Modul : Hardness
Kelompok : 2-D
Dosen/Kelas : Dr. Eng. Sutikno, S.T., M.T.
Asisten : Ignatius Ivan Widyasto
Praktikan :
Mhd. Rafi Syahputra Irsan 5007201072
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM METALURGI 1
SEMESTER GANJIL 2020/2021
HARDNESS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Kelulusan Praktikum Metalurgi 1
Mengetahui,
Ketua Kelompok 2-D
Setiap material yang ada di bumi memiliki sifat-sifat tertentu yang membedakan,
salah satunya ialah sifat mekanik berupa kekerasan. Kekerasan atau hardness merupakan
ketahanan suatu material terhadap deformasi plastis lokal. Dalam merancang sesuatu,
sering kali diperlukan material dengan nilai kekerasan yang tinggi. Untuk mengetahui
nilai kekerasan suatu material, dapat dilakukan pengujian kekerasan melalui metode-
metode tertentu, yaitu diantaranya ialah metode Brinell, Rockwell, dan Vickers.
Pada pengujian kekerasan dengan metode Brinell pada praktikum ini, digunakan
indentor berupa bola baja dengan diameter 2,5 mm dan spesimen berupa plat aluminium.
Untuk metode Rockwell, indentor yang digunakan berupa kerucut intan dan spesimen
berupa pahat. Sedangkan untuk metode Vickers, digunakan indentor berupa piramid intan
dengan sudut puncak 136o serta spesimen berupa kepala baut. Pengujian dilakukan
dengan memasang beban pada mesin dan menaikkan mesin dengan memutar handweel,
sehinggga penetrasi indentor terhadap spesimen menunjukkan skala tiga. Selanjutnya side
handle digerakkan untuk memulai pembebanan dan indentasi. Pada metode Brinell,
diameter indentasi diukur, sedangkan pada metode Vickers diagonal indentasi diukur.
Sementara untuk metode Rockwell nilai kekerasan akan diproses langsung oleh mesin.
Pengujian dilakukan di tiga titik pada spesimen. Dari pengujian tersebut,
diperoleh nilai kekerasan Brinell rata-rata pada plat aluminium adalah sebesar 38,73
HBN. Pada pengujian Vickers diperoleh nilai kekerasan rata-rata kepala baut sebesar
106,07 HV. Pada pengujian Rockwell, diperoleh nilai kekerasan rata-rata pahat sebesar
43,83 HRC.
i
DAFTAR ISI
ABTRAK ....................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... iv
2.5. Fenomena Sinking (Sink-in) dan Ridging (Pile-up) pada Indentasi .................. 11
2.6. Sifat Mekanik Teoritis Berdasarkan Kegunaannya........................................... 11
2.6.1. Plat Aluminium .......................................................................................... 11
3.1. Peralatan dan Benda Kerja yang Digunakan dalam Pengujian ....................... 13
3.2. Langkah-langkah Pengujian ................................................................................ 13
ii
3.3. Flowchart Pengujian ............................................................................................. 14
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................. 16
4.2.2. Rockwell...................................................................................................... 16
4.2.3. Vickers ........................................................................................................ 16
4.3. Analisis Data dan Perhitungan ............................................................................. 17
4.3.1. Brinell.......................................................................................................... 17
4.3.2. Rockwell...................................................................................................... 21
4.3.3. Vickers ........................................................................................................ 22
6.1. Evaluasi................................................................................................................... 29
6.2. Saran ....................................................................................................................... 29
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.4. Jarak Antar Indentasi pada Pengujian Kekerasan Vickers ................... 8
Tabel 2.5. Konversi Skala Kekerasan ......................................................................... 9
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Kekerasan Metode Brinell ............................................. 16
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah
1. Mengetahui kemampuan material dalam menahan deformasi plastis yang
terlokalisasi layaknya indentasi atau goresan melalui pengujian kekerasan
2. Mengetahui proses, metode, serta faktor-faktor penting lainnya yang harus
diperhatikan dalam melakukan pengujian kekerasan
3. Mengetahui kelebihan serta keterbatasan dari tiap-tiap metode pengujian
kekerasan yang digunakan
4. Mengetahui hubungan antara kekerasan dengan kekuatan material
2
BAB II
DASAR TEORI
3
2.3.1. Pengujian Kekerasan Brinell
5
Skala Rockwell Test
Skala Indentor Beban Mayor Range Material
Hardened steels, cast
C 150 10 - 70 irons, deep case-
hardened
Thin but hard steel,
Kerucut Intan
D 100 20 - 80 medium depth case-
hardened
Sheet steel, shallow case-
A 60 20 - 95
hardened
Malleable cast irons,
phosphor bronze,
G 150 20 - 100
gunmetals, copper nickel
alloys
1/16 Copper and aluminium
B 100 20 - 100 alloys, annealed low-
carbon steels
Annealed copper alloys,
F 60 20 - 100
thin soft sheet materials
Aluminium and
K 150 40 - 100
magnesium alloys
Cast iron, aluminium,
E 100 60 - 100 magnesium, and bearing
1/8
metals
Soft materials, high
H 60 80 - 100 ferritic alloys, aluminium,
lead, zinc
P 150 Thermosetting plastics
M 1/4 100 Thermoplastics
L 60 Thermoplastics
Very soft plastics and
V 150
rubbers
Very soft plastics and
S 1/2 100
rubbers
Very soft plastics and
R 60
rubbers
6
6. Permukaan benda uji tegak lurus dengan indentor
7. Antar pusat diameter indentasi harus berjarak lebih dari 4 d dan pusat
indentasi dengan ujung benda uji harus berjarak lebih dari 2.5 d, dimana d
adalah diameter indentasi
8. Beban diberikan secara perlahan serta indentor tidak boleh mendapat getaran
atau beban kejut selama waktu penekanan
9. Benda uji berpermukaan datar pada bagian atas dan bawah dan saling sejajar
10. Ketebalan benda uji paling tidak 10 kali kedalaman indentasi untuk
menghindari terjadinya deformasi pada permukaan bawah benda
11. Permukan baik atas maupun bawah harus bersih dan licin
Kelebihan pengujian kekerasan Rockwell ini adalah pengoperasiannya
yang mudah serta cepatnya waktu pengujian kekerasan metode ini. Namun,
penggunaan pengujian kekerasan Rockwell ini tidak memungkinkan pada
benda uji yang lunak serta memiliki ketebalan tipis karena sensitif terhadap
kerusakan.
7
P = Gaya Tekan
d = Diagonal Tapak Tekan.
Spesifikasi pengujian kekerasan Vickers adalah sebagai berikut:
1. Indentor yang digunakan berupa piramid intan beralas persegi dengan sudut
puncak antara 2 sisi berhadapan 136o
2. Indentor tegak lurus dengan permukaan benda uji
3. Besar gaya tekan adalah sebagai berikut
Hardness Symbol Gaya Tekan (kg)
HV 0.01 0.01
HV 0.02 0.02
HV 0.03 0.03
HV 0.05 0.05
HV 0.1 0.1
HV 0.2 0.2
HV 0.3 0.3
HV 0.5 0.5
HV 1 1
HV 2 2
HV 3 3
HV 5 5
HV 10 10
HV 20 20
HV 30 30
HV 40 40
HV 50 50
HV 100 100
Tabel 2.3. Gaya Tekan yang Bekerja pada Pengujian Kekerasan Vickers
4. Untuk menghindari getaran dan beban kejut, pembebebanan dilakukan secara
perlahan
5. Waktu pemberian penekanan adalah 10-15 detik
6. Antar indentasi harus berjarak sebagai berikut
Stell, Copper and Light metal, lead, zinc
Material of test piece
Copper alloys and their alloys
Distance between the
3 d min. 6 d min.
centers of indentations
Distance from the center
of indentation to the 2.5 d min. 3 d min.
edge of test piece
8
7. Diagonal indentasi (d) diukur sebanyak dua kali dan saling tegak lurus lalu
dirata-ratakan
8. Tidak ada benda lain pada permukaan benda uji, seperti oli
9. Benda uji harus memiliki permukaan yang halus
10. Benda uji memiliki ketebalan minimum 1.5 kali diagonal indentasi
11. Benda uji memiliki permukaan yang datar
Pengujian kekerasan Vickers memiliki keuntungan pada rentang material
benda yang dapat dugunakan, dari material yang sangat lunak hingga sangat
keras dengan besar beban yang tidak perlu diubah. Pengujian ini juga dapat
dilakukan pada benda yang sangat tipis. Namun, pengujian kekerasan Vickers
ini membutuhkan waktu relatif lama untuk memperoleh nilai kekerasan benda
serta tidak cocok untuk digunakan pada material homogen.
9
Tabel 2.5. Konversi Skala Kekerasan
10
2.5. Fenomena Sinking (Sink-in) dan Ridging (Pile-up) pada Indentasi
Sinking atau sink-in merupakan suatu fenomena dimana tapak indentasi
membentuk pincushion shape atau tertekan ke dalam akibat indentasi. Sedangkan
Ridging atau pile-up merupakan fenomena dimana tapak indentasi membentuk
barelled shape atau terdorong keluar akibat indentasi. (Weiler, n.d.)
2.6.3. Pahat
Suatu pahat apabila digunakan secara terus menerus maka akan
mengakibatkan keausan. Untuk meningkatkan ketahanan pahat baja HSS
tersebut akan terjadinya keausan, maka kekerasan pahat harus ditingkatkan.
11
Adapun pahat carbida dengan lapisan TIN, bersadarkan Ceratizit 2004,
memiliki kekerasan sebesar 1420 HV serta ketangguhan sebesar 6,9 MPa.
12
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
13
11. Diameter tapak tekan dan diagonal tapak tekan diukur menggunakan lup pengukur
untuk Brinell dan Vickers. Sedangkan untuk Rockwell nilai kekerasan pada skala
utama mesin uji dicatat.
3.3.Flowchart Percobaan
Mulai
14
A
Catat diameter/diagonal
tapak tekan ataunilai
kekerasan
Apakah Tidak
sudah 3 kali
pengulangan?
Ya
Selesai
15
BAB IV
PEMBAHASAN
4.2.2. Rockwell
Titik Kekekerasan
Material Uji Beban Indentor Skala
Pengujian (HRC)
1 44
Pahat 150 kgf Kerucut Intan HRC 2 43,5
3 44
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Kekerasan Metode Rockwell
4.2.3. Vickers
16
4.3. Analisis Data dan Perhitungan
Dari data percobaan yang diperoleh, dilakukan analisis berupa perbandingan
antara nilai kekerasan spesimen yang didapatkan dari percobaan dengan nilai
kekerasan teoritis dari spesimen tersebut. Tiap metode percobaan yang digunakan,
yaitu Brinell, Rockwell, dan Vickers, memiliki cara yang berbeda untuk
mendapatkan nilai kekerasan. Pada metode Brinell nilai kekerasan diperoleh dari
korelasi luas permukaan indentasi pada spesimen dengan besar beban yang diberikan
pada spesimen tersebut. Sementara nilai kekerasan pada material yang diuji dengan
metode Rockwell dapat dilihat secara langsung pada mesin pengujian. Sedangkan
untuk mendapatkan nilai kekerasan material pada metode Vickers, dilakukan
pengorelasian antara panjang diagonal indentasi yang terjadi pada spesimen dengan
besar beban yang diberikan pada spesimen. Secara matematis, persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
𝑃
a. 𝐻𝐵𝑁 = 𝜋𝐷 ......................................................................(4.1.)
(𝐷− √𝐷2 −𝑑2 )
2
1,854 𝑃
b. 𝐻𝑉 = ......................................................................................(4.2.)
𝑑2
c. 𝑇𝑒𝑛𝑠𝑖𝑙𝑒 𝑆𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ (𝑀𝑃𝑎) = 3,45 × 𝐻𝐵𝑁 .....................................(4.3.)
4.3.1. Brinell
...
1
3
2
Gambar 4.1. Interpretasi Lokasi Titik Uji Kekerasan Metode Brinell
17
a. Titik Pertama
P = 62,5 kgf
D = 2,5 mm
d1 = 1,35 mm
d2 = 1,4 mm
drata-rata = 1,375 mm
Keterangan: P = Beban
D = Diameter indentor
d1 = Diameter sisi 1
d2 = Diameter sisi 2
𝑑1 + 𝑑2
drata-rata = 2
Ditanyakan: Kekerasan (HB) = ...?
Penyelesaian:
𝑃
𝐻𝐵𝑁 =
𝜋𝐷
(𝐷 − √𝐷 2 − 𝑑 2 )
2
62,5
𝐻𝐵𝑁 = = 38,62
𝜋2,5 2 2
√2,5
2 (2,5 − − 1,375 )
b. Titik Kedua
P = 62,5 kgf
D = 2,5 mm
d1 = 1,45 mm
d2 = 1,4 mm
drata-rata = 1,425 mm
Keterangan: P = Beban
D = Diameter indentor
d1 = Diameter sisi 1
d2 = Diameter sisi 2
𝑑1 + 𝑑2
drata-rata = 2
Ditanyakan: Kekerasan (HB) = ...?
Penyelesaian:
𝑃
𝐻𝐵𝑁 =
𝜋𝐷 2 2
2 (𝐷 − √𝐷 − 𝑑 )
62,5
𝐻𝐵𝑁 = = 35,69
𝜋2,5
(2,5 − √2,52 − 1,4252 )
2
18
c. Titik Ketiga
P = 62,5 kgf
D = 2,5 mm
d1 = 1,3 mm
d2 = 1,35 mm
drata-rata = 1,325 mm
Keterangan: P = Beban
D = Diameter indentor
d1 = Diameter sisi 1
d2 = Diameter sisi 2
𝑑1 + 𝑑2
drata-rata = 2
Ditanyakan: Kekerasan (HB) = ...?
Penyelesaian:
𝑃
𝐻𝐵𝑁 =
𝜋𝐷
(𝐷 − √𝐷 2 − 𝑑 2 )
2
62,5
𝐻𝐵𝑁 = = 41,88
𝜋2,5 2 2
√2,5
2 (2,5 − − 1,325 )
19
e. Grafik Distribusi Nilai Kekerasan
39
38
37
36
35
34
33
32
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Lokasi Titik UJI
Keterangan:
Tensile Strength = Kekuatan Tarik (MPa)
HBN = Angka Kekuatan Brinell
20
4.3.2. Rockwell
Pada metode Rockwell, pengujian dilakukan pada beberapa titik
uji yang dapat diinterpretasikan seperti gambar di bawah ini.
95 mm
21
b. Grafik Distribusi Nilai Kekerasan
43,8
43,7
43,6
43,5
43,4
43,3
43,2
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Lokasi Titik Uji
4.3.3. Vickers
Sama seperti metode-metode sebelumnya, pada metode Vickers
pengujian juga dilakukan pada beberapa titik. Adapun lokasi titik tersebut
pada material uji berupa kepala baut dapat diinterpretasikan sebagai
berikut.
22
57 mm
b. Titik Kedua
P = 30 kgf
d1 = 0,7 mm
d2 = 0,75 mm
drata-rata = 0,725 mm
Keterangan: P = Beban
d1 = Diagonal 1
d2 = Diagonal 2
23
𝑑1 + 𝑑2
drata-rata = 2
Ditanyakan: Kekerasan (HV) = ...?
Penyelesaian:
1,854𝑃
𝐻𝑉 =
𝑑2
1,854 (30)
𝐻𝑉 = = 105,82
0,7252
c. Titik Ketiga
P = 30 kgf
d1 = 0,65 mm
d2 = 0,75 mm
drata-rata = 0,7 mm
Keterangan: P = Beban
d1 = Diagonal 1
d2 = Diagonal 2
𝑑1 + 𝑑2
drata-rata = 2
Ditanyakan: Kekerasan (HB) = ...?
Penyelesaian:
1,854𝑃
𝐻𝑉 =
𝑑2
1,854 (30)
𝐻𝑉 = = 113,51
0,72
24
e. Grafik Distribusi Nilai Kekerasan
110
Kekerasan (HV)
105
100
95
90
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Lokasi Titik Uji
4.4.1. Brinell
Pada pengujian kekerasan dengan metode Brinell, spesimen yang
digunakan merupakan plat aluminium. Adapun indentor yang digunakan
berupa bola baja dengan diameter 2,5 mm dengan besar pembebanan yang
diberikan indentor ini kepada spesimen adalah sebesar 62,5 kgf.
Pembebanan yang diberikan oleh indentor kepada spesimen
mengakibatkan terjadinya indentasi pada spesimen. Diameter indentasi
25
yang terjadi pada spesimen diukur untuk memperoleh nilai kekerasan
spesimen dengan menggunakan perhitungan melalui persamaan (4.1.).
Setelah dilakukan pengujian, indentasi yang terjadi pada spesimen
di titik 1 memiliki diameter rata-rata 1,375 mm, di titik 2 diameter rata-
ratanya 1,425 mm, dan pada titik ketiga diameter rata-ratanya adalah 1,325
mm. Dari perhitungan yang dilakukan, diketahui bahwa nilai kekerasan
spesimen pada titik 1 adalah sebesar 38,62 HBN, pada titik kedua sebesar
35,69 HBN, dan pada titik 3 adalah 41,88 HBN. Dari grafik yang diperoleh
juga terlihat bahwa terjadi penurunan dari titik 1 ke 2 dan terjadi
peningkatan kekerasan dari titik 2 ke 3. Hal ini terjadi karena besar nilai
kekerasan berbanding terbalik dengan diameter indentasi, dimana semakin
besar diameter indentasi maka semakin kecil nilai kekerasan dan
sebaliknya.
Berdasarkan fungsi plat aluminium, secara teoritis seharusnya nilai
kekerasan di setiap titik pada spesimen memiliki besar yang sama. Namun,
hal ini tidak sejalan dengan hasil pengujian yang dilakukan, dimana nilai
kekerasan pada 3 titik berbeda yang dilakukan pengujian pada spesimen
ini memiliki nilai yang berbeda. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal
seperti permukaan spesimen yang tidak bersih serta tidak teliti dalam
melakukan pengukuran ataupun perhitungan. Adapun kekurangan metode
ini adalah waktu yang cukup lama dalam melakukan pengujian serta
rentan kesalahan pengukuran.
4.4.2. Rockwell
Spesimen yang digunakan pada pengujian kekerasan dengan
metode Rockwell adalah pahat. Adapun indentor yang digunakan berupa
kerucut intan yang akan memberikan pembebanan sebesar 150 kgf kepada
spesimen untuk menghasilkan indentasi. Nilai kekerasan Rockwell akan
langsung didapatkan dari mesin yang dihitung dari perbedaan kedalaman
penetrasi indentor pada dua nilai gaya tekan yang berbeda.
Dari pengujian ini, diperoleh nilai kekerasan pahat di titik 1 dan 3
adalah sama besar, yaitu 44 HRC. Sedangkan nilai kekerasan di titik 2
sedikit lebih kecil dari titik 1 dan 3, yaitu sebesar 43,5 HRC. Dari ketiga
nilai kekerasan tersebut diperoleh nilai kekerasan rata-rata sebesar 43,83
HRC. Dari grafik kekerasan metode Rockwell terlihat bahwa nilai
kekerasan yang diperoleh dari spesimen ini cukup stabil, dimana terjadi
penurunan dari titik 1 ke 2 dan juga terjadi kenaikan dari titik 2 ke 3.
Secara teoritis, nilai kekerasan pahat pada setiap titik besarnya
sama. Tetapi hal ini tidak sesuai dengan hasil pengujian yang diperoleh
26
dimana terdapat perbedaan nilai kekerasan pada titik 2 pengujian pada
spesimen ini. Hal ini dapat terjadi akibat permukaan spesimen tidak bersih
atau terjadinya getaran saat dilakukannya pengujian. Kekurangan metode
ini adalah sensitif terhadap kerusakan.
4.4.3. Vickers
Pengujian kekerasan metode Vickers ini dilakukan dengan
menggunakan spesimen berupa kepala baut. Indentor yang digunakan
adalah piramid intan dengan sudut puncak 136 o. Pembebanan yang
diberikan indentor pada spesimen adalah sebesar 30 kgf dan menghasilkan
indentasi pada spesimen. Diagonal indentasi yang dihasilkan dari
pembebanan tersebut diukur dan nilai kekerasan spesimen akan diperoleh
melalui perhitungan dengan persamaan (4.2.).
Dari pengujian yang dilakukan, indentasi yang terjadi pada titik 1
pengujian memiliki diagonal rata-rata 0,75 mm, pada titik 2 diagonal rata-
rata indentasi adalah 0,725 mm, serta pada titik 3 diagonal indentasi rata-
ratanya adalah 0,7 mm. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, nilai
kekerasan pada titik 1 adalah 98,88 HV, di titik 2 sebesar 105,82 HV, dan
di titik 3 sebesar 113,51 HV. Dari nilai kekerasan pada tiap titik yang telah
didapatkan, diperoleh nilai kekerasan rata-rata sebesar 106,07 HV. Dapat
terlihat bahwa nilai kekerasan berbanding terbalik dengan diagonal
indentasi, dimana semakin kecil diagonal indentasi maka nilai kekerasan
semakin besar dan berlaku sebaliknya. Terlihat dari grafik nilai kekerasan
mengalami kenaikan dari tiap titiknya.
Secara teoritis, berdasarkan fungsinya, nilai kekerasan kepala baut,
semakin pinggir maka semakin besar kekerasannya. Hal ini tidak sesuai
dengan hasil pengujian yang diperoleh dari pengujian kekerasan dengan
metode Vickers, dimana pada tiap titik dilakukannya pengujian, nilai
kekerasan yang diperoleh pada titik pengujian semakin di pinggir semakin
kecil. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya getaran pada saat pengujian
serta tidak teliti dalam melakukan pengukuran. Adapun kekurangan dari
pengujian dengan metode ini adalah waktu yang dibutuhkan lebih lama
dari pada metode Brinell dan Vickers serta tidak cocok untuk dilakukan
pada bahan homogen.
27
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian kekerasan serta analisis data yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Nilai kekerasan plat aluminium dengan pengujian kekerasan metode Brinell adalah
38,62 HBN pada titik 1, 35,69 HBN pada titik 2, dan 41,88 HBN pada titik 3. Nilai
kekerasan pahat dengan pengujian kekerasan metode Rockwell adalah 44 HRC pada
titik 1 dan 3 serta 43,5 HRC pada titik 2. Nilai kekerasan kepala baut dengan pengujian
kekerasan metode Vickers adalah 98,88 HV pada titik 1, 105,82 HV pada titik 2, dan
113,51 HV pada titik 3.
2. Pada pengujian metode Brinell, diameter indentasi diukur lalu diolah melalui
persamaan untuk memperoleh nilai kekerasan. Pada pengujian metode rockwell,
perbandingan kedalaman penetrasi indentor beban minor dengan beban mayor
dihitung oleh mesin dan nilai kekerasan akan langsung dapat dilihat dari mesin. Pada
pengujian metode vickers, diagonal indentasi diukur kemudian diolah menggunakan
persamaan untuk memperoleh nilai kekerasan. Hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan pengujian kekerasan ini adalah ketelitian pembacaan hasil nilai kekerasan
dari mesin, ketelitian mengukur diameter indentasi, dan ketelitian mengukur diagonal
indentasi karena hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap nilai kekerasan yang
akan diperoleh.
3. Tiap metode pengujian memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing.
Pengujian metode Brinell dapat digunakan untuk menguji material non-homogen serta
kurang dipengaruhi oleh goresan permukaan dan kekasaran dibandingkan uji
kekerasan lainnya, tetapi metode Brinell juga memiliki keterbatasan pada spesimen
kecil dimana indentasi dapat menjadi tempat terjadinya failure serta rentan terhadap
kesalahan pengukuran. Pengujian metode Rockwell memiliki kelebihan yaitu
pengoperasiannya yang mudah serta cepatnya waktu pengujian kekerasan metode ini,
tetapi sensitif terhadap kerusakan. Pengujian metode Vickers memiliki rentang
material benda yang dapat digunakan sangat luas dari segi kekerasan material, namun
pengujian ini membutuhkan waktu relatif lama untuk memperoleh nilai kekerasan
benda serta tidak cocok untuk digunakan pada material homogen.
4. Kekerasan suatu material berbanding lurus dengan kekuatan (strength) material
tersebut, yaitu semakin tinggi nilai kekerasan suatu material maka material tersebut
semakin kuat, begitu pula sebaliknya.
28
BAB VI
EVALUASI DAN SARAN
6.1. Evaluasi
Setelah dilakukannya praktikum pengujian kekerasan atau hardness test ini,
terdapat beberapa evaluasi yang dapat ditingkatkan. Adapun evaluasi-evaluasi
tersebut ialah
1. Praktikum yang dilakukan secara daring menyebabkan kurangnya kemampuan
motorik praktikan dalam melakukan pengujian.
2. Pelaksanaan 3 praktikum sekaligus secara paralel dapat mengakibatkan
pemahaman yang diperoleh praktikan tidak maksimal
6.2. Saran
Berdasarkan evaluasi yang telah diberikan, hal-hal yang dapat dilakukan agar
pengujian kedepannya dapat dilakukan lebih baik adalah sebagai berikut
1. Jika memungkinkan, pelaksanaan praktikum dilakukan secara luring agar
praktikan dapat memahami langkah-langkah dan pengambilan data dengan baik.
2. Praktikum dilaksanakan tidak secara paralel, dan praktikum mulai dilaksanakan
dari sebelum pertengahan semester, dimana materi mengenai pengujian material
telah diberikan dalam kuliah.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
1 44
3 44
1 1,35 1,4
Plat Bola Baja
62,5 kgf HBN 2 1,45 1,4
Alumunium (d = 2,5 mm)
3 1,3 1,35
Brinell
Gambar : Grafik Distribusi Kekerasan :
...
1
3
2
Rockwell
Gambar : Grafik Distribusi Kekerasan :
95 mm
32