Dosen Pengampu
Wing Hendroprasetyo Akbar Putra, S.T., M.Eng.
i
DAFTAR ISI
i
2.7.1 Dasar Teori.................................................................................................. 26
2.7.2 Langkah Pengujian...................................................................................... 27
2.7.3 Data Pengujian ............................................................................................ 28
2.7.4 Kesimpulan ................................................................................................. 29
2.8 ULTRASONIC TEST ...................................................................................... 30
2.8.1 Dasar Teori.................................................................................................. 30
2.8.2 Langkah Pengujian...................................................................................... 31
2.8.3 Data Pengujian ............................................................................................ 31
2.9 RADIOGRAPHY INTERPRETATION ........................................................... 33
2.9.1 Dasar Teori.................................................................................................. 33
2.9.2 Langkah Pengujian...................................................................................... 34
2.9.3 Data Pengujian ............................................................................................ 35
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Material Uji Tarik..................................................................................... 5
Tabel 2 Data Hasil Pengujian Material .......................................................................... 6
Tabel 3 Data Hasil Perhitungan ..................................................................................... 6
Tabel 4 Hasil Pengujian Side Bend ............................................................................. 10
Tabel 5 Data pengujian Impact .................................................................................... 13
Tabel 6 Data Uji Vickers Microhardness..................................................................... 20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Untuk memeriksa adanya Stress Concentration Factor (SCF)
Nilai SCF atau Faktor Konsentrasi Tegangan pada suatu maerial las-lasan tidak
boleh terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan besar SCF sangat mempengaruhi kekuatan
material. Jika SCF yang ada terlalu besar, maka material dapat mengalami fracture under
low stress.
4. Untuk mengetahui material yang bersifat ductile atau brittle.
Material yang bersifat brittle umumnya akan mudah pecah. Jika material tersebut
bersifat brittle (getas) maka perlu dilakukan treatment agar material bersifat ductile (ulet).
Treatment yang dapat dilakukan seperti pre-heating dan PWHT.
2
BAB II
PRAKTIKUM
L ( L − Lo )
= =
- Regangan sebesar : Lo Lo [%]
Grafik dibawah ini menggambarkan kemampuan suatu material material uji menerima
beban gaya untuk menggambarkan sifat bahan secara umum maka garafik tersebut dirubah
menjadi diagram Tegangan –Stress-Strain Diagram.
3
Gambar 1 Stress-Strain Diagram
Keterangan P : Titik Batas Proporsional
Y : Titik Batas Luluh (Yield Point)
E : Batas Elastisitas (Elasticity Limit)
M : Titik Batas Maksimum (Ultimate Point)
B : Titik Patah (Break Point)
4
Setelah test piece putus dicatat sebagai nilai maksimum dari grafik sebagai F ultimate
8. Mencatat nilai maksimum dari grafik sebagai F ultimate Setelah test piece putus
9. Menyatukan kembali test piece dan ukur L1 dan A1
2.1.3 Data Pengujian
Adapun data material sebelum dilakukan uji tarik adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Data Material Uji Tarik
Panjang Material (L0) 82,5 mm
Lebar Material (B0) 19,74 mm
Tebal Material (T0) 3,95 mm
CSA Material (A0) 77,973 mm2
Hasil pengujian berupa grafik tegangan-regangan yang dipasang pada mesin tarik.
5
Tabel 2 Data Hasil Pengujian Material
Panjang Material (L1) 103,79 mm
CSA Material (A1) 87,28 mm2
F yield 42 kN
F ultimate 44,5 kN
Berdasarkan Tabel 2 Data Hasil Pengujian Material dapat diketahui RoA, tegangan
luluh, tegangan ultimate, serta elongation material. Data RoA, tegangan luluh, tegangan
ultimate, serta elongation material didapatkan dengan perhitungan terlihat pada:
Tabel 3 Data Hasil Perhitungan
RoA 59.06 %
Tegangan luluh 538.65 Mpa
Tegangan ultimate 570.71 Mpa
Elongation 25.8 % (ulet)
2.1.4 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian tarik yang dilakukan maka didapatkan hasil kesimpulan
dari pengujian tarik raw material telah memenuhi standard BKI, adapun mechanical
properties dari raw material yang dilakukan pengujian tarik dapat dilihat pada tabel 3.
6
2.2 BENDING TEST
7
c. Side Bend (Bending pada sisi las)
Dikatakan Side Bend jika bending dilakukan pada sisi las. Pengujian ini dilakukan
jika ketebalan material yang di las lebih besar dari 3/8 inchi. Pengamatan dilakukan pada
sisi las tersebut, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya,
apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).
8
manakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM
dan HAZ).
9
Gambar 9 Hasil material setelah diuji Bending
2.2.3 Data Pengujian
Dari hasil pengujian yang dilakukan, dengan observasi pada side. Maka
didapatkan hasil data pengujian sebagai berikut :
Tebal (t) = 4,36 mm
Lebar (W) = 30,32 mm
Diameter of former = 38 mm
Angle of bend = 1800
Hasil observasi ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4 Hasil Pengujian Side Bend
Nama Indikasi Dimensi (mm)
Open defect 1,4 mm
Crack -
2.2.4 Kesimpulan
Didapatkan hasil pengujian Side bend tidak ditemukan indikasi open defect
maupun crack. Sehingga berdasarkan ASME Section IX maka hasil las – lasan
dianggap memenuhi standard.
10
2.3 UJI IMPACT
11
Gambar 10 Pengondisian Suhu Material untuk 0oC
2. Spesimen yang akan diuji harus diukur kembali dimensinya menggunakan jangka
sorong.
3. Letakkan spesimen pada landasan, celah dari notch harus berada tepat ditengah-
tengah menggunakan centre notch dengan arah menghadap ke dalam sehingga
pemukul tidak mengenai sisi yang memiliki notch tetapi mengenai sisi sebaliknya.
12
7. Energi yang digunakan untuk mematahkan spesimen dapat dilihat pada jarum skala
penunjuk dan dicatat dalam tabel hasil pengamatan. Menghasilkan energi absorb
dan lateral expansion.
13
2.4 UJI MAKROETCH
14
1. Haluskan Permukaan yang dietsa dengan menggunakan kertas amplas. Proses
penggosokan dilakukan secara bertahap tingkat kehalusan kertas amplasnya.
Proses penggosokan dimulai dengan menggunakan kertas amplas tingkat 80, 120,
240, 320, 500, 600 hingga 800. Pada tahap penggosokan alur goresan pada material
harus seragam.
2. Campur larutan dengan komposisi 95% Alkohol dan 5% HNO3(Asam Nitrat)
3. Gunakan cotton bud untuk mengoles permukaan halus test piece dengan larutan
campuran HNO3 dan Alkohol. Diusapkan beberapa saat agar timbul reaksi.
4. Gunakan hair dryer selama beberapa saat agar test piece kering dan diusap
menggunakan kertas tisu atau kain lap.
5. Test piece difoto dan hasil foto tersebut dianalisa.
2.4.3 Data Pengujian
Data test piece butt joint plate adalah sebagai berikut:
M1 A36 (11 mm)
M2 A36 (11 mm)
Welding Process SMAW
Test Position 1G
Magnifikasi 1.73 X
Dari hasil analisis gambar, tidak ditemukan kecacatan baik pada Butt Joint maupun
pada T-Joint.
15
Gambar 13 Foto Makroetsa Butt Weld Joint
16
2.5 UJI MICROHARDNESS
17
Gambar 15 Brinnel Test
Dimana :
BHN = Brinell Hardness Number
P = Beban yang diberikan (kgf)
D = Diameter indentor (mm)
d= diameter lekukan rata-rata
• Vickers
Uji vickers dikembangkan di inggris tahun 1925an. Dikenal juga sebagai
Diamond Pyramid Hardness test (DPH) uji kekerasan vickers menggunakan indentor
piramida intan, besar sudut antar permukaan piramida intan yang saling berhadapan
adalah 136 derajat. Ada dua rentang kekuatan yang berbeda, yaitu micro (10g – 1000g)
dan macro (1kg – 100kg).
18
Gambar 16 Vickers Test
Dimana :
VHN = Vickers Hardness Number
P = Beban yang diberikan (kgf)
d = Panjang diagonal rata-rata hasil indentasi
2.5.2 Langkah Pengujian
• Material Uji : A36 to A36 SMAW
• Standard Pengujian : ASME Section IX
Adapun langkah – langkah dari pengujian hardness adalah sebagai berikut:
1. Material yang ingin diuji dipoles dengan menggunakan kertas amplas sampai grade
800 dan diberikan cairan etsa agar batas antara heat affected zone, weld metal, serta
base metal dapat terlihat.
2. Karena uji vickers microhardness menghasilkan dimensi hasil penekanan pada
material, maka sebelum melakukan uji berupa penekanan pada material fokus pada
lensa alat diatur agar dimensi hasil penekanan dapat terlihat. Pembesaran pada
vickers microhardness bisa mencapai 100x
19
3. Material ditekan selama 20 detik dengan tekanan sebesar 187,8 kgf (kilogram
force)
4. Setelah material ditekan, akan timbul hasil penekanan berupa cekungan berbentuk
piramid. Semakin besar dimensi cekungan, semakin lunak material.
Karena terdapat 3 daerah yang diuji yaitu daerah weld metal, HAZ, dan base
metal, maka didapatkan 3 hasil pengujian yang akan dijelaskan sebagai berikut :
20
1. Untuk daerah base metal (top)
D1 (micrometer) 125.13
HV number 122.1
21
2.6 LIQUID PENETRANT TEST
22
2. Indikasi palsu bisa muncul pada permukaan yang terlalu kasar atau berpori-
pori.
3. Metoda pengujian ini tidak dianjurkan untuk menyelidiki benda-benda hasil
hasil metallurgy yang kurang padat.
2.6.2 Langkah Pengujian
• Material Uji : Butt Joint Weld
• Prosedur Pengujian : NDE-QP-PT-01
• Merk/Seri Cleaner : Magnaflux SKC-S
• Merk/Seri Penetrant : Magnaflux SKL-SP2
• Merk/Seri Developer : Magnaflux SKD-S2
Prosedur pengujian liquid penetrant test adalah sebagai berikut:
1. Pre cleaning
Permukaan test piece yang akan diperiksa disemprot dengan cleaner dan
dibersihkan dan tunggu 1 menit sampai cleaner tersebut menguap.
Gambar 19 Pre-Cleaning
2. Penetration
23
Gambar 20 Pemberian Penetrant pada material
3. Cleaning
24
5. Inspection
• Rounded 1 (Reject)
Panjang : 6.17 mm
Lebar : 5.83 mm
• Rounded 2 (Reject)
Panjang : 10.10 mm
Lebar : 5.06 mm
2.6.4 Kesimpulan
25
2.7 MAGNETIC PARTICLE TEST
26
2.7.2 Langkah Pengujian
• Material Uji : TS 209 E Butt Joint Plate
• Standard Pengujian : NDE-QP-MPI-02
Langkah pengujian magnetic test adalah sebagai berikut:
1. Test piece dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan lap dan cleaner
2. Letakkan magnetic particle indicator type C pada material.
3. White contrast paint disemprotkan pada test piece dan magnetic particle
indicator type C, tunggu mengering dan penyemprotan dilakukan tidak perlu
terlalu tebal yang penting merata.
27
5. Setelah seluruh bagian test piece telah disemprot Magnetic Particle Ink, test
piece dletakkan di bawah lampu dan intensitas cahaya diukur dengan Luxmeter
6. Pengamatan baru boleh dilakukan saat intensitas cahaya mencapai 100 fc atau
1000 lux keatas.
7. Yoke dinyalakan dan dilakukan pengujian dengan penempatan yoke
menyilang, agar cacat yang tegak lurus aliran medan magnet dapat terlihat.
8. Amati dan catat indikasi cacat yang signifikan
9. Bersihkan permukaan test piece dengan wire brush dan cleaner sampai bersih
10. Kemudian cek dengaan gaussmeter apakah masih ada medan magnet yang
tersisa. Jika ada dihilangkan dengan mendekatkan yoke pada test piece
dinyalakan sejenak, dijauhkan dari test piece dan diputar.
28
2.7.4 Kesimpulan
Maka, hasil pengujian tidak diterima (rejected) karena terdapat tiga indikasi
linier yang muncul sehingga tidak memenuhi kriteria yang disebutkan dalam
standard.
29
2.8 ULTRASONIC TEST
30
di dalam material. Pantulan yang terjadi merupakan pantulan acak, bergantung pada
bidang yang dikenai. Apabila gelombang suara mengenai bidang yang tegak lurus
dengan arah datang gelombang, maka gelombang tersebut akan dipantulkan kembali ke
sumber gelombang. Jarak cacat atau bidang tersebut diprediksi melalui waktu yang
dibutuhkan mulai dari gelombang tersebut dikirimkan hingga diterima kembali.
2.8.2 Langkah Pengujian
Langkah-langkah untuk kalibrasi ultrasonic test probe normal adalah sebagai berikut:
32
2.9 RADIOGRAPHY INTERPRETATION
33
Gambar 29 Prinsip pemancaran sumber radiasi ke benda kerja
Radiasi yang menembus benda inspeksi akan menghasilkan gambar seperti
bayangan pada lembar film. Bayangan yang dihasilkan pada lembar film akan
bervariasi tergantung dari jumlah radiasi yang menembus benda inspeksi dan mencapai
lembar film. Bagian yang lebih gelap pada film menandakan intensitas radiasi yang
tinggi, sedangkan pada bagian yang lebih terang menandakan intensitas radiasi yang
rendah. Perbedaan gelap pada gambar dapat menunjukkan adanya cacat ataupun
diskontinuitas pada bagian dalam benda inspeksi.
Adapun alat-alat dan material utama yang digunakan dalam pengujian radiografi
yaitu:
1. X-Ray Generators
2. Radio Isotop (Gamma-Ray) Sources
3. Radiographic Film
2.9.2 Langkah Pengujian
Tidak ada prosedur khusus dalam melakukan pembacaan hasil radiografi pada
material las-lasan. Namun, hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Pembacaan indikasi kecacatan pada benda uji dilakukan pertama dengan visual
inspection, lalu makroetsa pada bagian tertentu, lalu terakhir dengan pengujian
radiografi.
2. Pada hasil radiografi, gambar yang lebih cerah menunjukan bahwa material lebih
tebal karena terdampak radiografi lebih kecil.
34
3. Indikasi yang memblokir lajur las menunjukan Incomplete Peneteration, sedangkan
indikasi memanjang yang gelap biasanya menunjukan slag inclusion.
2.9.3 Data Pengujian
Pada praktikum kali ini praktikan hanya mempelajari cara pembacaan dan
beberapa contoh hasil pengujian. Beberapa contoh hasil pembacaan dijelaskan sebagai
berikut:
35