sudah dapat
digunakan karena kadang- kadang logam bersifat sangat keras tapi rapuh dan getas.
Kekerasan suatu bahan/ logam menunjukkan sifat logam tahan terhadap deformasi
plastik atau perubahan bentuk yang tetap. Didorong oleh kebutuhan-kebutuhan akan
logam dan paduannya, maka muncullah pengetahuan logam yang lebih luas lagi,
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja
(identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen). Idealnya,
pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki permukaan yang kasar
dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola baja) biasanya telah
dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida Tungsten.
Uji kekerasan brinnel dirumuskan dengan :
D D d
D
2
2F
HB =
Dimana :
D
d
F
HB
=
=
Diameter
impression
Load
bola
(mm)
diameter
(mm)
(beban)
(kgf)
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor berupa
bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji
tersebut.
Untuk mencari besarnya nilai kekerasan dengan menggunakan metode Rockwell dijelaskan
pada gambar 4, yaitu pada langkah 1 benda uji ditekan oleh indentor dengan beban minor
(Minor Load F0) setelah itu ditekan dengan beban mayor (major Load F1) pada langkah 2,
dan pada langkah 3 beban mayor diambil sehingga yang tersisa adalah minor load dimana
pada kondisi 3 ini indentor ditahan seperti kondisi pada saat total load F yang terlihat pada
Gambar 4.
Besarnya minor load maupun major load tergantung dari jenis material yang akan di uji,
Dibawah ini merupakan rumus yang digunakan untuk mencari besarnya kekerasan
dengan metode Rockwell.
HR = E - e
Dimana :
F0
F1
= Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line yang
untuk tiap jenis indentor berbeda-beda yang bias dilihat pada table 1
HR
Tabel dibawah ini merupakan skala yang dipakai dalam pengujian Rockwell skala dan
range uji dalam skala Rockwell.
Scale
Indentor
Diamond cone
F0
F1
10
50
60
E
Jenis Material Uji
10
90
100
Diamond cone
10
140
150
Diamond cone
10
90
100
10
90
100
10
50
60
10
140
150
10
50
60
10
140
150
3.
10
50
60
10
90
100
10
140
150
10
50
60
10
90
100
10
140
150
10
11
HV =
F
A
x Sin
136
2
.. ..
(1)
136
F .sin
2
HV
d
2
..
..(2)
F
HV = 1,854 d
..
(3)
Dimana
HV
= Beban (kgf)
= diagonal (mm)
4.
Mikrohardness test tahu sering disebut dengan knoop hardness testing merupakan
pengujian yang cocok untuk pengujian material yang nilai kekerasannya rendah.
Knoop biasanya digunakan untuk mengukur material yang getas seperti keramik.
12
Dimana :
HK=14,2
f
l
Keterangan :
HK
= Beban (kgf)
Nah, setelah kita mengetahui macam-macam pengujian untuk uji kekerasan maka kita
harus memikirkan apa yang harus kita ketahui untuk menentukan metode uji
kekerasan yang digunakan, untuk itu kita harus memperhatikan hal-hal dibawah ini :
13
2.2
a.
Permukaan material
b.
c.
d.
2.3
MACAM-MACAM PENGERASAN
A. . Pengerasan Permukaan
1. Karburasi
14
Besi dipanakan pada suhu AC dalam lingkungan yang mengandung karbon baik
dalam bentuk padat, cair ataupun gas. Macam-macam karburasi
a. karburasi padat
b. karburasi cair
c. karburasi gas
2. Karbo Nitriding
Cara pengerasan permukaan, dimana baja dipanaskan di atas suhu kritis di
dalam lingkungan gas dan terjadi penyerapan karbon dan Nitrogen.
3. Cyenading
Pada proses ini terjadi absorbsi karbon dan nitrogen untuk memperoleh
permukaan yang keras pada baja karbon rendah yang sulit dikeraskan.
4. Nitriding
Disini digunakan bahan dan suhu yang berlainan. Logam dipanaskan sampai
510C dalam lingkungan gas amonia selama beberapa menit.
B. . Pengerasan Induksi
Proses pengerasan ini menggunakan arus induksi bolak balik yang
berfrequensi tinggi yang berasal dari pembangkit konvektor merkury, osilator spack
atau isolator tabung. Frekuensi umumnya tidak melebihi 5.105 Hz. Untuk yang tipis
digunakan frekuensi rendah.
C. Pengerasan Nyala
1. Pengerasan stationer, Baik nyala
berada dalam keadaan diam.
15
2. Pengerasan Progresif, Nyala dari benda yang akan dikeraskan bergerak satu sama
lain.
2.4
MACAM-MACAM PENGERJAAN
1. . Pengukuran Kekerasan Metoda Brinell
Sebuah peluru baja yang dikeraskan ditekankan pada permukaan benda uji
yang licin dengan suatu gaya tertentu. Benda uji itu harus didukung secara merata
oleh bidang pendukung yang cukup tebal, sebab kalau tidak demikian kekerasan
bidang pendukung itu ikut terukur. Kekerasan HB (Brinell) di hitung dari
perbandingan antara gaya penekanan ( F ) dan luas segmen desakan bola ( A )
2. Pengukuran Kekerasan Metoda Vickers ( VHN atau HV )
Pada pengukuran kekerasan menurut vickers suatu benda penekan intan,
dengan bentuk piramida lurus dengan alas bujur sangkar dan dengan sudut puncak
136 o, ditekan kedalam kedalam bahan dengan gaya F tertentu selama waktu tertentu.
Kekerasan vickers dapat diperoleh dengan membagi gaya penekan dengan luas bekas
tekanan pada permukaan bahan.
3. Rockwell (HR / RHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor berupa
bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji
tersebut.
16
Kerugian:
a. Tidak mungkin untuk mengukur bahan yang keras, hanya mampu mengukur
efektif kekerasan bahan hingga 4300 HB.
b. Tidak bisa digunakan untuk mengukur kekerasan bahan yang kecil
2. Rokwell
Keuntungan:
a. Dengan kerucut intan dapat diukur kekerasan baja yang disebuk keras.
b. Dengan bekas tekanan yang kecil kerusakan benda kerja lebih kecil.
Kerugian:
a. Dengan bekas penekanan yang kecil maka kekerasan rata-rata tidak dapat
ditentukan untuk bahan yang tidak homogen.
3. Vickers
Keuntungan:
a. Dengan benda penekan yang sama kekerasan dapat dtentukan tidak saja untuk
bahan lunak akan tetapi juga untuk bahan keras
b. Dengan bekas tekanan yang kecil bahan percobaan dirusak lebih sedikit
c. Hasil pengukuran kekerasan lebih teliti
d. Kekerasan benda kerja yang tipis dapat diukur dengan memilih gaya yang
kecil
Kerugian:
a. Dengan bekas tekanan yang kecil kekerasan rata-rata bahan yang tidak
homogen tidak dapat ditentukan, misalnya besi tuang
b. Penentuan kekerasan membutuhkan banyak waktu
2.6 CARA MENINGKATKAN KEKERASAN
17
Ada beberapa cara yang digunakan untuk meningkatkan kekerasan suatu logam,
antara lain:
a.
Perlakuan Panas
Kekerasan dapat diperoleh dengan melakukan perlakuan panas yang disertai
perdinginan yang cepat. Pemanasan diatas suhu kritis kemudian disusul pendinginan
yang cepat akan membentuk fasa Martensit yang bersifat sangat keras dan getas.
b.
baja. Unsur karbon memiliki sifat sebagai pengikat molekul logam, sehingga
penambahan
karbon
dapat
meningkatkan
ikatan
antar
molekul
sehingga
UNSUR-UNSUR PADUAN
a.
Karbon (C)
Pada baja karbon biasanya kekerasan dan kekuatannya meningkat sebanding
b. Mangan (Mn)
Mangan berfungsi untuk memperbaiki kekuatan tariknya dan ketahanan
ausnya. Unsur ini memberikan pengerjaan yang lebih mengkilap atau bersih dan
menambah kekuatan dan ketahanan panas.
c. Silikon (Si)
18
Posfor dalam baja dibutuhkan dalam persentase kecil yaitu maksimum 0,04 %
yang berfungsi untuk mempertinggi kualitas serta daya tahan material terhadap
korosi. Penambahan posfor dimaksudkan pula untuk memperoleh serpihan kecil-kecil
pada saat permesinan.
e.
Belerang (S)
Sulfur dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat mampu mesin. Keuntungan
sulfur pada temperatur biasa dapat memberikan ketahanan pada gesekan tinggi.
f.
Khrom (Cr)
Khrom dengan karbon membentuk karbida dapat menmbah keliatan,
menaikkan daya tahan korosi dan daya tahan terhadap keausan yang tinggi, keuletan
berkurang.
g. Nikel (Ni)
Sebagai unsur paduan dalam baja konstruksi dan baja mesin, nikel
memperbaiki kekuatan tarik, sifat tahan panas dan sifat magnitnya.
h. Molibden (Mo)
Molibden mengurangi kerapuhan pada baja karbon tinggi, menstabilkan
karbida, serta memperbaiki kekuatan baja
i. Wolfram/Tungsten (W/T)
Paduan ini dapat membentuk karbida yang stabil yang sangat keras, menahan
suhu pelumasan dan mengembalikan perubahan bentuk/struktur secara perlahanlahan.
19
2.8
1.
Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan
sebagainya)
2. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah
3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)
untuk membuat sifat-sifat spesial
Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:
1. Low alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 %
2. Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 10 %
3. High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %
2.9
1.
Kadar Karbon
Baja merupakan hasil paduan antara Fe (Besi) dengan karbon yang relatif
lebih lunak. Semakin tinggi kadar karbon yang dikandung maka baja tersebut akan
semakin keras dan getas. Namun dibalik tingginya kadar karbon yang dimiliki akan
menyebabkan keuletan suatu logam akan menurun.
2.
Media Pendingin
Media pendingin sangat berpengaruh terhadap struktur mikro suatu logam.
Pada saat logam telah mengalami pemanasan, media pendingin dengan kecepatan
20
pendingin yang cepat akan menghasilkan kerja yang keras. Namun baja yang keras
akan menyebabkan turunnya keuletan baja tersebut.
3.
Temperatur Pemanasan
Temperatur pemanasan dalam tungku akan mempengaruhi struktur yang
Debit
Semakin besar volume massa media pendingin, amak semakin cepat proses
pendinginannya, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena panas yang dapat
diserap oleh media pendingin atau fluida akan lebih banayk dibandingkan volume
yang kecil.
2.10 UJI KEKERASAN MIKRO
Pada pengujian ini identor nya menggunakan intan kasar yang di bentuk
menjadi piramida. Bentuk lekukan intan tersebut adalah perbandingan diagonal
panjang dan pendek dengan skala 7:1. Pengujian ini untuk menguji suatu material
adalah dengan menggunakan beban statis.
Bentuk idento yang khusus berupa knoop meberikan kemungkinan membuat
kekuatan yang lebih rapat di bandingkan dengan lekukan Vickers. Hal ini sangat
berguna khususnya bila mengukur kekerasan lapisan tipis atau mengukur kekerasan
bahan getas dimana kecenderungan menjadi patah sebanding dengan volume bahan
yang ditegangkan.
Hardenability adalah sifat yang menentukan dalamnya daerah logam yang
dapat dikeraskan. Pendinginan yang terlalu cepat dapat dihindarkan karena dapat
menyebabkan permukaan logam (baja) retak..
21
22
Monoksida bereaksi dengan permukaan baja karbon rendah untuk membentuk atom
karbon yang berdifusi ke dalam baja. Karbon Monoksida memasok gradien karbon
yang diperlukan untuk difusi. Proses karburasi tidak mengeras baja.
2. Gas karburasi:
Dapat dilakukan dengan gas karbon, seperti metana, etana, propana, atau gas
alam. gas carburizing Kebanyakan mudah terbakar dan kontrol yang dibutuhkan
untuk menjaga gas carburizing pada 1700 o F dari menghubungi udara (oksigen).
Keuntungan dari proses ini lebih dari pack carburizing adalah meningkatkan
kemampuan untuk memuaskan dari suhu karburasi. Tungku perapian Konveyor
membuat quenching dalam suasana terkendali mungkin.
3. Cair karburasi:
Dapat dilakukan di internal maupun eksternal pot garam dipanaskan cair.
Carburizing garam mengandung senyawa sianida seperti sodium sianida (NaCN).
Siklus kali untuk cyaniding cair jauh lebih pendek (1 sampai 4 jam) dari proses gas
dan pack carburizing. Kerugian adalah pembuangan garam. (Masalah lingkungan) dan
biaya (pembuangan yang aman adalah sangat mahal).
BAB III
JURNAL PRAKTIKUM
23
sebesar 10kg
Aplikasikan beban mayor (mayor lood)
Lepaskan beban setelah jarum petunjuk berhenti
Catat angka kekerasan yang ditunjuk oleh jarum
Pengukuran kekerasan dilakukan pada beberapa titik pada permukaan benda
uji
22
D.
Tabel
Metode Rockwell
Jenis Mesin : Rockwell
Beban
: 150 kg
Indentor
:
Bahan
Alumunium
Besi
Skala Pengujian
No
Angka Kekerasan
254
175
110
20
139
25
24
111
27
96
140
E. Kesimpulan
Untuk menentukan kekerasan bahan atau material dapat menggunakan metode
Rockwell yang digunakan untuk menguji material dari yang lunak sampai yang keras.
MEtode Rockwell digunakan untuk menguji yang cepat dan tepat sehingga dapat
digunakan untuk pengujian atau pengerasan kekerasan bahan secara mssal dan bekas
tekananya kecil sehingga tidak merusak permukaan material.
BAB IV
PERTANYAAN DAN JAWABAN
Pertanyaan :
1. Mengapa kekerasan suatu bahan menurun jika bahan tersebut dipanaskan ?
2. Buatlah grafik hubungan antara kekuatan tarik dengan kekerasan Brinell, serta
tuliskan rumus hubungan tersebut dan batasan pemakaiannya ?
3. Apa pengaruh perbandingan P/d2 terhadap hasil pengujian kekerasan Brinell ?
4. Jelaskan metoda pengukuran kekerasan menurut Brinell, Rockwell, Vickers,
Meyer dan Microhardness Tester ?
5. Apa kelebihan dan kekurangan dari masing masing metoda pengujian kekerasan
yang tersebut pada soal no. 4 ?
6. Apakah kekerasan suatu logam dapat ditingkatkan ? jika dapat, jelaskan cara
caranya ?
25
24
Jawaban :
1. Perlakuan panas dengan pendinginan udara merupakan proses softening yaitu
proses normalizing. Normalizing adalah proses di mana material dipanaskan
dahulu sampai suhu austenit kemudian dilakukan pendinginan dengan medium
udara secara perlahan. Proses ini terjadi pada suhu 55-650C diatas daerah
austenite murni. Pendinginan ini mencegah timbulnya segregasi praeutektoid
sehingga struktur mikro yang terbentuk adalah perlit halus dan tidak ada ferit
praeutektoid dalam jumlah banyak. Dengan demikian akan dihasilkan material
yang kekerasannya lebih kecil dari sebelumnya. Dari penjelasan di atas jelaslah
bahwa kekerasan material dengan perlakuan panas dengan pendinginan udara
lebih kecil daripada bahan uji dengan tanpa perlakuan panas
2. Uji Tarik rekayasa banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar
kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan (Dieter,
1987). Pada uji Tarik, benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah
secara kontinyu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan terhadap
perpanjangan yang dialami benda uji (Davis, Troxell, dan wiskocil, 1955). Kurva
tegangan regangan rekayasa diperoleh dari pengukuran perpanjangan benda uji.
Teganganyang dipergunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata rata
26
dari pengujian tarik yang diperoleh dengan membagi beban dengan luas awal
penampang melintang benda uji.
Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan regangan rekayasa adalah
regangan linier rata rata yang diperoleh dengan membagi perpanjangan panjang
ukur (gage length) benda uji, L , dengan panjang awalnya, Lo
=
L LLo
=
Lo
Lo
27
Kurva tegangan regangan hasil pengujian tarik umumnya tampak seperti pada
gambar 5. Dari gambar tersebut dapat dilihat :
1. AR garis lurus pada bagian ini
pertambahan beban yang diberikan pada bagian ini, berlaku hokum Hooke
P
Lo
L=
x
A
E
Keterangan : L = pertambahan panjang benda kerja (mm)
Lo = panjang benda kerja awal (mm)
P = beban yang bekerja (N)
A = luas penampang benda kerja (mm2)
E = modulus elastisitas bahan (N/mm2)
2. Y disebut titik luluh (yield point) atas
3. Y disebut titik luluh bawah
4. Pada daerah YY benda kerja seolah olah mencair dan beban naik turun
disebut daerah luluh
5. Pada titik B beban mencapai maksimum dan titik ini biasa disebut tegangan
Tarik maksimum atau kekuatan tarik bahan ( ) pada titik ini terlihat
B
6.
7.
8.
9.
28
) adalah
B=
0,345 x HB
Keterangan :
B=
HB = dalam (N/mm2)
3. Metode uji kekerasn yang diajukan oleh J.A Brinell pada tahun 1900 ini
merupakan uji kekerasan lekukan yang pertama kali banyak digunakan serta
disusun pembakuanya (dieter, 1987). Uji kekerasan ini berupa pembentukan
lekukan pada permukaan logam memakai bola baja yang dikeraskan kemudian
ditekan dengan beban tertentu. Beban diterapkan pada wktu tertentu, biasanya 30
detik, dan diameter lekukan diukur dengan mikroskop, setelah beban
dihilangkan. Permukaan harus relatif halus, rata, bersih dari debu atau kerak.
Angak kekerasan brinell (BHN) dinyatakan sebagai beban P dibagi luas
permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari pengukuran
mikroskopik panjang diameter jejak. BHN dapat ditentukan dari persamaan
berikut :
D 2d
D
D
(
)
2
P
BHN =
29
Dengan :
jejak penekanan yang relatif besar pada uji kekerasan brinell memberikan
keuntungan dalam membagikan secara pukul rata ketidak seragaman lokal. Selain
itu, uji brinell tidak begitu dipengaruhi oleh goresan dan kekerasan permukaan
dibandingkan dengan uji kekerasan yang lain. Di sisi lain jejak penekanan yang
besar ukuranya, dapat menghalangi pemakaian uji ini pada benda uji yang kecil
atau tipis.
4.
D
(
)
2
P
BHN =
30
Dimana :
D
d
F
HB
Diameter
bola
(mm)
Load
(beban)
(kgf)
31
32
HR = E - e
Dimana :
F0
F1
= Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line
yang
untuk tiap jenis indentor berbeda-beda yang bias dilihat pada table 1
33
HR
34
HK
35
= Beban (kgf)
Nah, setelah kita mengetahui macam-macam pengujian untuk uji kekerasan maka
kita harus memikirkan apa yang harus kita ketahui untuk menentukan metode uji
kekerasan yang digunakan, untuk itu kita harus memperhatikan hal-hal dibawah
ini :
5.
a.
Permukaan material
b.
c.
d.
36
2. Rokwell
Keuntungan:
a. Dengan kerucut intan dapat diukur kekerasan baja yang disebuk keras.
b. Dengan bekas tekanan yang kecil kerusakan benda kerja lebih kecil.
Kerugian:
a. Dengan bekas penekanan yang kecil maka kekerasan rata-rata tidak dapat
ditentukan untuk bahan yang tidak homogen.
3. Vickers
Keuntungan:
a. Dengan benda penekan yang sama kekerasan dapat dtentukan tidak saja untuk
bahan lunak akan tetapi juga untuk bahan keras
b. Dengan bekas tekanan yang kecil bahan percobaan dirusak lebih sedikit
c. Hasil pengukuran kekerasan lebih teliti
d. Kekerasan benda kerja yang tipis dapat diukur dengan memilih gaya yang kecil
Kerugian:
a. Dengan bekas tekanan yang kecil kekerasan rata-rata bahan yang tidak
homogen tidak dapat ditentukan, misalnya besi tuang
b. Penentuan kekerasan membutuhkan banyak waktu
6.
37
Untuk dapat menerima tekanan yang besar, inti benda itu harus tetap lentur. Hal ini
dapat dicapai dengan hanya mengeraskan bagian permukaan dari benda tersebut.
Pengerasan permukaan dipakai pada poros engkol (crankshaft), kopling cakar, cacing,
roda cacing, dan gigi cacing
Tempering
Tempering adalah memanaskan baja yang sudah diperkeras dengan temperatur yang
cukup rendah (180C), diikuti dengan pendinginan secara perlahan-lahan. Tempering
dilakukan dengan tujuan memberikan struktur yang lebih merata pada bahan itu.
Lewat proses ini maka baja yang telah diperkeraskan tadi hanya sedikit saja
diperlunak, tetapi baja itu menjadi tidak begitu rapuh. Karena tempering, produk
tersebut menjadi terhindar dari perubahan bentuk (pertambahan isi) sebagai akibat
proses pengerasan. Hal ini, terutama ukuran akhir dan semacamnya sangat penting
untuk alat pengukur yang tepat seperti kaliber.
Meningkatkan mutu
Meningkatkan mutu adalah suatu proses di mana baja pertama-tama dikeraskan
dahulu, kemudian ditempering dengan suhu yang tinggi. Apabila baja yang diperkeras
itu dipanaskan lebih lama dan pada suhu yang lebih tinggi (300 sampai 650C) dari
tempering pada umumnya, maka struktur bahan itu makin merata. Sejalan dengan
pertambahan masa pemanasan dan peninggian suhu, kekerasan baja itu menjadi
berkurang, akan tetapi kealotan, kemudahan untuk digarap dan terutama ketahanan
terhadap benturan menjadi lebih besar. Dengan meningkatkan mutu baja, maka sifatsifat baja itu bisa disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Baja dengan mutu yang
sudah ditingkatkan biasanya dipakai untuk asesoris mesin yang dikenai beban
berganti-ganti, misalnya pr (spring).
38
39
40
sehingga seluruh bagian memiliki suhu yang sama kemudian didinginkan perlahan
dalam suhu udara ruang, sehingga perlahan terjadi transformasi martensite. Tujuannya
untuk mencegah retakan dan regangan dan mendapakan efek pengerasan yang
sempurna.
2. Austempering. Baja setelah dipanaskan, dicelupkan ke dalam larutan garam atau
seng yang memiliki suhu diatas titik MS (250-450 C) dan didiamkan sehinggan
seluruh bagian memiliki suhu yang sama kemudian didinginkan perlahan dalam suhu
udara ruang, sehingga didapatkan struktur bainite yang lebih lunak dan ulet dibanding
martensite. Tujuannya untuk mencegah retakan dan regangan dan meningkatkan
keuletan.
3. Martempering. Baja setelah dipanaskan, dicelupkan ke dalm larutan garam atau
seng yang memiliki suhu antara titik MS dan Mf (100-200 C) dan didiamkan
sehingga seluruh bagian memiliki suhu yang sama kemudian didinginkan perlahan
dalam suhu udara ruang, sehingga didapatkan dtruktur campuran martensite dan
bainite. Tujuannya untuk mendapatkan baja yang keras namun ulet.
4. Tempering. Setelah proses quenching, baja dipanaskan kembali hingga mencapai
suhu sedikit titik A1 kemidian didinginkan. Tujuannya untuk meningkatkan keuletan
(ductility) baja setelah quenching.
Pengerasan Permukaan
1. Karburisasi (Carburizing). Besi dipanaskan diatas suhu Ac1 dalam lingkungan
mengandung karbon, baik dalam bentuk padat, cair, ataupun gas. Besi pada suhu kriti
ini mempunyai affinity (daya tarik) terhadap karbon. Karbon diabsorpsi ke dalam
logam membentuk larutan padat dengan besi dan lapisan luar memiliki kadar karbon
tinggi. Tebal lapisan kabon tergantung pada waktu dan suhu perlakuan panas.
a. Karburasi padat (pack carburising). Bahan dimasukkan dalam kotak tertutup dan
ruangan diisi dengan kayu atau kokas. Proses perlu waktu cukup lama dan untuk
lapisan 0.75 -4 mm
b. Karburasi gas (gas carburizing). Untu mendapat lapisan 0.1- 0.75 mm. digunakan
gas atau hidro-karbon atau propan (gas karbit)
41
c. Karburasi cair (liquid carburizing). Baja dipanaskan di atas suhu Ac1 dalam dapur
garam cyanide dan sedikit nitrogen dapat berdifusi ke dalam lapisan luar. Mirip
dengan proses cyanide hanya mempunyai kadar karbon yang lebih tinggi dan kadar
nitrogen lebih rendah. Ketebalan lapisan sekitar 0.64 mm, tapi dapat untuk 6.35 mm
2. Carbonitriding. Disebut juga, dry cyaniding atau nircabing, adalah proses penerasan
permukaan dimana baja dipanaskan diatas suhu kritis didalam lingkungan gas dan
terjadi penyarapan karbon dan nitrogen. Dapat digunakan gas ammonia atau gas yang
kaya akan karbon. Lapisan tanah aus mempunyai ketebalan 0.08- 0.75 mm.
keuntungannya kemampuan pengerasan luar meningkat bila ditambahkan dengan
nitrogen sehingga dapat dimanfaatkan baja yang murah
3. Cyaniding atau liquid carbonitriding merupakan proses dimana terjadi absorpsi
karbon dan nitrogen untuk memperoleh permukaaan yang keras pada baja karbon
rendah yang sulit dikeraskan. Bahan dimasukkan kedalam dapur yang mengandung
garam cyanide natrium, suhunya sedikit diatas Ac1. Kemudian dicelup dalam air atau
minyak. Tebal lapisan 0.10 0.40 mm.
4. Nitriding. Digunakan bahan dan suhu yang berlainan. Logam dipanaskan hingga
510 C dalam lingkungan gas amonia selama beberapa waktu. Nitrogen yang diserap
logam akan membentuk nitrida yang keras tersebar merata pada permukaan logam.
Pada nitridinag cair (liquid nitriding ) digunakan garam cynida cair sedang suhu
dipertahankan dibawah daerah transformasi. Penyerapan nitrogen lebih mudah,
karbon yang diserap lebih sedikit dibanding proses cyanide atau karburasi. Ketebalam
0.03 0.3 mm.kekerasan sangat tinggi : 900 -1000 brinell.
BAB V
PENUTUP
Bahwa besi memiliki banyak karakteristik atau sifat mekanis diantaranya ulet,
getas dan lain. ini sudah dibuktikan pada pengujian tarik yang dilakukan. Yang
42
pertama pada pengujian besi kita tahu bahwa besi tersebut bersifat ulet sehingga tidak
mudah patah sedangkan pada aluminium bersifat getas atau mudah patah dan tidak
terlalu banyak perubahan deformasi yang signifikan ,serta pada plat bersifat liat dan
mempunyai nilai maxcimal load tang tinggi jadi dari ketiga spesimen yang telah di
coba plat merupakan yang terbaik. Dan waktu pengujian tekan berpengaruh pada nilai
tekan
DAFTAR PUSTAKA
41
42