Anda di halaman 1dari 26

UNIVERSITAS DIPONEGORO

REDESAIN ALAT UJI PUNTIR MENGGUNAKAN MOTOR AC


DENGAN TORSI MAKSIMUM 50 NM DAN UJI COBA
MENGGUNAKAN KUNINGAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

WAHYU DONY XURNIAWAN


40040219650017

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


REKAYASA PERANCANGAN MEKANIK
SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
JANUARI 2023

i
UNIVERSITAS DIPONEGORO

REDESAIN ALAT UJI PUNTIR MENGGUNAKAN MOTOR AC


DENGAN TORSI MAKSIMUM 50 NM DAN UJI COBA
MENGGUNAKAN KUNINGAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan

WAHYU DONY XURNIAWAN


40040219650017

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


REKAYASA PERANCANGAN MEKANIK
SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
JANUARI 2023

ii
REDESAIN ALAT UJI PUNTIR MENGGUNAKAN MOTOR AC
DENGAN TORSI MAKSIMUM 50 NM DAN UJI COBA MENGGUNAKAN
KUNINGAN
Untuk mengetahui sifat-sifat mekanik bahan adalah dengan cara melakukan
pengujian mekanis bahan dengan merusak suatu material sehingga mengalami
patahan atau sering disebut dengan uji puntir. Uji puntir dapat dilakukan dengan
mengetahui besar pengaruh suatu beban terhadap kekuatan lelah material poros
dengan melalui pengujian menggunakan benda uji lalu dianalisa dan dihitung
secara cermat. Pengujian puntir dengan menggunakan spesimen untuk menentukan
keplastisan suatu material. Pengujian ini dilakukan untuk meminimalisir secara
actual di lapangan yang dialami oleh teknisi karena memiliki permasalahan yang
sulit diprediksi kapan terjadinya suatu patahan dan juga sulit diamati secara
langsung suatu material akan mengalami patah.

Kondisi kegagalan pada material tersebut mendorong penulis untuk


melakukan pengujian dengan tujuan untuk merancang alat uji kekuatan puntir
dengan percobaan menggunakan spesimen kuningan. Selanjutnya perencanaan alat
uji berupa konstruksi mesin dengan motor penggerak AC yang diproyeksikan
sebesar 1400 RPM dan ratio gear box 1 : 50. Berikutnya dengan pembuatan alat uji
yang dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pengukuran berat material, perakitan
alat uji, perhitungan struktur rangka dan perhitungan torsi motor. Nantinya jenis
metode yang digunakan adalah eksperimental yaitu dengan menggunakan spesimen
kuningan dilakukan percobaan dengan beberapa berat material dan panjang poros
spesimen serta sifat bahan tertentu. Pengujian nantinya akan dilakukan dengan
beberapa spesimen yang berbeda namun masih menggunakan bahan yang sama.
Desain dari spesimen menggunakan ukuran standar ASTM E8.

Dari pengujian yang dilakukan didapatkan momen puntir dan sudut puntir
sehingga dapat menghitung tegangan geser pada daerah elastis, modulus elastisitas
geser dan modulus pecah. Dalam pengujian ini, pengambilan data momen puntir
dilakukan pada kelipatan sudut 30˚ sampai dengan spesimen patah ataupun putus.

Kata kunci: Uji Puntir, Spesimen, Patah

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Tugas Akhir ini diusulkan oleh:


NAMA : Wahyu Dony Xurniawan
NIM : 40040219650017
Program Studi : Diploma IV Rekayasa Perancangan Mekanik
Judul Tugas Akhir : Redesain Alat Uji Puntir Menggunakan Motor AC
Dengan Torsi Maksimum 50 Nm Dan Uji Coba
Menggunakan Kuningan

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing dan diajukan sebagai bagian


persyaratan yang diperlukan untuk menyelesaikan Tugas Akhir pada
Program Studi Diploma IV Rekayasa Perancangan Mekanik Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro.

Semarang, 12 Februari 2023


Menyetujui,
Dosen Pembimbing, Pengusul,

Dr. Drs. Wiji Mangestiyono, M.T Wahyu Dony Xurniawan


NIP. 196102281986031002 NIM. 40040219650017

iv
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................. v


DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
BAB I ............................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah dan Batasannya......................................... 2
1.2.1 Perumusan Masalah ................................................................... 2
1.2.2 Batasan Masalah ......................................................................... 2
1.3. Tujuan............................................................................................ 2
1.4. Luaran ........................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4
2.1. Definisi Uji Puntir ......................................................................... 4
2.2. Spesimen Uji Puntir...................................................................... 4
2.3. Perhitungan dasar uji puntir ....................................................... 5
2.4. Sifat mekanik pengujian puntir .................................................. 7
2.5. Prinsip Kerja Uji Puntir .............................................................. 8
2.6. Prosedur Pengujian Puntir .......................................................... 9
BAB III .......................................................................................................... 9
METODE PENELITIAN ............................................................................ 10
3.1. Studi Literatur ............................................................................ 11
3.2. Pembuatan Alat (Desain Peralatan) ......................................... 11
3.3. Pengujian Spesimen .................................................................... 13
3.3.1 Spesimen Uji Puntir .................................................................. 13
3.3.2 Bahan Material Spesimen ........................................................ 14
BAB IV ....................................................................................................... 15
JADWAL DAN RENCANA BIAYA ......................................................... 15
4.1. Jadwal .......................................................................................... 15
4.2. Rencana Biaya............................................................................ 15

v
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 17

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Desain dari spesimen yang mengacu pada standar ASTM E 143. ... 4
Gambar 2. 2 Grafik momen puntir terhadap sudut puntir persatuan panjang ....... 5
Gambar 2. 3 Grafik momen puntir terhadap sudut puntir ..................................... 6

Gambar 3. 1 diagram alir penyelesaian proyek akhir Uji Puntir : ....................... 10


Gambar 3. 2 Kerangka untuk alat uji puntir ........................................................ 11
Gambar 3. 3 Desain Perancangan Dengan Gambaran Komponen lama ............. 12
Gambar 3. 4 Redesain Dengan Gambaran Komponen lama ............................... 12
Gambar 3. 5 Spesimen Uji Puntir ........................................................................ 14

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Jadwal Penyusunan Proyek Akhir ....................................................... 15


Tabel 4. 2 Planning Budgeting Pengujian Uji Puntir ........................................... 16

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya pada


pengujian bahan yang berkembang pesat menghasilkan teknik-teknik dalam
pengujian kelelahan logam. Salah satu pengujian bahan adalah uji puntir dapat
berguna di bidang teknik dan sebagai uji plastis. Hal tersebut penting karena
material itu nantinya akan digunakan untuk sebuah perancangan suatu mesin. Untuk
dapat mengetahui pengaruh beban-beban logam dalam sebuah perancangan
ataupun konstruksi mesin, maka diperlukan pengujian bahan menggunakan
spesimen uji dan juga dianalisa dengan perhitungan secara cermat. Maka dalam
pengujian puntir digunakan untuk memperoleh tegangan geser pada daerah elastis,
modulus elastisitas geser (shear) pada daerah elasstis, dan modulus pecah. Pada
pengujian lelah (fatigue) juga dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain kondisi
permukaan, kosentrasi tegangan, dimensi, temperatur, dan beban, serta korosi.
Hal-hal yang menunjukkan permulaan adanya kelelahan logam tidak begitu
nampak, maka fatigue menjadi satu bahaya besar yang harus diperhatikan oleh para
teknisi. Tentunya dengan menggunakan uji puntir (tersion testing) dapat diketahui
kemampuan logam sampai lelah (fatigue). Uji puntir merupakan salah satu
pengujian merusak yang menyebabkan suatu material mengalami patahan.
Dalam uji puntir diperlukan peralatan seperti kepala puntir yang dilengkapi
cekam untuk mencekam spesimen dan untuk memberikan momen puntir pada
benda uji serta kepala bobot dengan cara mencekam salah satu ujung spesimen
untuk mengukur besarnya momen ulir atau torsi. Penghitungannya dengan
menggunakan perpindahan sudut suatu titik didekat salah satu ujung benda uji
dibandingkan terhadap suatu titik pada elemen memanjang yang sama pada arah
yang berlawanan. Pada benda uji biasanya untuk pengujian puntir mempunyai
penampang berbentuk lingkaran karena merupakan geometri sederhana dalam
perhitungan tegangan. Pada daerah elastis, tegangan geser bervariasi secara linear
dari harga nol di pusat batang hingga harga maksimum pada permukaan batang,
maka dari itu diperlukannya pengujian spesimen uji puntir yang mempunyai

1
dinding tebal. Hasil yang didapatkan adalah tegangan geser yang hampir sama di
sepanjang penampang lintang spesimen.
Pembuatan alat uji puntir ini adalah redesain dari perancangan alat uji puntir
yang sebelumnya menggunakan penggerak motor DC menjadi motor AC. Alat uji
puntir ini nantinya digunakan untuk menguji bahan material seperti kuningan untuk
perancangan dan juga menilai kemampuan tempaan suatu bahan. Perubahan motor
DC ke motor listrik AC ini sebelumnya dikarenakan pada motor DC putaran yang
dihasilkan tidak stabil yang dapat mempengaruhi hasil pengujian. Selain itu, beban
arus yang diterima sangat besar dan setiap saat akan mengakibatkan aki akan lebih
cepat soak sehingga harus banyak memerlukan perawatan dan juga pengecekan
kelistrikan agar dapat berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu, diperlukannya
Redesain yaitu perubahan sumber energi menjadi motor listrik AC yang dapat
beroperasi menggunakan energi listrik menjadikan putaran mesin menjadi stabil
sehingga pengujian puntir dapat dilakukan dengan optimal.

1.2. Perumusan Masalah dan Batasannya

1.2.1 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka Tugas Akhir
ini mempunyai rumusan masalah yang harus diselesaikan, yaitu :
1 . Bagaimana desain dari alat uji puntir material?
2 . Bagaimana prinsip kerja dari alat uji material?
3 . Bagaimana prosedur dari pengujian puntir material?
4. Bagaimana cara mengkalibarsi alat uji puntir dengan spesimen baja
Kuningan?
5. Berapa daya motor yang diperlukan dalam uji puntir spesimen baja
Kuningan?

1.2.2 Batasan Masalah


Dalam pengujian puntir nantinya menggunakan spesimen Kuningan dan
dilakukan pengujian puntir dengan masing-masing 3 spesimen.

1.3. Tujuan

1. Dapat membuat desain dari alat uji puntir material


2. Mengetahui prinsip kerja dari alat uji puntir material.

2
3. Mengetahui prosedur pengujian puntir material.
4. Menentukan kalibrasi alat uji puntir specimen Kuningan.
5. Dapat menentukan daya motor yang diperlukan dalam pengujian puntir
spesimen kuningan.
6. Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Program
Studi Sarjana Terapan Rekayasa Perancangan Mekanik Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro.

1.4. Luaran

Pelaksanaan tugas akhir akan menghasilkan luaran yaitu :

1. Alat Uji Puntir


2. Laporan Proyek Akhir
3. Artikel ilmiah

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Uji Puntir

Pengujian puntir merupakan pengujian yang bertujuan merusak material


sehingga mengakibatkan suatu material mengalami kepatahan. Bahan uji yang
dilakukan pada uji puntir yaitu batang dengan penampang lingkaran karena bentuk
dari penampang itu sendiri berbentuk sederhana, hal ini membuat bahan
uji/spesimen uji puntir mudah di ukur. Bahan uji / spesimen hanya akan dikenai
beban puntir pada salah satu ujung dari spesimen karena dua pembebanan ini akan
menyebabkan spesimen tidak konstan pada sudut puntir yang didapatkan dari
pengukuran.
Pengukuran uji puntir yang dilakukan yaitu pengukuran pada momen dan
sudut puntir. Pengukuran yang dilakukan akan di konversikan menjadi suatu grafik
momen puntir terhadap sudut puntir spesimen. Didalam area plastis kesinambungan
antara momen puntir dan sudut puntir sudah tidak linear lagi, hal ini diperlukan
rumus berbeda untuk mencari tegangan geser itu sendiri.

2.2. Spesimen Uji Puntir

Bahan uji/spesimen yang diperlukan didalam uji puntir merupakan batang


dengan penampang yang melingkar hal ini dikarenakan bentuk dari penampang
spesimen ini sederhana hal ini memudahkan untuk dilakukan pengukuran. Bahan
uji tersebut dikenai beban puntir pada salah satu ujung dari spesimen hal ini
dikarenakan dua pembebanan yang menyebabkan sudut puntir tidak konstan.

Gambar 2. 1 Desain dari baahan uji mengacu pada standar ASTM E 143

4
2.3. Perhitungan dasar uji puntir

Untuk rumus renggangan dan tegangan batang padat yaitu :


………………………… Persamaan 1
𝑇. 𝑟
𝜏=
𝐽
𝑟. 𝜗 ………………………... Persamaan 2
𝛾=
𝐿
Berikut ini keadaan momen inersia saat kondisi maksimal silinder yaitu :
…………………………. Persamaan 3
𝜋. 𝐷4
𝐽=
32
Keterangan :
J : Momen inersia (J)
L : Panjang ukur bahan uji (spesimen)
r : Jari-jari bahan uji (spesimen)
Momen puntir dan sudut puntir merupakan pengukuran yang dilakukan
pada uji puntir. Kemudian, pengukuran uji puntir ini dikonversikan menjadi sebuah
grafik momen puntir terhadap sudut puntir. Pada area plastis korelasi antara momen
puntir dan sudut puntir sudah tidak linear lagi, hal ini perlu suatu rumus berbeda
untuk mencari tegangan geser. Gambar dibawah ini merupakan grafik momen
puntir terhadap sudut puntir :

Gambar 2. 2 Grafik momen puntir dalam sudut puntir persatuan Panjang

5
Gambar 2. 3 Gambar grafik momen puntir terhadap sudut puntir

Tegangan geser pada daerah plastis dapat dirumuskan :

. (BC + 3CD). .... ……………………….. Persamaan 4


1
τa = 2.π.a3

Sedangkan rumus yang digunakan untuk mencari renggangan geser(𝛾),yaitu :


………………………… Persamaan 5
𝛾 = 𝜃. 𝑅

Keterangan :
𝜃: Sudut putar persatuan waktu
R: Jari-jari bahan uji ( sepesimen)
Dalam kriteria Tresca, bahan uji/spesimen akan mengalami keluluhan
jika tegangan geser maximum mencapai nilai harga tegangan geser uji Tarik
uniaxial : 𝜎 = 2. 𝑟
…………………………. Persamaan 6

𝛾
𝑒= …………………………... Persamaan 7
2

Sedangkan dalam von nises, bahan uji yang mengalami luluh apabila
invariant kedua deviator tegangan melampaui nilai harga kritis tertentu.

𝜎 = √3. 𝜏 ……………………….. Persamaan 8

6
…………………………. Persamaan 9

Keterangan :
σ : Tegangan geser sebenarnya
τ : Tegangan geser teknik
𝜀 : Renggangan geser sebenarnya
𝛾 : Renggangan geser teknik

2.4. Sifat mekanik pada pengujian puntir

Dalam pengujian puntir didapat beberapa sifat- sifat mekanik, yaitu :


a. Modulus elastis geser
Merupakan tegangan geser yang menyebabkan kemampuan material untuk
mempertahankan bentuknya di area plastis. Rumus perbandingan antara
renggangan dan tegangan geser pada area plastis yaitu :

………………………. Persamaan 10
Keterangan :
J : Momen inersia
G : Modulus elastis geser
𝜏 : Tegangan geser
T : Momen lentur
𝛾 : Renggangan geser
L : Panjang spesimen (bahan uji)

b. Kekuatan luluh puntir


Merupakan tegangan geser yang menyebabkan batas nilai tegangan sebelum
mengalami deformasi plastis. Dalam menentukan batas tegangan tersebut maka
nilai perbandingan panjang penampang menyempit terhadap diameter luar sekitar
8 sampai 10 kali. Didalam pengujian puntir memerlukan metode offset dengan nilai
0,04 rad/m untuk grafik momen puntiran terhadap sudut puntir.

7
c. Modulus pecah
Merupakan nilai kekuatan tegangan geser puntir maksimal, karena nilai
tegangan geser yang terbesar dipermukaan batang. Dimana rumus untuk benda
silinder dirumuskan :

𝜋. 𝐷4 …….................………Pers. 11
𝐽=
32

jadi, besarnya nilai modulus pecah dapat dirumuskan sebagai :


16. 𝑀𝑚𝑎𝑥 .....…................………Pers. 12
𝜏𝑢 =
𝜋. 𝐷4

keterangan :
𝜏𝑢 : Modulus of repture
R : Diameter bahan uji (spesimen)

2.5. Prinsip Kerja Uji Puntir

Prinsip kerja dari pengujian puntir ini adalah Spesimen yang telah ditentukan
jenis bahannya lalu spesimen dipasang pada kepala chuck pada salah satu ujungnya.
Ujung yang satunya dicekam pula kemudian diputar. Keadaan yang terjadi adalah
salah satu ujung batang diputar dengan arah putaran sebaliknya ujung yang lain.
Tak jauh beda dengan prinsip kerja uji tarik, perbedaan yang paling mencolok dari
kedua pengujian ini yaitu terjadinya perubahan bentuk yang dapat mengakibatkan
uji tarik kurang relevan dipakai untuk menguji keplastisan material. Berikut
perbandingan antara uji tarik dengan uji puntir, Keuntungannya :
• Perhitungan yang diperoleh untuk keplastisan lebih tepat
• Dapat diperoleh grafik tegangan geser dan renggangan geser
• Mudah diimplementasikan dikarenakan tidak adanya necking
• Didapatkan laju renggangan yang stabil dan relatif besar
Kerugian :
• Lebih banyak membutuhkan usaha yang lebih dikarenakan olah data
menjadi kurva antara tegangan dan regangan geser.
• Apabila bahan uji yang digunakan merupakan batang padat, maka akan
menimbulkan gradient tegangan yang cukup curam sepanjang sepanjang

8
penampang lintang bahan uji hal ini berakibat mempersulit proses pengukuran.
• Bisa terjadi gardient tegangan yang curam sepanjang penampang lintasan
jika spesimen yang digunakan memiliki struktur yang batang yang padat
Untuk menghasilkan pengukuran yang lebih tepat untuk plastisitas pada
spesimen logam maka uji puntir lebih relevan daripada uji tarik. Pada spesimen,
untuk menghasilkan kurva tegangan dan regangan uji puntir dapat dapat
diaplikasikasikan secara langsung.
Adapun beberapa pengaruh kekuatan bahan pada puntiran adalah :
• Puntiran akan menjadi besar apabila semakin panjang batang yang dikenai
beban puntir
• Karakter daripada material seperti pada modulus geser, jenis material, dan
struktur material.
• Gaya puntir yang bekerja sesuai dengan luas penampang batang pada
material spesimen.
• Bentuk spesimen penampang batang saat mengalami puntiran
• Saat arah spesimen mengalami gaya puntir pada batang

2.6. Prosedur Pengujian Puntir

Dalam uji puntir terhadap spesimen yang akan dilakukan ada beberapa
prosedur sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan material pengujian seperti kunci chuck dan
specimen
2. Pasang kedua ujung bahan uji pada chuck yang berada di alat uji
puntir sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Kemudian
kuncilah huck tersebut.
3. Pastikan kabel dan steker alat uji puntir terhubung dengan
stopkontak.
4. Gaya dan sudut disetting sesuai dengan pembebanan yang sudah
ditentukan.
5. Kemudian lihatlah hasil di Tropometer sebagai penunjuk sudut
puntir dan torsimeter untuk penunjuk momen torsi.
6. Mencatat data yang didapat saat pengujian berlangsung di lembar
yang telah di sediakan.

9
BAB III

METODE PENELITIAN

Tahapan penyelesaian proyek akhir dapat dilaksanakan dengan sesuai dengan


diagram alir. Berikut adalah

Gambar 3. 1 diagram alir penyelesaian proyek akhir Uji Puntir :

Mulai

Studi Literatur

Perencanaan
dan Kalkulasi
alat uji puntir

Tidak
RFU

Ya

Pengujian Kuningan

Pengolahan data

Tidak Data
Lengkap

Ya

Kalibrasi

Penyusunan Laporan

Selesai

10
Agar mencapai tujuan dari proyek akhir, tahapan kegiatan disusun seperti
berikut: (i) studi literatur, (ii) Pembuatan alat, (iii) pengujian spesimen, dan (iv)
penyusunan laporan.

3.1. Studi Literatur

Hal yang harus dilakukan penulis dalam menggali sumber informasi yang
digunakan untuk landasan menentukan langkah-langkah selanjutnya merupakan
studi literatur. Dalam studi literatur ini memiliki fungsi untuk mengetahui dan
memahami informasi sebagai dasar dalam perancangan alat uji puntir serta saat
penentuan bahan uji. Proses ini dilakukan dengan cara metode pustaka, observasi
dalam komponen alat uji puntir maupun spesimen, dan pengamatan proses
perakitan alat uji puntir.

3.2. Pembuatan Alat (Desain Peralatan)

Berikut adalah desain perancangan dengan gambaran komponen yang akan


diaplikasikan dalam pembuatan uji puntir :

Gambar 3. 2 Kerangka untuk alat uji puntir

11
Kerangka untuk uji puntir merupakan desain dari alat uji puntir dimana baja
struktur St 40 dan St 50 merupakan bahan yang digunakan untuk pembuatan alat
uji konstruksi mesin dan beban.

Gambar 3. 3 Desain Perancangan Dengan Gambaran Komponen lama

Gambar 3.4 Redesain Dengan Gambaran Komponen Baru

• Chuck berfungsi untuk pencekam dari spesimen.


• Tropometer berfungsi sebagai sesbagai penunjuk sudut puntir saat

12
dilakukan pengujian puntir.
• Gear box berfungsi untuk menaikan torsi dari motor listrik
• Kopling berfungsi untuk memindahkan tenaga dari motor listrik ke gear box
• Dinamo Motor AC berfungsi sebagai penggerak utama yang menggunakan
energi listrik.
• Adjuster berfungsi sebagai alat untuk kalibrasi
• Torsimeter berfungsi sebagai penunjuk momen torsi.
• Dimmer AC berfungsi untuk mengatur atau menurunkan kecepatan dinamo
saat berputar dan juga dapat memutuskan daya listrik
• Saklar berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan alat uji puntir
• Resistor Variabel Ceramic berfungsi resistor (penghambat atau penahan
arus) yang dapat kita ubah nilainya sesuai dengan kebutuhan.
.

3.3. Pengujian Spesimen

Pengujian spesimen adalah pengujian yang dilakukan pada suatu bahan yang
diambil dengan metode tertentu dalam hal ini penulis melakukan pengujian uji
puntir untuk diketahui secara lebih lanjut.

3.3.1 Spesimen Uji Puntir

Kelompok atau bagian dari keseluruhan bahan uji merupakan spesimen.


Spesimen pada pengujian puntir ini berpedoman pada standar pegujian ASTM E
143 seperti pada gambar. Bahan material yang digunakan yaitu ST 37 dan kuningan
nantinya masing-masing spesimen berjumlah 3.
Untuk mengetahui kekuatan puntir material yaitu kuningan dapat dilakukan
dengan memberi beban puntir sampai dengan kondisi patah. Pengujian dilakukan
menggunakan 3 spesimen yang berbeda namun masih menggunakan jenis ukuran
dan bahan spesimen yang sama.
Untuk penggerak direncankan menggunakan motor listrik 1 phasa dengan
daya ¼ HP, putarannya 1400 RPM dan tegangannya 220 V. Pertimbangannya
adalah spesifikasi motor penggerak dengan pertimbangan spesimen yang
mempunyai diameter 10 mm

13
Gambar 3. 5 Spesimen Uji Puntir

Panjang keseluruhan : 105 mm


D1 (Diameter Uji) : 10 mm
D2 (Diameter Cekam) : 16 mm

3.3.2 Bahan Material Spesimen

Pada pengujian puntir ini data yang digunakan adalah data pengujian puntir
material dengan spesimen baja ST 37 dan kuningan. Kedua jenis spesimen ini
memiliki struktur dan sifat masing-masing. Untuk baja karbon rendah (ST37)
kandungan karbonnya sedikit maka digolongkan tidak baja keras. Baja ini memiliki
kandungan karbon hanya sekitar 0,3% atau disebut juga baja ringan. Baja karbon
rendah mudah dibentuk, kuat dan mampu digunakan dalam keadaan panas ataupun
dingin. Makna kata ST yaitu steel atau baja. Untuk penomoran 37 adalah limit
minimum pada kekuatan tarik 37 km/mm2.

Sedangkan untuk kuningan adalah paduan antara tembaga dan seng yang
secara komposisi kimia dari 4 unsur yaitu Cu, Fe, Pb dan Zn. Kuningan memiliki
sifat mencakup konduktifitas listrik dan termal, kekuatan, kekerasan, ketahanan
aus, ulet, dan tahan korosi.

14
BAB IV

JADWAL DAN RENCANA BIAYA

4.1. Jadwal

Jadwal berikut ini adalah rencana penyelesaian proyek akhir yang penulis
buat secara kelompok diawali dengan pengumpulan data dan literatur sampai
dengan penyusunan laporan proyek akhir. Dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
:

No. Kegiatan Februari Maret April

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Studi literatur

2. Pembuatan alat

3. Pengujian
Spesimen

4 Penyusunan
laporan

Tabel 4. 1 Jadwal Penyusunan Proyek Akhir

4.2. Rencana Biaya

Rincian biaya pembuatan alat uji puntir dan spesimen dapat kami rencanakan
sebagai berikut :

No Alat dan Bahan Jenis Kuantitas Harga (Rp) Jumlah Harga


(Rp)

1. Gear Box 1 : 60 Beli 1 575.000 575.000

2. Torsimeter AC Beli 1 898.200

15
3. Resistor Variabel Beli 1 296.800 296.800
ceramic

4. Motor Listrik AC 1 PK Beli - 900.000 900.000

5. Chuck Tersedia -

6. Tropometer Tersedia -

7. Kopling Tersedia -

8. Saklar Tersedia -

9. Spesimen Baja ST 37 D Beli 3 50.000 150.000


10 mm x 200mm

10. Spesimen Kuningan Beli 3 60.000 180.000

10 mm x 200mm

Total Rp. 3.000.000

Dibagi 2 mahasiswa Rp. 1.500.000

Tabel 4. 2 Planning Budgeting Pengujian Uji Puntir

16
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, S. H. (2021, Desember 24). Analisis Numerik Kekuatan Puntir Baja


Karbon Rendah Menggunakan Software (Solidworks). VI, no.2, 29-36.

Indra, U. I. (2019, Oktober). Analisa Kekuatan Puntir, Kekuatan Tarik,


Kekerasan dan Uji Metalografi Baja S45C Sebagai bahan poros baling-
baling kapal (propeller shaft) setelah proses tempering, 7 No.4, 313-322.

Insani, M. N. (n.d.). Analisis Struktur Micro Material Baja Karbon Rendah (ST
37) SNI Akibat Proses Bending.

Suryanto, H. (n.d.). Pengembangan Alat Uji Puntiran Sebagai Media Belajar


Untuk Pokok Bahasan Puntiran Dalam Matakuliah Mekanika Teknik.

17
18

Anda mungkin juga menyukai